IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella
typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN
MINANG JALAN MELATI RAYA
KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
DANIEL SILABAN
1701012160
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella
typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN
MINANG JALAN MELATI RAYA
KOTA MEDAN
SKRIPSI
Dijaukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
OLEH :
DANIEL SILABAN
1701012160
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah Diuji Pada Tanggal : 17 September 2019
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Leny, S.Farm., M.Si., Apt
Anggota : 1. Jacub Tarigan Drs., M.Kes., Apt
2. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Daniel Silaban
Tempat/Tanggal Lahir : Pantai Buaya, 13 Maret 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 5 (Lima)
Alamat : Jl. Budi Luhur (Kapten Muslim) Gg. Lestari No.10
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Haposan Silaban
Pekerjaan : Tani
Nama Ibu : Nuraini Br. Tobing
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kota Batak, Des. Pantai Cermin, Kab. Kampar,
Riau
Riwayat Pendidikan
2001-2007 : SD Negeri 013 Mukti Sari
2007-2010 : SMP Swasta Santo Thomas 4 Medan
2010-2013 : SMA Negeri 1 Tapung
2013-2016 : D3 Analisa Farmasi dan Makanan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
2017-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
i
ABSTRAK
IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella
typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN
MINANG JALAN MELATI RAYA
KOTA MEDAN
DANIEL SILABAN
1701012160
Program Studi Sarjana Farmasi
Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditif hortikultura
yang banyak dikonsumsi masyarakat. Daun selada kaya akan antioksidan seperti
betakaroten, folat dan lutein serta mengandung indol yang berkhasiat melindungi
tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan
organ-organ pencernaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah
Makan Minang jalan Melati Raya kota Medan.
Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
MPN (Most Probable Number) SNI-1992, Metode ini terdiri dari tiga tahap
pengujian yaitu uji praduga (presumtive test), uji penegasan (confirmed test), dan
uji pelengkap (complete test). Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan
sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme
yang pas atau sesuai. Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi
pertumbuhan tabung positif jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda
adanya gas di dalam tabung durham.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari delapan sampel yang di telah uji
terdapat 2 sampel positif tercemari yaitu sampel C dan sampel E tercemari bakteri
Escherichia coli dan tidak ada satupun dari delapan sampel yang di uji yang
tercemari bakteri Salmonella typhi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari delapan sampel selada terdapat
dua sampel positif tercemari bakteri Escherichia coli dan tidak ada satupun
sampel selada yang tercemari bakteri Salmonella typhi yang diatur dalam
peraturan SNI ISO 21527-2:2012.
Kata kunci : Selada, Escherichia coli, Salmonella typhi.
ii
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Identifikasi Bakteri
Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah
Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan” yang disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Farmasi di Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
Selama Proses penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.kes., M.sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan.
3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes selaku wakil Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan
5. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.si.,Apt., Selaku Dekan Falkultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
7. Leny, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.
8. Jacub Tarigan, Drs., M.Kes., Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Skripsi ini.
iv
9. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt selaku Dosen Penguji yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan saran, kritik dan arahan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
10. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan
Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
11. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda dan Ibunda serta saudara – saudara
tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan
doa kepada penulis.
12. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesain skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Skripsi ini dan demi peningkatan mutu
penulisan Skripsi di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.Amin.
Medan, September 2019
Penulis
Daniel Silaban
NIM 1701012160
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 4 1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................ 4 1.4. Tujuan Penelitian ................................................................ 4 1.5. Manfaat Penelitian .............................................................. 4 1.6. Kerangka Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
2.1. Selada (Lactuca satiya L.) .................................................. 6 2.1.1. Morfologi Tanaman Selada ....................................... 7 2.1.2. Taksonomi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) ...... 8 2.1.3. Manfaat Tanaman Selada .......................................... 9
2.2. Bakteri Pada Makanan ........................................................ 10 2.3. Bakteri ................................................................................. 11 2.4. Bakteri Escherichia coli ...................................................... 13
2.4.1. Morfologi dan Taksonomi ......................................... 13 2.4.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli .......................... 15 2.4.3. Patogenitas Escherichia coli ...................................... 15
2.5. Bakteri Salmonella typhi ..................................................... 16 2.5.1. Morfologi Salmonella typhi ...................................... 18
2.6. Metode MPN (Mot Probable Number) ................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 22
3.1. Rancangan Penelitian .......................................................... 22 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 22
3.2.1. Waktu Penelitian ....................................................... 22 3.2.2. Tempat Penelitian ...................................................... 22
3.3. Sampel Penelitian ............................................................... 22 3.4. Alat dan Bahan .................................................................... 22
3.4.1. Alat ............................................................................ 22 3.4.2. Bahan ......................................................................... 23
3.5. Prosedur Penelitian ............................................................. 23
vi
3.5.1. Sterilisasi Alat ........................................................... 23 3.5.2. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium ........................ 23
3.6. Pengujian MPN ................................................................... 30 3.7. Prosedur Salmonella typhi .................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 33
4.1. Hasil ..................................................................................... 33 4.2. Pembahasan ......................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 36
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 36 5.2. Saran .................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................... 39
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan gizi selada dalam tiap 100 g ....................................... 9
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Escherichia coli .................................................. 33
Tabel 4.2 Hasil pengujian Salmonella typhi .................................................. 34
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Selada ........................................................................ 6
Gambar 2.2 Struktur sel bakteri ................................................................... 11
Gambar 2.3 Perbedaan Bakteri Gram Negatif (a) dan Gram Positif (b) ...... 12
Gambar 2.4 Morfologi Escherichia coli ....................................................... 13
Gambar 2.5 Escherichia coli ........................................................................ 14
Gambar 2.6 Salmonella typhi ....................................................................... 16
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Proses Escherichia coli ............................................................. 39
Lampiran 2 Media dan alat penelitian .......................................................... 41
Lampiran 3 Media penelitian ....................................................................... 42
Lampiran 4 Hasil Media EMB agar ............................................................. 46
Lampiran 5 Hasil positif pada media ........................................................... 49
Lampiran 6 Proses Salmonella Typhi ........................................................... 50
Lampiran 7 Sampel dalam Media ................................................................ 52
Lampiran 8 Hasil dalam media .................................................................... 53
Lampiran 9 Hasil Identifikasi Tanaman Selada ........................................... 54
Lampiran 10 Surat Balasan Izin Penelitian .................................................... 55
Lampiran 11 Hasil Penelitian ......................................................................... 56
Lampiran 12 Lembar Bimbingan Skripsi I .................................................... 64
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi II ................................................... 65
Lampiran 14 Tabel SNI ISO 21527–2:2012 Sayuran Beku .......................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap
saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi
tubuh. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan
masyarakat tanpa terkecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Makanan yang
menarik, nikmat, dan tinggi gizinya menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak
aman untuk dikonsumsi. Ini dapat disebabkan karena makanan bertindak sebagai
perantara atau untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain
penyebab penyakit (1).
Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peranan penting
dalam pembentukkan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan
menyebabkan makanan tidak layak untuk dimakan. Makanan yang aman adalah
makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri,
dan bahan kimia berbahaya. Karena itu kualitas kualitas makanan baik secara
bakteriologi, kimia dan fisik harus selalu diperhatikan (2).
Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, air, protein, lemak, serat,
dan asam amino, yang paling mudah didapatkan dengan harga terjangkau.
Mengkonsumsi sayur hijau secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit kronis
seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, stress, oksidatif, diabetes mellitus,
kelebihan berat badan, anemia dan sebagainya. Sayuran dalam bidang
hortikultura dapat diartikan sebagai bagian dari tunas, daun, buah, dan akar
2
tanaman yang lunak dan dapat dimakan secara utuh atau sebagian dalam keadaan
segar atau mentah (lalapan) atau dimasak, sebagai pelengkap pada makanan
berpati dan daging (3).
Semua jenis sayur pada umumnya memiliki kadar air tinggi, nutrisi,
pembentuk sifat basa, kaya akan vitamin dan mineral, rendah kalori, serta kaya
akan serat. Sayur yang segar dan bebas dari bahan-bahan kimia seperti pestisida
dipercaya sebagai makanan bergizi dan vital bagi kesehatan (4).
Lalapan adalah sayuran yang biasa disajikan beserta masakan Indonesia
dalam keadaan mentah. Lalap menyerupai salad yang banyak dijumpai pada
makanan barat, walau begitu ciri khas dari lalap yaitu sayur lalap tidak dimakan
bersama saus (dressing) atau bumbu-bumbu. Lalapan bermanfaat bagi kesehatan
karena mengandung zat gizi relatif tinggi seperti vitamin dan mineral yang sangat
dibutuhkan tubuh. Sayuran yang sering digunakan sebagai lalapan di warung
makan meliputi timun, kemangi, selada, kacang, kubis, dan tomat (5).
Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditif hortikultura
yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat
karena tekstur dan warna yang membuat makanan menjadi menarik sehingga
mampu menambah selera makan. Konsumsi selada di Indonesia pada tahun 2005
ialah 35,30 kg/kapita/tahun (6). Daun selada kaya akan antioksidan seperti
betakaroten, folat dan lutein serta mengandung indol yang berkhasiat melindungi
tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan
organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang dikandungnya menjadikan
3
tanaman selada multikhasiat. Selada juga dapat berfungsi sebagai obat pembersih
darah, mengatasi batuk, radang kulit, sulit tidur serta gangguan wasir (5)
Nilai gizi selada memang lebih baik dari pada sayuran matang, tetapi
resiko untuk tertular bakteri penyakit jauh lebih besar karena lalapan selada tidak
dimasak terlebih dahulu Natalia, 2014. Banyak factor yang dapat menjadi
kontaminan sayuran mentah yaitu seperti pestisida dan mikroba patogen dari
tanah tempat tanaman tersebut tumbuh, terutaman sayuran yang berkontak
langsung dengan tanah seperti sayuran selada. Penggunaan air dari irigasi yang
tercemar dan penggunaan pupuk kandang atau kotoran manusia sebagai pupuk
sayuran beresiko terhadap kontaminasi oleh mikroorganisme seperti Escherichia
coli yang dapat menyebabkan wabah penyakit. Bakteri yang menyebabkan diare
atau foodborne diease masuk melalui berbagai cara yaitu oral, lingkungan yang
tercemar, makanan dan lain-lain sehingga kondisi seperti ini sangatlah tergantung
dengan pedagang, bagaimana pedagang tersebut tetap mempertahankan
kehigenisan makanan yang dijualnya agar tidak terkontaminasi (7).
Kontaminasi sering berada pada makanan adalah Escherichia coli yang
menyebabkan diare. Diare merupakan penyakit yang menjadikan seseorang buang
air besar dengan tekstur lunak bahkan berupa air saja dalam jangka waktu sedikit
namun terjadi lebih dari 3 kali. Syarat utama dalam menentukan kiualitas
makanan yang baik adalah dengan meninjau ilmu sanitasi karena secara langsung
maupun tidak langsung lingkungan kita berhubungan dengan mengelolah atau
menyediakan makanan (8).
4
Penelitian (9), di Medan, dari 10 sampel sayuran segar yang diuji dapat
diketahui bahwa semua sampel positif mengandung Escherichia coli. Keberadaan
bakteri E.coli dijadikan sebagai indikator pencemaran air oleh tinja manusia yang
menandakan bahwa sayuran segar tercemar oleh bakteri.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah terdapat bakteri Escherichia coli dan Salmonella
typhi pada lalapan selada di Rumah Makan Padang jalan Melati raya kota Medan?
1.3. Hipotesis Penelitian
Di dalam Lalapan Selada di Rumah Makan Padang jalan Melatih Raya
kota Medan terkandung bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri
Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah Makan
Padang jalan Melati Raya kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi baru kepada
masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tercemari bakteri, dan
sebagai masukan dan pengalaman bagi penulis kedepannya.
5
1.6. Kerangka Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Lalapan Selada Most Probable Number
Escherichia Coli
Salmonella Typhi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Selada (Lactuca sativa L)
Selada adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae. Sebagian
besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang
populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan
makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat dibudidayakan di
daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi
yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik. Tanaman selada di daerah
pegunungan dapat membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah
dataran rendah, daun selada terbentuk krop kecil dan berbunga (10).
Gambar 2.1 Tanaman Selada
Selada tumbuh baik pada tanah yang subur, banyak mengandung humus
dan remah dengan pH tanah yang diinginkan antara 5-6,5. Daerah yang sesuai
untuk penanaman selada berada pada ketinggian 500-2.000 Meter di atas
7
permukaan laut (Pracaya, 2004). Suhu optimun bagi pertumbuhan selada adalah
15-25o
C (Aini dkk, 2010). Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan,
walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan
atau penyiraman yang cukup (11).
2.1.1. Morfologi Tanaman Selada
Selada secara umum dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan
perbedaan dalam bentuk, tekstur, dan warna yaitu, jenis selada kepala (head
lettuce), selada rapuh (cos lettuce), selada daun (leaf lettuce), dan selada batang
(sten lettuce). Secara umum selada yang berkualitas bagus memiliki rasa yang
tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah, tampilan fisik menarik serta
kandungan seratnya rendah. Daerah-daerah yang ditanami selada terletak pada
ketinggian 400-2.200 m di atas permukaan laut dengan derajat keasaman tanah
6,5-7 (11). Morfologi pada selada antara lain :
1. Akar
Akar yang dimiliki oleh tanaman selada adalah akar tunggang dan serabut.
Akar tunggang tersebut tumbuh ke dalam tanah lurus cukup, sedangkan
akar serabutnya menempel pada batang selada kemudian menyebar,
tumbuh hingga sekitar 20 cm- 50cm. Juga mudah tumbuh dengan baik
pada tanah subur, mudah menyerap air dan gembur.
2. Batang
Batang pada selada merupakan batang sejati, yang membentuk crop dan
tidak membentuk crop. Batang tersebut pendek dan hampir tidak terlihat
8
pada bagian dasar di dalam tanah. Batang yang dimiliki selada memiliki
sifat kokoh, tegap, serta kuat berdiameter antara 2-7 cm.
3. Daun
Bentuk daun selada keriting adalah bulat panjang bergerigi atau panjang
dengan warna hijau muda, terang, dan merah. Tangkai pada daun selada
lebar dan tulang daunnya menyirip yang mana setiap tangkainya kuat dan
juga halus. Daun selada memiliki sifat lunak dan renyah serta memiliki
rasa manis ketika di makan. Daun selada tersebut memiliki ukuran sekitar
20-25 cm panjangnya sedangkan lebarnya 15 cm.
4. Bunga
Bunga tanaman selada berwarna kuning yang tumbuh dalam satu
rangkaian secara lengkap.
5. Biji
Biji yang dimiliki oleh selada termasuk ke dalam biji berkeping dua yang
berbentuk lonjong pipih, agak keras, berbulu dan memiliki warna cokelat
tua serta berukuran sangat kecil sekitar 4 mm panjangnya dan 1 mm
lebarnya.
2.1.2. Taksonomi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Kedudukan tanaman selada dalam sistematik tumbuhan adalah sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
9
Famili : Compositae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L
2.1.3. Manfaat Tanaman Selada
Selada memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan tubuh. Beberapa
kandungan serat dan vitaminnya dapat memberikan suplai nutrisi bagi tubuh.
Mengonsumsi daun selada segar dapat mencegah panas dalam, melancarkan
metabolisme, membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah kulit menjadi
kering, dan dapat mengobati insomnia. Menurut Supriati 2014, kandungan gizi
yang terdapat pada selada adalah serat, provitamin A (karotenoid), kalium, dan
kalsium (12).
Kandungan gizi selada dalam setiap 100 g disajikan pada Tabel 1.
Menurut (13). Selada sangat baik untuk dikonsumsi karena memiliki manfaat
untuk kesehatan yaitu untuk memperlancar pencernaan serta dapat berfungsi
sebagai obat penyakit dalam.
Tabel 2.1. Kandungan gizi selada dalam tiap 100 g
Nilai Gizi Komposisi Satuan
Kalori 17,00 Kalori
Protein 1,70 G
Lemak 0,30 G
Karbohidrat 3,00 G
Kalsium 182,00 Mg
Fosfor 27,00 Mg
Zat besi 2,50 Mg
Vitamin A 2,42 SI
Vitamin B1 0,08 Mg
Vitamin C 50,00 Mg
Air 94,80 G
Sumber : (13).
10
Sebagian besar selada dikonsumsi mentah dan merupakan komponen
utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi
karbohidrat dan protein rendah (11).
2.2. Bakteri Pada Makanan
Makanan yang terkontaminasi dengan keadan suhu dan waktu yang cukup
serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikroorganisme atau kuman
penyakit, maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman
untuk berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan aspek higenis makanan atau
minuman. Penyakit yang berhubungan dengan unsur makanan atau minuman
lazim disebut sebagai water and food borne disease. Penyakit yang ditularkan
oleh mikroorganisme yang ada pada makanan/minuman tersebut biasanya berupa
penyakit infeksi (14).
Mikroorganisme yang tumbuh didalam makanan dapat mengubah
makanan tersebut menjadi zat-zat organik yang berkurang energinya. Didalam
perubahan tersebut bakteri memperoleh energi yang dibutuhkannya. Akan tetapi
ada beberapa spesies yang hasil metabolismenya merupakan eksotoksin yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika toksin itu masuk dalam alat pencernaan
manusia, maka akan timbul gejala-gejala keracunan seperti sakit perut, muntah-
muntah, dan diare (15).
Mikroorganisme yang menyebabkan gastroentoritis (peradangan diperut
dan usus) akut dipindah sebarkan lewat makanan tercemar yang dimakan.
Makanan yang selalu dikonsumsi hampir selalu dicemari berbagai
11
mikroorganisme, tetapi biasanya tidak menjadi infeksi atau keracunan, atau
karena mikroorganisme yang mencemari makanan tersebut masih dalam jumlah
yang sedikit. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam makanan kita
beragam spesiesnya. Mikroorganisme ini tidak hanya hinggap pada makanan
mentah atau yang sudah dimasak, berikut mikroorganisme yang mengontaminasi
makanan (16).
1. Staphylococcus SP
2. Bacillus cereus
3. Colstridium botulinum
4. Vibrio parahaemolyticus
5. Escherichia coli SP
6. Comphylobacter
7. Salmonella
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. 16 Tahun
2016 tentang kriteria Mikrobiologi dalam pangan olahan Sayur, Kacang dan Biji-
Bijian Beku , Escherichia coli pada Sayur batas mikroba 1 dan
12
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata Bacterion yang berarti
batang kecil. Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu prokariotik yang
hidup bebas dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan sperti di udara, tanah,
debu, air, serta hidup di dalam tubuh tumbuhan, hewan atau manusia.
Untuk memahami beberapa kelompok organisme diperlukan klasifikasi,
hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada dinding sel
bakteri, sehingga dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempertahankan
zat warna kristal violet sewaktu pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah
bila diamati dengan mikroskop. Dan, bakteri gram positif akan berwarna ungu.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang
dilapisi peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikan
tipis (17).
(a) (b)
Gambar 2.3. Perbedaan Bakteri Gram Negatif (a) dan Gram Positif (b).
Bakteri yang termasuk ke dalam bakteri gram positif di antaranya
Staphylococcus, Streptococcus, Enterococcus, Bcillus, Corynebacterium,
Nocardia, Clostridium, Actinobacteria, Listeria. Sedangkan bakteri yang
13
termasuk ke dalam bakteri gram negatif jenis-jenisnya, yaitu : Enterobactericeae
(Escherichia coli, Salmonella, Shigella), Pseudomonas, Moraxella, Helicobacter,
Stenotrophomas, Bdellovibro, Bakteri asam laknat, Legionella, Cyanobacteria,
Sprichaeta, Gren sulfur & non-sulfur bacteria, Alpha-proteobacteria (18).
2.4. Bakteri Escherichia coli
2.4.1. Morfologi dan Taksonomi
Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di saluran pencernaan
manusia maupun hewan. Escherichia coli merupakan bakteri anaerobik fakultatif
yang dapat tumbuh pada keadaan aerob maupun anaerob, bakteri yang tergolong
dalam anaerob fakultatif merupakan bakteri patogen yang sering dijumpai,
Escherichia coli memiliki bentuk batang pendek (coccobasil) dengan ukuran 0,4-
0,7 µm x 1,4 µm, bersifat motil (dapat bergerak), tidak memiliki nukleus, organel
eksternal maupun sitoskeleton tetapi memiliki organel eksternal yakni vili yang
merupakan filamen tipis dan lebih panjang.
Gambar. 2.4. Morfologi Escherichia coli
14
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif bersifat anaerob
fakultatif dan tidak dapat membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup pada berbagai
substrat dengan melakukan fermentasi anaerobik menghasilkan asam laknat,
suksinat, asetat, etanol, dan karbondioksida. Escherichia coli termasuk famili
Enterobacteriaceae, bentuknya batang atau koma, terdapat tunggal atau
berpasangan dalam rantai pendek. Memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7
um, lebar 0,4-0,7 µm (19).
Gambar 2.5. Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proterobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Euteroatericea
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri yang
suhu pertumbuhan optimumnya 15-45oC dan dapat hidup pada pH 5,5-8.
15
Escherichia coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 37oC. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hawa, et al., (2011), Escherichia coli memiliki suhu
maksimum pertumbuhan 40-45oC, di atas suhu tersebut bakteri akan mengalami
inaktivasi. Penentuan serotif bakteri Escherichia coli berdasarkan antigen dinding
sel (O), kapsular (K), dan flagela (H). Diperkirakan terdapat 173 antigen O, 80
antigen kapsular, 56 antigen H yang telah diisolasi (20).
2.4.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh berlebihan jika mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri seperti, daging mentah, lalapan sayuran
yang tidak bersih pencuciannya, daging yang tidak sempurna pengolahananya,
susu, ataupun feses yang tercemar dalam pangan atau air, bakteri Escherichia coli
dapat menjadi patogen jika kandungan dalam jumlah yang banyak. Bakteri
Escherichia coli yang patogen dapat tumbuh pada suhu rendah yaitu sekitar 7oC
dan juga suhu tinggi yaitu sekitar 44oC tetapi pertumbuhan Escherichia coli lebih
optimal pada suhu antara 35oC-37
oC pH optimum 7-7,5,. Selain itu, bakteri
Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif terhadap panas, dan
akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan dengan suhu yang relatif
tinggi (20).
2.4.3. Patogenitas Escherichia coli
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus. Escherichia coli
berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,
asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli termasuk
16
ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat organik yang
dibutuhkannya.
Escherichia coli menjadi patogen, jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada diluar usus. Escherichia coli menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli
berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel
(21).
2.5. Bakteri Salmonella typhi
Salmonella termasuk dalam family Enterobacteriaceae yang kemudian
dikelompokkan menjadi salmonella typhi dan salmonella paratyphi. Pertumbuhan
terjadi antara suhu 4°-47°C (optimal pada suhu 37°C) dengan pH minimum 4.
Bakteri ini bersifat parasit dan patogenik bagi banyak hewan dan manusia (22).
Gambar 2.6. Salmonella typhi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriakceae
17
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi
Salmonella typhi adalah bakteri penyebab salmonellosis yang merupakan
penyakit serius di Indonesia dan masih bersifat endemis. Hal ini terjadi karena
kendala dalam kelompok gambaran klinis, diagnose dan pengobatannya. Penyakit
ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit dan juga mempunyai
angka kematian yang cukup tinggi, yaitu 1-5% dari penderita (23).
Bakteri Salmonella typhi ditularkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang penderita demam typoid.
Bakteri ini akan masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman kemudian
hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia,
tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan
dan jumlah yang masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus
halus. Kemudian bakteri berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat
merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin yang merangsang
terjadinya gejala demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang,
sakit perut, gangguan buang air besar (25).
Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut,
dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual
dan muntah-muntah. Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus
(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi (26).
18
2.5.1. Morfologi Salmonella typhi
Bentuk dari bakteri Salmonella typhi adalah batang, tidak berspora, ukuran
103,5 µm x 0,5-0,8 µm, besarnya koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagela
peritrikh. Bakteri ini memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk
gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Sebagian besar isolat
Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S (26).
Isolat Salmonella typhi pada media BSA (Bismuth Sulphite Agar) ketika
suhu 37oC maka menunjukkan koloni yang tampak cembung, transparan dan
memiliki bercak hitam dibagian pusat Bakteri Salmonella typhi akan mati pada
suhu 60°C selama 15-20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan khorinasi
(27).
2.6. Metode MPN (Most Probable Number)
Metode MPN adalah singkatan dari Most Probale Number yaitu jumlah
perkiraan terdekat. Pemeriksaan bakteri Coliform dapat menggunakan metode
MPN (Most Probable Number). Pada metode ini menggunakan medium cair di
dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung
yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan, dan terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung
durham) yang di letakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk
gas. Untuk setiap pengenceran padan umumnya digunakan menunjukkan
ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak
(28).
19
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam sampel yang bebentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel
yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel
tersebut. Kelompok jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga
bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan (15).
Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai.
Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif
jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda adanya gas di dalam tabung
durham. Semakin besar jumlah sampel yang di masukkann (semakin rendah
jumlah pengenceran yang dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang
muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.
Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tegantung dengan
probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media.
Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)
atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel
sebelum diencerkan (29).
Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit pembentuk
koloni dalam sampel. Satuan umumnya digunakan, umumnya per 100 mL atau
per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya
dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada
20
setiapn gramnya. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95% sehingga pada
setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN tertinggi dan terendah (15).
Pada metode MPN terdapat tiga kali pengujian, yaitu:
1. Uji Praduga
Uji praduga merupakan uji kuantitatif Coliform menggunakan metode
MPN. Tes praduga dapat menunjukkan adanya bakteri Coliform berdasarkan dari
terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan coli. Tingkat kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya
gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan positif jika terbentuknya gas
sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Kandungan
bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang
menunjukkan reaksi positif tebentuknya asam dan gas dibandingkan dengan tabel
MPN (30).
2. Uji Penegasan
Tabung positif yang didapatkan dari uji praduga dilanjutkan dengan uji
penegas. Sampel positif yang menunjukkan gas diinokulasikan pada media
Brillian Green Lactose Broth, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Apabila dihasilkan gas, maka uji penegasan ini dinyatakan positif. Pernyataan
hasil dari uji MPN Coliform ini yaitu jumlah tabung yang positif gas dicatat dan
dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah
bakteri coliform dalam tiap gram/mL sampel diuji (31).
21
3. Uji Pelengkap
Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni bakteri pada
medium agar dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
35oC. Agar yang digunakan adalah EMB agar. Pembenihan pada media agar ini
mengakibatkan media agar menjadi berwarna merah menyala dikarenakan adanya
pertumbuhan bakteri Escherichia coli (32).
MPN cocok untuk sampel dengan konsentrasi mikroorganisme rendah
khususnya dari jenis sampel air, susu, atau makanan terutama yang memiliki
partikel-partikel yang larut didalamnya. Partikel-partikel tersebut dimungkinkan
mampu mempengaruhi keakuratan perhitungan bakteri jika menggunakan metode
penanaman pada cawan petri dan metode lainnya. Hal ini dikarenakan sel bakteri
yang terpisah dapat mengelompok pada partikel makanan dan mungkin tidak
terpisah pada proses homogenisasi dalam pengenceran bertingkat sehingga saat
diplating satu kumpulan tersebut menjadi satu koloni dan membuat data plate
count menjadi bias. Metode MPN dapat mengeliminasi kekurangan ini (34).
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) SNI-1992 .
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2019.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Jalan Sisingamangaraja No.24 Medan.
3.3. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah Lalapan Selada yang diambil dari delapan
Rumah Makan Minang yang berada di Jalan Melati Raya, Kota Medan.
3.4. Alat dan Bahan
3.4.1. Alat
Autoklaf, Oven, Inkubator, kulkas, Bunsen, Spatul, Sarung tangan steril,
Korek api, Blender, Timbangan, Tisu, Kapas, Aluminium Foil, Erlenmeyer 250
mL, Tabung reaksi, Beaker glass, Rak tabung, Pipet ukur, Pipet tetes, Bola
aspirator, Tabung durham, Kapas, Kawat ose.
23
3.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Lalapan Selada, Media
LB ( Laktosa Broth), PPW, EC Broth, EMB Agar, Indol, Mrpp,
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat yang akan digunakan dengan autoklaf. Semua alat glas yang
digunakan untuk pengujian ini dicuci, dibilas kemudian dikeringkan dan
dilakukan strerilisasi alat menggunakan media autoklaf.
3.5.2. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
Sampel dibeli dari Rumah Makan Minang di Jl Melati Raya kota Medan,
kemudian sampel yang dibeli dimasukkan kedalam plastik steril lalu diikat
menggunkan karet. Lalu sampel dimasukkan di lemari es dengan suhu 3oC
sehingga kondisi sampel tidak mengalami perubahan. Ketika sampel akan
digunakan sampel ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian dilakukan pengenceran
menggunakan media PPW.
Adapun proses pembuatan masing-masing media sebagai berikut:
1. Pembuatan Media LB
Untuk mendapatkan larutan Lactose Broth sebanyak 1000 mL diperlukan 13
gram Lactose Broth. Dalam penelitian dibutuhkan 2000 mL larutan LB untuk
30 tabung (10 mL per tabung) sebanyak 8 sampel, maka total diperlukan LB
sebanyak 26 gram.
a. Menimbang LB sebanyak 3,9 gram (untuk 1 sampel) menggunakan neraca
analitik
24
b. Melarutkan dengan aquadest 300 mL dalam erlenmeyer 500 mL dan
mengaduknya hingga homogen.
c. Menyiapkan tabung reaksi yang telah berisi tabung durham, dengan posisi
mulut terbalik atau menghadap ke dasar tabung reaksi.
d. Masukkan larutan LB ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet
volume, 10 mL tiap tabung.
e. Menutup mulut tabung reaksi dengan kapas yang telah di wraping dan
mengikatnya menjadi satu. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 121oC, 1 atm selama 15 menit.
2. Pembuatan Media BGLB
a. Dibersihkan meja kerja, kemudian disterilkan dengan alkohol
b. Timbangan neraca dibuat seimbang terlebih dahulu pada posisi nol
c. Kemudian disiapkan tabung reaksi yang di dalamnya sudah diisi dengan
tabung durham
d. Ditimbang media BGLB sebanyak 32 gram, dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquadest 800 mL, aduk sampai
homogen
e. Kemudian dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 mL, tutup dengan
kapas steril dan wraping.
f. Dimasukkan ke dalam keranjang dan ikat. Ditulis BGLB, tanggal dan
bulan pembuatan
g. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, setelah
selesai kemudian dinginkan.
25
3. Pembuatan Media Pengencer Peptone Water
a. Timbang 1 gram peptone
b. Lalu siapkan aquadest sebanyak 1 Liter
c. Larutkan media yang ditimbang ke dalam aquadest sampai homogen
d. Sterilkan media pada suhu 121oC selama 15 menit.
4. Pembuatan Eescherichia Coli (EC) broth
a. Timbang tryptone sebanyak 20 gram
b. Timbang lactose sebanyak 5 gram
c. Timbang Bile salts no. 3 sebanyak 1.5 gram
d. Timbang dipotassium hydrogen phosphate 4 gram
e. Timbang potassium dihydrogen phosphate 1,5 gram
f. Timbang natrium klorida 5 gram
g. Lalu siapkan 1 liter aquadest
h. Kemudian larutkan bahan-bahan diatas ke dalam aquadest. Jika perlu
panaskan bahan-bahan hingga benar-benar larut.
i. Tuangkan 10 mL ke dalam masing-masing tabung yang telah disi tabung
durham terbalik.
j. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.
5. Pembuatan media EMB Agar
a. Timbang peptone 10 gram
b. Timbang lactose 10 gram
c. Timbang K2HPO4 sebanyak 2 gram
d. EMB Agar 15 gram
26
e. Siapkan 1 Liter aquadest
f. Siapkan Eosine (Larutan 2% w/v) methylen blue sebanyak 20 mL
g. Larutan 0,25% w/v sebanyak 25 Ml
h. Kemudian larutakn bahan-bahan ke dalam aquadest sampai homogen,
panaskan hingga larut.
i. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.
6. Pembuatan Media Nutrient Agar
a. Timbang Beef extract 3 gram
b. Timbang peptone 5 gram
c. Timbang agar 15 gram
d. Siapkan 1 Liter aquadest
e. Larutkan bahan-bahan ke dalam aquadest, masukkan kedalam labu.
f. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.
7. Pembuatan Media Indole
a. Timbang tryptone 10 gram
b. Timbang NaCL 5 gram
c. Timbang DL-Tryptophane 1,0 gram
d. Siapkan aquadest 1 Litet
e. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest, atur pH 7,0
f. Sterilkan dalam autoklaf suhu 121OC selama 15 menit
8. Pembuatan Media TB (Tryptone Broth)
a. Timbang 10 gram tryptone
b. Larutkan ke dalam 1 Liter aquadest
27
c. Tuangkan setiap 5 mL ke dalam tabung
d. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit
9. Pembuatan Media MR-VP Medium
a. Timbang peptone 7 gram
b. Timbang glucose 5 gram
c. Timbang NaCl 30 gram
d. Timbang K2HPO4 sebanyak 5 gram
e. Siapkan 1 liter aquadest
f. Larutkan bahan-bahan ke dalam aquadest, atur pH 6,9
g. Masukkan 10 mL ke dalam tabung
h. Sterilkan selama 15 menit pada suhu 121oC
10. Pembuatan Media BSA (Bismuth Sulphite Agar)
a. Timbang peptone 10 gram
b. Timbang beef extract 5 gram
c. Timbang glucose 5 gram
d. Timbang disodium phosphate 4 gram
e. Timbang ferous sulphat 0,3 gram
f. Timbang bismuth sulphite, Bi3(SO3)3 8 gram
g. Timbang brilliant green 0,025 gram
h. Timbang agar 20 gram
i. Siapkan aquadest 1 liter
j. Campurkan bahan-bahan tersebut ke dalam aquadest lalu panaskan hingga
larut sempurna
28
k. Simpan di lemari pendingin selama 24 jam
11. Pembuatan Media XLD (Xylose Lysine Desoxycholate Agar)
a. Timbang yeast extract 3 gram
b. Timbang L-lysine 5 gram
c. Timbang xylose 3,75 gram
d. Timbang sukrosa 7,5 gram
e. Timbang sodium chloride 5 gram
f. Timbang phenol red 0,08 gram
g. Timbang agar 15 gram
h. Siapkan 1 liter aquadest
i. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest
j. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.
k. Lalu tambahkan larutan tiosuilfat-sitrat +100 mL aquadest dan 25 Ml
larutan Natrium disoksikolat. Lalu tuang ke dalam cawan petri steril.
12. Pembuatan Media HE (Hektoen Enteric ) agar
a. Timbang proteose peptone 13 gram
b. Timbang yeast extract powder 3 gram
c. Timbang lactose 12 gram, sucrosa 12 gram, galicin 2 gram
d. Timbang bile salt no. 3 sebanyak 9 gram
e. Timbang sodium chlorida 5 gram, sodium ferric citrate 1,5 gram
f. Timbang acid fuchsin 0,1 gram
g. Timbang bromthymol 0,065 gram, agar 15 gram
h. Siapkan 1 liter aquadest
29
i. Larutkan ke dalam aquadest aduk selama 10 menit. Panaskan tidak lebih
dari 1 menit hingga mendidih, aduk sampai agarnya larut.
j. Lalu dinginkan dan tuang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL
13. Pembuatan Media Urea Agar
a. Timbang peptone 1 gram, glucose 1 gram, NaCl 5 gram
b. Timbang KH2PO4 2 gram, phenol red 0,012 gram
c. Timbang agar 15 gram, siapkan 1 liter aquadest
d. Timbang urea 400 gram
e. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest, lalu sterilkan selama 20 menit suhu
121oC
14. Pembuatan Media TSIA ( Triple Sugar Iron Agar)
a. Timbang meat extract 3 gram, yeast extract 3 gram
b. Timbang peptone 20 gram, NaCl 5 gram
c. Timbang lactose , sucrose masing-masing 10 gram
d. Timbang glucose 1 gram
e. Timbang ferric citrate 0,3 gram
f. Timbang sodium thio sulphate 0,3 gram
g. Timbang Phnol red 0,024 gram
h. Timbang agar 12 gram, dan siapkan 1 liter aquadest
i. Larutkan bahan-bahan masukkan ke dalam tabung sebanyak 10 mL
j. Sterilkan selama 10 menit suhu 121oC
30
3.6. Pengujian MPN
Metode ini terdiri dari tiga tahap pengujian yaitu uji praduga (presumtive
test), uji penegasan (confirmed test), dan uji pelengkap (complete test).
1. Test Praduga (Presumtive Test)
Test praduga dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number)
menggunakan 3 seri tabung, adalah sebagai berikut:
a. Disiapkan 3 tabung LB (Lactose Broth) yang di dalamnya sudah diisi dengan
tabung durham dalam posisi terbalik
b. Sampel uji dikocok sampai homogen
c. Kemudian 3 tabung LB masing-masing diinokulasikan dengan 1 mL sampel
d. Kemudian semua tabung LB yang berisi sampel diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24-48 jam.
2. Test Penegasan (Confirmative Test)
Test ini menggunkan media BGLB (Bile Green Laktosa Broth). Test ini
dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.
a. Dari setiap tabung yang menunjukkan gas positif pada uji presumtive, dikocok
dan masing-masing diambil 1-2 ose
b. Kemudian diinokulasi pada tabubg BGLB setelah itu tabung BGLB diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
c. Amati terbentuknya asam dan gas pada tabung durham. Adanya asam dan gas
disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri Coliform, asam dilihat dari
perubahan warna dan gas dapat dilihat dalam tabung durham berupa
gelembung udara.
31
d. Catat jumlah tabung BGLB yang positif gas dan perubahan warna dicatat dan
hasilnya dirujuk ke tabel MPN.
e. Angka yang diperoleh dari tabel menunjukkan MPN Coliform per 100 mL
contoh sampel uji.
3. Uji Pelengkap (Complete Test)
Test ini menggunakan media indol yang digunakan untuk menegaskan sampel
yang tercemari bakteri Escherichia coli, adalah sebagai berikut
a. Ditanam 1-2 ose biakan yang positif pada Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB) ke pembenihan EMB Agar dalam cawan petri
b. Kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC
c. Diamati dan dipilih koloni yang berwarna merah menyala
Hasil dari uji penegasan dengan mengetahui jumlah tabung yang positif
terkontaminasi oleh bakteri Coliform akan dihitung dan kemudian dirujuk dengan
tabel MPN untuk mengetahui jumlah bakteri yang terkandung. Jika jumlah bakteri
melebihi batas yang telah ditetapkan oleh BPOM RI NO. 94.2
Menkes/SK/VII/2003, maka sampel tersebut tidak layak untuk dikunsumsi karena
dapat menyebabkan penyakit. Dan pada uji pelengkap untuk mengetahui bakteri
Coliform jenis apa yang ada didalam sampel. Jenis Coliform yang ingin dicari
yaitu jenis bakteri Escherichia coli, sehingga persiapan penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bakteri Escherichia coli.
3.7. Prosedur Escherichia coli
Adapun prosedur Escherichia coli adalah sebagai berikut,
a. Ditimbang setiap sampel sebanyak 25 gram
32
b. Kemudian dilakukan pengenceran sampel terhadap media PPW sebanyak
250 gram.
c. Sampel dimasukkan ke dalam media PPW, di inkubasi selama 24 jam suhu
36oC
d. Lalu dimasukkan 1 mL media yang telah diencerkan ke dalam media LB,
lalu diinkubasi selama 2x24 jam suhu 36ºC
e. Lalu sampel yang positif dimedia LB, dimasukkan ke media EC Broth. Di
inkubasi selama 2x24 jam suhu 44ºC
f. Kemudian digores ke media EMBA, inkubasi selama 24 jam suhu 36ºC
g. Kemudian di inokulasikan ke media NA miring, inkubasi selama 24 jam
suhu 36ºC
h. Lalu dilakukan penegasan media menggunakan Indol TB (inkubasi 24 jam
suhu 36ºC), MR-VP (inkubasi selama 24 jam suhu 36ºC), dan sitrat (
inkubasi selama 2x24 jam suhu 36ºC).
3.8. Prosedur Salmonella typhi
Adapun prosedur Salmonella typhi adalah sebagai berikut
a. Ditimbang setiap sampel masing-masing sebanyak 25 gram
b. Kemudian dilakukan pengenceran sampel terhadap media PPW sebanyak
250 gram.
c. Sampel dimasukkan ke dalam media PPW, di inkubasi selama 24 jam suhu
36oC
d. Kemudian dipipet 10 mL setiap sampel dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 100 mL media TTB, inkubasi selama 24 jam suhu 43oC
33
e. Sampel yang positif digores ke dalam media BSA, XLD, dan HE, inkubasi
selama 24 jam suhu 36oC
f. Amati pertumbuhan koloni pada setiap media
g. Media yang positif diisolasi ke dalam media NA, inkubasi selama 24 jam
suhu 36oC
h. Kemudian dilakukan uji penegasan terhadap sampel yang positif, dengan
uji biokimia dengan menggunakan media TSI Agar, Urea Agar, Lisi, Beta
galaktosidase, Vp, dan Indol.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode MPN 3 tabung, SNI-
1992, maka didapatkan hasil seperti pada tabel:
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Escherichia coli
No Sampel Uji Praduga Uji
Konfirmasi
Uji
Pelengkap Hasil
1 Sampel A Positif Negatif Negatif Negatif
2 Sampel B Positif Negatif Negatif Negatif
3 Sampel C Positif Positif Positif Positif
4 Sampel D Positif Positif Negatif Negatif
5 Sampel E Positif Positif Positif Positif
6 Sampel F Positif Negatif Negatif Negatif
7 Sampel G Positif Negatif Negatif Negatif
8 Sampel H Positif Negatif Negatif Negatif
Dari hasil tabel diatas terdapat 2 sampel positif tercemari bakteri
Escherichia coli yaitu sampel C dan sampel E. Pada penelitian ini setiap sampel
Selada hijau dilakukan 1 kali pengujian dengan metode 3 tabung. Pada uji praduga
semua sampel terdapat gelembung gas di dalam tabung durham, menunjukkan
semua sampel positif tercemari bakteri Escherichia coli. sampel yang positif
tercemari Escherichia coli dilanjutkan ke tahap uji selanjutnya yaitu uji
Konfirmasi. Pada uji ini media yang digunakan EC Broth. Pengamatan pada
media ini sampel yang positif tercemari bakteri menujukkan terdapat koloni
positif berwarna hitam logam. Didapatlah hasil sampel C, D, dan E positif
Tercemari bakteri. Selanjutnya dilakukan uji penegas untuk memastikan sampel
C,D dan E benar-benar tercemari Escherichia coli. Pada tahap uji penegas
pengamatan media pada suhu 36oC selama 24 jam terdapat cincin merah pada
35
setiap sampel. maka Didapatlah hasil seperti pada tabel 4.1.1 diatas sampel C dan
sampel E positif tercemaari bakteri Escherichia coli.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode MPN 3 Tabung
SNI-1992, didapat hasil pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Hasil pengujian Salmonella typhi
No Sampel Uji Praduga Uji
Konfirmasi
Uji
Pelengkap Hasil
1 Sampel A Positif Negatif Negatif Negatif
2 Sampel B Positif Negatif Negatif Negatif
3 Sampel C Positif Negatif Negatif Negatif
4 Sampel D Positif Positif Negatif Negatif
5 Sampel E Positif Negatif Negatif Negatif
6 Sampel F Positif Positif Negatif Negatif
7 Sampel G Positif Negatif Negatif Negatif
8 Sampel H Positif Negatif Negatif Negatif
Pada uji praduga pengamatan sampel positif pada media BSA
menunjukkan terdapat koloni coklat abu-abu sampai hitam atau kilat logam. Pada
media XLB koloni merah muda dengan bintik hitam ditengah, dan pada media HE
koloni biru hijau tidak atau tanpa bintik hitam ditengah. Pada tahap ini semua
sampel positif tercemari. Kemudian sampel positif dilanjutkkan ke uji konfirmasi,
pada uji ini semua sampel negatif tercemari bakteri Salmonella typhi.
4.2 Pembahasan
Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai.
Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif
jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda adanya gas di dalam tabung
durham. Semakin besar jumlah sampel yang di masukkann (semakin rendah
jumlah pengenceran yang dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang
36
muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.
Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tegantung dengan
probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media.
Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)
atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel
sebelum diencerkan (29).
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap
saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi
tubuh. Makanan mempunyai peranan sangat penting dalam kesehatan masyarakat
tanpa terkecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Makanan yang menarik,
nikmat, dan tinggi gizinya menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk
dikonsumsi. Ini dapat disebabkan karena makanan bertindak sebagai perantara
atau untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain (1).
Makanan yang terkontaminasi dengan keaadan suhu dan waktu yang
cukup serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikroorganisme atau kuman
penyakit, maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman
untuk berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan..
Penyakit yang ditularkan oleh mikroorganisme yang ada pada makanan/minuman
tersebut biasanya berupa penyakit diare (14).
Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan
Standarisasi Industri Medan (BARISTAND) terhadap sampel Selada Hijau yang
37
diambil dari Rumah Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan, diperoleh
hasil uji Eschericia coli dari 8 sampel, terdapat 2 sampel positif terkontaminasi
Eschericia coli yaitu sampel C dan Sampel E, sedangkan 6 sampel negatif
Eschericia coli yaitu, Sampel A, Sampel B, Sampel D, Sampel F, Sampel G,
Sampel H.
Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan
Standarisasi Industri Medan (BARISTAND) terhadap sampel Selada Hijau yang
diambil dari Rumah Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan, diperoleh
hasil uji Salmonella typhi dari 8 sampel selada hijau Negatif terhadap bakteri
salmonella typhi.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap delapan sampel
selada hijau yang diambil dari rumah makan minang jalan melati raya kota medan
dapat disimpulkan bahwa delapan sampel selada hijau dua positif tercemari
bakteri Eschericia coli yaitu sampel C dan sampel E. Sedangkan hasil pengujian
terhadap Salmonella typhi diperoleh hasil delapan sampel negatif tercemari
bakteri salmonella typhi.
5.2 Saran
Pada kesempatan ini peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk mengidentifikasi cemaran bakteri patogen lainnya, peneliti juga
menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti lalapan lainnya seperti, kol,
mentimun, dan daun singkong yang dijual di rumah makan minang. Peneliti juga
menyarankan peneliti selanjutnya menggunakan metode Angka Lempeng Total
untuk menghitung total keseluruhan jumlah bakteri yang terkandung di sampel
yang diteliti.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Agung Suprihatin MS, editor. Kesehatan Lingkungan. II. Yogyakarta:
Gava Media; 2015. 14 p.
2. Prof. DR.H.Arif Sumantri, S.KM. MK. Kesehatan Lingkungan. 4th ed.
Suwito, editor. Depok: Kencana; 2010. 140 p.
3. Zulkarnain PDH. Budidaya Sayuran Tropis. 1st ed. Suryani, editor. PT.
Bumi Aksara. Jakarta. jakarta: PT.Bumi Aksara; 2013. 120 p.
4. Sunarjono H. Bertanam 30 Jenis Sayur. jakarta: penebar swadaya; 2010. p.
43.
5. Wahyudi I. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran - Ir. 1st ed. M.Niksion T,
editor. Jakarta Selatan: PT.Agro Media Pustaka; 2010. 19 p.
6. Agromedia. Menanam sayur dipekarangan rumah. 4th ed. 2005. 75 p.
7. Zahrotu Romadhon. Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Salmonella
sp Pada Siomay Yang Dijual di Kantin SD Negeri Kelurahan Pisangan,
Cirendeu, dan Cempaka Putih. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2016.
8. Lily Arsanti Lestari , Eni Harmayani , Tyas Utami , Puspita Mardika Sari
SN. Dasar-Dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan Kesehatan.
2nd ed. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2018. 103 p.
9. Hasna M. Perbedaan pencucian menggunakan air mengalir dan
menggunakan teknik blansir terhadap pertumbuhan koloni bakteri pada
lalapan selada (Lactuca sativa L.) di warung makan kelurahan Jati Kota
Padang. [Padang]: Universitas Andalas; 2016.
10. Nugraheni W. 29 jenis sayur dalam pot. 2nd ed. Nina K, editor.
Yogyakarta: Lyli Publisher; 2015. 195 p.
11. Rubatzky VE. Sayuran dunia. 1st ed. Yamaguchi M, editor. Bandung: ITB
Bandung; 1998. 106 p.
12. Dr. Rahmat Rukmana, Herdi Yudiracman M. Budidaya Sayur Lokal. 1,
editor. Agribisnis Sayuran; 2016.
13. Sukamto BS.c. Bertanam Selada -: PT. Musi Perkasa Utama;
14. Mukono, H.J, 2006. Higien Sanitasi Hotel dan Restoran. Cetakan 1.
Airlangga, Surabaya: University Press.
15. Dwidjoseputro, D. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi, KDT Jakarta :
Perpustakaan Nasional 1.
16. Michael, Pelczar, jr dan Chan E.S.C. 2009, Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI-Press.
17. Helmiyati dan Nurahman, 2010. Pengaruh Konsentrasi Tawas Terhadapat
Pertumbuhan Gram Positif dan Negatif. Jurnal Pangan dan Gizi Vol.1 No.
1.
18. Pratia dan Putra, 2012. Isolasi dan identifikasih Bakteri Termofilik dari
Sumber Mata Air Panas Songgoriti Setelah Dua Hari Inkubasi. Jurnal
Teknik Pomits Vol.1, No. 1-5.
19. Hendrayati, Teksis Irena. 2012, Perubahan Morfologi Escherichia coli
akibat paparan ekstrak etanol biji kakao secara vitro, Jember: Universitas
Jember.
40
20. Juwita Christine, 2014. Jumlah Bakteri Coliform dan Deteksi Escherichia
coli pada daging ayam di Pekan Baru. JOM FMIPA:1 (2): 48-55.
21. Sari, Mulia. 2015, Uji Bakteriologis dan Resistensi Antibiotik Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada Makanan Gado-Gado di
Kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
22. Brooker, Robert J.2005. Genetic. Analysis and Principle, McGraw Hill,
New York: 22.
23. Parama, Y.C. 2011, Salmonella typhi :Jurnal, Kesehatan Masyarakat,
2011.(6)-1.
24. Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Hal.
129.
25. Juli, Soemirat Slamet. 2009. Kesehatan lingkungan. Gadjah mada
university press. Yogyakarta.
26. Djoko, Hadikunarso. 1987, Beberapa Catatan Tentang Salmonella, Vol.
XII.
27. Ferdiaz, Srikandi. 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta. Raja
Grafindo Perkasa.
28. Siagian, A, 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber
Pencemarannya, USU digital library, 2005.
29. Friedheim, E and Michaelis, L. 2007. Biol. Chem, 91,55-368, Cit.
30. Widiyanti dan Ristiati, 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan, Vol. 3 No. 1:64-73.
31. BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Jakarta:
BPOM RI.
32. Williey, Joanne M, Linda M, Christoper 2008. Prescott, Harley, and
Klein’s Microbiology. New York: Mc Graw Hill, pp 272-274.
33. Rahaja, Z.T. 2015. Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang
dari Depot di Kelurahan Pisangan dan cirendeu(skripsi). Universitas Islam
Negeri Jakarta.
41
Lampiran 1. Proses Escherichia coli
Sampel Selada Hijau A, B, C, D, E, F, G, H
Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan
42
Lampiran 1. Media pengencer
Media Buffered Peptone Water (BPW)
Sampel di dalam Media BPW
43
Lampiran 2. Media dan alat penelitian
Media Lactose Broth
Inkubaotor Memmert
44
Lampiran 3. Media penelitian
Sampel A Media Escherichia Coli Broth
Sampel B Media Escherichia Coli Broth
45
Lampiran 3. Media penelitian
Sampel C Media Escherichia Broth
Sampel D Media Escherichia Coli Broth
46
Lampiran 3. Media EC Borth dalam sampel E
Sampel E Escherichia Coli Broth
Sampel F Escherichia Coli Broth
47
Lampiran 3. Media EC Broth dalam sampel G
Sampel G Media Eschericia Coli Broth
Sampel H Media Escherichia Coli Broth
48
Lampiran 4. Hasil Media EMB agar
Media EMB Agar
Negatif Media EMB Agar
49
Lampiran 4. Hasil media EMB Agar
Sampel C Positif Media EMB Agar
Sampel E Positif Media EMB Agar
50
Lampiran 4. Hasil
Sampel F Positif, Media EMB Agar
Sampel G Positif, Media EMB Agar
51
Lampiran 5. Hasil positif pada media
Sampel C Positif, Media Indol , MR VP, FP, dan Sitrat
Sampel E Positif, Media Indol, MR VP, VP dan Sitrat
52
Lampiran 6. Proses Salmonella Typhi
Sampel Selada Hijau
Media Pengencer Buffered Peptone Water (BPW)
53
Lampiran 6. Media penelitian
Media Tetrathionate Brilliant Green Broth
Bismuth Sulfite Agar (BSA), Xylose Lysine Desoxycholate (XLD),
Hektone Enteric Agar (HE)
54
Lampiran 7. Sampel dalam Media
Sampel H Media HE
Sampel H, Media Nutrien Agar
55
Lampiran 8. Hasil dalam media
Hasil Media TSI, Urea Agar, Lisin, Beta, FP Indol
56
Lampiran 9. Hasil Determinasi Tanaman Selada
57
Lampiran 10. Surat Balasan Izin Penelitian
58
Lampiran 10. Lanjutan
59
Lampiran 11. Hasil Penelitian
60
Lampiran 11. Lanjutan
61
Lampiran 11. Lanjutan
62
Lampiran 11. Lanjutan
63
Lampiran 11. Lanjutan
64
Lampiran 11. Lanjutan
65
Lampiran 11. Lanjutan
66
Lampiran 11. Lanjutan
67
Lampiran 11. Lanjutan
68
Lampiran 11. Lanjutan
69
Lampiran 11. Lanjutan
70
Lampiran 11. Lanjutan
71
Lampiran 11. Lanjutan
72
Lampiran 11. Lanjutan
73
Lampiran 11. Lanjutan
74
Lampiran 11. Lanjutan
75
Lampiran 12. Lembar Bimbingan Skripsi I
76
Lampiran 13. Lembar Bimbingan Skripsi II
77
Lampiran 14. Tabel SNI ISO 21527–2:2012 Sayuran Beku