LAPORAN PROSEDUR
PENGAMBILAN GAS DARAH ARTERI DAN INTERPRETASI
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawata Kritis
Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P, M. Kep
Disusun Oleh :
1. Budi Sutaryanto (12.05.017)
2. Deny Prasetyo U. (12.05.019)
3. Diyana Hidayah (12.05.021)
AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2015
1. Pengkajian DO dan DS
No
Data Etiologi Masalah
1 DS :
Pasien mengeluh
sesak nafas, saat
bernafas terasa berat.
DO :
pasien gelisah,
napas cuping hidung,
bunyi napas
wheezing,
sianosis,
akral teraba dingin,
Kesadaran somnolen.
Tanda-tanda vital:
TD 140/90,
Nadi 120x/menit,
RR 32x/menit,
S 37,5 OC.
Pemeriksaan Gas
Darah :
PaO2 = 55 mmHg,
PaCO2 =48 mmHg,
SaO2 = 88%.
Perubahan
membrane
kapiler-alveolar
Gangguan
Pertukaran Gas
(Wilkinson, , 2012)
a. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
Definisi
Gangguan Pertukaran Gas adalah Kelebihan dan kekurangan oksigen
atau eliminasi karbondioksida di membran kapiler alveolar. Dengan
Batasan Karakteristik; Subjektif: Dispnea, Sakit kepala pada saat
bangun, Gangguan penglihatan. Objektif: Gas darah arteri yang tidak
normal, pH arteri tidak normal, Ketidaknormalan frekuensi, irama dan
kedalaman pernapasan, Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau
kehitaman), Konfusi, Cianosis (hanya pada neonates), Karbondioksida
menurun, Diaphoresis, Hiperkapnia, Hiperkarbia, Hipoksia, Hipoksemia,
Iritabilitas. Cuping hidung mengembang, Gelisah, Samnolen, Takhikardia.
(Wilkinson, , 2012)
2. Dasar pemikiran
a. Alasan dilakukan tindakan keperawatan
1. Mengetahui kondisi fungsi kardiovaskuler.
2. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
3. Mengevaluasi PH darah ( jika PH < 7.35 disebut asidosis dan jika
PH > 7.45 disebut alkalosis ).
4. Mengevaluasi fungsi pernafasan ( ventilasi ). Jika PaCO > 45 mmHg
disebut gagal nafas/respiratory failure dan asidosis respiratorik jika <
35 mmHg disebut hiperventilasi dan alkalosis respiratorik.
5. Mengevaluasi proses metabolic
6. Menentukan gangguan primer dan kompensasinya.
7. Mengevaluasi O2 dengan melihat PaO2 : 80-100 normalnya SaO2
>95% (menunjukkan O2 jaringan adekuat) tapi jika PaO2 turun < 60
mmHg dan SaO2 turun disebut Hipoksia.
Indikasi :
a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
b. Pasien dengan edema pulmo
c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
d. Infarkmiokard
e. Pneumonia
f. Pasien syok
g. Post pembedahan coronary arteri baypass
h. Resusitasi cardiac arrest
i. Pasiendengan perubahan status respiratori
j. Anestesi yang terlalulama
(Gallo & Hudak, 2010)
Kontraindikasi :
Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang
menjalani terapi anti koagulan, dan pasien dengan riwayat gangguan
pembekuan darah (Mc.Cann, J.A.S, 2004).
b. Kegawatan apabila tidak dilakukan segera
Kegawatan yang akan terjadi antara lain yaitu: Tidak dapat
mengetahui kondisi fungsi kardiovaskuler, kondisi fungsi metabolisme
tubuh pasien tidak bisa terpantau yang akan menyebabkan pasien
mengalami asidosis metabolik <22 mEq/L (pH turun) dan alkalosis
metabolik >26 mEq/L (pH naik) HCO3 Rentang nilai normal 22 – 26
mEq/L. PH darah tidak dapat di analisa tingkat keasamannya maka yang
akan terjadi jika PH < 7.35 disebut asidosis, dan jika PH > 7.45 disebut
alkalosis ). Pada fungsi pernafasan (ventilasi) jika tidak berfungsi dengan
nermal akan mengakibatkan pada pemeriksaan PaCO > 45 mmHg
disebut gagal nafas/respiratory failure dan asidosis respiratorik jika < 35
mmHg disebut hiperventilasi dan alkalosis respiratorik, gangguan primer
dan kompensasinya tidak dapat diketahui dengan pasti, tidak dapat
mengevaluasi status penggunaan oksigenasi (O2) yang dilakukan dengan
melihat pada PaO2 : 80-100 normalnya SaO2 >95% (menunjukkan O2
jaringan adekuat), jika PaO2 turun < 80 mmHg dan SaO2 turun disebut
hipoksia.
3. PROSEDUR TINDAKAN
a. Lokasi pengambilan darah arteri :
1) Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukanallen’s test)
Test Allen’s :
Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini
dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan
tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris
selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan
dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut danperiksatangan
yanglain.
2) Arteri brakialis
3) Arteri femoralis
4) Arteri tibialis posterior
5) Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih
ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup
untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko
emboli otak (Gallo & Hudak, 2010).
b. Alat Dan Bahan
Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :
1. Antiseptik (kapas alkohol)
2. Kassa steril
3. Spuit yang steril ukuran 3 cc
4. Heparine
5. Kontainer atau es
6. Label specimen
7. Sarung tangan
8. Pengalas
9. Bengkok
10. Plester dan gunting
Tindatakan Pengambilan Spesimen Darah Arteri
A. Persiapan :
1. Cek catatan medik.
Meliputi:
a. Alasan pengambilan spesimen darah.
Rasional: mengidentifikasi tipe darah yang dibutuhkan dan
bagaimana mengumpulkannya.
b. Riwayat faktor risiko perdarahan: terapi antikoagulan,
gangguan perdarahan, jumlah trombosit yang rendah.
Rasional: mengingatkan untuk menyiapkan peralatan
tambahan untuk penekanan pada daerah
penusukan setelah dilakukannya tindakan.
c. Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau
vena : infus intra vena atau keadaan setelah radikal
mastektomi.
Rasional : mengidentifikasi daerah yang tidak dapat
digunakan sebagai tempat dilakukannya prosedur
tindakan.
2. Siapkan formulir laboratorium.
3. Cuci tangan.
4. Siapkan alat dan bahan.
Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml
heparin dengan perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian
lakukan usaha agar heparin menyentuh semua dinding bagian
dalam spuit.
Rasional: mencegah pembekuan darah. Ini perlu untuk keakuratan
analisa darah.
B. Pelaksanaan
1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan
kepada klien.
Rasional: memberikan informasi pada klien. Penjelasan pada
pasien tantang tujuan dari test ini dan pemberitahuan
bahwa tindakan ini dapat merimbukan rasa sakit
nyeri. (catatan : beberapa institusi mengijinkan
diberikan anastesi di area penusukan dengan 1%
lidocaine (Xilocaine) akan mempersiapkan diri pasien,
atau pada bayi dioleskan anestesi semprot/salep.
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya (jika pasien sadar).
4. Menanyakan keluhan utarna klien.
5. Memulai tindakan dengan cara yang baik.
6. Jaga privacy klien.
7. Dekatkan peralatan pada klien. Atur posisi klien agar nyaman.
Identifikasi tempat penusukan.
8. Berikan heparin pada sepuit dengan melakukan aspirasi ½ ml
heparin. Tarik kebelakang plunger dengan posisi ventrikel sehingga
semua dinding spuit terbasahi oleh heparin. Kleuarkan udara dan
sisa heparin dalam spuit. Sisakan sejumlah kecil heparin pada
bagian hub. spuit.
9. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan
menghadap ke atas.
10. Letakkan pengalas.
11. Pakai sarung tangan.
12. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan
daerah pulsasi maksimal.
Rasional: mengidentifikasi dimana letak arteri yang paling dekat
dengan permukaan kulit.
13. Lakukan test Allen.
Rasional: untuk mengkaji keadekuatan sirkulasi kolateral pada
arteri ulnaris. Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri
radialis terobstruksi oleh trombus setelah dilakukan
tindakan penusukan.
14. Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua
denyutan radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan
pasien sampai denyutannya hilang. Tangan menjadi pucat karena
kurangnya sirkulasi ke tangan.
15. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris.
Rasional: Jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan
kemerahan dalam 10 detik), hasil test dinyatakan
negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada
pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan
pelepasan tekanan pada arteri ulnaris tangan tetap
pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat. Hasil
test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang
lain harus di-test. Bila hasil test pada kedua
pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis
harus dieksplorasi.
16. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi
pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan
melakukan hiperekstensi siku.
Rasional: mencegah agar arteri tidak "menghilang" ketika jarum
ditusukkan.
17. Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan
kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau
dengan usapan satu arah.
Rasional: mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam arteri
dan sistem vaskular
18. Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi
lagi. Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dan daerah
penusukan.
Rasional: memastkan keakuratan insersi jarum, mencegah
masuknya mikrooganisme dalam darah.
19. Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan
lokasi), langsung ke dalam arteri.
Rasional: sudut ini mengoptimalkan curah darah ke dalam
jarum.
20. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat
seperti "denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila
terlihat "denyutan" ini.
Rasional: mengindikasikan keakuratan penempatan jarum dalam
arteri, pergerakan lebih jauh dapat menempatkan
ujung jarum pada dinding arteri atau ke luar dari
arteri. Sampel darah arteri yang baik sebaiknya
menggunakan tekanan hisap minimal, dan secara
normal, darah naik ke dalam spuit dengan sendirinya.
21. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 - 4 ml (atau
sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit.
22. Letakkan kapas akohol di atas daerah penusukan dan tarik
jarum; lakukan penekanan sesegera mungkin dengan
menggunakan kapas alkohol tersebut.
Rasional: membatasi jumlah perdarahan dari daerah
penusukan.
23. Pelihara kontinuitas penekanan selama 5' (atau selama 10' bila
klien menerima antikoagulan).
Rasional: memastikan waktu yang cukup untuk pembentukan
formasi pembekuan; penekanan in lebih lama
dibandingkan ketika dilakukan pengambilan darah
vena karena faktor curah darah dalam arteri
24. Keluarkan udara dari spuit.
25. Ujung jarum ditusukkan ke dalam gabus.
26. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh
saat pengambilan, ruangan) di spuit. Pastikan sampel dianalisis
dalam waktu 5-10 menit, atau ditransport dalam freezer.
27. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
28. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan
melakukan inspeksi; Dan palpasi.
Rasional : mengidentifikasi hematoma atau perdarahan.
29. Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan
berlanjut.
30. Bereskan peralatan.
31. Lepaskan sarung tangan.
32. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
33. Beri reinforcement positif pada klien.
34. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
35. Cuci tangan.
C. Evaluasi
1. Dokumentasi. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan, Yang
perlu didokumentasikan meliputi:
a. Waktu dilakukannya prosedur.
b. Jenis pemeriksaan yang dilakukan
c. Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan)
d. Respon pasien (subjektif : klien mengatakan nyeri saat dilakukan
tindakan, Objektif: Keadaan kulit: kemerahan, perdarahan
berlebihan)
(Potter, Patricia A, 2005)(Gallo & Hudak, 2010)
(Mc.Cann, J.A.S, 2004)
4. Komplikasi/Bahaya yang Mungkin Terjadi dan Pencegahannya
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):
1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian
menyebabkan pasien mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu
menekan dalam memberikan injeksi.
2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau
mengalir masuk ke spuit.
4. Diathesis bleeding.
5. Fistula arteriovenosa.
b. Bagaimana pencegahannya
Sebelum melakukan pengambilan analisa gas darah, perawat perlu
melakukan Allen’s test. Allen;s test ini bertujuan untuk mengetahui
sirkulasi collateral pembuluh darah arteri. Bila sirkulasi kolateral tidak
baik maka sebaiknya tidak dilakukan pengambilan darah arteri karena
dapat menyebabkan iskemia,embolus,infark, dan hematoma dalam
pengambilan darah. Allent;s test ini khusus dilakukan bila pengambilan
darah melalui arteri radialis.
(Potter, Patricia A, 2005)
5. Evaluasi
DS : pasian tidak mengeluh sesak nafas, saat bernafas merasa ringan.
DO : pasien tidak mengalami gelisah, tidak ada napas cuping hidung, bunyi
napas vesikuler, tidak ada sianosis, akral teraba hangat, Kesadaran
composmentis. Tanda-tanda vital: TD 120/80mmHg, Nadi 120x/menit,
RR 32x/menit, S 37,5 OC, Pemeriksaan Gas Darah : PaO2 = 55 mmHg,
PaCO2 =48 mmHg, SaO2 = 88%.
(Wilkinson, , 2012)
6. INTERPRETASI
a. Langkah-langkah untuk menilai gas darah :
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun pasien
mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis
metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat
pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis
metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa
kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan
pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang
normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan
HCO3 mungkin ada gangguancampuran).
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik
(HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba
mengetahui apakah gangguan primer bersifat
respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal,
meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat
atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana,
PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang
sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah
yang berlawananmenunjukkanadanya gangguanasam
basacampuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah
kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan dengan
melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak
yang sama dengan nilai primer,kompensasi sedang
berjalan). Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam
basa sederhana, gangguanasam basacampuran) (Gallo &
Hudak, 2010).
b. Hasil analisa gas darah
1. pH Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45
Asidosis : <7,35
Alkalosis : >7,45
Implikasi Klinik :
a) Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia
(peningkatan pembentukan asam).
b) Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia
(kehilangan asam).
c) Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan
HCO3 diketahui juga untuk memperkirakan komponen
pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam
basa.
2. PaO2 Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
Implikasi Klinik
a) Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru
obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia,
hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan
gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg
perlu mendapatkan perhatian khusus.
b) Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan
penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat
ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia
(peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)
3. SaO2 Rentang
nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah
diambil dari arteri, kecuali pada gagal napas.
Implikasi Klinik :
a) Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi
kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan oksigen pada
jaringan
b) tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma
menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada
hemoglobin sebagai ion bikarbonat
4. PaCO2 Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
Implikasi Klinik :
a) Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang
parah, emfisema, dan aldosteronisme
b) Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut,
diabetik asidosis dan hiperventilasi
c) Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan
nitrofurantoin
5. HCO3 Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai – (negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis
BE dilihat saat pH normal.
(Mc.Cann, J.A.S, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
Gallo & Hudak. (2010). Keperawatan Kritis, Edisi 6 Vol.1. Jakarta: EGC.
Mc.Cann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures. 4th Ed . Philldelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Potter, Patricia A. (2005). Buku Saku Keterampilan dan prosedur Dasar Ed.5.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M; Ahrem, Nancy R. (2012). BukuSaku Diagnosa Keperawatan
Ed.9. Jakarta: EGC.