35
PENGARUH PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII PADA MATERI BENTUK ALJABAR I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep- konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyono, 1988:3). Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan dengan konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep yang tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami konsep selanjutnya. Materi aljabar terdapat tiga point penting. Yaitu bentuk aljabar, pemecahan bentuk aljabar, dan campuran. Masing-masing ketiga point tersebut terdapat operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan. Aljabar pertama kali diajarkan disekolah menengah saat kelas VII . Operasi bentuk aljabar yang dipelajari pada kelas VII merupakan dasar mempelajari aljabar ditingkatan selanjutnya. Sifat matematika yang abstrak membuat siswa sulit memahami operasi bentuk aljabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan faktor pedagogik (Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya abstrak, 1

PROPOSAL

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

PADA MATERI BENTUK ALJABAR

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang

tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyono, 1988:3).

Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan

dengan konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep

yang tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami

konsep selanjutnya.

Materi aljabar terdapat tiga point penting. Yaitu bentuk aljabar, pemecahan

bentuk aljabar, dan campuran. Masing-masing ketiga point tersebut terdapat

operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan.

Aljabar pertama kali diajarkan disekolah menengah saat kelas VII . Operasi

bentuk aljabar yang dipelajari pada kelas VII merupakan dasar mempelajari

aljabar ditingkatan selanjutnya. Sifat matematika yang abstrak membuat siswa

sulit memahami operasi bentuk aljabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan

faktor pedagogik (Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya

abstrak, generalisasi, numerik akan mendapat kesulitan belajar matematika.

Dalam dunia pendidikan pembelajaran matematika terdapat banyak problem yang

dialami siswa maupun guru, mulai dari hal yang sederhana sampai hal yang sulit.

Masalah tersebut muncul disebabkan cara guru mengajar, cara siswa menerima

pembelajaran, dan cara interaksi antara guru dengan siswa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki bahwa suatu

pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori, dan fakta

tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, guru harus bijaksana

dalam menentukan suatu model yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas

yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan

1

tujuan yang diharapkan (kemendikbud:2006). Suatu inovasi yang mengiringi

perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya strategi-

strategi pembelajaran inovatif dan kontrutif atau lebih tepat mengembangkan dan

menggali pengetahuan peserta didik secara kongkrit dan mandiri, salah satunya

model pembelajaran PMRI.

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pengajaran

yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘

proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi

dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student

inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya dapat

menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu

maupun kelompok.

Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting dimana siswa

mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika. Sebagai konsekuensinya,

guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar

mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas maka muncullah pemikiran untuk

menekankan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk lebih melatih kemampuan berfikir, bernalar dan menggali segenap potensi

yang ada pada dirinya sehingga siswa mampu menempatkan dirinya sebagai

subjek aktif dalam pembelajaran aktif, demokratif, kreatif dan inovatif sehingga

dapat terwujud pembelajaran yang efektif dan berdampak pada meningkatnya

hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah “Pengaruh Pendidikan

Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas VII Pada Materi Bentuk Aljabar”.

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa kelas VII pada materi pada materi bentuk aljabar ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh pendekatan pendidikan matematika realistik

indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi bentuk

aljabar.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan mempunyai tujuan yang tepat sasarannya ,

maka penulis memberikan batasan-batasan yaitu:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh Pendekatan Matematika Realistik

Indonesia ( PMRI )

2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII

3. Yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang

menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI ) pada

materi bentuk aljabar.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa sebagai

peserta didik, guru sebagai pendidik, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan,

dan peneliti.

1. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam belajar matematika karena materi pelajaran yang

disajikan guru lebih menarik, kontekstual, dan mudah dipelajari dan

dipahami sehingga hasil belajar siswa meningkat.

b. Membantu siswa lebih termotivasi dan responsif dalam mendalami materi.

3

2. Bagi guru

a. Memberikan kemudahan dalam menyajikan pembelajaran dan

memberikan bimbingan belajar kepada siswa baik secara individual

maupun secara berkelompok ketika belajar matematika sehingga dapat

meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

b. Mengembangkan kreativitas, inovasi dan cakrawala berfikir yang luas

dalam menerapkan suatu teknik atau model pembelajaran yang lebih

menarik peserta didik dalam belajar matematika, lebih variatif, bermakna

dan menyenangkan sehingga mutu pembelajaran meningkat.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini

dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam bidang studi

matematika.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu

pengetahuan yang di dapat dari bangku kuliah.

b. Sebagai sumbangan informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan

siswa.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh

penelitian yang dirumuskan secara jelas, (Arikunto,2006:65).

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah bahwa

Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) salah satu model

pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu meningkatkan pemahaman

konsep dan proses pembelajaran matematika.

4

1.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh Pendekatan

Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) terhadap hasil belajar siswa kelas VII

pada materi bentuk aljabar”.

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar Mengajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat

dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang

belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin

menyaksikan hanya sekedar adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang tampak.

(Wardhana, 2010:5) sedangkan menurut Trianto, (2009:17) Belajar diartikan

sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak

paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan

lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu

itu sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan

sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan

tersebut nyata dalam aspek tingkah laku. Yang dimaksud perubahan prilaku disini

adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dari reaksi dan situasi yang

dihadapi.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli

yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2009:42-49), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai

berikut.

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.

Perhatian dalam pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai

dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatuyang

dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, maka akan membangkitkan motivasi untuk mempelajari.

Selain itu, Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas

seseorang.

6

2. Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa perlu menampakkan keaktifan. Keaktifan

itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati

sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,

mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.

3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati

secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,

dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang

paling tua adalah dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini

belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya

mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan

sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan

berkembang.

5. Tantangan

Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah

untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah

yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

6. Balikan dan Penguatan

Format sajian berupa tanya jawab, diskusi eksperimen, metode penemuan,

dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya

balikan dan penguatan.

7. Perbedaan Individual

Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya

pembelajaran.

2.1.3 Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan salah satu komponen kompetensi dari guru yang tidak

dapat dipisahkan dari proses belajar dan mengajar. Mengajar pada prinsipnya

7

adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengandung

pengertian bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan

dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi

proses belajar mengajar “Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada

generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah”. (Hamalik 2001:47).

Menurut Nasution (1935:5) dalam buku Sabri (2007:39) “Mengajar ialah aktivitas

guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak

didik sehingga terjadi proses belajar”.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah

kegiatan atau proses memberikan bantuan kepada anak didik, untuk

menyampaikan segala pengetahuan yang dimiliki serta mengatur lingkungan

belajar yang sebaik-baiknya akhirnya menciptakan proses belajar mengajar.

2.1.4 Ciri-Ciri Belajar Mengajar

Sebagian guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan kondisi belajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan

pengajaran. Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, maka belajar mempunyai

ciri. Ciri-ciri ini perlu betul guru ketahui guna menunjang tugas di medan

pengabdian.

Menurut Syaiful dan Aswan (2010:39), ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni membentuk anank didik dalam suatu

perkembangan tertentu.

2. Ada suatu prosedur (jalannya reaksi) yang direncanakan, didesain untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang

khusus.

4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.

5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.

6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.

7. Ada batas waktu.

8. Evaluasi.

8

2.2 Proses Belajar Mengajar Matematika

2.2.1 Pengertian Matematika

Kline (E.T.Ruseffendi, 1992:28) dalam bukunya mengatakan, bahwa

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena

dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia

dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Adam

dan Hamm(Ariyadi Wijaya, 2011:5) menyebutkan empat macam pandangan

tentang posisi dan peran matematika, yaitu:

1. Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir

Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis dari

matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis

informasi, dan menarik kesimpulan antar data.

2. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan

Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep

matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan pada

hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan kontinuitas konsep dalam

matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan segera menyadari bahwa suatu

konsep yang mereka pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep

yang sudah mereka pelajari.

3. Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)

Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan aspek sejarah dari

konsep matematika. Banyak konsep matematika yang bisa kita temukan dan

gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar ataupun tidak. Selain

aspek aplikasi matematika pada masa sekarang, perkembangan matematika juga

sebenarnya disebabkan adanya kebutuhan manusia.

4. Matematika sebagai suatu bahasa atau alat untuk berkomunikasi

Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena symbol

matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang

berbeda.

9

2.2.2 Tujuan Matematika

Tujuan diberikannya matematika pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umumnya adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalamkehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan. Jadi tujuan umum ini terutama menekankan pada penataan nalar

siswa, pembentukan sikap siswa, dan keterampilan siswa untuk menerapkan

matematika.

Tujuan khusus pengajaran matematika adalah :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan, melalui

kegiatan matematika;

3. Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut ,dan

4. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.

2.2.3 Pembelajaran Matematika

Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya yang dirancang guru

untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui

interaksi antara anak didik, anak didik dengan guru, lingkungan dan sumber

belajar lainnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Trianto

(2009:17) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan , pembelajaran secara simpel dapat diartikan

sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman

hidup.

Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), “Pembelajran

adalah kegitan guru yang secara terprogram dalam desain intruksional, untuk

10

membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar”. Suatu pembelajaran yang dikatakan baik apabila proses pembelajaran itu

menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian

tujuan instruksional) secara lebih cepat dan cermat secara optimal sehingga dapat

memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil bagi peserta didik.

Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika

merupakan ilmu dasar yang diajarkan setiap jenjang pendidikan di Indonesia,

yaitu dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Cockroft sebagaimana

dikutip Jailani dalam Uno (2010:129), mengemukakan tentang mengapa

matematika diajarkan hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan

berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan

karena matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan

tidak ambigius serta sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

matematika adalah terbentuknya kemampuan berpikir siswa yang diwujudkan

melalui kemampuan komunikasi, berpikir logis, praktis dan mampu

menyelesaikan permasalahan sehari-hari.

2.3 Pengertian Pendekatan PMRI

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk

mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Gagasan PMRI

berawal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di

Belanda sejak awal 70-an yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa

sebagai titik awal dalam pembelajaran.

Penerapan PMRI yang pertama kali diperkenalkan di Negeri Belanda sekitar

tahun 1970 oleh Institut Freudhental ini mengacu pada pemikiran Freudhental

yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan

matematika merupakan aktivitas manusia. Ini bermakna bahwa, matematika harus

dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Menurut Gravemeijer (dalam Susianto,2007) “matematika sebagai aktivitas

manusia”, hal ini berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan

11

kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Proses

menemukan kembali ide dan konsep matematika ini disebut dengan matematisasi.

Proses matematisasi itu dibedakan menjadi dua yaitu matematisasi horizontal dan

matematisasi vertikal. Gravemeijer (dalam Marpaung,2007:7) menyebutkan

“matematisasi horizontal sebagai suatu proses yang bertolak dari kehidupan nyata

ke dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses membawa

hal-hal yang matematis ke jenjang yang lebih tinggi.”

2.3.1 Prinsip PMRI

Menurut Siswono (2004 :35) PMRI memiliki tiga prinsip utama antara lain :

1. Menemukan kembali(Guided Reinvention)

Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang

selanjutnya melalui aktifitas siswa diharapkan menemukan “kembali” sifat,

definisi, teorema atau prosedur-prosedur.

2. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology)

Tujuan penyelidikan fenomena-fenomena adalah untuk menemukan situasi-

situasi masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai

dasar pematematikaan vertikal.

3. Pengembangan model sendiri (Self-developed Models)

Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan

matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam memecahkan masalah.

2.3.2 Karakteristik PMRI

Menurut de Lange (dalam Zulkardi, 2005:14) ada lima karakteristik dari

PMRI antara lain :

1. Menggunakan masalah kontekstual

Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak darimana

matematika yang diinginkan dapat muncul.

2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal

Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi dari

pada hanya mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.

12

3. Menggunakan kontribusi murid

Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari

konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka

kearah yang lebihformal atau standar.

4. Interaktif dalam proses belajar mengajar atau interaktivitas

Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama murid

dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana

strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal.

5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lain

Pembelajaran holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan

dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus

dieksploitasi dalam pemecahan masalah.

13

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan penelitian dengan jenis penelitian tindakan

kelas (PTK) . Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research

(CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut John

Eliot (dalam Hopkins, 1993 dalam Sarwiji Suwandi, 2011: 10), penelitian

tindakan adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki

mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Dave

Ebbutt, yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik

tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok

masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi

atas hasil tindakan tersebut (dalam Hopkins, 1993 dalam Sarwiji Suwandi, 2011:

10). Sementara itu, menurut Subyantoro (2009: 10), PTK ialah suatu penelitian

yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang

dilakukan oleh guru di dalam kelas, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran

yang dilakukan. Dilaksanakannya PTK diantaranya untuk meningkatkan kualitas

atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru. Menurut Suharsimi Arikunto

(2006: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Senada dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2011: 12) penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berawal

dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,

kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti

dengan tindakan – tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam

penelitian tindakan kelas adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru

(dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

belajar mengajar.

Dalam penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus

memainkan perannya secara baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap

setiap permasalahan dalam proses belajar mengajar. Tanpa kepekaan tersebut guru

14

sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Jadi,

dengan penggunaan penelitian tindakan kelas ini, selain guru dapat meningkatkan

hasil belajar siswa guru juga dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Pada penelitian

ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart dimana dalam model penelitian

ini ada beberapa siklus (Suharsimi Arikunto, 2006: 93). Kemudian di dalam siklus

tersebut masih terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu

perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi.

Langkah-langkah tiap siklus dalam penelitian ini adalah :

1. Perencanaan

a. Membuat RPP tentang materi yang akan diajarkan dengan menerapkan

Pendekatan Matematika Realistik (PMR). RPP disusun oleh peneliti dengan

pertimbangan dari dosen yang bersangkutan.

b. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang digunakan dalam setiap

pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Mempersiapkan soal untuk siswa. Soal diberikan pada akhir setiap siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan

perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel dan

terbuka terhadap perubahan-perubahan. Selama proses pembelajaran berlangsung

peneliti mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Dalam

pelaksanaan tindakan ini, peneliti dibantu oleh satu rekan guru sejawat atau mitra

peneliti.Tugas rekan guru sejawat atau mitra peneliti adalah membantu mengamati

aktivitas peneliti dalam menerapkan dan mengamati partisipasi siswa serta

mendokumentasikan proses pembelajaran yang belangsung di kelas.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Tujuan dilakukannya

15

observasi ini untuk melihat secara langsung bagaimana aktivitas antara siswa dan

guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika

realistik.

4. Refleksi

Data yang diperoleh pada lembar observasi, dan hasil test dianalisis

kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi dengan melakukan diskusi

antara peneliti dan rekan guru sejawat (mitra peneliti).

Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah

dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi,

masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang

dilakukan. Jika dengan tindakan yang diberikan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian, maka penelitian dihentikan.

Tapi jika indikator keberhasilan belum tercapai, penelitian dilanjutkan ke siklus

selanjutnya.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173).

sedangkan menurut Sugiyono (2010:117), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Berdasarkan pendapat diatas, maka populasi dalam penelitian ini

adalah siswa SMP kelas VII.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,

2010:174). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.

16

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah

penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2006: 127). Jadi,

observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku

individu pada saat terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam

situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi yang tidak sebenarnya atau buatan,

sehingga aktivitas siswa maupun guru dapat diamati sesuai keadaan yang ada saat

itu.Sejalan dengan pendapat Sutrisno Hadi yang mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2009: 145).

Penelitian ini juga menggunakan observasi untuk memperoleh data.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang akan diperoleh lebih

lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku

yang nampak. Pelaksanaan observasi dilakukan di kelas, Observer pada saat

mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu rekan guru

sejawat. Rekan peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data

mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran. Sedangkan

observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran yang berindak sebagai observer

adalah guru/peneliti dan rekan guru/rekan peneliti. Pada tahap refleksi, akan

dibahas hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung.

Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi

sejumlah indikator perilaku yang akan diamati.

17

Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi :

1. Bagaimana aktivitas guru dalam membelajarkan materi pelajaran kepada

siswa;

2. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

Observasi ini dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan terhadap

berlangsungnya proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Tujuan dilakukannya

observasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dukungan pendekatan

pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa,

sehingga hasil belajar siswa secara kognitif dapat meningkat.

2. Metode dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:

240). Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa pengambilan foto siswa

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 32) tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Jadi tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan ke

siswa dengan maksud untuk memperoleh informasi kemampuan siswa. Dalam

penelitian ini,setiap siklus setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan

menggunakan soal. Hasil tes setiap siklus dianalisis untuk mengetahui keefektifan

tindakan dengan tetap mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam artian lebih

cermat,lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrument

18

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi dan

tes.

1. Lembar observasi

Lembar observasi, digunakan untuk pedoman dalam melakukan

observasi/pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Observasi

dilaksanakan ketika proses pembelajaran Bentuk Aljabar dengan menerapkan

Pendekatan Matematika Realistik. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh

data aktivitas atau kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

Pendekatan Matematika Realistik dan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung, sehingga instrumen yang digunakan terdiri dari dua lembar

observasi.

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan PMR

Lembar observasi ini disusun dengan berpedoman pada karakteristik

Realistic Mathematics Education (RME) menurut Daitin Tarigan (2006: 6), yakni:

1. Penggunaan konteks nyata (masalah konstektual) sebagai titik tolak belajar

matematika;

2. Penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum

menggunakan cara formal atau rumus;

3. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa;

4. Penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika;

5. Mengaitkan sesama topik dalam matematika.

b. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Matematika Siswa

Lembar observasi keaktifan belajar matematika siswa merupakan lembar

yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan aktivitas siswa pada saat

pembelajaran di dalam kelas dan kelompok.

2. Dukomentasi

Instrumen dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara

konkret mengenai partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk

memperkuat data yang diperoleh. Dokumen-dokumen tersebut berupa foto yang

19

memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa, serta hasil tes

yang dilaksanakan pada akhir pertemuan setiap siklus. Foto berfungsi untuk

merekam berbagai kegiatan penting di dalam kelas dan menggambarkan

partisipasi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan hasil tes

berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa

terhadap bahan ajar yang disampaikan yang menunjukkan prestasi belajar masing-

masing siswa.

3. Tes hasil belajar

Tes pada penelitian ini diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk

menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan

pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik.

Pembuatan instrumen tes ini memperhatikan validitas isi dan expert

judgement. Validitas isi berkaitan dengan kesanggupan alat penilaian untuk

mengukur isi yang seharusnya. Menurut Sugiyono (2009: 182) untuk instrumen

yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah

diajarkan.

Oleh karena itu, diperlukan kesesuaian antara tujuan dan bahan yang

diajarkan, yang dapat ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara indikator

materi pelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi dengan kisi-kisi soal

yang dibuat. Selain validitas isi, instrumen tes ini juga memperhatikan aspek

expert judgement.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis tindakan seperti yang disarankan data.

Analisis data pada penelitian ini didasarkan pada refleksi tiap siklus tindakan. Hal

ini bermanfaat untuk rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

20

Data yang diperoleh pada penelitian berupa lembar observasi pada saat

proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa tiap siklus. Adapun teknik analisis

data untuk masing-masing instrumen adalah:

1. Analisis data hasil observasi

Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dengan

berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Observasi

dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa dan kegiatan guru (pengajaran)

selama proses pembelajaran.

a. Analisis data observasi aktivitas guru dalam menerapkan PMR

Lembar observasi untuk mengamati penerapan PMR terdiri dari 8 butir

dengan menggunakan skala Guttman dengan dua pilihan jawaban, yakni Ya dan

Tidak disertai dengan deskripsi singkat. Perolehan skor kemudian dirata-rata dan

dipersentasekan.

b. Analisis data observasi keaktifan belajar matematika siswa

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dianalisis dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor

keseluruhan untuk kelas VII.

2. Skor keseluruhan dikomulatifkan kemudian dicari persentasenya dan

dikualifikasi dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel (Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar

Matematika Siswa)

Rentang Skor Kualifikasi

80,01 – 100% Sangat Tinggi

60,01 – 80% Tinggi

40,01 – 60% Sedang

20,01 – 40% Rendah

0 – 20% Sangat Rendah

21

2. Analisis data hasil belajar siswa

a. Analisis Kualitatif

Data observasi yang telah diperoleh berupa observasi terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dan observasi terhadap guru dianalisis secara kualitatif.

Hal itu dilakukan dengan mencari dan menyusun data-data tersebut agar mudah

dipahami dan dapat diinformasikan dengan jelas serta tepat.

Adapun langkah-langkah menganalisis data kualitatif menurut model Miles

dan Huberman adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data, adalah merangkum, memilih topik hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data kualitatif, adalah dengan teks yang naratif, berisi informasi

data-data dari hasil observasi.

3. Penarikan Kesimpulan , Proses penarikan kesimpulan dari data-data yang ada

dengan bukti yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang diperoleh

sesuai dengan rumusan masalah sejak awal.

b.Analisis Kuantitatif

Hasil tes siswa dianalisis secara kuantitatif. Pada akhir setiap siklus dihitung

nilai rata-ratanya. Kemudian dideskripsikan hasil rata-rata tes siswa tersebut. Jika

hasil tes siswa mengalami kenaikan sesuai standar nilai yang telah ditentukan,

maka diasumsikan dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Cara untuk mencari

rata-rata (mean) menggunakan rumus:

M=∑xN Keterangan: M = Rata-rata (mean)

∑x= Jumlah nilaiN= Jumlah siswa

Sedangkan rumus untuk menghitung persentase keberhasilan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

P= FNX100 Keterangan : P = Angka persentase

F = Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥KKM

N = Banyaknya individu dalam subjek penelitian

22

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: PT

Ciputat Press.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

.2010 Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Surabaya

Kencana

Prayogi,A.C.2007.Pembelajaran Matematika Realistik(RME). http://adechandraprayogi.blogspot.com/2007/12/pendidikan matematika realistik.html. yang diakses pada tanggal 18 Desember 2016

Susianto, Darmo. 2007. Matematika Realistik. http://darmosusianto.blogspot.com/2007/08/matematika-realistik.html. Diakses tanggal 22 Desember 2016

23