Edisi 2
ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
© Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2012
Foto:Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan
desain:Penebar Art
Penerbit:Kementerian Pertanian
Kantor Pusat Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA
undang-undang
RI nomor 7 tahun 1996
tentang pangan. Ketahanan
pangan adalah suatu
kondisi dimana setiap
individu dan rumahtangga
memiliki akses secara fisik,
ekonomi, dan ketersediaan
pangan yang cukup,
aman, serta bergizi untuk
memenuhi kebutuhan
sesuai dengan seleranya
bagi kehidupan yang aktif
dan sehat.
ROADMAP DEPTAN.indb 2 2/15/2013 7:35:34 PM
[3]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
DAFTAR ISI
ROADMAP DEPTAN.indb 3 2/15/2013 7:35:34 PM
{4}PEnEBaR SWaDaYa
ROADMAP DEPTAN.indb 4 2/15/2013 7:35:34 PM
[5]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
DAFTAR TAbel
DAFTAR GAmbAR
ROADMAP DEPTAN.indb 5 2/15/2013 7:35:34 PM
[6] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
DAFTAR lAmpIRAn
ROADMAP DEPTAN.indb 6 2/15/2013 7:35:34 PM
[7]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
ROADMAP DEPTAN.indb 7 2/15/2013 7:35:34 PM
[8] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini
disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan
percepatan diversifikasi atau penganekaragaman
konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan
salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian,
karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi
konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur
dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas.
Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No.
22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya
diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/
kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi
pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif
mendukung pelaksanaan program ini.
Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah
mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut
sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi
makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan
Sambutan menteri pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 8 2/15/2013 7:35:35 PM
[9]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya
tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu.
Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal
dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun,
jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya
di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga
muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus
berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih
berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku
lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang
serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan
produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada
dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola
pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan
olahan pangan berbasis pangan lokal.
Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku
kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan.
Menteri Pertanian RI
Suswono
ROADMAP DEPTAN.indb 9 2/15/2013 7:35:35 PM
[10] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi atau penganekaragaman pangan
merupakan salah satu kunci sukses pembangunan
pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.
Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan
untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi
pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan
menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua
terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia
(jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas,
sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning,
buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh
subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan
pokok maupun kudapan.
Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah
makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti
trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara
fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan
Kata pengantar
ROADMAP DEPTAN.indb 10 2/15/2013 7:35:35 PM
[11]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi
seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan
produktif.
Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi
kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk
pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap
ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas.
Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk
secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan
dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber
protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Kepala Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian
Achmad Suryana
ROADMAP DEPTAN.indb 11 2/15/2013 7:35:35 PM
[12] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih
rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum
beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola
Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian
sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padi-
padian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011.
Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak
hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga
dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi
sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di
masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi
dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program
penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN.
Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola
konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih
belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan
Ringkasan eksekutif
ROADMAP DEPTAN.indb 12 2/15/2013 7:35:35 PM
[13]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk
dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya
manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.
Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik,
perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,
kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan
buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi
secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi
pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman
vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber
karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan
olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian
lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya
(aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta
aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis
sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan
konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun
dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi
beras.
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden
No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber
Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi
pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas
daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi
beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/
terigu yang hampir seluruhnya diimpor. Sementara
konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan
pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan
upaya
penganekaragaman
konsumsi pangan
harus berbasis sumber
pangan setempat
atau khas daerah.
hal ini agar diartikan
bahwa pengurangan
konsumsi beras tidak
dapat digantikan
dengan konsumsi
gandum/terigu yang
hampir seluruhnya
diimpor.
ROADMAP DEPTAN.indb 13 2/15/2013 7:35:35 PM
[14] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh
untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu
kuning, dan sukun.
Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai
tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan
ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi
dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi
masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi
pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal
seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih
memiliki prinsip “asal kenyang”. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi
masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi
tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama
pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai
tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan
akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah.
Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan
suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan
percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar
kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi
aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan
kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk
pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.
Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye
dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lain-
lain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/
ROADMAP DEPTAN.indb 14 2/15/2013 7:35:35 PM
[15]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal.
Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik
sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli
teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan
melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan
pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak
kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Sawut Singkong Kuning Lengkap
Mie Ubi Pelangi
ROADMAP DEPTAN.indb 15 2/15/2013 7:35:35 PM
[16] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Keladi Isi Ubi Ungu
Kentang Golong Lengkap
Nasi Bingu Jagung Lengkap
ROADMAP DEPTAN.indb 16 2/15/2013 7:35:35 PM
[17]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Nasi Jagung Campur
Nasi Keribang Jali
ROADMAP DEPTAN.indb 17 2/15/2013 7:35:35 PM
[18] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
A. Latar BelakangMembangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu
kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu.
Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih
belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras.
Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/
hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/
kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani,
sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan
masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100.
Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan
dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman
pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
pendahuluan
1
ROADMAP DEPTAN.indb 18 2/15/2013 7:35:35 PM
[19]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi
pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human
Development Reports UNDP (United Nations Development
Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke
dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat
124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei
Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand
peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128.
Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam
pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik
secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju
pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di
berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara,
sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai
akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian,
meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification),
serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar.
Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan
2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap
keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan
dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan
permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai
tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan
sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui
peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan
pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal
Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok
Tahun 1954 :
Pola konsumsi pangan pokok yaitu konsumsi beras mencapai 53,5%, sedangkan konsumsi ubi kayu (22,26%), jagung (18,9%) dan kentang (4,99%).
Tahun 1987:
Pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser luar biasa yaitu konsumsi beras menjadi 81,1%, sedangkan konsumsi ubi kayu 10,02% dan jagung 7,82%.
Tahun 1999:
Perubahan pola konsumsi pangan pokok berlanjut, yaitu konsumsi jagung hanya sebesar 3,1% dan ubi kayu 8,83%
Tahun 2010:
Pangsa non beras (ubi kayu, jagung dan kentang) dalam pola konsumsi pangan pokok hampir tidak ada dan digantikan oleh konsumsi terigu naik 500% menjadi 10.92 kg/kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun).
ROADMAP DEPTAN.indb 19 2/15/2013 7:35:35 PM
[20] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi
seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
pangan pokok tertentu.
Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung
diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang
bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku
utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis
sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis
Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Tahun 1960 Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat
Tahun 1969 Pemerintah mempopulerkan slogan “Pangan Bukan Hanya Beras” dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari singkong untuk mengganti beras.
Tahun 1974 Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat.
Tahun 1993-1998
Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian.
Tahun 1989 Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program “Aku Cinta Makanan Indonesia”.
Tahun 1996 Undang-undang No. 7 Tentang Pangan
Tahun 2002 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan
Tahun 2009 Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal.
Tahun 2009 Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Tahun 2009 Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2010 Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tahun 2010 Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan
Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi �Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana �Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011
Tahun 2010 Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura
Tahun 2012 Undang-Undang No.18 tentang Pangan
ROADMAP DEPTAN.indb 20 2/15/2013 7:35:36 PM
[21]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan
pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi
pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan
Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan
perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi
pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan
yang dapat dikomersilkan.
Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi
Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet
Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di
Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya
koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan
pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian
dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream
pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu
dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan
swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan.
Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring
dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan
lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari
berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri
aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan
industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan
untuk pemantapan pelaksanaan penganekaragaman
konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut,
diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di
Manfaat terciptanya
budaya makan dengan
pola konsumsi pangan
beragam, bergizi
seimbang, dan aman:
Meningkatnya citra Vpangan lokal
Turut menjaga Vstabilitas pasokan dan
harga pangan
Turut menciptakan Vkesempatan kerja
dan mengurangi
kemiskinan
Turut menyumbang Vpada ketahanan
pangan global
(dengan menjadi
negara pengekspor
beras)
Meningkatkan kualitas Vhidup sehat, aktif dan
produktif
ROADMAP DEPTAN.indb 21 2/15/2013 7:35:36 PM
[22] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting
Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang, V
dan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu.
Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum V
optimal.
Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan V
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun).
Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat V
mempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global.
Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena V
sifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.
tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri
aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal.
Dampak Perubahan Iklim Global
Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan
dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin
dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu
orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang
sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai
perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat
yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam
menghadapi dampak perubahan iklim.
Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan
kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru
cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan
dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan,
ROADMAP DEPTAN.indb 22 2/15/2013 7:35:36 PM
[23]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal
sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini.
Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 menginformasikan situasi pola
konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan
dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan,
keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program
diversikasi pangan.
B. Maksud dan TujuanRoadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 ini merupakan acuan bagi
pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara
lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman
dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi V
pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung
hidup sehat, aktif, dan produktif;
Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif V
pada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis
sumber daya lokal;
Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam V
produksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan
pangan (rumah tangga, UMKM, swasta);
Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan V
nasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi
ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta
mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya
pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk;
Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada V
pangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan.
ROADMAP DEPTAN.indb 23 2/15/2013 7:35:36 PM
[24] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
A. Kondisi Umum1. Kondisi Gizi Masyarakat
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional
prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9
persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen.
Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun
2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah
35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan
juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus
menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010.
Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia
Kondisi pola & konsumsi Pangan
Saat ini
2
ROADMAP DEPTAN.indb 24 2/15/2013 7:35:36 PM
[25]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita,
tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang
memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk
prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi
diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19
provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional.
Sumber: Riskesdas, 2010.
Gambar 2. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010
Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
(RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan
data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan
yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan
dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah
yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi
bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita
Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks
berikut.
ROADMAP DEPTAN.indb 25 2/15/2013 7:35:36 PM
[26] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan
StatusProporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan ≤ 14,47 persen
Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan > 14,47 persen
Persentase Pendek pada Anak Balita ≤ 32 persen
Strata 1Kepulauan Riau,Bengkulu, danBali.
Strata 2Bangka Belitung,Jambi,Kalimantan Timur,DI Yogyakarta,DKI Jakarta,Sulawesi Utara,Maluku Utara, dan Papua.
Persentase Pendek pada Anak Balita > 32 persen
Strata 3Aceh,Sumatera Barat,Riau,Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan,Banten,Jawa Barat,Sulawesi Selatan,Sulawesi Barat, danNusa Tenggara Barat.
Strata 4Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Lampung,Kalimatan Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,Gorontalo,Sulawesi Tengah,Sulawesi Tenggara,Nusa Tenggara Timur,Maluku, dan Papua Barat.
Sumber : - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010 - Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009Catatan : Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400
kkal/kap/hari.
ROADMAP DEPTAN.indb 26 2/15/2013 7:35:36 PM
[27]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat
a. Situasi Konsumsi Pangan Nasional
Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup
dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi,
preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman
konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal.
Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi
gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber
karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi
masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong,
jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan
komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011
dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada Tahun 2011 dan PPH
ROADMAP DEPTAN.indb 27 2/15/2013 7:35:36 PM
[28] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas
dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk
memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi
kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel
2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia
masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai
kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus
ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/
biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara
horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas
konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu
konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis
padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-
padian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan
hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan
olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan).
Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna makanan sesuai diagram di bawah ini.
ROADMAP DEPTAN.indb 28 2/15/2013 7:35:36 PM
[29]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding
konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi
jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi
pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas
dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai
sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama
tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari
kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi
konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk
nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk
Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak,
dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin
mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3).
Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP – BKPKeterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004)
- Energi : Dalam kkal - Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok- AKG : Angka Kecukupan Gizi
Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH
No Kelompok PanganKonsumsi Th. 2011 PPH
Gram Energi%
AKGSkor PPH
Gram Energi%
AKGSkor PPH
1. Padi-padian 315,9 1.236 61,8 25,0 275 1.000 50,0 25,0
2. Umbi-umbian 40,0 53 2,6 1,3 100 120 6,0 2,5
3. Pangan hewani 95,9 168 8,4 16,8 150 240 12,0 24,0
4. Minyak dan lemak 22,8 204 10,2 5,0 20 200 10,0 5,0
5. Buah/biji berminyak 6,0 33 1,6 0,8 10 60 3,0 1,0
6. Kacang-kacangan 22,7 56 2,8 5,6 35 100 5,0 10,0
7. Gula 22,2 81 4,1 2,0 30 100 5,0 2,5
8. Sayur dan buah 197,3 83 4,2 20,8 250 120 6,0 30,0
9. Lain-lain 61,2 39 1,9 - - 60 3,0 -
Total 1.952 97,6 2.000 100,0
Skor PPH 77,3 100
ROADMAP DEPTAN.indb 29 2/15/2013 7:35:36 PM
[30] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Kelompok Bahan Pangan Konsumsi Tahun 2011Energi (kkal/
kap/hari)gram/kap/hari kg/kap/thn
I. Padi-padian 1236 a. Beras 996 281,7 102,8 b. Jagung 12 4,3 1,6 c. Terigu 228 29,9 10,9II. Umbi-umbian 53 a. Singkong 33 27,6 10,1 b. Ubi jalar 10 8,1 3,0 c. Kentang 2 4,3 1,6 d. Sagu 4 1,3 0,5 e. Umbi lainnya 2 1,8 0,7III. Pangan Hewani 168 a. Daging ruminansia 15 5,5 2,0 b. Daging unggas 39 13,0 4,8 c. Telur 27 19,6 7,1 d. Susu 29 5,7 2,1 e. Ikan 57 52,0 19,0IV. Minyak dan Lemak 204 a. Minyak kelapa 36 4,1 1,5 b. Minyak sawit 163 18,1 6,6 c. Minyak lainnya 5 0,6 0,2V. Buah/biji berminyak 33 a. Kelapa 27 5,1 1,9 b. Kemiri 6 0,9 0,3VI. Kacang-kacangan 56 a. Kedelai 47 20,7 7,6 b. Kacang tanah 6 0,9 0,3 c. Kacang hijau 2 0,8 0,3 d. Kacang lain 1 0,3 0,1VII.Gula 81 a. Gula pasir 74 20,2 7,4 b. Gula merah 7 2,0 0,7VIII. Sayuran dan buah 83 a. Sayur 44 133,7 48,8 b. Buah 39 63,6 23,2IX. Lain-lain 39 a. Minuman 29 49,9 18,2 b. Bumbu-bumbuan 10 11,3 4,1
Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011
Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP
ROADMAP DEPTAN.indb 30 2/15/2013 7:35:36 PM
[31]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah
Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum
mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan
(skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil
olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8
dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4).
Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang
beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai
skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan
beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk
rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber
karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang
besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional.
Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat Konsumsi Beras Tahun 2011
ROADMAP DEPTAN.indb 31 2/15/2013 7:35:36 PM
[32] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
(Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP)
Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011
Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi
pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah
skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang
memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas,
karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku,
pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk.
ROADMAP DEPTAN.indb 32 2/15/2013 7:35:36 PM
[33]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
B. Pola Konsumsi1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat
Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010)
umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola
konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi
dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi
lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku
Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu
(Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku),
dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok
Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena
data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia.
Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan
dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya beras-
jagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari
beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi
Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu.
Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok
menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola
konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi
Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.
Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan
yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan
pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara
memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi
Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-
ROADMAP DEPTAN.indb 33 2/15/2013 7:35:36 PM
[34] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan
pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami
perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi
beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu
dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi
pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.
Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan
dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu.
Provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi
menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan
pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur
yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola
konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-terigu-
ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-
sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu.
Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan
dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya
beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki
pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan
pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola
konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola
konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya
beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5
berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.).
ROADMAP DEPTAN.indb 34 2/15/2013 7:35:36 PM
[35]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein
Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir
didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber
protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu
ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan
ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk.
Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah
Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih
terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola
konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005
-2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi
protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5).
Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 – 2010 lebih
didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua
komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk
Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap
pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun
terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai
yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan
lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata
konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi
kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan
konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun
di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang
merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum
tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati
masih kurang.
ROADMAP DEPTAN.indb 35 2/15/2013 7:35:36 PM
[36] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Gam
bar
5. P
ola
Kon
sum
si P
anga
n Su
mb
er K
arb
ohid
rat
Ind
ones
ia T
ahun
201
0
ROADMAP DEPTAN.indb 36 2/15/2013 7:35:36 PM
[37]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan
dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat
dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.
Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 –2010
No Jenis PanganKontribusi Konsumsi (% AKP)
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1Daging ruminansia
4.6 4.3 5.1 5.3 5.3 5.5
2 Daging unggas 10.3 8.8 11.0 11.1 11.0 11.9
3 Telur 9.2 9.1 9.3 9.1 9.7 10.5
4 Susu 3.7 4.0 5.4 5.4 5.3 5.2
5 Ikan 42.3 42.2 38.6 42.2 41.7 41.3
6 Kedelai 23.8 27.2 24.7 22.4 23.2 21.7
7 Kacang tanah 3.7 2.6 4.0 2.7 2.3 2.5
8 Kacang hijau1.9 1.5 1.5 1.4 1.1 1.0
9 Kacang lain0.5 0.3 0.4 0.4 0.5 0.4
POLA KONSUMSI
Ikan
Kedelai
Telur
D.Unggas
Ikan
Kedelai
Telur
D.Unggas
Ikan
Kedelai
D.Unggas
Telur
Susu
D.Ruminansia
Ikan
Kedelai
D.Unggas
Telur
Susu
D.Ruminansia
Ikan
Kedelai
D.Unggas
Telur
Susu
D.Ruminansia
Ikan
Kedelai
D.Unggas
Telur
D.Ruminansia
Susu
Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP
3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral
Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya
didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang
dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan
ROADMAP DEPTAN.indb 37 2/15/2013 7:35:37 PM
[38] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin
yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan,
dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi
tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam
pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin
mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat
dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6).
Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010
NoJenis
Pangan
Kontribusi Konsumsi (%AKE)
2005 2007 2008 2009 2010
1 Daun Ubi Kayu 8.3 8.7 9.6 9.8 7.5
2 Rambutan 7.5 4.8 7.1 5.0 4.0
3 Duku 3.0 5.1 1.1 0.7 4.1
4 Salak 5.3 4.2 6.5 5.3 4.3
5 Pisang Lain2 16.0 16.2 17.3 17.2 15.0
6 Gado-gado 6.6 - - - 6.4
POLA
KONSUMSI
-Pisang Lain2
- Daun Ubi K.
(ketela pohon)
- Gado-gado
- Rambutan
Salak
- Pisang
Lain2
- Daun Ubi K.
(ketela pohon)
- Duku
- Pisang
Lain2
- Daun Ubi K.
(ketela pohon)
- Rambutan
- Salak
- Pisang
Lain2
- Daun Ubi K
(ketela pohon)
- Salak
- Rambutan
- Pisang
Lain2
- Daun Ubi K.
(ketela pohon)
- Gado-gado
Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP
Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral
penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang
bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap
keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber
vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis
sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa
dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat
terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi
ROADMAP DEPTAN.indb 38 2/15/2013 7:35:37 PM
[39]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman
sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari.
Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi
hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran
sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi
buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan
(c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau
daerah.
Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan
buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong
sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya.
Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka
konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar
kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar
komposisi Pola Pangan Harapan (PPH). Standar konsumsi sayur dan buah
berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari.
Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih
dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah
bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum
pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh
lapisan masyarakat.
Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi
banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan
kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5.
***
ROADMAP DEPTAN.indb 39 2/15/2013 7:35:37 PM
[40] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
A. TantanganTantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi
pangan, adalah:
1. Meningkatnya jumlah penduduk
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk
Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia
diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa,
meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009.
Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan
dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini
merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan
pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan
pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/
pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian
yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat.
Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat
melengkapi fungsi gizi dari beras.
TAnTAnGAn, peRmASAlAHAn DAn
pelUAnG
3
ROADMAP DEPTAN.indb 40 2/15/2013 7:35:37 PM
[41]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan
Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan
perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenis-
jenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka
pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging,
ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak
dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan
pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara
lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang
menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah
dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah.
Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan
status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih
“modern” yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong
pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi
perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah
gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).
3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan terigu
Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi,
perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan
konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu
pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein;
serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.
Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta
sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh,
kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap
ROADMAP DEPTAN.indb 41 2/15/2013 7:35:37 PM
[42] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
skor PPH masih 16,1 sedangkan skor idealnya adalah sebesar 24,0. Rendahnya
konsumsi protein hewani sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat.
Namun protein nabati dari kacang-kacangan seperti kedelai, dapat menjadi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan protein dan pola makan namun ketersediaan aneka
kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, relatif masih kurang memadai.
4. Penggunaan bahan baku pangan lokal masih terkendala dengan masalah kontinuitas ketersediaan yang belum stabil dan mutunya sangat beragam.
Di tataran produsen maupun petani, belum dapat menjamin secara penuh untuk
menjaga kesinambungan tersedianya bahan baku pangan lokal secara terus –menerus
sepanjang waktu. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih sangat dipengaruhi
oleh faktor musim panen. Pada saat panen tiba, bahan baku pangan lokal melimpah di
pasaran, namun sebaliknya jika bukan musimnya akan sangat sulit didapatkan.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan investasi untuk memproduksi bahan baku
pangan lokal secara lebih berkesinambungan dan menghasilkan produk yang
memenuhi kebutuhan standar yang diinginkan oleh industri dan mempunyai
daya simpan, sehingga ketersediaannya terdistribusi sepanjang tahun. Pola
kemitraan antara pihak industri dan petani produsen merupakan solusi saling
menguntungkan yang perlu dikembangkan. Disamping itu untuk menjamin
kontinuitas produksi, pendekatan dengan pengembangan food estate juga cukup
baik, terutama di luar Jawa. Perlu ada upaya membangun sinergitas di antara
sektor hilir (industri pengolah) dengan sektor hulu (produsen) agar suplai bahan
baku dapat lebih terjamin, dan industri pengolah dapat merencanakan produksi
dengan standar kualitas yang lebih baik.
5. Kebijakan produksi pertanian belum mempertimbangkan kecukupan gizi
Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan masyarakat secara luas
yang dilaksanakan selama ini masih bersifat kuantitas, belum mempertimbangkan
kebutuhan gizi. Perencanaan produksi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi
ROADMAP DEPTAN.indb 42 2/15/2013 7:35:37 PM
[43]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
pola konsumsi masyarakat yang bisa berbeda antar daerah. Pola Pangan
Harapan harus menjadi patokan dalam merencanakan produksi komoditas yang
akan dikembangkan sesuai dengan sumber daya setempat. Kebijakan yang
ada selama ini masih mengacu pada peningkatan swasembada yang hanya
mempertimbangkan kondisi supply demand secara agregat di tingkat nasional,
tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi pangan secara beragam dan
bergizi seimbang, di tiap wilayah.
Pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan P2KP tahun 2012 mulai dikenalkan
Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Sebagai contoh adalah beras
analog yang diproduksi menggunakan berbagai jenis bahan baku lokal seperti
ubi kayu, sagu, sorgum, jagung, dan sebagainya yang sekaligus diperkaya dengan
zat gizi sumber vitamin dan mineral dalam proses fortifikasi, agar kandungan
gizinya tidak kalah dengan yang ada pada beras. Produk yang dihasilkan dari
kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal sehingga
dapat dijadikan bahan pengganti beras dalam program subsidi pangan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini disebut RASKIN.
6. Perubahan iklim
Dampak pemanasan global yang menyebabkan timbulnya perubahan iklim
mengancam tersedianya bahan pangan di tingkat produksi. Pangan pokok
yang selama ini dikonsumsi masyarakat secara umum dikhawatirkan dapat
mengalami kegagalan panen akibat tidak dapat diprediksinya musim hujan
yang dapat menyebabkan sulitnya pengairan. Kondisi cuaca yang ekstrim
juga dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan khususnya terhadap
komoditas pangan yang selama ini menjadi pangan pokok. Hal ini memerlukan
strategi perencanaan produksi pangan yang beradaptasi dengan perubahan
iklim tersebut. Ketergantungan pada satu jenis komoditi seperti beras akan
menimbulkan masalah karena harus mencari varietas-varietas baru yang sesuai
dengan kondisi perubahan iklim. Padahal banyak spesies sumber karbohidrat
selain beras yang diproduksi oleh masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.
ROADMAP DEPTAN.indb 43 2/15/2013 7:35:37 PM
[44] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
B. Permasalahan1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman
Saat ini pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam bergizi
seimbang dan aman masih kurang. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip
“asal kenyang”. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi
yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada gizi kurang maupun gizi lebih.
Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan bermacam permasalahan seperti
salah pemilihan jenis dan jumlah makanan, cara mengolah bahan makanan yang
kurang tepat, sehingga banyak zat gizi yang hilang serta kurangnya kesadaran
dalam memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.
2. Terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi
Pengembangan teknologi tepat guna sangat diperlukan baik untuk memproduksi
maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras, guna
meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Namun ketersediaan dan akses
terhadap teknologi semacam itu diindikasikan kurang memadai. Disamping itu,
teknologi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan
tinggi juga belum bebas diakses oleh para pelaku usaha.
Kondisi keterbatasan di atas, akan menjadi hambatan bagi pengembangan pangan
lokal. Peran perguruan tinggi menjadi penting dalam mengatasi permasalahan
keterbatasan ketersediaan dan akses terhadap teknologi pangan lokal.
3. Keberagaman varietas yang ditanam oleh masyarakat.
Sebagaimana kondisi Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati nomor
dua di dunia, begitu juga dengan varietas tanaman pangan lokal yang dimiliki
memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Namun
untuk keperluan industri pengolahan maka perlu ditentukan jenis varietas yang
ROADMAP DEPTAN.indb 44 2/15/2013 7:35:37 PM
[45]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
ditanam petani dan sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan agar
produk olahannya dapat dibuat dengan standar kualitas dan kemasan yang lebih
baik.
4. Kurangnya dukungan permodalan untuk produksi maupun untuk pengolahan karena skim kredit yang ada belum dapat digunakan untuk pengembangan bahan baku pangan lokal.
Modal merupakan hal yang sangat utama untuk keberlanjutan usaha. Selama ini,
para petani dan pengolah tepung yang berbahan baku lokal seperti ubi kayu,
sagu, ganyong, dan lain sebagainya merasa kesulitan dalam mengajukan modal
kepada lembaga keuangan, seperti perbankan, koperasi maupun fasilitas kredit
yang ditawarkan pemerintah lainnya. Kelompok dan jenis usaha yang dilakukan
belum cukup meyakinkan lembaga keuangan untuk mendapatkan dana sebagai
bantuan modal.
5. Harga bahan baku pangan lokal masih belum stabil dan relatif lebih tinggi daripada harga terigu, sehingga harga produk akhir juga cenderung lebih tinggi.
Kontinuitas ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada harga. Semakin
banyak permintaan dan penawaran sedikit, maka harga bahan baku pangan lokal
cenderung mahal, begitu pula sebaliknya. Pada musim panen, harga cenderung
turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga yang sangat signifikan dan
merugikan petani maupun para pelaku usaha dan industri. Untuk itu perlu ada
kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku
usaha industri pangan untuk menjamin kontinuitas pasokan dan harga yang adil
bagi kedua belah pihak.
6. Belum ada jaminan keamanan produk pangan lokal yang dihasilkan
Upaya pemerintah dalam memenuhi hak konsumen untuk dapat mengakses produk
pangan lokal yang aman hingga saat ini belum dapat terpenuhi karena belum adanya
jaminan keamanan produk pangan lokal yang beredar. Padahal, jaminan keamanan
ROADMAP DEPTAN.indb 45 2/15/2013 7:35:37 PM
[46] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
produk pangan merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat faktor yang berpotensi
sebagai pembawa resiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari
produksi, distribusi, dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan
produk pangan dapat dinilai dari sumber resiko dan dampaknya terhadap kesehatan
manusia. Secara umum, jaminan keamanan produk pangan harus mampu melindungi
masyarakat terutama dari pangan yang tidak aman atau tercemar oleh cemaran kimia,
biologi, dan fisik. Namun demikian, sampai dengan saat ini jaminan keamanan produk
pangan masih bersifat ”partial”, seperti upaya peningkatan ketersediaan produk Prima 3
dan mengoptimalkan hasil uji terhadap produk pangan (uji terhadap pestisida, mikroba,
dan logam berat), belum mengarah kepada kawasan pangan yang aman.
Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan Undang-
Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan menekankan pentingnya keamanan
pangan baik untuk pangan segar, pangan olahan dan pangan siap saji. Kementerian
Pertanian bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan keamanan
pangan segar (sayur, buah, daging, telur dan susu). Pelaksanaan penanganan
keamanan pangan segar mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
C. Peluang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar
termasuk umbi-umbian. Kebanyakan komoditi ini tersedia secara tradisional dan
dibudidayakan secara sederhana di lahan kering dan tadah hujan. Di beberapa
daerah pangan lokal selain beras sejak dulu telah menjadi pangan pokok seperti
sagu dan umbi-umbian di Maluku dan Papua, jagung di Madura, Jawa Timur dan
beberapa daerah di Nusa Tenggara serta ubi kayu di daerah pegunungan di Jawa
Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Daerah yang memiliki potensi pangan
pilihan selain beras dapat dilihat pada Lampiran 2 (Gambar 2.1.–2.4). Pangan
lokal memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan dengan nasi/beras.
Kandungan gizi beberapa pangan lokal sebagai berikut:
ROADMAP DEPTAN.indb 46 2/15/2013 7:35:37 PM
[47]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tiwul
ubi kayu
1. Pangan Sumber Karbohidrat
Jagung. Produksi jagung Indonesia terus meningkat. Data
BPS menunjukkan dalam periode 1990–2011, produksi jagung
meningkat dari 6,73 juta ton menjadi 17,64 juta ton atau
peningkatan dengan laju 5,34 persen per tahun. Peningkatan
luas areal pertanaman jagung meningkat dari sekitar 3,15 juta
ha menjadi 3,86 juta ha, dengan laju 1,49 persen per tahun;
dan peningkatan produktivitas dari 2,13 ton/ha menjadi 4,56
ton/ha atau peningkatan dengan laju 3,74 persen per tahun
(Lampiran 3; Tabel 3.1. – 3.2.)
Produk pangan olahan dari bahan jagung bukan lagi
menjadi bahan pangan yang ‘inferior’, terutama dengan
berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Produk pangan dari jagung seperti gula jagung dan minyak
jagung diyakini dapat menurunkan kadar gula darah dan non
kolesterol.
Ubi kayu. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat
dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makanan olahan
yang berasal dari tepung.
Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat
dibudidayakan pada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl
dengan curah hujan antara 750 – 1.000 mm per tahun. Ubi
kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal
mempunyai drainase yang baik, dengan pH tanah yang
dikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu
dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan
tanaman lain.
Mie Jagung
Jagung Bose (Pangan Lokal ntt)
Jagung
Skotel Jagung
ROADMAP DEPTAN.indb 47 2/15/2013 7:35:37 PM
[48] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Ubi kayu mempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan
pilihan dalam diversifikasi pangan, beberapa keunggulan
dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan
dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai
bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada
musim paceklik; b) masyarakat Pulau Jawa khususnya di
pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya
dalam bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya
cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan
atau lahan yang marginal dan beriklim kering.
Dalam periode 1990 – 2011, produksi ubi kayu meningkat dari
15,83 juta ton menjadi 24,04 juta ton atau peningkatan dengan
laju 2,18 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut
terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas. Dalam
tahun 1990 - 2011 produktivitas ubi kayu meningkat dengan
laju 2,57 persen per tahun yaitu dari 12,07 ton/ha 20,29 ton/
ha; sementara luas areal pertanaman ubi kayu cenderung
menurun dari 1,31 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,18
juta ha, atau penurunan dengan laju (0,38) persen per tahun
(Lampiran3; Tabel 3.3. – 3.5.).
Ubi jalar. Sebagai sumber bahan pangan yang mempunyai
potensi tinggi namum belum didayagunakan secara maksimal.
Di Indonesia, penggunaan tepung ubi jalar memang belum
sebanyak di luar negeri. Kondisi ini merupakan peluang bagi
pengembangan ubi jalar. Indonesia termasuk lima besar
negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia, dengan produksi
2 juta ton per tahun.
Brownies cassava
Beras analog
ubi jalar
Bebilar (beras ubi jalar)
ROADMAP DEPTAN.indb 48 2/15/2013 7:35:37 PM
[49]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Produksi ubi jalar terus meningkat, pada tahun 1990 – 2011
produksi ubi jalar Indonesia meningkat dari 1,97 juta ton
menjadi 2,19 juta ton atau peningkatan dengan laju 0,82
persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi
terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas, yaitu
peningkatan sebesar 1,30 persen per tahun, dari produktivitas
sebasar 9,44 ton per hektar di tahun 1990 menjadi 12,32 ton
per hektar. Sementara luas panen ubi kayu nasional justru
cenderung menurun. Dalam tahun 1990-2011 luas panen
menurun dari 208,73 ribu hektar menjadi 178,12 ribu hektar
(Lampiran 3; Tabel 3.6. – 3.7.).
Talas. Tanaman pangan yang bersifat menahun. Talas bisa
dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi
pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 – 1.300 m di
atas permukaan laut baik liar maupun dibudidayakan. Saat ini
daerah yang dikenal sebagai sentra Talas adalah Bogor, Banten
dan Malang. Beberapa jenis talas yang dapat dikonsumsi telah
dikenal seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas
paris, talas loma, talas pandan, talas lampung, talas mentega,
talas gambir atau talas hideung (Sunda = hitam).
Tanaman talas relatif mudah ditanam di hampir semua jenis
tanah dan juga dapat ditumpangsarikan. Budidaya tanaman
talas dapat menghasilkan produksi yang baik pada lingkungan
bersuhu 21° C -27° C, kelembaban udara 50% - 90%, adanya
sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun.
Pada kondisi optimal, hasil produksi dapat mencapai 10 ton/
hektar. Di sisi lain, di samping dikonsumsi sebagai makanan
pokok dan makanan tambahan karena mengandung
karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang
Roll cake ubi ungu
Es krim ubi jalar ungu
Talas
Perkedel talas
ROADMAP DEPTAN.indb 49 2/15/2013 7:35:37 PM
[50] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan inferior, dalam bentuk
tepung bahan baku talas dapat dibuat produk makanan bernilai tinggi.
Sagu. Sumber bahan pangan lain yang yang telah dimanfaatkan di beberapa daerah
di Indonesia adalah sagu (Metroxylon sp). Bersadarkan data dari berbagai sumber yang
dirangkum Bintoro (2000), taksiran luas area sagu di Indonesia berkisar 4.376.829 Ha,
seperti terangkum dalam Lampiran 3 (Tabel 3.8.).
Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama
tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola
dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara
dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang
dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun. Sagu tumbuh baik pada
lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana
tanaman lain tidak mampu tumbuh.
No Bahan Pangan
Zat GiziBDD (%)Energi
(kkal)Protein
(gr)Lemak
(gr)Kh (gr)
Abu (gr)
Air (gr)
I. Padi-padian
1 Beras 360 6.8 0.7 78.9 - 13.0 100
2 Gandum lokal c) 360 13.4 1.6 73.0 1.4 10.6 100
3 Jawawut/sokuia) 334 9.7 3.5 73.4 - 11.9 100
4 Sorghum/lenab) 395 20.3 8.73 58.8 6.6 5.6 100
5 Sorghum Jagung Rote b) 385 10.6 7.4 69.0 1.1 11.9 100
6 Hermada (tepung) b) 367 2.4 1.5 86.0 1.2 9.0 100
7 Hotong (hotoburu) b) 366 9.9 3.6 73.4 2.4 10.7 100
8 Jali/nyolaia) 289 11.0 4.0 61.0 - - 90
9 Jagung Kuning Pipila) 366 9.8 7.3 69.1 2.4 11.5 100
Berasan:
10 Beras Jagung Instan – Semarang Jateng b)
374 5.42 0.3 71.8 2.6 19.8 100
Tepung:
Tabel 7. Kandungan Gizi Beberapa Pangan Lokal Sumber Karbohidrat
ROADMAP DEPTAN.indb 50 2/15/2013 7:35:37 PM
[51]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No Bahan Pangan
Zat GiziBDD (%)Energi
(kkal)Protein
(gr)Lemak
(gr)Kh (gr)
Abu (gr)
Air (gr)
11 Tepung Jagung b) 374 7.0 4.2 77.1 1.4 10.3 100
II. Umbi-umbian
A Ubi Kayu
10 Ubi kayu putih a) 146 1.2 0.3 34.7 - 62.5 75
11 Ubi kayu kuning a) 157 0.6 0.3 37.9 - 60.0 75
Berasan :
12 Beras Singkong (Rasi) b) 359 1.4 0.9 86.5 1.9 7.8 100
13 Beras Aruk b) 353 0.6 0.8 85.9 0.2 12.5 100
14 Beras Kufu 342 2.3 0.1 83.1 - - 100
15 Oyek a) 342 2.3 0.1 83.1 - - 100
16 Tiwul 363 1.1 0.5 88.2 - - 100
Lempengan :
17 Jeppa b) 352 1.3 1.1 84.1 1.3 12.2 100
Tepung/pati :
18 Iluy mentah b) 352 6.2 1.3 79.0 1.1 12.4 100
19 Tepung kasava 363 1.1 0.5 88.2 - - 100
20 Tapioka (pati singkong) 362 0.5 0.3 86.9 - - 100
Mie :
21 Mie bendo b) 350 0.4 0.9 85.0 0.3 13.3 100
B Ubi Jalar
22 Ubi jalar a) 123 1.8 0.7 27.9 - - 86
Tepung :
23 Tepung ubi jalar ungu d) 375 3.0 0.55 89.5 - - 100
24 Tepung ubi jalar kuning d) 375 2.5 0.6 90.0 - - 100
25 Tepung ubi jalar putih d( 371 4.0 0.35 88.0 - - 100
Mie :
26 Mie telo
Bentuk segar :
27 Ubi banggai b) 118 2.5 0.7 25.4 0.8 70.5 -
C Ganyong
Segar :
28 Ganyong (umbi) 95 1.0 0.11 22.6 - 75.0 -
Tepung :
29 Tepung ganyong 356 1.0 1.53 84.6 0.23 16.6 100
Mie :
Lanjutan Tabel 7.
ROADMAP DEPTAN.indb 51 2/15/2013 7:35:37 PM
[52] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lanjutan Tabel 7.
No Bahan Pangan
Zat GiziBDD (%)Energi
(kkal)Protein
(gr)Lemak
(gr)Kh (gr)
Abu (gr)
Air (gr)
30 Mie ganyong b) 341 1.1 0.85 82.1 0.4 15.6 100
D Sagu
Berasan :
31 Sagu rendang b) 364 0.6 0.8 88.6 0.9 9.1 100
Tepung :
32 Tepung sagu a) 353 0.7 0.2 84.7 - 14.0 100
Mie :
33 Mie sagu kering b) 382 4.5 0.98 88.9 1.6 4.0 100
34 Mie sagu basah 152 0.9 5.6 24.4 1.6 4.0 100
35 Soun sagu b) 385 2.5 1.4 90.5 1.2 4.4 100
Lainnya:
36 Sagu mentah kerug b) 349 0.8 0.6 85.8 1.4 11.4 -
E Garut
Tepung :
37 Tepung garut a) 355 0.7 0.2 85.2 - - 100
F Talas
Tepung :
38 Tepung talas 376 3.4 0.8 88.7 1.4 5.7 100
G Gadung
Segar :
39 Gadung a) 100 0.9 0.3 23.5 0.9 74.4 100
III Buah
Segar :
Bakau
40 Buah bakau b) 371 4.2 1.5 85.1 3.9 5.3 -
41 Buah bakau (NTT) b) 319 25.4 0.5 63.6 1.3 9.1 -
42 Bakau segar (NTT) b) 155 11.9 2.4 26.5 1.0 58.2 -
43 Bakau segar (Halmahera) b) 147 10.5 2.0 26.5 1.2 59.9 -
Tepung :
44 Tepung buah bakau b) 367 4.3 1.1 85.0 2.1 7.6 100
45 Tepung buah bakau NTT b) 269 22.2 0.67 52.4 1.4 24.3 -
46 Tepung buah bakau Halmahera b)
267 22.8 0.57 51.7 1.3 23.7 -
ROADMAP DEPTAN.indb 52 2/15/2013 7:35:38 PM
[53]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Lanjutan Tabel 7.
IV Komposit
Tepung :
47 Tepung sijalejo
48 Tepung jalejo b) 366 19.1 2.5 66.9 2.4 9. 100
Mie :
49 Mie kering jalejo b) 369 14.4 1.6 74.3 1.5 8.2 100
50 Mie jalejo+bayam (kering)b) 362 13.7 2.1 72.2 1.4 10.6 100
51 Mie jalejo+wortel (kering)b) 369 14.2 2.0 73.4 1.5 8.9 100
52 Mie basah jalejo b) 193 7.9 0.9 38.4 0.8 52.1 100
53 Mie jalejo+bayam (basah) b) 199 7.7 1.1 39.5 0.8 51.0 100
54 Mie jalejo+wortel (basah) b) 197 7.4 1.1 39.3 0.8 51.4 100
Keterangan: Sumber a) Berdasarkan DKBM, Depkes b) Hasil analisis lab. Fisik Terpadu, GMSK, IPB c) Hasil analisis laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, IPB d) Laboratorium Bogasari
No Bahan Pangan
Zat GiziBDD (%)Energi
(kkal)Protein
(gr)Lemak
(gr)Kh (gr)
Abu (gr)
Air (gr)
nasi goreng talas Soun sagu
ROADMAP DEPTAN.indb 53 2/15/2013 7:35:38 PM
[54] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Kapurung Cookies talas
Sagu Papeda
2. Pangan Sumber Protein
Pangan sumber protein hewani memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pemenuhan konsumsi pangan dan gizi terutama dalam pencapaian skor PPH.
Namun demikian, tingkat konsumsi kelompok pangan hewani tahun 2011 sebesar
95.9 gram/kapita/hari, masih kurang dibandingkan standar konsumsi ideal
sebesar 150 gram/kapita/hari. Apabila dilihat tingkat konsumsi per komoditas
untuk pangan hewani yang terdiri dari daging ruminansia, daging unggas, telur,
susu dan ikan, sebagai berikut:
Daging ruminansia sebesar 5,5 gram/kap/hari (standar 8,6 gram/kap/hari) V
Daging unggas sebesar 13,0 gram/kap/hari (standar 18,7 gram/kap/hari) V
Telur sebesar 19,6 gram/kap/hari (standar 28,8 gram/kap/hari) V
Susu sebesar 5,7 gram/kap/hari (standar 6,6 gram/kap/hari) V
Ikan sebesar 51,9 gram/kap/hari (standar 87,3 gram/kap/hari) V
ROADMAP DEPTAN.indb 54 2/15/2013 7:35:38 PM
[55]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia
masih rendah, kurang lebih dua per tiga dari standar kebutuhan konsumsi pangan
hewani. Komposisi kandungan gizi beberapa pangan hewani dapat dilihat pada
daftar berikut:
No Bahan Pangan
Zat Gizi
BDD (%)Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr) Kh (gr)
1 Daging Anak Sapi 190,0 19,1 12,0 0,0 100,0
2 Daging Asap 191,0 32,0 6,0 0,0 100,0
3 Daging Babi Gemuk 457,0 11,6 45,0 0,0 100,0
4 Daging Babi Kurus 376,0 14,1 35,0 0,0 100,0
5 Daging Domba 206,0 17,1 14,8 0,0 100,0
6 Daging Kambing 154,0 16,6 9,2 0,0 100,0
7 Daging Kerbau 84,0 18,7 0,5 0,0 100,0
8 Daging Kuda 118,0 18,1 4,1 0,9 100,0
9 Daging Sapi 207,0 18,8 14,0 0,0 100,0
10 Daging Ayam 302,0 18,2 25,0 0,0 58,0
11 Telur Ayam 162,0 12,8 11,5 0,7 90,0
12 Telur Bebek (Itik) 189,0 13,1 14,3 0,8 90,0
13 Telur Penyu 144,0 12,0 10,2 0,0 90,0
14 Ikan Bandeng 129,0 20,0 4,8 0,0 80,0
15 Ikan Bawal 96,0 19,0 1,7 0,0 80,0
16 Ekor Kuning 109,0 17,0 4,0 0,0 80,0
17 Ikan Mas 86,0 16,0 2,0 0,0 80,0
18 Ikan Segar 113,0 17,0 4,5 0,0 80,0
19 Susu Sapi 61,0 3,2 3,5 4,3 100,0
20 Susu Kambing 64,0 4,3 2,3 6,6 100,0
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Beberapa Pangan Hewani
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM-Depkes, 1995)
Apabila dilihat dari produksi, komoditas pangan tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan tetapi karena faktor daya beli dan pendapatan
sehingga akses terhadap pangan hewani masih rendah. Data produksi dapat
dilihat pada tabel berikut :
ROADMAP DEPTAN.indb 55 2/15/2013 7:35:38 PM
[56] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabe
l 9. P
erke
mba
ngan
Pro
duks
i Dag
ing,
Tel
ur, d
an S
usu
No.
Kom
odit
asPr
oduk
si (T
on)
Pert
umbu
han
(%) *
*)
2007
2008
2009
20
1020
11 *
)
1D
agin
g Te
rnak
Dag
ing
Sapi
339.
479,
039
2.51
1,0
409.
309,
843
6.45
2.3
465.
822,
56,
73
Dag
ing
Kerb
au41
.757
,039
.032
,034
.644
,935
.912
.137
.467
,64,
33
Dag
ing
Kam
bing
63.6
15,0
66.0
27,0
73.8
25,3
68.7
92.9
70.7
15,1
2,79
Dag
ing
Dom
ba56
.852
,047
.028
,554
.265
,044
.865
,144
.946
,10,
18
Dag
ing
Babi
225.
906,
020
9.77
7,0
200.
117,
821
1.99
2,6
204.
588,
0 (3
,49)
Dag
ing
Kuda
1.97
4,7
1.81
3,0
1.79
9,3
1.97
4,4
1.82
2,1
(7,7
1)
Jum
lah
729.
583,
775
6.18
8.5
773.
962,
179
9.98
9,4
825.
361,
43,
17
2D
agin
g U
ngga
s
Dag
ing
Ayam
294.
889,
027
3.54
6.4
247.
725,
026
7.63
5,1
283.
135,
05,
79
Dag
ing
Ayam
Ras
Pet
elur
58.1
62,0
57.2
74,0
55.0
55,4
57.7
11,6
60.1
10,1
4,16
Dag
ing
Ayam
Ras
Ped
agin
g94
2.78
4,0
1.01
8.73
4,0
1.10
1.76
5,5
1.21
4.33
9,0
1.27
0.43
8,0
4,62
Dag
ing
Itik
44.1
04,9
30.9
8025
.781
,825
.999
,129
.180
.212
.24
Jum
lah
1.33
9.93
9,9
1.38
0.53
4,4
1.43
0.32
7,7
1.56
5.68
4,8
1.64
2.86
3.4
4,93
3Te
lur
Telu
r Aya
m B
uras
230.
472,
016
6.61
8,0
160.
920,
617
5.52
7,8
179.
605,
32,
32
Telu
r Aya
m R
as P
etel
ur94
4.13
6,0
955.
999,
090
9.51
9,3
945.
635,
198
6.79
4,5
4,35
Telu
r Itik
207.
534,
420
0.98
8,4
236.
427,
424
5.03
7,8
265.
788,
88,
47
Jum
lah
1.38
2.14
2,4
1.32
3.60
5,4
1.30
6.86
7,3
1.36
6.20
0,7
1.43
2.18
8,6
4,83
4Su
su56
7.68
3,4
646.
952,
382
7.24
9,2
909.
532,
892
5.77
5,0
1,79
Ket :
*) D
ata
Sem
enta
ra
**) P
ertu
mbu
han
Tahu
n 20
11
ROADMAP DEPTAN.indb 56 2/15/2013 7:35:38 PM
[57]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Daging ternak. Produksi daging ruminansia yang terdiri
dari daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging
domba, daging kuda dan daging babi, pada tahun
2011 sebesar 825.361,38 ton mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 sebesar 799.989,45 ton, atau
sekitar 3,17 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas
daging sapi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah
untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau
tahun 2014.
Daging Unggas. Produksi daging unggas yang terdiri
dari daging ayam, daging ayam ras petelur, daging ayam
ras pedaging dan daging itik, pada tahun 2011 sebesar
1.642.863,41 ton mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2010 sebesar 1.565.684,81 ton, atau sekitar 4,93
persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging
itik.
Telur. Produksi telur yang terdiri dari telur ayam buras, telur
ayam ras petelur dan telur itik, pada tahun 2011 sebesar
1.432.188,59 ton mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2010 sebesar 1.366.200,71 ton, atau sekitar 4,83
persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas telur itik.
Susu. Produksi susu pada tahun 2011 sebesar 925.775,05
ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009
sebesar 909.532,82 ton, atau sekitar 1,79 persen.
3. Pangan Sumber Vitamin dan Mineral
Sayuran dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan
mineral. Berdasarkan data statistik pertanian hortikultura
2011, selama tahun 2007-2009 produksi sayuran nasional
Daging ternak
Daging unggas
Telur
Susu
ROADMAP DEPTAN.indb 57 2/15/2013 7:35:40 PM
[58] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
meningkat dari 9,45 juta ton menjadi 10,63 juta ton dengan laju kenaikan sebesar
6,02 persen per tahun. Adapun produksi buah-buahan pada tahun 2007 – 2009
meningkat dari 17,12 juta ton menjadi 18,66 juta ton dengan laju kenaikan
sebesar 4,40 persen. Sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar
terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis tanaman
sayuran yaitu kol/kubis (12,78 %), kentang (11,07%), bawang merah (9,08%),
tomat (8,03%) dan cabe besar (7,41%), sedangkan komponen sayuran lainnya
(20 jenis sayuran lainnya yaitu bawang putih, bawang daun, lobak, sawi, wortel,
kacang merah, kembang kol, cabe rawit, paprika, terung, buncis, ketimun, labu
siam, kangkung, bayam, kacang panjang, jamur, melinjo, petai dan jengkol),
persentase produksinya masing-masing kurang dari enam persen dari produksi
sayuran di Indonesia.
Kol/Kubis. Produksi sayuran terbesar adalah pada
tanaman kol/kubis yaitu sebesar 1.358.113 ton
atau 12,78 persen dari total produksi sayuran di
Indonesia. Sentra produksi kol/kubis terbesar berada
di Pulau Jawa, dengan produksi sebesar 845.003 ton,
atau sekitar 62,22 persen dari total produksi kubis
nasional. Apabila dilihat per provinsi, maka Jawa
Tengah merupakan penghasil kol/kubis terbesar
yaitu 348.616 ton atau sekitar 25,67 persen dari total
produksi kol/kubis secara nasional, diikuti dengan
Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi penghasil kol/
kubis terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara
dengan produksi 210.239 ton atau sekitar 15,48
persen dari total produksi kol/kubis nasional, dan
diikuti oleh Sumatera Barat.
Kentang. Produksi tanaman kentang menempati
urutan kedua dengan menyumbangkan produksi
Kol/kubis
Kentang
ROADMAP DEPTAN.indb 58 2/15/2013 7:35:41 PM
[59]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
sebesar 1.176.304 ton atau sekitar 11,07 persen dari total
produksi sayuran nasional. Sentra produksi kentang terbesar
juga berada di Pulau Jawa dengan produksi 735.359 ton
atau sekitar 62,51 persen dari seluruh produksi kentang
nasional. Provinsi penghasil kentang terbesar adalah Jawa
Barat dengan produksi sebesar 320.542 ton atau sebesar
27,25 persen dari seluruh produksi kentang di Indonesia,
diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan
provinsi penghasil kentang terbesar di luar Jawa adalah
Sulawesi Utara dengan produksi sebesar 142.109 ton atau
sekitar 12,08 persen dari total produksi kentang nasional
diikuti oleh Sumatera Utara.
Bawang Merah. Tanaman bawang merah memberikan
kontribusi produksi sebesar 965.165 ton atau sekitar
9,08 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra
produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa
dengan total produksi sebesar 732.233 ton atau sekitar
75,87 persen dari total produksi bawang merah nasional.
Provinsi penghasil bawang merah terbesar adalah Jawa
Tengah dengan produksi 406.725 ton atau sebesar 42,14
persen dari total produksi bawang merah nasional, diikuti
Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi penghasil bawang
merah terbesar di luar Jawa adalah Nusa Tenggara Barat,
dengan produksi sebesar 133.945 ton atau sekitar 13,88
persen dari total produksi bawang merah nasional diikuti
oleh Sumatera Barat.
Tomat. Tanaman tomat memberikan kontribusi produksi
sebesar 853.061 ton atau sekitar 8,03 persen terhadap
produksi sayuran nasional. Sentra produksi tomat di
Bawang merah
Tomat
ROADMAP DEPTAN.indb 59 2/15/2013 7:35:43 PM
[60] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi
sebesar 432.787 ton atau sekitar 50,73 persen dari total
produksi tomat nasional. Provinsi penghasil tomat terbesar
adalah Jawa Barat dengan produksi 309.653 ton atau
sebesar 36,30 persen dari total produksi tomat nasional,
diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi penghasil
tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan
produksi sebesar 90.147 ton atau sekitar 10,57 persen dari
total produksi tomat nasional, diikuti oleh Sulawesi Utara.
Cabe Besar. Cabe besar memberikan kontribusi produksi
sebesar 787.433 ton atau sekitar 7,41 persen terhadap
produksi sayuran nasional. Sentra produksi cabe besar
di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi
sebesar 434.219 ton atau sekitar 55,14 persen dari total
produksi cabe besar nasional. Provinsi penghasil cabe besar
terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 209.265 ton
atau sebesar 26,58 persen dari total produksi cabe besar
nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi
penghasil cabe besar terbesar di luar Jawa adalah Sumatera
Utara dengan produksi sebesar 124.422 ton atau sekitar
15,80 persen dari total produksi cabe besar nasional, diikuti
oleh Bengkulu.
Buah yang diinventarisir dan dikumpulkan berdasarkan
statistik pertanian hortikulltura tahun 2009 sebanyak 26
jenis komoditas. Lima komoditas buah yang memberikan
sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi
buah di Indonesia adalah pisang, mangga, jeruk siam/
keprok, nenas dan rambutan dengan kontribusi masing-
masing sebesar 34,17 persen, 12,03 persen, 10,86 persen,
Cabai besar
ROADMAP DEPTAN.indb 60 2/15/2013 7:35:43 PM
[61]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
8,35 persen, dan 5,29 persen, sedangkan 21 jenis komoditas
lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen dari
total produksi buah di Indonesia.
Pisang. Buah pisang dengan produksi sebesar 6.373.533
ton atau sekitar 34,17 persen dari total produksi buah di
Indonesia memberikan kontribusi terbesar untuk produksi
buah nasional. Sentra produksi pisang terbesar berada di
Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 3.650.455 ton
atau sekitar 57,28 persen dari total produksi pisang nasional.
Provinsi penghasil pisang terbesar adalah Jawa Barat
dengan produksi 1.415.694 ton atau sekitar 22,21 persen
dari total produksi pisang nasional, diikuti Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Provinsi penghasil pisang terbesar di luar Jawa
adalah Lampung dengan produksi sebesar 681.875 ton atau
sekitar 10,70 persen dari total produksi pisang nasional,
diikuti oleh Sumatera Utara.
Mangga. Buah mangga dengan produksi sebesar 2.243.440
ton atau sekitar 12,03 persen dari total produksi buah nasional
memberikan kontribusi kedua terbesar untuk produksi buah
nasional. Sentra produksi mangga terbesar berada di Pulau
Jawa dengan total produksi sebesar 1.584.774 ton atau
sekitar 70,64 persen dari total produksi mangga nasional.
Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur
dengan produksi 694.314 ton atau sekitar 30,95 persen
dari total produksi mangga nasional, diikuti Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Provinsi penghasil mangga terbesar di luar
Jawa adalah Nusa Tenggara Timur dengan produksi sebesar
155.999 ton atau sekitar 6,95 persen dari total produksi
mangga nasional, diikuti oleh Sulawesi Selatan.
Pisang
Mangga
ROADMAP DEPTAN.indb 61 2/15/2013 7:35:45 PM
[62] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Jeruk Siam/Keprok. Urutan ketiga yang memberikan
kontribusi terbesar pada produksi buah nasional adalah
jeruk siam/keprok dengan produksi sebesar 2.025.840
ton atau sekitar 10,86 persen dari total produksi buah di
Indonesia. Sentra produksi jeruk terbesar berada di luar
Jawa dengan total produksi sebesar 1.633.861 ton atau
sekitar 80,65 persen dari total produksi jeruk siam/keprok
nasional. Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar
adalah Sumatera Utara dengan produksi 724.828 ton atau
sekitar 35,78 persen dari total produksi jeruk siam/keprok
nasional, diikuti Kalimantan Barat, Bali dan Sulawesi Barat.
Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar di Jawa
adalah Jawa Timur dengan produksi sebesar 342.422 ton
atau sekitar 16,90 persen dari total produksi jeruk siam/
keprok nasional.
Nenas. Buah nenas dengan produksi sebesar 1.558.196
ton atau sekitar 8,35 persen dari total produksi buah di
Indonesia menempati urutan keempat dalam memberikan
kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra
produksi nenas terbesar berada di Pulau Jawa dengan
menempatkan Jawa Barat sebagai sentra utama dengan
produksi sebesar 465.802 ton atau sekitar 29,89 persen dari
total produksi nenas nasional. Provinsi penghasil nenas
terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 1.415.694
ton atau sekitar 22,21 persen dari total produksi pisang
nasional. Provinsi penghasil nenas terbesar di luar Jawa
adalah Lampung dengan produksi sebesar 442,431 ton
atau sekitar 28,39 persen dari total produksi nenas nasional,
diikuti oleh Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jambi.
Jeruk siam
nenas
ROADMAP DEPTAN.indb 62 2/15/2013 7:35:46 PM
[63]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Rambutan. Rambutan dengan produksi sebesar 986.841 ton atau sekitar 5,29
persen dari total produksi buah di Indonesia merupakan komoditas kelima
yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra
produksi rambutan terbesar berada di Pulau Jawa dengan menempatkan Jawa
Barat sebagai sentra terbesar dengan produksi sebesar 275.238 ton atau sekitar
27,89 persen dari total produksi rambutan nasional diikuti Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil rambutan terbesar di luar
Pulau Jawa dengan produksi 60.153 ton atau sekitar 6,10, diikuti oleh Kalimantan
Tengah. Data selengkapnya produksi tanaman sayur dan tanaman buah seperti
pada Lampiran 4 (Tabel 4.1 – 4.4). Komposisi kandungan gizi beberapa pangan
sumber vitamin mineral dapat dilihat pada daftar berikut:
4. Peluang pengembangan produk melalui Public Private Partnership
Dalam upaya pengembangan pangan lokal di Indonesia sudah saatnya
mengoptimalkan peran swasta secara intensif melalui mekanisme public private
partnership seperti pada pembangunan infrastruktur. Posisi bisnis dan industri
pangan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan diversifikasi pangan,
Rambutan
ROADMAP DEPTAN.indb 63 2/15/2013 7:35:47 PM
[64] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
No Bahan Pangan
Zat Gizi
BDD (%)Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh (gr)
1 Kool Merah, Kool Putih 24,0 1,4 0,2 5,3 75,0
2 Kentang 83,0 2,0 0,1 19,1 85,0
3 Bawang Putih 95,0 4,5 0,2 23,1 88,0
4 Tomat Masak 20,0 1,0 0,3 4,2 95,0
5 Cabe Merah Besar, Segar 31,0 1,0 0,3 7,3 85,0
6 Pisang Ambon 99,0 1,2 0,2 25,8 75,0
7 Mangga Harum Manis 46,0 0,4 0,2 11,9 65,0
8 Jeruk Manis 45,0 0,9 0,2 11,2 72,0
9 Nanas 52,0 0,4 0,2 13,7 53,0
10 Rambutan 69,0 0,9 0,1 18,1 40,0
Tabel 10. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Sayuran dan Buah-buahan
oleh sebab itu keterlibatan swasta merupakan suatu keharusan dalam percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Mengingat
cukup besarnya potensi pangan lokal yang ada, sudah saatnya pemanfaatannya
dioptimalkan sebagai sumber karbohidrat selain beras dan terigu.
Sejauh ini potensi pangan lokal yang ada di Indonesia pengelolaannya masih terbatas
pada skala industri rumah tangga atau UKM saja, belum pada skala ekonomis. Kondisi
ini menyebabkan produk olahan pangan lokal belum mampu bersaing dengan beras
dan terigu, karena harganya masih lebih tinggi akibat dari biaya produksi yang belum
efisien. Dengan adanya program pemerintah untuk menganekaragamkan pangan
sumber karbohidrat selain beras dan terigu, diharapkan dapat membuka peluang
untuk pengembangan pangan lokal dalam skala yang lebih ekonomis melalui
penciptaan nilai tambah. Dengan kata lain nilai tambah yang diciptakan harus
dapat menimbulkan tarikan teknologi untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi
yang mengakar kepada potensi yang ada. Untuk itu inovasi yang terus menerus
yang selaras dengan tuntutan pasar dan kebutuhan konsumen merupakan kunci
sukses pendekatan ini. Hanya dengan cara inilah tuntutan pasar akan berjalan
seiring dengan kemajuan produsen dan memberikan manfaat yang optimal untuk
seluruh pihak. Introduksi teknologi dalam pengembangan produk-produk bernilai
ROADMAP DEPTAN.indb 64 2/15/2013 7:35:47 PM
[65]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
tambah diharapkan dapat memperluas pilihan pemenuhan
bahan pangan masyarakat Indonesia pada satu sisi dan dapat
menumbuhkan kegiatan ekonomi lokal pada sisi yang lain.
Kebutuhan bahan baku pangan lokal untuk industri pangan
Indonesia cukup besar, sehingga diperlukan program
pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu dan
secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat.
Mekanisme kerjasama kemitraan antara petani produsen,
industri pengolah/pelaku usaha dan lembaga penelitian/
perguruan tinggi (sebagai pemasok teknologi), harus dijalin
secara sinergis dan saling menguntungkan.
Potensi
Penganekaragaman
Pangan
Kekayaan biodiversitas V
pangan nabati dan hewani
yang cukup besar dan
beragam.
Makanan tradisional V
dan spesifik lokasi dapat
dikembangkan ke arah yang
lebih komersial.
Teknologi pengolahan V
pangan makin berkembang
untuk memproduksi bahan
pangan yang siap saji dan
siap konsumsi.
Tumbuhnya LSM dan V
kelompok masyarakat
lainnya yang bergerak
dalam bidang pangan dan
gizi.
Mekanisme kerjasama kemitraan antara pemerintah, lembaga riset, dan pelaku usaha
PEMERInTah
LEMBaGa RISETPELaKu uSaha
***
ROADMAP DEPTAN.indb 65 2/15/2013 7:35:47 PM
[66] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
A. TujuanSecara umum tujuan kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya
pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman secara lebih cepat
yang berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan diindikasikan dengan skor PPH 95 pada
tahun 2015. Tujuan khusus percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
adalah mendorong tercapainya:
Peningkatan permintaan masyarakat terhadap aneka pangan baik pangan V
segar, olahan maupun siap saji melalui proses internalisasi pentingnya
penganekaragaman pangan kepada seluruh komponen masyarakat
termasuk aparat, yang meliputi peningkatan pengetahuan dan kesadaran
gizi seimbang sejak usia dini, pengembangan kegiatan pemberdayaan
ekonomi rumah tangga, dan promosi serta gerakan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
Peningkatan ketersediaan aneka ragam pangan segar dan olahan melalui V
pemanfaatan pekarangan, dan pengembangan bisnis dan industri
pengolahan aneka pangan sumber karbohidrat selain beras dan selain
terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang
berbasis sumber daya lokal, aman terjangkau, dapat diterima secara sosial,
ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakkan pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Tujuan dan Sasaran
4
ROADMAP DEPTAN.indb 66 2/15/2013 7:35:47 PM
[67]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Penguatan dan peningkatan partisipasi pemerintah daerah dalam V
pengembangan dan pelaksanaan program percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal serta dalam menggerakkan
mitra kerja setempat baik industri melalui program CSR maupun lembaga
swadaya masyarakat dalam mobilisasi sosial maupun penggerakan
sumberdaya lainnya.
B. Sasaran1. Sasaran berdasarkan Permentan 43 tahun 2009
Sasaran kuantitatif percepatan diversifikasi konsumsi pangan adalah
tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman dengan indikasi tercapainya skor PPH rata-rata nasional sebesar 95,0
pada tahun 2015 sesuai dengan target di dalam Peraturan Presiden Nomor
22 tahun 2009 dan Permentan Nomor 43 tahun 2009. Target pencapaian skor
PPH pada tahun 2015 sebesar 95.0 dapat dicapai dengan laju peningkatan
skor sebesar 1,7 persen setiap tahunnya (dengan model interpolasi linier).
Melalui peningkatan tersebut diharapkan pada tahun 2010 dapat mencapai
skor PPH sebesar 86.4 dan pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai
skor 88,1. Namun dilihat dari kondisi aktual perkembangan konsumsi
pangan nasional pada tahun 2010, skor PPH baru mencapai skor 77,5.
Kondisi yang masih jauh dari harapan ini membutuhkan upaya sinergitas
lintas sektor agar target percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
dapat tercapai. Sasaran target capaian skor PPH hingga tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 11.
ROADMAP DEPTAN.indb 67 2/15/2013 7:35:47 PM
[68] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 11. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2010-2015
No Kelompok PanganAngka Kecukupan Gizi % per
Tahun2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi-padian 54.9 53.9 52.9 51.9 51.0 50.0 (1.7)
2 Umbi-umbian 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 4.2
3 Pangan Hewani 9.6 10.1 10.6 11.1 11.5 12.0 5.7
4 Minyak dan Lemak 10.1 10.1 10.1 10.0 10.0 10.0 (0.2)
5 Buah/Biji Berminyak 2.8 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0 1.1
6 Kacang-kacangan 4.3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.0 3.7
7 Gula 4.9 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0 0.3
8 Sayur dan Buah 5.2 5.4 5.5 5.7 5.8 6.0 3.4
9 Lain-lain 2.9 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0 1.0
AKG 99.7 99.8 99.8 99.9 99.9 100.0
Skor PPH 86.4 88.1 89.8 91.5 93.3 95.0
Sumber : Susenas 2002, BPS, diolah BKP
2. Sasaran Skor PPH sampai dengan Tahun 2015
Dalam perkembangan pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama
tahun 2009 - 2011, terdapat kesenjangan yang cukup besar dibandingkan
target di dalam Permentan Nomor 43 Tahun 2009. Sasaran dan realisasi skor
PPH tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Sasaran dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan , Tahun 2009 – 2011
ROADMAP DEPTAN.indb 68 2/15/2013 7:35:47 PM
[69]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Mengingat pencapaian tersebut yang sangat lambat, dilakukan
penyesuaian target pencapaian skor PPH. Target pencapaian Pola Pangan
Harapan dengan skor 95 kemudian dalam Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi ke X Tahun 2012 ditetapkan bahwa PPH 95 ditargetkan untuk
dicapai Tahun 2025 sehingga lebih realistis. Target pencapaian skor PPH
selama tahun 2011 - 2015 disesuaikan seperti pada Tabel 12. Sasaran
konsumsi pangan secara kuantitatif tahun 2011 – 2015 terdapat dalam
Tabel 13.
Tabel 12. Target Skor Pola Pangan Harapan 2011-2015 (Susenas 2010)
No Kelompok Pangan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi-padian 60,9 60,6 60,3 60,0 59,6 59,3
2 Umbi-umbian 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8
3 Pangan Hewani 8,0 8,1 8,3 8,4 8,5 8,6
4 Minyak dan Lemak 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1
5 Buah/Biji Berminyak 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0
6 Kacang-kacangan 2,9 2,9 3,0 3,1 3,1 3,2
7 Gula 4,2 4,2 4,3 4,3 4,3 4,3
8 Sayur dan Buah 4,3 4,3 4,4 4,4 4,5 4,5
9 Lain-lain 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0
96,3 96,4 96,5 96,6 96,7 96,8
Skor PPH 77.5 78,0 78,5 79,0 79,5 80,0
Sumber : Susenas 2010, BPS, diolah BKP
ROADMAP DEPTAN.indb 69 2/15/2013 7:35:47 PM
[70] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 13. Sasaran Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015
Kelompok Bahan Pangan 2010Sasaran Konsumsi (kg/kap/thn) % per
Tahun2011 2012 2013 2014 2015
I. Padi-padian
a. Beras 100.8 99.3 97.8 96.3 94.9 93.4 (1.5)
b. Jagung 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 5.0
c. Terigu 10.3 10.2 10.1 10.0 9.9 9.8 (1.0)
II. Umbi-umbian
a. Singkong 9.2 9.6 10.1 10.6 11.2 11.7 5.0
b. Ubi jalar 2.4 2.5 2.7 2.8 2.9 3.1 5.0
c. Kentang 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 5.0
d. Sagu 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 5.0
e. Umbi lainnya 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 5.0
III. Pangan Hewani
a. Daging ruminansia 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 5.0
b. Daging unggas 4.5 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3 10.0
c. Telur 7.2 8.0 8.8 9.6 10.6 11.7 10.0
d. Susu 2.0 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 3.5
e. Ikan 18.1 20.3 22.7 25.5 28.5 31.9 12.0
IV. Minyak dan Lemak
a. Minyak kelapa 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 5.0
b. Minyak sawit 6.4 6.5 6.6 6.6 6.7 6.8 1.0
c. Minyak lainnya 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 1.0
V. Buah/biji berminyak
a. Kelapa 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 5.0
b. Kemiri 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 3.0
VI. Kacang-kacangan
a. Kedelai 7.0 7.5 8.0 8.6 9.2 9.8 7.0
b. Kacang tanah 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 15.0
c. Kacang hijau 0.4 0.4 0.5 0.6 0.6 0.7 15.0
d. Kacang lain 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 10.0
VII. Gula
a. Gula pasir 7.7 7.9 8.2 8.4 8.7 8.9 3.0
b. Gula merah 0.7 0.8 0.8 0.9 0.9 0.9 5.0
VIII. Sayuran dan buah
a. Sayur 49.3 52.7 56.4 60.4 64.6 69.1 7.0
b. Buah 27.9 29.3 30.8 32.3 33.9 35.6 5.0
Sumber : Data Susenas 2010; BPS- diolah Pusat PKKP-BKP
ROADMAP DEPTAN.indb 70 2/15/2013 7:35:48 PM
[71]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
A. KebijakanPenganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan
atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang
serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan
gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur
KebIJAKAn, STRATeGI, pROGRAm
DAn KeGIATAn
5
ROADMAP DEPTAN.indb 71 2/15/2013 7:35:48 PM
[72] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat
adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang ditunjukkan dengan nilai
95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015.
Hasil rekomendasi WNPG X tahun 2012 merumuskan beberapa hal terkait
penganekaragaman konsumsi pangan sebagai berikut: (a) Penguatan kebijakan
dan program diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, dilakukan
melalui pengembangan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan tanaman
sayuran, buah-buahan dan ternak kecil serta ikan untuk peningkatan ketersediaan
gizi di tingkat rumah tangga; Pengembangan bisnis pangan sumber karbohidrat
selain beras dan terigu; Pengembangan pangan lokal beragam dan bergizi
seimbang sesuai dengan sumber daya setempat, dan Pengembangan kebun
sekolah di TK/SD/SMP/SMU sebagai bagian dari extra kulikuler; (b) Gerakan
penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
dilakukan melalui : Kampanye pangan beragam, bergizi seimbang melalui media
cetak, elektronik, jejaring sosial dan promosi kreatif seperti gerakan minum
susu, makan ikan, makan sayur dan buah lokal, makan ubi; Lomba cipta menu
beragam, bergizi seimbang dan aman yang dilakukan secara berjenjang dari
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional; dan Sosialisasi pangan beragam,
bergizi seimbang, dan aman dengan melibatkan birokrat, tokoh masyarakat, anak
sekolah, ibu rumah tangga, dan masyarakat luas.
Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada
penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi,
termasuk produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Dari sisi aktivitas
produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan risiko usaha
pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan
biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang
pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat
pula dijadikan salah satu momentum bagi pemerintah daerah untuk menstimulasi
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Di samping itu, jika dilihat
ROADMAP DEPTAN.indb 72 2/15/2013 7:35:48 PM
[73]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi
pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan.
Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan fondasi dari
keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat
luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan.
Upaya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan pangan sebagai hak dasar setiap individu, membutuhkan manajemen
yang sinergis di seluruh wilayah. Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai
salah satu subsistem ketahanan pangan menjadi urusan wajib pemerintah, dan
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) berkaitan dengan pelayanan
dasar dalam pemenuhan kebutuhan minimal masyarakat. Indikator keberhasilan
upaya penganekaragaman konsumsi pangan tercermin berdasarkan target
capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pertanian no. 65/Permentan/OT.140/12/2010 bahwa skor PPH dapat
tercapai minimal 90 persen dari target skor PPH pada tahun 2015. Indikator SPM
jenis pelayanan dasar Penganekaragaman dan Keamanan Pangan untuk Provinsi
dan Kabupaten/Kota yaitu mampu mencapai skor PPH minimal sebesar 86.5
pada tahun 2015.
Selama ini pangan pokok dari sumber daya lokal masih kurang dihargai sehingga
menjadi inferior di kalangan masyarakat oleh karena sifatnya yang sangat
tradisional dan tidak berkembangnya keterkaitan hulu dan hilir serta sektor
ekonomi terkait lainnya dalam pengelolaannya termasuk akibat pengembangan
kebijakan dan iptek yang kurang mendukung.
Peran swasta menjadi sangat strategis dalam mendukung pemerintah agar
pengembangan pangan lokal lebih mengarah kepada sektor industri dan bisnis. Terkait
dengan upaya pemerintah untuk menggali potensi dan pengembangan pangan
lokal ini, maka perlu disusun peran dan kontribusi antara pemerintah dan swasta
yang pada akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat.
ROADMAP DEPTAN.indb 73 2/15/2013 7:35:48 PM
[74] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Kebijakan perluasan industri pengolahan dengan usaha peningkatan
produktivitas dan kualitas harus berjalan beriringan. Kebijakan yang pengaruhi
industri pengolahan, sebagai bagian dari strategi pembangunan agroindustri.
Industri pengolah tepung (MOCAF) telah ada di banyak tempat, namun skala
usaha yang masih kecil, menyebabkan belum efisien dan kualitas tepung yang
dihasilkan belum stabil, meskipun dikeluarkan SNI.
Kebijakan yang diperlukan terkait dengan itu diantaranya: (i) beri keringanan bea
masuk dan PPh (10%) untuk impor mesin olah tepung (dalam periode tertentu,
misalnya 2-3 tahun) (ii) bebaskan PPn (10%) hasil olahannya (iii) buat standarisasi
tepung yang dihasilkan oleh industri tersebut (SNI), sehingga konsumen terlindungi,
dan harga ditentukan oleh kualitas SNI tersebut. (iv) dorong agar perbankan dapat
menyalurkan kredit untuk mendorong berkembangnya produksi mesin olahan
tepung dari produksi dalam negeri. Beri keringanan pajak buat industri tersebut.
Untuk itu perlu adanya kesepahaman dan komitmen antara pemerintah dan
swasta dalam meningkatkan produksi pangan lokal sehingga dapat menjamin
kontinuitas produksi dan mutu pangan lokal yang stabil dengan pengembangan
sektor on-farm dalam skala industri atau ekonomis.
Kebijakan diversifikasi pangan ini juga menjadi salah satu bagian dari kebijakan
dan strategi pangan dan gizi nasional yang terdapat dalam Rencana Aksi Pangan
dan Gizi (RAN-PG) yaitu bahwa penanganan masalah gizi memerlukan upaya
yang komprehensif dan terkoordinasi, mulai proses produksi pangan beragam,
pengolahan, distribusi hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman
dikonsumsi. Peningkatan status gizi masyarakat dilakukan melalui ketersediaan,
akses, konsumsi dan keamanan pangan, sejalan dengan penguatan mekanisme
koordinasi lintas bidang dan lintas program kemitraan.
Dalam rangka mempercepat upaya peningkatan diversifikasi pangan,
Kementerian Pertanian bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, sedang menyiapkan aturan tentang subsidi pangan bagi
ROADMAP DEPTAN.indb 74 2/15/2013 7:35:48 PM
[75]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
masyarakat berpendapatan rendah, berbasis pangan lokal. Selama ini subsidi
pangan dilaksanakan dalam bentuk program RASKIN (beras untuk orang miskin).
Ke depan subsidi pangan tidak hanya difokuskan pada beras tapi disesuaikan
dengan budaya makan setempat, dengan mengutamakan sumber karbohidrat
lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu dan lain-lain.
B. StrategiMenindaklanjuti permasalahan, tantangan dan potensi dalam rangka percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan sebagai upaya untuk memantapkan atau
membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan
gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif, maka strategi yang
dilaksanakan untuk mencapai skor PPH 95, adalah mendorong penurunan
konsumsi beras dan peningkatan konsumsi aneka pangan lokal dalam rangka
diversifikasi pangan.
Penurunan konsumsi beras yang dibarengi oleh peningkatan konsumsi umbi-
umbian sebagai sumber karbohidrat dan produk ternak (daging, telur, susu), ikan,
sayuran dan buah-buahan akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang
memenuhi kaidah gizi seimbang. Upaya pencapaiannya dilaksanakan melalui
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal, dalam bentuk kegiatan optimalisasi pekarangan dengan menggunakan
model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); pengembangan pangan pokok
lokal seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar, dan umbi-umbian lokal lainnya; dan
promosi diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 mengamanatkan pentingnya
diversifikasi pangan untuk dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
ROADMAP DEPTAN.indb 75 2/15/2013 7:35:48 PM
[76] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
1) Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Internalisasi pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan
kunci utama dalam meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi pangan
yang beragam, bergizi seimbang dan aman pada tingkat rumah tangga karena
pengetahuan tentang penganekaragaman konsumsi pangan yang dimiliki oleh
setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam membentuk pola makan
yang memenuhi kriteria gizi seimbang. Hasil akhir dari proses internalisasi ini
adalah terwujudnya kesadaran setiap individu yang dituangkan dalam praktek
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang yang berbasis pada
pangan lokal. Secara makro hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan
status gizi masyarakat, menurunkan peluang terjadinya gizi lebih dan penyakit
degeneratif, dan di sisi lain mendorong berkembangnya penganekaragaman
ketersediaan aneka ragam pangan baik secara vertikal maupun horizontal dan
memperkokoh kemandirian pangan nasional dan wilayah.
Dalam kerangka mewujudkan pembangunan ketahanan pangan
menuju kemandirian pangan, maka pelaksanaan kegiatan internalisasi
penganekaragaman konsumsi pangan tidak terlepas dari ketiga aspek ketahanan
pangan, yaitu pada (1) aspek ketersediaan pangan dilaksanakan melalui advokasi
pengembangan agribisnis pangan, (2) aspek distribusi pangan dilaksanakan
melalui penyebarluasan informasi pasokan dan harga bahan pangan melalui
media cetak dan elektronik secara rutin, dan (3) aspek konsumsi pangan
dilaksanakan melalui pengembangan materi advokasi, kampanye, promosi,
serta sosialisasi pengembangan konsumsi dan keamanan pangan; optimalisasi
pemanfaatan pekarangan; pengembangan aneka olahan berbasis pangan
lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan; serta pelatihan
pengembangan konsumsi dan keamanan pangan. Dukungan kelembagaan yang
diperlukan dilaksanakan melalui penyuluhan pertanian, dan pendampingan;
penyebarluasan informasi melalui media massa; advokasi, kampanye, promosi,
dan sosialisasi; serta pendidikan konsumsi pangan.
ROADMAP DEPTAN.indb 76 2/15/2013 7:35:48 PM
[77]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi
pangan dilakukan melalui kegiatan :
a. Advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi tentang konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada aparat diberbagai tingkatan dan masyarakat.
Kegiatan advokasi dilaksanakan dalam rangka
memberikan solusi untuk mempercepat proses
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal, kampanye dalam rangka
penyadaran/awareness kepada aparat dan masyarakat
untuk percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal. Promosi dan
sosialisasi dalam rangka membujuk, menghimbau dan
mengajak aparat dan masyarakat untuk melaksanakan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal.
b. Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui jalur pendidikan formal dan non formal/penyuluhan.
Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman melalui jalur pendidikan non
formal untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya
kelompok wanita dan Tim Penggerak PKK dalam
rangka mengubah perilaku sehingga mau dan mampu
melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal. Penyuluhan kepada ibu
rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu
menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat
mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang
ROADMAP DEPTAN.indb 77 2/15/2013 7:35:48 PM
[78] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
dan aman, pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan
kita. Disamping itu pangan lokal juga perlu dibangun melalui kurikulum sekolah
(SD sampai dengan SMU) dengan mengembangkan kebun sekolah untuk tanam
sayur dan buah, dan juga pengembangan kantin sekolah dengan pangan yang
diolah dari pangan lokal.
2) Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal
Pelaksanaan kegiatan pengembangan bisnis dan industri pangan mencakup:
(1) aspek ketersediaan pangan, dilaksanakan melalui pengembangan agribisnis
pangan lokal serta pengembangan produksi aneka olahan pangan lainnya, (2)
aspek distribusi pangan, dilaksanakan melalui fasilitasi penumbuhan pasar
pangan lokal, fasilitasi distribusi aneka produk pangan berbasis pangan lokal,
serta stabilisasi harga aneka produk pangan berbasis pangan lokal, (3) aspek
ROADMAP DEPTAN.indb 78 2/15/2013 7:35:48 PM
[79]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
konsumsi pangan, dilaksanakan melalui uji proksimat, uji dapur resep menu
makanan, pelatihan menu dan keamanan pangan serta pendampingan mutu dan
keamanan pangan pada industri olahan pangan lokal, penumbuhan kelompok
tani/gapoktan bidang olahan pangan lokal dan pangan siap saji yang aman,
serta pemberian penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok
masyarakat yang telah berperan sebagai pelopor dalam upaya percepatan
penganekaragaman, dan (4) dukungan kelembagaan dilaksanakan melalui
penyuluhan dan pendampingan serta penyebarluasan informasi dalam rangka
pengembangan bisnis dan industri pangan lokal.
Pengembangan bisnis dan industri pangan khas daerah dilakukan melalui dua
cara, yaitu :
a. Fasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Fasilitasi kepada kelompok wanita/gapoktan untuk pengembangan bisnis pangan
segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang
aman berbasis sumber daya lokal melalui berbagai kegiatan antara lain melalui
uji coba model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L), dan pengembangan
resep-resep aneka olahan pangan lokal, serta peningkatan keterampilan dalam
pengembangan olahan pangan lokal. Kegiatan Lomba Cipta Menu Beragam,
Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dilaksanakan bekerja sama dengan PKK
berbasis pangan lokal dilaksanakan setiap tahun secara berjenjang mulai tingkat
kabupaten/kota sampai tingkat nasional yang diselenggarakan bertepatan
dengan peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 16 Oktober.
Pembinaan kepada industri rumah tangga guna meningkatkan kesadaran untuk
memproduksi dan menyediakan aneka ragam pangan yang aman berbasis sumber
daya lokal serta memfasilitasi pengembangan bisnis pangan, permodalan, dan
pemasaran kepada pengusaha di bidang pangan baik segar, olahan maupun siap
saji yang berbasis sumber daya lokal serta pengembangan dan diseminasi serta
aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka pangan.
ROADMAP DEPTAN.indb 79 2/15/2013 7:35:48 PM
[80] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Untuk memotivasi kepada kelompok wanita/gapoktan akan diberikan
penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok masyarakat yang
dinilai telah berperan sebagai pelopor dalam menjalankan dan memajukan
upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya
pangan khas daerah.
b. Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan
Kesadaran tentang keamanan pangan saat ini masih rendah, baik pada
sisi konsumen maupun pada sisi produsen. Produsen pangan mempunyai
kecenderungan menggunakan pestisida dan pupuk yang belum sesuai anjuran
untuk mendapatkan produk yang tinggi dan mempunyai tampilan bagus.
Sementara itu ditinjau dari sisi konsumen umumnya belum memiliki pengetahuan
tentang bahaya mengonsumsi pangan yang tidak aman, karena masih rendahnya
kesadaran konsumen untuk membeli produk pertanian yang berkualitas dan aman
dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi bagi konsumen berpendapatan
menengah ke bawah.
Sehubungan dengan hal tersebut pengawasan keamanan pangan yang beredar di
pasaran sangat penting untuk dilaksanakan, yang didukung dengan peningkatan
kesadaran masyarakat baik konsumen atau produsen. Pengawasan keamanan
pangan beredar perlu dilakukan secara terus menerus mengingat jangkauan
pengawasan yang sangat luas dan menghadapi permasalahan yang komplek
dengan iklim global. Untuk memberikan jaminan terhadap pangan aman, perlu
memperluas jangkauan pengawasan keamanan pangan dengan meningkatkan
jumlah sumberdaya dan kompetensi pengawas keamanan pangan. Di samping itu
perlu sosialisasi, advokasi dan penyebaran informasi tentang keamanan pangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan.
Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan
dilaksanakan bagi pelaku usaha pangan, terutama kepada usaha rumah tangga
ROADMAP DEPTAN.indb 80 2/15/2013 7:35:48 PM
[81]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
dan UMKM. Penerapan standar mutu dilaksanakan terhadap olahan pangan pada
industri rumah tangga, dan pembinaan dan pengawasan keamanan diarahkan
kepada keamanan pangan segar (sayuran dan buah-buahan).
Dalam kegiatan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan
pangan dituntut peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan
industri dan bisnis pangan lokal. Untuk memberikan penghargaan sebagai upaya
kegiatan tersebut, maka akan diberikan penghargaan kepada industri rumah
tangga dan dunia usaha di bidang pangan berbasis sumber daya lokal.
Beberapa aspek atau faktor yang perlu dicermati dengan seksama antara lain: (1)
kesesuaian dan peran produk bernilai tambah yang dihasilkan dengan kebutuhan
masyarakat dan pasar, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, (2)
situasi dan kondisi target pasar produk, (3) pertumbuhan ekonomi dan industri
yang relevan, (4) kecenderungan perkembangan dan perubahan politik, budaya,
sains, teknologi dan seni, yang berpengaruh terhadap kesuksesan produk bernilai
tambah tersebut.
Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pangan lokal
antara lain :
a. Pengembangan teknologi bagian hulu yang dilakukan adalah untuk
memecahkan masalah-masalah di sektor produksi bahan baku (on
farm) yang dapat menjamin kontinuitas bahan baku yang berkualitas
dan berharga terjangkau yang berpihak pada petani, yaitu dengan
mengidentifikasi varietas-varietas yang cocok untuk bahan baku tepung,
serta mengembangkan teknik budidaya yang baik untuk varietas tersebut.
b. Peningkatan nilai tambah sebagai penggerak dasar hampir semua jenis
bisnis sehingga menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
Dengan makin ketatnya persaingan bisnis, maka dunia usaha selalu
mencari keunggulan kompetitif berdasarkan nilai tambah yang diciptakan.
Penumbuhan industri penghasil nilai tambah dengan berbasiskan kepada
ROADMAP DEPTAN.indb 81 2/15/2013 7:35:48 PM
[82] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
potensi lokal merupakan strategi yang paling tepat untuk menggerakkan
ekonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang
didapat inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan lapangan kerja dan
pendapatan bagi masyarakat setempat. Era otonomi daerah dan keragaman
potensi di Indonesia makin membuka peluang dilaksanakannya strategi ini.
Dengan demikian seluruh potensi lokal diramu sedemikian rupa sehingga
menguatkan agroindustri yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang
juga sering dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous
resources yang didefinisikan sebagai “set of knowledge and technology existing
and developed in, arround and by specific indigenous communities (people) in
an specific area (environment)”.
c. Perkembangan kuliner di masyarakat perlu menjadi perhatian dalam membuat
kebijakan diversifikasi pangan, terkait dengan perubahan pola konsumsi dan
selera masyarakat. Lebih lanjut penggunaan istilah yang tepat dalam pangan
juga penting karena akan mempengaruhi mindset masyarakat atau konsumen.
d. Mengingat pengembangan komoditas sumber karbohidrat selain beras
masih bersifat skala kecil sehingga diperlukan adanya dukungan pemerintah
dalam bentuk subsidi pemerintah atau insentif kepada UKM.
e. Perlu memperhatikan segmentasi demografi dan geografi dalam
menjalankan kebijakan pangan. Dari sisi demografi dibagi menjadi 3 segmen
yaitu : Kelompok Usia Lanjut (di atas 55 tahun) yang membutuhkan healthy
food; Kelompok Usia Produktif (20 – 55 tahun) yang umumnya termasuk
golongan ekonomi menengah ke bawah yang membutuhkan pangan murah;
dan Kelompok Usia Muda (di bawah 20 tahun) yang termasuk dalam masa
pertumbuhan dan memerlukan makanan yang bergizi. Dari sisi geografi
dibagi 2 segmen yaitu : Indonesia Timur yang memiliki potensi sumber
daya alam yang masih belum banyak dikembangkan dan kurang didukung
oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang diperlukan;
sedangkan Indonesia Barat memiliki sumber daya manusia yang relatif lebih
baik namun potensi sumber daya alam sudah sulit dikembangkan.
ROADMAP DEPTAN.indb 82 2/15/2013 7:35:48 PM
[83]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
f. Untuk menjamin kontinuitas produksi pendekatan
dengan pengembangan food estate sangat
diperlukan. Oleh karena itu keterlibatan BUMN dan
perusahaan besar swasta dalam penyediaan pangan
lokal perlu digiatkan terus.
g. Perlu melibatkan secara aktif pihak industri
pengolahan (sektor hilir) dalam menyusun
kebijakan agar terjadi harmonisasi dengan sektor
hulu (produsen).
h. Melakukan kampanye dan sosialisasi pangan lokal
yang intensif untuk meningkatkan image dan citra
pangan lokal.
C. Program dan KegiatanImplementasi dari strategi yang dilaksanakan dalam upaya
menurunkan konsumsi beras sebagai bahan pangan
pokok secara terencana sudah diatur dalam Peraturan
Presiden No 22 Tahun 2009. Pada Perpres tersebut sasaran
utamanya adalah tercapainya pola konsumsi pangan
masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
berdasarkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
setempat. Seiring dengan pencapaian sasaran tersebut,
ditargetkan konsumsi beras/kapita/tahun sebagai pangan
pokok menurun secara signifikan. Berdasarkan PPH, maka
tingkat konsumsi beras diharapkan dapat diturunkan
sampai 91,0 kg/kapita/tahun pada tahun 2015.
Penurunan konsumsi beras diperlukan karena pada saat
ini tingkat konsumsi tersebut telah melampaui standar
ROADMAP DEPTAN.indb 83 2/15/2013 7:35:48 PM
[84] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
kecukupan konsumsi yang dianjurkan untuk hidup sehat.
Oleh karena itu, gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) sangat penting dilaksanakan
secara massal.
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilaksanakan
dengan memberdayakan kelompok wanita menggunakan
metode Sekolah Lapangan (SL). Pada kelompok sasaran
tersebut juga dilakukan pengembangan pengolahan
pangan berbasis sumber daya setempat untuk mendorong
usaha rumah tangga/mikro pengolahan pangan
berbahan baku tepung-tepungan selain beras dan terigu
serta meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Sasaran
optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam tahun
2011-2015 sebesar 12.000 desa di 33 Provinsi. Berikut
contoh kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
di Kabupaten Barru.
Kebun Bibit Desa di Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan
Kegiatan Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan dalam
satu kawasan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan (Kegiatan KRPL) di Kabupaten Barru
ROADMAP DEPTAN.indb 84 2/15/2013 7:35:49 PM
[85]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui pemberdayaan
kelompok wanita yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan cakupan 12.000 desa
dari jumlah 76.000 desa di seluruh Indonesia, dampaknya terhadap peningkatan
skor PPH dan penurunan konsumsi beras secara nasional harus diakui akan relatif
terbatas. Untuk itu, upaya ini didorong menjadi suatu gerakan masyarakat di
daerah dengan inisiatif dan pengungkit dari pemerintah daerah di Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Pada saat ini telah terbit Peraturan/Surat Edaran Gubernur di 33
Provinsi dan Peraturan/Surat Edaran Bupati/Walikota di hampir 300 Kabupaten/
Kota, yang intinya menanamkan budaya pangan beragam, bergizi seimbang
berbasis sumber daya setempat. Diharapkan semua provinsi dan kabupaten/
kota dapat menyusun peraturan pendukung P2KP. Implementasi dari peraturan-
peraturan tersebut di daerah masing-masing akan didorong lebih lanjut melalui
gerakan massal/masyarakat dengan dukungan sumber daya setempat.
ROADMAP DEPTAN.indb 85 2/15/2013 7:35:49 PM
[86] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Pada tahun 2013 kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilaksanakan
dengan menggunakan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL
ialah suatu konsep hunian yang tidak hanya memanfaatkan pekarangan sebagai
sumber pangan keluarga, melainkan juga memanfaatkan berbagai bagian rumah
seperti atap rumah, tembok rumah, pagar, maupun ruang bawah sebagai media
penanaman ataupun budidaya. Penggunaan konsep RPL ini akan ditingkatkan
hingga menjadi suatu kawasan yang dinamakan KRPL (Kawasan Rumah Pangan
Lestari) sehingga kegiatan ini akan berdampak pada peningkatan sumber pangan
di lingkungan yang luas. Dalam rangkaian kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan
Pekarangan melalui KRPL ini dilaksanakan pula penyuluhan dan sosialisasi
mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
dalam kegiatan SL sehingga pemberdayaan kelompok wanita tidak terbatas
hanya pada pertanian dan budidaya saja, melainkan juga mengenai gizi dan pola
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
ROADMAP DEPTAN.indb 86 2/15/2013 7:35:49 PM
[87]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Untuk mendukung kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui
konsep KRPL yang berkelanjutan, maka dibangun kebun bibit di setiap KRPL
sehingga dapat memenuhi kebutuhan benih dan bibit bagi anggota kelompok.
Melalui pembangunan kebun bibit ini diharapkan pula dapat berguna bagi warga
desa, baik itu sebagai fasilitas penyedia benih dan bibit, maupun sebagai bentuk
pelestarian sumber pangan lokal yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Pengembangan kebun bibit ini diharapkan bukan saja terbatas pada tanaman
sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral melainkan juga pada ternak
dan ikan sebagai sumber protein.
b. Pemasyarakatan Pangan Lokal berbasis Sumber Daya Setempat
Pemasyarakatan pangan lokal berbasis sumber daya setempat dilakukan melalui
upaya advokasi, sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran serta merubah perilaku dan budaya makan masyarakat ke arah
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Advokasi
dilakukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan tokoh masyarakat lainnya
untuk mendukung gerakan P2KP melalui pemberdayaan masyarakat maupun
penerbitan peraturan daerah mengenai kebijakan P2KP. Sosialisasi dilakukan
melalui penyebarluasan informasi dan pembinaan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya wanita
sebagai agen penyaji gizi keluarga dan anak sebagai generasi penerus bangsa.
Promosi dilakukan dengan memperkenalkan pangan lokal khas daerah sebagai
pangan pokok masyarakat setempat melalui penggalian kearifan lokal dan
peningkatan peran pangan lokal sehingga masyarakat senang mengonsumsi
pangan lokal dengan tetap mengacu pada kaidah gizi seimbang. Rangkaian
kegiatan ini memerlukan komitmen dan dukungan kuat dari seluruh sektor
baik secara formal dan non formal, dan bersama dengan instansi/lembaga
terkait, serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu kegiatan ini diharapkan
mendapat dukungan dari pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility
(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
ROADMAP DEPTAN.indb 87 2/15/2013 7:35:49 PM
[88] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Sosialisasi tentang diversifikasi pangan dengan pola makan yang beragam,
bergizi seimbang dan aman juga dilaksanakan melalui pengembangan kebun
sekolah dan kantin sekolah yang menyediakan kudapan bergizi dan berbahan
baku lokal. Pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan pangan lokal sejak tahun 2010
sampai 2012 telah dilaksanakan di 33 provinsi 363 kabupaten/kota mencakup
jumlah anak usia dini di 4.400 SD/MI. Kegiatan ini merupakan sinergi dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya sebagai salah satu kunci
utama dalam pencapaian dan keberhasilannya.
c. Pengembangan Pangan Lokal Mendukung Penyediaan Pangan Pokok Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah
Pengembangan pangan lokal untuk mendukung penyediaan pangan pokok
bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah dimaksudkan untuk
menyediakan pangan sumber karbohidrat yang berdasarkan sumber daya
setempat, sesuai dengan pola konsumsi pokok asalnya (selain beras dan terigu).
Pengembangan pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan teknologi
pengolahan pangan dari pangan lokal dikembangkan menjadi “nasi selain
beras” dan “tepung-tepungan selain terigu” dengan pengembangan skala usaha
industri. Kegiatan dilakukan melalui:
Fasilitasi akses teknologi untuk menghasilkan “intermediate” produk bahan V
pangan lokal;
Bimbingan pengolahan produk “intermediate” menjadi produk pangan lokal V
sumber karbohidrat siap konsumsi;
Sosialisasi pangan lokal selain beras untuk masyarakat. V
Penyediaan bahan pangan lokal selain beras ini didukung dengan penyediaan
lumbung pangan sebagai pengembangan cadangan pangan selain beras dan
terigu. Pengembangan industri pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan
ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrat (ubi
ROADMAP DEPTAN.indb 88 2/15/2013 7:35:49 PM
[89]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
kayu, ubi jalar, sukun, sagu, pisang, labu kuning dan jagung) serta memfasilitasi
pengembangan usaha industri bisnis pangan berbasis tepung-tepungan.
Kegiatan ini juga dipersiapkan untuk mendukung program pemerintah dalam
penyediaan pangan pokok bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah,
yang selama ini hanya difokuskan pada komoditi beras (Raskin).
Kegiatan Produksi Tepung Mocaf Skala Kecil
d. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Berbasis Sumber Daya Setempat
Pengembangan teknologi pengolahan pangan dilakukan melalui kerja
sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan beberapa
perguruan tinggi. Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal
menjadi produk yang dikonstruksikan menyerupai beras atau disebut “beras
analog” maupun pengolahan tepung-tepungan berbahan baku sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan budaya pangan setempat. Sasaran pengembangan
pangan berbasis sumberdaya lokal setempat 2011 - 2015 yang dikaitkan dengan
ROADMAP DEPTAN.indb 89 2/15/2013 7:35:49 PM
[90] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 14. Sasaran Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2011-2015
No. Kegiatan SatuanSasaran P2KP
2012 2013 2014 2015
1 Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan. Penerapan Menu B2SA
Desa *) 8.000 10.000 12.000 14.000
2 Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Provinsi 9 20 25 33
3 Sosialisasi, Promosi dan Kampanye Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)
Provinsi 33 33 33 33
Keterangan : *) Sasaran Kumulatif
rencana bantuan pangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah meliputi 60
kabupaten/kota di 25 provinsi yang didampingi oleh perguruan tinggi atau Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian setempat.
***
ROADMAP DEPTAN.indb 90 2/15/2013 7:35:49 PM
[91]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
A. Perlunya dukungan/sinergitasKeberhasilan dalam pencapaian sasaran pembangunan secara nasional sangat
ditentukan oleh adanya sinergitas kebijakan dan program/kegiatan antara
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Demikian pula
dalam upaya mencapai sasaran diversifikasi konsumsi pangan, di mana banyak
hal akan mempengaruhi dan bukan merupakan otoritas/tanggung jawab satu
kementerian/lembaga.
Ketersediaan bahan pangan yang mencukupi harus terjangkau baik secara
fisik dan ekonomi. Kondisi ini akan dipengaruhi oleh tingkat produksi (yang di
dalamnya mencakup luasan lahan, irigasi, tersedianya bibit/benih, teknologi
budidaya hingga pasca panen), pendistribusian yang merata (mencakup sarana
jalan/perhubungan, transportasi) serta tingkat daya beli masyarakat (mencakup
tingkat pendidikan dan tersedianya lapangan kerja).
Untuk dapat mewujudkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan
aman berbasis sumber daya lokal, diperlukan sinkronisasi kebijakan baik antar
kementerian maupun dengan pihak swasta yang diwujudkan dalam bentuk program
dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung,
termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.
DUKUnGAn DAn SIneRGI lInTAS
SeKTOR
6
ROADMAP DEPTAN.indb 91 2/15/2013 7:35:49 PM
[92] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Dalam mengembangkan diversifikasi pangan, pemerintah berperan dalam
menetapkan kebijakan yang mendukung pembangunan pertanian yang
berkelanjutan yang berbasis pangan lokal, pengembangan ekonomi pertanian;
lembaga riset berperan dalam melakukan penelitian-penelitian yang berupaya
menemukan varietas-varietas baru yang mendukung program diversifikasi
pangan, penemuan-penemuan teknologi pengolahan, pendidikan dan pelatihan-
pelatihan, serta pelayanan publik; sedangkan pihak swasta atau industri berperan
dalam pengembangan atau pengadaan produk baik yang berskala besar maupun
menengah, serta proses distribusi dan komersialisasi di masyarakat.
B. Dukungan/Sinergitas Kementerian/Lembaga, Perbankan, Swasta, BUMN, dan Stakeholder Utama Lainnya dan Dukungan yang Diharapkan
Dukungan Kementerian/Lembaga Lain.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi 1.
Pertanian dan Kelautan, selanjutnya disebut Deputi II): Diperlukan
dukungan kebijakan ekonomi makro yaitu kebijakan fiskal dan moneter seperti
subsidi sarana pertanian (benih, bibit, pupuk) untuk komoditas pangan non
beras; investasi serta kebijakan alokasi dana perimbangan yang secara khusus
dialokasikan untuk diversifikasi pangan; kebijakan pembiyaan mengenai
kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, serta secara khusus kebijakan
yang memberikan insentif untuk berkembangnya industri pangan lokal seperti
MOCAF, sagu atau aneka produk tepung-tepungan lainnya termasuk subsidi
untuk fortifikasi , dan sebagainya.
Kementerian Dalam Negeri2. : Diperlukan dukungan kebijakan pengawasan
penetapan peraturan daerah, terutama terhadap peraturan gubernur/
bupati/walikota; integrasi program diversifikasi pangan melalui kegiatan
ROADMAP DEPTAN.indb 92 2/15/2013 7:35:49 PM
[93]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
pemberdayaan masyarakat; serta mendorong terjadinya gerakan sosial untuk
membangun pemahaman masyarakat dan mempercepat proses diversifikasi
pangan.
Kementerian Perdagangan3. : Diperlukan dukungan kebijakan penataan
kerjasama pemasaran baik berupa bahan baku maupun produk olahan
pangan lokal. Kampanye diversifikasi pangan dalam rangka promosi pangan
lokal/spesifik daerah dan penurunan konsumsi beras.
Kementerian Perindustrian4. : Diperlukan dukungan kebijakan
pengembangan industri nasional dan daerah yang memproduksi barang
modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan
komoditas pertanian yang mendorong tersedianya berbagai inovasi/
alternatif pangan olahan baru yang mendukung diversifikasi pangan.
Kementerian Perhubungan5. : Diperlukan dukungan ketersediaan kapasitas,
tarif, dan kelancaran arus transportasi, perdagangan sarana produksi dan
komoditas pertanian/pangan baik di tingkat lokal, maupun antar pulau.
Kementerian Kehutanan6. : Diperlukan konservasi hutan lindung dan daerah
aliran sungai untuk menjamin ketersediaan air irigasi serta menekan degradasi
lahan dan air pertanian; peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan
produksi dan hutan kemasyarakatan; pemeliharaan plasma nutfah pertanian
in situ; rehabilitasi lahan pertanian terlantar yang belum digunakan; serta
kemudahan pelepasan kawasan budi daya untuk areal pertanian.
Kementerian Kelautan dan Perikanan7. : Diperlukan dukungan kebijakan
untuk pelestarian sumberdaya air di darat untuk menjamin ketersediaan air di
danau dan situ, yang selanjutnya menjamin ketersediaan air pertanian melalui
pengembangan usaha budidaya perikanan serta integrasi budidaya perikanan air
tawar untuk meningkatkan pendapatan dan status gizi masyarakat, mendorong
berkembangnya industri pangan berbasis ikan/sumber daya perairan lainnya
ROADMAP DEPTAN.indb 93 2/15/2013 7:35:49 PM
[94] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
serta menggencarkan “Gerakan Makan Ikan (Gemarikan)” untuk mempercepat
peningkatan pangan hewani dari produk perikanan.
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah8. : Diperlukan
dukungan kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok
usaha tani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha
pengolahan dan perdagangan pangan lokal terutama dukungan dalam
mengupayakan akses permodalan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan9. : Diperlukan dukungan kebijakan
untuk mendidik anak usia sekolah untuk mengenal budi daya sayur, buah
dan ternak/ikan dan mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman; mencintai produk pangan lokal serta memasukkan diversifikasi
pangan ke dalam kurikulum atau muatan mata ajaran di sekolah/pendidikan
dini/dasar dan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMTAS) yang berbasiskan pangan lokal/sumberdaya setempat.
Kementerian Kesehatan10. : Diperlukan dukungan kebijakan untuk
memasyarakatkan Pola Pangan Harapan melalui Gerakan Sadar Gizi yang
mendukung konsumsi diversifikasi pangan dan membina serta melindungi
masyarakat melalui proses produksi bersih dan pemeliharaan keamanan
lingkungan dari penyakit zoonosis dan pengawasan produk pangan yang
tidak aman dan tidak sehat.
Kementerian Riset dan Teknologi11. : Diperlukan dukungan kebijakan
pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan minimal
untuk mendapatkan hasil maksimal; serta pengembangluasan dan
penyebaran teknologi pengolahan pangan serta kuliner yang mendukung
percepatan diversifikasi pangan dan menurunnya konsumsi beras.
Kementerian Komunikasi dan Informasi12. : Diperlukan dukungan kebijakan
untuk memasyarakatkan program diversifikasi pangan melalui media;
meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi
ROADMAP DEPTAN.indb 94 2/15/2013 7:35:49 PM
[95]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
masyarakat; Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos; komunikasi
dan informatika untuk memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap
informasi; Mendorong peranan media massa dalam rangka meningkatkan
informasi diversifikasi pangan.
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan13. : Diperlukan dukungan
kebijakan dalam peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita
khususnya di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan
memanfaatkan lahan pekarangan; dan pendidikan untuk hidup sehat,
aktif dan produktif, serta menerapkan menu makan yang beragam, bergizi
seimbang, aman dan halal (B2SAH) dalam pola makan keluarga sehari-hari.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan14. : Diperlukan dukungan kebijakan
untuk pengawasan produk pangan olahan yang dihasilkan kelompok tani
dari praktek penggunaan bahan makanan tambahan dan bahan-bahan
pengawet makanan yang dilarang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika15. : Diperlukan dukungan
untuk memberi wacana dan arahan dalam menentukan masa tanam dan jenis
tanaman yang cocok ditanam di musim tersebut terkait dengan perubahan
iklim yang signifikan dewasa ini.
Perbankan16. : Diperlukan dukungan lembaga perbankan seperti pemberian
modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah
untuk industri hulu maupun hilir penunjang diversifikasi pangan.
Pihak swasta17. : Bidang media massa seperti televisi, media cetak/elektronik,
siaran radio, event organizer, dan lain-lain untuk mempromosikan diversifikasi
konsumsi pangan serta pelaku usaha di bidang pangan baik produksi,
pengolahan, pengemasan pangan dan lain sebagainya.
BUMN18. : Diperlukan dukungan dalam penyediaan bahan baku yang
mendukung usaha pertanian; melalui Corporate Social Responsibility (CSR)
ROADMAP DEPTAN.indb 95 2/15/2013 7:35:49 PM
[96] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
yang ada memberdayakan peran kelompok tani, ikut membantu promosi
diversifikasi pangan dengan memberikan bantuan baik berupa penyuluhan
maupun materil yang mendukung diversifikasi seperti leaflet, booklet dan
sebagainya, termasuk mesin dan alat pengolahan pangan yang diperlukan
petani/pelaku bisnis pangan di pedesaan.
Dukungan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan1. : Diperlukan dukungan peningkatan
produksi tanaman khususnya tanaman sumber karbohidrat selain padi,
umbi-umbian dan aneka kacang.
Direktorat Hortikultura2. : Diperlukan dukungan peningkatan produksi dan
budidaya hortikultura khususnya sayuran dan buah serta bimbingan teknis budi
daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian3. : Diperlukan dukungan
pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras
dan terigu dan strategi pemasaran untuk mendukung keberlanjutan program.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian4. :
Diperlukan dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh
pertanian, serta penyuluhan di pedesaan, untuk melakukan pendampingan
terhadap kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)5. : Diperlukan dukungan
teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan
pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi
pangan melalui fortifikasi pangan
Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP)6. : Diperlukan dalam
penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan
hortikultura.
ROADMAP DEPTAN.indb 96 2/15/2013 7:35:49 PM
[97]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
C. Rencana Aksi Public Private Partnership (Jangka Pendek, Menengah dan Panjang)1. Jangka Pendek
Mengidentifikasi potensi pangan lokal spesifik wilayah baik dari sisi •
luas pertanaman, produksi dan lokasi;
Mengidentifikasi pola konsumsi masyarakat yang masih •
mempertahankan pangan lokal sebagai pangan pokok;
Mengidentifikasi kebutuhan dan permintaan terhadap pangan •
lokal baik untuk konsumsi langsung (pangan) maupun untuk non
pangan;
Melakukan pengkajian terhadap pengembangan teknologi •
pengolahan pangan lokal dengan lembaga penelitian dan swasta;
Melakukan pengkajian teknologi budidaya dan varietas lokal yang •
potensial;
ROADMAP DEPTAN.indb 97 2/15/2013 7:35:50 PM
[98] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Fokus pada komoditas yang mempunyai nilai strategis serta tidak •
membutuhkan banyak biaya dan energi yang banyak;
Menyusun kebijakan yang memberikan kondisi yang kondusif bagi •
pengembangan industri pangan lokal;
Membentuk kelompok kerja khusus antara swasta pemerintah untuk •
membahas sacara teknis strategi pengembangan pangan lokal.
Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara •
terstruktur dan komprehensif guna mendorong percepatan
diversifikasi pangan.
2. Jangka Menengah
Peningkatan produktivitas dan kualitas pangan lokal. Kebijakan •
insentif di tingkat usahatani, mencakup ketersediaan bibit yang
berkualitas, aplikasi pemupukan yang memadai dan pengembangan
tanaman lokal terpadu yang melibatkan petani lokal;
Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal mulai dari •
budidaya (verietas) sampai pada pengolahan hasil;
Pengembangan dukungan sektor keuangan untuk mengembang-•
kan skim kredit khusus bagi usaha-usaha terkait dengan diversifikasi
pangan;
Menentukan standar kualitas untuk setiap komoditas pangan •
lokal. Standar kualitas merupakan alat ukur dalam menentukan
harga sehingga ada ukuran yang adil antara harga yang ditawarkan
produsen dengan yang diinginkan konsumen;
Menetapkan beberapa jenis varietas tertentu saja pada suatu •
komoditas yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan
standar yang digunakan pada industri pengolahan makanan, karena
ROADMAP DEPTAN.indb 98 2/15/2013 7:35:50 PM
[99]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
jenis varietas akan menentukan kualitas produk. Dengan demikian
bahan baku yang diproduksi oleh petani mendapat jaminan untuk
diterima pada industri pengolahan makanan dengan harga yang
adil bagi pihak petani maupun industri pengolahan;
Perlu program pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu •
dan secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat;
Menetapkan spesifikasi produk yang akan diusulkan sebagai •
produk pangan untuk program subsidi pangan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
Menetapkan spesifikasi alat pengolahan untuk menghasilkan produk;•
Mengembangkan kemasan produk dan mencantumkan informasi •
nilai gizi serta bahan lain yang terkadung dalam produk tersebut
sehingga menarik konsumen;
Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara •
terstruktur dan komprehensif yang melibatkan seluruh stakeholder
untuk merubah/mengangkat image masyarakat terhadap pangan
lokal guna mendorong percepatan diversifikasi pangan.
3. Jangka Panjang
Menetapkan mekanisme dan kelembagaan pendistribusian untuk •
hasil produk pangan lokal yang tidak hanya sebagai program
PANGKIN tetapi nantinya juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat
luas/umum;
Perlu memperhatikan penanganan keamanan pangan produk •
pangan lokal yang dihasilkan agar ada jaminan keamanan pangan
bagi konsumen;
ROADMAP DEPTAN.indb 99 2/15/2013 7:35:50 PM
[100] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Perlu pengembangan gerai produk pangan lokal di setiap daerah •
kabupaten/kota agar masyarakat mengenal produk pangan lokal
dan mudah mendapatkannya;
Upaya diversifikasi pangan harus didukung oleh pembangunan •
infrastruktur untuk menjamin keterjangkauan/akses pangan;
Membenahi penanganan teknologi pasca panen/pengolahan. •
Untuk itu berbagai kegiatan agar lebih terarah, terencana dan
berkesinambungan, serta perlu kerjasama pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat yang dibangun secara sinergis untuk menyukseskan
upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk
hidup sehat, aktif dan produktif.
***
ROADMAP DEPTAN.indb 100 2/15/2013 7:35:50 PM
[101]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk
memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang
beraneka ragam, bergizi seimbang, serta aman dalam jumlah dan
komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk
mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman konsumsi
pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan
pokok yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan
yang berbasis sumber daya lokal yang pada gilirannya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, mengurangi ketergantungan pada pangan impor
dan mendorong berkembangnya diversifikasi produksi pangan lokal baik secara
vertikal maupun horizontal dan industri hulu-hilir pendukungnya.
Untuk mendukung strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang,
dan aman yang diindikasikan oleh peningkatan skor Pola Pangan Harapan
sampai tahun 2025 sebesar 95, maka diperlukan dukungan kebijakan dan
regulasi percepatan penganekaragaman konsumsi yang mampu memberikan
daya ungkit yang kuat bagi penyediaan dan permintaan aneka ragam pangan
secara nyata, yang secara simultan dapat mendorong terwujudnya penyediaan
penUTUp
7
ROADMAP DEPTAN.indb 101 2/15/2013 7:35:50 PM
[102] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
aneka ragam pangan berbasis sumber daya pangan lokal,
penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan
data dan informasi.
Upaya untuk mendukung keberhasilan percepatan
diversifikasi pangan yang diindikasikan peningkatan skor
PPH sesuai sasaran yang berjalan seiring dengan penurunan
konsumsi beras bukan hanya menjadi tanggung jawab Badan
Ketahanan Pangan. Dukungan kementerian/lembaga lingkup
pertanian maupun instansi di luar Kementerian Pertanian
serta pemerintah daerah sangat penting dan menentukan.
Dukungan harus diberikan oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait baik sektor pemerintah, swasta,
maupun masyarakat melalui kerjasama kemitraan yang
terencana dengan baik, terintegrasi, dan terkoordinasi.
Peran pemerintah maupun pemerintah daerah dalam
mengembangkan program dan menggerakkan seluruh
sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien mutlak
diperlukan. Begitu pula dengan hubungan kerjasama
antara pelaku usaha dengan masyarakat sehingga dapat
mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
Disamping itu dukungan anggaran untuk menjalankan
program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
juga menjadi faktor penting dalam pencapaian sasaran
sebagaimana diamanatkan Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun
2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
***
Kegiatan Sosialisasi Diversifikasi Pangan dan B2Sa di Sekolah Dasar
Kebun Sekolah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Kebun Sekolah di Kabupaten Sampang, Jawa Timur
Kebun Sekolah di Metro, Lampung
ROADMAP DEPTAN.indb 102 2/15/2013 7:35:50 PM
[103]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tabel 1.1. Pola Konsumsi Pangan Pokok Berdasarkan Sumbangan Masing-Masing Bahan Pangan Terhadap Total Energi Pangan Pokok Tahun 2010*
Perkotaan + PedesaanProvinsi Beras
(%)Jagung
(%)Terigu
(%)Ubi
Kayu (%)
Ubi Jalar (%)
Kentang (%)
Sagu (%)
Umbi Lain (%)
Pola Konsumsi
Aceh 86,4 0,2 11,9 0,9 0,2 0,3 0,1 0,0 Beras - Terigu
Sumatera Utara 85,2 0,3 12,0 1,7 0,4 0,4 0,0 0,1 Beras - Terigu
Sumatera Barat 82,3 0,1 14,3 1,5 0,5 0,8 0,2 0,4 Beras - Terigu
Riau 81,8 0,1 14,9 2,1 0,3 0,6 0,1 0,1 Beras - Terigu
Jambi 82,0 0,3 14,5 1,8 0,5 0,8 0,0 0,1 Beras - Terigu
Sumatera Selatan 78,5 0,2 17,8 2,5 0,5 0,2 0,3 0,0 Beras - Terigu
Bengkulu 84,0 0,2 12,8 1,9 0,7 0,3 0,0 0,0 Beras - Terigu
Bangka Belitung 77,5 0,2 19,7 1,8 0,2 0,1 0,3 0,2 Beras - Terigu
Kepulauan Riau 77,7 0,3 18,6 2,2 0,4 0,3 0,5 0,1 Beras - Terigu
Lampung 83,0 0,2 13,7 2,7 0,3 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu
DKI Jakarta 74,6 0,2 23,2 1,4 0,3 0,4 0,0 0,0 Beras - Terigu
Jawa Barat 76,4 0,2 20,7 2,1 0,4 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu
Jawa Tengah 75,3 1,0 20,4 2,8 0,4 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu
DI Yogyakarta 73,9 0,5 22,1 3,0 0,3 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu
Banten 75,9 0,1 21,6 2,0 0,2 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu
JawaTimur 75,0 3,8 17,6 3,1 0,4 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu
Bali 83,9 0,4 13,6 1,1 0,7 0,1 0,0 0,1 Beras - Terigu
Nusa Tenggara Barat 82,9 0,3 15,4 1,2 0,2 0,0 0,0 0,1 Beras - Terigu
Nusa Tenggara Timur 77,6 13,3 4,8 3,4 0,3 0,0 0,4 0,2 Beras - Jagung
Kalimantan Barat 85,4 0,3 11,7 2,1 0,2 0,1 0,0 0,2 Beras - Terigu
Kalimantan Tengah 83,9 0,2 12,3 2,8 0,4 0,1 0,0 0,4 Beras - Terigu
Kalimantan Selatan 74,2 0,2 23,5 1,9 0,1 0,1 0,0 0,1 Beras - Terigu
Kalimantan Timur 76,3 0,2 19,7 3,3 0,3 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu
Sulawesi Utara 86,3 0,6 9,5 2,2 0,5 0,2 0,6 0,2 Beras - Terigu
Sulawesi Tengah 82,8 1,6 9,8 2,4 0,7 0,0 1,7 0,9 Beras - Terigu
Sulawesi Tenggara 76,8 4,0 13,4 2,1 1,3 0,0 2,3 0,0 Beras - Terigu
Sulawesi Selatan 80,4 1,8 15,3 1,3 0,4 0,1 0,6 0,0 Beras - Terigu
Gorontalo 78,4 9,8 9,2 2,0 0,2 0,0 0,3 0,0 Beras - Jagung - Terigu
Sulawesi Barat 83,6 0,9 12,4 2,4 0,3 0,0 0,4 0,0 Beras - Terigu
Maluku 65,7 1,3 11,8 11,2 2,5 0,0 6,8 0,7 Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu
Maluku Utara 68,1 1,3 11,0 10,6 2,9 0,0 5,8 0,2 Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu
Papua 45,7 0,3 7,3 6,3 29,5 0,0 8,6 2,3 Beras - Terigu - Ubi Kayu - UbiJalar - Sagu
Papua Barat 73,9 0,4 9,7 5,2 2,4 0,1 6,2 2,2 Beras - Terigu - Ubi Kayu – Sagu
Lampiran 1
* Diolah dari Data Susenas
ROADMAP DEPTAN.indb 103 2/15/2013 7:35:50 PM
[104] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lampiran 2
Gambar 2.1. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Jagung
Gambar 2.2. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Kayu
ROADMAP DEPTAN.indb 104 2/15/2013 7:35:51 PM
[105]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Gambar 2.3. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Jalar
Gambar 2.4. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Sagu
ROADMAP DEPTAN.indb 105 2/15/2013 7:35:52 PM
[106] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lampiran 3
Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 1990 - 2011 (Ton)
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha)
1990 3.158.092 6.734.028 2.132
1991 2.909.100 6.255.906 2.150
1992 3.629.346 7.995.459 2.203
1993 2.939.534 6.459.737 2.198
1994 3.109.398 6.868.885 2.209
1995 3.651.838 8.245.902 2.258
1996 3.743.573 9.307.423 2.486
1997 3.355.224 8.770.851 2.614
1998 3.847.813 10.169.488 2.643
1999 3.456.357 9.204.036 2.663
2000 3.500.318 9.676.899 2.765
2001 3.285.866 9.347.192 2.845
2002 3.109.448 9.585.277 3.083
2003 3.358.511 10.886.442 3.241
2004 3.356.914 11.225.243 3.344
2005 3.625.987 12.523.894 3.454
2006 3.345.805 11.609.463 3.470
2007 3.630.324 13.287.527 3.660
2008 4.001.724 16.317.252 4.078
2009 4.156.706 17.592.309 4.232
2010 4.143.599 18.364.430 4.432
2011 3.864.692 17.643.250 4.565
Laju (%/th) 1,49 5,34 3,74
Sumber: BPS.
ROADMAP DEPTAN.indb 106 2/15/2013 7:35:52 PM
[107]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)
1. Aceh 125.155 112.894 137.753 167.090 162.306
2. Sumut 804.850 1.098.969 1.166.548 1.377.718 1.353.877
3. Sumbar 223.233 351.843 404.795 354.262 416.168
4. Riau 40.410 47.959 56.521 41.862 37.219
5. Jambi 30.028 34.616 38.169 30.691 42.146
6. Sumsel 84.081 101.439 113.167 125.796 133.360
7. Bengkulu 83.385 111.827 93.798 74.331 80.272
8. Lampung 1.346.821 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.921.326
9. Babel 2.736 1.193 1.403 1.055 1.340
10. Riau Kep. 893 1.125 1.064 961 924
11. Dki Jakarta 39 39 32 31 32
12. Jabar 577.513 639.822 787.599 923.962 976.163
13. Jateng 2.233.992 2.679.914 3.057.845 3.058.710 2.972.798
14. Di.Yogya 258.187 285.372 314.937 345.576 269.937
15. Jatim 4.252.182 5.053.107 5.266.720 5.587.318 4.955.492
16. Banten 20.723 20.169 27.083 28.557 14.465
17. Bali 69.209 77.619 92.998 66.355 61.637
18. Ntb 120.612 196.263 308.863 249.005 412.163
19. Ntt 514.360 673.112 638.899 653.620 548.007
20. Kalbar 154.118 181.407 166.833 168.273 131.247
21. Kalteng 3.971 5.982 8.048 9.345 9.037
22. Kalsel 100.957 95.064 113.885 116.449 104.113
23. Kaltim 11.620 12.795 12.520 11.993 11.483
24. Sulut 406.759 466.041 450.989 446.144 452.503
25. Sulteng 119.324 136.907 164.282 162.306 180.659
26. Sulsel 969.955 1.195.691 1.395.742 1.343.044 1.281.390
27. Sultra 97.037 93.064 71.655 s74.840 61.888
28. Gorontalo 572.785 753.598 569.110 679.167 685.865
29. Sulbar 26.633 40.252 58.320 58.020 68.799
30. Maluku 15.685 18.924 15.859 15.273 14.265
31. Maluku Utara 10.793 11.493 18.229 20.546 22.622
32. Papua 7.053 1.711 1.585 6.834 7.075
33. Irja Barat 2.428 7.155 6.787 1.931 1.668
Indonesia 13.287.527 16.317.252 17.629.748 18.327.636 17.392.246
Tabel 3.2. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 2007 - 2011 (Ton)
ROADMAP DEPTAN.indb 107 2/15/2013 7:35:52 PM
[108] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/ha)
1990 1.311.564 15.829.635 12.069
1991 1.319.143 15.954.467 12.095
1992 1.351.324 16.515.855 12.222
1993 1.401.640 17.285.385 12.332
1994 1.356.580 15.729.232 11.595
1995 1.324.259 15.441.481 11.660
1996 1.415.101 17.002.455 12.015
1997 1.243.366 15.134.021 12.172
1998 1.205.353 14.696.203 12.192
1999 1.350.008 16.458.544 12.191
2000 1.284.040 16.089.020 12.530
2001 1.317.912 17.054.648 12.941
2002 1.276.533 16.912.901 13.249
2003 1.244.543 18.523.810 14.884
2004 1.255.805 19.424.707 15.468
2005 1.213.460 19.321.183 15.922
2006 1.227.459 19.986.640 16.283
2007 1.201.481 19.988.058 16.636
2008 1.204.933 21.756.991 18.057
2009 1.175.666 22.039.145 18.746
2010 1.182.592 23.908.459 20.217
2011 1.184.696 24.044.025 20.296
Laju -0,38 2,18 2,57
Sumber : BPS.
Tabel 3.3 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Ubi Kayu 1990 - 2011
ROADMAP DEPTAN.indb 108 2/15/2013 7:35:52 PM
[109]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)
1. Aceh 41.558 38.403 49.839 43.810 40.877
2. Sumut 438.573 736.771 1.007.284 905.571 1.075.215
3. Sumbar 114.551 102.285 115.492 193.188 202.249
4. Riau 51.784 50.772 68.046 75.904 81.208
5. Jambi 44.794 36.905 39.355 39.564 40.575
6. Sumsel 150.133 197.150 166.890 159.929 199.246
7. Bengkulu 76.924 49.478 37.311 43.847 45.664
8. Lampung 6.394.906 7.721.882 7.569.178 8.637.594 9.004.303
9. Babel 18.666 19.722 23.332 21.427 18.396
10. Riau Kep. 7.077 9.364 9.180 8.397 8.170
11. Dki Jakarta 628 454 305 290 221
12. Jabar 1.922.840 2.034.854 2.086.187 2.014.402 2.185.650
13. Jateng 3.410.469 3.325.099 3.676.809 3.876.242 4.068.583
14. Di.Yogya 976.610 892.907 1.047.684 1.114.665 1.061.729
15. Jatim 3.423.630 3.533.772 3.222.637 3.667.058 2.896.269
16. Banten 117.550 115.591 105.621 118.979 106.958
17. Bali 174.189 169.761 171.456 163.746 165.839
18. Ntb 88.527 68.386 85.062 70.606 75.448
19. Ntt 794.121 928.974 913.053 1.032.538 1.040.412
20. Kalbar 221.630 193.804 166.584 177.807 174.063
21. Kalteng 67.617 73.344 74.670 76.669 74.118
22. Kalsel 117.322 119.085 121.656 76.202 116.446
23. Kaltim 105.395 116.218 125.714 110.061 110.526
24. Sulut 74.406 83.656 77.206 84.084 78.154
25. Sulteng 70.858 70.181 82.294 74.128 79.756
26. Sulsel 514.277 504.198 434.862 601.437 516.981
27. Sultra 239.271 217.727 226.927 163.350 264.819
28. Gorontalo 7.432 9.215 7.117 6.171 7.657
29. Sulbar 45.921 54.809 47.781 46.368 50.828
30. Maluku 105.761 107.214 124.442 144.407 113.175
31. Maluku Utara 118.354 116.838 106.443 109.033 113.849
32. Papua 34.450 35.100 36.500 35.531 35.874
33. Papua Barat 17.834 23.072 12.228 25.113 26.763
Indonesia 19.988.058 21.756.991 22.039.145 23.918.118 24.080.021
Tabel 3.4. Perkembangan Produksi Ubi kayu Tahun 2007 - 2011 (Ton)
ROADMAP DEPTAN.indb 109 2/15/2013 7:35:52 PM
[110] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
No Provinsi Kabupaten Sentra
1. Aceh Aceh Utara, Aceh Timur
2. Sumut Nias, Tapsel, Taput, Asahan, Simalungun, Deli Serdang, Langkat
3. Sumbar Tanah Datar, Sawah Lunto
4. Riau Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis
5. Jambi Batanghari, Bungo Tebo, Sarolangun Bangko
6. Sumsel OKU, OKI, Muara Enim, Mura, Muba
7. Babel Bangka
8. Bengkulu Rejang Lebong
9. Lampung Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Way Kanan
10. Jabar Bogor, Sukabumi, Purwakarta,Sumedang, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis
11. Jateng Camis, Banyumas, Banjarnegara,Kebumen, Boyolli, Wonogiri, Kr Anyar, Pati, Purbalingga, Purworejo, Sragen Wonosobo, Jepara, Magelang, Sukoharjo, Semarang,
12. DIY Gunung Kidul
13. Jatim Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Malang, Probolinggo, Blitar, Tulung Agung, Kediri, Jember, Bondowoso, Pasuruan, Madiun, Magetan, Ngawi, Tuban, Sampang, Sumenep, Bangkalan, Pamekasan
14. Banten Pandeglang, Lebak, Tanggerang, Serang
15. Bali Klungkung, Karang Asem, Buleleng
16. NTB Lombar, Sumbawa, Bima, Lomteng
17. NTT Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai, Sumba Barat, Kupang, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada
18. Kalbar Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang
19. Kalteng Kapuas
20. Kalsel Tanah Laut, Kotabaru
21. Kaltim Pasir, Kutai
22. Sulut Bolmong, Minahasa
23. Gorontalo Gorontalo
24. Sulteng Donggala, Poso, Banggai, Buol,Toli Toli
25. Sultra Buton, Muna, Kendari
26. Sulsel Bantaeng, Bulukumba, Goa, Jeneponto, Majene, Maros
27. Maluku Malteng, Maluku Tenggara
28. Maluku Utara Halmahera Tengah, Maluku Utara
Sumber : Ditjentan
Tabel 3.5. Kabupaten Sentra Produksi Ubikayu
ROADMAP DEPTAN.indb 110 2/15/2013 7:35:52 PM
[111]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tabel 3.6. Perkembangan Luas Panen, Produksi Dan Produktifitas Ubi Jalar Indonesia Tahun 1990 - 2011
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/ha)
1990 208.732 1.971.466 9.445
1991 214.316 2.039.212 9.515
1992 229.786 2.171.036 9.448
1993 224.098 2.088.205 9.318
1994 197.170 1.845.178 9.358
1995 228.676 2.171.027 9.494
1996 211.681 2.017.516 9.531
1997 195.436 1.847.492 9.453
1998 202.093 1.935.044 9.575
1999 172.243 1.665.547 9.670
2000 194.262 1.827.687 9.408
2001 181.926 1.749.070 9.614
2002 177.275 1.771.692 9.994
2003 197.455 1.991.478 10.086
2004 184.546 1.901.802 10.305
2005 178.336 1.856.969 10.413
2006 176.507 1.854.238 10.505
2007 176.932 1.886.852 10.664
2008 174.561 1.880.977 10.775
2009 183.874 2.057.913 11.192
2010 181.073 2.051.046 11.327
2011 178.121 2.196.033 12.329
Laju (%/th) -0,46 0,82 1,30
Sumber :BPS.
ROADMAP DEPTAN.indb 111 2/15/2013 7:35:52 PM
[112] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 3.7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Tahun 2007 - 2011 (Ton)No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)
1. Aceh 15.187 13.172 15.298 11.095 12.090
2. Sumut 117.641 114.186 140.138 179.388 179.473
3. Sumbar 53.793 61.817 77.476 104.302 99.718
4. Riau 12.814 11.330 9.736 9.967 10.062
5. Jambi 36.363 21.825 20.614 21.156 32.489
6. Sumsel 21.515 19.621 20.800 22.839 22.741
7. Bengkulu 32.131 30.682 20.930 27.840 29.630
8. Lampung 46.772 48.191 45.041 44.920 48.183
9. Babel 5.144 4.653 4.828 3.751 3.222
10. Riau Kep. 1.472 1.490 1.427 1.790 1.805
11. Dki Jakarta - - - - -
12. Jabar 375.714 376.490 469.646 430.998 431.372
13. Jateng 143.364 117.159 147.083 137.723 152.551
14. Di.Yogya 5.496 7.656 6.687 6.484 6.563
15. Jatim 149.811 136.556 162.607 141.103 171.322
16. Banten 33.694 33.793 34.549 40.579 39.562
17. Bali 91.187 88.201 78.983 70.318 70.377
18. Ntb 13.007 10.985 11.276 13.134 11.597
19. Ntt 102.375 107.316 103.635 121.284 120.082
20. Kalbar 13.882 12.871 11.735 14.959 12.186
21. Kalteng 8.619 12.153 10.763 9.583 9.727
22. Kalsel 31.143 25.903 29.968 25.007 25.631
23. Kaltim 30.855 29.372 31.947 25.156 26.384
24. Sulut 35.475 42.062 53.121 51.838 50.738
25. Sulteng 29.079 27.689 29.821 26.332 26.121
26. Sulsel 58.819 66.546 68.372 57.513 66.960
27. Sultra 27.588 30.892 25.577 25.304 26.242
28. Gorontalo 2.974 3.947 3.456 2.926 3.095
29. Sulbar 9.304 15.895 15.756 15.666 17.785
30. Maluku 20.929 21.778 22.338 20.734 18.263
31. Maluku Utara 35.199 35.094 30.381 27.666 29.531
32. Papua 306.804 337.096 343.325 349.134 357.976
33. Papua Barat 18.702 15.340 10.599 10.557 13.409
INDONESIA 1.886.852 1.881.761 2.057.913 2.051.046 2.126.887
ROADMAP DEPTAN.indb 112 2/15/2013 7:35:52 PM
[113]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tabel 3.8. Taksiran Luas Area Sagu di Indonesia (Ha)
No Pulau Sebaran Area Sagu (Ha)
1 Sumatera 31.872 - 37.000
2 Kalimantan 2.795 - 5.572
3 Jawa 292
4 Maluku 30.000 - 94.999
5 Sulawesi 25.000 - 55.666
6 Papua 600.000 - 4.183.300
Indonesia 689.959 - 4.376.829
ROADMAP DEPTAN.indb 113 2/15/2013 7:35:53 PM
[114] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lampiran 4
Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia 2005 – 2010 (Ton)
no Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Aceh 175.474 208.848 178.138 156.027 154.957 215.899
2. Sumatera Utara 907.346 845.959 857.516 934.869 930.215 1.036.505
3. Sumatera Barat 240.204 285.671 300.997 356.834 369.093 396.795
4. R i a u 41.789 63.829 87.667 60.724 73.620 77.452
5. J a m b i 159.402 150.777 197.804 189.679 197.575 178.303
6. Sumsel 103.413 130.663 111.240 171.100 177.371 188.698
7. Bengkulu 207.227 294.581 325.265 406.672 382.770 470.102
8. Lampung 153.388 169.804 175.995 223.931 232.725 261.436
9. Bangka Belitung 17.989 32.229 31.964 30.357 34.516 35.070
10. Kepulauan Riau - 11.748 31.263 29.584 34.124 24.555
sumatera 2.006.232 2.194.110 2.297.850 2.559.777 2.586.966 2.884.815
11. DKI Jakarta 21.527 22.835 19.354 19.316 28.776 36.050
12. Jawa Barat 3.202.413 2.944.388 2.990.768 2.838.412 2.939.553 2.632.886
13. Jawa Tengah 1.230.025 1.521.019 1.489.786 1.755.797 1.894.938 2.068.178
14. D.I. Yogyakarta 89.616 78.786 73.842 83.375 88.309 84.601
15. Jawa Timur 1.086.133 1.190.379 1.108.865 1.117.224 1.242.430 1.235.351
16. Banten 187.104 173.094 135.275 120.203 117.610 143.633
J a w a 5.816.818 5.930.500 5.817.890 5.934.328 6.311.616 6.200.699
17. B a l i 148.678 153.137 160.974 151.998 173.274 197.154
18. NTB 158.559 189.020 193.831 185.372 275.241 209.219
19. NTT 50.468 77.962 77.131 147.943 130.892 65.098
Bali & nT 357.705 420.119 431.936 485.313 579.407 471.471
20. Kalimantan Barat 80.645 77.812 57.097 66.493 78.276 57.756
21. Kalteng 28.224 35.535 31.335 50.962 53.091 28.050
22. Kalsel 36.158 47.059 55.299 57.045 53.763 55.385
23. Kalimantan Timur 109.655 131.806 134.960 156.064 131.334 136.698
Kalimantan 254.682 292.212 278.691 330.564 316.464 277.889
24. Sulawesi Utara 274.227 240.731 257.881 303.052 372.604 323.181
25. Sulawesi Tengah 21.444 41.953 35.255 39.184 45.674 85.503
26. Sulawesi Selatan 256.488 256.356 157.812 218.935 204.689 253.484
27. Sultra 34.738 40.952 43.742 20.033 52.678 67.659
ROADMAP DEPTAN.indb 114 2/15/2013 7:35:53 PM
[115]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
no Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
28. Gorontalo 17.939 19.165 15.784 16.550 24.084 24.882
29. Sulawesi Barat - 20.459 26.457 16.731 14.387 15.646
sulawesi 604.836 619.616 536.930 614.485 714.116 770.355
30. Maluku 13.682 17.381 16.602 7.302 3.864 5.766
31. Maluku Utara 6.629 6.375 8.254 8.678 8.448 4.475
32. Papua 28.935 34.078 50.085 54.062 59.441 49.150
33. Papua Barat 12.468 13.070 17.223 40.584 47.963 41.766
Maluku & Papua 61.714 70.904 92.165 110.626 119.716 101.157
indonesia 9.101.987 9.527.462 9.455.462 10.035.094 10.628.285 10.706.386
Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar
ROADMAP DEPTAN.indb 115 2/15/2013 7:35:53 PM
[116] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tabel 4.2. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2007 – 2009
No Komoditas Produksi (Ton)
2007 2008 2009
1. Kol/Kubis 1.288.738 1.323.702 1.358.113
2. Kentang 1.003.732 1.071.543 1.176.304
3. Bawang Merah 802.81 853.615 965.164
4. Tomat 635.474 725.973 853.061
5. Cabe Besar 676.828 695.707 787.433
6. Cabe Rawit 451.965 457.353 591.294
7. Ketimun 581.205 540.122 583.139
8. Petsai/Sawi 564.912 565.636 562.838
9. Bawang Daun 479.924 547.743 549.365
10. Kacang Panjang 488.499 455.524 483.793
11. Terung 390.846 427.166 451.564
12. Kangkung 335.086 323.757 360.992
13. Wortel 350.17 367.111 358.014
14. Labu Siam 254.056 394.386 321.023
15. Buncis 266.79 266.551 290.993
16. Melinjo 205.728 230.654 221.097
17. Petai 178.68 213.536 183.679
18. Bayam 155.863 163.817 173.75
19. Kacang Merah 112.271 115.817 110.051
20. Kembang Kol 124.252 109.497 96.038
21. Jamur 48.247 43.047 38.465
22. Lobak 42.076 48.376 29.759
23. Bawang Putih 17.312 12.339 15.419
24. Paprika - 2.114 4.462
25. Jengkol 80.008 62.475
sayur 9.455.464 10.035.094 10.628.285
ROADMAP DEPTAN.indb 116 2/15/2013 7:35:53 PM
[117]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Aceh 224.870 269.606 220.970 130.059 193.331 208.765
2. Sumatera Utara 1.459.137 1.674.425 1.920.640 1.874.263 1.825.044 1.931.560
3. Sumatera Barat 305.689 330.452 286.857 397.724 369.205 367.652
4. R i a u 233.170 259.639 141.412 180.917 217.787 112.737
5. J a m b i 106.764 151.897 260.205 223.966 291.722 206.456
6. Sumatera Selatan 624.802 790.673 471.367 606.202 586.171 491.626
7. Bengkulu 61.171 93.500 93.774 155.695 118.402 70.677
8. Lampung 850.402 1.076.228 2.101.215 1.475.847 1.361.523 1.395.048
9. Bangka Belitung 75.763 62.467 61.154 58.223 60.519 46.978
10. Kepulauan Riau - 1.851 5.063 18.108 28.605 23.211
sumatera 3.941.767 4.710.738 5.562.657 5.121.004 5.052.310 4.854.710
11. DKI Jakarta 13.663 12.686 11.166 11.085 12.450 12.495
12. Jawa Barat 2.788.021 3.252.085 3.366.686 3.395.811 3.365.945 2.196.745
13. Jawa Tengah 1.623.246 1.502.255 1.577.905 2.068.969 2.207.543 1.702.596
14. D.I. Yogyakarta 331.679 261.226 260.873 270.169 268.509 222.018
15. JawaTimur 2.700.787 2.928.229 2.800.392 3.421.413 3.427.808 2.693.402
16. Banten 313.774 335.842 211.766 219.598 307.189 324.763
J a w a 7.771.170 8.292.323 8.228.788 9.387.045 9.589.445 7.152.019
17. B a l i 428.989 460.526 457.863 441.395 528.346 408.297
18. NTB 320.196 331.721 380.468 234.669 384.733 338.694
19. NTT 240.139 241.886 412.047 466.832 636.065 424.040
Bali & nT 989.324 1.034.133 1.250.378 1.142.896 1.549.144 1.171.031
20. Kalimantan Barat 388.426 416.176 393.932 367.678 425.329 302.476
21. Kalteng 97.834 110.012 120.523 103.454 172.983 114.003
22. Kalsel 304.466 262.888 244.231 261.415 321.595 256.220
23. Kalimantan Timur 195.566 202.716 217.332 278.028 292.824 259.087
Kalimantan 986.292 991.792 976.018 1.010.575 1.212.731 931.786
24. Sulawesi Utara 122.172 109.294 116.517 136.357 144.071 166.110
25. Sulawesi Tengah 118.036 82.432 88.872 82.618 88.129 159.528
26. Sulawesi Selatan 597.311 529.387 487.298 516.502 576.157 490.882
Tabel 4.3. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Indonesia 2005 - 2010
ROADMAP DEPTAN.indb 117 2/15/2013 7:35:53 PM
[118] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
27. Sultra 128.008 90.661 62.816 94.021 75.796 202.094
28. Gorontalo 10.390 10.845 17.571 14.696 17.074 14.428
29. Sulawesi Barat - 212.954 194.324 357.067 248.690 240.094
sulawesi 975.918 1.035.573 967.398 1.201.261 1.149.917 1.273.136
30. Maluku 21.881 27.896 39.455 25.457 22.239 34.138
31. Maluku Utara 54.133 40.992 52.738 91.340 6.732 29.664
32. Papua 17.983 12.520 27.284 13.205 50.275 21.731
33. Papua Barat 28.131 25.163 11.906 35.106 21.107 22.158
Maluku & Papua 122.128 106.571 131.383 165.108 100.354 107.691
indonesia 7.015.429 7.878.807 8.887.834 8.640.844 9.064.455 8.338.354
Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar
Lanjutan Tabel 4.3
ROADMAP DEPTAN.indb 118 2/15/2013 7:35:53 PM
[119]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tabel 4.4. Produksi Tanaman Buah di Indonesia Tahun 2007 – 2009
No Komoditas Produksi (Ton)
2007 2008 2009
1. Pisang 5.454.226 6.004.615 6.373.533
2. Mangga 1.818.619 2.105.085 2.243.440
3. Jeruk siam 2.551.635 2.391.011 2.025.840
4. Nenas 2.237.858 1.433.133 1.558.196
5. Rambutan 705.823 978.259 986.841
6. Salak 805.879 862.465 829.014
7. Durian 594.842 682.323 797.798
8. Pepaya 621.524 717.899 772.844
9. Nangka/ Cempedak 601.929 675.455 653.444
10. Semangka 350.78 371.498 474.327
11. Apel 160.794 262.009
12. Alpukat 201.635 244.215 257.642
13. Jambu Biji 179.474 212.260 220.202
14. Duku 178.026 158.649 195.364
15. Sawo 101.263 120.649 127.876
16. Markisa 106.788 138.027 120.796
17. Sukun 92.014 113.778 110.923
18. Jeruk Besar 74.249 76.621 105.928
19. Manggis 112.722 78.674 105.558
20. Jambu Air 94.015 111.495 104.885
21. Melon 59.814 56.883 85.861
22. Blewah 57.725 55.991 75.124
23. Belimbing 59.984 72.397 72.443
24. Sirsak 55.798 55.042 65.359
25. Stroberi 128.701 19.132
26. Anggur 21.97 9.519
Total Buah 17.116.622 18.027.889 18.653.900
ROADMAP DEPTAN.indb 119 2/15/2013 7:35:53 PM
[120] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lampiran 5
Tabel 5. Potensi Produk Pangan Pokok Nusantara
No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
1 Aceh Lempeng Ubi Kayu Sagu
Nasi Jagung Jagung
Briani Pisang Pisang Kepok & Daging sapi
Dalica Kentang, Pisang & Daging Sapi,
Pajri Nenas
Croh Payeh Udang
Putri Carden Tepung Ubi
Timpan Sagu Pisang Wak Tua & Tepung Sagu
Balacang Kelapa Ikan asin & Udang Basah
2 Sumatera Utara Manggadong Ubi Kayu
Nasi Jagung Jagung
Bebilar (Beras Ubi Jalar) Ubi Jalar
Sagon Bakar Tepung Kanji
Laksamana Mengamuk Buah kueni
Belut Berselimut Bayam Ikan Belut, Bayam & Telur Ayam
3 Sumatera Barat Pinere Sagu
Lompong Sagu Tepung sagu & Pisang
4 Kepulauan Riau Laksa Sagu Sagu
Otak-otak Ikan & Cumi
Mie Laksa Sagu & Ikan Tamban
Pindang Ikan Belanak Ikan belanak
Kirai Sagu Tepung sagu
Mie Goreng Sagu Mie Sagu & Telur Ayam
Gobal Sagu Sagu Basah
Mie Tarempa Mie Sagu & Telur Ayam
Lendod Sagu
Krenas Sagu butir
5 Jambi Burgo Kuah Ubi Kayu
Kue Satu Tepung Sagu & Telur Ayam
Brengkes Tempoyak Durian & Ikan Patin
Gulai Tekuyung Tekuyung
Gulai Aur Rebung
6 Sumatera Selatan Rasbi (Beras Ubi) Ubi Jalar
Pindang Iwak Ikan Patin
Pempek Ikan Tenggiri & Tepung Sagu
Tekwan Ikan Tenggiri & Tepung Sagu
Kumbu Kacang Merah
ROADMAP DEPTAN.indb 120 2/15/2013 7:35:53 PM
[121]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
Mentu Ikan Gabus
Pindang Meranjat Ikan Gabus
Kipo Sagu
Geblek Ubi Kayu & Susu
7 Riau Sagu Rendang Sagu
Sagu Lemak Sagu
Sagu Stick Sagu
8 Bengkulu Nasi Ganyong Ganyong & Jagung
Lawar Kemumu Unji Unji & Kemumu
Kecepul Maje Jagung
Gulai Ikan Pelus Ikan Pelus
Violet Nan Elot Ubi jalar & Tepung Kanji
9 Bangka Belitung Nasi Aruk Ubi Kayu
Kue Rengai Beras Aruk & Tepung Tapioka
Lempah Kuning Ikan Ikan & Nanas
Kembung Bertelur Ikan Kembung, Telur Ayam & Sagu
Begudo Ikan Teri Ikan Teri & Telur Ayam
Cingkong Kepiting Kepiting, Telur & Tepung Tapioka
Kericu Sagu, Telur Cumi dan Telur Ayam
10 Lampung Beras Siger Ubi Kayu
Oyek Ubi Kayu
11 DKI Jakarta Jalejo Jagung, Kedelai dan Kacang Hijau
Tauge Goreng Toge, Tahu Putih, dan Tauco
Sayur Babanci Daging Sapi & Jeroan Kambing
Kue Rangi Tepung Sagu Aren
Kue Pepe Tepung Kanji
Asinan Jakarta Kacang Tanah, Sawi, Timun, Toge, Mie Basah
Soto Tangkar Daging Sapi & Tulang Iga
12 Banten Beras Analog Ubi Kayu
13 Jawa Barat Rasi Ubi Kayu
Nasi Ubi Kayu Ubi Kayu
Dongkal/Gaplek Ubi Kayu
Tiwul Selimut Telur Ubi Kayu & Telur Ayam
Gurandil Ubi Kayu
Mustofa Ubi Ubi Jalar
Talam Ubi Ungu Ubi Jalar Ungu
Sego Jagung Jagung
Lanjutan Tabel 5.
ROADMAP DEPTAN.indb 121 2/15/2013 7:35:53 PM
[122] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Lanjutan Tabel 5.
No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
Beras Analog Jagung/Ubi Kayu/Ubi Jalar
Gongsir Jagung
14 Jawa Tengah Tiwul Ubi Kayu
Beras Jagung Jagung
15 DI.Yogyakarta Tiwul Instan Ubi Kayu
Mie Sehat Ubi Kayu
Gudeg Nangka Nangka Muda
Brongkos Kacang Tolo & Tempe
Nasi Growol Ubi Kayu
Geblek Ubi Kayu
Tempe Benguk Kacang Koro Benguk
Slondok Ubi Kayu
16 Jawa Timur Tiwul Ubi Kayu
Nasi Jagung Jagung
17 Bali Ledok Jagung & Ubi Jalar
Betutu Ayam
Kekiping Tepung Gaplek & Kacang
Rempeyek Ubi Ungu, Kacang Tanah dan Kedelai
Semprit Pisang
Nasi Gadung Ubi Gadung
Nasi Timbul Buah Timbul
Sengit Talas
18 Kalimantan Barat Mie Sagu Sagu & Udang
Sayur Sulur Keladi Keladi & Sulur
Sayur Gulai Umbut Kelapa Umbut Kelapa & Tulang Iga
Korket Ubi Kuah Sup Kikil Ubi Kayu & Kikil Sapi
19 Kalimantan Tengah Nasi Kopu Ubi Kayu
Soto Manggala Ubi Kayu, Ayam Kampung & Telur Ayam
Papeda Sagu
Sagu Goreng Sagu
Talam Jagung Jagung & Tepung Sagu
Kakicak Ubi Kayu
Kroket Sukun Sukun
Kripik Saluang Ikan Saluang
20 Kalimantan Selatan Jepa-Jepa Ubi Kayu
21 Kalimantan Timur Iluy Ubi Kayu
Bubur Gunting Sagu
ROADMAP DEPTAN.indb 122 2/15/2013 7:35:53 PM
[123]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Lanjutan Tabel 5.No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
Gangan Keladi Asam Keladi, Ubi Jalar, Ubi Kayu & Kangkung
Tempuyak Durian
Sayur Umbut Rotan Rotan muda
Rabuk Harua Ikan Gabus & Kepiting
Jelore Tepung Ubi Kayu
22 Sulawesi Selatan Kapurung Sagu, Ikan, Ayam & Kacang Tanah
Barobbo Jagung, Ayam & Kacang Panjang
Bassang Jagung
Pallubasa Daging sapi
Coto Makassar Daging Sapi, Babat, Usus & Kacang Tanah
Kambu Paria Pare & Pare
Dangke Susu Sapi & Susu Kambing
Pallubutung Pisang Kepok
23 Sulawesi Tenggara Sinonggi Sagu
Kasuami Ubi Kayu
Kabuto (Hogo-Hogo) Ubi Kayu
Dange Sagu panggang
Kapusu Nosu Jagung ketan
Kagili Ubi Kayu, Jagung & Kacang Tunggak
Katumbu Jagung Muda
Parende Sumowo Kalo Ikan Ikan Kakap, Cumi-Cumi & Udang
Bou Pinare Nahu Nggaluku Ikan Gabus
Kasiuna Kaholeo Ikan Teri Asap
24 Sulawesi Tengah Nasi Jagung Jagung
Papeda Sagu
Kapurung Sagu
Jepa Sagu
Doko-doko Ubi Kayu Ubi kayu
Binte Jagung
Kaledo Tulang Kaki Sapi
Palu Mara Ayam & Ikan
Penja Ikan duo
Kambu Paria Paria & Ikan
25 Sulawesi Utara Binthe Bilihute Jagung
Bubur Manado Jagung
26 Sulawesi Barat Loka Anjoroi Pisang
Lame Ayu Anjoroi Ubi Kayu
Ule-Ule Tarreang Jewawut
ROADMAP DEPTAN.indb 123 2/15/2013 7:35:53 PM
[124] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
Jepa Ubi Kayu
27 Gorontalo Binthe Bilihute Jagung
Ilabulo Sagu & Hati Ayam
Kue Popolulu Ubi Jalar
Kue Sabongi Ubi Kayu & Pisang
Kue Kala-Kala Pisang
Kue Kokole Sagu
Putung Ilahe Jantung Pisang & Ikan
Bubur Sada Jagung Halus
Duwo Delepao Sagu & Ikan
28 NTB Beras Analog Ubi Kayu
Jagung Bose Jagung
Pelecing Kangkung Kangkung Lombok
Sayur Lebui Biji lebui tua
Sirap Padang Ikan Kakap
Doco Fo’o Tota Mangga Muda & Udang
Mangge Mada Jantung Pisang Kepok & Udang
Luhluh Ikan Tenggiri
29 NTT Nasi Jagung Beras jagung (ukuran sedang)
Jagung Bose Jagung
Kapuru Jagung & Kacang Tanah
Jagung Titi Jagung
Manggullu Sale Pisang & Kacang Tanah
Nasi Tominuku Ubi Ungu & Ubi Putih
Koil Mbuka Ubi Kayu
Sombu Ubi Kayu & Jagung
Akar Bilang Tepung sagu
Ut Moruk Tepung jagung
30 Maluku Papeda Sagu
Sagu Lempeng Sagu
Enbal Ubi Kayu
Bagea Sagu
Sinoli Sagu
Babengka Ubi Kayu Ubi Kayu
Sangkola Ubi Kayu
Garontong Jagung
Babengka Ubi Jalar Ubi jalar
Lanjutan Tabel 5.
ROADMAP DEPTAN.indb 124 2/15/2013 7:35:53 PM
[125]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku
Kumbili Kumbili
Nasi Hotong Hotong
31 Maluku Utara Sagu Lempeng Sagu
Papeda Sagu
Sayur Garu Jantung pisang
Kasbi/Pisang Santan Ubi Kayu & Pisang
Bagea Kenari Sagu & Kenari
Ikan Pampis Ikan Cakalang & Ikan Asap
Popare Isi Pare, Ikan Cakalang & Tuna
Pisang Coe Pisang masak
Rica Isi Ikan Cakalang
Cingkarong Jagung muda
32 Papua Papeda Sagu
Lilin Genemo Genemo, Sayur Lilin, Jagung & Wortel
Puding Sagu Buah Merah Sagu, Buah Merah & Nangka
Lemper Singkong Singkong
Kelepon Ubi Jalar Ubi Jalar & Tepung Sagu
Sop Kepiting Kepiting
Bubur Kacang Sagu Kacang Hijau & Sagu
33 Papua Barat Papeda Sagu
Umbi-Umbian Umbi-Umbian
Lanjutan Tabel 5.
ROADMAP DEPTAN.indb 125 2/15/2013 7:35:53 PM
[126] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Gam
bar 6
. Str
uktu
r Org
anis
asi K
emen
teri
an P
erta
nian
Rep
ublik
Indo
nesi
a
Lam
pira
n 6
ROADMAP DEPTAN.indb 126 2/15/2013 7:35:54 PM
[127]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015
ROADMAP
Tabel 6. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
Sekretariat Badan Ketahanan Pangan
1. Bagian Perencanaan a.b.c.
Sub Bagian Rencana ProgramSub Bagian Kerjasama ProgramSub Bagian Rencana Penganggaran
2. Bagian Keuangan dan Perlengkapan a.b.c.
Sub Bagian PerbendaharaanSub Bagian Akuntansi & VerifikasiSub Bagian Perlengkapan & RT
3. Bagian Umum a.b.c.
Sub Bagian Organisasi & KepegawaianSub Bagian HukumSub Bagian Humas & TU
4. Bagian Evaluasi dan Pelaporan a.b.c.
Sub Bagian Data dan InformasiSub Bagian EvaluasiSub Bagian Pelaporan dan TLHP
Fungsional Statistisi
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
1. Bidang Ketersediaan Pangan a.b.
Sub Bidang Analisis Ketersediaan PanganSub Bidang Sumberdaya Pangan
2. Bidang Akses Pangan a.b.
Sub Bidang Analisis Akses PanganSub Bidang Pengembangan Akses Pangan
3. Bidang Kerawanan Pangan a.b.
Sub Bidang Analisis Kerawanan PanganSub Bidang Penanggulangan Kerawanan Pangan
Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
1. Bidang Distribusi Pangan a.b.
Sub Bidang Analisis Distribusi PanganSub Bidang Kelembagaan Distribusi Pangan
2. Bidang Harga Pangan a.b.
Sub Bidang Analisis Harga Pangan ProdusenSub Bidang Analisis Harga Pangan Konsumen
Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
1. Bidang Penganekaragaman Pangan a.b.
Sub Bidang Pengembangan Pangan LokalSub Bidang Promosi Penganekaragaman Pangan
2. Bidang Konsumsi Pangan a.b.
Sub Bidang Kebutuhan Konsumsi PanganSub Bidang Pola Konsumsi Pangan
3. Bidang Keamanan Pangan Segar a.b.
Sub Bidang Pengawasan Keamanan Pangan SegarSub Bidang Kelembagaan Keamanan Pangan Segar
ROADMAP DEPTAN.indb 127 2/15/2013 7:35:55 PM
ROADMAP DEPTAN.indb 128 2/15/2013 7:35:55 PM