Download doc - Rhinitis Kronis

Transcript
Page 1: Rhinitis Kronis

RINITIS KRONIS

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

(Dipiro, 2005 )

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat

dibedakan menjadi dua: 

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran

mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan

bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan

sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim

hujan dan musim semi. 

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis

vasomotor

Rinitis kronis dibagi dalam beberapa macam yaitu rinitis hipertrofi, rinitis sika

(sicca) dan rinitis spesifik. Meskipun penyebabnya bukan radang, kadang-kadang

rinitis alergi, rinitis vaso motor dari rinitis medikamentosa dimasukkan juga dalam

rinitis kronik.

Rinitis hipertrofi

Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus,

atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor.

Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan

sering ada keluhan nyeri kepala.

Pada pemeriksaan akan ditemukan konka yang hipertrofi, terutama konka inferior.

Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga hipertrofi.

Akibatnya saluran udara sangat sempit. Sekret mukopurulen yang banyak

biasanya ditemukan di antara konka inferior dan septum, dan juga di dasar

rongga hidung.

1

Page 2: Rhinitis Kronis

Rinitis Sika

Pada rinitis sika ditemukan mukosa yang kering, terutama pada bagian depan

septum dan ujung depan konka inferior. Krusta biasanya sedikit atau tidak

ada.

Pasien biasanya mengeluh rasa iritasi atau rasa kering di hidung yang kadang-

kadang disertai dengan epistaksis.

Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja

di lingkungan yang berdebu, panas dan kering. Juga ditemukan pada pasien

yang menderita anemia, peminum alkohol dan gizi buruk. Pengobatan

tergantung pada penyebabnya. Dapat diberikan pengobatan lokal, berupa obat

cuci hidung.

Rinitis Spesifik

Rinitis yang terjadi karena infeksi spesifik, antara lain :

1) rinitis difteri

2) rinitis atrofi

3) rinitis sifilis

4) rinitis tuberkulosa

5) rinitis karena jamur

1) Rinitis difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Dapat primer pada

hidung atau sekunder pada tenggorok. Dapat akut atau kronik. Gejala rinitis

difteri akut ialah demam, toksemia terdapat limfadenitis dan mungkin ada

paralisis. Pada hidung terdapat ingus yang bercampur darah, mungkin

ditemukan pseudomembran putih yang mudah berdarah, dan ada krusta coklat

di nares dan kavum nasi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan

kuman dari sekret hidung. Rinitis difteri kronik gejalanya lebih ringan dan

akhimya dapat sembuh sendiri, tetapi dalam keadaan kronik masih menular.

Rinitis atrofi (ozaena)

Rinitis atrofi merupakan penyakit infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh

adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa

2

Page 3: Rhinitis Kronis

hidung menghasilkan sekret yang kental. dan cepat mengering, sehingga

terbentuk krusta yang berbau busuk. Lebih sering mengenai wanita, pada usia

antara 1 sampai 35 tahun, terbanyak pada usia pubertas. Sering ditemukan

pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang lemah dan Iingkungan

yang buruk. Secara histopatologik tampak mukosa hidung menjadi tipis, silia

menghilang, metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau gepeng

bertapis, kelenjar·kelenjar berdegenerasi dan atrofi serta jumlahnya berkurang

dan ukurannya jadi kecil. Keluhan biasanya berupa napas berbau, ada ingus

kental yang berwama hijau, ada kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu

(penciuman), sakit kepala dan merasa hidung tersumbat.

Pada pemeriksaan THT didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka

inferior dan media hipotrofi atau atrofi, sekret purulen berwarna hijau dan

krusta berwarna hijau.

Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis, antara

lain transiluminasi, foto Rontgen sinus paranasal, pemeriksaan mikro-

organisme dan uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe

serum dan pemeriksaan histopatologik.

Patofisiologi Rinitis

Patofisiologi, pengobatan dan immunoterapi rinitis alergi dan non alergi, baru-

baru ini telah dikaji ulang secara menyeluruh oleh Middleton . Rinitis merupakan

penyakit radang hidung yang dapat dibagi dalam dua kategori umum yaitu

purulen dan non purulen. Rinitis purulen dapat berupa rinitis akut (yang di-

sebabkan oleh infeksi virus atau selesma biasa), rinosinusitis purulen kronis, polip

hidung yang terinfeksi, rinitis puru1en dan rinitis alergi musiman, rinitis alergi

perenial dan rinitis non alergi atau rinitis vasomotor. Uraian singkat dari seluruh

rinitis akan dibahas di bawah ini.

Diagnosis diferensial di sini termasuk septum deviasi, hipertrofi adenoid,

idiosinkrasi aspirin, tumor nasofaring, polip hidung, obstruksi hidung yang

diinduksi obat (seperti yang disebabkan oleh Reserpin dan propanolol),

hipotiroidisme, rinitis pada masa hamil dan rinore, yang disebabkan oleh fraktur

3

Page 4: Rhinitis Kronis

lamina kribriformis jarang). Dengan perkecualian rinitis alergi musiman yang

khas, dan kelainan anatomis, menurut Middleton kira-kira sebanyak 60-70%

penderita rinitis tidak mempunyai penyebab yang jelas.

Rinitis alergi biasanya mulai timbul pada masa kanak-kanak dan ditandai dengan

adanya gejala obstruksi hidung, sering bersin, gatal hidung yang seringkali

disertai dengan adanya "alergic salute". Rinore biasanya deras. Ingus belakang

hidung sering dijumpai yang kadang-kadang disertai anosmia. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan gambaran klasik seperti edema konka inferior yang khas berwama

kebiru-biruan. Sekret cair seperti air. Polip hidung jarang ditemukan dan bila ada

harus dipikirkan kemungkinan suatu fibrosis kistik. Ciri rinitis alergi yang paling

penting ialah bahwa tes kulit dan tes RAST hampir selalu positip. Eosinofil se-

ringkali dijumpai dalam sekret. Pemeriksaan radiologik sinus paranasal

memperlihatkan gambaran edema ringan sampai sedang dan biasanya tidak

disertai adanya cairan. Secara umum rinitis alergi memberikan respon yang baik

pada pengobatan dengan antihistamin dan dekongestan. Bahkan respons terhadap

kortikosteroid dan natrium kromolin biasanya sangat baik. Imunoterapi biasanya

efektif, terapi hanya diberikan bila pengobatan lain gagal.

Rinitis alergi dapatbersifat musiman atau sepanjang tahun (perenial) dan karena

itu ada kemungkinan hasil pemeriksaan IgE total, bahkan juga tes RAST dan tes

kulit tidak bermakna, jika penderita diperiksa di luar musim. Sebaliknya, jika

penderita alergi terhadap debu, jamur dan binatang peliharaan yang ada di rumah,

tes kulit dapat positif sepanjang waktu. Pengobatan yang relatif baru yakni

dengan beklometason, sejenis steroid topikal baru, yang sedikit sekali diabsorpsi,

agaknya merupakan cara pengobatan baik untuk rinitis alergi, baik musiman atau-

pun perenial.

Rinitis perenial non alergi biasanya mulai timbul pada usia dewasa dan ditandai

dengan obstruksi hidung yang nyata, kadang - kadang disertai bersin. Gatal

hidung jarang. Rinore dapat deras sekali disertai sakit tenggorok yang nyata dan

sekali-sekali ada anosmia. Konka juga edema, biasanya disertai sekret muikoid

dan polip lebih sering ditemukan dibanding pada rinitis alergi. Yang khas pada

rinitis perenial non alergi adalah bahwa tes kulit selalu negatip, demikin pula tes

4

Page 5: Rhinitis Kronis

RAST, serta kadar IgE total dalam batas normal. Sering ditemukan eosinofil

banyak dalam sekret, dan infeksi sering menyertai yang ditandai dengan adanya

sel neutrofii dalam sekret. Pemeriksaan radiologik sinus memperlihatkan mukosa

yang edema dan mungkin tampak gambaran cairan dalam sinus. Respons terhadap

antihistamin dan dekongestan tidak memuaskan, tetapi terhadap steroid lokal dan

sistemis baik sekali. Imunoterapi tidak bermanfaat.

Termasuk kategori rinitis yang lain adalah rinitis vasomotor yang seperti rinitis

perenial non alergi, mula timbulnya pada usia dewasa yang ditandai dengan

adanya obstruksi hidung berderajat sedang. Bersin dan gatal hidung jarang, tetapi

biasanya disertai adanya rinore yang deras. Sakit tenggorok berderajat sedang.

Pada pemeriksaan hidung tampak konka inferior edema berderajat sedang dengan

sekret yang cair. Polip sangat jarang terjadi. Tes kulit negatif. Sel-sel predominan

dalam sekret adalah neutrofil; infeksi jarang terjadi baik dalam hidung maupun

sinus.

Masalah utama dengan rinitis vasomotor adalah bahwa hampir semua cara pengo-

batan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya, para penderita

rinitis alergi dengan predisposisi genetik, pemaparan dengan alergen spesifik akan

menyebabkan terbentuknya IgE spesifik, yang nantinya akan mengikat secara

selektif permukaan membran mastosit pada lapisan submukosa hidung.

Pemaparan ulang berikutnya terhadap alergen akan mengakibatkan terjadinya

penglepasan mediator kimiawi, seperti histamin dan faktor kemotaktik eosinofil.

Mekanisme sensitisasi hidung secara rinci belum dapat ditetapkan, seperti juga

halnya bahwa alergi inhalan harus melewati membran mukosa untuk mengawali

pelepasan mediator dari mastosit yang terdapat pada lapisan submukosa. Mungkin

mastosit atau basofil yang terdapat dalam sekret hidung dapat dibandingkan

dengan yang ada dalam sekret bronkus yang bereaksi dengan alergen dan

menyebabkan penglepasan histamin dan mediator lain sehingga terjadi

peningkatan permeabilitas mukosa yang memungkinkan alergen dapat masuk

mendekati mastosit di lapisan submukosa, dimana pelepasan mediator lebih lanjut

terjadi. Mediator yang dilepaskan, baik pada pemukaan mukosa maupun dalam

lapisan submukosa dianggap yang mengawali timbulnya gejala. Terapi rinitis

5

Page 6: Rhinitis Kronis

alergi umumnya ditujukan pada menghindari pemaparan alergen, bila mungkin,

kemudian pemberian anti histamin, dekongestan atau kombinasi anti histamin-

dekongestan. Pemberian kromolin pada hidung terbukti juga efektif di beberapa

negara, tetapi masih belum diizinkan untuk digunakan di Amerika Serikat.

Blekmotason yang tampaknya cukup efektif pada beberapa penelitian, kini

pemakaiannya di Amerika sudah disetujui. Pengobatan dengan kortikosteraid

sistemik untuk jangka pendek pada penderita rinitis alergi musiman yang berat

dan berlangsung singkat juga sangat efektif. Jika dengan berbagai cara pengobatan

di atas gagal, harus dipertimbangkan imunoterapi.

6