PENGARUH PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
PADA MATERI BENTUK ALJABAR
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyono, 1988:3).
Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan
dengan konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep
yang tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami
konsep selanjutnya.
Materi aljabar terdapat tiga point penting. Yaitu bentuk aljabar, pemecahan
bentuk aljabar, dan campuran. Masing-masing ketiga point tersebut terdapat
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan.
Aljabar pertama kali diajarkan disekolah menengah saat kelas VII . Operasi
bentuk aljabar yang dipelajari pada kelas VII merupakan dasar mempelajari
aljabar ditingkatan selanjutnya. Sifat matematika yang abstrak membuat siswa
sulit memahami operasi bentuk aljabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan
faktor pedagogik (Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya
abstrak, generalisasi, numerik akan mendapat kesulitan belajar matematika.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran matematika terdapat banyak problem yang
dialami siswa maupun guru, mulai dari hal yang sederhana sampai hal yang sulit.
Masalah tersebut muncul disebabkan cara guru mengajar, cara siswa menerima
pembelajaran, dan cara interaksi antara guru dengan siswa.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki bahwa suatu
pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori, dan fakta
tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, guru harus bijaksana
dalam menentukan suatu model yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas
yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan
1
tujuan yang diharapkan (kemendikbud:2006). Suatu inovasi yang mengiringi
perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya strategi-
strategi pembelajaran inovatif dan kontrutif atau lebih tepat mengembangkan dan
menggali pengetahuan peserta didik secara kongkrit dan mandiri, salah satunya
model pembelajaran PMRI.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘
proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student
inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya dapat
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu
maupun kelompok.
Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting dimana siswa
mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika. Sebagai konsekuensinya,
guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar
mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas maka muncullah pemikiran untuk
menekankan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk lebih melatih kemampuan berfikir, bernalar dan menggali segenap potensi
yang ada pada dirinya sehingga siswa mampu menempatkan dirinya sebagai
subjek aktif dalam pembelajaran aktif, demokratif, kreatif dan inovatif sehingga
dapat terwujud pembelajaran yang efektif dan berdampak pada meningkatnya
hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah “Pengaruh Pendidikan
Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII Pada Materi Bentuk Aljabar”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa kelas VII pada materi pada materi bentuk aljabar ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendekatan pendidikan matematika realistik
indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi bentuk
aljabar.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mempunyai tujuan yang tepat sasarannya ,
maka penulis memberikan batasan-batasan yaitu:
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
Indonesia ( PMRI )
2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII
3. Yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI ) pada
materi bentuk aljabar.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa sebagai
peserta didik, guru sebagai pendidik, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan,
dan peneliti.
1. Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam belajar matematika karena materi pelajaran yang
disajikan guru lebih menarik, kontekstual, dan mudah dipelajari dan
dipahami sehingga hasil belajar siswa meningkat.
b. Membantu siswa lebih termotivasi dan responsif dalam mendalami materi.
3
2. Bagi guru
a. Memberikan kemudahan dalam menyajikan pembelajaran dan
memberikan bimbingan belajar kepada siswa baik secara individual
maupun secara berkelompok ketika belajar matematika sehingga dapat
meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
b. Mengembangkan kreativitas, inovasi dan cakrawala berfikir yang luas
dalam menerapkan suatu teknik atau model pembelajaran yang lebih
menarik peserta didik dalam belajar matematika, lebih variatif, bermakna
dan menyenangkan sehingga mutu pembelajaran meningkat.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini
dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam bidang studi
matematika.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang di dapat dari bangku kuliah.
b. Sebagai sumbangan informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan
siswa.
1.6 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh
penelitian yang dirumuskan secara jelas, (Arikunto,2006:65).
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah bahwa
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) salah satu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu meningkatkan pemahaman
konsep dan proses pembelajaran matematika.
4
1.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) terhadap hasil belajar siswa kelas VII
pada materi bentuk aljabar”.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar Mengajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang
belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin
menyaksikan hanya sekedar adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang tampak.
(Wardhana, 2010:5) sedangkan menurut Trianto, (2009:17) Belajar diartikan
sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan
lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu
itu sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan
tersebut nyata dalam aspek tingkah laku. Yang dimaksud perubahan prilaku disini
adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dari reaksi dan situasi yang
dihadapi.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2009:42-49), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai
berikut.
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian dalam pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatuyang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, maka akan membangkitkan motivasi untuk mempelajari.
Selain itu, Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang.
6
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa perlu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang
paling tua adalah dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang.
5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6. Balikan dan Penguatan
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi eksperimen, metode penemuan,
dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan dan penguatan.
7. Perbedaan Individual
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
2.1.3 Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan salah satu komponen kompetensi dari guru yang tidak
dapat dipisahkan dari proses belajar dan mengajar. Mengajar pada prinsipnya
7
adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi
proses belajar mengajar “Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah”. (Hamalik 2001:47).
Menurut Nasution (1935:5) dalam buku Sabri (2007:39) “Mengajar ialah aktivitas
guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak
didik sehingga terjadi proses belajar”.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
kegiatan atau proses memberikan bantuan kepada anak didik, untuk
menyampaikan segala pengetahuan yang dimiliki serta mengatur lingkungan
belajar yang sebaik-baiknya akhirnya menciptakan proses belajar mengajar.
2.1.4 Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagian guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi belajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan
pengajaran. Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, maka belajar mempunyai
ciri. Ciri-ciri ini perlu betul guru ketahui guna menunjang tugas di medan
pengabdian.
Menurut Syaiful dan Aswan (2010:39), ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni membentuk anank didik dalam suatu
perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya reaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7. Ada batas waktu.
8. Evaluasi.
8
2.2 Proses Belajar Mengajar Matematika
2.2.1 Pengertian Matematika
Kline (E.T.Ruseffendi, 1992:28) dalam bukunya mengatakan, bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Adam
dan Hamm(Ariyadi Wijaya, 2011:5) menyebutkan empat macam pandangan
tentang posisi dan peran matematika, yaitu:
1. Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir
Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis dari
matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis
informasi, dan menarik kesimpulan antar data.
2. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan
Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep
matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan pada
hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan kontinuitas konsep dalam
matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan segera menyadari bahwa suatu
konsep yang mereka pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep
yang sudah mereka pelajari.
3. Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)
Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan aspek sejarah dari
konsep matematika. Banyak konsep matematika yang bisa kita temukan dan
gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar ataupun tidak. Selain
aspek aplikasi matematika pada masa sekarang, perkembangan matematika juga
sebenarnya disebabkan adanya kebutuhan manusia.
4. Matematika sebagai suatu bahasa atau alat untuk berkomunikasi
Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena symbol
matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang
berbeda.
9
2.2.2 Tujuan Matematika
Tujuan diberikannya matematika pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umumnya adalah:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalamkehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Jadi tujuan umum ini terutama menekankan pada penataan nalar
siswa, pembentukan sikap siswa, dan keterampilan siswa untuk menerapkan
matematika.
Tujuan khusus pengajaran matematika adalah :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;
2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan, melalui
kegiatan matematika;
3. Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut ,dan
4. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.
2.2.3 Pembelajaran Matematika
Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya yang dirancang guru
untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antara anak didik, anak didik dengan guru, lingkungan dan sumber
belajar lainnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Trianto
(2009:17) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan , pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup.
Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), “Pembelajran
adalah kegitan guru yang secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
10
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar”. Suatu pembelajaran yang dikatakan baik apabila proses pembelajaran itu
menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian
tujuan instruksional) secara lebih cepat dan cermat secara optimal sehingga dapat
memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil bagi peserta didik.
Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika
merupakan ilmu dasar yang diajarkan setiap jenjang pendidikan di Indonesia,
yaitu dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Cockroft sebagaimana
dikutip Jailani dalam Uno (2010:129), mengemukakan tentang mengapa
matematika diajarkan hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan
berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan
karena matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan
tidak ambigius serta sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika adalah terbentuknya kemampuan berpikir siswa yang diwujudkan
melalui kemampuan komunikasi, berpikir logis, praktis dan mampu
menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
2.3 Pengertian Pendekatan PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk
mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Gagasan PMRI
berawal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di
Belanda sejak awal 70-an yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal dalam pembelajaran.
Penerapan PMRI yang pertama kali diperkenalkan di Negeri Belanda sekitar
tahun 1970 oleh Institut Freudhental ini mengacu pada pemikiran Freudhental
yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini bermakna bahwa, matematika harus
dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Gravemeijer (dalam Susianto,2007) “matematika sebagai aktivitas
manusia”, hal ini berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan
11
kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Proses
menemukan kembali ide dan konsep matematika ini disebut dengan matematisasi.
Proses matematisasi itu dibedakan menjadi dua yaitu matematisasi horizontal dan
matematisasi vertikal. Gravemeijer (dalam Marpaung,2007:7) menyebutkan
“matematisasi horizontal sebagai suatu proses yang bertolak dari kehidupan nyata
ke dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses membawa
hal-hal yang matematis ke jenjang yang lebih tinggi.”
2.3.1 Prinsip PMRI
Menurut Siswono (2004 :35) PMRI memiliki tiga prinsip utama antara lain :
1. Menemukan kembali(Guided Reinvention)
Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang
selanjutnya melalui aktifitas siswa diharapkan menemukan “kembali” sifat,
definisi, teorema atau prosedur-prosedur.
2. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology)
Tujuan penyelidikan fenomena-fenomena adalah untuk menemukan situasi-
situasi masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai
dasar pematematikaan vertikal.
3. Pengembangan model sendiri (Self-developed Models)
Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan
matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam memecahkan masalah.
2.3.2 Karakteristik PMRI
Menurut de Lange (dalam Zulkardi, 2005:14) ada lima karakteristik dari
PMRI antara lain :
1. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak darimana
matematika yang diinginkan dapat muncul.
2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal
Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi dari
pada hanya mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.
12
3. Menggunakan kontribusi murid
Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari
konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka
kearah yang lebihformal atau standar.
4. Interaktif dalam proses belajar mengajar atau interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama murid
dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana
strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lain
Pembelajaran holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan
dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus
dieksploitasi dalam pemecahan masalah.
13
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan penelitian dengan jenis penelitian tindakan
kelas (PTK) . Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research
(CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut John
Eliot (dalam Hopkins, 1993 dalam Sarwiji Suwandi, 2011: 10), penelitian
tindakan adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki
mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Dave
Ebbutt, yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik
tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok
masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi
atas hasil tindakan tersebut (dalam Hopkins, 1993 dalam Sarwiji Suwandi, 2011:
10). Sementara itu, menurut Subyantoro (2009: 10), PTK ialah suatu penelitian
yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dilakukan. Dilaksanakannya PTK diantaranya untuk meningkatkan kualitas
atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Senada dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2011: 12) penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berawal
dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,
kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti
dengan tindakan – tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam
penelitian tindakan kelas adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru
(dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses
belajar mengajar.
Dalam penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus
memainkan perannya secara baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap
setiap permasalahan dalam proses belajar mengajar. Tanpa kepekaan tersebut guru
14
sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Jadi,
dengan penggunaan penelitian tindakan kelas ini, selain guru dapat meningkatkan
hasil belajar siswa guru juga dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Pada penelitian
ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart dimana dalam model penelitian
ini ada beberapa siklus (Suharsimi Arikunto, 2006: 93). Kemudian di dalam siklus
tersebut masih terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi.
Langkah-langkah tiap siklus dalam penelitian ini adalah :
1. Perencanaan
a. Membuat RPP tentang materi yang akan diajarkan dengan menerapkan
Pendekatan Matematika Realistik (PMR). RPP disusun oleh peneliti dengan
pertimbangan dari dosen yang bersangkutan.
b. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang digunakan dalam setiap
pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS).
c. Mempersiapkan soal untuk siswa. Soal diberikan pada akhir setiap siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan
perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel dan
terbuka terhadap perubahan-perubahan. Selama proses pembelajaran berlangsung
peneliti mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan tindakan ini, peneliti dibantu oleh satu rekan guru sejawat atau mitra
peneliti.Tugas rekan guru sejawat atau mitra peneliti adalah membantu mengamati
aktivitas peneliti dalam menerapkan dan mengamati partisipasi siswa serta
mendokumentasikan proses pembelajaran yang belangsung di kelas.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Tujuan dilakukannya
15
observasi ini untuk melihat secara langsung bagaimana aktivitas antara siswa dan
guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik.
4. Refleksi
Data yang diperoleh pada lembar observasi, dan hasil test dianalisis
kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi dengan melakukan diskusi
antara peneliti dan rekan guru sejawat (mitra peneliti).
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi,
masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan. Jika dengan tindakan yang diberikan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian, maka penelitian dihentikan.
Tapi jika indikator keberhasilan belum tercapai, penelitian dilanjutkan ke siklus
selanjutnya.
3.3 Populasi dan Sampel penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173).
sedangkan menurut Sugiyono (2010:117), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.Berdasarkan pendapat diatas, maka populasi dalam penelitian ini
adalah siswa SMP kelas VII.
3.3.2 Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2010:174). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.
16
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2006: 127). Jadi,
observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu pada saat terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi yang tidak sebenarnya atau buatan,
sehingga aktivitas siswa maupun guru dapat diamati sesuai keadaan yang ada saat
itu.Sejalan dengan pendapat Sutrisno Hadi yang mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2009: 145).
Penelitian ini juga menggunakan observasi untuk memperoleh data.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang akan diperoleh lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak. Pelaksanaan observasi dilakukan di kelas, Observer pada saat
mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu rekan guru
sejawat. Rekan peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data
mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran. Sedangkan
observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran yang berindak sebagai observer
adalah guru/peneliti dan rekan guru/rekan peneliti. Pada tahap refleksi, akan
dibahas hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung.
Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang akan diamati.
17
Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi :
1. Bagaimana aktivitas guru dalam membelajarkan materi pelajaran kepada
siswa;
2. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
Observasi ini dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Tujuan dilakukannya
observasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dukungan pendekatan
pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa,
sehingga hasil belajar siswa secara kognitif dapat meningkat.
2. Metode dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:
240). Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa pengambilan foto siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 32) tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Jadi tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan ke
siswa dengan maksud untuk memperoleh informasi kemampuan siswa. Dalam
penelitian ini,setiap siklus setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan
menggunakan soal. Hasil tes setiap siklus dianalisis untuk mengetahui keefektifan
tindakan dengan tetap mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam artian lebih
cermat,lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrument
18
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi dan
tes.
1. Lembar observasi
Lembar observasi, digunakan untuk pedoman dalam melakukan
observasi/pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Observasi
dilaksanakan ketika proses pembelajaran Bentuk Aljabar dengan menerapkan
Pendekatan Matematika Realistik. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh
data aktivitas atau kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik dan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung, sehingga instrumen yang digunakan terdiri dari dua lembar
observasi.
a. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan PMR
Lembar observasi ini disusun dengan berpedoman pada karakteristik
Realistic Mathematics Education (RME) menurut Daitin Tarigan (2006: 6), yakni:
1. Penggunaan konteks nyata (masalah konstektual) sebagai titik tolak belajar
matematika;
2. Penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum
menggunakan cara formal atau rumus;
3. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa;
4. Penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika;
5. Mengaitkan sesama topik dalam matematika.
b. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Lembar observasi keaktifan belajar matematika siswa merupakan lembar
yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan aktivitas siswa pada saat
pembelajaran di dalam kelas dan kelompok.
2. Dukomentasi
Instrumen dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara
konkret mengenai partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk
memperkuat data yang diperoleh. Dokumen-dokumen tersebut berupa foto yang
19
memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa, serta hasil tes
yang dilaksanakan pada akhir pertemuan setiap siklus. Foto berfungsi untuk
merekam berbagai kegiatan penting di dalam kelas dan menggambarkan
partisipasi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan hasil tes
berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa
terhadap bahan ajar yang disampaikan yang menunjukkan prestasi belajar masing-
masing siswa.
3. Tes hasil belajar
Tes pada penelitian ini diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk
menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus, yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik.
Pembuatan instrumen tes ini memperhatikan validitas isi dan expert
judgement. Validitas isi berkaitan dengan kesanggupan alat penilaian untuk
mengukur isi yang seharusnya. Menurut Sugiyono (2009: 182) untuk instrumen
yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Oleh karena itu, diperlukan kesesuaian antara tujuan dan bahan yang
diajarkan, yang dapat ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara indikator
materi pelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi dengan kisi-kisi soal
yang dibuat. Selain validitas isi, instrumen tes ini juga memperhatikan aspek
expert judgement.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis tindakan seperti yang disarankan data.
Analisis data pada penelitian ini didasarkan pada refleksi tiap siklus tindakan. Hal
ini bermanfaat untuk rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
20
Data yang diperoleh pada penelitian berupa lembar observasi pada saat
proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa tiap siklus. Adapun teknik analisis
data untuk masing-masing instrumen adalah:
1. Analisis data hasil observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dengan
berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Observasi
dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa dan kegiatan guru (pengajaran)
selama proses pembelajaran.
a. Analisis data observasi aktivitas guru dalam menerapkan PMR
Lembar observasi untuk mengamati penerapan PMR terdiri dari 8 butir
dengan menggunakan skala Guttman dengan dua pilihan jawaban, yakni Ya dan
Tidak disertai dengan deskripsi singkat. Perolehan skor kemudian dirata-rata dan
dipersentasekan.
b. Analisis data observasi keaktifan belajar matematika siswa
Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor
keseluruhan untuk kelas VII.
2. Skor keseluruhan dikomulatifkan kemudian dicari persentasenya dan
dikualifikasi dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel (Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar
Matematika Siswa)
Rentang Skor Kualifikasi
80,01 – 100% Sangat Tinggi
60,01 – 80% Tinggi
40,01 – 60% Sedang
20,01 – 40% Rendah
0 – 20% Sangat Rendah
21
2. Analisis data hasil belajar siswa
a. Analisis Kualitatif
Data observasi yang telah diperoleh berupa observasi terhadap aktivitas
siswa dalam pembelajaran dan observasi terhadap guru dianalisis secara kualitatif.
Hal itu dilakukan dengan mencari dan menyusun data-data tersebut agar mudah
dipahami dan dapat diinformasikan dengan jelas serta tepat.
Adapun langkah-langkah menganalisis data kualitatif menurut model Miles
dan Huberman adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data, adalah merangkum, memilih topik hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data kualitatif, adalah dengan teks yang naratif, berisi informasi
data-data dari hasil observasi.
3. Penarikan Kesimpulan , Proses penarikan kesimpulan dari data-data yang ada
dengan bukti yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang diperoleh
sesuai dengan rumusan masalah sejak awal.
b.Analisis Kuantitatif
Hasil tes siswa dianalisis secara kuantitatif. Pada akhir setiap siklus dihitung
nilai rata-ratanya. Kemudian dideskripsikan hasil rata-rata tes siswa tersebut. Jika
hasil tes siswa mengalami kenaikan sesuai standar nilai yang telah ditentukan,
maka diasumsikan dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Cara untuk mencari
rata-rata (mean) menggunakan rumus:
M=∑xN Keterangan: M = Rata-rata (mean)
∑x= Jumlah nilaiN= Jumlah siswa
Sedangkan rumus untuk menghitung persentase keberhasilan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
P= FNX100 Keterangan : P = Angka persentase
F = Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥KKM
N = Banyaknya individu dalam subjek penelitian
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: PT
Ciputat Press.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
.2010 Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Surabaya
Kencana
Prayogi,A.C.2007.Pembelajaran Matematika Realistik(RME). http://adechandraprayogi.blogspot.com/2007/12/pendidikan matematika realistik.html. yang diakses pada tanggal 18 Desember 2016
Susianto, Darmo. 2007. Matematika Realistik. http://darmosusianto.blogspot.com/2007/08/matematika-realistik.html. Diakses tanggal 22 Desember 2016
23