PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan
dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan
menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur
memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh,
sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai
pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas,
hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah
perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul yang
berkaitan dengan berat badan lahir rendah. (1) (2) (3)
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL
merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.
Resusitasi merupakan tindakan utama pada asfiksia. (1)
Gangguan napas merupakan keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang
ditandai dengan takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping
hidung, merintih, sianosis, apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah
1
lahir, empat gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap pada
beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau
distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera. Manajemen spesifik
gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri
atas gangguan napas ringan, sedang dan berat. (1)
Berikut ini dilaporkan kasus mengenai bayi berat lahir rendah, asfiksia,
dan gangguan napas.
2
KASUS
IDENTITAS
Nama : By. SS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 13 Maret 2014 (18.10)
ANAMNESIS
Bayi baru lahir pukul 18.10 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
ekstremitas, serta meringis. kelainan kongenital tidak ada. Partus lama tidak ada,
pendarahan antepartum abnormal tidak ada, kelainan plasenta dan tali pusat tidak
ada, rupture membrane prematur tidak ada.
Riwayat maternal: multigravida, saat hamil usia 34 tahun, Usia kehamilan 38
minggu. ANC rutin tiap bulan di klinik. Tidak ada riwayat demam saat hamil,
riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada, tidak ada konsumsi obat-
obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
merokok selama hamil. Ada riwayat abortus pada kehamilan ke empat dank e
lima. Selama hamil, aktivitas ibu kurang. Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil
cukup.
3
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 124x/m
Suhu : 37C
Respirasi : 68 x/m
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 1.500 gram
Panjang Badan : 40 cm
Lingkar kepala : 20 cm
Lingkar dada : 26 cm
Lingkar perut : 24 cm
Lingkar lengan : 8 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas : pasif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
Sistem pernapasan
Sianosis : tidak ada sianosis
4
Merintih : ada (terdengar dengan stetoskop)
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Down
Frekuensi Napas : 1
Merintih : 1
Sianosis : 1
Retraksi : 1
Udara Masuk : 0
Total skor : 4 (Gangguan napas sedang)
WHO : Gangguan napas sedang
Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
5
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
Skor Ballard
Maturitas fisik maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh : 3 kulit : 1
Persegi jendela :2 lanugo : 2
Recoil lengan : 3 payudara : 1
Sudut poplitea : 2 Mata/telinga : 1
Tanda selempang : 3 genital : 1
Tumit ke kuping : 1 permukaan plantar : 1
Skor : 20
Minggu : 32 minggu
Interpertasi : Bayi Preterm
6
Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong kecil masa kehamilan
(SMK)
RESUME :
Bayi baru lahir pukul 18.10 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
ekstremitas, serta meringis.
Riwayat maternal: Multigravida, saat hamil usia 34 tahun, Usia kehamilan 32
minggu. Tidak ada riwayat demam saat hamil.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 124 x/menit, suhu 370C,
respirasi 68 x/menit, berat badan 1.500 gram, skor down 4 (gawat napas sedang),
klasifikasi WHO tergolong gangguan napas sedang, Skor ballard 32 (32 minggu)
bayi tergolong SMK berdasarkan kurva Lubchenco.
7
DIAGNOSIS : BBLR (SMK) + Asfiksia + Gangguan napas sedang
TERAPI :
Jaga kehangatan
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil
Atur posisi kembali
Melakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit
Memantau kondisi secara berkala
Injeksi Vit. K 1 mg / IV
Gentamicin tetes mata 1 tetes.
Oksigen 2-3 liter/menit
IVFD Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)
Bayi dipuasakan
Anjuran pemeriksaan :
- Darah rutin
- GDS sesaat setelah lahir, 30 menit setelah lahir, setiap 2-4 jam dalam 48
jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa
normal tercapai.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
8
FOLLOW UP
14 Maret 2014
S: Sesak (+),
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 80x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.500 gram
- Keadaan Umum: Lemah
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 2 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
- Pemeriksaan penunjang : GDS 88 mg/dl
A: Post asfiksia+ post gangguan napas sedang pada bayi preterm (SMK)
P: PMK
IVFD D5% 8 tpm
ASI / PASI 7 cc / 2 jam
9
15 Maret 2014
S: Sesak (-)
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 146x/menit Suhu : 36,7 ºC
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.500 gr
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: lemah
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat napas) WHO: Tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
A: Post asfiksia+ post gangguan napas sedang pada bayi preterm (SMK)
P: ASI / PASI 8 cc / 2 jam
10
DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir kurang bulan, skor apgar 5-7,
ketuban jernih dan tidak bercampur meconium. Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru
pada ekstremitas, serta meringis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami asfiksia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi adalah 1.500 gram
sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR) dan pada skor ballard
didapatkan skor 20 (32 minggu) yang diinterpretasi sebagai bayi preterm.
Berdasarkan kurva lubchenco didapatkan bahwa pasien tergolong sesuai masa
kehamilan (SMK). Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan ada gawat napas
berdasarkan skor down dan frekuensi pernapasan 68 kali/menit disertai merintih.
Berdasarkan kriteria WHO, pasien ini tergolong gangguan napas sedang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah
sewaktu dengan hasil pemeriksaan 88 gr/dL. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak mengalami hipoglikemia.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi berat lahir rendah
dengan asfiksia dan gangguan napas sedang pada bayi preterm (SMK).
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Bayi BBLR juga didefinisikan pada bayi dengan berat
11
badan lahir kurang dari 2.500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa
memperhatikan umur kehamilan. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu : prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. (1,2,4) Pada kasus ini, bayi termasuk dalam
prematuritas.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan intrauteri adalah
sebagai berikut (2):
a. Janin
- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)
- Infeksi janin yang kronis
- Anomali kongenital
- Jejas radiasi
- Kehamilan multiple
- Aplasia pankreas
b. Plasenta
- Berat plasenta atau selularitas kurang
- Infark
- Tumor (korioangioma)
- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)
12
c. Ibu
- Toksemia
- Penyakit hipertensi dan ginjal
- Malnutrisi
- Anemia
- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)
- Riwayat BBLR sebelumnya
- Multigravida
- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun
Pada kasus ini, faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya BBLR adalah
faktor ibu yaitu multigravida . Kehamilan yang berulang ulang akan menyebabkan
kelainan pada uterus dan menyebabkan rahim tidak lagi sehat pada kehamilan
berikutnya. Pada waktu melahirkan tidak dapat dihindari kerusakan pada dinding
uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi di janin dimana jumlah nutrisi akan
berkurang di bandingkan kehamilan berikutnya sehingga memudahkan terjadinya
BBLR.
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)
13
Faktor resiko untuk terjadinya asfiksia neonatorum adalah (6):
a. Faktor ibu
- Preeklampsia dan eklampsia
- Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
- Partus lama atau partus macet
- Demam sebelum dan selama persalinan
- Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
- Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
b. Faktor plasenta dan tali pusat
- Infark plasenta
- Hematom plasenta
- Lilitan tali pusat
- Tali pusat pendek
- Simpul tali pusat prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
- Bayi kurang bulan/ prematur (kurang 37 minggu kehamilan)
- Air ketuban bercampur mekonium
- Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi
Sedangkan menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3,
yaitu (7):
a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahan
antepartum, riwayat kehamilan neonatus sebelumnya, hipertensi pada
kehamilan.
14
b. Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,
preeklamsia, ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.
c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.
Asfiksia pada kasus ini disebabkan oleh faktor risiko bayi. Faktor risiko bayi
berupa prematuritas dan BBLR. Asfiksia sering terjadi pada bayi berat lahir
rendah, karena bayi ini tidak mendapat dukungan plasenta secara adekuat hingga
akhir masa intrauteri, sehingga tidak ada masukan glukosa dari ibu, persediaan
karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas. Bayi baru lahir yang tidak mendapat
dukungan plasenta secara adekuat untuk dapat tumbuh secara normal pada
minggu-minggu terakhir kehamilan tampaknya tidak dapat mentoleransi kelahiran
dengan baik saat aliran darah plasenta (dan oksigenasi persalinan) berkurang
akibat kontraksi uterus.
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan, ditandai dengan takipnea, napas
cuping hidung, retraksi intercostal dan apnea. Gangguan napas yang paling sering
adalah TTN (Transient Tachypnea of Newborn), sindrom distress respirasi atau
penyakit membrane hialin dan displasia bronkopulmonar. Gangguan napas dapat
mengakibatkan gagal napas akut yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memelihara pertukaran gas agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh dan akan
mengakibatkan hipoksemia dan/atau hiperkarbia. (1)
Gangguan pernapasan merupakan suatu keadaan meningkatnya kerja
pernapasan yang ditandai dengan gejala : takipnea, bayi dengan sianosis sentral,
15
tarikan dinding dada, bayi apneu, dan merintih. Penyebab gangguan napas dapat
dibedakan menurut masa gestasi (1) (8) :
1. Pada bayi kurang bulan : penyakit membrane hialin, asfiksia, pneumonia,
kelainan atau malformasi kongenital
2. Pada bayi cukup bulan : “transient tachypnea of the newborn”, pneumonia,
aspirasi mekonium, asidosis metabolik, kelainan atau malformasi kongenital.
Bayi normal / asfiksia yang berhasil dengan resusitasi akan mengalami
gangguan napas:
1. Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau
lebih tanda tambahan gangguan napas.
2. Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit.
3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).
4. Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik).
Tabel 1. Klasifikasi gangguan napas(8)
Frekuensi Frekuensi napasnapas
Gejala tambahan Gejala tambahan gangguan napasgangguan napas
KlasifikasiKlasifikasi
> 60 kali/menit> 60 kali/menit DENGANDENGAN Sianosis sentral DAN Sianosis sentral DAN tarikan dinding dada tarikan dinding dada atau merintih saat atau merintih saat ekspirasi.ekspirasi.
Gangguan Gangguan napas beratnapas berat
ATAU > 90 kali/ ATAU > 90 kali/ menitmenit
DENGANDENGAN Sianosis sentral ATAUSianosis sentral ATAU tarikan dinding dada tarikan dinding dada ATAU merintih saat ATAU merintih saat ekspirasi.ekspirasi.
ATAU < 30 kali/ ATAU < 30 kali/ menitmenit
DENGANDENGANatau TANPAatau TANPA
Gejala lain dari Gejala lain dari gangguan napas.gangguan napas.
60-90 kali/menit60-90 kali/menit DENGANDENGAN Tarikan dinding dada Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ATAU merintih saat ekspirasi ekspirasi
Gangguan Gangguan napas napas sedangsedang
TetapiTetapiTANPATANPA
Sianosis sentralSianosis sentral
ATAU > 90 kali/ ATAU > 90 kali/ menitmenit
TANPATANPA Tarikan dinding dada Tarikan dinding dada atau merintih saat atau merintih saat
16
ekspirasi atau sianosisekspirasi atau sianosis sentral.sentral.
60-90 kali/menit60-90 kali/menit TANPATANPA Tarikan dinding dada Tarikan dinding dada atau merintih saat atau merintih saat ekspirasi atau sianosisekspirasi atau sianosis sentral.sentral.
Gangguan Gangguan napas napas ringanringan
60-90 kali/menit60-90 kali/menit DENGAN DENGAN Sianosis sentral Sianosis sentral Kelainan Kelainan jantung jantung kongenitalkongenital
Pada kasus ini, gangguan napas yang terjadi berkaitan dengan asfiksia, karena
bayi dengan asfiksia yang berhasil diresusitasi akan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas yang terjadi tergolong gangguan napas sedang karena frekuensi
napas adalah 60-90 kali/menit dengan merintih. Gangguan napas pada kasus ini
juga dapat berupa TTN (Transient tachypnea of newborn) yang dapat terjadi pada
bayi aterm atau yang mendekati aterm.
Manajemen umum gangguan napas adalah sebagai berikut(8):
1. Pasang jalur infus intravena ,
2. Bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
3. Pantau selalu tanda vital
4. Jaga patensi jalan napas
5. Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
6. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
7. Bila terjadi kejang potong kejang
8. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
9. Pemberian nutrisi adekuat
17
Manajemen bayi dengan gangguan napas sedang(1):
1. Lanjutkan pemberian O₂ 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih
sesak dapat diberikan O₂ 4-5 liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum.
3. Jika ada tanda berikut, ambil sampel darah untuk kultur dan berikan
antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5-390C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam.
5. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan,
ambil sampel darah, dan berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
6. Jika suhu normal, terus amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi
tahapan tersebut diatas.
7. Bila tidak ada tanda-tanda ke arah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
8. Bila bayi sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kurangi terapi O2 secara
bertahap. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2 , mulailah melatih bayi
menyusu. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara alternatif pemberian minum.
18
9. Amati bayi setelah 24 jam pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak
ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Prognosis pada kasus ini terutama berkaitan dengan adanya BBLR, dimana
pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan dengan seksama. Prognosis juga
ditentukan oleh ada tidaknya masalah yang muncul berkaitan dengan BBLR.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi
edisi I. Jakarta: IDAI, 2008.
2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.
3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4.
Jakarta: EGC, 1998.
4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Palu: Ilmu
Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012.
5. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R,
Arvin, AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta:
EGC, 2000.
6. Tim Poned IDAI. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Palu: Tim Poned UKK
Perinatologi IDAI, 2009.
7. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal
Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal. Pediatrics. 2008
May; 121 (5) : e1381–e1390 .
8. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Gangguan Nafas pada Bayi Baru
Lahir. Palu: Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012
20