BAB I
PENDAHULUAN
Telinga merupakan indera pendengaran dengan fungsi ganda (pendengaran
dan keseimbangan). Sangat penting untuk perkembangan bicara dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain. Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda
perjalanan penyakut. Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan
sebutan otalgia, adalah keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri
yang dirasakan tidak selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri, melainkan
dapat juga berasal dari tempat atau organ lain yang rasa nyerinya dihantarkan ke
telinga (nyeri alih atau referred pain) karena telinga dipersarafi N. V, VII, IX dan X.
Nyeri telinga ini sendiri dapat muncul dengan gambaran yang bervariasi.
Dapat berupa rasa sakit yang tajam seperti ditusuk-tusuk, rasa panas pada telinga, atau
nyeri tumpul seolah-olah telinga terasa penuh. Rasa nyeri telinga dapat hilang timbul
mengenai satu atau kedua telinga. Pada bayi dan anak yang mengalami nyeri telinga
dapat menjadi lebih rewel, sering menggaruk telinga atau menarik telinganya. Pada
keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga yang biasanya
didahului oleh batuk dan pilek.
Pada anak yang lebih besar, remaja, dewasa yang sering dikeluhkan selain rasa
nyeri adalah adanya rasa penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran,
pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Apabila
sudah menyebar ke daerah mastoid biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada
infeksi liang telinga sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.
Hampir 50% pasien yang mengeluhkan nyeri telinga tidak ditemukan penyakit di
telinga.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan sebutan otalgia,
adalah keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri yang dirasakan tidak
selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri, melainkan dapat juga berasal dari
tempat atau organ lain yang rasa nyerinya dihantarkan ke telinga (nyeri alih atau
referred pain).
2.2 Epidemiologi
Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar kasus.
Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita. Beberapa koisioner diisi oleh
beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65 tahun. Keseluruhan
1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria inklusi rasa sakit di dalam
atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau trauma, dari waktu 6 bulan atau lebih,
dan frekuensi sakit setidaknya sebulan sekali. Secara keseluruhan 152 responden yang
memenuhi kriteria, dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis dan wawancara
tersebut ( kuttila s, dkk, 2004
2.3 Patofisiologi
Nyeri bisa dari telinga bagian luar dan dalam. Nyeri telinga luar bisa seperti
lesi, serumen, otitis eksterna dan sebagainya. Intrinsik bisa tejadi karena otitis media,
spasme otot pada bagian dalam, dan masih banyak penyakit lain. Patofisiologinya
adalah inervasi tersedia oleh auriculotemporal cabang dari nervus cranial ke 5 (CN
V), nervus cervical 1 dan 2, cabang Jacobson dari glossopharyngeal nerve, cabang
arnold dari vagus nerve, dan cabang Ramsey Hunt dari nervus facialis. Sensasi otalgia
dihantarkan oleh nervus cranial yang ke 5, dan yang berkaitan dengan cabang itu
menuju telinga menghasilkan otalgia.
2.4 Klasifikasi
Secara anatomi nyeri telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Nyeri yang berasal dari telinga luar
2
Dapat disebabkan oleh gangguan seperti masuknya benda asing (manik-
manik, biji-bijian, serangga, tertinggal kapas), mengorek telinga terlalu keras
dengan berbagai benda pengorek telinga, bahkan hanya dengan jari, atau
akibat kotoran telinga yang mengeras. Peradangan telinga luar (otitis eksterna)
akibat infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Bisul atau folikel rambut yang
terinfeksi pada liang telinga.
2. Nyeri yang berasal dari telinga tengah
biasanya di sebabkan oleh proses peradangan yang disebut dengan otitis media
atau disebabkan oleh gangguan pada tuba eustachius. Gangguan di tuba
eustachius bisa disebabkan karena proses peradangan atau infeksi, bisa juga
akibat perubahan tekanan ditelinga tengah (pada saat naik pesawat dan
menyelam).
3. Nyeri yang berasal dari tempat lain (nyeri alih atau referred pain)
Telinga dipersyarafi oleh berbagai nervus diantaranya V, VII, IX dan X yang
masing-masing juga mempersyarafi organ lainnya. Akibatnya apabila timbul
sakit pada organ lain yang memiliki syaraf sama dengan syaraf di telinga,
maka rasa nyeri di tempat tersebut akan dihantarkan melalui percabangan
syaraf tersebut ketelinga (referred pain). Contohnya adalah sakit gigi, sakit
tenggorok, sakit amandel (tonsilitis), gangguan pada sendi rahang
(temperomandibular junction), abses gusi dan lain-lain.
2.5 Etiologi
Nyeri telinga sendiri dapat merupakan nyeri telinga primer atau yang
berasal dari telinga sendiri dan sekunder yang merupakan nyeri alih. Penyebab nyeri
telinga dibagi menjadi penyebab primer dan sekunder, adalah:
1. Penyebab primer (umum)
- Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
yang dapat disebabkan oleh kelembapan ataupun trauma. Biasanya penyakit
ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang
untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga
perenang”( Bluest D, 1996 ). Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa
nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada
aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini. Bila otitis
eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik
3
kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan
dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat
eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan
tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
- Polikondritis ditandai dengan reaksi radang yang menonjol pada
struktur- struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula
menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula
bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau
berganti-gantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam
sebulan sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari
beberapa hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
- Otitis media akut (OMA) dapat mengembangkan otalgia berat dan
biasanya didahului oleh batuk pilek yang berkepanjangan, demam, iritabilitas
dan hilangnya pendengaran. Organisme yang sering menyebabkan terjadinya
OMA adalah Streptococcus B Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas
influenzae. Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga.
Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran,
dapat juga timbul tinitus (Petrus,1986).
- Barotrauma biasanya pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba
eustachius saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984).
Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka maka nyeri cepat menghambat di
dalam telinga serta terjadi gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran
timpani akan ruptur.
- Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat. Kadang-kadang pasien otitis media
supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan
mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan
demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya proses mastoiditis akut.
Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari
4
performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian
dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).
- Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik
dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyaki tini
sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan
menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen
atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Penyebab sekunder (nyeri alih atau referred pain)
a. Nervus Trigeminus (N.V)
1. Penyakit gigi dimana nyeri telinga dari karies gigi, infeksi periapikal dari
gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah
2. Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal
terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga
3. Lesi di rongga mulut
4. Inflamasi, obstruksi glandula salivatori dan penyakit neoplasma dari
submandibula, sublingual dan kelenjar parotis
5. Iritasi durameter oleh infeksi atau tumor durameter bagian tengah atau
posterior fossa cramial
b. Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat
sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian
lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang
terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf
fasialis adalah bell’s palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien
dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami
otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang
posterior.
c. Nervus glossopharyngeal (N. IX) seperti tonsilitis akut, peritonsilitis atau
abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada
telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
5
d. Nervus vagus (N. X) merupakan cabang utama dari saraf vagus
mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid.
Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga. Laringitis Semua bentuk
laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya
benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke
telinga.
e. Nervus cervical, penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah
limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital
dan mastoid .
f. Tumor daerah kepala, leher dan dada dapat menyebabkan sakit telinga.
Rasa sakit telinga mungkin satu-satunya awalnya keluhan. Jadi evaluasi
menyeluruh untuk tumor okultisme pada pasien dengan risiko tinggi untuk
kanker tersebut adalah langkah yang paling penting. Orang dianggap beresiko
tinggi adalah pengguna tembakau atau alkohol, mereka yang di atas 50 tahun,
dan mereka yang juga memiliki berat badan atau kesulitan dalam menelan atau
suara serak.
2.6 Gejala klinis
Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai
dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab. Bayi dan anak-anak
biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga,
bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada keadaan
infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering
timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara
tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan
muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek.
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar,
remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan penuh
atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat
cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi telinga yang
sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga (mastoiditis),
biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga (otitis eksterna)
6
sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.
2.7 Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi telinga dapat tanpa kelainan atau ditemukan adanya kemerahan,
bengkak maupun serumen ditemukan pada liang telinga dapat juga ditemukan
membran timpani kemerahan dan bulging dengan menggunakan otoskop dan lampu
kepala. Palpasi telinga didapatkan adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit ataupun
nyeri tarik.
2.8 Pemeriksaan penunjang
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan etiologi
rasa nyeri tersebut. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan, adalah :
- Tes fungsi
Tes Valsava dan Toynbee dilakukan untuk mengetahui fungsi tuba eustachius.
Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung
dipencet serta mulut ditutup.Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk ke dalam
rongga telinga tengah yang menekan membran timpani kea rah lateral. Tes Toynbee
dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup.
Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik kea rah medial.
- Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah :
1 Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
2 Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3 Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
a. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa
dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan
bibir pemeriksa.
2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak
diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh
pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang
7
mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).
4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.
6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi.
7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi
Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan
biasa.
b. Tes Garpu Tala.
Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran
bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
1. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
2. Getarkan garpu tala.
3. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
4. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum
mastoid penderita.
5. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu
ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
6. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka
penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
7. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu
tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
8. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi
penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
c. Tes Rinne
Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang
dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
1.Garpu tala digetarkan.
2. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1
3. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan
meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
4. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).
5. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).
6. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu.
8
d. Tes Weber
Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah
kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
1. Garpu tala digetarkan.
2. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun,
rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
3. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa
berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.
6. Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri
dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli
persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih
berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.
Adapun tes lain yang dilakukan, adalah:
- Tes CT scan kepala
- Audiogram
- Pemeriksaan sitologi
- Naso pharynges copy
- Laringos copy
- Endoscopy
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan akan diberikan sesuai dengan penyebab. Jika rasa nyeri pada
telinga disebabkan oleh:
- Otitis Eksterna Akut (furunkel = bisul)
1. Beri tampon ichtiol biarkan selama 2 hari
2. Antibiotik ampisilin atau amoksilin
3. Analgetik
- Otitis Eksterna Difus Akut
1. Antibiotic oral atau sistemik
2. Kompres dengan menggunakan rivano untuk mengurangi edema liang telinga
atau memasukkan tampon (kain kasa) dengan salep antibiotik
9
- Otitis Media Akut
1. Antibiotik dosis tinggi Penisilin IM atau Ampisilin, Amoksilin, dan
Eritromisin
2. Dekongestan lokal dan sistemik
3. Antipiretik
- Mastoiditis Akut
1. Pembersihan liang telinga dengan kasa atau penghisap
2. Obat tetes telinga
3. Antibiotik dosis tinggi
4. Analgetik
5. Mastoidektomi
- Pengambilan Serumen
Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan, atau instrumentasi.Kecuali
bila riwayat perforasi membrana timpani atau terdapt imflamasi telinga luar ( otitis
eksterna), irigasi lembut merupakan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil
serumen. Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditoris
eksteni. Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi hanya bisa dicapai bila
aliran air dapat mencapai bela yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateraldan
keluar dari kanalis. Meskipun irigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini
berhubungan dengan membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang serius.
Maka harus digunakan tekanan serendah mungin, yang digunakan untuk mencegah
trail mekanik.
- Penyemprotan Air ke dalam Telinga
- Pemberian Minyak pada Serumen
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin
hangat,, minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30
menit sebelum pengangkatan.Bahan seruminolitik, seperti peroksida dalam gliserin
(debrox) atau cerumenex juga tersedia namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi
alergi dalam bentuk dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari
selam beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan
impaksi. Bila impaksi serumen tidak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat
oleh petugas perawatan kesehatandengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan
penghisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran benda
asing.
10
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa kehilangan pendengaran yang dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kehilangan Konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau
kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti
itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
b. Kehilangan Sensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan
konduksi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran
begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara
campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat
disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau
psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural
mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan
emosional.
Daftar PustakaRowland,Aled.Miliford Chris.1999.Share Care For ENT. Oxford:ISIS
Medical MediaBlack, M Joyce. Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical
Nursing. USA. ELSEVIER.Suddarth & Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta:EGC.http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm.
Key Topics in Otolaryngology, 2nd Edition, NJ
Roland, RDR MacRae, AW McCombe p206-
208
2. http://www.emedicine.com/ent/topic199.htm.
Otalgia, John Lee, Thomas W Ulrich
3. Logan Turner's Diseases of the Ear, Nose and
11
Throat, 10th Edition, AGD Maran, p237-245
4 Scarbrough TJ; Day, TA; Williams, TE; Hardin, JH; Aguero, EG; Thomas Jr, CR (2003). "Referred otalgia in head and neck cancer: a unifying schema". American Journal of Clinical Oncology 26 (5): e157–62. doi:10.1097/01.coc.0000091357.08692.86. PMID 14528091.
5 ^ Amundson L (1990). "Disorders of the external ear". Prim Care 17 (2): 213–31. PMID 2196606.
6 ^ Institute for Good Medicine at the Pennsylvania Medical Society, http://www.myfamilywellness.org/MainMenuCategories/FamilyHealthCenter/AntibioticResistance/Earaches.aspx, 2009.
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga
banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Setiap vertebrata memiliki
satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan
di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya,
dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi
pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan
suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak
(nervus vestibulokoklearis).
Bagian telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari
daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun
telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang
telinga atau membrana timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu
mengarahkan gelombang suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
13
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk
menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan
hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang
disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi
sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga
yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagi otitis Eksterna. Hal ini biasanya
terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita
diabetes mellitus.
Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martir atau
malleus, landangan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). muara tuba Eustachi juga
berada di telinga tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke
tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh
meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan
terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga
tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachi
menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa,
hubungan saluran Eustachi dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat
mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang
merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan
tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di
telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe&
labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri
aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar
14
dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput
yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga
tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris
terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo
corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran
tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan
dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera
keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang
membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau
kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh
dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari
saraf vestibulokoklearis.
Fisiologi Pendengaran
Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu “pengumpul” suara, sementara liang
telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam rentang
2 sampai 4 kHz, pembesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 Db. Maka
suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari
sudut trauma akustik.
Pada telinga tengah terdapat maleus, inkus, dan stapes. Tangkai dari maleus terletak
dalam membran timpani, sedangkan otot tensor timpani berinersi pada leher maleus.
Kaput maleus bersendi dengan permukaan anterior korpus inkus dalam epiiempanum.
Inkus memiliki prosesus brevis yang menonjol ke belakang dan prosesus longus yang
berjalan ke bawah untuk bersendi dengan kaput stapes.
Sumbu rotasi maleus dan inkus yang alami adalah sepanjang garis yang ditarik dari
prosesus brevis inkus hingga daerah leher maleus. Stapes adalah tulang yang
berbentuk sanggurdi. Kontraksi otot stapedius dapat di ukur dengan audiometri
hambatan (impedance audiometry), dan teknik ini merupakan alat bantu klinis yang
penting. Telinga tengah adalah suatu alat penghilang hambatan diantara udara dan
15
cairan dalam. Ketika gelombang suara dihantarkan udara mencapai cairan, maka
99,9% energinya akan dipantukan. Jadi hanya 0,1% energi yang duteruskan. Telinga
tengah dapat mengkompensasi kehilangan tersebut terutama karena luas membran
timpani 17 kali lebih besar dari basis stapes. Rangkaian osikulasi ikut pula berperan
sebesar 1,2/1. dengan demikian, telinga tengah tidak penting pada makhluk-makhluk
air.
Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah dalam melalui stapes,
menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membrana basilaris dan organ
kortinya. Puncak gelombang berjalan disepanjang membrana basilaris yang
oanjangnya 35 mm tersebut, ditentukan oleh frekuensi gelombang suara. Hal ini
berakibat membengkoknya sterosilia oleh kerja pemberat membrana tektoria, dengan
demikian aksi pada serabutiserabut saraf pendengaran yang melekat padanya.
Disinilah gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat
ditransmisikan melalui saraf kranial ke-8. paling tidak sebagian analisi frekuensi telah
terjadi pada tingkat oragan korti. Peristiwa listrik pada organ korti dapat diukur dan
dikenal sebagai mikrofonik koklearis. Peristiwa listrik yang berlangsung dalam
neuron juga dapat diukur dan disebut sebadai potensial aksi.
Ligamentum spinalis terletak lateral dinidng tulang dari duktus koklearis. Merupakan
jangkar lateral dari membrana basilaris dan mengandung stria vaskularis, satu-satunya
lapisan epitel bervaskularisasi dalam tubuh. Dua dari tida jenis sel pada stria
vaskularis kaya mitokondria dan memiliki permukaan yang luas yang sanagt besar
diabndingan volume sel. Maka stria merupaka suatu sistem transpor cairan dan
elektrolit yang dirancang secara unik. Diduga memainkan peranan penting dalam
pemeliharaan komposisi elektrolit cairan endolimfe (tinggi kalium,rendah natrium)
dan sebagai baterai kedua oragan korti. Juga merupakan sumber potensi arus searah
(80 mv) dari skala media. Darah merupakan nutrisi utama untuk sel-sel tubuh dan
alirannya menimbulkan suara bising, namun stria vaskularis merupakan suatu adaptasi
yang unik diamna dapat menyuplai organ corti dari jaraj tertentu, dengan demikian
memperbaiki rasio sinyal bising pada organ corti.
Terdapat sekitar 30.000 neuron aferen yang mensyarafi oleh banyak neuron. Hanya
persentasi kecil (10%) neuron aferen yang mempersarafi sel rambut luar, akan tetapi
terdapat percabangan-percabangan ssedemikian rupa sehingga tiap neuron aferen
berasal dari banyak sel rambut luar dan tipa sel rambut luar dipersyarafi oleh banyak
neuron aferen.
16
Ada sekitar 500 serabut saraf eferen yang mencapai tiap koklea. Serabut-serabut ini
bercabang-cabang pula secara ekstensif sehingga tiap sel rambut luar memiliki banyak
ujung saraf eferen. Ujung-ujung saraf eferen dari sel rambut luar tidak seluruhnya
berasal dari saatu serabut saraf eferen.
Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis.
Sebagian besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik
menujukolikulusinferior kontralateral., namun sebagian serabut tetap berjalan
ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus
inferior. Dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum
dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis. Karena seringnya,
penyilangan serabut-serabut saraf tersebut, maka lesi sentral jaras pendengaran
hampir tidak pernah menyebabkan ketulian unilateral.
Serabut-serabut saraf vestibularis berjalan menuju salah satu dari keempat inti
vestibularis dan dari sana disebarkan secara luas dengan jaras-jaras menuju medula
spinalis, sereblum dan bagian-bagian susunan saraf pusat lainnya.
3.2 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimf pada skala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimf, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
17
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
18