1
RANCANGAN
KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI III DPR-RI
KE LEMBAGA PEMASYARAKATAN NUSAKAMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH
PADA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015
A. LATAR BELAKANG
Berbagai kejahatan kini telah menjadi semakin kompleks, terorganisir, dan
terstruktur yang berdampak luas dan sistemik sehingga memerlukan penanganan
yang tidak biasa. Tipe kejahatan yang terkategori sebagai tindak pidana luar biasa
(extraordinary crime) juga membutuhkan strategi luar biasa dalam menghadapinya.
Indonesia telah membentuk dan mengadopsi berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan upaya implementasi strategi pemberantasannya terutama
terhadap tiga kejahatan utama, yakni Kejahatan Korupsi, Narkotika, dan Terorisme.
Tiga tipe kejahatan ini dianggap paling merugikan bangsa dan negara Indonesia baik
dari sisi ekonomi, sosial, dan berbagai bidang.
Tiga kejahatan ini tidak diragukan lagi adalah kejahatan khusus, terbukti telah
menjadi perhatian utama atau prioritas dalam strategi penegakan hukum nasional.
Tindak pidana tersebut juga telah diklasifikasikan dalam kategori tindak pidana
khusus, misalnya telah diatur dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait dan telah secara tegas diklasifikasikan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP No 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yakni tindak
pidana korupsi, terorisme, narkotika, pencucian uang, pelanggaran HAM Berat, dan
kejahatan terorganisasi lainnya. Penanganan dalam pembinaannya di Kementerian
Hukum dan HAM pun, dengan berlakunya PP tersebut, telah dibuat berbeda dalam
hal pengetatan terhadap proses pemberian remisi, asimilasi, dan pembebasan
bersyarat. Dalam hal ini ditambahkan syarat-syarat khusus yakni:
1. Bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membongkar tindak
pidana yang dilakukannya. (dilakukan secara tertulis dan ditetapkan oleh
instansi penegak hukum). Dalam hal ini berarti pelaku harus mau menjadi
Justice Collaborator.
2
2. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti (korupsi)
3. Telah mengikuti program deradikalisasi.
Khusus mengenai tindak pidana atau kejahatan penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatan terlarang tak dipungkiri lagi merupakan masalah khusus yang
menjadi perhatian bersama. Strategi khusus untuk menangani permasalahan
Narkoba dari sisi demand dan supply terus dikembangkan. Salah satu permasalahan
yang justru terjadi adalah dominasi angka narapidana atau tahanan Narkotika di
berbagai Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan di Indonesia, menyumbang
besar permasalahan overkapasitas. Permasalahan lain yang terjadi kemudian,
permasalahan ini juga ditengarai menyebabkan fenomena permasalahan baru, yakni
peredaran Narkotika di Lapas atau bahkan pengendalian narkoba di luar yang
dilakukan dari dalam Lapas. Hal ini semakin mendukung teori crime university in
prison yang berpendapat bahwa para Narapida yang ada di dalam penjara tersebut
dalam kenyataanya semakin rumit dan modusnya semakin canggih dan tertutup. Hal
ini menunjukkan betapa berbahayanya organisasi jaringan kejahatan Narkotika di
Indonesia yang semakin tertutup dan kompleks, terorganisir, dan meluas. Pada
beberapa waktu lalu misalnya, Pemerintah kemudian menetapkan untuk melakukan
eksekusi hukuman mati terhadap ratusan Narapidana yang didominasi oleh tindak
pidana Narkotika.
Seperti pada peristiwa yang terjadi pada seorang kurir narkoba asal Solo,
berhasil ditangkap Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah saat dalam
perjalanan menggunakan bus malam di depan SPBU Sukun Jalan Setiabudi,
Banyumanik, Semarang yang dilakukan setelah adanya informasi dari intelejen BNN
Jakarta tentang peredaran narkoba yang dikendalikan melalui lapas
Nusakambangan. BNN yang berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Hukum dan HAM
Jawa Tengah, kemudian melakukan penulusuran di Lapas Narkotika
Nusakambangan. Dari hasil penggeledahan, petugas menemukan Ponsel Nokia silver
dari napi bernama Sartoni dan Ponsel Smartfren dari napi bernama Sutrisno.
Disinyalir bahwa sabu yang dibawa adalah kualitas nomor satu dengan harga
mencapai Rp 2 juta per gram. Sartoni mendapatkan sabu itu dari berhubungan
dengan sindikat Nigeria. Di satu sisi peristiwa tersebut mencerminkan adanya kerja
3
keras dari BNN dalam upaya pemberantasan narkotika, namun disisi lain peristiwa
tersebut mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap para narapidana yang
bebas berkeliaran dalam mengendalikan peredaran narkoba di dalam Lapas
Nusakambangan.
Pemberantasan korupsi, narkoba, dan terorisme harus menjadi agenda
utama, yaitu dengan melakukan penindakan atau penghukuman sekaligus
pencegahan. Sistem pencegahan yang dibangun oleh berbagai lembaga dan institusi
nampaknya perlu direevaluasi dan terus dikembangkan. Oleh sebab itu, prioritas ini
dapat dilihat dari berbagai sisi termasuk dari sisi pembinaan dan pengawasan serta
investigasi yang dilakukan terhadap Narapidana di LAPAS.
Selanjutnya mengenai permasalahan yang terjadi belakangan ini yakni terkait
dengan kejahatan terorisme. Adanya fenomena ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)
yang diduga telah menyebar ke Indonesia menjadi permasalahan baru bagi bangsa
Indonesia. Proses pencegahan, penegakan hukum, dan pembinaan (deradikalisasi)
menjadi strategi nasional dalam menghadapi kejahatan terorisme. Dalam hal ini
pembinaan khusus perlu dilakukan terhadap narapidana terorisme yang juga dapat
membuka jaringan struktural organisasi teroris yang berbahaya. Maka dari itu,
pembinaan di LP Nusakambangan perlu mendapat perhatian khusus. Pakar
terorisme dari Internasional Crisis Group misalnya mengatakan propaganda ideologi
Negara Islam Irak dan Suriah masih berpotensi masuk ke Indonesia melalui
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Pulau Nusakambangan.1 Bahkan kemudian
Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga telah
menyatakan di media bahwa lebih dari separuh narapidana terorisme di LP
Nusakambangan telah menjadi pengikut kelompok ekstrimis ISIS (sejumlah 24 orang
dari 43 Narpidana Terorisme).2 Diduga dilakukan berbagai cara dari bimbingan sosial
moril hingga finansial.
1 Luqman Hakim, “Pakar: Ideologi ISIS Bisa Masuk Melalui Nusakambangan”, Antara News (24
Maret 2015) pada http://www.antaranews.com/berita/487133/pakar-ideologi-isis-bisa-masuk-melalui-
nusakambangan (diakses pada 25 Maret 2015).
2 Aisha Shadira, “Ikut Ba’asyir, 24 Napi Nusakambangan Gabung ISIS”, Tempo (4 Agustus 2014) pada
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/04/078597132/Ikut-Baasyir-24-Napi-Nusakambangan-
Gabung-ISIS (Diakses pada 25 Maret 2015).
4
Komisi III DPR RI melakukan tindak lanjut dari permasalahan yang
disampaikan diatas dengan mengadakan investigasi langsung ke Lapas
Nusakambangan guna mendapat hasil pengamatan langsung mengenai pengawasan
dan pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana sekaligus strategi pencegahan
yang dapat dilakukan baik oleh Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM, Badan Narkotika Nasional di Jawa Tengah, dan Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menjamin terselenggaranya
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat
dan komitmen bersama dalam pemberantasan Korupsi, Narkotika, dan Terorisme
sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan Komisi III DPR RI dalam agenda
Rapat Kerja Komisi III DPR RI.
B. TUJUAN KEGIATAN
Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI dilakukan dengan tujuan untuk mencari
informasi, bahan, dan data baik berupa fakta hukum, saran, dan masukan mengenai
bagaimana bentuk penanganan, pengawasan dan pembinaan yang maksimal
terhadap narapidana, upaya pembinaan terhadap narapidana khususnya terhadap
terpidana narkotika, terorisme dan korupsi, dan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi
Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM,
BNPT, beserta BNN di Provinsi Jawa Tengah.
Dalam kunjungan ke Lapas Nusakambangan Jawa Tengah diharapkan untuk
mendapatkan seluruh data dan informasi mengenai upaya maksimal pengawasan
dalam lapas dan penanganannya, pembinaan terhadap narapidana, peredaran dan
penyelundupan narkotika di dalam lapas, upaya deradikalisasi, dan langkah-langkah
dalam menjadikan Lapas Nusakambangan menjadi Lapas yang semakin baik, sistem
dan proses penanganan terhadap pengguna Narkoba, bentuk penanganan, sistem
keamanan, fasilitas kesehatan dan sanitasi, dan tinjauan terhadap seluruh sarana
dan prasarana serta fasilitas yang ada; serta kesiapan dalam penanganan pengguna
Narkoba yang semakin meningkat dan menjadi orientasi strategi penanganan
terhadap pengguna Narkoba.
5
Hasil dari Kunjungan Spesifik ini juga mempertegas fungsi pengawasan yang
dimiliki oleh Komisi III DPR RI dalam mengawasi pelaksanaan undang-undang
terutama yang terkait dengan penegakan hukum. Selain itu, hasil ini juga akan
digunakan untuk mendapatkan aspirasi dan data-data terkaitnya dalam rangka
perbaikan atau pembentukan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
C. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu : 26 – 28 Maret 2015
Tempat : Pulau NUSAKAMBANGAN, CILACAP JAWA TENGAH
D. ANGGARAN
Sumber anggaran: disesuaikan dengan DIPA Komisi III DPR RI Tahun 2015
E. PESERTA KUNJUNGAN LAPANGAN
Tim Kunjungan Lapangan Komisi III DPR RI
No N A M A No.
ANGG. KETERANGAN
1. DR. Aziz Syamsuddin, SH A-248 Ketua Komisi III DPR RI/ F-PG
Ketua Tim
2 Desmon Junaidi Mahesa A-376 Wakil Ketua/F-P Gerindra
3 DR. Benny K. Harman, SH A-478 Wakil Ketua/F-P Demokrat
4 Masinton Pasaribu, SH A-146 Anggota Tim/F-PDIP
5 John Kenedy Azis, SH A-240 Anggota Tim/F-PG
6 Drs. Wenny Warow A-387 Anggota Tim/F-P Gerindra
7 Didik Mukrianto, SH., MH A-437 Anggota Tim/F-P Demokrat
8 H. Muslim Ayub, SH., MM A-458 Anggota Tim/F-PAN
9 H. Yaqut Cholil Qoumas A-59 Anggota Tim/F-PKB
10 M. Nasir DJamil A-84 Anggota Tim/F-PKS
8 H. Arsul Sani, SH., M.Si A-528 Anggota Tim/F-PPP
9 Drg. Hj. Sri Rahayu Ningsih, MM., A-22 Anggota Tim/F-P Nasdem
6
MH.
10 DR. H. Dossy Iskandar Prasetyo, SH., M.Hum
A-559 Anggota Tim/F-P Hanura
F. HASIL KUNJUNGAN
Pada kesempatan pertama dilakukan kunjungan ke beberapa tempat di
Nusakambangan. Diantaranya, Pos Polisi dan lokasi eksekusi bagi terpinana mati.
Selanjutnya, pertemuan dengan Kanwil Hukum dan HAM Jawa Tengah, Kapolda Jawa
Tengah, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Kepala BNNP Jawa Tengah dan Badan
Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
Pemaparan diawali oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Jawa Tengah. Dimana
disebutkan atau ditegaskan bahwa Nusakambangan adalah kawasan khusus
Lembaga Pemasyarakatan.
Ada 9 Lapas yang dibangun pada masa penjajahan Belanda yaitu :
1. Permisan dibangun pada tahun 1908
2. Batu dibangun pada tahun 1924
3. Besi dibangun pada tahun 1927
4. Kembang Kuning dibangun pada tahun 1950
5. Nirbaya dibangun pada tahun 1912
6. Karanganyar dibangun pada tahun 1912
7. Karangtengah dibangun pada tahun 1928
8. Gliger dibangun pada tahun 1929
9. Limusbuntu dibangun pada tahun 1935
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.01.PR.07.03
tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985 yang menyatakan bahwa 5 lapas dihapus, yaitu
Nirbaya, Karanganyar, Karangtengah, Gliger dan Limusbuntu.
Lembaga Pemasyarakatan di Nusakambangan merupakan salah satu penyangga
bagi lapas-lapas di Indonesia, sebagai tempat pemindahan narapidana baik di Jawa
maupun diluar jawa.
7
Terdapat beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan pembinaan narapidana
seperti bengkel kerja, masjid, gereja, aula, poliklinik, koperasi, lapangan olah raga
dan lain-lain. Bengkel kerja yang ada dijadikan untuk narapidana dalam
mengembangkan keterampilan seperti membuat Sablon, membuat meubelair dan
menjahit.
Narapidana di Nusakambangan kelas berat yaitu yang masa hukumannya rata-
rata di atas 1 (satu) tahun, narapidana seumur hidup dan hukuman mati, dengan
jenis kejahatan : pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian dengan
kekerasan, penyelundupan, narkotika, teroris, subversif, dan lain-lain.
DATA NARAPIDANA LAPAS NUSAKAMBANGAN (Pebruari 2015)
NO LAPAS KAPASITAS NAPI TERORIS NARK
OBA
PIDANA
MATI
SEUMR
HIDUP
1 LP KELAS I BATU 500 293 21 50 22 61
2 LP KELAS IIA BESI 215 175 5 106 1 1
3 LP KELAS IIA KEMBANG
KUNING 275 164 13 61 7 7
4 LP KELAS IIA NARKOTIKA 245 272 - 126 - -
5 LP KELAS IIA PERMISAN 221 154 12 62 3 6
6 LP KELAS IIA PASIRPUTIH 336 293 43 163 20 20
7 LP KELAS IIA TERBUKA 25 13 - - - -
JUMLAH 1817 1364 94 568 53 95
DATA PETUGAS PEMASYARAKATAN DAN JUMLAH NARAPIDANA (Peb 2015)
8
NO LAPAS
JUMLAH
PEGAWAI TOTAL
PETUGAS
PENGAMAN
AN
NAPI
L P
1 LP KELAS I BATU 89 4 93 44 293
2 LP KELAS IIA BESI 48 3 51 25 175
3 LP KELAS IIA KEMBANG KUNING 60 1 61 35 164
4 LP KELAS IIA NARKOTIKA 45 3 48 21 272
5 LP KELAS IIA PERMISAN 69 2 71 40 154
6 LP KELAS IIA PASIRPUTIH 90 1 91 59 293
7 LP KELAS IIA TERBUKA 28 2 30 9 13
JUMLAH 429 16 445 233 1364
POTENSI KAWASAN NUSAKAMBANGAN
1. Batu Kapur
2. Flora
a) Hutan belukar terdiri tumbuhan heterogen yang termasuk jenis langka
b) Hutan mangrove yang terluas di pulau Jawa
c) Berbagai jenis tanaman Anggrek.
3. Fauna
Macan Tutul (Panthera pardus), Macan Kumbang (Panthera pardus), Lutung
(Prebystis cristatus), Babi Hutan (Sua sp), Kera (Macaca spp), Kalong
(Pycnonotus spp), ular, burung sesap madu, prenjak (Prinia moruata), kutilang
(Pycnonotus spp), trocokan (Pycnonotus spp), sikatan (Rhipidhura spp), ayam
hutan (Gallus sp)
9
4. Tanaman Rotan
UPAYA MENINGKATKAN SISTEM PENGAMANAN DI NUSAKAMBANGAN
a)PENGAMANAN DI DALAM LAPAS
1. Menempatkan Petugas Pengamanan sesuai dengan Standart Pengamanan,
yaitu : Petugas P2U,Komandan Jaga, Staf KPLP, Perwira Piket, dan Anggota
Jaga.
2. Memperlengkapi Petugas Pengamanan dengan alat pendukung pengamanan,
yaitu : alat detektor, Tongkat , Borgol, Senjata Api, HT, Alat Kontrol keliling,
Alat Detektor
3. Meningkatkan kemampuan menembak dan bongkar senjata dengan bekerja
sama dengan Kopasus
4. Mengusulkan penambahan formasi pegawai khususnya petugas
pengamanan di Lapas.
b)PENGAMANAN DI LUAR LAPAS
Pembentukan Satgas Kamtib Nusakambangan dengan tugas :
a. Melaksanakan Fungsi Pengamanan Khusus berupa pengawasan dan
pemantauan lalu lintas orang dan barang masuk dan keluar Nusakambangan.
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik terhadap orang , identitas dan keabsaahan
surat izin masuk.
c. Melaksanakan pemeriksaan fisik barang yang dibawa masuk dan keluar
Nusakambangan, jenis, jumlah dan kelengkapan dokumennya
d. Secara khusus memantau dan mengawasi keluar masuknya
orang/pengunjung/tamu yang berkaitan dengan WBP yang masih menjalani
pidana.
e. Membuat laporan tertulis untuk tertib administrasi keamanan sebagai
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas satgas.
PERMASALAHAN UMUM YANG DIHADAPI SAAT INI
1. Keberadaan warga binaan pemasyarakatan terorisme,
10
2. Persiapan pelaksanaan eksekusi terpidana mati
3. Keberadaan masyarakat sekitar di pulau nusakambangan,
4. Keberadaan buruh tani dan perkebunan,
5. Kurangnya sarana dan prasarana untuk patroli darat dan laut.
6. Kurangnya jumlah petugas pemasyarakatan
7. Keterbatasan anggaran pengobatan bagi warga binaan pemasyarakatan se-
nusakambangan
MASALAH LINGKUNGAN DI NUSAKAMBANGAN
1. Kerusakan lingkungan dan ekosistem di Pulau Nusakambangan sudah cukup
memprihatinkan (Monev Kanwil Kemenkumham Jateng 29-31 Mar. 2010)yang
disebabkan oleh :
Pembalakan liar hutan lindung oleh penduduk disekitar pulau NK berada di 5
titik/lokasi disepanjang segara anakan
Pengrusakan dan penebangan hutan mangrove sepanjang 30 km di sisi
Segara Anakan
2. Semakin banyak para nelayan beralih mata pencaharian menjadi petani dengan
membuka lahan pertanian dan perkebunan di NK dan perambahan hutan payau.
3. Belum Optimalnya petugas keamanan yang bertugas mengawasi keberadaan
hutan lindung dan mangrove dari para pencuri karena kurangnya sarana dan
prasarana yang dimiliki.
4. Belum adanya pengelolaan Pulau Nusakambangan yang terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh untuk mewujudkan Pulau Nusakambangan Sebagai
Pulau Penjara/Pemasyarakatan yang ramah lingkungan dengan melaksanakan
konservasi lingkungan hidup
5. Pembangunan & Pengembangan Serta Aktivitas Lain Yang Sporadis Tidak Terarah
Terkontrol
11
UPAYA PENYELESAIAN MASALAH YANG SUDAH DILAKUKAN
1. Dibentuknya Satuan Tugas Keamanan dan Ketertiban Pulau Nusakambangan
yang memiliki tugas pokok untuk melakukan pengendalikan, pengkoordinasikan,
dan pengawasan berkaitan dengan upaya ketertiban dan keamanan Pulau
Nusakambangan.
2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan instansi terkait seperti
Kementerian kehutanan , Pihak Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto Dan
Yayasan Bina Sejahtera Cilacap Untuk Melaksanakan Konservasi Alam
Nusakambangan
3. Kerja sama dengan pihak Holcim dengan mengadakan Workshop dalam rangka
penyusunan Road Map Pulau Nusakambangan
UPAYA JANGKA PANJANG MENGATASI PERMASALAHAN KAWASAN PULAU
NUSAKAMBANGAN
1. Kerja sama dengan Markas Besar TNI untuk membangun pos TNI di
Nusakambangan
2. Mengusulkan melalui RKAKL masing-masing satker untuk melengkapi sarana IT
dalam rangka deteksi dini terhadap sinyal HP
3. Mengusulkan melalui RKAKL masing-masing satker untuk pemasangan Jammer
(pengacak sinyal) ke seluruh Lembaga Pemasyarakatan
4. Mengusulkan melalui RKAKL masing-masing satker untuk mengadakan alat
patroli air (kapal) dan patroli darat (motor traill)
5. Mengusulkan penambahan petugas pemasyarakatan
SARAN TERHADAP KONDISI PULAU NUSAKAMBANGAN DAN PERMASALAHAN
YANG DIHADAPI
1. Penambahan sumber daya manusia bagi petugas pemasyarakatan baik dari
sudut kwalitas dan kwantitas,
2. Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana lainnya yang menunjang program kerja
UPT Pemasyarakatan Se-Nusakambangan,
12
3. Dibuat regulasi khusus tentang pola pembinaan Narapidana Teroris serta
memperkuat koordinasi dengan instansi terkait dan pembangunan LAPAS
Khusus Teroris, dan
4. Tunjangan Khusus Bagi Petugas Pemasyarakatan yang bertugas di UPT
Pemasyarakatan Se-Nusakambangan
TAMBAHAN PENJELASAN
Selanjutnya, dalam kunjungan lapangan dan pertemuan di Lapas
Nusakambangan tersebut, ada beberapa tambahan penjelasan dari Kapolda Jawa
Tengah, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Kepala Badan Narkotika Nasional
Provinsi (BNNP) Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT)
adalah sebagai berikut:
- Pada prinsipnya, Polda Jawa Tengah mendukung dan siap membantu keamanan
Nusakambangan, termasuk dalam hal “maximum security” bagi lapas. Terkait hal
perizinan senjata bagi petugas lapas tidak ada masalah, dengan catatan mengikuti
tahapan test psikologi terlebih dahulu
- Koordinasi dengan institusi terkait selama ini berjalan dengan baik, termasuk
operasi yang dilaksanakan Polda Jawa Tengah selalu berkoordinasi dengan Kanwil
Hukum dan HAM, dan lebih khusus lagi koordinasi dengan Kalapas yang ada di
Nusakambangan
- Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, menggaris bawahi masalah remisi dan eksekusi
mati.
- Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), mempertegas mengenai status
kawasan Nusakambangan yang harus disterilisasi guna mengantisipasi bahaya
terorisme yang semakin mengancam. Mengingat titik rawan yang ada saat ini
saja, setidaknya ada 24 titik yang harus mendapatkan perhatian khusus. Hal-hal
lain adalah masalah kewenangan BNPT yang masih terbatas
- BNNP Jawa Tengah, secara umum memaparkan masalah penanganan narkoba.
Dan rencana BNNP untuk pencanangan gerakan pemberantasan narkoba, yakni
Pencanangan Program Rehabilitasi 100.000 penyalahguna narkoba.
13
G. PENUTUP
Demikian laporan hasil kunjungan Tim Komisi III DPR RI ke Lembaga Pemasyarakatan
Nusakambangan agar dapat menjadi bahan bagi Pimpinan dalam mengambil
keputusan.
Jakarta, Maret 2015
Komisi III DPR RI