Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang (WHO 1994).Gejala osteoporosis sering diabaikan oleh pasien karena tidak ada gejala spesifik. Gejala dapat berupa nyeri pada tulang dan otot, terutama sering terjadi pada punggung.Patah tulang yang paling umum terjadi di bagian pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Terjadinya patah tulang ini meningkat seiring meningkatnya usia baik pada wanita maupun pria.Patah tulang belakang dapat berimbas pada beberapa konsekuensi yang cukup serius, antara lain: menurunnya tinggi badan, rasa sakit pada punggung yang menyiksa, dan berubahnya bentuk tulang. Sedangkan patah tulang pinggul, terkadang dibutuhkan operasi lebih lanjut untuk penanganannya.Kabar baiknya, sekarang ini osteoporosis dapat ditangani dengan kombinasi solusi yang tepat! Penggabungan antara perubahan pola hidup dan pengobatan yang tepat akan menghindarkan Anda dari resiko patah tulang.Osteoporosis terjadi bila hilangnya massa tulang lebih besar daripada produksinya. Beberapa penyebab Osteoporosis:1). PrimerA. Osteoporosis postmenopausalTerjadi karena turunnya kadar estrogen, hormon utama pada wanita yang menyebabkan osteoklas ( sel perusak tulang) menjadi lebih aktif dan pembentukan tulang menurun sehingga hilangnya massa tulang berlangsung dengan cepat. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.B. Osteoporosis senilisMerupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
2).Osteoporosis sekunderDialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
3) Osteoporosis juvenil idiopatikMerupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
Osteoporosis adalah kondisi yang menyebabkan penipisan dan pelemahan pada tulang. Tulang yang rapuh lebih rentan patah. Patahnya tulang ini bisa terjadi walaupun trauma yang terjadi sangat minimal. Meskipun bisa terjadi pada semua tulang, patah tulang biasanya terjadi pada tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan.
Di seluruh dunia, 200 juta wanita menderita osteoporosis dan risiko patah tulang panggul pada wanita sama dengan risiko total terkena kanker payudara, rahim, dan indung telur. Di Singapura, jumlah patah tulang terkait osteoporosis pada wanita berusia di atas 50 tahun 8 kali lebih besar daripada kasus kanker payudara.
Siapa sajakah yang berisiko?
Meskipun wanita yang berusia di atas 50 tahun paling berisiko terkena osteoporosis, wanita dan pria yang lebih muda juga dapat terkena.
Puncak massa tulang terjadi pada umur 30 tahun. Setelah itu, massa tulang menurun secara bertahap. Pada ibu hamil dan menyusui, kecepatan menurunnya massa tulang sementara meningkat jika peningkatan kebutuhan kalsium saat hamil tidak terpenuhi dengan asupan kalsium pada makanan. Pada wanita, terjadi juga penurunan signifikan pada massa tulang pasca menopause.
Faktor Resiko
Faktor risiko dapat dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor lain yang tidak bisa diubah.
FAKTOR RISIKO YANG TIDAK DAPAT DIUBAH
Umur – Risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia Wanita yang telah melalui proses menopause - Setelah menopause, tubuh
menghasilkan lebih sedikit estrogen, estrogen melindungi tubuh dari hilangnya massa tulang
Riwayat keluarga dengan osteoporosis atau patah tulang terkait osteoporosis Rangka tubuh yang tipis (struktur tulang kecil) Ras – Orang keturunan Kaukasia atau Asian lebih berisiko Massa tulang rendah atau osteopenia Patah tulang sebelumnya setelah trauma level rendah, khususnya setelah usia 50 tahun
FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIUBAH
Merokok– Janganlah merokok karena merokok dapat mengakibatkan hilangnya massa tulang dan menopause dini
Konsumsi alkohol berlebihan – alkohol yang berlebihan tidak hanya menghambat pembentukan tulang, namun juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium
Gaya hidup yang jarang bergerak
PENYEBAB OSTEOPOROSIS LAINNYA
Pengobatan: Mengkonsumsi beberapa macam obat-obatan dalam jangka panjang dapat merusak tulang. Ini termasuk kortikosteroid untuk merawat kondisi kronis seperti asma, artritis rematoid dll, pengobatan yang menurunkan hormon seks, beberapa obat anti-kejang dan terkadang hormon tiroid ketika diresepkan dalam dosis tinggi. Bicarakan dengan dokter Anda tentang pengobatan yang Anda ambil
Penyebab lainnya: Berbagai kondisi dapat mengganggu penyerapan kalsium dan menyebabkan keroposnya tulang. Ini termasuk penyakit hati atau ginjal, diabetes, hipertiroidisme (tiroid hiperaktif ), Penyakit Cushing (yaitu produksi kortisol tubuh yang berlebihan) dan kondisi seperti anoreksia nervosa.
Gejala
Osteoporosis disebut 'penyakit diam' karena pengeroposan tulang terjadi tanpa gejala dan tanpa rasa sakit. Kondisi ini sering kali tidak terdeteksi dan baru diketahui setelah mencapai tahap lanjut.
Beberapa tanda pada tahapan lanjut dapat berupa:
patah tulang panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan nyeri punggung menurunnya tinggi badan seiring waktu
Diagnosis
Osteoporosis dapat terdeteksi melalui Tes Kepadatan Tulang yang umumnya dilakukan menggunakan pemindaian DEXA. Tes ini dapat menentukan apakah Anda menderita osteoporosis dengan mengukur kepadatan mineral tulang atau kekuatan tulang pada panggul dan tulang belakang.
Tes ini cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit seperti sinar-X tetapi dengan radiasi jauh lebih sedikit.
Siapa sajakah yang harus dites?
Mereka yang mengalami menopause dini sebelum 45 tahun Pernah patah tulang karena jatuh Ada anggota keluarga inti yang mengalami osteoporosis Kurus atau kekurangan berat badan Kondisi tubuh lemah karena sakit berkepanjangan Wanita yang memiliki kondisi terkait dengan osteoporosis seperti artritis rematoid Penggunaan kortikosteroid atau pengobatan tiroid berkepanjangan
Pencegahan
Melakukan latihan mengangkat beban secara rutin. Lakukan sekurangkurangnya 3 kali seminggu, namun yang penting mencegah latihan yang dapat mencederai tulang yang melemah. Pasien yang belum pernah melakukan latihan beban atau menderita masalah kesehatan harus berkonsultasi lebih dahulu dengan dokternya.
Diet - Mengkonsumsi cukup kalsium, vitamin D dan fosfor baik melalui makanan
maupun suplemen. Orang dewasa berusia di bawah 50 tahun membutuhkan 1.000 mg kalsium setiap hari. Orang dewasa di atas 50 tahun membutuhkan lebih dari 1.200 mg kalsium setiap hari.
Vitamin D diperlukan tubuh untuk menyerap kalsium. Vitamin D dapat diperoleh melalui kulit dari paparan sinar matahari atau melalui makanan. Orang dewasa yang berusia di bawah 50 tahun memerlukan 400-800 IU vitamin D setiap hari sementara orang dewasa berusia di atas 50 tahun memerlukan 800-1000 IU vitamin D setiap hari.
Jika Anda sulit memperoleh kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan dari makanan, Anda dapat mengkonsumsi suplemen.
Pengobatan
Meskipun osteoporosis tidak ada obatnya, tersedia beberapa perawatan yang dapat digunakan untuk mencegah pengeroposan tulang lebih lanjut dan meningkatkan kekuatan tulang. Hal ini dapat mengurangi risiko patah tulang secara signifikan. Obat, olahraga, dan nutrisi, semuanya berperan dalam pengobatannya.
Saat ini sebagian besar obat osteoporosis yang disetujui dikenal sebagai bahan ‘antiresorptif’ karena menghentikan resorpsi (atau penipisan/pengeroposan) mineral tulang dari tulang. Obat yang dapat merangsang pembentukan tulang juga tersedia. Dokter Anda dapat membantu memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Jika Anda didiagnosa dengan osteoporosis, dokter Anda dapat merekomendasikan salah satu pengobatan berikut ini:
Bifosfonat yang mencakup agen seperti Alendronat (Fosamax®), Risedronate (Actonel®), Ibandronate (Bonviva®), dan Asam Zoledronik (Aclesta®). Modulator Reseptor Estrogen tertentu Raloxifene, Nasal Calcitonin (Miacalcin®), unsur Strontium terbaru (Protos®) yang dapat memiliki aksi ganda untuk menghentikan pengeroposan/resorpsi tulang dan merangsang pembentukan tulang atau obat anabolik (pembentukan tulang) Teriparatide (Forteo®) yang diberikan sebagai injeksi harian.
Denosumab (Prolia®) adalah obat yang baru, sebuah antibodi monoklonal lengkap yang diberikan sebagai injeksi 6-bulanan, untuk pengobatan osteoporosis. Yang penting diketahui adalah bahwa pemilihan terapi obat adalah sesuatu yang kompleks. Pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi Anda.
SPONDYLOSIS LUMBALIS
BAB I
ABSTRAK
Spondylosis lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus
intervertebralis. Kondisi ini terjadi pada usia 30 – 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada
wanita daripada laki-laki. Faktor yang bisa menyebabkan spondylosis lumbalis adalah usia,
obesitas, duduk dalam waktu yang lama, kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas
pekerjaan, dan tipe tubuh. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot,
keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.
Penelitian kelompok studi nyeri Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Mei
2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien
nyeri. Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa
yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah dan mengembalikan
fungsinya untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-
otot,agar tidak terjadi perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis.
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses
degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka perlu diperhatikan hal-hal yang dapat
dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya Spondylosis Lumbalis
Kata kunci : Spondylosis lumbalis, statistika penyakit, anatomi dan fisiologi, anatomi
patofisiologi, pencegahan penyakit.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Gambaran Umum Penyakit
Semakin bertambah usia, tulang belakang khususnya pinggang mengalami proses
degenerasi pada bantalan diskus yang diikuti gangguan stabilitas tulang pinggang,
penebalan ligament, pengapuran tulang dan penebalan sendi facet yang menyebabkan
penyempitan rongga sumsum saraf. Proses degenerasi ini terus tanpa disadari karena
berlangsung perlahan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan
gejala-gejala nyeri yang sangat mengganggu dalam menjalankan aktivitas.
Spondylosis lumbalis muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif.
Spondylosis lumbalis mulai terjadi pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45
tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor utama
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia,
obesitas,dan duduk dalam waktu yang lama. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis
lumbalis adalah faktor kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas pekerjaan, dan
tipe tubuh. Perubahan degeneratif pada lumbalis dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
dan simptomatik (muncul gejala/keluhan). Gejala yang sering muncul adalah nyeri
pinggang, spasme otot, keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.
2.2 Paradigma Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, Spondylosis Lumbalis yang lebih dikenal dengan sebutan sakit
pinggang atau punggung bawah merupakan keluhan yang sangat “umum”, sangat sering
terjadi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terlebih lagi merupakan salah satu
penyebab ketidakhadiran di tempat kerja. Usia merupakan salah satu faktor yang sangat
diyakini pengaruhnya terhadap nyeri punggung bawah, sehingga biasanya penyakit ini
diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama
tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu mudanya. Semakin tua usia seseorang,
maka semakin tinggi angka kejadian nyeri punggung bawah. Dalam segi penanganan,
sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa nyeri punggung bawah akan sembuh
alamiah dalam beberapa minggu, tetapi ada juga masyarakat yang kritis sehingga sebelum
gejala semakin parah, langsung mendatangi Dokter Spesialis Orthopaedi ataupun Fisioterapi
bahkan sampai pada tindak lanjut bedah (operasi).
2.3 Statistika Di Indonesia
Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Kira-kira 80%
penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat
lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa
negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok
studi nyeri Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Mei 2002 menunjukkan
jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di
daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada
wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%,
frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.
Dalam penelitian multisenter di 14 Rumah Sakit di Indonesia, yang dilakukan oleh kelompok
studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak
4.456 orang (25%dari total kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) merupakan penderita
nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah (NBP)
(Meliala,2004).
BAB III
ISI
3.1 Definisi Penyakit
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis
dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya
degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak,
atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang, yang terutama terletak di aspek
anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra
centralis (corpus). Spondylosis Lumbalis biasanya terjadi pada usia 30 – 45 tahun namun
paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-
laki. Perubahan degeneratif pada lumbalis dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala) dan
simptomatik (muncul gejala/keluhan).
3.2 Anatomi Fisiologi Tulang Belakang
Anatomi Vertebra
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur
yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang.
Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang
rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya
terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal
atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal
atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra
koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)
(Gambar 1. Anatomi Vertebra)
Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di
daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang,
daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang.
(Syaifuddin)
Anatomi Vertebra Lumbal
(gambar 2. Vertebra Lumbal )
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar
dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya
lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan
langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini
dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari
sagital plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari
korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel,
lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus
vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan
yang lain oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik
vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla
spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima
hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang
kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah
bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba
atau palpasi.
Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap
posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke
anterolateralis(Ballinger, 1995).
Anatomi Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah
kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan
membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan
bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas.
Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang
lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral.
Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum.
Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang,
yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.
(gambar 3. Vertebra sakrum)
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat
saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang
koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-
iliaka kanan dan kiri(Evelyn, 1999).
Fisiologi
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk
menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga
berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat
di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan
gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai, 1991)
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu
susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain,
melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang
terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung
(Amstrong, 1989).
2.6 Anatomi Patofisiologi
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:
a. Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak
pada berbagai sisi.
b. Nucleus pulposus kehilangan cairan
c. Tinggi diskus berkurang
d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir
tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang
disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari
periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat
menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture.
Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada
daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal
cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi
karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.
Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada
osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama
dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan
mengurangi lumen pada foramen intervertebralis. (Darlene Hertling and Randolph M.
Kessler, 2006).
2.7 Penanganan dan Pencegahan Penyakit secara Fisioterapi
Penanganan
Tujuan diberikan penanganan secara fisioterapi pada kondisi ini yaitu untuk meredakan
nyeri, mengembalikan gerakan, penguatan otot, dan edukasi postur. Ada beberapa hal yang
harus diidentifikasi dalam proses assessment spondylosis yaitu :
1. Mengetahui gambaran nyeri
2. Faktor pemicu pada saat bekerja dan saat luang
3. Ketidaknormalan postur
4. Keterbatasan gerak dan faktor pembatasannya.
5. Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas jaringan lunak dengan palpasi.
Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah melakukan assessment
tersebut. Adapun treatment yang biasa digunakan dalam kondisi ini, adalah sebagai berikut:
1. Heat
Heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat penguluran otot
yang spasme.
1. Ultrasound
Sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada otot erector spinae dan
quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan saroiliac)
1. Corsets
Bisa digunakan pada nyeri akut
1. Relaxation
Dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat, maupun bekerja. Dengan
memperhatikan posisi yang nyaman dan support.
1. Posture education
Deformitas pada postur membutuhkan latihan pada keseluruhan alignment tubuh.
1. Mobilizations
Digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine, sacroiliac joint dan hip joint.
1. Soft tissue technique
Pasif stretching pada struktur yang ketat sangat diperlukan, friction dan kneading penting
untuk mengembalikan mobilitas supraspinous ligament, quadratus lumborum, erector
spinae dan glutei.
1. Traction
Traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus dipastikan bahwa otot
paravertebral telah rileks dan telah terulur.
1. Hydrotherapy
Untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya berguna bagi pasien yang
takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang hebat.
1. Movement
Hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi. Bersamaan dengan mobilitas,
pasien melakukan latihan penguatan untuk otot lumbar dan otot hip.
1. Advice
Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki masalah sakit
punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya bertambah parah pada
gerakan ekstensi. Jika pasien biasanya tidur dalam keadaan miring, sebaiknya
menggunakan kasur yang lembut.
Pencegahan
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses
degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan dari
sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis. Antara lain :
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih jenis
olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan kelenturan.
2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot,
kelenturan, dan jangkauan gerak.
3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama.
Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan
komputer, ataupun mengemudi.
4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu
kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat lebih
baik tekuk tungkai dan tetap tegak.
5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah
terjadinya cedera bila ada trauma.
6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Solusi Penanganan Terbaru Menangani Spondylosis Lumbalis
Penanganan bervariasi tergantung penilaian tenaga medis akan kondisi dan gejala
pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan bedah baru
disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan neurologis yang mengganggu
kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga memperhatikan riwayat kesehatan umum
pasien dalam menyarankan tindakan bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan
menyarankan penanganan non bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID),
analgesik, dan obat pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan
pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan
menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik juga dapat
membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah exercise.
Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat diperkuat, lebih lentur dan memperluas
jangkauan gerak.
3.2 Kesimpulan
Spondylosis lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus
intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor
utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia,
obesitas,dan duduk dalam waktu yang lama. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis
lumbalis adalah faktor kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas pekerjaan, dan
tipe tubuh. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, keterbatasan
gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah dan mengembalikan fungsinya
untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot, agar tidak
terjadi perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis. Adapun treatment yang
biasa digunakan dalam kondisi ini, adalah heat, US, corsets, posture education, traction,
hydroterapy, dan lain-lain. Selain itu ada beberapa solusi penanganan terbaru, apabila perlu
dokter dapat menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya
untuk meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan
stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Mengingat beratnya gejala
penyakit ini, maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan exercise, perbaiki
postur tubuh, dan berhenti merokok.
SpondylolisthesisDefinisi Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine (tulang belakang) dimana salah satu dari vertebra tergelincir kedepan atau kebelakang dibanding pada vertebra berikutnya. Tergelincir kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk sebagai anterolisthesis, sementara tergelincir kebelakang dirujuk sebagai retrolisthesis.
Spondylolisthesis dapat menjurus pada deformasi (keadaan cacat) dari spine serta penyempitan dari kanal spine (central spinal stenosis) atau penekanan atau kompresi dari akar-akar syaraf yang keluar (foraminal stenosis).
Penyebab Spondylolisthesis
Ada lima tipe utama dari lumbar spondylolisthesis.
1. Dysplastic spondylolisthesis: Dysplastic spondylolisthesis disebabkan oleh kerusakan dalam formasi dari bagian vertebra yang disebut facetyang mengizinkannya untuk menggelincir kedepan. Ini adalah kondisi yang seorang pasien dilahirkan dengannya (congenital).2. Isthmic spondylolisthesis: Pada Isthmic spondylolisthesis, ada kerusakan pada bagian dari vertebra yang disebut pars interarticularis. Jika ada kerusakan tanpa penggelinciran, pasien mempunyai spondylolysis. Isthmic spondylolisthesis dapat disebabkan oleh trauma yang berulang-kali dan adalah umum pada olahragawan-olahragawan yang dipaparkan pada gerakan-gerakan yang hyperextension termasuk gymnasts, dan football linemen.3. Degenerative spondylolisthesis: Degenerative spondylolisthesis terjadi disebabkan oleh perubahan-perubahan arthritic pada sensi-sendi dari vertebrae yang disebabkan oleh degenerasi tulang rawan (cartilage). Degenerative spondylolisthesis adalah lebih umum pada pasien-pasien yang lebih tua.4. Traumatic spondylolisthesis: Traumatic spondylolisthesis dsebabkan oleh trauma atau luka langsung pada vertebrae. Ini dapat disebabkan oleh patah tulang dari pedicle, lamina atau sendi-sendi facet yang mengizinkan bagian depan dari vertebra untuk menggelincir kedepan dengan respek pada bagian belakang dari vertebra.5. Pathologic spondylolisthesis: Pathologic spondylolisthesis disebabkan oleh kerusakan pada tulang yang disebabkan oleh tulang yang abnormal, seperti yang dari tumor.Faktor-Faktor Risiko Untuk Spondylolisthesis
Faktor-faktor risiko untuk spondylolisthesis termasuk sejarah keluarga dari persoalan-persoalan tulang belakang. Faktor-faktor risiko lain termasuk sejarah dari trauma yang berulangkali atau hyperextension dari tulang belakang bagian bawah atau lumbar spine.
Olahragawan-olahragawan seperti gymnasts, angkat besi, dan football linemen yang mempunyai tenaga-tenaga yang besar yang diaplikasikan pada spine sewaktu extension berada pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan isthmic spondylolisthesis.
Gejala-Gejala Dari Spondylolisthesis
Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah nyeri tulang belakang bagian bawah. Ini seringkali lebih buruk setelah latihan terutama dengan perbentangan dari lumbar spine. Gejala-gejala lain termasuk keketatan dari hamstrings dan jangkauan gerakan yang berkurang dari tulang belakang bagian bawah. Beberapa pasien-pasien dapat mengembangkan nyeri, mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki yang disebabkan oleh syaraf yang tertekan (terjepit). Penekanan yang parah dari syaraf-syaraf dapat menyebabkan kehilangan kontrol dari fungsi usus atau kantong kemih, atau cauda equina syndrome.
Mendiagnosa Spondylolisthesis
Pada kebanyakan kasus-kasus adalah tidak mungkin untuk melihat tanda-tanda yang dapat dilihat dari spondylolisthesis dengan memeriksa pasien. Pasien-pasien secara khas mempunyai keluhan-keluhan dari nyeri pada tulang belakang dengan nyeri yang sebentar-sebentar pada kaki-kaki. Spondylolisthesis dapat seringkali menyebabkan kejang-kejang otot, atau keketatan pada hamstrings.
Spondylolisthesis dengan mudah diidentifikasi menggunakan radiographs sederhana. Lateral X-ray (dari sisi) akan menunjukan jika salah satu dari vertebra telah bergeser kedepan dibanding pada vertebrae yang berdekatan. Spondylolisthesis dinilai menurut persentase dari pergeseran dari vertebra terhadap vertebra sebelahnya.
1. Derajat I adalah pergeseran dari sampai pada 25%,2. derajat II adalah antara 26%-50%,3. derajat III adalah antara 51%-75%,4. derajat IV adalah antara 76% dan 100%, dan5. derajat V, atau spondyloptosis terjadi ketika vertebra telah terlepas dari vertebra sebelahnya.
Jika pasien mempunyai keluhan-keluhan nyeri, mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki, studi-studi tambahan mungkin diminta. Gejala-gejalan ini mungkin disebabkan oleh stenosis atau penyempitan dari ruangan untuk akar-akar syaraf ke kaki-kaki. CT scan atau MRI scan dapat membantu mengidentifikasi kompresi (tekanan) dari syaraf-syaraf yang berhubungan dengan spondylolisthesis. Adakalanya, PET scan dapat membantu menentukan jika tulang pada tempat kerusakan aktif. Ini dapat memainkan peran dalam opsi-opsi perawatan untuk spondylolisthesis seperti digambarkan dibawah.Perawatan Untuk Spondylolisthesis
Perawatan awal untuk spondylolisthesis adalah konservatif dan berdasarkan pada gejala-gejala.
Periode singkat dari istirahat atau menghindari aktivitas-aktivitas seperti mengangkat dan melengkungkan dan athletics mungkin membantu mengurangi gejala-gejala. Terapi fisik dapat membantu meningkatkan jangkauan gerakan dari lumbar spine dan hamstrings serta menguatkan otot-otot utama perut. Obat-obat anti-peradangan dapat membantu mengurangi nyeri dengan mengurangi peradangan dari otot-otot dan syaraf-syaraf. Pasien-pasien dengan nyeri, mati rasa dan kesemutan pada kaki-kaki mungkin mendapatkan manfaat dari suntikan steroid epidural (cortisone). Pasien-pasien dengan isthmic spondylolisthesis mungkin mendapatkan manfaat dari hyperextension brace. Ini membentangkan lumbar spine membawa dua bagian dari tulang pada tempat kerusakan lebih dekat satu dengan lainnya dan mungkin mengizinkan terjadinya penyembuhan.
Untuk pasien-pasien yang gejala-gejalanya gagal untuk membaik dengan perawatan konservatif, operasi mungkin adalah opsi (pilihan). Tipe dari operasi berdasarkan pada tipe dari spondylolisthesis. Pasien-pasien dengan isthmic spondylolisthesis mungkin mendapatkan manfaat
dari reparasi bagian yang rusak dari vertebra, atau reparasi pars. Jika MRI scan atau PET scan menunjukan bahwa tulangnya aktif ditempat kerusakan adalah lebih mungkin untuk sembuh dengan reparasi pars. Ini melibatkan pengangkatan segala jaringan parut dari kerusakan dan menempatkan beberapa cangkokan tulang pada area diikuti oleh penempatan dari sekrup-sekrup ditempat kerusakan.
Jika ada gejala-gejala pada kaki-kaki operasi mungkin termasuk dekompresi untuk menciptakan lebih banyak ruangan untuk akar-akar syaraf yang keluar. Ini seringkali dikombinasikan dengan fusion yang mungkin dilakukan dengan atau tanpa sekrup-sekrup untuk memegang tulang bersama. Pada beberapa kasus-kasus vertebrae digerakan kebelakang ke posisi yang normal sebelum nelakukan fusion, dan pada yang lain-lain vertebrae dilebur dimana mereka berada setelah pergeseran. Ada beberapa risiko yang meningkat dari luka pada syaraf dengan menggerakan vertebra kembali ke posisi normal.
Mencegah Spondylolisthesis
Spondylolisthesis tidap dapat sepenuhnya dicegah. Aktivitas-aktivitas tertentu seperti gymnastics, angkat besi dan sepakbola diketahui meningkatkan stress (tekanan) pada vertebrae dan meningkatkan risiko mengembangkan spondylolisthesis.
Komplikasi-Komplikasi Dari Spondylolisthesis
Komplikasi-komplikasi dari spondylolisthesis termasuk nyeri yang kronis pada tulang belakang bagian bawah atau kaki-kaki, serta mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki. Kompresi yang parah dari syaraf dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan kontrol usus dan kantong kemih, namun ini adalah sangat tidak umum.
Prognosis Untuk Spondylolisthesis
Prognosis untuk pasien-pasien dengan spondylolisthesis adalah baik. Pada kebanyakan kasus-kasus pasien-pasien merespon baik pada rencana perawatan konsevatif. Unutk mereka yang dengan gejala-gejala parah yang terus menerus, operasi dapat membantu meringankan gejala-gejala kaki dengan menciptakan lebih banyak ruangan untuk akar-akar syaraf. Nyeri tulang belakang dapat dibantu melalui lumbar fusion.
INSTABILITAS TULANG BELAKANG LUMBAL
Instabilitas tulang belakang lumbal adalah penyebab umum untuk nyeri punggung. Biasanya
muncul pada kelompok usia dewasa muda dan tua. Pada kelompok usia dewasa muda sekitar 30
tahun, instabilitas tulang belakang lumbal biasanya disebabkan cederanya tulang belakang
lumbal, yaitu di bagian pars interarticularis. Cedera ini biasanya terjadi jauh sebelum muncul
instabilitas, yaitu pada usia remaja. Kondisi ini disebut spondylolytic spondylolisthesis. Pada
kelompok usia tua, instabilitas tulang belakang lumbal disebabkan perubahan degeneratif
(penuaan).
Figure 1 Pars Interarticularis Pada Tulang Belakang Sehat, Spondylolysis, Dan Spondylolisthesis
[ sumber:http://www.flickr.com/photos/66863767@N07/6087292898/sizes/o/in/photostream/]
Bagaimana cedera pada pars interarticularis bisa terjadi, Dok?
Cedera pada pars interarticularis (pars defect) muncul pada usia remaja pada mereka yang
sangat aktif di beberapa olah raga yang membutuhkan hiperekstensi punggung (menekuk
punggung ke belakang) seperti senam, basket, dan voli. Gerakan hiperekstensi yang berulang ini
secara perlahan akan melemahkan pars interarticularis dan sering berujung pada kondisi fraktur
stres (fraktur tulang yang disebabkan penekanan yang berulang).
Trus Dok, apa keluhan yang muncul ketika terjadi fraktur?
Pada usia muda, biasanya tidak merasakan adanya keluhan. Hal ini dikarenakan fraktur ini
disebabkan gerakan yang berulang, bukan karena kecelakaan. Kadang ada perasaan tidak
nyaman sesaat, lalu hilang dengan sendirinya. Pada akhirnya, sebagian besar orang bahkan tidak
tahu kapan fraktur ini terjadi.
Trus kalau ada fraktur ini, Dok, akan menyebabkan tulang belakang kita tidak stabil
(instabilitas)?
Figure 2 Sendi Facet [ sumber:http://indyspinemd.com/Images/normalAnat/facetJoints.jpg]
Setelah terjadi fraktur, tulang belakang kita tidak langsung mengalami ketidakstabilan (instabilitas). Tulang belakang lumbal kita akan tetap stabil karena masih di’pegang’ dengan baik oleh otot-otot punggung kita yang kuat. Selain otot, masih ada sendi facet dan diskus intervertebral yang menstabilkan tulang belakang. Tetapi, adanya kelainan struktur berupa fraktur pars interarticularis, menyebabkan baik otot, sendi, dan diskus bekerja lebih keras untuk mempertahankan stabilitas tulang belakang. Ketiga struktur ini akan lebih cepat melemah dan mengalami degenerasi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami fraktur. Maka di kisaran usia 30 tahun, diskus dan sendi facet mulai menunjukkan tanda-tanda degeneratif (penuaan). Kondisi ini diiringi kondisi otot yang mulai tidak bugar dan tidak sekuat sebelumnya. Pada tahap ini, instabilitas tulang belakang lumbal mulai muncul.
Figure 3 Diskus Intervertebra [ sumber:http://indyspinemd.com/Images/normalAnat/motionSegment.jpg]
Bagaimana bila instabilitas ini muncul pada usia tua, Dok?
Pada usia tua, instabilitas lebih disebabkan karena proses degeneratif, tanpa adanya fraktur.
Seiring dengan berjalannya waktu, sendi-sendi kita dan diskus intervertebral akan mengalami
proses penuaan. Diskus akan lebih menipis dan akan berpengaruh terhadap pergerakan sendi
tulang belakang.
Lantas apa keluhan yang akan muncul akibat instabilitas tulang belakang lumbal?
Penderita instabilitas tulang belakang lumbal akan mengeluh nyeri punggung bawah (Low Back
Pain–LBP) yang menjalar ke pantat atau paha belakang bagian atas. Nyeri punggung ini akan
meningkat ketika penderita mengubah posisi dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri.
Kadang, dapat terjadi iritasi saraf akibat gerakan maju mundur dari tulang belakang kita.
Gerakan-gerakan tulang belakang ini diakibatkan ketidakstabilan tulang belakang yang pada
akhirnya akan membuat kanal saraf menyempit. Gejala iritasi saraf adalah adanya nyeri yang
menjalar ke kaki bagian bawah.
Apakah ada penyebab lain untuk instabilitas tulang belakang lumbal?
Salah satu penyebab instabilitas tulang belakang lumbal adalah deformitas congenital (dysplatic)
dimana tulang belakang lumbal dan sacral tidak terbentuk dengan normal. Kasus ini cukup
jarang ditemui, tetapi biasanya muncul pada anak usia dibawah 10 tahun. Postur punggung
tampak aneh, dan ditemukan pelambatan (delay) ketika jalan. Maka sebaiknya orang tua dapat
segera mengenali kelainan yang tampak dari postur punggungnya dan segera dilakukan
pemeriksaan. Selain deformitas congenital, instabilitas tulang belakang lumbal bisa disebabkan
oleh tumor, infeksi, dan fraktur. Kasus-kasus ini akan berkaitan dengan prosedur bedah tulang
belakang.
Bagaimana dokter bisa mengetahui terjadinya instabilitas tulang belakang lumbal?
Figure 4 Defek (fraktur) Pars Interarticularis Pada Xray Tulang Belakang Lumbal Ditunjukkan Dengan Anak
Panah Hijau. Defek Menyebabkan Spondylolisthesis.
Instabilitas tulang belakang lumbal dapat dideteksi dengan pemeriksaan rontgen (Xray)
sederhana. Bila instabilitas derajat ringan, maka teknik Xray tulang belakang lumbal dengan
fleksi dan ekstensi.Xray tulang belakang lumbal lebih unggul dalam mendeteksi instabilitas
tulang belakang dibandingkan MRI. Namun pemeriksaan MRI diperlukan pada kasus-kasus
dimana melibatkan jaringan lunak seperti diskus, sendi, dan saraf untuk menegakkan diagnosis.
Bagaimana terapi instabilitas tulang belakang lumbal?
Instabilitas tulang belakang lumbal dapat dilakukan terapi stabilitas tulang belakang. Tulang
belakang dapat stabil bila ditopang otot-otot punggung yang kuat, maka fisioterapi dan latihan
penguatan otot menjadi kunci utama. Mayoritas penderita dapat mengalami progres yang bagus
dalam hal intensitas dan frekuensi keluhan dengan metode ini. Operasi dapat dilakukan, tetapi
sebaiknya dilakukan apabila keluhan tidak membaik setelah terapi konservatif (non-operatif), dan
mengganggu aktifitas sehari-hari.
Instabilitas tulang belakang lumbal yang disebabkan kelainan congenital, tumor, infeksi, fraktur,
dan operasi tulang belakang sebelumnya, akan lebih baik bila dilakukan pemeriksaan lanjutan
untuk operasi.
Figure 5 Foto Klinis Preoperative Dan 3-Bulan Postoperative Menggambarkan Hasil Koreksi Kosmetik Yang
Baik Dan Restorasi Profil Sagital Pada Anak Dengan Congenital Spondylolisthesis
SKOLIOSIS
Skoliosis adalah gangguan berbentuk lengkungan menyamping pada tulang belakang yang
awalnya tegak lurus. Apabila dilihat tampak belakang, tulang belakang pada penderita skoliosis
akan terlihat seperti huruf “S” atau “C”, sedangkan tulang belakang yang normal terlihat seperti
huruf “I”. Skoliosis biasanya mempengaruhi dua kelompok usia: anak-anak atau
remaja dan orang tua.
Figure 1 Skema skoliosis [ sumber:http://essentialsomatics.files.wordpress.com/2010/06/skoliosis1.jpg]
Figure 2 Skoliosis tampak Xray
[ sumber:http://kidshealth.org/kid/health_problems/bone/images_91980/1099931628384.skoliosis_back.gif]
Kok bisa terjadi skoliosis ya Dok?
Skoliosis dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kongenital, degeneratif, dan
idiopatik.Skoliosis kongenital adalah kondisi dimana terjadi defek pada tulang belakang yang
mengalami kelainan perkembangan. Defek ini dapat terjadi pada dua kondisi yaitu defek
segmentasi dan defek formasi. Penyebab defek ini belum
diketahui. Skoliosis degeneratif adalah kondisi dimana terjadi trauma (kecelakaan maupun
penyakit) yang menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang.
Skoliosis idiopatik adalah skoliosis yang paling sering ditemukan dimana penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik). Penelitian banyak dilakukan untuk menemukan penyebab skoliosis tetapi
belum ada hasil yang memuaskan. Bukti kuat menyebutkan skoliosis adalah kondisi tulang
belakang yang diturunkan.
Penderita skoliosis 60% adalah perempuan, dan 40% laki-laki. Hal ini juga belum diketahui
penyebabnya.
Figure 3 Defek tulang belakang pada skoliosis kongenital
[ sumber: http://www.uptomed.ir/Digimed.ir/nelson-textbook-of-pediatrics-18th-edition/
Nelson_Textbook_of_Pediatrics__18th_Edition/HTML/f4-u1.0-B978-1-4160-2450-7..50680-0..gr3.jpg ]
Wah kalau skoliosis kongenital ternyata cukup berat ya Dok?
Oke, kita bicarakan skoliosis kongenital dahulu ya. Skoliosis kongenital berbeda penanganan
dengan skoliosis idiopatik yang akan kita bicarakan. Tetapi karena itu perlu diwaspadai dan
dideteksi secara dini. Kenapa? Karena meskipun sangat jarang (angka kejadian 1 dalam 10.000)
bila ditangani segera prognosisnya baik. Hal ini dikarenakan progres penyakitnya berbeda
dengan skoliosis idiopatik. Skoliosis kongenital memiliki kelainan struktur tulang, maka setiap
pertumbuhan tulang akan memperbesar kurva skoliosis. Hanya sebagian kecil (1-2%) yang
membaik. 2.5% tidak mengalami progres yang signifikan. Sisanya justru progres memburuk.
Karena itu skoliosis kongenital harus melakukan Xray setiap 6 bulan sekali untuk memastikan
progresifitas skoliosis.
Lantas penanganannya bagaimana Dok?
Begitu ada tanda progres skoliosis, maka saat itu penanganan harus dilakukan. Dan
penanganannya pun berbeda dengan skoliosis idiopatik dimana brace atau korset bisa menahan
progresifitas skoliosis. Penanganan skoliosis kongenital adalah operasi. Dan biasanya
membutuhkan lebih dari satu kali operasi.
Ingat, bila ada kelainan kongenital biasanya tidak hanya satu. Maka kita harus waspadai adanya
kelainan kongenital lainnya. Kodenya adalah VACTERL.
V – Vertebral anomalies;
A – Anal atresia;
C – Cardiovascular anomalies;
TE – Tracheoesophageal fistula;
R – Renal and/or radial anomalies;
L – Limb defects.
Oke Dok. Kalau skoliosis idiopatik bagaimana Dok?
Kita mulai dari tandadan gejala. Skoliosis memiliki tanda yang khas, yaitu tidak sama tinggi
pundak, pinggang, dan pinggul. Pada beberapa penderita juga ditemukan penonjolan tulang
scapula di satu sisi (entong-entong). Tanda ini biasanya baru muncul saat pertumbuhan tulang
terpacu pada usia 9-15 tahun. Gejala yang muncul biasanya tidak terlalu dirasakan di awal.
Tetapi kian lama, penderita sering merasa lelah, nyeri punggung, tidak nyaman saat berada pada
satu posisi dalam waktu yang lama.
Lantas apa yang bisa dilakukan bila muncul tanda skoliosis?
Pastikan bahwa itu skoliosis melalui Xray. Xray akan menunjukkan berapa derajat kurva skoliosis
yang dialami. Pemeriksaan seperti MRI dan CT scan diperlukan bila dokter mencurigai adanya
penyakit lain yang menyebabkan skoliosis, seperti tumor.
Figure 4 Tanda skoliosis
[ sumber: http://www.skoliosis-australia.org/images/girl_diagram.jpg ]
Penanganan skoliosis bagaimana Dok?
Penanganan skoliosis pada dasarnya dibagi menjadi tiga: observasi, brace, dan operasi.
Pemilihan metode terapi ini dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah jenis kelamin.
Perempuan lebih besar risiko progres skoliosis dibandingkan laki-laki. Jenis kurva juga
berpengaruh, yaitu kurva S memiliki kemungkinan lebih besar untuk memburuk dibandingkan
dengan kurva C. Lokasi kurvaberpengaruh karena skoliosis dengan kurva di bagian tengah
(vertebra torakal) prognosisnya akan lebih buruk.
Maturitas memiliki pengaruh karena jika pertumbuhan tulang berhenti, maka risiko skoliosis
memburuk sangat kecil. Maturitas ini diukur dengan menggunakan skor Risser. Skor risser
sering digunakan untuk mengetahui maturitas tulang anak (berapa pertumbuhan yang masih
bisa terjadi). Mengetahui skor risser melalui Xray tulang pelvis sehingga didapatkan skor antara
0-5. Skor 0-1 adalah pertumbuhan tulang sangat cepat, bermakna derajat kurva skoliosis bisa
semakin besar. Skor risser 4-5 bermakna pertumbuhan tulang berhenti dan besar kurva skoliosis
tidak bertambah. Biasanya dikombinasikan dengan Besar kurva (COBB angle). Besar kurva
mempengaruhi metode penanganan skoliosis.
Figure 5 Sistem Skor Risser menunjukkan maturitas tulang melalui apofisis tulang iliaka
[ sumber:http://www.srs.org/professionals/conditions_and_treatment/adolescent_idiopathic_skoliosis/
graphics/ossification_of%20the_iliac_apophysis_creates_Risser_sign.jpg]
Brace atau korset digunakan untuk memperlambat progres skoliosis. Korset tidak akan memperkecil kurva skoliosis atau bahkan menyembuhkan skoliosis. Korset dapat dilepas bila pertumbuhan tulang berhenti, yaitu sekitar dua tahun setelah menstruasi, atau tidak ada pertambahan tinggi badan yang signifikan.
Fisioterapi diperlukan untuk mengurangi nyeri punggung dan keluhan mudah capek. Setiap
pasien skoliosis memiliki karakteristik kurva skoliosis yang berbeda-beda, oleh karena itu metode
fisioterapi yang diberikan pun sangat personal. Latihan diperlukan untuk menguatkan otot,
sehingga keterbatasan aktifitas dapat ditekan seminimal mungkin, dan kualitas hidup penderita
meningkat.
Figure 6 Salah satu jenis Brace atau korset yang didesain khusus untuk penderita skoliosis bertujuan untuk
memperlambat progres skoliosis
[ sumber:http://www.mayoclinic.com/images/image_popup/r7_skoliosisbrace.jpg ]
Apa yang dapat terjadi bila skoliosis memburuk, Dok?
Beberapa kondisi dimana skoliosis yang bertambah parah harus diwaspadai. Selain merusak
postur tubuh dan memperburuk penampilan, kelainan ini juga akan mengakibatkan penyakit
sendi akibat degeneratif, gangguan keseimbangan otot seperti nyeri otot kronis, mudah lelah dan
kelemahan otot, gangguan sistem kerja tubuh seperti nafas jadi sesak karena ruang paru
menyempit tertekan tulang dan sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak
tulang.
Bila skoliosis memburuk dibutuhkan penanganan operasi secepatnya agar tidak terjadi
komplikasi pada organ lain. Operasi ini dapat memperkecil kurva skoliosis dan mencegah progres
skoliosis. Pada umumnya, skoliosis membutuhkan prosedur operasi lebih dari satu kali.
Figure 7 Xray penderita skoliosis pre dan post operasi
[ sumber:http://www.mayoclinic.com/images/image_popup/mcdc