7/25/2019 referat autoimun
1/56
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme
asing dengan membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem
semacam ini diperlukan untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi
baik tidak saja melindungi pejamu dari faktor eksternal seperti mikro-organisme
atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen
seperti tumor atau fenomena autoimun. isfungsi atau defisiensi komponen
sistem imun menimbulkan berbagai penyakit klinis dengan ekspresi dan
keparahan yang bervariasi dari penyakit atopic hingga arthritis rheumatoid! serve
combined immunodeficiency! dan kanker. ("obbins! #$$%)
Sistem imun seperti pedang bermata dua. i satu sisi kita sangat
bergantung pada immunitas yang utuh. i sisi lain! sistem imun merupakan
penjahat yang berada di balik penolakan teradap jaringan yangditransplantasikan! dan imunitas yang hiperaktif atau imunitas terhadap jaringan
sendiri (autoimunitas) dapat meyebabkan ketidakberdayaan atau bahkan penyakit
yang fatal. &leh karena itu! penyakit imunitas berkisar dari penyakit yang
disebabkan oleh aktivitas imun yang terlalu kecil hingga yang terlalu berlebihan
atau tidak sesuai. (Sudoyo! #$$')
7/25/2019 referat autoimun
2/56
2
I.2. Tujuan dan Manfaat
I.2.1. Tujuan Umum
ntuk mengetahui penyakit autoimunitas pada manusia! meliputi
ganguan pada melanisme Self olerance! faktor predisposisi penyakit
autoimun! dan petogenesis berbagai penyakit autoimun.
I.2.2. Tujuan Khuu
a. *emberi +a+asan tentang penyakit autoimunb. *emberi gambaran secara ringkas tentang penyakit autoimun
c. Sebagai salah satu dasar ilmu yang harus dikuasai dalam imunologidan patologi
d. Sebagai syarat untuk mengukuti jian ,khir lok.
I.2.!. Manfaat
*anfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah
mampu memberikan pengetahuan dan +a+asan yang lebih luas mengenai
penyakit autoimun.
BAB II
7/25/2019 referat autoimun
3/56
3
TIN"AUAN PU#TAKA
II.1. Pen$ak%t Aut&%mun
embuktian terus menyatakan bah+a suatu reaksi imun terhadap
antigennya sendiri (autoimunitas) merupakan penyebab penyakit tertetu pada
manusia! semakin banyak kasus dianggap telah disebabkan oleh proses ini.
/amun! dalam banyak kasus seperti ini! pembuktiannya tidak mutlak! dan
keberatan penting terhadap dak+aan tersebut adalah adanya antibodi
autoreaktif atau sel dalam jumlah kecil tidaah sama artinya dengan penyakit
autoimun. Sebagai contoh! antibodi nonpatologis terhadap antigen sendiri
tampaknya dapat dengan mudah ditemukan pada sebagian besar individu yang
tidak sehat. Selain itu! antibodi serupa yang nonpatologis terhadap antigennya
sendiri! sering kali dihasilkan setelah mengalami bentuk cedera lain misalnya
iskemia! yang mungkin memainkan peran fisiologis dalam pembersihan
produk pemecahan jaringan. &leh karena itu! banyaknya antibodi pada S01
secara logika menjelaskan banyak hal mengenai perubahan yang diamati.
Selain itu! autoantibodi yang sama tersebut dapat diidentifikasi dalam lesipatologis melalui pemeriksaan imunofluorosensi dan mikroskop electron.
iperkirakan penyakit autoimun berkisar dari penyakit yang
mengarahkan respon imun spesifik untuk mela+an suatu organ atau tipe sel
tertentu dan menimbulkan kerusakan jaringan lokal hingga ke penyakit
multisistem yang ditandai dengan lesi di berbagai organ dan disertai dengan
autoantibodi dalam jumlahyang besar atau reaksi selular. alam reaksi selular!
perubahan patologi sterutama terjadi di dalam jaringan ikta dan pembuluhdarah pada berbagai organ terserang. *eskipun dalam kenyataannya reaksi
pada penyakit sistemik ini tidak secara spesifik diarhkan untuk mela+an unsur
jaringan ikat aau pembuluh darah! tetapi sering kali disebut sebagai gangguan
vascular organ atau jaringan ikat. 2elaslah bah+a autoimunitas menunjukan
7/25/2019 referat autoimun
4/56
4
hilangnya toleransi sendiri. ntuk mengetahui bagaimana itu semua bisa
terjadi! kita akan bahas mekanisme toleransi imunologis yang normal terlebih
dahulu. ("obbins! #$$%)
33.4.4. oleransi 3munologi
oleransi imunologi adalah suatu keadaan saat seseorang tidak
mampu mengembangkan suatu respon imun mela+an suatu antigen
yang spesifik. oleransi diri (self tolerance) secara khusus menunjukan
kurangnya responsitivitas imun terhadap antigen jaringannya sendiri.
5ang jelas! toleransi diri semacam itu diperlukan jika kita dapat hidup
secara harmonis dengan pasukan limfosit yang merusak.
*ekanisme toleransi dibagi menjadi dua yaitu toleransi sentral
dan toleransi perifer.
a. oleransi sentral*ekanisme ini menunjukan pemusnahan limfosit dan b yang self-
reactive selama proses pematangannya dalam organ limfoid sentral
yaitu timus untuk sel dan sumsum tulang untuk sel . elah
dinyatakan dengan konfirmasi eksperimental pada tikus bah+a
banyak antigen protein autolog diproses dan disajikan oleh ,6
(,ntigen resenting 6ell) timus serta *76 (*ajor
7istocompability 6omple8) sendiri. Setiap sel yang berkembang
yang mengeluarkan reseptor untuk atigen sendiri tersebut diseleksi
secara negatif (dimusnahkan secara apoptosis)! sehingga kumpulan
sel perifer yang dihasilkan dimusnahkan oleh sel self-reactive.
Seperti pafa sel ! pemusnahan sel yang berkembang bertemu
dengan antigen yang terikat membran selama perkembangannya
dalam sumsum tulang! sel mengalami apoptosis. Sayangnya! proses
pemusnahan limfosit yang self-reactive kurang sempurna. anyak
antigen sendiri yang tidak muncul dalam timus sehingga sel yang
7/25/2019 referat autoimun
5/56
5
memba+a reseptor untuk autoantigen semacam itu lolos ke perifer.
alam sistem sel terjadi pula slippage! dan sel yang memba+a
reseptor untuk brbagai antigen-diri! termasuk tiroglobulin! kolagen!
dan /,! dapat dengan mudah ditemukan dalam darah perifer
individu yang sehat. ("obbins! #$$%)b. oleransi erifer
Sel self-reactive yang lolos dari seleksi negatif dalam timus
secara potensial dapat menimbulkan malapetaka! kecuali jika sel
tersebut dimusnahkan atau diberagus secara efektif. elah
diidentifkasi adanya beberapa mekanisme pendukung dalam
jaringan perifer yang melenyapkan sel yang berpotensi
aoutoreaktif tersebut94) ,nergi! menunjukan inaktivasi memanjang atau irversibel
limfosit yang diinduksi melalui pertemuannya dengan antigen
pada keadaan tertentu. 3ngat kembali bah+a aktivasi sel
memerlukan dua sinyal9 pengenalan antigen peptida dengan
molekul *76 (*ajor 7istocompability 6omple8)-sendiri pada
,6 (,ntigen resenting 6ell) serta sejumlah sinyal
kostimulator kedua yang tidak dikirimkan! sel menjadi
anergik. Sel semacam itu tidak akan responsive! bahkan jika
antigen yang cocok diserahkan lagi oleh ,6 (,ntigen
resenting 6ell) kompeten yang dapat mengirimkan
kostimulasi. :arena molekul kostimulasi tidak cukup banyak
dikeluarkan pada sebagian besar jaringan normal! pertemuan
antara sel autoreaktif dan antigen diri yang spesifik sering kali
menimbulkan anergi. Sel dapat pula menjadi anergik jika
bertemu dengan antigen tanpa adanya sel helper yang
spesifik.#) :ematian sel yang diinduksi oleh aktivasi9 mekanisme lain
untuk mencegah aktivasi sel yang tidak terkendali selama
respons imun normal yang melibatkan apoptosis sel aktif oleh
7/25/2019 referat autoimun
6/56
7/25/2019 referat autoimun
7/56
7
menyebabkan berkembangnya penyakit autoimun. Sel yang imuno
kompeten pasti terlibat dalam memerantarai cedera jaringan! tetapi
berbagai pengaruh pastinya yang memulai reaksinya terhadap diri
sendiri belum diketahui. *eskipun akan menarik untuk menjelaskan
penyakit aoutoimun melalui satu mekanisme! jelaslah bah+a pada saat
ini toleransi dapat dipintaskan melalui sejumlah cara. ada setiap
penyakit dapat muncul lebih dari satu defek! dan defek tersebut dapat
beragam dari suatu gangguan terhadap toleransi dan inisiasi
autoimunitas melibatkan interaksi faktor imunologi! genetik! dan
microbial yang rumit. 5ang dibahas di sini adalah mekanisme
imunologis a+al (terutama disebabkan oleh kegagalan toleransiperifer)! yang diikuti dengan gambaran umum mengenai peranan faktor
genetik dan microbial. ("obbins! #$$%)
II.2. 'angguan Terhada( Mekan%me )#elf T&leran*e+
33.#.4. :egagalan :ematian Sel yang iinduksi oleh ,ktivasi
,ktivasi sel yang berpotensi autoreaktif secara persisten dapat
menyebabkan apoptosis sel tersebut melalui sistem ligan Fas-fas. 7al ini
berarti kelainan pada jalur ini memungkinkan terjadinya proliferasi dan
persistensi sel autoreaktif dalam jaringan perifer. Sebagai penunjang
hipotesis ini! dilakukan percobaan! yaitu tikus dengan kelainan genetik
dengan Fas atau ligan Fas menderita penyakit autoimun kronis
menyerupai S01 yang ditemukan mengalami mutasi dalam gen Fas atau
ligan Fas! kelainan kecil lainnya pada kematian sel yang diinduksi olehaktivasi dapat berperan pada penyakit autoimun manusia. ("obbins!
#$$%)
33.#.#. >angguan pada ,nergi Sel
7/25/2019 referat autoimun
8/56
7/25/2019 referat autoimun
9/56
9
yang diinduksi oleh obat pada permukaan sel darah merah yang
menghasilkan antigen yang dapat dikenali oleh sel -helper. ("obbins!
#$$%)
33.#.@. :egagalan Supresi yang iperantarai Sel-
:emungkinan berkurangnya fungsi sel -regulation yang dapat
menyebabkan autoimunitas merupakan hal yang sangat menarik.
enelitian telah meunjukan adanya tipe khusus sel 6@A antigen
spesifik yang menyekresi 30-4$! sel 6@A ini dapat meekan proliferasi
sel lain yang anitgen-spesifik dan! yang lebih penting adalah
mencegah colitis autoimun pada tikus percobaan. *asih diselidiki
apakah hilangnya sel regulator tersebut berperan pada autoimunitas
pada manusia. ("obbins! #$$%)
33.#.B. *imikri *olekuler
eberapa gen infeksius memberikan epitop kepada antigen-diri!
dan respon imun yang mela+an mikroba tersebut akan menghasilkan
respons yang serupa terhadap antigen-diri yang bereaksi-silang. Sebagai
contoh! penyakit jantung rematik kadang-kadang muncul infeksi
streptokokus karena antibodi terhadap protein * streptokokus bereaksi
silang dengan glikoprotein jantungm imikri molekuler dapat pula
diterapkan pada epitop sel . bukti paling kuat yang mendukung hal ini
diperoleh dari klon sel yang reaktif terhadap protein dasar myelin yang
berasal dari penderita sklerosis multipel klon ini bereaksi pula dengan
peptida yang berasal dari sejumlah protein nonsendiri! termasuk banyak
yang berasal dari virus. ("obbins! #$$%)
33.#.C. ,ktivasi 0imfosit oliklonal
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya! dalam beberapa kasus!
toleransi dipertahankan melalui anergi. /amun! autoimunitas dapat
7/25/2019 referat autoimun
10/56
10
terjadi jika klon yang self-reactife! tetapi anergik tersebut dirangsang
oleh mekanisme yang tidak tergantung antigen. *ikroorganisme beserta
produknya mampu menyebabkan aktivasi poliklonal (yaitu antigen-
nonspesifik) sel . 5ang paling tepat untuk diteliti adalah
lipopolisakarida bakteri (endotoksin)! yang menginduksi limfosit tikus
untuk membentuk anti-/,! antitimosit! dan antibodi antiseldarah
merah in-vitro. Selain ittu! superantigen tertentu dapat berikatan dengan
mengaktivasi sekumpulan sel 6@A dengan cara yang tidak
tergantung antigen. 2adi! pada saat aktivasi superantigen sel-! beberapa
sel autorektif dapat dirangsang! dan dapat terjadi autoimunitas.
("obbins! #$$%)
33.#.%. elepasan ,ntigen erasing
anpa memperhatikan mekanisme pasti sehingga terjadi toleransi-
diri (pemusnahan atau anergi)! jelaslah bah+a induksi toleransi
memerlukan interaksi antara antigen yang ada dan sistem imun. 2adi!
setiap antigen-sendiri yang benar-benar telah diasingkan selama
perkembangannya mungkin dianggap asing jika selanjutnya bertemu
dengan sistem imun. 5ang termasuk dalam kategori ini adalah antigen
spermatoDoa dan antigen ocular. veitis pascatrauma dan orkhitis
pascavasektomi mungkin terjadi akibat respons imun mela+an antigen
yang biasanya diasingkan dalam mata dan testis. elepasan antigen saja
tidak cukup untuk menyebabkan autoimunitas! inflamasi yang
menyertai cedera jaringan penting pula untuk mengatur jalur
kostimulator yang sangat penting untuk induksi suatu respons imun.
("obbins! #$$%)
33.#.E. ejanan 1pitop-Sendiri yang ersembunyi dan enyebaran 1pitop
7/25/2019 referat autoimun
11/56
11
,khir-akhir ini telah dinyatakan bah+a pengasingan molekuler
antigen jauh lebih laDim daripada pengasingan anatomis. &leh karena itu!
tiap-tiap protein-sendiri mempunyai determinan antigenic (epitop) yang
relative sedikit yang diproses secara efektif dan disajikan. Selama
perkembangannya! sebagian besar sel yang mapu bereaksi dengan
epitop dominan semacam itu dimusnahkan salam timus ataupun menjadi
anergik di perifer. Sebaliknya sejumlah besar determinan-sendiri tidak
diproses hingga tidak dikenali oleh sistem imun! jadi sel yang spesifik
untuk epitop sendiri yang tersembunyi tersebut tidak dimusnahkan. 7al
itu berarti sel semacam itu dapat menyebabkan penyakit autoimun jika
epitop rahasia itu kemudian disajikan dalam bentuk imunologik. asarmolekuler kerahasiaan epitop serta penyingkapan rahasia epitop trsebut
tidak sepenuhnya dimengerti! meskipun mungkin banyak hal yang harus
dilakukan dengan kemampuan antigen untuk diproses oleh ,6 (,ntigen
resenting 6ell). enguraian proteolitik parsial suatu antigen pada lokasi
cedera jaringan hanyalah sutau mekanisme yang menghasilkan epitop
rahasia. ("obbins! #$$%)
alam setiap kejadian! telah menjadi dalil bah+a tanpamemperhatikan pemicu a+al respons imun (misalnya infeksi mikroba
yang bereaksi-silang! pelepasan antigen yang terasing! kegagalan sel
supresor)! kemajuan serta kronisitas respons autoimun dipertahankan
melalui rekrutmen sel autoreaktif yang mengenali determinan sendiri
yang tersembunyi secara normal. 3nduksi sel autoreaktif yang
mengenali determinan sendiri yang tersembunyi secara normal. 3nduksi
sel autoreaktif semacam iu kadang juga disebut sebagai penyebaran
epitop karena respons imun menyebar ke determinan yang pada mulanya
tidak dikenali. ("obbins! #$$%)
II.!. ,akt&r Pred%(&%% Pen$ak%t Aut&%mun
7/25/2019 referat autoimun
12/56
12
enyakit autoimun timbul karena patahnya toleransi kekebalan diri dan
dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang bersifat predisposisi adalah 9
33.;.4. Faktor >enetik pada ,utoimunitas
erdapat sedikit keraguan bah+a faktor genetik berperan secara
bermakna dalam kecenderungan terjadinya penyakit autoimun! seperti
yang diusulkan melalui pengamatan ini9
engelompokan familial pada beberapa autoimun! misalnya S01!
,nemia hematolitik autoimun! dan tiroiditis autoimun.
7ubungan antara beberapa penyakit autoimun dengan 70,! terutama
antigen kelas 33. 3nduksi penyakit autoimun pada tikus transgenik. ada manusia!
70,-#% berhubungan erat dengan terjadinya penyakit autoimun
tertentu! misalnya spondilitis ankilosa. 2ika gen 70,#% manusia
yang di klon dimasukan ke dalam garis germinal tikus! tikus tersebut
juga menderita spoliditis ankilosa. *odel ini memberikan bukti
langsung adanya pengaturan genetik pada autoimunitas.eranan pasti gen *76 dalam autoimunitas belum sepenuhnya
jelas. Seperti yang telah dibahas sebelumnya! alel *76 kelas 33 mungkin
memengaruhi penyajian peptide autoantigen kepada sel . Sebaliknya
diperhatikan pula bah+a banyak pasien yang memiliki gen *76 yang
berhubungan dengan kerentanan tidak pernah menderita penyakit! dan
sebaliknya! individu tanpa gen *76 yang sesuai dapat menderita
penyakit. engeluaran satu gen *76 khusus bukanlah satu-satunya
factor yang dapat memudahkan induksi autoimunitas! dan gen yang
berada diluar *76 secara jelas juga memengaruhi kecenderungan
terhadap adanya autoimunitas (misalnya! produksi sitokin! protease).
("obbins! #$$%)
33.;.#. 3nfeksi pada ,utoimunitas
7/25/2019 referat autoimun
13/56
13
Sejumlah mikroba! termasuk abkteri! mikoplasma! dan virus! telah
dikaitkan dalam pemicuan autoimunitas. *ikroba secara potensial dapat
memicu reaksi autoimun melalui beberapa cara9
Girus dan mikroba lain! terutama bakteri tertentu misalnyaStreptococci dan organisme Klebsiella, dapat menyerahkan epitop
yang bereaksi-silang kepada antigen sendiri.
,ntigen dan autoantigen mikroba dapat saling bergabung untuk
membentuk satuan imunogenik dan melakukan pintas toleransi sel-!
seperti yang digambarkan sebelumnya.
eberapa virus (misalnya! 1G) dan produk bakteri merupakan
mitogen sel atau sel pliklonal nonspesifik sehingga dapat
menginduksi pembentukan auoantibodi dan atau menghentikan
anergi sel .
3nfeksi mikroba yang disertai nekrosis jaringan dan inflamasi dapat
menggiatkan molekul kostimulato untuk mengistirahatkan ,6
dalam jaringan! sehingga membantu penghentian anergi sel .
"espon peradangan local dapat mempermudah penyajian antigen
tersembunyi sehingga menginduksi penyebaran epitop.2elasnya! cukup banyak kemungkinan mekanisme yang dapat
menjelaskan bagamana cara agen infeksius turut berperan dalampathogenesis autoimunitas. /amun! saat ini belum ada bukti yang secara
jelas mengaitkan setiap mikroba dengan penyakit autoimun pada manusia
yang disebabkannya. ("obbins! #$$%)
II.-.Pat&f%%&l&g% Beera(a Pen$ak%t Aut&%mun
[email protected]. >ambaran :linis
enyakit alergik pada saluran napas seperti rinitis alergik dan asma
ditandai oleh kerusakan jaringan setempat dan disfungsi organ di saluran
napas atas dan ba+ah akibat respons hipersensitivitas imun yang
7/25/2019 referat autoimun
14/56
14
abnormal terhadap alergen-alergen lingkungan yang umum ditemukan
dan tidak berbahaya. ,lergen yang menyebabkan penyakit saluran napas
terutama berupa pohon! rumput! dan serbuk sari benalu musiman atau
inhalan perenial (mis. antigen tungau debu rumah! kecoa! kapang! buluH
serpihan kulit he+an! dan antigen protein lainnya). enyakit alergik
adalah kausa umum gangguan saluran napas akut dan kronik pada anak
dan de+asa. "initis alergik dan asma menyebabkan morbiditas yang
signifikan! dan prevalensi kedua penyakit ini meningkat dalam #$ tahun
terakhir. alam suatu survei di enmark! prevalensi rinitis alergik
dengan uji kulit-positif pada orang berusia 4B-@4 tahun meningkat dari
4#!'I pada tahun 4''$ menjadi ##!BI pada tahun 4''E. iayalangsung total untuk rinitis alergik diperkirakan sekitar B!' milyar J per
tahun (kurs dolar 4''C)! yang terutama digunakan untuk layanan ra+at-
jalan dan obat. "initis alergik dibahas di sini sebagai model untuk
patofisiologi penyakit saluran napas alergik yang diperantarai oleh ig1.
(rice! #$$B)
33.@.#. 1tiologi
enyakit saluran napas atas dapat bersifat akut atau kronik."initis akut (non-alergik) umumnya disebabkan oleh infeksi atau! pada
anak! kadang-kadang berkaitan dengan obstruksi benda asing di hidung.
"initis kronik yang terjadi secara episodik atau terus menerus sering
disebabkan oleh hipersensitivitas alergik! meskipun kausa lain dapat
mendasari kelainan ini.
"initis alergik mengisyaratkan adanya hipersensitivitas tipe
cepat (tipe 3! diperantarai oleh 3g1) terhadap alergen lingkungan yangmengenai mukosa saluran napas secara langsung. artikel berukuran
lebih besar dari B Km disaring hampir seluruhnya oleh mukosa hidung.
:arena sebagian besar butiran serbuk sari berukuran sedikitnya sebesar
ini! hanya sedikit partikel utuh yang dapat menembus saluran napas
7/25/2019 referat autoimun
15/56
15
ba+ah jika hidung berfungsi normal. :eadaan alergik atau atopik
ditandai oleh kecenderungan ba+aan untuk membentuk antibodi 3g1
terhadap alergen lingkungan yang spesifik dan respons fisiologis yang
timbul akibat pembebasan mediator-mediator peradangan setelah
interaksi alergen dengan 3g1 yang terikat pada sel mast. >ambaran
klinis rinitis alergik mencakup rasa gatal di hidung! mata! dan langit-
langit! serangan bersin! pilek! dan hidung tersumbat. "i+ayat penyakit
alergik lain! misalnya asma atau dermatitis atopik! pada diri sendiri atau
keluarga menunjang diagnosis alergi. Stigma fisik yang mendukung
diagnosis antara lain edema infraorbita bilateral (Lallergic shinersL)! alur
hidung horiDontal! mukosa hidung yang pucat dan bengkak! obstruksihidung! dan eksem yang mengenai permukaan lipatan ekstremitas.
1osinofilia atau basofilia hidung yang ditemukan pada apusan atau
kerokan hidung juga dapat menunjang diagnosis. :onfirmasi rinitis
alergik membutuhkan pembuktian adanya antibodi 3g1! spesifik
terhadap alergen-alergen umum dengan uji in vitro seperti
radioallergosorbent test atau in vivo (uji kulit) pada pasien dengan
ri+ayat gejala pada pajanan yang relevan. (rice! #$$B)
33.@.;. atologi dan atogenesis
eradangan di saluran napas diketahui sebagai gambaran penting
asma kronik dan rinitis alergik. engikatan silang 3g1 yang terikat pada
permukaan sel oleh antigen akan mengaktifkan basofil dan sel mast
jaringan! yang memicu pembebasan segera mediator-mediator yang
sudah dibentuk sebelumnya (preformedM histamin! faktor kemotaktik!
enDim) dan pembentukan mediator baru (prostaglandin! leukotrien! dan
platelet-activating factor). Sel mast dan basofil juga memiliki
kemampuan untuk membentuk dan membebaskan sitokin proinflamasi!
faktor pertumbuhan! dan faktor regulatorik yang berinteraksi secara
kompleks.
7/25/2019 referat autoimun
16/56
16
3nteraksi berbagai mediator dengan berbagai organ dan sel sasaran
di saluran napas atas dapat memicu respons bifasik9 efek dini pada
pembuluh darah! otot polos! dan kelenjar sekretorik yang ditandai oleh
kebocoran vaskular! konstriksi otot polos! dan hipersekresi mukusM serta
respons lambat yang ditandai oleh edema mukosa dan influks sel radang.
roses-proses ini telah diteliti melalui provokasi langsung kulit atau
hidung dengan alergen. roses-proses fase a+al terutama diperantarai
oleh histamin! sementara proses-proses fase lambat diinduksi oleh
sitokin! mediator kemotaktik jadi! metabolit asam arakidonat
(leukotrien)! danplatelet-activating factor.
/e(&n fae a0alterjadi dalam beberapa menit setelah pajanan oleh
antigen. Setelah pajanan alergen di hidung atau melalui udara! pasien
alergik mulai bersin dan mengalami peningkatan sekresi hidung. Setelah
sekitar B menit! pasien mengalami pembengkakan mukosa yang
menyebabkan berkurangnya aliran udara. erubahan-perubahan ini
disebabkan oleh efek mediatorvasoaktif dan mediator yang
menyebabkan konstriksi otot polos! termasuk histamin! /-N-tosil-4-
arginin metilester-esterase (,*1)! leukotrien! prostaglandin D2
(> D
2 )! serta kinin dan kininogen dari sel mast dan basofil. Secara
histologis! respons a+al ini ditandai oleh permeabilitas vaskular!
vasodilatasi! edema jaringan! dan sebukan ringan sel yang terutama
berupa granulosit.
/e(&n alerg%k fae lanjut dapat timbul setelah respons fase a+al
(respons ganda) atau terjadi sebagai proses tersendiri. "eaksi fase lanjut
ini dimulai #-@ jam setelah pajanan a+al oleh antigen! mencapai
aktivitas maksimal dalam C-4# jam! dan biasanya mereda dalam 4#-#@
jam. /amun! jika pajanan terjadi berulang atau berkepanjangan! respons
peradangan menjadi kronik. "espons fase lanjut ditandai oleh eritema!
7/25/2019 referat autoimun
17/56
17
indurasi! panas! rasa terbakar! dan rasa gatal dan secara mikroskopis oleh
influks sejumlah sel yang terutama terdiri dari eosinofil dan sel
mononukleus. erubahan yang sesuai dengan remodeling saluran napas
dan hiperreaktivitas jaringan juga dapat terjadi.
anpa adanya pajanan antigen ulang! mediator respons fase a+al
kecuali >#muncul kembali selama respons fase lambat. :etiadaan
>#! suatu produk eksklusif sel mast! dengan berlanjutnya pelepasan
histamin! mengisyaratkan bah+a basofil! dan bukan sel mast! yang
merupakan sumber penting mediator selama respons fase lambat. erjadi
akumulasi dini neutrofil dan eosinofil! yang kemudian diikuti oleh
akumulasi sel aktif! yang membentuk sitokin-sitokin 7#. Sel radang
yang menyebuk jaringan dalam respons fase lambat dapat ikut
mengeluarkan sitokin dan faktor pelepas-histamin yang dapat
menyebabkan berlanjutnya respons fase lanjut sehingga terjadi
hiperresponsivitas! hipersekresi mukus! produksi 3g1! eosinofilia! dan
gangguan di jaringan sasaran (mis. bronkus! kulit! atau mukosa hidung)
yang berkepanjangan.
erdapat bukti tak-langsung yang kuat bah+a eosinofil adalah selproinflamasi kunci dalam penyakit alergi saluran napas. 1osinofil sering
ditemukan dalam sekresi dari mukosa hidung pasien dengan rinitis
alergik dan dalam sputum pengidap asma. roduk-produk eosinofil yang
aktif seperti major basic protein dan protein kationik eosinofil! yang
bersifat destruktif bagi jaringan epitel saluran napas dan mempermudah
reaktivitas saluran napas! juga dapat ditemukan di saluran napas pasien
dengan penyakit alergik.
"ekrutmen eosinofil dan sel radang lain ke saluran napas sebagian
besar dilakukan oleh produk kemokin dan molekul perekat aktif.
erdapat dua subfamili kemokin! yang berbeda menurut jenis sel yang
ditarik dan lokasi gen kemokin tersebut di kromosom. :emokin 6-6!
7/25/2019 referat autoimun
18/56
7/25/2019 referat autoimun
19/56
19
manifestasi yang akut atau tersamar yang sebenarnya dapat menyerang
setiap organ tubuhM namun! penyakit ini terutama menyerang kulit! ginjal!
membran serosa! sendi! dan! jantung. Secara imunologis! penyakit ini
melibatkan susunan autoantibodi yang membingung-kan! yang secara
klasik termasuk antibodi antinuklear (,/,). >ambaran klinis S01
sangat beragam dan mempunyai sangat banyak kemiripan dengan pe-
nyakit jaringan ikat autoimun lainnya (artritis rematoid! poliomielitis!
dll.) sehingga perlu untuk membuat kriteria diagnosisnya). 2ika seorang
pasien menunjukkan empat atau lebih kriteria selama observasi! diagnosis
S01 dapat ditegakkan. ("obbins! #$$%)
abel #.B-4 :riteria untuk :lasifikasi S01 "evisi tahun 4''%
/o :riteria efinisi
4 "uam malar 1ritema tetap! datar alau meninggi! melebihi
tonjolan malar! cenderung tidak mengenai
lipatan nasolabialis
# "uamdiskoid ercak eritematosa menonjol dengan skuama
keratosis dan sumbatan folikelM parut atrofi
dapat muncul pada lesi yang lebih lama
; Fotosensitivasi "uam yang timbul akibat reaksi yang tidak
biasa terhadap cahaya matahari! berdasarkan
ri+ayat pasien atau pengamatan dokter
@ lkusmulut lserasi mulut atau nasofaring! biasanya tidak
nyeri! diamati oleh dokter
7/25/2019 referat autoimun
20/56
20
B ,rtritis ,rtritis nonerosif yang mengenai dua atau lebih
persendian perifer! ditandai dengan nyeri!
bengkak! danefusi
C Serositis leuritisQadanya ri+ayat nyeri atau gesekan
pleura yang meyakinkan yang didengar oleh
dokter atau bukti adanya efusi pleura atau
erikarditis diperhatikan melalui
elektrokardiogram atau adanya gesekan atau
bukti efusi perikard
% >angguan
ginjal
roteinuria persisten R$!B gHd0 atau R;A bila
tidak dengan protein kuantitatif atau Silindersel
Qdapatberupa sel darah merah! hemoglobin!
granula! tubulus! atau campuran
E >angguan
neurologis
:ejang tanpa adanya gangguan akibat obat atau
gangguan metabolik yang diketahui! (misalnya!
uremia! ketoasidosis! atau ketidakseimbangan
elektrolit) atau sikosisQtanpa adanya
gangguan akibat obat atau gangguan metabolik
yang diketahui!
(misalnya! uremia! ketoasidosis! atau
ketidakseimbangan elektrolit)
' >angguan
hematologi
,nemia hemolitik disertai retikulosis! atau
0eukopeniaQT@!$ 8 4$'H0 (@$$$Hmm;) total
pada dua atau lebih pemeriksaan 0imfopeniaQ
T4!B84$U H0 (4B$$Hmm;) pada dua atau lebihpemeriksaan rombositopeniaQT4$$
84$'H0(4$$ 84$;Hmm;) tanpa adanya obat yang
mengganggu
4$ gangguan ,ntibodi anti-/, terhadap /, asal dalam
7/25/2019 referat autoimun
21/56
21
imunologi titer abnormal atau ,nti-SmQadanya antibodi
terhadap antigen nukleus Sm atau ,ntibodi
antifosfolipid positif berdasarkan pada (4) kadar
antibodi antikardiolipin 3g> atau 3g* serum
yang abnormal! (#) uji positif antikoagulan
lupus menggunakan uji standar! atau (;) uji
serologi sifilis positif keliru yang diketahui
positif paling tidak C bulan dan dikonfirmasi
dengan imunomobilisasi reponema pallidum
atau uji absorpsi antibodi treponema fluoresen
yang negatif
44 antibodi
antinuklear
iter antibodi antinuklear abnormal melalui
imunofluoresensi atau pemeriksaan sebanding
pada setiap +aktu dan tidak adanya obat yang
diketahui berkaitan dengan sindrom lupus yang
diinduksi obat
S01 adalah penyakit yang cukup laDimM prevalensi-nya dalampopulasi tertentu kira-kira 4 kasus per #B$$ orang. Seperti pada sebagian
besar penyakit autoimun! terdapat kecenderungan kuat bah+a penyakit
ini terjadi pada perempuan (kira-kira '94)! yang menyerang 4 di antara
%$$ perempuan usia subur. enyakit tersebut lebih umum dan lebih berat
menyerang orang kulit hitam ,merika! yang pada 4 di antara #@B +anita
dalam kelompok tersebut. &nset yang laDim adalah pada dekade kedua
atau ketiga! tetapi dapat pula terjadi pada setiap usia! termasuk masa
kanak dini. ("obbins! #$$%)
Et%&l&g% dan Pat&gene%. :elainan mendasar pada S01 adalah
kegagalan mempertahankan tole-ransi-diri. ,kibatnya! terdapat
autoantibodi dalam jumlah besar yang dapat merusak jaringan secara
7/25/2019 referat autoimun
22/56
22
langsung ataupun dalam bentuk endapan kompleks imun. elah
diidentifikasi bah+a antibodi tersebut mela+an komponen nuklear dan
sitoplasma sel seorang pejamu yang tidak spesifik terhadap organ atau
spesies. Suatu kelompok lain antibodi diarahkan untuk mela+an antigen
permukaan sel unsur darah! sementara yang lain diarahkan untuk
mela+an protein yang membentuk kompleks dengan fosfolipid.
("obbins! #$$%)
Antibodi Antinuklear(,/,). ,/, diarahkan untuk mela+an
beberapa antigen nukleus dan dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori9 (4) antibodi terhadap /,! (#) antibodi terhadap histon! (;)
antibodi terhadap protein nonhiston yang terikat pada "/,! dan (@)
antibodi terhadap antigen nukleolus. ada abel B-C tercantum beberapa
,/, dan hubung-annya dengan S01 dan dengan penyakit autoimun lain
yang akan dibahas kemudian. eberapa teknik diguna-kan untuk
mendeteksi ,/,. Secara klinis! metode yang paling sering digunakan
adalah imunofluoresensi indirek! yang mendeteksi berbagai macam
antigen nukleus! termasuk /,! "/,! dan protein (,/, generik). ola
fluoresensi nukleus menunjukkan jenis antibodi yang terdapat dalam
serum pasien! dan di-kenal adanya empat pola dasar9
e+arnaan homogen atau difus biasanya mencerminkan antibodi
terhadap kromatin! histon! dan /, rantai ganda.
ola pe+arnaan melingkar atau perifer paling sering menunjukkan
adanya antibodi terhadap /, untai ganda.
ola bercak adalah pola yang paling umum dan menunjukkan adanya
bercak yang berukuran seragam atau berbeda-beda. ola ini
menggambarkan adanya antibodi terhadap unsur nukleus non /,!
misalnya antibodi terhadap histon dan ribonukleoprotein. 6ontohnya!
antigen Sm! ribonukleoprotein ("/)! serta antigen SS-, dan SS-
ola nukleolar menggambarkan adanya sedikit bintik-bintik fluoresensi
yang terputus-putus di dalam nukleus yang memperlihatkan antibodi
7/25/2019 referat autoimun
23/56
23
terhadap "/, nukleolus. ola ini paling sering dilaporkan terdapat pada
para pasien sklerosis sistemik.
Sebenarnya uji imunofluoresensi ,/, pada setiap pasien S01
positif sehingga uji tersebut sangat sensitif. /amun! uji ini tidak spesifik
karena pasien dengan penyakit autoimun lain (dan BI-4BI orang
normal) juga memberikan hasil yang positif . Selain itu! pola fluoresensi
tidak mutlak spesifik untuk jenis antibodi! dan karena jumlah antibodinya
amat berlebihan! sering kali terdapat kombinasi yang bermacam-macam.
eberapa ,/, yang penting secara klinis tercantum dalam abel B-C.
Sebaiknya diperhati-kanbah+a terdapatnya antibodi terhadap /, untai
ganda! atau terhadap antigen yang disebut antigen Smith (Sm)! jelas
diagnostik untuk S01. ("obbins! #$$%)
ada banyak pasien ditemukan adanya antibodi yang mela+an
sel darah! termasuk eritrosit! trombosit! dan limfosit. ,ntibodi
antifosfolipid terdapat pada @$I-B$I pasien lupus dan bereaksi dengan
beragam protein yang membentuk kompleks dengan fosfolipid. eberapa
antibodi berikatan pada antigen kardiolipin! yang digunakan dalam uji
serologis untuk sifilis! sehingga penderita lupus dapat memperoleh hasiluji positif-keliru untuk sifilis. :arena fosfolipid diperlukan untuk
penggumpalan darah! para pasien yang memiliki antibodi fosfolipid dapat
pula menunjukkan uji penggumpalan in vitro yang memanjang! misalnya
partial thromboplastin time. &leh karena itu! antibodi ini disebut sebagai
Lantikoagulan lupusL meskipun pada kenyataannya pasien yang
mempunyai antibodi tersebut berada pada keadaan protrombosis. asien
ini cenderung mengalami trombosis vena dan arteri! trombositopenia!
serta abortus spontanberulang. ("obbins! #$$%)
Faktor >enetik. ukti yang mendukung ke-cenderungan genetik
terjadinya S01 mempunyai beberapa bentuk.
erdapat indeks yang tinggi (#BI) pada kembar monoDigotik versus
7/25/2019 referat autoimun
24/56
24
kembar diDigotik (4I hingga
,nggota keluarga mempunyai risiko yang me-M ningkat untuk menderita
S01! dan hingga #$I pada kerabat tingkat pertama yang secara klinis
tidak terkena dapat menunjukkan adanya auto-antibodi. ada populasi orang kulit putih di ,merika tara! terdapat hubungan
positif antara S01 dan gen 70, kelas 33! terutama pada lokus 70,-V.
eberapa pasien lupus (sekitar CI) mengalami defisiensi komponen
komplemen yang diturunkan. :ekurangan komplemen mungkin akan
meng-ganggu pembersihan kompleks imun dari sirkulasi dan
memudahkan deposisi jaringan! yang me-nimbulkan jejas jaringan.
,akt&r N&ngenet%k. 6ontoh yang paling jelas dari faktor
nongenetik (misalnya! lingkungan) dalam me-mulai terjadinya S01
adalah adanya sindrom menyerupai lupus pada pasien yang meminum
obat tertentu! seperti prokainamid dan hidralaDin. &leh karena itu!
sebagian besar penderita yang diobati dengan prokainamid selama lebih
dari C bulan akan menghasilkan ,/,! disertai gambaran S01 yang
muncul pada 4BI hingga #$I pasien tersebut.Hormon sekssepertinya
juga menunjukkan pengaruh yang penting pada kejadian S01M lihatlah
kecenderungan terjadinya penyakit yang lebih besar pada perempuan. 7alini disebabkan oleh efek estrogen yang bermanfaat terhadap sintesis
antibodi. ajanan sinar ultraviolet merupakan faktor lingkungan lain yang
memperburuk penyakit tersebut pada banyak individu. Sinar ultraviolet
dapat merusak /, dan meningkatkan jejas jaringan yang akan
melepaskan kandungan sel dan meningkatkan pembentukan kompleks
imun /,H anti-/,M kemungkinan lain! faktor ini dapat meng-atur
respons imun lokal dengan meningkatkan produksi keratinosit 30-4.
("obbins! #$$%)
,akt&r Imun&l&g%. Semua gambaran imunologis yang
ditemukan pada penderita S01 secara jelas mem-beri petunjuk bah+a
kekacauan mendasar pada sistem imunberlaku pada patogenesisnya.
7/25/2019 referat autoimun
25/56
25
/amun! meskipun terdapat bermacam-macam kelainan imunologis! baik
pada sel- maupun sel- pada pasien S01! sulit untuk mengidentifikasi
setiap salah satunya sebagai pe-nyebab. Selama bertahun-tahun!
hiperaktivitas sel- intrinsik dianggap sebagai gambaran utama pato-
genesis S01M dalam kenyataannya! aktivasi sel- poliklonal dapat dengan
mudah terlihat para penderita S01 maupun pada lembu percobaan yang
menderita S01. ,nalisis molekular terhadap antibodi anti-/, untai
ganda memberi petunjuk yang sangat kuat bah+a antibodi tersebut tidak
dihasilkan oleh susunan acak sel aktif poliklonal! tetapi lebih banyak
berasal dari respons sel- oligoklonal yang lebih selektif terhadap
antigennya sendiri. Sebagai contoh! antibodi anti-/, patogen padapasien S01 adalah kationik (suatu gambaran yang berhubungan dengan
deposisi dalam glomerulus ginjal)! sedangkan antibodi anti-/, yang
dihasilkan oleh sel yang teraktivasi secara poliklonal adalah anionik
dan nonpatogen. ("obbins! #$$%)
&leh sebab itu! tanggung ja+ab autoimunitas pada S01 telah
beralih ke sel helper 6@A! yang menghasilkan suatu gambaran
patogenesis. /amun demikian! sebaiknya senantiasa diingat bah+a S01
merupakan suatu penyakit heterogenM produksi autoantibodi yang berbeda
diatur oleh faktor genetik yang berbeda! dan tidaklah mengejutkan bah+a
gangguan imunoregulasi yang berbeda ditemukan pada pasien dengan
latar belakang genetik danHatau profil autoantibodi yang berbeda pula.
Mekan%me "eja "ar%ngan. anpa memperhati-kan urutan
pasti terbentuknya autoantibodi! yang jelas autoantibodi tersebut
merupakan mediator untuk jejas jaringan. Sebagian besar lesi viseral
diperantarai oleh kompleks imun (hipersensitivitas tipe 333). Sebagai
contoh! kompleks /,Hanti-/, dapat dideteksi dalam glomerulus.
erdapatnya kadar komplemen serum yang rendah yang disertai dengan
deposit granula dalam glomerulus lebih lanjut akan memberikan
7/25/2019 referat autoimun
26/56
7/25/2019 referat autoimun
27/56
7/25/2019 referat autoimun
28/56
28
/europati perifer 4@
Gaskulitis nekrotikans akutyang menyerang arteri kecil serta
arteriol dapat muncul pada setiap jaringan. ,rteritis ditandai dengan
nekrosis dan endapan fibri-noid di dalam dinding pembuluh darah yang
mengandung antibodi! /,! fragmen komplemen! dan fibrinogenM sering
pula ditemukan adanya infiltrat leukosit transmural dan perivaskular.
ada tahap kronis! terjadi penebalan fibrosa pada pembuluh darah yang
disertai penyempitan lumen. ("obbins! #$$%)
Serangan pada kulit terjadi pada sebagian besar pasienM pada
separuh pasien diamati terjadinya suatu erupsi eritematosa atau
makulopapular di atas emi-nentia malaris dan jembatan hidung (Lpola
kupu-kupuL). ajanan terhadap sinar matahari (sinar ultraviolet) akan
memperburuk eritema (disebut dengan foto-sensitivitas)! dan ruam serupa
dapat ditemukan di setiap tempat pada ekstremitas dan badan! sering kali
pada daerah yang terpajan sinar matahari. Secara histo-logis! terjadi
degenerasi likuefaktif (pencairan) pada lamina basalis epidermis! edema
pada dermoepidermal junction! serta infiltrat mononuklear di se-keliling
pembuluh darah dan bagian kulit emeriksaan mikroskop
imunofluoresensi menunjukkan pengendapan imunoglobulin dan
komplemen pada dermoepidermal junction endapan imunoglobulin dan
komplemen yang serupa dapat pula ditemukan pada kulit yang tidak
terserang. ("obbins! #$$%)
7/25/2019 referat autoimun
29/56
7/25/2019 referat autoimun
30/56
30
,ntibodi terhadap protein membran sinaps telah pula dikaitkan dengan
penyebab muncul-nya gejala SS.
0impa dapat cukup membesar. enebalan fibrosa kapsular
laDim ditemukan! demikian pula hiperplasia folikular yang disertai
dengan sejumlah besar sel plasma dalam pulpa merah. ,rteri penisiiiaris
sentralis secara khas menunjukkan penebalan dan fibrosis peri-vaskular!
yang menghasilkan lesi-lesi seperti kulit ba+ang (onion-skin).
erikard dan pleura! secara khusus merupakan membran serosa
yang menunjukkan berbagai macam perubahan radang dalam S01 yang
berkisar dari (pada fase akut) efusi serosa hingga eksudat fibrinosa dan
berkembang menjadi opasifikasi fibrosa pada fase kronis.
#erangan (ada jantung terutama bermanifestasi dalam
bentuk perikarditisM miokarditis! dalam bentuk infiltrat sel mononuklear
nonspesifik! dapat pula ditemu-kan! tetapi jarang. 0esi valvular! yang
disebut dengan endokarditis 0ibman-Sacks! juga terjadi! tetapi jarang
ditemukan karena penggunaan terapi kortikosteroid yang agresif pada
saat ini. 1ndokarditis verukosa non-bakterial ini berbentuk endapan
menyerupai veruka (kutil) iregular! berukuran 4-; mm! yang jelas terlihat
pada salah satu dari kedua permukaan daun katup (yaitu pada permukaan
yang dile+ati oleh aliran keluar-nya darah atau pada sisi ba+ah daun
katup). Semakin banyak pula para pasien yang menunjuk-kan gambaran
klinis dan anatomis pada penyakit arte-ria koronaria. asar terjadinya
aterosklerosis yang di-percepat ini belum sepenuhnya dimengerti! tetapi
sepertinya disebabkan oleh berbagai faktorM kompleks imun pasti dapat
mengendap dalam pembuluh darah jantung dan menyebabkan kerusakanendotel melalui jalur tersebut. Selain itu! pengobatan glukokortikoid
menimbulkan perubahan metabolisme lipid! serta penyakit ginjal (laDim
pada pasien S01 =dibahas kemudian?) yang menyebabkan hipertensiM
keduanya merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis
7/25/2019 referat autoimun
31/56
31
>ambar #.B-# 1ndokarditis katup mitral 0ibman Sacks pada
lupus eritematosus sistemik. apat terlihat dengan mudah vegetasi kecil
yang melekat pada tepi daun katup.
#erangan (ada g%njalmerupakan salah satu gambaran klinis
terpenting pada S01! dengan gagal ginjal sebagai penyebab kematian
yang paling sering. alam hal ini! pusat perhatian adalah pada patologi
glomerulus! meskipun lesi interstisial dan tubular juga ditemukan pada
S01.
atogenesis semua bentuk glomerulonefritis pada S01
melibatkan pengendapan kompleks /,Hanti-/, di dalam glomerulus.
:ompleks ini akan membangkit-kan suatu respons peradangan yang
7/25/2019 referat autoimun
32/56
7/25/2019 referat autoimun
33/56
33
>ambar #.B-; /efritis lupus. erdapat dua lesi nekrotikans fokal
pada pukul 44 dan #. (e+arnaan 7 Y 1.)
'l&merul&nefr%t% (r&l%ferat%f d%fu kela I34 merupakan
bentuk lesi ginjal yang paling serius dan paling sering ditemukan pada
S01! terjadi pada kira-kira separuh pasien. Sebagian besar glomerulus
menunjukkan adanya proliferasi endotel dan mesangium yang
menyerang seluruh glomerulus. &leh karena itu! terdapat
hiperselularitas difus pada glomerulus! yang dalam beberapa kasus
menghasilkan kumpulan epitel berbentuk sabit yang mengisi rongga
o+man. :ompleks imun dapat terlihat dengan pe+arnaan antibodi
fluoresen yang diarahkan untuk me-la+an imunoglobulin atau
komplemen! yang menghasilkan pola pe+arnaan fluoresen granular. 2ika
cukup luas! kompleks imun akan menebalkan seluruh dinding kapiler!
menyerupai Lgulungan ka+atL kaku pada pemeriksaan rutin dengan
mikroskop cahaya. emeriksaan mikroskop elektron akan menunjukkan
adanya kompleks imun subendotel yang padat elektron (antara endotel
dan membrana basalis). ada +aktunya! cedera glomerulus akan me-
nimbulkan jaringan parut (glomerulosklerosis). ara pasien ini sangat
simtomatisM sebagian besar meng-alami hematuria yang disertai
dengan proteinuria sedang sampai berat! hipertensi! dan insufisiensi
ginjal.
7/25/2019 referat autoimun
34/56
34
>ambar #.B-@ /efritis lupus. , ipe proliferatif difus. erhatikan
peningkatan selularitas yang tinggi di seluruh glomerulus. (e+amaan 7
Y 1). C. /efritis lupus yang menunjukkan glomerulus dengan beberapa
lesi L+ire loopL yang menunjukkan deposit kompleks imun subendotel
yang luas. (e+amaan asam periodik-Schiff.)
>ambar #.B-B >ambaran mikrograf elektron lengkung kapiler
glomerulus ginjal dari pasien lupus eritematosus sistemik. eposit padat
subendotel dapat di-samakan dengan L+ire loopL yang terlihat dengan
mikroskop cahaya ! membran basa-lisM 1nd! endotelM 1p! sel epitel
dengan penonjolan kakiM *es! mesangiumM "6! sel darah merah dalam
lumen kapilerM S! ruang urineM [! deposit padat-elektron pada lokasi
subendotel.
7/25/2019 referat autoimun
35/56
7/25/2019 referat autoimun
36/56
36
masalah klinis utama. ,/, dapat ditemukan secara nyata pada 4$$I
penderita! tetapi dapat pula ditemukan pada pasien penyakit autoimun
lainM namun! adanya antibodi anti-/, untai ganda dianggap sangat
menunjang diagnosis S01. :adar komplemen serum rendah! terutama
akibat peng-endapan kompleks imun.
erjalanan penyakit S01 sangat beragam. Zalau-pun tanpa
pengobatan! beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang relatif
jinak yang hanya disertai manifestasi pada kulit danHatau hematuria.
alam kasus yang jarang! perjalanan penyakit demikian cepat hingga
terjadi kematian dalam +aktu beberapa bulan saja. enyakit tersebut
paling sering ditandai dengan remisi serta relaps berjangka +aktu
teberapa tahun hingga beberapa puluh tahun. Serangan akut biasanya
dikendalikan dengan menggunakan obat steroid atau imunosupresif
lainnya. Secara keseluruhan! dengan pengobatan yang digunakan pada
saat ini! dapat diperkirakan angka kelangsungan Zdup untuk B tahun
adalah '$I dan untuk 4$ tahun adalah E$I. enyebab utama kematian
adalah gagal gjnjal! infeksi yang ikut menyerang! dan serangan pada
sistem saraf pusat yang difus. ("obbins! #$$%)
33.B.#. ,rtritis "ematoid
,rtritis rematoid (",) adalah suatu penyakit peradangan
kronis sistemik yang menyerang berbagai jaringan! tetapi pada dasarnya
menyerang sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis proliferatif
nonsupuratif fang sering kali berkembang menjadi kehancuran tulang
ra+an sendi dan tulang di ba+ahnya dan menimbulkan kecacatan akibat
artritis. 2ika terjadi serangan pada ekstraartikular misalnya! pada kulit!jantung! pembuluh darah! otot! dan paru-", dapat menyerupai S01 atau
skleroderma.
", adalah suatu kondisi yang sangat umum terjadi! dengan
prevalensi kira-kira 4IM penyakit ini tiga hingga ima kali lebih sering
7/25/2019 referat autoimun
37/56
37
menyerang perempuan daripada lelaki. 3nsidens tertinggi terjadi pada
dekade kedua aingga keempat! tetapi tidak ada kelompok usia yang iebal.
5ang akan dibahas pertama kali adalah morfo-loginya! sebagai latar
belakang untuk membahas fatogenesisnya.
M&rf&l&g%
,rtritis rematoid menyebabkan perubahan morfologis yang luasM
perubahan terberat terjadi pada persendian. ", secara khas muncul
sebagai artritis simetris! yang terutama menyerang sendi kecil padatangan dan kaki!
pergelangan kaki! lutut! pergelangan tangan! siku! dan bahu.
Secara klasik! sendi interfalang proksimal dan metakarpofalang akan
terserang! tetapi sendi interfalang distal tidak terserang. 2ika terjadi pada
aksial! serangannya terbatas pada vertebra servikalis bagian atasM
demikian pula! serangan pada sendi panggul sangat jarang terjadi. Secara
histologis! sendi yang terserang menunjukkan sinovitis kronis! yangditandai dengan (4) hiperplasia dan proliferasi sel sinovialM (#) infiltrat sel
peradangan perivaskuler padat (sering kali membentuk folikel limfoid)
dalam sinovium yang tersusun atas sel 6@A! sel plasma! dan makrofagM
(;) peningkatan vaskularitas akibat angiogenesisM (@) neutrofil dan
agregat fibrin yang mengalami organisasi pada permukaan sinovial dan
dalam ruang sendiM serta (B) peningkatan aktivitas osteoklas pada tulang
di ba+ahnya sehingga terjadi penetrasi sinovial dan erosi tulang.
>ambaran klasik adalah terdapatnya panus! yang dibentuk oleh sel epitel
sinovial yang berproliferasi dan bercampur dengan sel radang! jaringan
granulasi! dan jaringan ikat fibrosaM pertumbuhan jaringan ini sangat
berlebihan sehingga membran sinovial yang biasanya tipis dan halus
7/25/2019 referat autoimun
38/56
7/25/2019 referat autoimun
39/56
7/25/2019 referat autoimun
40/56
40
N&dulu ukutan remat&%dterjadi pada kira-kira seperempat
dari para pasien! yang terjadi di sepanjang permukaan ekstensor lengan
ba+ah atau pada tempat lain yang mudah terkena tekanan mekanisM
nodulus ini jarang terbentuk dalam paru! limpa! jantung! aorta! dan organ
visera lainnya. /odulus rematoid adalah massa yang kenyal! tidak nyeri
tekan! oval atau bulat! berdiameter mencapai # cm. Secara mikroskopis!
nodulus ini ditandai dengan suatu fokus sentral nekrosis fibrinoid yang
dipagari oleh suatu palisade makrofag! yang kemudian akan dikelilingi
oleh jaringan granulasi.
>ambar #.B-E *odulus rematoid subkutan dengan adanya daerah
nekrosis (atas) yang dikelilingi oleh makrofag seperti palisade dan
adanya sel radang kronik yang tersebar.
asien dengan penyakit erosif berat! nodulus rematoid! serta titer
faktor rematoid yang tinggi (3g* dalam sirkulasi yang mengikat ig>
=dibahas kemudian?) berisiko mengalami sindrom vaskulitisM vaskulitisnekrotikans akut dapat menyerang arteri kecil atau besar. Serangan pada
serosa dapat muncul sebagai pleuritis fibrinosa atau perikarditis atau
keduanya sekaligus.
7/25/2019 referat autoimun
41/56
7/25/2019 referat autoimun
42/56
7/25/2019 referat autoimun
43/56
43
Sel berperan penting dalam patogenesis ",! termasuk
mengarahkan aktivasi sekunder endotel (untuk memudahkan rekrutmen
sel inflamasi)! makro-fag! dan osteoklas (seperti yang sudah dibahas). Sel
(yang diaktivasi oleh sel ) penting juga. ada kira-kira E$I pasien!
faktor rematoid ("F)Qautoantibodi 3g* (dan untuk lingkup yang lebih
kecil! 3g>) yang diarahkan untuk mela+an bagian Fc dari 3g>Q terdapat
dalam serum dan cairan sinovial. *asih belum jelas mengapa dibentuk
antibodi yang mela+an 3g> autolog. "F dalam sirkulasi diduga terlibat
dalam berbagai manifestasi ekstraartikular dari ",! dan "F sendi turut
berperan pula pada reaksi peradangan pada tempat tersebut. "F dan 3g>
membentuk kompleks imun yang mengikat komplemen! menarikneutrofil! dan menimbulkan cedera jaringan karena reaksi hiper-
sensitivitas tipe 333. erlu diperhatikanbah+a "F tidak selalu ada (tidak
ditemukan pada #$I pasien ",)! kadang-kadang ditemukan pada status
penyakit lainnya (bahkan pada orang yang sehat)! dan mungkin tidak
penting sebagai penyebab ",.
,khirnya! terdapat agen infeksius yang sulit dipahami yang
antigennya mengaktivasi sel . anyak agen yang telah diperkirakan!
tetapi tak satu pun yang terbukti. ,gen yang diperkirakan adalah 1G!
spesies orrelia! spesies *ycoplasma! parvovirus! dan mikobakterium.
*eskipun kerusakan sendi pada ", berasal dari imun dan tampaknya
terjadi pada individu yang mempunyai kecenderungan secara genetik!
pemicu tepat yang memulai reaksi ini masih belum diketahui.
erjalanan :linis. *eskipun ", pada dasarnya merupakan suatu
artritis poliartikular simetris! dapat pula ditemukan gejala konstitusional!
seperti lemah! malaise! dan demam ringan. *anifestasi sistemik tersebut
banyak disebabkan oleh mediator yang sama dengan yang menyebabkan
peradangan sendi (misal-nya! 30-4 dan /F). ,rtritis muncul pertama
kali secara samar! dengan rasa nyeri dan kaku sendi! terutama pada pagi
7/25/2019 referat autoimun
44/56
7/25/2019 referat autoimun
45/56
7/25/2019 referat autoimun
46/56
7/25/2019 referat autoimun
47/56
47
diakibatkannya seperti yang baru saja digambarkan. :elenjar saliva
sering kali membesar akibat infiltrate limfosit. *anifestasi
ekstraglandular-nya! yaitu sinovitis! fibrosis paru! dan neuropati perifer.
:ira-kira C$I pasien Sjogren disertai dengan gangguan autoimun lain
seperti ",. 5ang menarik adalah terdapat peningkatan risiko sebesar @$-
kali lipat untuk menderita limfoma sel- non-7odgkin! yang muncul
pada keadaan proliferasi sel- poliklonal a+al yang baik. 3nilah yang
disebut dengan limfoma Dona marginal (limfoma *,0). ("obbins!
#$$%)
33.B.@. Sklerosis Sistemik (Skleroderma)
*eskipun biasanya disebut skleroderma! gangguan ini lebih
baik diberi nama sklerosis sistemik (SS) karena ditandai dengan fibrosis
yang berlebihan di seluruh tubuh dan tidak hanya pada kulit. *eskipun
serangan pada kulit merupakan gejala yang biasa timbul dan pada
akhirnya muncul pada kira-kira 'BI kasus! penyebab utama morbiditas
dan mortalitas adalah karena keterlibatan organ dalamQpada saluran
pen-cernaan! paru! ginjal! jantung! dan otot rangka. SS paling sering
terjadi pada usia dekade ketiga hingga kelima dan mengenai perempuantiga kali lebih sering daripada lelaki.
erdasarkan perjalanan klinisnya! SS dapat diklasi-fikasikan
menjadi dua kelompok9
Skleroderma difus! ditandai a+alnya dengan serangan pada kulit yang
meluas! dengan per-kembangan yang cepat dan serangan dini pada organ
dalam.
Skleroderma limitans! dengan serangan pada kulit yang relatif minimal!
sering kali hanya terbatas pada jari-jari tangan dan +ajah. Serangan pada
organ dalam terjadi secara lambat sehingga penyakit pada pasien ini
pada umumnya mempunyai perjalanan yang agak jinak. enyakit ini
disebut pula dengan sindrom 6"1S karena sering kali menunjukkan
7/25/2019 referat autoimun
48/56
7/25/2019 referat autoimun
49/56
49
sel mast dan makrofagM kemudian sel ini akan melepaskan sitokin
fibrinogenik! seperti 30-4! /F! >F! >F-p! dan faktor pertumbuh-an
fibroblas. :emungkinan sel aktif yang mungkin berperan dalam
patogenesis SS didukung oleh suatu pengamatan bah+a beberapa
gambaran penyakit ini (termasuk sklerosis kutan) terlihat pada >G7
kronis! yaitu suatu gangguan yang disebabkan oleh aktivasi sel yang
terus-menerus pada resipien transplan sumsum tulang allogenik.
,ktivasi sel- juga terjadi! seperti yang ditunjukkan oleh adanya
hipergama-globulinemia dan ,/,. *eskipun imunitas humoral tidak
berperan secara bermakna dalam patogenesis SS! dua dari ,/, tersebut
bersifat lebih atau kurang khas untuk SS! sehingga berguna untukdiagnosis. Salah satu ,/, iniQyang diarahkan untuk mela+an /,
topoisomemse 3 (anti-Sd %$)Qsangat spesifikM ,/, ini terdapat pada
%$I pasien sklero-derma difus (dan pada kurang dari 4I pasien
penyakit jaringan ikat lain) dan merupakan penanda untuk pasien yang
mungkin menderita penyakit yang lebih agresif dengan fibrosis paru dan
patologi pembuluh darah perifer. ,/, lainnya merupakan suatu antibodi
antisentromer! yang ditemukan pada '$I pasien skleroderma limitans
(yaitu sindrom 6"1S)M penyakit-nya menunjukkan suatu perjalanan
yang relatif jinak. enyakit mikrovaskular juga muncul secara konsis-len
dalam perjalanan a+al SS! meskipun kemungkinan pula bah+a jejas
endotel bukan merupakan kejadian utamaM tetapi! sel endotel diinduksi
untuk melepaskan >F dan faktor kemotaksis fibroblas pada saat
aktivasi sel . 2adi! suatu kelainan imunologis primer dapat merupakan
penyebab terdekat! baik ke-rusakan vaskular maupun fibrosis. anpa
memperhati-kan penyebab jejas! telah dinyatakan bah+a siklus ke-
rusakan endotel berulang yang diikuti oleh agregasi trombosit
menimbulkan pelepasan faktor trombosit (misalnya! >F! >F-a).
Faktor ini memicu fibrosis periadventisia dan cedera iskemik akhir yang
disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah kecil yang meluas.
7/25/2019 referat autoimun
50/56
50
M5/,5L5'I
Setiap organ sebetulnya dapat terserang SS! tetapi perubahan
yang paling mencolok ditemukan pada kulit! sistem muskuloskeletal!
saluran pencernaan! paru! ginjal! dan jantung.
:03. Sebagian besar pasien mengalami atrofi kulit yang
sklerotik dan difus! biasanya dimulai pada jari tangan dan regio distal
ekstremitas superior dan meluas ke proksimal untuk menyerang lengan
atas! bahu!leher! dan +ajah. ada tahap a+al! daerah kulit yang terserangagak edematosa dan mempunyai konsistensi
yang /at. Secara histologis! terdapat edema dan infiltrat perivaskular
yang mengandung sel 6@A. ada kapiler serta pembuluh darah kecil
(berdiameter hingga (B$$nm) dapat terlihat penebalan lamina basalis!
kerusakan sel endotel! dan penyumbatan parsial. engan berjalannya
penyakit! fase edematosa tersebut digantikan oleh fibrosis progresif pada
dermis! yang akan melekat erat dengan struktur subkutan. alam dermis
terjadi peningkatan kolagen padat yang nyata bersama-sama dengan
penipisan epidermis! atrofi jaringan pendukung dermis! serta penebalan
hialin pada dinding kapiler dan arteriol dermis. :alsifikasi subkutan
fokal dan kadang-kadang difus dapat terjadi! terutama pada penderita
sindrom 6"1S. ada tahap lanjut! jari tangan berbentuk meruncing dan
menyerupai cakar yang disertai dengan keterbatasan gerak pada sendi.
dan +ajah menjadi seperti topeng. 7ilangnya pasokan darah dapat
menyebabkan ulserasi kulit dan perubahan atrofik pada ruas terakhir jari!
termasuk autoamputasi.
7/25/2019 referat autoimun
51/56
51
>ambar #.B-4# Sklerosis sistemik. ,. >ambaran mikroskopik
pada kulit. erhatikan adanya pengendapan kolagen padat yang
luas di dalam dermis disertai penipisan epidermis dan hjlangnya
jaringan lain yang nyata. C. Sklerosis sistemik lanjut. Fibrosis
subkutan luas membuat jari tidak dapat bergerak! menimbulkan
deformitas fleksi yang menyerupai cakar. 7ilangnya pasokan darah
menyebabkan timbulnya ulserasi kulit.
",:S >,S"&3/1S3/,0. Serangan pada traktus
gastrointestinal terjadi pada kira-kira '$I pasien. ,trofi progresif serta
penggantian otot oleh fibrosa kolagen dapat terjadi pada setiap tingkatan
usus tetapi yang terberat terjadi pada esofagus! yang pada bagian dua
pertiga ba+ahnya sering kali mengalami kekakuan menyerupai pipa
7/25/2019 referat autoimun
52/56
52
karet. isfungsi sfingter esofagus inferior yang menyertainya akan
menimbulkan refluks gastrointestinal beserta komplikasinya! termasuk
metaplasia arret dan striktura. *ukosa akan menipis dan dapat
mengalami ulserasi! dan terjadi kola-genisasi berlebihan pada lamina
propria dan submukosa. 7ilangnya vili dan mikrovili dalam usus halus
merupakan dasar anatomis terjadinya sindrom mal-absorpsi yang
kadang-kadang ditemukan. ("obbins! #$$%)
S3S1* *S:0&S:101,0. 7iperplasia dan peradangan
sinovial umumnya terjadi pada tahap diniM fibrosis akan terjadi
kemudian. *eskipun perubahan ini mengingatkan kepada ",! destruksi
sendi jarang terjadi pada SS. alam subkelompok kecil pasien (kira-kira
4$I)! dapat muncul miositis inflamatoris yang tidak . dapat dibedakan
dengan poliomiositis.
,". SS mengenai paru pada lebih dari B$I pasienM serangan
ini dapat muncul sebagai hipertensi pulmonal danHatau fibrosis
interstisial. Gasospasme pulmonal karena disfungsi endotel pembuluh
darah paru dianggap penting dalam patogenesis hipertensi pulmonal.
2ika terjadi fibrosis paru! hal tersebut tidak akan dapat dibedakan denganyang terlihat pada fibrosis paru idiopatik
>3/2,0. :elainan pada ginjal terjadi pada dua pertiga
penderita SS! yang secara khusus sebagian besar disertai dengan
penebalan dinding pembuluh darah arteri interlobularis (berdiameter
4B$-B$$ urn). inding pembuluh darah menunjukkan adanya proliferasi
sel intima yang disertai dengan pengendapan berbagai macam
glikoprotein dan mukopolisakarida asam. *eskipun mirip denganperubahan yang tampak pada hipertensi maligna! perubahan pada SS
hanya terbatas pada pembuluh darah yang berdiameter 4B$-B$$ \am dan
tidak selalu disertai hipertensi. 7ipertensi benar-benar terjadi pada ;$I
pasien SS! dan #$I pasien tersebut mempunyai perjalanan ganas yang
7/25/2019 referat autoimun
53/56
53
tidak menyenangkan (hipertensi maligna). ada penderita hipertensi!
perubahan vaskularnya lebih menonjol dan sering kali disertai dengan
nekrosis fibrinoid yang mengenai arteriol serta trombosis dan infark.
asien tersebut sering kali meninggal dunia karena gagal ginjal! yang
terjadi pada kira-kira separuh kematian pada pasien SS. idak terdapat
perubahan glomerulus yang spesifik.
2,//>. Fibrosis miokard dalam bentuk bercak! ber-sama
dengan penebalan arteriol intramiokard! terjadi pada sepertiga pasienM
hal ini diduga disebabkan oleh jejas mikrovaskular dan iskemia yang
dihasilkannya (disebut dengan "aynaud kardiak). &leh karena adanya
perubahan pada paru! sering kali terjadi hipertrofi dan kegagalan
ventrikel kanan (cor pulmonale).
erjalanan :linis. SS mengenai perempuan tiga kali lebih
sering daripada lelaki! dengan insiden tertinggi pada kelompok usia B$-
C$ tahun. 5angjelas! terdapat suatu tumpang-tindih yang substansial
dalam penggambaran SS dan ",! S01! serta dermatomiositis (lihat
bahasan selanjutnya). /amun! SS adalah penyakit tersendiri karena
perubahan yangjelas pada kulit. 7ampir semua pasien mengalamifenomena "aynaud! yaitu gangguan vaskular yang ditandai dengan
vasospasme arteri yang reversibel. angan secara khusus akan memutih
jika terpajan suhu dingin! yang menggambarkan terjadinya vasospasme!
yang diikuti dengan timbulnya +arna kebiruan karena kapiler dan
venula mengalami dilatasi dan aliran darah mengalami stagnasi.
,khirnya! +arna berubah men-jadi merah karena terjadi vasodilatasi
reaktif. :olagenisasi progresif pada kulit akan menyebabkan atrofi
tangan! yang disertai dengan rasa kaku yang meningkat dan pada
akhirnya terjadi imobilisasi gerak sendi. :esulitan dalam menelan
terjadi akibat fibrosis esofagus dan hipomotilitas yang dihasilkannya.
,khirnya! perusakan dinding esofagus akan menimbulkan atoni dan
7/25/2019 referat autoimun
54/56
54
dilatasi. *alabsorpsi dapat terjadi jika atrofi submukosa dan otot serta
fibrosis terjadi pada usus halus. ispnea serta batuk kronis
menggambarkan adanya perubahan pada paruM hipertensi pulmonal
sekunder dapat terjadi jika terjadi serangan lanjut pada paru! yang
menyebabkan disfungsi jantung kanan. >angguan fungsi ginjal yang
disebabkan! baik oleh per-kembangan lanjut SS maupnn hipertensi
maligna yang menyertainya sering kali terjadi. ("obbins! #$$%)
erjalanan SS difus sulit diperkirakan. ada sebagian besar
pasien! penyakit tersebut berjalan secara menetap! lambat! dan semakin
memburuk dalam rentang +aktu bertahun-tahun! yang meskipun tidak
terdapat keterlibatan ginjal! masa kehidupan dapat normal. ,ngka
kelangsungan hidup untuk 4$ tahun secara keseluruhan berkisar dari
;BI-%$I. :esempat-an untuk terus hidup pada pasien skleroderma
lokal lebih baik secara bermakna daripada pasien penyakit progresif
difus yang laDim. Skleroderma limitans! atau sindrom 6"1S! sering
kali mengalami fenomena "aynaud sebagai gambaran yang muncul.
>ambaran ini dihubungkan dengan serangan kulit yang terbatas pada
jari tangan dan +ajah! dan kedua gambaran ini dapat timbul selama
berpuluh-puluh tahun sebelum kemunculan lesi viseral. ("obbins! #$$%)
BAB III
PENUTUP
7/25/2019 referat autoimun
55/56
55
III.1. Ke%m(ulan
:etidak munculan reaksi terhadap komponen tubuh sendiri merupakan
suatu keadaan yang normal dan berla+anan dengan respons yang cepat
diinduksi oleh jaringan individu lain. :etiaresponsivan selektif terhadap
antigen potensial merupakan cirri khas toleransi imunologik! yang dapat
merefleksikan beberapa mekanisme yang bekerja secara tunggal atau bersama
dengan mekanisme lain.imbulnya autoantibody atau sel sitotoksik yang autoreaktif
memperlihatkan adanya mutasi didapat di antara sel-sel imunokompeten atau
aktivasi sel yang telah ditekan tapi tidak hilang. eberapa mekanisme dapat
menyebabkan autoimunitas. engan beberapa agen! seperti agen ocular dankomponen sel kelenjar endokrin! antigen pendorong secara normal
disekuestrasi dalam kompartemen jaringan tertutup sepanjang perkembangan!
sehingga antigen ini tetap asing bagi jaringan limfoid yang matang. ,pabila
cedera melepaskan bahan-bahan yang secara lokal pernah diketahui! maka
dapat terjadi respons imun! dengan kerusakan sekunder pada organ yang cedera
dan struktur-struktur yang berkaitan secara antigen. "espon imun kepada
jaringan pejamu bisa timbul setelah terjadi cedera-cedera halus akibat invasi
mikroba. :emungkinan virus atau bakteri penginfeksi mengakibatkan
perubahan yang terbatas pada komponen jaringan pejamu sehingga berubah
menjadi asing bagi sistem kekebalan. ,khirnya! reaksi imun autoagresif dapat
berasal dari klonus sel limfoid mutan (terlarang) yang diprogram untuk
mengenali komponen tubuh normal sebagai benda asing. (rice! #$$B)
III.2. #aran
enulis berpesan untuk para pembaca agar mencari referensi
lainnya! dan penulis berharap referat ini dapat memberikan +a+asan
keilmuan bagi penulis dan pembaca.
7/25/2019 referat autoimun
56/56
56
Recommended