STRATEGI MENGHADAPI STRESS PADA PERAWAT LANSIA
DI PANTI WERDHA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Gloria Maharani Pranowo
119114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4 : 6)
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku
yang selalu mengasihiku tanpa lelah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
STRATEGI MENGHADAPI STRESS PADA PERAWAT LANSIA
DI PANTI WERDHA
Gloria Maharani Pranowo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi coping stress yang digunakan oleh perawat lansia di panti werdha. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya lansia yang dirawat di panti werdha, sehingga memerlukan perawatan khusus yang dilakukan oleh perawat lansia. Perawat lansia rentan mengalami stress karena harus merawat lansia dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun serta perilaku yang sangat beragam. Fokus penelitian ini adalah bagaimana cara perawat lansia menghadapi stress yang dialaminya sehingga dapat merawat lansia dengan lebih optimal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi yang merujuk pada suatu pengalaman dari beberapa subjek yang memiliki jenis dan tipe berbeda sehingga memiliki pengalaman subjektif yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 orang perawat lansia yang tinggal di panti werdha. Pengambilan data penelitian menggunakan metode wawancara semi terstruktur dengan hasil validitas penelitian yang menggunakan metode member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki persamaan dalam menghadapi stress, yaitu dengan mencari dukungan sosial dari orang lain. Hal ini dirasa efektif dalam mengurangi stress. Selain itu, ketiga subjek juga melakukan strategi menghadapi stress dengan mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga mendapatkan ketenangan dan kekuatan untuk dapat terus merawat lansia dengan baik.
Kata kunci: strategi menghadapi stres, perawat lansia, lansia, panti werdha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
COPING STRESS STRATEGY OF ELDERLY PEOPLE CAREGIVER
IN NURSING HOME
Gloria Maharani Pranowo
ABSTRACT
This aims to know coping stress strategy of elderly people caregiver in nursing home. The background of this research was initiated by a phenomenon of many elderly people who need a special treatment performed by caregiver. The caregivers tended to easily get stressed since they had to deal with elder people with poor health condition and various behavior . The focus of this research concerned to how the elderly people caregivers faced their stress so that they could take care of the elderly people better. The research method was qualitative phenomenology method that dealt with the subjects’ experiences. The subjects in this research were three elderly people caregiver who lived in one nursing home. The data were collected by semi structured interview and the result validity was carried out by member checking method. The research showed that three subjects had the same coping strategy which was to seek emotional support and to turn into religion. That strategy was proven effective enough for them. Another strategy that they used was getting themselves closer to God. They believed that praying to God could make them feeling peace and they would be strengthened to take care of the elderly people well.
Keywords: coping stress strategy, elderly people caregiver, nursing home
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerahNya,
sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi
melalui tulisan ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis berharap, melalui tulisan ini
dapat memberikan gambaran serta pengetahuan yang baru mengenai strategi
menghadapi stres pada perawat lansia di panti wredha. Harapan lain adalah tulisan
ini dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya serta kepada para perawat lansia
dalam menghadapi stres saat merawat lansia.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak yang memberi dukungan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk
materi maupun nonmateri sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan berkatNya
kepadaku, aku bersyukur karena Engkau selalu menuntun setiap
langkahku.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas
pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan berpikir serta
masukan-masukan yang diberikan. Terimakasih juga atas nasihat yang
selalu ibu berikan pada saya.
5. Ayahku Setyo Pranowo dan Ibuku Kurnia Ari Widayanti, terimakasih
karena selalu mendukungku, mendoakanku, dan selalu memperhatikan
aku. Terimakasih untuk kasih sayangnya sampai saat ini, terimakasih telah
menerimaku apa adanya. Aku sayang ayah dan ibu.
6. Untuk Dosen Fakultas Psikologi dan karyawan. Terimakasih karena sudah
memberikan pengetahuan mengenai dunia psikologi yang luas dan
mempermudah saya dalam menempuh pendidikan di Universitas Sanata
Dharma.
7. Untuk para narasumber saya, terimakasih karena sudah menyediakan
waktu serta bersedia untuk berbagi cerita mengenai pengalaman dalam
merawat lansia.
8. Untuk sahabat-sahabat saya: Ilis, Riana, Meglyn. Terimakasih karena
kalian selalu mendukungku dan mendoakan aku, kalian sahabat paling
pengertian dan paling priceless yang aku punya. Tidak lupa untuk
Thomas, terimakasih karena selalu mendukung dan mendoakan aku,
terimakasih untuk kasih sayang dan perhatiannya sampai saat ini. Aku
sayang kalian!
9. Untuk saudara-saudara saya: Mba Olive, Mba Dita, Budhe Wiwik, Mbah
Uti, Mba Ana, dan semua sepupu serta budhe, pakdhe, om, dan tante yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................... v
ABSTRAK ........................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis ........................................................... 12
2. Manfaat Praktis ............................................................ 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 15
A. Coping
1. Pengertian Coping ........................................................ 15
2. Jenis-jenis Coping ........................................................ 15
3. Efektivitas Strategi Coping .......................................... 18
B. Stress
1. Pengertian ..................................................................... 19
2. Tahap Stres ................................................................... 20
3. Reaksi Terhadap Stres .................................................. 20
C. Perawat Lansia
1. Pengertian Perawat Lansia ........................................... 21
2. Jenis Perawat ................................................................ 22
3. Tugas-tugas Perawat Lansia ......................................... 23
4. Beban Pada Perawat Lansia ......................................... 23
D. Lansia
1. Pengertian Lansia ......................................................... 24
2. Klasifikasi ..................................................................... 25
E. Panti Werdha
1. Pengertian Panti Werdha .............................................. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Tujuan Panti Werdha .................................................... 27
3. Kondisi Lansia di Panti Werdha ................................... 27
4. Dukungan Sosial Terhadap Lansia di Panti Werdha .... 29
F. Fokus Penelitian ....................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 31
A. Metode Penelitian ..................................................................... 31
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 32
C. Prosedur Penelitian ................................................................... 32
D. Batasan Istilah .......................................................................... 34
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 34
F. Metode Pengukuran .................................................................. 39
1. Organisasi Data ............................................................ 39
2. Koding .......................................................................... 39
3. Analisis Data ................................................................ 40
G. Kredibilitas Data ...................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 42
A. Profil Responden
1. Responden 1 ................................................................. 42
2. Responden 2 ................................................................. 43
3. Responden 3 ................................................................. 44
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Hasil Penelitian
1. Responden 1
a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 47
b. Kendala atau stressor saat merawat lansia ............. 48
c. Strategi coping stress ............................................. 49
2. Responden 2
a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 53
b. Kendala atau stressor saat merawat lansia ............. 54
c. Strategi coping stress ............................................. 56
3. Responden 3
a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 59
b. Kendala atau stressor saat merawat lansia ............. 59
c. Strategi coping stress ............................................. 61
D. Pembahasan
1. Tugas sebagai perawat lansia ....................................... 63
2. Stressor atau kendala saat merawat lansia .................... 65
3. Strategi coping stress .................................................... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 72
A. Kesimpulan ............................................................................... 72
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 73
C. Saran
1. Bagi informan penelitian .............................................. 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2. Bagi peneliti selanjutnya .............................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 75
LAMPIRAN ........................................................................................ 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Panduan Pertanyaan Dalam Wawancara........................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 1
Lampiran 2 : Transkrip Verbatim responden 1
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 2
Lampiran 4 : Transkrip Verbatim responden 2
Lampiran 5 :Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 3
Lampiran 6 : Transkrip Verbatim responden 3
Lampiran 7 :Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara responden
1
Lampiran 8 : Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara responden
2 dan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, pasien atau individu yang sakit memerlukan
perawat untuk membantunya dalam beberapa aktifitas seperti
membersihkan diri, makan, maupun kegiatan sehari-hari yang dapat
dengan mudah dilakukan seperti berjalan dan duduk. Di rumah sakit,
perawat biasanya berperan sebagai asisten dokter. Selain itu, perawat juga
bertugas untuk menjaga dan memantau keadaan pasien. Perawat adalah
seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami
ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan
keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Ada 2 jenis perawat, yaitu perawat
formal dan informal. Perawat informal yaitu seorang individu (anggota
keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan secara
keseluruhan, paruh waktu, dan tinggal bersama maupun terpisah dengan
orang yang dirawat. Sedangkan perawat formal yaitu perawat yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan baik diberi pembayaran maupun
sukarelawan (Sukmarini, 2009).
Perawat mempunyai fungsi untuk merawat pasien yang menderita
penyakit, menyediakan makanan, membawa klien ke unit layanan
kesehatan, memberi dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian
(Tantono dalam Insiyah, 2014). Sedangkan perawat yang khusus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
merawat lansia disebut geriatric nursing yaitu perawat yang menangani
penyakit pada proses menua (Kozier dalam Nugroho, 1992). Perawat
lansia mempunyai peranan untuk melayani lansia dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk mengoptimalkan
kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992). Menyiapkan perawat
untuk merawat lansia sangat penting mengingat ada berbagai
permasalahan yang akan timbul terkait dengan perubahan yang terjadi
pada lansia.
Masa dewasa akhir atau lansia, seringkali dikaitkan dengan masa
dimana seseorang mulai mengalami penurunan kondisi fisik maupun
mental. Hal ini juga diperkuat dengan adanya proses menua yang
ditunjukkan dengan penurunan kemampuan fisik untuk beradaptasi
terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Selain itu, kemampuan mental
atau kognitif lansia juga menurun yang ditandai kesulitan dengan fungsi
ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal atau berbicara
(Suardiman, 2010).
Penurunan kondisi mental dan fisik ini juga disertai dengan adanya
penurunan psikologis diantaranya yaitu demensia; depresi; delusi;
gangguan kecemasan; dan gangguan tidur (Gitlin, 2012). Hal ini menjadi
pemicu untuk lansia membutuhkan perawatan khusus baik dirawat di
rumah maupun di panti werdha. Didukung dengan bertambahnya jumlah
lansia, maka peluang untuk lansia dirawat di panti werdha semakin besar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penduduk lansia yang berusia 60 tahun keatas cenderung meningkat
(Harry, 2007). Jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2000 mencapai
17.767.709 orang atau 7.97% dari jumlah penduduk Indonesia. Diprediksi
jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 11.20%.
Konsekuensi dari terus meningkatnya jumlah lansia di Indonesia
yaitu harus disediakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
para lansia. Dengan demikian, banyak keluarga maupun lansia sendiri
yang memilih panti werdha sebagai tempat untuk menghabiskan masa
tuanya (Nugroho, 2008). Hal ini karena panti werdha dianggap sebagai
salah satu penyedia jasa yang dapat memberikan pelayanan berkualitas
bagi lansia. Nugroho (2008) menyatakan bahwa masyarakat yang
menggunakan pemikiran realistis menganggap bahwa dengan tinggal di
panti werdha, lansia akan memperoleh apa yang tidak dapat diberikan oleh
anaknya. Misalnya kegiatan sosial dengan orang yang sebaya yang saling
mengerti. Selain itu, kelebihan yang ada pada panti werdha adalah setiap
panti werdha disediakan layanan jasa seperti perawat yang bersedia
memenuhi segala kebutuhan lansia setiap saat.
Menurut Departemen Sosial RI, panti werdha adalah suatu tempat
untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan
pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram, dan tidak ada perasaan
gelisah maupun khawatir dalam menghadapi usia tua (Setiyaningsih,
1999). Seperti yang dikemukakan oleh Departemen Sosial RI (1997),
sesuai permasalahan pada lansia, penyelenggaraan panti werdha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mempunyai beberapa tujuan, yaitu agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia;
agar di hari tuanya dalam keadaan tentram lahir batin; dan dapat menjalani
proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.
Secara umum, panti werdha berfungsi sebagai pusat pelayanan
kesejahteraan lansia; menyediakan suatu wadah berupa kompleks
bangunan dan memberikan kesempatan bagi lansia untuk melakukan
aktivitas sosial-rekreasi; dan membuat lansia dapat menjalani proses
penuaannya dengan sehat dan mandiri (Setiyaningsih, 1999). Selain
menyediakan fasilitas yang bersifat material, panti werdha juga
menyediakan pelayanan jasa untuk merawat dan membantu lansia dalam
beraktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh seorang perawat atau perawat.
Staf perawat atau perawat tersebut bersedia membantu dan merawat lansia
kapanpun dibutuhkan.
Perawat yang merawat lansia disebut juga geriatric nursing. Hal
yang membedakan perawat lansia dengan perawat pada umunya yaitu
perawat lansia dibekali pengetahuan tentang cara merawat lansia yang
didapatkan dari kursus maupun pelatihan (Nugroho, 2008). Perawat lansia
termasuk dalam kategori pekerja sosial. Selain perawat lansia, seorang
caregiver juga termasuk dalam kategori pekerja sosial. Pekerja sosial
adalah seseorang yang dibayar dalam suatu kemampuan profesional untuk
mengadakan tugas konseling maupun perencanaan perawatan dan
perlindungan sosial (Berry dalam Handayani, 2004). Menurut keputusan
menteri sosial RI, pekerja sosial mempunyai kompetensi profesional yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di
bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi
oleh pemerintah dan melaksanakan tugas fungsional. Sedangkan caregiver
adalah orang yang bertugas untuk merawat orang sakit maupun lansia dan
dibekali pelatihan singkat (Nugroho, 2000). Caregiver terbagi menjadi 2
jenis yaitu caregiver formal dan informal. Caregiver informal adalah
seorang yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu maupun
sepanjang waktu, dan tinggal terpisah maupun tinggal bersama dengan
orang yang dirawat (Sukmarini, 2009). Para pekerja yang menangani
lansia sudah dibekali pengetahuan maupun pengalaman untuk menghadapi
perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia. Perubahan yang
terjadi pada lansia tersebut akan berpengaruh pada perawat yang merawat
lansia. Berdasarkan penelitian Insiyah (2014), perawat lansia di panti
werdha merasakan beban psikologis ketika merawat lansia. Beban
psikologis tersebut diantaranya rasa malu, marah, tegang, lelah, tertekan,
dan ketidakpastian. Dijelaskan juga bahwa perasaan bersalah yang dialami
perawat disebabkan oleh perasaan tidak bisa memberikan yang terbaik
bagi lansia yang dirawatnya.
Dalam hasil penelitiannya, Insiyah (2014) menyatakan bahwa
merawat lansia adalah pengalaman yang dapat memicu stress. Perawat
dapat mengalami tekanan secara psikologis dan mengalami kelelahan
secara fisik karena harus membagi waktu dan perhatian untuk merawat
lansia yang menjadi tanggungjawabnya. Sikap dan perilaku lansia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sulit diatur akan menambah beban psikologis dan fisik pada perawat.
Selain itu, stressor dapat muncul dari dalam diri perawat, seperti perasaan
bersalah karena tidak dapat memberikan perawatan yang baik kepada para
lansia. Sehingga jika perawat tidak memiliki strategi coping stress yang
baik, hal tersebut membuatnya tidak dapat merawat lansia dengan
maksimal. Keadaan tersebut tentunya akan merugikan perawat dan lansia
yang membutuhkan perawatan. Jika perawat stress dan merasa bahwa ia
tidak mampu lagi merawat lansia, ia akan menyerah dan memutuskan
untuk tidak merawat lansia lagi, sedangkan lansia masih sangat
membutuhkan perawatan karena kondisi fisik yang sudah tidak
memungkinkan untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Oleh sebab itu,
coping stress pada perawat yang merawat lansia sangat dibutuhkan.
Coping stress menurut Folkman dan Moskowitz (dalam Taylor &
Stanson, 2007;2012) adalah pikiran dan perilaku yang digunakan untuk
mengatur dorongan internal dan eksternal dari situasi yang dinilai
menekan. Ditambahkan bahwa coping adalah sebuah kesatuan dari
transasksi antara seorang individu yang memiliki sumber daya, nilai, dan
komitmen dengan lingkungan beserta sumber daya, tuntutan, dan
paksaannya. Menurut Suls dan Fletcher (dalam Rice, 1992), perilaku
coping mungkin bersifat positif atau negatif, aktif atau menghindar, secara
langsung atau tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mencari
pertolongan, mencari informasi atau perhatian yang sifatnya
menyenangkan. Oleh karena itu, strategi coping yang digunakan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berbeda-beda, tergantung dari kondisi lingkungan dan keadaan individu itu
sendiri.
Individu yang melakukan coping akan mencoba mengubah
hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Berhubungan dengan
adanya usaha melakukan coping, Lazarus dan Folkman (1984)
menyatakan bahwa ada 2 jenis strategi coping, yaitu problem-focused
copingdan emotional-focused coping. Definisi dari problem-focused
coping yaitu tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah maupun
mencari informasi yang relevan dengan solusi dari permasalahan yang ada.
Sedangkan emotional-focused coping yaitu usaha untuk mengurangi reaksi
emosional negatif yang ditimbulkan oleh stressor. Strategi coping inilah
yang akan membantu perawat untuk dapat terus melayani dan merawat
dengan sebaik-baiknya. Keefektifan strategi coping yang dilakukan oleh
perawat lansia juga merupakan hal yang penting, karena hal tersebut dapat
menjadi acuan untuk perawat lansia lain dalam mengaplikasikan strategi
coping.
Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan bahwa
coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan
tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Peneliti menyimpulkan bahwa
strategi coping yang efektif adalah coping yang dapat membuat seseorang
menerima keadaan dan kondisi negatif di sekitarnya serta dapat
mengevaluasi hal positif yang terdapat dalam diri individu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap bagaimana
perawat yang merawat lansia di panti werdha melakukan strategi coping
dalam menghadapi stress saat merawat lansia. Selain itu, peneliti juga akan
melihat apa saja faktor yang mendukung subjek melakukan strategi
coping. Peneliti akan melihat apa jenis strategi coping yang dilakukan oleh
perawat dengan cara memberikan beberapa pertanyaan saat wawancara.
Beberapa penelitian yang relevan mengenai coping stress dan
perawat lansia sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai
coping stress pernah dilakukan oleh Rosyani (2012). Subjek penelitian ini
adalah pasien kanker dewasa yang berusia 20 tahun ke atas dan sedang
tidak terbaring sakit dan masih bisa beraktifitas seperti biasa. Kelemahan
dari penelitian ini adalah peneliti kurang spesifik mengenai jenis penyakit
kanker yang diderita subjek, sedangkan pada kenyataannya penyakit
kanker ada beragam jenisnya. Selain itu, peneliti juga tidak memberikan
batasan umur pada subjek yang menderita penyakit kanker. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dan proses pengambilan data
menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan pemilihan strategi
coping pada pasien kanker. Penelitian ini membantu peneliti dalam
mengetahui jenis-jenis coping stress dan efektivitas dari strategi coping
tersebut.
Sedangkan penelitian mengenai perawat lansia sudah dilakukan
oleh Hastuti (2014). Penelitian ini melihat pengaruh terapi penyelesaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
masalah terhadap penurunan distress psikologik pada perawat lansia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terapi penyelesaian
masalah terhadap penurunan tingkat distress psikologik pada perawat
lansia. Penelitian ini membantu peneliti dalam memahami konsep perawat
lansia serta tanggungjawab sebagai perawat lansia.
Penelitian mengenai perawat lansia juga sudah dilakukan oleh
Widiastuti (2008). Penelitian ini membahas tentang coping stress pada
perawat lansia penderita alzheimer. Metode penelitian yang digunakan
yaitu kualitatif, dengan jumlah subjek sebanyak 2 orang. Hasil dari
penelitian ini adalah subjek belum dapat melakukan coping stress karena
masih sering melakukan tindakan yang bersifat agresi pada lansia
penderita alzheimer. Hal tersebut dilakukan subjek untuk melampiaskan
kemarahan dan rasa lelah karena merawat lansia tersebut. Penelitian ini
berfungsi untuk membantu peneliti dalam mengetahui gambaran apa saja
tugas yang harus dilakukan sebagai perawat lansia. Review literatur di atas
berfungsi sebagai sumber mengenai materi yang akan diteliti dan untuk
melihat kelemahan dari penelitian mengenai topik yang sama sehingga
peneliti dapat memperbaikinya.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti merancang
penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi coping
stress yang dilakukan perawat lansia khususnya yang dirawat di panti
werdha. Mengetahui jenis coping stress penting karena dengan demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dapat diketahui apakah jenis coping yang dilakukan oleh seseorang dapat
efektif untuk menghadapi stressor yang ada. Karena berdasarkan banyak
penelitian yang sudah dilakukan, coping stress yang umumnya dipakai
oleh perawat adalah emotion focused coping. Hal tersebut ditemukan
dalam beberapa penelitian mengenai coping stress yang sudah dilakukan
sebelumnya. Selain itu, banyak penelitian mengenai coping stress yang
menggunakan metode penelitian kuantitaif dan skala sebagai metode untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif dan pengambilan data dengan cara wawancara agar
data yang didapatkan lebih terinci dan mendapatkan fakta-fakta dari subjek
yang tidak dapat terungkap pada penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian mengenai coping stress yang sudah ada
sebelumnya, ada penelitian yang memakai metode kualitatif (wawancara)
maupun kuantitatif (angket). Kelemahan penelitian yang menggunakan
angket adalah kurang dapat menggali data dari subjek. selain itu, peneliti
tidak mendapat keterangan atau penjelasan dari subjek secara detil karena
angket hanya berisi pertanyaan tertutup. Sedangkan penelitian sebelumnya
yang memakai metode wawancara mempunyai kelemahan yaitu
pertanyaan yang kurang spesifik sehingga subjek menjawab pertanyaan
tersebut dalam cakupan yang luas, sehingga sulit mengambil makna pada
jawaban subjek yang sesuai dengan tema penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Metode ini dirasa akan lebih efektif dalam menggali data dan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dari subjek karena jawaban yang diberikan subjek akan lebih spesifik
karena peneliti menggunakan metode wawancara mendalam (in depth
interview) yang berisi pertanyaan terbuka. Dengan wawancara, peneliti
tidak hanya mendapatkan data dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh
subjek, namun peneliti juga dapat berinteraksi langsung dan melakukan
observasi pada subjek selama proses wawancara.
Berbeda dari penelitian sebelumnya, peneliti akan lebih spesifik
dalam menyusun pertanyaan sehingga jawaban yang diberikan oleh subjek
lebih terperinci. Pertanyaan yang disusun oleh peneliti adalah pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman hidup subjek yang berkaitan dengan
coping stress. Pertanyaan wawancara tidak spesifik pada bagaimana
subjek melakukan coping stress dan apa saja stressor yang dihadapi oleh
subjek, namun cenderung pada pengalaman-pengalaman yang sudah
dilalui oleh subjek. Sehingga saat peneliti melakukan wawancara, subjek
akan menceritakan pengalamannya secara lengkap. Dengan demikian,
informasi yang didapat akan lebih memadai dibandingkan dengan
penelitian yang menggunakan metode skala dan pertanyaan wawancara
yang hanya berfokus pada strategi coping stress.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana cara perawat lansia menghadapi stress (coping stress) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
merawat lansia dan jenis strategi coping stress yang digunakan oleh
perawat yang merawat lansia di panti werdha.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana strategi coping perawat lansia yang merawat lansia
di panti werdha. Tujuan peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif karena peneliti ingin mendapatkan hasil
penelitian yang lengkap.
2. Mengetahui jenis strategi coping yang digunakan perawat
lansia saat menghadapi situasi sulit atau stressor yang muncul
ketika merawat lansia di panti werdha.
Data penelitian didapatkan melalui metode wawancara dengan pertanyaan
yang bersifat terbuka serta berfokus pada pengalaman hidup subjek. Hal
ini bertujuan untuk mendapatkan pendapat dan penjelasan spesifik dari
subjek. Dengan demikian, informasi yang didapat akan lebih memadai.
Selain itu, peneliti juga dapat memberikan pertanyaan lebih lanjut jika
jawaban subjek dirasa kurang jelas. Hasil dari wawancara tersebut akan
diolah menjadi data penelitian berupa verbatim.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan
khususnya dalam bidang psikogerontologi, keperawatan, dan psikologi
klinis. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan
mengenai strategi coping yang digunakan saat merawat atau
menangani lansia yang tinggal di panti werdha.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan perawat lansia untuk
mengaplikasikan strategi coping ketika mengalami stress atau
menghadapi stressor yang ada saat merawat lansia di panti werdha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Coping
1. Pengertian
Menurut Folkman dan Moskowitz (dalam Taylor &
Stanson, 2007;2012) mengatakan bahwa coping merupakan pikiran
dan perilaku yang digunakan untuk mengatur dorongan internal
dan eksternal dari situasi yang dinilai menekan. Ditambahkan
bahwa coping adalah sebuah kesatuan dari transaksi antara seorang
individu yang memiliki sumber daya, nilai, dan komitmen dengan
lingkungan beserta sumber daya, tuntutan, dan paksaannya.
Untuk itu, coping bukanlah merupakan suatu tindakan yang
dilakukan satu kali, melainkan sebuah susunan respons yang
muncul dalam suatu waktu dimana lingkungan dan individunya
saling memenuhi (Taylor, 2012). Dapat disimpulkan bahwa coping
adalah suatu tindakan yang mengatur dorongan internal dan
eksternal dari situasi yang sifatnya mendesak atau menekan.
2. Jenis-jenis Coping
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999), ada beberapa
jenis coping menurut kegunaannya, diantaranya adalah problem-
focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
coping yaitu usaha untuk melakukan tindakan untuk mengatasi
kondisi yang mengakibatkan stress seperti mengancam,
mengganggu, atau menantang individu. Menurut Carver,
Weintraub, dan Scheier (1989), problem focused coping
melibatkan beberapa dimensi yang berbeda yaitu:
a. Active coping, yaitu proses pengambilan langkah yang
ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stressor
ataupun memperbaiki akibatnya. Aktivitas ini merlibatkan
tindakan langsung, meningkatkan usaha dalam menghadapi
masalah, serta berusaha mengatasi masalah secara bertahap.
b. Planning, yaitu memikirkan bagaimana cara menghadapi
stressor yang ada.
c. Supression of competing activities, yaitu mengurangi aktivitas
lain sehingga dapat lebih terfokus dalam menghadapi masalah
atau tantangan yang ada. Aktivitas ini meliputi usaha untuk
mengabaikan hal-hal lain yang dapat memecah perhatian dalam
menghadapi stressor.
d. Restraint coping, yaitu pengendalian diri untuk menunggu
kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri, dan
bertindak dengan pemikiran yang matang.
e. Seeking instrumental support, yaitu tindakan mencari dukungan
sosial. Misalnya mencari informasi serta bantuan yang dapat
membantunya memecahan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
f. Behavioral disengagement, yaitu tindakan mengurangi usaha
untuk menghadapi stressor, menyerah dalam usaha untuk
mencapai tujuan dimana stressor mengganggu.
Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan bahwa
emotion-focused coping, yaitu keadaan saat individu akan lebih
berfokus pada mengurangi emosi negatif yang muncul akibat stres
yang dialami. Strategi ini digunakan ketika seseorang merasa
stressor merupakan suatu hal yang dapat ditahan (Carver, 1989).
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999), dalam strategi
ini terdapat beberapa proses kognitif yang berlangsung untuk
mengurangi tekanan emosional seperti menghindar, menjaga jarak,
mencari nilai positif dari kejadian yang dihadapi, serta
memandingkannya dengan hal yang positif. Carver (1989)
menyatakan bahwa terdapat komponen yang termasuk dalam
emotion-focused coping, yaitu:
a. Seeking of emotional support, yaitu mencari dukungan sosial
yang berupa dukungan moral, simpati, dan pengertian untuk
alasan emosional.
b. Positive reinterpretation and growth, yaitu aktivitas yang
ditujukan untuk melepasksan emosi negatif yang dirasakan,
mengatur emosi yang berkaitan dengan stress yang dialami.
c. Mental disengagement, yaitu pelarian secara mental yang
merupakan bagian dari variasi tindakan pelarian yang biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
muncul ketika kondisi saat itu menghambat munculnya
tindakan pelarian.
d. Denial, yaitu menolak untuk mempercayai bahwa stressor yang
dihadapi benar-benar ada atau bertindak seolah-olah stressor
itu tidak nyata.
e. Acceptance, yaitu keadaan saat individu menerima kenyataan
akan adanya situasi yang mengakibatkan stress.
f. Turning to religion, yaitu pengembalian masalah pada agama
untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Hal ini bisa dilakukan
dengan rajin beribadah, berdoa, meminta dukungan moral dari
ahli/pemuka agama.
g. Focus on and venting of emotion, yaitu kecenderungan untuk
melepaskan emosi yang dirasakan individu.
h. Humor, yaitu dengan cara membuat lelucon atas masalah yang
sedang dihadapinya.
i. Substance use, yaitu menggunakan minuman beralkohol atau
obat-obatan untuk melupakan masalahnya.
3. Efektivitas Strategi Coping
Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan
bahwa coping yang efektif adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta
tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Coping yang efektif mengacu pada lima fungsi tugas
coping yaitu: mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan
meningkatkan niat untuk memperbaikinya; mentoleransi atau
menyesuaikan diri dengan kenyataan; mempertahankan gambaran
diri yang positif; mempertahankan keseimbangan emosional; dan
melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain
(Cohen dan Lazarus dalam Taylor, 1991).
Jika tugas-tugas tersebut sudah berhasil dilakukan, maka
coping dapat dianggap efektif. Setelah dapat memenuhi semua
tugas tersebut, individu diharapkan memiliki evaluasi yang lebih
positif akan hidupnya, yakni penerimaan dan penilaian positif akan
lingkungan, diri sendiri, serta kondisi gangguan yang merupakan
cerminan dari kesejahteraan dan kepuasan hidup.
B. Stress
1. Pengertian
Menurut Kozier (2004), stress adalah suatu keadaan ketika
seseorang berespon terhadap perubahan yang terjadi dari situasi
normal dan stabil dalam hidupnya. Stress bukanlah suatu penyakit,
namun kondisi stress dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan baik fisik, emosional intelektual, maupun sosial dan
spiritual. Selye (dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa
stress adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan
tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stress adalah
suatu respon individu terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada
dalam dirinya.
2. Tahap Stres
Menurut Amberg (dalam Hawari, 2008) ada beberapa tahapan
stres. Tahap-tahap ini menunjukkan apakah seseorang lebih stress
atau tidak. Stress ringan ditandai dengan seseorang yang
mengalami gangguan tidur, tegang, dan merasa tidak tenang secara
emosional. Stress menengah ditandai dengan hilangnya
kemampuan merespon secara memadai, dan timbul ketakutan serta
kecemasan. Stress berat ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tinggi,
serta mudah bingung dan panik.
3. Reaksi Terhadap Stress
Menurut Potter & Perry (2005) reaksi seseorang terhadap stress
dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu faktor internal dan ekstrenal.
Faktor internal yang mempengaruhi reaksi terhadap stress yaitu
kondisi fisik, keadaan emosi, dan motivasi atau harapan.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu lingkungan
sekitar, hubungan interpersonal, dan sosial budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
C. Perawat Lansia
1. Pengertian
Pada dasarnya, keperawatan di Indonesia adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan
dasar manusia (Nugroho, 2009). Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan di bidang kesehatan yang didasari ilmu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang
sakit maupun yang sehat, sejak lahir sampai meninggal (Effendy,
1997).
Secara khusus perawatan lansia atau geriatric nursing
adalah perawat yang menangani penyakit pada proses menua
(Kozier dalam Nugroho, 1992). Perawat lansia mempunyai
peranan untuk melayani lansia dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan merawat untuk mengoptimalkan
kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa para pekerja yang menangani
lansia khususnya perawat lansia (geriatric nursing) sudah dibekali
pengetahuan maupun pengalaman untuk menghadapi perubahan
fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Jenis Perawat
Ada beberapa jenis perawat berdasarkan tugas, kompetensi,
dan pasien yang harus dirawatnya. Jenis perawat tersebut
diantaranya pekerja sosial, caregiver, dan perawat lansia. Pekerja
sosial adalah seseorang yang dibayar dalam suatu kemampuan
profesional untuk mengadakan tugas konseling maupun
perencanaan perawatan dan perlindungan sosial (Berry dalam
Handayani, 2004). Menurut keputusan menteri sosial RI, pekerja
sosial mempunyai kompetensi profesional yang diperolehnya
melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang
pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi
oleh pemerintah dan melaksanakan tugas fungsional. Pekerja sosial
dapat merawat orang sakit, lansia, maupun orang yang
membutuhkan bantuan karena kebutuhan khusus (difabel).
Sehingga pekerja sosial dapat mencakup caregiver maupun
perawat lansia. Sedangkan caregiver adalah orang yang bertugas
untuk merawat orang sakit maupun lansia dan dibekali pelatihan
singkat (Nugroho, 2000).
Caregiver terbagi menjadi 2 jenis yaitu caregiver formal
dan informal. Caregiver informal adalah seorang yang memberikan
perawatan tanpa dibayar, paruh waktu maupun sepanjang waktu,
dan tinggal terpisah maupun tinggal bersama dengan orang yang
dirawat (Sukmarini, 2009). Sedangkan perawat lansia yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perawat yang secara khusus menangani dan merawat lansia.
Perawat lansia dibekali pengetahuan tentang cara merawat lansia
yang didapatkan dari kursus maupun pelatihan (Nugroho,
2008).termasuk dalam kategori pekerja sosial. Selain perawat
lansia, seorang caregiver juga termasuk dalam kategori pekerja
sosial.
3. Tugas-tugas Perawat Lansia
Perawat lansia perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama
pada lansia yang diduga menderita penyakit tertentu. Selain itu,
perawat lansia juga harus mendekatkan diri dengan lansia dan
membimbing dengan sabar dan ramah, menanyakan apakah ada
keluhan yang dirasakan, mengingatkan agar tidak lupa minum obat.
Perawat lansia juga perlu memberikan penjelasan tentang
kesehatan, jika ada keluhan dari lansia harus segera dicari
penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka
tentang solusinya (Nugroho, 1995).
4. Beban pada Perawat Lansia
Beban perawat didefinisikan sebagai tekanan-tekanan
mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia,
penyakit kronis, anggota keluarga, atau orang lain yang cacat.
Sebagai perawat lansia, memberikan perawatan untuk lansia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memerlukan pengorbanan yang besar secara fisik dan emosional
(Okoye dan Asa, dalam Sarwendah, 2013). Terlebih jika lansia
yang dirawat mengalami penurunan kondisi fisik dan mental. Stres
pada perawat lansia akan berdampak pada kesehatan fisik bahkan
verbal agresif pada lansia (Okoye, dalam Sarwendah, 2013).
Perawat lansia yang mengalami stres sangat mungkin
menderita gangguan kecemasan, penyakit fisik seperti mudah
lelah, pusing, dan merasa putus asa (Sarwendah, 2013). Jika
perawat lansia tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lansia
tersebut, maka perawat akan mengalami tekanan hingga berakibat
stres.
Karena lansia yang tinggal di panti werdha membutuhkan
perawatan yang baik sehingga lansia tersebut mendapatkan kualitas
hidup yang maksimal, maka diperlukan perawat yang
berpengalaman serta sehat mental supaya dapat merawat lansia
dengan maksimal.
D. Lansia
1. Pengertian
Proses menua atau aging adalah proses perubahan biologis
secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan
umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah
untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Laslett (Caselli dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lopez, 1996) dalam Suardiman, 2011). Lansia adalah seseorang
yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih
aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang
lain untuk menghidupi dirinya (Nugroho, 2008).
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan
bahwa lansia adalah seseorang baik pria maupun wanita yang
berusia 60 tahun ke atas yang masih aktif maupun yang sudah tidak
berdaya dan berada dalam tahap akhir perkembangan manusia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Pralansia
Seseorang yang sudah memasuki usia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah
dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia,
mengalami kelemahan fisik maupun psikis.
d. Lansia potensial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Seseorang yang sudah memasuki masa lansia namun masih
mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial
Seseorang yang sudah tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Darmojo,
2009).
E. Panti werdha
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), panti
werdha didefinisikan sebagai rumah tempat memelihara dan
merawat lansia. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, panti
werdha adalah tempat untuk menampung lansia dan jompo
terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga mereka merasa
aman, tentram dengan tidak ada perasaan gelisah maupun khawatir
dalam menghadapi usia tua.
Beberapa pelayanan yang didapatkan di panti werdha
antara lain pelayanan kesehatan, bantuan untuk lansia yang
mengalami cacat fisik atau lemah fisik dalam melakukan
kegiatannya sehari-hari secara intensif oleh perawat, serta kegiatan
seperti senam maupun aktifitas lain yang dapat dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
beberapa lansia lainnya agar lansia tetap memiliki hubungan sosial
yang baik. Hal tersebut juga menjadi kelebihan dari panti werdha
(Setiyaningsih, 1999).
Namun ada pula beberapa kekurangan panti jompo yaitu
beberapa perawat tidak memiliki pengetahuan atau ilmu dasar
mengenai keperawatan lansia (MacMahon dkk dalam Gormally,
1992). Peneliti menyimpulkan bahwa panti werdha yaitu tempat
pemeliharaan dan perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan para lansia.
2. Tujuan Panti werdha
Tujuan didirikannya panti werdha menurut Dinas Sosial RI (1997)
antara lain:
a. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia.
b. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir batin.
c. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.
3. Kondisi Lansia yang Tinggal di Panti Werdha
Pada umumnya, lansia yang masih memiliki fisik kuat dan
mampu hidup mandiri lebih memilih untuk tinggal sendiri di
rumah pribadinya. Sedangkan lansia yang sudah menderita sakit
atau mengalami lemah fisik, akan lebih memilih untuk tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bersama anak dan menantunya untuk mendapatkan perawatan dan
bantuan dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Sebagian besar lansia yang tinggal di panti werdha
mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal
ini disebabkan oleh menurunnya kondisi fisik serta mental lansia.
Pada umumnya, lansia mengalami kekakuan pada persendian,
gemetar pada tangan dan rahang bawah (Hurlock, 1980). Selain
mengalami penurunan kondisi psikologis yang ditandai dengan
menurunnya tingkat konsentrasi, tingkat pemahaman, serta
penerimaan diri yang rendah karena merasa dirinya sudah tidak
berguna dan tidak dapat melakukan banyak hal seperti saat muda
dahulu (Hurlock, 1980).
Lansia yang tinggal di panti werdha merupakan lansia yang
berusia 60 tahun ke atas, baik yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan secara mandiri maupun yang sudah tidak
berdaya sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Darmojo,
2009). Selain itu, ada beberapa tipe lansia yang tinggal di panti
werdha seperti lansia yang dapat menyesuaikan dengan
lingkungan, ramah, rendah hati, dan dapat mencari kegiatan baru di
masa tuanya. Ada pula lansia yang mengalami konflik lahir batin
menentang proses penuaannya sehingga menjadi pemarah, mudah
tersinggung, dan sulit dilayani (Nugroho, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Beberapa alasan umum mengapa lansia tinggal di panti
werdha yaitu lansia tidak ingin merepotkan keluarga karena tingkat
kesibukan anggota keluarga yang tinggi. Hal tersebut juga
membuat lansia merasa tidak mempunyai teman bicara, shingga
menimbulkan perasaan tidak nyaman dan kesepian. Keputusan
keluarga adalah alasan mengapa lansia tinggal di panti werdha.
Keputusan ini tentu disetujui juga oleh lansia, sehingga dengan
adanya keputusan untuk tinggal di panti werdha tidak membuat
lansia merasa diasingkan. Tinggal sebatang kara adalah salah satu
alasan mengapa lansia tinggal di panti werdha. Lansia yang hidup
sebatang kara direkomendasikan oleh RT atau RW tempat
tinggalnya agar dirawat di panti werdha karena tidak ada keluarga
yang merawat dan mengawasi kondisi kesehatannya (Ariyani,
2014).
4. Dukungan Sosial Terhadap Lansia di Panti Werdha
Dukungan sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang
lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat,
penerimaan dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan
kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan (Johnson dan
Johnson, 1991). Menurut hasil penelitian Hertamina (2009),
dukungan sosial yang paling diharapkan oleh lansia adalah
dukungan emosi, persahabatan, informasi, penghargaan, instrumen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dan pemberian pertolongan bagi orang lain. Selain itu, dukungan
emosional dari perawat lansia dan dari keluarga juga sangat
dibutuhkan oleh lansia.
Harapan lansia akan bentuk dukungan tersebut berkaitan
dengan perubahan yang terjadi pada lansia di panti. Dari hasil
penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa lansia yang mendapatkan
dukungan baik sosial maupun emosional lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan panti serta menunjukkan
perilaku yang kooperatif dengan para perawat lansia. Dengan
demikian, dukungan sosial sangat penting untuk para lansia di
panti werdha, karena hal tersebut berpengaruh pada kesejahteraan
hidup lansia di panti werdha.
F. Fokus Penelitian
Kondisi dan perubahan pada lansia yang
mengalami kemunduran fisik dan psikis serta
perilaku lansia menjadi kendala dalam merawat
lansia.
Perawat lansia bertugas dan bertanggungjawab untuk merawat lansia dengan segala kondisi psikis dan fisik lansia.
Perawat memiliki cara tersendiri yang selalu
dilakukan ketika merasa stress agar tetap dapat
merawat lansia.
Perawat merasa tertekan dengan
adanya kendala yang ada, namun tetap
harus melaksanakan tugasnya sebagai perawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Wujud coping stres yang efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan kata-kata dan bahasa dalam
mendeskripsikan sebuah fenomena. Peneliti menggunakan metode ini
karena dapat lebih mendalami untuk mencapai tujuan penelitian. Selain
itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami
subjek penelitian dengan menganalisis secara keseluruhan pada suatu
konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2008).
Secara khusus metode penelitian yang digunakan peneliti adalah
metode fenomenologi. Metode ini merujuk pada suatu pengalaman dari
berbagai subjek yang memiliki jenis dan tipe berbeda sehingga memiliki
pengalaman subjektif berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti
mendeskripsikan makna dari suatu pengalaman atau fenomena yang
dialami oleh satu atau lebih individu yang mengalami pengalaman atau
fenomena yang sama. Penelitian ini berfokus pada deksripsi mengenai
kesamaan yang dimiliki oleh subjek dalam pengalamannya (Creswell,
2007).
Penelitian ini mengolah data yang berupa transkrip wawancara.
Creswell (2010) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah alat untuk
memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Penelitian ini
disebut penelitian deskriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan atau
memberikan gambaran terhadap obyek penelitian melalui sampel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
simpulan yang berlaku umum (Denzin, 1994).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah perawat lansia yang tinggal di panti werdha
bersama lansia yang dirawatnya. Cara pemilihan subjek yaitu dengan
metode purposive sampling. Peneliti memilih subjek berjenis kelamin
perempuan. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Martina, 2012). Peneliti memilih
subjek juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan subjek dalam
merawat lansia. Peneliti juga ingin membandingkan apakah ada persamaan
dalam strategi menghadapi stress yang dilakukan oleh para subjek.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan yang dilakukan peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Tahapan tersebut adalah:
a. Menentukan topik penelitian dan menyusun rancangan penelitian.
Topik penelitian yang dipilih peneliti berdasarkan pada fenomena yang
ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Menentukan karakteristik subjek penelitian dan menentukan individu
yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini.
c. Menyusun panduan pertanyaan yang akan digunakan sebagai dasar
dalam melakukan wawancara.
d. Bertemu langsung dan membangun rapport dengan subjek. Dalam
tahap ini, peneliti juga menanyakan kesediaan subjek untuk menjadi
subjek dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti dan subjek
menentukan waktu dan tempat pengambilan data dan wawancara.
e. Sebelum melakukan wawancara, peneliti menanyakan kembali
kesediaan subjek untuk menjadi subjek dalam penelitian ini dengan
menandatangani lembar informed consent yang berisi proses
pengambilan data, efek yang akan didapatkan oleh subjek, dan hak-hak
yang bisa didapatkan oleh subjek ketika melakukan proses wawancara
ini.
f. Setelah melakukan wawancara, peneliti menyusun verbatim dari hasil
rekaman wawancara yang diperoleh dengan bantuan sound recorder.
Peneliti juga membuat kode dan keterangan kode pada hasil verbatim
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode yang sudah
ditentukan.
g. Menarik kesimpulan dari hasil olah data yang sudah dikonsultasikan
pada dosen pembimbing. Dari hasil olah data tersebut juga didapatkan
saran bagi masyarakat dan peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Batasan Istilah
1. Coping stress keadaan saat individu dapat mengendalikan pikiran dan
perilaku saat menghadapi stressor atau situasi menekan yang ada di
sekitarnya.
2. Perawat lansia adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada
orang yang membutuhkan perawatan yang disebabkan
ketidakmampuannya melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
3. Lansia adalah seseorang baik pria maupun wanita yang berusia 60
tahun ke atas yang masih aktif maupun yang sudah tidak berdaya dan
berada dalam tahap akhir perkembangan manusia.
4. Panti werdha adalah suatu tempat untuk menampung para lansia yang
terlantar dengan segala fasilitas dan perawatan yang dibutuhkan oleh
lansia.
E. Metode Pengumpulan Data
Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006) menyatakan bahwa
sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan wawancara mendalam (depth
interview), yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan maksud untuk
menetapkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Moleong, 2007)
sebagai metode pengumpulan data. Banister dkk (dalam Poerwandari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2005) menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan dan tanya
jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan dari penelitian.
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Pada
wawancara semi terstruktur, peneliti membuat suatu rancangan pertanyaan
yang akan diajukan pada subjek. Namun rancangan tersebut hanya
berfungsi untuk menuntun peneliti saat memberi pertanyaan pada subjek,
jadi peneliti tidak harus menyampaikan pertanyaan sama persis dengan apa
yang sudah dirancang terlebih dahulu (Smith, 2013). Ciri-ciri wawancara
semi terstruktur menurut Kerlinger (1990) yaitu:
1. Adanya pertanyaan berdasarkan teori yang diambil
2. Adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan
pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak
terikat oleh susunan kata-kata maupun urutan pertanyaan yang
harus diajukan.
Langkah-langkah yang akan ditempuh oleh peneliti dalam
melaksanakan wawancara ini adalah sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan rapport terlebih dahulu kepada subjek. Hal ini
berguna untuk membangun kepercayaan (trust) subjek pada
peneliti.
b. Menjelaskan mengenai kegunaan dan tujuan dari penelitian
kepada subjek. Penjelasan ini diharapkan dapat menjadi motivasi
untuk terlibat dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c. Melakukan tanya jawab pendahuluan untuk mengetahui apa saja
penyebab stress atau stressor yang pernah dialami subjek saat
merawat lansia di panti werdha.
d. Melaksanakan wawancara kepada perawat lansia lansia dengan
berlandaskan pedoman wawancara. Peneliti tidak membatasi
subjek untuk memberikan informasi tambahan.
e. Wawancara direkam menggunakan alat perekam dari handphone
dan telah disetujui oleh subjek.
f. Membuat transkrip wawancara, yaitu salinan hasil wawancara dari
audio menjadi tulisan.
Dalam proses wawancara ini, peneliti akan menggunakan pedoman
wawancara berdasarkan strategi coping stress yang dilakukan perawat saat
menghadapi stressor. Pedoman wawancara disusun oleh peneliti dengan
tujuan untuk membantu mengarahkan peneliti dalam melaksanakan
wawancara. Selain itu, pedoman wawancara juga digunakan untuk
mengecek apakah data yang diperlukan oleh peneliti sudah terpenuhi. Alat
rekam digunakan untuk menyimpan data yang berupa hasil wawancara
sehingga data penting yang diperoleh dari subjek tidak ada yang
terlupakan. Rekaman wawancara berfungsi untuk membantu peneliti
dalam menyusun verbatim sehingga dapat mempermudah dalam
melakukan pengkodean dan analisis data (Poerwandari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Bentuk pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertanyaan terbuka (open question) dengan tujuan untuk memperoleh
pendapat subjek (Bogdan dan Biklen, 1992).
Tabel pertanyaan untuk mengetahui strategi coping stress perawat dalam
merawat lansia di panti werdha (berdasarkan teori Lazarus dan Folkman
(1980, dalam Rice, 1999):
Tabel 1. Pedoman Pertanyaan Wawancara.
No. Tujuan Pertanyaan Pertanyaan
1. Mengetahui apa saja yang
menjadi stressor pada perawat
saat merawat lansia.
a. Kapan Anda mulai merawat
lansia?
b. Apa saja tugas-tugas yang
harus Anda lakukan ketika
merawat lansia?
c. Hal apa saja yang biasanya
menjadi kendala atau beban
saat merawat lansia?
d. Apa yang Anda rasakan dan
pikirkan saat terjadi kendala
atau masalah dalam merawat
lansia?
e. Apakah dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kendala tersebut membuat
Anda menjadi stress?
2. Mengetahui strategi
menghadapi stress pada
perawat saat merawat lansia.
a. Saat Anda mengalami stress,
apa yang Anda lakukan?
b. Apa yang Anda pikirkan dan
rasakan saat Anda merasa
stress?
c. Bagaimana cara Anda untuk
mengurangi stress yang sedang
dialami? Apakah Anda
meminta atau mencari bantuan
dari orang lain?
d. Mengapa Anda memilih cara
tersebut? Apakah cara tersebut
efektif mengurangi stress?
e. Bagaimana cara Anda
menghadapi situasi yang
memicu stress kembali
muncul?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
F. Metode Pengukuran
1. Organisasi Data
Organisasi data dilakukan dengan menyusun data hasil wawancara
dan catatan lapangan secara rapi dan sistematik agar membantu
peneliti memperoleh data yang baik dan memudahkan proses
penelusuran data. Setelah itu, peneliti akan melakukan pengkategorian
dan pengkodean sesuai dengan aspek jenis strategi coping.
2. Koding
Koding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi
segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya (Rossman dan Rallis,
dalam Creswell, 2010). Delapan langkah dalam proses koding menurut
Tesch (dalam Creswell, 2010) yaitu:
Delapan langkah proses koding:
a) Berusaha untuk memperoleh pemahaman umum. Membaca semua
transkripsi dengan hati-hati dan berusaha menangkap gagasan-
gagasan inti dari transkripsi tersebut.
b) Pilih satu dokumen yang paling menarik, paling singkat, dan paling
penting. Tulislah gagasan tersebut dalam bentuk catatan kecil.
c) Buatlah daftar topik mengenai semua topik yang diperoleh lalu
gabungkan topik-topik yang sama.
d) Ringkaslah topik-topik ini menjadi sebuah kode, lalu tulislah kode
tersebut dalam sebuah segmen atau kategori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
e) Buatlah satu kalimat/frasa/kata yang paling cocok untuk
menggambarkan topik-topik yang sudah diperoleh sebelumnya, lalu
masukkan topik-topik ini dalam kategori khusus.
f) Ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kode-kode
untuknya.
g) Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan
bersiaplah untuk melakukan analisis awal.
h) Jika perlu, kodinglah kembali data yang sudah ada.
3. Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Analisis tematik
merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan
tema, model tema atau indikator kompleks, kualifikasi yang biasanya
terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan dari yang
telah disebutkan. Tema tersebut akan mampu mendeskripsikan tema
bahkan menginterpretasikan tema. Analisis tema akan membantu
peneliti menemukan “pola” tertentu yang masih tersebar secara acak
dalam data verbatim. Setelah menemukan pola, peneliti akan
mengklasifikasikan pola tersebut dengan cara memberi label, definisi,
atau deskripsi (Boyatzis dalam Poerwandari, 2005).
G. Kredibilitas Penelitian
Keberhasilan penelitian ini akan terlihat dari deskripsi coping stress
perawat lansia di panti werdha. Selain itu, keberhasilan penelitian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dilihat dari member checking. Member checking adalah pengecekan
kembali data yang sudah diberikan kepada subjek dengan cara
menunjukkan hasil akhir penelitian kepada subjek. Dengan cara ini,
peneliti memastikan keakuratan hasil penelitian yang berupa rumusan
tema-tema pada subjek. Jika rumusan tema-tema tersebut sudah disetujui
keakuratannya oleh subjek, maka peneliti dapat menuliskan hasil rumusan
tema sebagai laporan akhir (Creswell dalam Supratiknya, 2015). Lincoln
dan Guba (dalam Poerwandari, 2005) mengemukakan bahwa reliabilitas
penelitian kualitatif mengenal transferability, yaitu hasil penelitian dapat
diterapkan pada situasi lain yakni coping stress perawat pada lansia yang
tinggal di panti werdha dengan subjek yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Peneliti melibatkan tiga orang subjek berjenis kelamin perempuan yang
bekerja sebagai perawat lansia yang tinggal di panti werdha. Berikut ini
adalah profil dari responden dalam penelitian ini:
1. Responden R
Responden pertama adalah seorang perempuan berusia 43 tahun
dengan inisial R. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat
SMA. Responden berstatus belum menikah dan beragama Kristen.
Responden tidak pernah mengikuti kursus atau pelatihan khusus untuk
merawat lansia.
Sebelum merawat lansia di panti werdha tempat ia bekerja
sekarang, ia hanya pernah merawat neneknya. Melalui pengalaman
merawat neneknya tersebut, responden merasa terpanggil untuk
melayani dengan cara merawat lansia di panti werdha yang dikelola
oleh yayasan Kristen di Yogyakarta.
Lansia yang tinggal di panti werdha tempat responden R bekerja
berjumlah 10 orang, 8 orang berjenis kelamin perempuan dan 2 orang
berjenis kelamin laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik,
namun ada 2 orang lansia yang harus dirawat secara intensif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
harus memakai infus. Kedua lansia tersebut menderita penyakit kronis
dan mengalami cacat mental dan cacat fisik. Sedangkan pengurus
panti werdha berjumlah 3 orang, namun hanya responden R yang
bersedia tinggal di panti werdha tersebut. Terdapat beberapa kegiatan
rutin yang dilakukan bersama-sama dengan para lansia. Kegiatan
senam bersama dilakukan seminggu sekali setiap hari Jumat dipimpin
oleh instruktur senam lansia. Selain itu, ada kegiatan membaca
Alkitab dan berdoa bersama setiap hari yang dilaksanakan pada pukul
7 pagi atau sebelum sarapan.
2. Responden SR
Responden kedua adalah seorang perempuan berusia 19 tahun
dengan inisial SR. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat
SMA, kemudian ia mengikuti pelatihan untuk menjadi perawat lansia
di salah satu LPK di Purwokerto. Responden beragama Islam dan
berstatus belum menikah.
Saat ini responden SR merawat lansia di panti werdha yang
dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sebelum merawat di
panti werdha tempat ia bekerja sekarang, responden SR mengaku
bahwa ia sempat merawat di salah satu panti werdha di Semarang.
Responden SR mengaku bahwa ia memutuskan untuk menjadi
perawat lansia atas dasar keinginannya sendiri, berbekal pengetahuan
dari pelatihan yang sudah pernah diikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Di panti werdha tempat responden ST bekerja, lansia yang tinggal
di panti tersebut berjumlah 13 orang, 9 orang perempuan dan 3 orang
laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, sebagian besar
lansia masih sehat, hanya ada sekitar 3 orang yang harus memakai
kursi roda karena kondisi fisik yang sudah lemah. Sedangkan perawat
dan pengurus panti werdha tersebut berjumlah 20 orang, 15 orang
perawat lansia dan 5 orang pengurus panti werdha. Semua perawat
lansia tinggal di panti werdha tersebut. ada beberapa kegiatan rutin
yang dilakukan bersama lansia. Di panti werdha tersebut juga ada
beberapa kegiatan rutin, diantaranya adalah senam pagi setiap hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain itu ada pula kegiatan membaca
Alkitab dan berdoa bersama. Responden ST mengaku bahwa
walaupun ia beragama non Kristen, ia tetap mengikuti kegiatan
tersebut.
3. Responden SN
Responden ketiga adalah seorang perempuan berinisial SN yang
berusia 20 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden
adalah SMA. Setelah lulus SMA, responden mengikuti pelatihan
khusus untuk merawat lansia di Purwokerto. Responden beragama
Islam dan belum menikah.
Saat ini responden SN merawat lansia di panti werdha yang
dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sama seperti responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
SR, responden SN sempat merawat di salah satu panti werdha di
Semarang sebelum ia menjadi perawat lansia di panti werdha dimana
saat ini ia bertugas. Responden SN berkata bahwa ia menjadi perawat
lansia atas keinginannya sendiri dan ia merasa siap dengan segala
konsekuensi yang akan diterimanya saat merawat lansia.
Di panti werdha tempat responden ST bekerja, lansia yang tinggal
di panti tersebut berjumlah 13 orang, 9 orang perempuan dan 3 orang
laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, sebagian besar
lansia masih sehat, hanya ada sekitar 3 orang yang harus memakai
kursi roda karena kondisi fisik yang sudah lemah. Sedangkan perawat
dan pengurus panti werdha tersebut berjumlah 20 orang, 15 orang
perawat lansia dan 5 orang pengurus panti werdha. Ada beberapa
kegiatan rutin yang dilakukan untuk dilaksanakan bersama lansia.
Kegiatan tersebut diantaranya adalah senam rutin yang dilakukan
setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Ada juga kegiatan berdoa dan
membaca Alkitab bersama yang dilaksanakan setiap hari. Meskipun
beragama non Kristen, responden SN mengaku bahwa ia tetap
mengikuti kegiatan berdoa tersebut dan merasa senang saat ikut
berdoa bersama.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data pada responden I dilakukan pada tanggal 13 Januari
2016 di Panti Werdha Perandan Padudan Gondokusuman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti bersama dengan responden
menentukan waktu dan tempat untuk melaksanakan wawancara. Peneliti
memberikan informed consent pada para responden sebagai bukti bahwa
responden bersedia menjadi narasumber dalam penelitian dan agar responden
mengetahui manfaat dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan.
Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang meliputi pengalaman
responden sebagai perawat lansia, kendala atau stressor yang dialami saat
merawat lansia, dan strategi para responden untuk menghadapi stres.
Pengambilan data pada responden II, dan responden III dilakukan pada
tanggal dan tempat yang sama, yaitu 7 Maret 2016 di Panti Werdha Budi
Dharma Kasih. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti bersama
dengan kepala panti werdha menentukan tempat, waktu, dan jumlah
responden yang akan diwawancara. Peneliti memberikan informed consent
pada para responden sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi
narasumber dalam penelitian. Selain itu, melalui informed consent responden
juga dapat mengetahui manfaat dan tujuan dari penelitian yang akan
dilaksanakan. Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang meliputi
pengalaman kedua responden sebagai perawat lansia, kendala atau stressor
yang dialami saat merawat lansia, dan strategi para responden untuk
menghadapi stres. Selain itu, peneliti juga menggali data tentang kondisi dan
perilaku lansia yang dirawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Hasil Penelitian
1. Responden I (inisial R)
a. Tugas sebagai perawat lansia
Berdasarkan paparan responden I, ada beberapa tugas yang
harus dikerjakan dalam tugasnya merawat lansia, diantaranya
adalah memandikan, menyuapi, mengganti pakaian para lansia
dan mengerjakan urusan administrasi panti werdha. Tugas-
tugas tersebut ia lakukan sendiri karena hanya ada satu perawat
di panti werdha tempat responden I bekerja. Namun karena
sebagian besar lansia masih mandiri, responden I tidak terlalu
kesulitan dalam merawat para lansia, ia hanya perlu mengawasi
lansia yang masih mandiri dan memberikan perawatan yang
lebih intensif pada lansia yang sudah mengalami lemah fisik.
Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam kutipannya
sebagai berikut:
“Ya ngurusin administrasi, ya ngurusi laporan
pertanggungjawaban, ya ngurusi neneknya dari
memandikan, nyuapin, mengganti pakaian, ya
nyuci, ngepel, saya lakukan soalnya disini saya
cuma sendiri, seperti itu.” (14-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Kendala atau stressor dalam merawat lansia
Responden I mengaku bahwa tidak selalu ia dapat
mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan lancar dan tidak ada
kendala. Responden I berkata bahwa ia sering mengalami
kendala dalam merawat lansia terutama pada saat ia harus
menghadapi lansia yang mempunyai watak dan sifat yang
berbeda-beda, sehingga seringkali para lansia tersebut susah
untuk diberitahu. Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam
kutipannya sebagai berikut:
“Kendalanya itu ya cuma nenek-nenek saya itu
beda watak, sifat, karakter jadi saya harus
menyesuaikan watak, sifat, karakter mereka itu.”
(19-21)
Responden I berpendapat bahwa kendala yang muncul
dapat berasal dari pola pikir lansia yang berbeda-beda dan
tingkat pendidikan yang rendah sehingga para lansia susah
untuk diatur dan diberitahu:
“Mungkin karena itu dia mungkin kurang
berpendidikan, jadi cara berpikirnya, pola
berpikirnya agak beda.” (36-40)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kendala lain yang dialami responden I adalah kondisi
kesehatan lansia yang sudah menurun dan menderita penyakit
seperti epilepsi dan cacat ganda (cacat mental dan fisik).
Responden I mengaku bahwa ia kewalahan saat harus merawat
lansia yang menderita cacat ganda, karena selain sulit diajak
berkomunikasi, lansia tersebut juga tidak dapat menggerakkan
badannya sendiri sehingga butuh perawatan ekstra. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan responden I dalam kutipan
sebagai berikut:
“Cuma kendalanya waktu epilepsinya dia kumat,
awalnya saya nggak tau kalo dia epilepsi.” (64-63)
“Dulu awal-awal masuk ya saya sempat kewalahan,
saya harus ngangkat dia dari kursi ke tempat tidur,
ngangkat dia dari kursi duduk terus memandikan, itu
bener-bener saya kewalahan.” (73-76)
c. Strategi coping stres
Responden I mengaku bahwa kendala-kendala dalam
merawat lansia menjadi penyebab stres yang dialaminya.
Dengan demikian, responden I menyadari bahwa ia tidak dapat
menjalani tugasnya sebagai perawat lansia dengan baik jika ia
mengalami stres, sehingga ia harus menghadapi rasa stresnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dengan melakukan coping. Beberapa strategi coping yang
dilakukan responden I sebagai tindakan kuratif adalah
melepaskan atau mengengkspresikan emosi negatif yang
dirasakannya. Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam
kutipan sebagai berikut:
“Saya mending wek wek wek tapi nggak jadi beban,
nggak jadi masalah dengan mereka. Kalo sudah ya
sudah, selesai urusannya, seperti itu. Lebih baik saya
keluarkan daripada dipendam.” (157-161)
“Akhirnya saya terus teriak-teriak itu tadi,
menghilangkan kejengkelan hati saya, saya luapkan.”
(190-191)
Selain melepaskan emosi negatif, secara personal
responden I juga beranggapan bahwa menyelesaikan masalah
secara langsung lebih baik daripada dipendam. Responden I
juga berkata bahwa dengan menyelesaikan masalah secara
langsung dapat membuatnya merasa lega. Hal ini dibuktikan
dalam pernyataan responden I sebagai berikut:
“Mending langsung diselesaikan sekalian trus sudah.
Jadi kalo ada permasalahan sedikit yang itu
mengganggu pikiran saya, itu bikin saya nggak nyaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
jadi langsung saya selesaikan tapi setelah itu saya
lega.”(337-340)
Responden I mengaku bahwa ia juga melakukan upaya
preventif dan kuratif dengan mendekatkan diri pada Tuhan.
Upaya ini ia lakukan untuk mengantisipasi adanya luapan
emosi negatif saat ia merasa stres. Responden I berkata bahwa
secara personal dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan, ia
mendapatkan ketenangan dan merasakan adanya hikmat dan
tuntunan Tuhan dalam menjalankan tugasnya merawat lansia.
Dalam upaya mengatasi stres dengan cara mendekatkan diri
dengan Tuhan, Responden I mempunyai 2 cara yaitu dengan
berdoa dan membaca firman Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan
kutipan pernyataan responden I sebagai berikut:
“Akhirnya setiap saya mau marah, saya ambil renungan.
Jadi setiap pagi mau makan, kita harus renungan dulu.”
(127-129)
“Selalu baca renungan sebelum makan pagi, bacaan
Firman Tuhan, ya melalui itu tadi saya berikan ke
mereka.” (193-195)
“Pokoknya berdoa mohon hikmat pada Tuhan, dan saya
tetep berpegang pada firman Tuhan. Saya merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
nyaman kalo udah berdoa, dan merasa selalu dibukakan
jalan oleh Tuhan.” (262-266)
Responden I mengaku bahwa ia membutuhkan orang lain
untuk mendengarkan keluhannya dan menceritakan segala
permasalahan yang dialaminya, sehingga ia dapat meluapkan
emosi negatifnya. Jika ia tidak bercerita dengan orang lain, ia
akan tetap merasa stres dan jengkel sehingga hal tersebut akan
menjadi beban pikirannya. Menurut responden I, dengan cara
bercerita dengan orang lain, beban dan stres yang dirasakannya
sudah berkurang. Bercerita kepada orang lain dirasa efektif
oleh responden I untuk mengurangi rasa jengkel dan stres yang
dialaminya. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan
responden berikut:
“Saya curhat ke orang tertentu. Soalnya kalo saya nggak
curhat ke seseorang, beban itu berat. Jadi rasanya
jengkel, stres, marah, nggak mau ngeliat orangnya, itu
beban mbak. Daripada nanti saya marah, jadi batu
sandungan, mending saya curhat.” (286-290)
“Saya main ketempat siapa gitu. Kita ngobrol, tapi
bukan ngobrol tentang simbah. Nanti pas pulang,
walaupun masih ada rasa jengkel tapi beban dan stres
saya sudah berkurang.” (309-312)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan paparan dari responden I, stressor saat
merawat lansia adalah saat ia harus menghadapi lansia yang sulit
diberitahu, mengurus administrasi serta membersihkan panti
sendiri, dan merawat lansia yang mengalami cacat fisik dan
mental. Dalam menghadapi stres, responden I melakukan
tindakan preventif yaitu berdoa dan membaca Alkitab. Upaya ini
juga didukung dengan adanya kegiatan rutin di panti yaitu
membaca renungan bersama. Sedangkan tindakan kuratif yang
ia lakukan adalah menyelesaikan masalah secara langsung dan
bercerita kepada orang lain. Dengan demikian, secara personal
ia merasa bahwa dengan cara-cara tersebut rasa stresnya dapat
berkurang. Coping stres yang digunakan responden I termasuk
dalam emotion-focused coping.
2. Responden II (inisial Si)
a. Tugas sebagai perawat lansia
Berdasarkan hasil wawancara, responden II mempunyai
beberapa tugas yang harus dikerjakan sebagai perawat lansia,
yaitu menjaga kebersihan dan kesehatan lansia, memandikan,
menyiapkan makanan, dan menyuapi. Responden II berkata
bahwa tiap hari ia harus memandikan lansia yang mengalami
lemah fisik atau cacat dan lansia yang memakai kursi roda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dalam hal menjaga kebersihan lansia, responden II mengaku
bahwa ia bertugas untuk mengepel dan menjaga kebersihan
kamar para lansia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan
pernyataan responden sebagai berikut:
“Kalo pagi paling yang pertama ngepel depan gitu dulu
terus nyiapin air panas buat mandi, gitu ntar jam
setengah 6 mandiin.” (8-10)
“Kalo makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe
selesai gitu, kan kalo di belakang ada yang disuapin 1,
terus makannya juga dihalusin.” (15-17)
Selain itu responden II juga bertugas untuk mengantar
lansia yang mengeluh sakit ke poliklinik dan mengawasi lansia
dalam mengonsumsi obat-obatan. Ketika waktu makan sudah
tiba, responden II bersama perawat lainnya menyiapkan
makanan untuk para lansia. Lansia yang cacat atau sedang sakit
biasanya disuapi oleh perawat.Hal ini dibuktikan dengan kutipan
pernyataan responden II sebagai berikut:
“Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke balai
pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu-
satu, ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes
nggak kayak biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa
pusing gitu mba.” (20-24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
“Malem-malem pasti ada yang manggil, kalo ada yang
mau kencing atau apa kan mesti manggil buat bantuin
kencing.” (29-31)
b. Kendala atau stressor dalam merawat lansia
Pada saat merawat lansia, responden II mengaku ada
beberapa kendala yang dialaminya. Kendala yang sering
dialami yaitu lansia yang susah diberitahu untuk mandi. Selain
itu lansia juga menggit dan mencakar perawat ketika
dimandikan. Responden II mengaku bahwa ada beberapa lansia
yang susah dimandikan dan sering memberontak. Perilaku
lansia ini membuat responden II kesulitan dalam merawat. Hal
ini ditunjukkan dalam kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Ya itu sih, kalo dimandiin ada yang suka nggigit. Ada
yang nggigit, ada yang nyakar. Terus kalo di depan juga
yang mandiin harus berdua mba.”(38-41)
“Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang
dibelakang itu susah mandi, susah dibilangin suruh
mandi.” (36-37)
Responden II juga mengalami kesulitan saat merawat lansia
dengan kondisi lemah mental dan menderita pikun. Lansia
yang pikun sering bertanya hal yang sama secara berulang
sehingga responden II merasa kewalahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menanggapinya. Selain itu, responden II juga mengaku bahwa
lansia sering berkata kasar sehingga ia merasa sedih dan
jengkel. Kendala ini menyebabkan responden II merasa stres
pada saat awal merawat lansia, namun lama-kelamaan ia
terbiasa menghadapi perilaku lansia tersebut. Hal ini dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:
“Yang... itu yang pikun mba. Nanya terus, baru sebentar
nanya, udah dijawab nanya lagi. Ngomong terus tapi
omongannya diulang terus. Kadang ya capek
nanggepinnya, jengkel juga udah dijawab, nanya lagi
gitu mba .”(79-83)
“Kadang juga ada yang ngatain kasar mba. Kalo udah
gitu yang bikin saya sedih, ya jengkel juga. Dulu awal ya
sempet stres digituin, tapi makin kesini ya biasa aja.”
(100-103)
c. Strategi coping stress
Dalam menghadapi stressor yang dialaminya, responden II
melakukan beberapa strategi coping yang dianggap efektif
untuk mengurangi rasa stresnya. Responden II mengaku bahwa
sebagai tindakan kuratif, ia sering mengungkapkan perasaan
dan keluhannya dengan cara bercerita dengan temannya. Selain
itu, responden II juga mendapatkan dukungan sosial berupa
motivasi dan semangat serta nasihat dari teman-teman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
orangtua, dan Kepala Panti. Hal ini dibuktikan dengan kutipan
pernyataan responden sebagai berikut:
“Emm... paling ya cerita, curhat sama temen-temen.
Nanti temen-temen bilang, udah diemin aja, kalo
ngamuk didiemin aja nanti kan cape sendiri.” (62-65)
“Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, dikasih semangat
gitu mba, disini kan bukan cuma kerja biasa ngerawat
lansia tapi juga melayani.” (67-69)
“Tapi ya seringnya kalo ada masalah apa lagi jengkel
stres gitu cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah
mereka bikin buat bercandaan.” (115-117)
Selain strategi coping yang sudah disebutkan, responden II
juga mengatasi rasa stresnya dengan cara meminta bantuan
pada teman-temannya ketika sedang mengalami kesulitan.
responden II juga terus melakukan latihan dalam merawat
lansia supaya ia dapat terbiasa dalam merawat lansia. Selain
itu, secara personal responden II juga beranggapan bahwa saat
ia bisa menerima keadaan dan menjalankan tugasnya sebagai
perawat lansia dengan sabar dan menerima segala resiko yang
ada, ia merasa stres yang dirasakannya tidak terlalu berat. Hal
ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
“Ya gitu latian terus tiap hari, minta bantuan sama
temen, dibantu sama temen juga.” (59-61)
“Jadi ya harus dihadapi aja, sama banyak-banyak
sabar. Kalo nerima keadaan malah jadi nggak stres
banget mba. Kerjaan merawat lansia ini kan juga saya
sendiri yang mau, jadi apa aja resikonya ya saya terima
aja mba.” (107-111)
Dalam upaya menghadapi stresnya, responden II berkata
bahwa ia juga melakukan tindakan preventif dengan
mendekatkan diri pada Tuhan (sholat). Hal ini dibuktikan
dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Ya paling berdoa aja sih mba. Sama telepon ibu, cerita-
cerita. Nanti sama ibu paling dibilang yaudah sabar aja,
dijalanin aja gitu.” (75-78)
Berdasarkan paparan dari responden II, dapat disimpulkan
bahwa stres muncul saat ada lansia yang berkata kasar, tidak
mau dilayani, dan melakukan tindakan agresi. Untuk
mengatasi stresnya, sebagai tindakan preventif responden II
melakukan upaya mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan
upaya kuratif yang dilakukannya adalah bercerita pada orang
lain sehingga ia mendapatkan semangat dan motivasi. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tersebut menunjukkan bahwa responden II menggunakan
strategi emotion-focused coping.
3. Responden III (inisial SR)
a. Tugas sebagai perawat lansia
Berdasarkan hasil wawancara, responden III mempunyai
beberapa tugas yang rutin dilakukannya sebagai perawat
lansia. tugas-tugas tersebut adalah menjaga kebersihan para
lansia, seperti memandikan dan membersihkan tempat tidur.
Selain itu, responden III juga bertugas untuk menyiapkan
makanan dan menjaga lansia. Responden III mengaku bahwa
ia juga bertugas untuk menemani lansia saat akan tidur pada
malam hari, dan menemani ke kamar mandi dan membantu
buang air. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan
responden sebagai berikut:
“Yaa saya kerjanya bersih-bersih tempat tidur, ngepel,
nyapu. Siapin makanan juga, njagain, trus nanti kalo
yang mau ke kamar mandi ndak berani ditemenin,
dibantu buang airnya, trus nanti ada yang ndak berani
tidur malem ditemenin gitu, kasih obat.” (20-24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Kendala atau stresor saat merawat lansia
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai perawat lansia,
banyak kendala yang dilami oleh responden III. Kendala yang
biasa ia alami adalah perilaku lansia yang sering menolak
untuk dimandikan dan berteriak-teriak. Responden III juga
mengaku bahwa ia pernah digigit, dicubit, dan dipukul oleh
lansia yang tidak mau dimandikan. Lansia yang suka menggigit
dan mencubit seringkali membuat responden III merasa sedih
dan stres, selain itu responden III juga mengalami kendala saat
mengingatkan lansia yang sulit minum obat. Hal ini dibuktikan
dengan kutipan pernyataan responden III sebagai berikut:
“Biasanya nenek-neneknya tu suka teriak-teriak.
Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin juga,
nyubitin.” (35-37)
“Trus kalo suruh minum kalo ndak disuruh ndak minum-
minum.” (39-40)
“Apalagi yang suka nggigit sama mukulin kalo pas
dimandiin mbak, itu rasanya sedih banget, bikin stres.”
(102-104)
Selain perilaku lansia yang menjadi kendala dalam merawat
lansia, responden III mengaku bahwa kesehatan lansia yang
menurun juga menjadi hambatan dalam merawat lansia.
Beberapa lansia yang sudah pikun sering menanyakan satu hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang sama pada para perawat secara berulang-ulang, hal
tersebut membuat responden III merasa lelah dan jengkel,
namun ia harus tetap menanggapi pertanyaan lansia tersebut.
Hal ini dibuktikan dalam kutipan pernyataan responden III
sebagai berikut:
“Yaa stres mbak, apalagi kalo ngadepin orang pikun
mbak, capek ngadepinnya. Biasanya nanya, ini jam
berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya lagi nanya
lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya kok
nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?”
Marah-marah terus. (41-46)
Kendala-kendala yang dialami tersebut membuat responden
III merasa jengkel, marah, dan stres, sehingga ia berniat untuk
mengupayakan sesuatu agar ia bisa mengatasi emosi negatifnya
tersebut. Responden III mengaku bahwa ketika ia sudah tidak
dapat menahan rasa jengkelnya, ia akan memarahi atau
membentak lansia yang sulit diberitahu. Hal ini dibuktikan
dengan kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Kadang-kadang marah-marah gitu mbak, ndak sengaja
malah jadinya mbentak-mbentak.” (57-58)
c. Strategi coping stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Responden III mengaku bahwa saat ia merasa stres, ia juga
berinisiatif untuk mencurahkan isi hati dan permasalahan yang
dialaminya pada teman-temannya. Saat bercerita pada teman-
temannya, responden III berkata bahwa ia mendapatkan
dukungan dan motivasi serta nasihat dari teman-temannya.
Responden III juga berkata bahwa ia mendapat hiburan dari
teman-temannya dengan cara bercanda bersama. Hal ini
dibuktikan dengan kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Yaa biasanya bercanda sama temen-temen, ndengerin
lagu, nanti nyanyi-nyanyi bareng, ketawa-ketawa
bareng, gitu.” (67-69)
“Biasanya saling berbagi gitu, saling cerita sama saling
kasih semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga...”
(76-78)
“Tapi terus biasanya temen-temen kasih motivasi,
“Jangan gitu lah, harus semangat. Kita kan disini kerja
sama-sama. Nanti kalo kerjasama kan kita bisa ngatasin
permasalahan yang ada disini..” (106-110)
Responden III mengaku bahwa ia juga melakukan upaya
mendekatkan diri dengan Tuhan dengan cara berdoa (sholat)
ketika ia merasa stres. Responden III juga bercerita pada ibunya
tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan cara ini
responden merasa stresnya dapat berkurang. Upaya meluapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
emosi negatif dengan cara menangis juga dilakukan oleh
responden III. Namun jika responden III sudah tidak dapat
mengatasi permasalahan dan stressor yang dihadapinya,
responden III berkata bahwa ia akan menyerah dalam merawat
lansia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden
III sebagai berikut:
“Kadang juga saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih
kesabaran aja. Pernah saya nangis sendirian di kamar
juga mbak. Kadang-kadang nangis sendirian habis
sholat. Kadang telpon sama ibu dirumah.” (86-90)
“Paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya marah-
marah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting
berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak
tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja.” (96-99)
Dari hasil analisis, stressor yang dialami oleh responden
III berasal dari perilaku lansia yang tidak mau dilayani, tindakan
agresi lansia, dan ketika harus menghadapi lansia yang pikun.
Sebagai tindakan kuratif responden III menghadapi stresnya
dengan cara membentak dan marah pada lansia, bercerita pada
orang lain, dan menangis. Sedangkan sebagai tindakan preventif
responden III melakukan pendekatan diri pada Tuhan untuk
mendapatkan ketenangan batin. Strategi coping yang digunakan
responden III termasuk dalam emotion-focused coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
D. Pembahasan
1. Tugas sebagai perawat lansia
Perawatan lansia atau geriatric nursing yaitu perawat yang menangani
penyakit pada proses menua(Kozier dalam Nugroho, 1992). Hal ini yang
dilakukan oleh ketiga responden yang merawat para lansia di panti
werdha. Walaupun ketiga responden tidak menangani penyakit yang
diderita para lansia, namun mereka bertugas untuk merawat lansia yang
sedang mengalami proses menua. Para lansia yang dirawat oleh ketiga
responden pada umumnya termasuk dalam kategori lansia resiko tinggi,
yaitu lansia yang berusia 70 tahun atau lebih dan mengalami kelemahan
fisik maupun psikis. Lansia yang dirawat oleh ketiga responden pada
umumnya mengalami kepikunan, menderita penyakit tertentu seperti
epilepsi, dan memerlukan bantuan saat menjalankan aktivitas sehari-hari
karena lemah fisik dan keterbatasan lain seperti cacat mental dan cacat
fisik.
Selain itu, perawat lansia mempunyai peranan untuk melayani lansia
dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat
untuk mengoptimalkan kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992).
Hal ini sesuai dengan responden II dan responden III yang sebelum
merawat lansia di Panti Werdha Budi Dharma Kasih sudah pernah
merawat lansia di salah satu panti werdha di Semarang. Responden II dan
responden III juga memiliki pengetahuan merawat lansia melalui kursus
di LPK khusus untuk perawat lansia. Sedangkan responden I memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pengetahuan dalam merawat lansia dari pengalamannya merawat
neneknya yang sedang sakit. Berbeda dengan kedua responden lainnya,
responden I tidak pernah mengikuti kursus atau pelatihan untuk menjadi
perawat lansia.
Dilihat dari pengalaman saat merawat lansia yang dialami oleh ketiga
responden, tugas yang harus dilakukan oleh perawat lansia adalah
membantu lansia saat makan, menemani dan membantu lansia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu, perawat lansia juga harus
mengontrol kesehatan dan menanyakan keluhan kesehatan yang dialami
lansia serta mengantar lansia yang sakit ke balai pengobatan dan
mengontrol jadwal untuk mengonsumsi obat-obatan seperti yang
dilakukan oleh responden II dan responden III. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nugroho (1995) tentang tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh perawat lansia, seperti mendekatkan diri dengan lansia dan
membimbing dengan sabar dan ramah, menanyakan apakah ada keluhan
yang dirasakan, mengingatkan agar tidak lupa minum obat.
2. Stressor atau kendala saat merawat lansia
Dalam tugasnya merawat lansia, ketiga responden mengaku bahwa
pernah merasa tertekan dan mengalami stres. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Insiyah (2014) yang menyatakan bahwa merawat lansia
adalah pengalaman yang dapat memicu stres. Sebagian besar
stressorberasal dari perilaku dan kondisi lansia yang dirawat. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gitlin (2012), lansia mengalami penurunan kondisi mental dan fisik yang
disertai dengan adanya penurunan psikologis, diantaranya demensia,
depresi, delusi, gangguan kecemasan, dan gangguan tidur. Kondisi lansia
yang dirawat oleh ketiga responden sebagian besar sudah mengalami
penurunan fisik dan kondisi mental yang semakin lemah, mengidap suatu
penyakit tertentu, dan perilaku lansia yang kurang pantas menjadi
penyebab para responden merasa tertekan.
Kendala yang dialami oleh responden I adalah ketika ia harus
menghadapi lansia yang mempunyai watak yang keras sehingga lansia
tersebut sulit untuk diberitahu. Selain itu, responden I juga merasa
kesulitan saat harus merawat lansia yang mengalami cacat mental dan
fisik karena responden I merasa harus lebih memperhatikan lansia
tersebut sehingga menguras tenaga dan pikirannya. Responden I merasa
tertekan karena ia tidak dapat memendam rasa marah dan jengkel yang ia
rasakan. Hal ini karena responden I beranggapan jika ia meluapkan
kemarahannya pada lansia yang dirawatnya, maka ia merasa gagal dalam
merawat lansia karena tidak dapat merawat mereka dengan kasih dan
dengan tulus.
Kendala dan stressor yang dialami oleh responden II dan responden
III sebagian besar sama karena kedua responden tersebut merawat di
panti werdha yang sama juga. Responden II dan responden III mengaku
bahwa kendala dalam merawat lansia saat harus menghadapi perilaku
lansia yang suka menggigit, mencakar, memukul dan mencubit saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dimandikan. Selain itu, responden II dan responden III juga berkata
bahwa terkadang lansia berkata kasar padanya sehingga mereka merasa
tertekan dan sedih. Selain itu, responden III juga merasa tidak dihargai
sebagai perawat ketika ada lansia yang berkata kasar padanya. Kendala
lainnya yang dialami oleh responden II adalah ketika ia harus
menghadapi lansia yang pikun. Lansia tersebut sering menanyakan suatu
hal yang sama secara berulang-ulang sehingga responden II merasa
kewalahan saat harus terus-menerus menanggapinya. Lansia yang
mengalami kepikunan dan sering melampiaskan kemarahannya pada
perawat juga menjadi beban bagi reponden III.
3. Strategi coping stres
Kendala yang dialami ketiga responden ketika merawat lansia
berdampak pada kondisi psikologis responden. Ketiga responden
mengalami stres dan muncul emosi negatif lain seperti sedih dan marah.
Hal ini mengakibatkan ketiga responden yang bertugas sebagai perawat
lansia tidak dapat merawat lansia secara optimal. Oleh karena itu,
perawat harus memiliki strategi untuk menghadapi stres yang dialaminya.
Ketiga responden memiliki strategi menghadapi stres (coping) yang
berbeda-beda. Strategi yang sering digunakan oleh ketiga responden
yaitu mencari dukungan sosial (seeking of emotional support) dengan
cara bercerita mengenai permasalahannya dalam merawat lansia maupun
hal lain yang membuat mereka merasa stres dan tertekan saat bertugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
merawat lansia. Masing-masing responden memiliki coping yang
termasuk dalam kedua kategori coping tersebut.
Coping yang dilakukan reponden I yang termasuk problem-focused
coping yaitu dengan cara melakukan refleksi dan merenung (planning),
responden I memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi
stressor yang dialaminya dan menyelesaikan permasalahan secara
langsung (active coping) karena responden I berpendapat bahwa dengan
menyelesaikan permasalahan secara langung, ia tidak merasa terbeban.
Reaksi ini dipengaruhi oleh motivasi responden yang tidak ingin
memendam permasalahan dalam jangka waktu yang lama karena
responden menyadari bahwa dengan memendam permasalahan hanya
akan memperburuk keadaan. Sedangkan yang termasuk dalam emotion-
focused coping yaitu mencari dukungan sosial (seeking emotional
support) ketika responden I merasa ia tidak dapat menghadapi stresnya
sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk bercerita dan berbagi
tentang apa yang sedang dialaminya saat itu, namun responden I tidak
mengharapkan adanya motivasi atau nasihat yang diberikan oleh orang
lain; berdoa (meminta pertolongan pada Tuhan) (turning to religion)
karena responden I mengaku bahwa saat ia berdoa, ia mendapatkan
hikmat dari Tuhan untuk menghadapi segala permasalahan yang
dialaminya, selain itu ia juga mendapatkan ketenangan saat berdoa; serta
melepaskan emosi negatif secara langsung (focus on and venting of
emotion) karena responden I mengaku bahwa dengan melepaskan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
negatif, rasa stresnya dapat berkurang. Namun cara melepaskan emosi
negatif yang dilakukan oleh responden I masih dalam batas wajar dan
tidak menyakiti orang lain khususnya lansia yang dirawatnya.
Berdasarkan hasil pembahasan, sebagian besar strategi coping yang
dilakukan oleh responden I termasuk dalam emotion-focused coping.
Sedangkan coping yang dilakukan oleh responden II yaitu mencari
dukungan sosial (seeking emotional support) dari teman-teman sesama
perawat lansia. Reaksi ini berkaitan dengan harapan responden II untuk
mendapatkan motivasi dari teman-temannya. Responden II mengaku
bahwa ia sering mendapatkan motivasi dari teman perawat lansia lainnya
saat ia bercerita mengenai stres dan permasalahan yang dialaminya.
Selain itu, responden II juga meminta bantuan pada orang lain untuk
membantu menyelesaikan masalah serta mengharapkan motivasi dan
nasihat dari teman-teman dan orangtuanya. Selain itu, responden II juga
melakukan coping dengan cara meminta pertolongan dari Tuhan (turning
to religion) karena ia beranggapan bahwa dengan berdoa, ia
mendapatkan ketenangan dan ia yakin bahwa Tuhan akan menolongnya
dalam menghadapi permasalahan dan stres yang dirasakannya.
Berdasarkan hasil pembahasan, responden II memiliki strategi coping
yang termasuk dalam kategori emotion-focused coping.
Coping stres oleh responden III yang termasuk emotion-focused
coping adalah menghibur diri bersama orang lain. Selain itu, responden
III juga mencari dukungan sosial (seeking of emotional support). Reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
terhadap stress yang dilakukan responden II ini didasari oleh harapan
untuk mendapatkan dukungan dari orang lain. Dengan cara bercerita
dengan teman dan orangtua, responden III mengaku bahwa ia sering
menerima motivasi dan nasihat dari teman maupun Kepala Panti serta
orangtua sehingga ia dapat menghadapi permasalahan dan stres yang
dirasakannya. Responden III berpendapat bahwa dengan menerima
keadaan (acceptance) ia dapat lebih ikhlas dalam menjalankan tugasnya
sebagai perawat lansia dan ia akan menerima segala resiko sebagai
perawat lansia dengan lapang dada. Berdoa (turning to religion) juga
merupakan cara responden III mengatasi rasa stresnya, karena dengan
berdoa ia mendapatkan ketenangan dan keyakinan bahwa ia dapat
mengatasi permasalahan dan stres yang dialaminya. Responden III
melakukan strategi coping yang termasuk problem-focused coping yaitu
menyerah atau menghindari stressor (behavioral disengagement).
Responden III menganggap cara ini paling efektif untuk menghadapi
stres ketika cara lain yang termasuk dalam problem-focused coping
sudah tidak dapat mengatasi stres yang dirasakannya. Berdasarkan hasil
pembahasan, sebagian besar responden III memiliki strategi coping yang
termasuk dalam emotion-focused coping.
Strategi menghadapi stres yang dilakukan oleh ketiga responden
sesuai dengan teori dari Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) yang
menyatakan bahwa ada 2 jenis coping menurut kegunaannya, yaitu
problem-focused coping dan emotion-focused coping. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
berdasarkan pembahasan, ketiga responden cenderung memakai strategi
yang termasuk dalam emotion-focused coping. Menurut Carver (1989),
emotion-focused coping meliputi seeking of emotional support; positive
reinterpretation and growth; mental disengagement; denial; acceptance;
turning to religion; focus on and venting of emotion; humor; substance
use. Hal ini dikarenakan ketiga responden lebih berfokus pada
mengurangi emosi negatif yang dirasakan ketika mengalami stres. Ketiga
responden juga mengganggap stressor yang dialami adalah hal yang
dapat diatasi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat temuan baru yaitu ketiga
responden menggunakan strategi coping dengan cara mendekatkan diri
kepada Tuhan (turning into religion). Strategi ini dianggap efektif oleh
ketiga responden terutama saat mereka tidak mendapatkan dukungan
sosial atau emosional yang memadai. Sehingga ketiga responden
beranggapan bahwa ketika menyerahkan segala permasalahan pada
Tuhan, maka semuanya akan baik-baik saja dan ketiga responden juga
mendapatkan kekuatan dari Tuhan.
Ketiga responden menganggap bahwa strategi coping yang
dilakukannya efektif dalam mengurangi stres. Hal ini ditunjukkan
dengan perilaku ketiga responden yang menyesuaikan diri dengan
kenyataan, mempertahankan keseimbangan emosional dengan cara
berdoa sehingga mendapatkan ketenangan, maupun melanjutkan
hubungannya dengan orang lain dengan cara mencari dukungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Strategi coping stres yang digunakan oleh ketiga responden yaitu seeking
of emotional support. Strategi ini termasuk dalam emotion-focused coping.
Strategi tersebut merupakan tindakan kuratif dari ketiga responden saat
mengalami stress. Ketiga responden mengaku bahwa ketika merasa stres,
mereka akan meminta dukungan kepada orang-orang terdekat seperti teman-
teman atau orangtua. Dukungan yang didapatkan oleh ketiga responden dapat
berupa motivasi dan nasihat.
Selain itu, strategi mendekatkan diri pada Tuhan (turning into religion)
juga dianggap efektif dalam menghadapi stres yang dialami oleh ketiga
responden. Ketiga responden melakukan strategi ini sebagai tindakan preventif
maupun kuratif. Saat ketiga responden merasa akan mengalami stress, berdoa
merupakan cara yang tepat untuk memberi ketenangan dalam diri. Begitu pula
ketika mereka tidak mendapatkan dukungan sosial yang memadai untuk
mengurangi rasa stres, ketiga responden akan berdoa dan berpasrah pada
Tuhan. Dengan cara tersebut, ketiga responden merasa mendapatkan kekuatan
dari Tuhan untuk mereka dapat menghadapi permasalahan atau kendala yang
muncul saat merawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Ruang lingkup penelitian yang terbatas, dimana peneliti hanya
meneliti pada responden yang menjadi perawat di panti wredha yang
dikelola oleh yayasan swasta.
2. Keterbatasan peneliti dalam menggali informasi dimana peneliti
menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana
sehingga kurang mendalam dalam proses wawancara.
C. Saran
Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan, maka
didapatkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi informan penelitian
Berdasarkan hasil pembahasan, perawat lansia cenderung memilih
coping dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan bercerita pada orang
lain. Dengan demikian, diharapkan panti werdha mengadakan kegiatan
yang menunjang seperti renungan dan berdoa bersama serta sharing baik
dengan sesama perawat lansia maupun dengan lansia yang dirawat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini menggali bagaimana cara perawat lansia yang tinggal
di panti wredha bersama lansia untuk merawat lansia selama hampir 24
jam, sehingga kendala yang dialami oleh para perawat sangat beragam dan
hampir sepanjang hari terdapat kendala yang disebabkan oleh para lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Selain itu, responden dalam penelitian ini ketiganya berjenis kelamin
perempuan. Akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya dapat melihat
bagaimana cara menghadapi stres saat merawat lansia pada perawat yang
berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian selanjutnya juga dapat dilihat
apa saja kendala yang dialami oleh perawat lansia yang tidak tinggal
bersama para lansia di panti wredha, sehingga hasilnya dapat
dibandingkan. Selain itu, dalam penelitian ini masih menggunakan
panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana sehingga kurang
dapat menggali lebih dalam mengenai pengalaman serta bagaimana cara
menghadapi stres saat ketiga responden menghadapi kendala dalam
merawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta: 2008.
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1992). Qualitative Research for Education: An
Introduction to the Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1994). Hanbook of Qualitative Research.
Thousand Oaks, California: Sage.
Effendy, N. (1997). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gormally, Luke. (1992). The Dependent Elderly: Autonomy, Justice and Quality
of Care. Great Britain: Cambridge University Press.
Hawari, D. (2007). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: EGC.
Hurlock, E. B. (1979). Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill.
Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (edisi kelima). Penerbit Erlangga. Jakarta: 2008.
http://depsos.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Johnson, D. W. & Johnson, F. P. (1991). Joining Together: Group Theory and
Group Skills. Fourth Edition. London: Prentice Hall International.
Kerlinger, Fred N. (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. Stress, Appraisal, and Coping. Springer. New
York: 1984.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, W. (1992). KeperawatanGerontik, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nugroho, W. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Buku Kedokteran.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Gerartik. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Papalia, Olds & Fieldman. (2007). Human Development. New York: McGraw
Hill.
Papalia, D. E., Sterns, H. L., Fieldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult
Development And Aging. New York: McGraw Hill.
Poerwandari, Kristi. (2005) Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: LPSP3 UI.
Poerwandari, Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Rice, P. L. Stress and Health (3rd ed.). Brooks/Cole Publishing Company.
California: 1999.
Smith, Jonathan A. (2013). Dasar-Dasar Psikologi Kualitatif: Pedoman Praktis
Metode Penelitian. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Suardiman, Siti Partini (2011). Psikologi Usia Lanjut, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Taylor, S. E. & Stanson, A. L. Coping Resource, Coping Processes and Mental
Health. The Annual Review of Clinical Psychology no. 3 (377-401).
Sumber Jurnal dan Skripsi
Carver, C. S. 1997. You Want to Measure Coping But Your Protocol’s Too Long:
Consider the Brief COPE. International Journal of Behavioral Medicine, no.
1 (92-100).
Carver, C. S., Scherier, M. F., & Weintraub, J. K. 1989. Assesing Coping
Strategies: A Theoretically Based Approach. Journal of Personality and
Social Psychology, no. 56 (267-283).
Gitlin, N. L. & Schulz, R. (2012). Family Caregiving for Older Adults. In T. R.
Prohaska, L.A. Anderson, R. H. Binstock. Public Health for an Aging
Society. Baltimore, MD: Johns Hopkins University Press. (pp. 181-204)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gitlin, L. N. & Wolff, J. L. (2012). Family Involvement in Care Transitions of
Older Adults: What Do We Know and Where Do We Go From Here?In P.
Dilworth-Anderson. Annual Review of Gerontology and Geriatrics:
Pathways through the Transition of a Dementia Caregiver Intervention for
Individuals with Dementia and Family Caregivers: The Tailored Activity
Program. American Journal of Geriatric Psychiatry, No. 18.
Hertamina, M. R. (2009). Dukungan Sosial pada Lansia di Panti Werda (Studi
Deskriptif tentang Harapan dan Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia
dari Staf dan Pemberian Dukungan Sosial Menurut Staf pada suatu Panti di
Jakarta). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
(http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20286577&lokasi=lokal)
Insiyah & Hastuti, R. T. Pengaruh Terapi Penyelesaian Masalah (Problem Solving
Therapy) Terhadap Penurunan Distress Psikologik Pada Caregiver Lansia
di RT 03 RW 04 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Vol. 3 No. 2, November 2014, hal. 106-214
Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigyo Cisarua Bogor
(RSPG). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Ningrum, D. W. (2011). Hubungan Antara Optimisme Dan Coping Stres Pada
Mahasiswa UEU yang Sedang Menyusun Skripsi. Jurnal Psikologi Vol. 9
No. 1, Juni 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Putra, D. N. (2013). Strategi Coping Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tunanetra
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Rosyani, C. R. (2012). Hubungan Antara Resiliensi dan Coping Pada Pasien
Kanker Dewasa. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Rubbyana, Urifah. (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas
Hidup pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental. Vol. 1 No. 2, Juni 2012.
Sarwendah, E. (2013). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja Pada
Pekerja Sosial Sebagai Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi DKI
Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sulandari, Santi. (2009). Penyesuaian Diri Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti
Werdha. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukmarini, N. (2009). Optimalisasi Peran Caregiver dalam Penatalaksanaan
Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII.
Widiastuti, R. H., Sabar, J. & Permatasari, H. (2011). Pengalaman Keluarga
Merawat Lansia Dengan Demensia. Jurnal Ners Indonesia, Vol. 1 No. 02.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
No. Verbatim Satuan Makna Makna yang Dipadatkan Kode
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Selamat pagi ibu, saya mau wawancara ibu mengenai
bagaimana menjadi perawat lansia di panti werdha ini.
Yang pertama, kapan ibu mulai merawat lansia? Saya
merawat lansia itu sebetulnya sebelum disini saya sudah
merawat nenek saya sendiri. Lalu saya tahun 2000-2001
saya disini, tapi waktu itu saya pulang. Jadi, waktu itu saya
pulang. Jadi karyawan disini, pagi masuk, sore pulang. 2
tahun lalu keluar, baru tahun 2006 saya masuk sini sampe
sekarang. Sebelum 2006 itu ibu merawat dimana? Saya
nggak merawat lansia mbak, saya kerja di UKDW. Berarti
kira-kira udah berapa lama ya bu? Kira-kira saya sudah
10 tahun disini. Terus, selama ibu merawat lansia itu,
tugas-tugas apa aja yang harus ibu lakukan? Saya disini
serabutan, semua saya kerjakan, hehehe. Ya ngurusin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
15
16.
17.
18.
19.
20
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
administrasi, ya ngurusi laporan pertanggungjawaban, ya
ngurusi neneknya dari memandikan, nyuapin, mengganti
pakaian, ya nyuci, ngepel, saya lakukan soalnya disini saya
cuma sendiri, seperti itu. Selama ibu merawat, ada
kendala-kendala gitu nggak bu? Kendalanya itu ya cuma...
nenek-nenek saya itu beda watak, sifat, karakter jadi saya
harus menyesuaikan watak, sifat, karakter mereka itu. Cuma
kalo mereka penghuni baru, kendalanya itu ya saya harus
penyesuaian dan kadang mereka membawa wataknya
sendiri-sendiri, itu susah. Tapi ya... tetep berusaha untuk
memahami mereka. Dalam ibu menyesuaikan dengan
nenek-neneknya itu biasanya lama atau tergantung?
Tergantung nenek-neneknya. Ada yang nyaman, ada yang
lama. Jadi sudah dikasih pengertian tetep ngeyel, mbandel
gitu ada. Kondisi nenek-nenek yang ibu rawat disini tu
Kendalanya itu ya cuma
nenek-nenek saya itu beda
watak, sifat, karakter jadi
saya harus menyesuaikan
watak, sifat, karakter
mereka itu.
Tapi ya tetep berusaha
untuk memahami mereka.
Perbedaan watak, sifat,
karakter.
Selalu berusaha untuk
memahami para lansia.
Kendala dalam merawat
lansia: perbedaan watak.
Upaya untuk mengatasi
stresasimilasi.
Upaya untuk mengatasi
stresasimilasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
kayak apa? Ada satu contohnya, ee... nenek itu dulunya
pedagang. Jadi waktu masuk sini, untuk adaptasi duduk,
diam, anteng kan tidak bisa. Dia maunya jalan-jalan, pergi,
duduk tu ndak jenak. Terus suruh jaga rumah tu malah pergi.
Lha itu saya harus memberikan pengertian, prosesnya
memang lama. Harus dikasih pengertian, harus dikasih
waktu karena mereka juga pikirannya kadang blank. Nah
yang kadang membuat saya kadang ndak nyambung dengan
dia, itu mungkin karena... itu dia mungkin kurang
berpendidikan, jadi cara berpikirnya, pola berpikirnya agak
beda. Nah, saya harus memahami itu juga. Ndak mudah lah
saya harus merawat satu orang dengan yang lainnya itu ndak
mudah. Itu perlu waktu dan penyesuaian juga. Trus kalo
dari kondisi fisik sama mental lansia yang ibu rawat itu
sebagian besar kayak gimana? Ada fisik mereka normal
Mungkin karena itu dia
mungkin kurang
berpendidikan, jadi cara
berpikirnya, pola
berpikirnya agak beda.
Ada fisik mereka normal
Perbedaan pola pikir dan
perbedaan tingkat pendidikan.
Kondisi fisik lansia yang
Kendala dalam merawat
lansia: perbedaan pola
pikir dan sifat.
Kondisi lansia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
tapi mentalnya agak terbelakang, ada. Cuma saya juga harus
memahami dia. Dia orangnya diam, tapi kalo dia diam trus
ada yang istilahnya bikin masalah, dia nggak salah tapi
disalahkan, dia marah. Marahnya itu seperti anak kecil.
Awalnya saya juga kaget, tapi lambat laun saya memahami
karakter dia seperti ini. Tapi saya tetep harus tegas, dalam
arti harus tegas itu bukan saya kurangajar dengan orang yang
sudah tua, tetep harus membedakan ini untuk mendidik, ini
untuk memberikan, ini untuk menasehati, saya harus bisa
tegas. Kalo yang sakit-sakit gitu ada nggak bu, kayak
yang emang bener-bener lemah? Ada ni yang satu ini, dia
sakit mental, sakit fisik, bisa dikatakan cacat ganda ya. Ini
titipan dari Sarimulyo itu cacat fisik, cacat mental. Aturan
kalo mau masuk sini kan harus sehat, tapi waktu itu miss
komunikasi tau-tau udah dibawa kesini pake kursi roda, saya
tapi mentalnya agak
terbelakang, ada.
dia nggak salah tapi
disalahkan, dia marah.
Marahnya itu seperti anak
kecil.
Dia sakit mental, sakit fisik,
bisa dikatakan cacat ganda
ya.
sudah lemah dan mengalami
keterbelakangan mental.
Lansia yang mengalami
keterbelakangan mental
sering marah jika disalahkan,
contohnya ia marah seperti
anak kecil.
Lansia mengalami
keterbelakangan mental dan
cacat secara fisik.
dirawat di panti werdha
mengalami
keterbelakangan mental.
Perilaku lansia yang
terbelakang mentalnya di
panti werdha.
Kondisi lansia yang
dirawat di panti werdha.
Cacat ganda: cacat fisik
dan cacat mental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
kan nggak bisa nolak. Saya jadi mikir kalo itu saya
bagaimana, kalo itu keluarga saya bagaimana? Jadi mau
tidak mau saya terima. Nah dengan berjalannya waktu
ternyata dia epilepsi, dia diabet, itu kan berat. Jadi saya
jalani dengan sukacita. Cuma kendalanya waktu epilepsinya
dia kumat, awalnya saya nggak tau kalo dia epilepsi. Saya
cuma nanganinnya nggak kasih obat, saya cuma kasih air
kelapa. Nah setelah itu supaya gulanya turun, saya kasih dia
nasi kemarin. Bukan yang basi ya, itu biar gula darahnya
turun. Nah terbukti dia gula darahnya emang turun. Sekarang
dia tubuhnya kayak semakin menutup, awalnya dia bisa
tangannya gerak, sekarang nggak bisa. Terus tulang-
tulangnya udah mulai kayak bengkok-bengkok, jadi harus
dirawat ekstra. Dulu awal-awal masuk ya saya sempat
kewalahan, saya harus ngangkat dia dari kursi ke tempat
Cuma kendalanya waktu
epilepsinya dia kumat,
awalnya saya nggak tau kalo
dia epilepsi.
Ngangkat dia dari kursi
duduk terus memandikan,
Ada lansia yang mengidap
epilepsi, saat kumat perawat
tidak tahu cara mengatasinya.
Perawat harus memberikan
perawatan ekstra pada lansia,
Kendala saat merawat
lansia di panti werdha:
penyakit epilepsi yang
diderita lansia kambuh.
Perasaan saat merawat
lansia: kewalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
tidur, ngangkat dia dari kursi duduk terus memandikan, itu
bener-bener saya kewalahan. Sampe kadang tiap pagi mulut
saya teriak-teriak, memberikan pengertian untuk dia, karena
dia kalo disuruh buka badan malah jadi kaku badannya, ya
karena cacat mental itu tadi ya. Lama-lama saya sendiri yang
harus menyesuaikan, karena kondisinya memang seperti ini.
Tapi ya sudah, saya jalani dengan sukacita. Itu yang paling
berat, dia. Kalo yang lain gimana bu? Kalo yang lain
nyaman, nyambung. Lalu ada satu lagi ada yang gimana ya,
boleh dikatakan kelainan. Itu kalo orang bilang halusinasi
masa lalunya timbul sekarang. Nah saya juga bingung, tapi
setiap saat neneknya itu teriak-teriak, entah pagi, entah
siang, entah malam, itu selalu yang disebut-sebut cucunya.
“Ayo cepet mandi,” trus kata-katanya kotor seperti itu. Ada
saatnya saya marah, “Diem! Tau nggak kalo suruh diem!
itu bener-bener saya
kewalahan.
Sampe kadang tiap pagi
mulut saya teriak-teriak,
memberikan pengertian
untuk dia.
Kalo disuruh buka badan
malah jadi kaku badannya,
ya karena cacat mental itu
tadi ya.
Itu kalo orang bilang
halusinasi masa lalunya
timbul sekarang.
sehingga perawat merasa
kewalahan saat merawat.
Perawat harus berteriak saat
berkomunikasi dengan lansia
yang mengalami cacat.
Lansia yang menderita cacat
mental juga mengalami
kelumpuhan saraf.
Ada lansia yang mengalami
halusinasi yang berasal dari
masa lalunya.
Cara mengekspresikan
kewalahan.
Kondisi lansia: cacat
mental & kelumpuhan
saraf.
Kondisi lansia:
mengalami gangguan
mentalhalusinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
Ganggu temennya pada tidur!” “Itu cucu saya di luar.” “Itu
bukan cucumu, itu karyawan. Ini jalan, cucumu di desa
sana.” (menirukan percakapannya dengan si nenek) Trus dia
langsung masuk kamar trus nanti temannya ikut marah
dengan saya, trus nanti saya “Ngapain kok ikut-ikut marah?”
Yang ini saya belum bisa ngatasin, yang ini saya sudah
konsultasi ke pengurus, kemungkinan dia mau dibawa ke
pakem, ke Ghrasia itu atau entah ke psikolog. Tapi saya
yang satu ini emang belum bisa nanganin. Kalo secara fisik
yang lain, kecuali yang cacat itu emang sehat bu? Iya
biasa, ndak papa, ndak masalah. Tadi yang merawat itu bu,
ibu kan bilang, semua pekerjaan disini ibu yang
lakukan. Ketika ada lansia yang sakit, ibu juga yang
anter ke dokter? Iya, saya harus nganter ke dokter. Tapi
saya melibatkan pengurusnya, disini kan ada Komisi Panti,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
Komisi Kesehatan kan ada. Saya melibatkan mereka,
neneknya perlu dibawa ke rumah sakit ndak. Kalo memang
ndak, ya sudah kita rawat di rumah. Kalo harus dibawa ke
rumah sakit ya saya konfirmasi ke pengurusnya, nanti kita
bersama-sama bawa ke rumah sakit. Nah ketika ibu
mengalami kendala atau masalah waktu merawat nenek-
nenek itu, apa sih yang ibu rasakan? Ya... namanya
manusia ya mbak, rasa jengkel itu tetep ada. Terus rasa...
aduh, saya sudah berusaha tak rawat, tapi kok seperti ini.
Kadang saya juga marah, saya mengatakan “Kamu tu bukan
apa-apaku, tapi aku mau melayanimu, aku mau
mengasihimu, karena aku sayang. Tapi kalo dikasih
pengertian nggak mau ya sudah.” Contohnya kayak Bu
Maria itu mbak, sukanya ngorek-ngorek sampah, liar lah
hidupnya. Kadang saya marahin, saya menegur karena saya
Ya namanya manusia ya
mbak, rasa jengkel itu tetep
ada. Kadang saya juga
marah...
Kamu tu bukan apa-apaku,
tapi aku mau melayanimu...
Tapi kalo dikasih pengertian
nggak mau ya sudah
Perawat merasa jengkel pada
lansia yang dirawatnya, selain
itu, perawat juga merasa
marah dan jengkel.
Perawat memberikan
pengertian pada lansia untuk
kebaikan para lansia.
Perasaan ketika merawat
lansia: jengkel, marah.
Cara perawat
mengekspresikan marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
134.
135.
sayang, saya masih perhatian. Kalo saya cuma diam, masa
bodo, saya melihat trus nanti saya bilang, “Sukur, rasakno
dewe.” Dia ketawa, akhirnya dia kembali lagi. Saya jadi
ngerti, oo memang karakter nenek ini seperti ini. Cara
berpikirnya juga gini, akhirnya saya harus memahami. Dan
akhirnya waktu itu saya marah. Dulu ya mbak, saya sering
marah, tapi akhirnya saya sadar, kalo saya ikut marah nanti
saya malah tambah stres. Akhirnya setiap saya mau marah,
saya ambil renungan. Jadi tiap pagi mau makan, kita harus
renungan dulu. Dari renungan itu saya jabarkan, “Ni lho
mbah, kita nggak boleh seperti ini. Halnya sepele, harusnya
ada komunikasi, tapi karena nggak ada komunikasi tadi
akhirnya jadi perang. Perang mulut seperti itu, itu nggak
bagus. Didenger sama orang lain juga nggak enak.” Jadi
pengertiannya seperti itu. Saya tetep sadar Tuhan tuntun
Akhirnya setiap saya mau
marah, saya ambil
renungan. Jadi tiap pagi
mau makan, kita harus
renungan dulu.
Untuk mengurangi rasa
marah, perawat memilih
untuk mengambil renungan.
Upaya untuk mengatasi
stres
berdoa/beribadah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
saya, beri saya kesabaran, agar saya lebih bijaksana dalam
mengatasi simbah-simbah, gitu. ide untuk baca renungan
itu emang dari ibu sendiri? Iya, dari diri sendiri. Dan saya
juga kan sudah punya komitmen bahwa didalam firman
Tuhan kan dikatakan, “Apa yang kamu lakukan untuk orang
yang paling hina, kamu sudah melakukan untuk Aku,” itu
didalam Matius 25:40. Itu pegangan hidup saya untuk
melayani Tuhan, inilah wujud saya melayani Tuhan.
Meskipun orang mengatakan suka dan duka banyak
dukanya, tapi saya jalani dengan sukacita karena saya
melayani Tuhan. Selain yang ibu rasakan, kan tadi ibu
bilang jengkel ya, apa sih yang ibu pikirkan waktu
mengalami masalah-masalah itu? Ya... kembali ke
manusia itu tadi. Rasa... rasa apa ya... kita tetep merasa
jengkel, marah, putus asa, bahkan sampe saya teriak-teriak.
Kita tetep merasa jengkel,
marah, putus asa, bahkan
Perawat merasa jengkel dan
marah serta putus asa ketika
Perasaan dan pikiran saat
merawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
Maksudnya sampe saya marahnya dengan teriak-teriak.
Karena gini mbak, prinsip saya, daripada saya diam, tak
tahan, lebih baik aku wek wek wek wek wek, tapi sudah. Saya
nggak dendam, saya nggak emosi, dan saya wek wek wek-
nya itu tetap ada batasnya, bukan saya seenaknya sendiri
gitu, ndak. Karena saya nanti kalo setiap permasalahan saya
pendam sendiri, mungkin saya nanti sakit liver. Jadi saya
mending wek wek wek tapi nggak jadi beban, nggak jadi
masalah dengan mereka. Kalo sudah ya sudah, selesai
urusannya, seperti itu. Lebih baik saya keluarkan daripada
dipendam. Terus ibu pernah nggak, kalo udah mentok
banget, ibu pernah nggak kepikiran pengen nyerah dan
mau meninggalkan mereka aja? Saya sempat bilang gini,
“Dah, kalo simbah-simbah disini nggak nurut, semaunya
sendiri, aku mau pergi dari sini. Terserah simbah mau
sampe saya teriak-teriak.
Daripada saya diam, tak
tahan, lebih baik aku wek
wek wek wek wek, tapi
sudah.
Saya mending wek wek wek
tapi nggak jadi beban,
nggak jadi masalah dengan
mereka. Kalo sudah ya
sudah, selesai urusannya,
seperti itu. Lebih baik saya
keluarkan daripada
dipendam.
merawat lansia.
Daripada menahan marah,
perawat lebih memilih untuk
melampiaskannya secara
langsung.
Daripada menahan marah,
perawat lebih memilih untuk
melampiaskannya secara
langsung.
Cara mengekspresikan
kemarahan.
Upaya mengatasi
stresmelepaskan emosi
negatif.
Cara mengekspresikan
kemarahan.
Upaya mengatasi
stresmelepaskan emosi
negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
kemana, simbah mau ikut siapa, aku yang penting mau
keluar dari sini. Daripada simbah tak sayang, tak perhatikan,
tapi simbah masih ngeyel.” “Ya jangan, nanti kalo pergi ya
aku ikut pergi,” simbah-simbahnya malah bilang gitu. Ya
saya bilang, “Makanya simbah harus nurut, jangan
semaunya sendiri.” Akhirnya saya menanamkan dengan
mereka adanya komunikasi, adaptasi, saling terbuka. Saya
tanamkan itu, kalo nggak ya semaunya sendiri. Dengan
adanya kendala dan masalah-masalah itu, membuat ibu
stress nggak? Ya awalnya dengan saya marah-marah seperti
itu trus sudah. Soalnya saya prinsipnya saya menangani
banyak orang, nanti kalo saya stres sendiri malah bubar.
Dulu awal-awal saya sempat stres. Karena dulu ada yang
mbantu, tapi bukannya meringankan malah bikin saya
tambah stres, jadi beban saya. Soalnya dia tu kan harusnya
Akhirnya saya menanamkan
dengan mereka adanya
komunikasi, adaptasi, saling
terbuka.
Perawat mengatasi
permasalahan dengan cara
menerapkan komunikasi,
adaptasi, dan saling terbuka.
Upaya mengatasi
permasalahan dengan
cara mengajak lansia
untuk menyesuaikan
dengan
lingkunganakomodasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
mbantu saya, tapi malah dia bawa anak kecil-kecil. Harusnya
dia mengerjakan pekerjaannya, saya yang istirahat soalnya
malem kan saya yang ngerawat mereka yang sudah ndak
bisa apa-apa. Saya yang harusnya istirahat malah saya
jadinya yang jaga anak. Waktu ibu stres, apa yang
biasanya ibu lakukan? Saya stres, saya jengkel ya saya di
dalam kamar. Saya seperti itu mbak, kalo saya stres jengkel
ya di dalam kamar. Akhirnya saya sariawan. Saya cuma
diam, tapi lama-lama kalo gini ya saya sendiri yang rugi.
Akhrinya saya terus teriak-teriak itu tadi, menghilangkan
kejengkelan hati saya, saya luapkan. Tapi itu bukan solusi
yang baik ternyata. Tapi ya mungkin karena campur tangan
Tuhan juga, Tuhan beri hikmat ke saya. Ya itu, akhirnya
kalo pagi kan kita harus selalu baca renungan sebelum
makan pagi. Bacaan firman Tuhan, ya melalui itu tadi saya
Saya seperti itu mbak, kalo
saya stres jengkel ya di
dalam kamar.
Akhrinya saya terus teriak-
teriak itu tadi,
menghilangkan kejengkelan
hati saya, saya luapkan.
Selalu baca renungan
sebelum makan pagi.
Ketika merasa stres dan
jengkel, perawat akan
berdiam diri di kamar.
Perawat meluapkan
kejengkelannya dengan cara
berteriak-teriak (marah).
Perawat mengajak para lansia
untuk rutin membaca
Upaya mengatasi
strespengendalian diri.
Cara mengekspresikan
kemarahan.
Upaya mengatasi
stresmelepaskan emosi
negatif.
Upaya mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
berikan ke mereka. Pernah nggak sih waktu ibu stres, ibu
kepikiran untuk minta pertolongan orang lain? Pernah
itu mbak, contohnya waktu itu ada nenek-nenek disini. Saya
kan sudah berusaha membuat mereka nyaman, saling
terbuka, tapi ada satu nenek itu nggak mau terbuka, malah
sering mencuri. Waktu itu mencuri beras. Jadi ada waktu
kita nyumbang beras untuk warga yang tidak mampu. Nah
beras itu sudah disendirikan dalam kantong-kantong
disimpan di lemari. Pas waktu mau pembagian beras itu
dihitung kok hilang 5 kantong, padahal 1 kantong isinya 5
kilo berarti hilang 25 kilo. Trus saya nanya ke simbah yang
biasa masak nasi, “Mbah ngambil berasnya di bagor apa di
lemari?” “Ambil di bagor, kan yang di lemari ndak boleh
diambil.” Trus pas itu juga sebelumnya kalo malem kan
pintu belakang ndak dikunci biasanya, setelah kejadian itu
Bacaan firman Tuhan, ya
melalui itu tadi saya berikan
ke mereka.
renungan sebelum makan
pagi supaya suasana lebih
nyaman.
stresberibadah, berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
jadi saya kunci. Lha ada satu simbah itu bilang ke saya,
“Kok pintunya dikunci?” Ternyata simbah itu kalo malem
suka keluar diem-diem, pergi. Paginya juga jam 4 udah
bangun, pergi lagi. Harusnya dia yang dijatah bikin minum
teh buat simbah-simbah kalo pagi, malah dikasih air dingin.
Besoknya saya titeni, mbah ini kalo pagi ngapain. Dia
nggosok, padahal biasanya nggak pernah nggosok, trus dia
ngambil beras yang di lemari trus dibawa pergi. Setelah itu
saya tanya sama dia, “Mbah tadi pagi kok gasik pergi
kemana?” Malah mbah itu kayak merasa dituduh mencuri.
“Dikira aku yang mencuri beras ya?” mbahnya bilang gitu,
padahal saya ndak nanya beras lho. Trus saya bilang, kalo
mbah merasa ya ngaku aja mbah, ndak papa. Tapi nggak
pernah mau ngaku. Trus dia cerita ke Majelis, intinya cerita
hal-hal yang nggak masuk akal tentang saya. Dia cerita kalo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
dia njemur pakaian, tak leletin sambel, dia tidur tak siram
air, ya itu kan nggak masuk akal. Sedangkan saya sendiri
kalo kerja mau makan aja sampe nggak sempat, tapi kok dia
seperti itu. Saya tetep mikir, Tuhan yang tau segalanya, saya
tetep prinsip kayak gitu. Lalu ketuanya Diakonia itu nggak
percaya dengan saya, malah percaya dengan simbah itu.
Saya tetep cuek, yang penting kenyataannya saya ndak
melakukan seperti itu. Terus akhirnya saking saya udah
nggak kuat, karena justru ketua itu tadi nggak konfirmasi
dengan saya, malah ngumpet-ngumpet tanya dengan nenek
lainnya, saya langsung cerita dengan Pendeta. Trus akhirnya
oleh Pendeta itu, dicarikan solusinya awalnya darimana si
nenek itu, dia warga mana. Ternyata dari Mergangsan, saya
tanyakan kesana ternyata nenek itu memang ada kelainan.
Trus sama Pendeta mau dibawa ke ketua Diakonia, suruh
Trus akhirnya oleh Pendeta
itu, dicarikan solusinya.
Perawat dibantu oleh Pendeta
untuk mencari solusi.
Upaya mengatasi
permasalahan.
Upaya mengatasi
stresmencari dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
ketempat keluarganya. Solusinya ya itu tadi, nenek itu
ditanya. Tapi nenek itu tetep ndak jujur dengan saya. Dia
nggak merasa bersalah dan dia keluar dari sini tanpa pamit.
Akhirnya Pak Ketua ini tadi minta keterangan kronologinya
kayak gimana. Gitu mbak, saya yang bener-bener stres.
Karena saya yang merawat tapi kok malah neneknya seperti
ini, trus pengurus yang lain malah nggak mau tau, malah
mencurigai saya, itu jadi beban buat saya. Akhirnya ya itu,
saya cerita ke Pendeta dan cari solusi yang terbaik. Masalah
ini yang membuat saya sampe sekarang masih inget memori
itu ndak bisa hilang. Cuma itu mbak yang lainnya sih saya
marah wajar, marah masih ada batasnya, nggak saya marah
trus seenaknya. Mentang-mentang saya sebagai pemimpin
disini, saya masih marah dalam batas yang wajar lah. Selain
ke Pendeta, ada ke orang lain lagi nggak bu? Kayak ke
Akhirnya ya itu, saya cerita
ke Pendeta dan cari solusi
yang terbaik.
Perawat menceritakan
permasalahan dan kendala
yang dialaminya, kemudian
Pendeta membantunya untuk
mendapatkan solusi.
Upaya mengatasi
permasalahan.
Upaya mengatasi
stresmencari dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
keluarga gitu, misalnya. Kalo ke keluarga nggak, tapi saya
curhat dengan salah satu Majelis yang saya bisa percaya.
Jadi saya keluarkan unek-unek saya, soalnya kalo nggak,
mungkin beban itu masih numpuk dalam diri saya. Dulu
hampir tiap bulan saya sariawan karena stres, tapi makin
kesini Puji Tuhan udah ndak. Karena saya menyiapkan
segala sesuatunya dengan baik, pokoknya berdoa mohon
hikmat pada Tuhan, dan saya tetep berpegang pada firman
Tuhan. Saya merasa nyaman kalo udah berdoa, dan merasa
selalu dibukakan jalan oleh Tuhan. Berarti cara ibu
mengatasi permasalahan itu dengan cari bantuan ke
Pendeta dan Majelis ya. kan itu sifatnya kayak sharing
gitu, nah selama ibu sharing, mereka selalu kasih
feedback yang sesuai dengan harapan ibu nggak sih? Ya
mereka biasanya bilang, mbak Rita yang sabar menghadapi
Pokoknya berdoa mohon
hikmat pada Tuhan, dan
saya tetep berpegang pada
firman Tuhan. Saya merasa
nyaman kalo udah berdoa,
dan merasa selalu
dibukakan jalan oleh Tuhan
Perawat berdoa supaya ia
selalu mendapat hikmat untuk
mendapatkan ketenangan.
Upaya mengatasi
stresberdoa, beribadah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
nenek-nenek, terus berdoa. Ya memang seperti itu, percaya
aja segala sesuatu yang kita bawa dalam doa pasti ditolong
Tuhan. Nah kalo disini juga kan kepengurusannya tiap 3
tahun ganti, mbak. Saya juga harus adaptasi lagi, karena
nggak semua pengurus itu pengertian. Ada yang nggak mau
ikut ngurus sama sekali, jadi saya udah beban harus ngurusin
nenek, tambah beban ngikutin kemauan mereka yang kadang
aneh-aneh peraturannya. Itu beban, mbak. Tapi ya saya
jalani aja. Kalo feedback dari mereka itu ya ada yang
membantu ada yang malah nambahi beban. Sebagian
besarnya emang mengurangi beban saya. Jadi dengan cara
ibu yang mencari dukungan sosial, menurut ibu itu cara
yang efektif untuk mengurangi stres? Dan kenapa cara
itu bisa mengurangi beban ibu? Ya saya rasa itu
mengurangi beban saya, makanya saya curhat ke orang
Saya curhat ke orang
Perawat membutuhkan
Upaya mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
tertentu. Soalnya kalo saya nggak curhat ke seseorang, beban
itu berat. Jadi rasanya jengkel, marah, nggak mau ngeliat
orangnya, itu beban mbak. Daripada nanti saya marah, jadi
batu sandungan, lebih baik saya curhat. Nanti kalo misalnya
saya bener-bener nggak bisa ngatasi, nanti saya ke pengurus,
Majelis semuanya ngumpul trus nanti simbah-simbah
dikumpulin. Kita saling cerita, kasih pengertian ke simbah-
simbah kalo mereka harus nurut sama mbak Rita. Disini
mbak Rita tu yang pokok disini, jadi mbak Rita diutus oleh
gereja untuk merawat simbah-simbah disini, jangan pada
seenaknya sendiri. Pokoknya ada komunikasi antara saya
dengan pengurus dan simbah-simbahnya itu tetap berjalan.
Kalo suatu saat kondisi yang bikin ibu stres itu muncul
lagi, apa yang akan ibu lakukan? Akhirnya saya diam,
kayak waktu itu saya marah sama satu simbah, saya
tertentu. Soalnya kalo saya
nggak curhat ke seseorang,
beban itu berat. Jadi rasanya
jengkel, marah, nggak mau
ngeliat orangnya, itu beban
mbak.
seseorang untuk bercerita,
sehingga ia dapat meluapkan
emosi negatifnya.
stresmencari dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
314.
315.
316.
317.
diamkan. Simbah itu akhirnya merasa, dia bilang, “Mbak
Rita marah sama saya ya?” kalo udah gitu ya saya beri
pengertian ke simbah, kalo saya ndak suka simbah itu gini
gini gini... apalagi kalo perilakunya mengganggu yang lain.
Ya... tergantung masalahnya sih mbak. Kalo masalahnya
besar, ya saya cari bantuan kayak tadi. Cerita ke Pendeta dan
Majelis. Tapi kalo permasalahannya ringan tapi saya tetep
stres, saya keluar. Dalam arti keluar dari rumah ini, saya
main ketempat siapa gitu. Kita ngobrol, tapi bukan ngobrol
tentang simbah. Nanti pas pulang, walaupun masih ada rasa
jengkel tapi beban saya sudah berkurang. Misalnya saya
main kerumah ini, ya warga sini juga. Kita ngobrol, trus
nanti saya mainan sama anjing kucingnya, ngobrol sama
anak-anaknya juga, itu sudah bikin saya bebannya sedikit
berkurang. Karena terus terang tiap hari kan saya monoton
Kalo masalahnya besar, ya
saya cari bantuan kayak
tadi. Cerita ke Pendeta dan
Majelis.
Saya main ketempat siapa
gitu. Kita ngobrol, tapi
bukan ngobrol tentang
simbah. Nanti pas pulang,
walaupun masih ada rasa
jengkel tapi beban saya
sudah berkurang.
Perawat mencari bantuan
pada Pendeta dan Majelis
untuk mengatasi masalah
yang ada.
Perawat mengatasi rasa
jengkel dan beban yang
dirasakannya dengan cara
mengobrol dengan teman.
Perawat merasa bebannya
Upaya mengatasi
permasalahan.
Upaya mengatasi
stresmencari dukungan
sosial.
Upaya mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
ya mbak. Tiap hari itu-itu aja, neneknya ya gitu-gitu aja,
pekerjaan saya ya cuma itu-itu aja. Terus terang ya saya ada
kejenuhan ya mbak. Tapi saya kembali lagi, saya disini
melayani Tuhan. Seberat apapun, saya akan tetap melayani
Tuhan, yang penting jangan bikin saya marah. Apalagi disini
ni kadang hal sepele bisa jadi besar. Waktu itu kayak kalo
minum obat, ada nenek yang sakit kulit. Saya udah suruh
minum obat teratur, eh dia ngeyel, males minum obat. Suatu
waktu dia beli obat sendiri, obat sembarangan. Udah saya
kasih tau tetep aja nggak ngaku kalo dia beli obat lain.
Akhirnya dia malah sakitnya tambah parah. Saya marah,
saya bilang kalo masih semaunya sendiri beli obat ya
terserah. Kalo sakit, kalo apa jangan minta tolong sama saya.
Nanti saya kasih tau ke pengurus kalo simbah ngeyel. Jadi tu
mereka harus ngrasakke sendiri biar mau manut. Ketika ibu
Misalnya saya main
kerumah ini, ya warga sini
juga. Kita ngobrol, trus
nanti saya mainan sama
anjing kucingnya, ngobrol
sama anak-anaknya juga, itu
sudah bikin saya bebannya
sedikit berkurang.
berkurang ketika ia
mengobrol dengan tetangga
dan bermain bersama anak
atau binatang peliharaan.
stresmencari dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
345.
346.
347.
348.
menemukan bahwa nenek-neneknya bertindak diluar
batas gitu, bagaimana cara ibu memberitahu mereka
supaya tindak mengulangi tindakan itu lagi? Ya saya
langsung ngasih tau mereka mbak, saya nggak suka kalo
nanti-nanti. Mending langsung diselesaikan sekalian trus
sudah. Jadi kalo ada permasalahan sedikit yang itu
mengganggu pikiran saya, itu bikin saya nggak nyaman, jadi
langsung saya selesaikan tapi setelah itu saya lega. Daripada
bertumpuk-tumpuk masalah malah makin bikin beban saya
mbak, karena yang saya hadapi nggak cuma nenek-nenek,
tapi juga pengurus yang lain yang beda-beda karakternya.
Selain dukungan sosial, cara apa yang dapat mengurangi
stres ibu? Ya itu tadi mbak, kan saya teriak-teriak tapi
akhirnya saya menyadari bahwa kalo saya teriak-teriak itu
ndak menyelesaikan masalah. Akhirnya ya saya masuk
Mending langsung
diselesaikan sekalian trus
sudah. Jadi kalo ada
permasalahan sedikit yang
itu mengganggu pikiran
saya, itu bikin saya nggak
nyaman, jadi langsung saya
selesaikan tapi setelah itu
saya lega.
Akhirnya ya saya masuk
Masalah yang ada harus
diselesaikan langsung supaya
merasa lega, daripada
dipendam hanya akan
menganggu pikiran.
Perawat berefleksi,
Upaya mengatasi
stresmenyelesaikan
permasalahan secara
langsung.
Upaya mengatasi stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
349.
350.
351.
352.
353.
354.
kamar, saya diam. Saya berdoa dan merenung, bahwa apa
yang saya lakukan itu ndak tepat. Jadi saya berdoa mohon
tuntunan Roh Kudus. Karena kalo saya marah-marah gitu
nanti saya melu edan dewe mbak, jadi saya minta
kebijaksanaan dari Tuhan untuk menghadapi masalah itu.
kamar, saya diam. Saya
berdoa dan merenung,
bahwa apa yang saya
lakukan itu ndak tepat. Jadi
saya berdoa mohon
tuntunan Roh Kudus.
merenung, dan berdoa untuk
mengetahui kesalahan yang
telah dilakukan.
berdoa/beribadah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kode Perbedaan karakteristik:
- Perbedaan sifat
- Perbedaan watak
- Perbedaan pola pikir dan
tingkat pendidikan
Kondisi kesehatan menurun:
- Lemah mental
- Lemah fisik (cacat)
- Cacat ganda (keterbelakangan
mental & cacat fisik)
- Kelumpuhan syaraf
Berusaha memahami lansia
(menyesuaikan diri dengan
lansiaasmiilasi)
Mengatasi rasa jengkel dan marah
Melakukan refleksi dan merenung
Mencari dukungan sosial
Menyelesaikan permasalahan
secara langsung (dengan cara
memberikan pegertian pada lansia
agar lansia mau menaati peraturan
akomodasi)
Berdoa/beribadah
Melepaskan emosi negatif
mengekspresikan rasa marah.
Bercerita pada teman
Sub-kategori Perbedaan sifat lansia Kondisi fisik Problem-focused coping Emotion-focused coping
Kategori Stressor (kendala dalam merawat lansia menjadi penyebab stres) Cara menghadapi stres
Tema Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
No. Verbatim Satuan Makna Makna yang Dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Selamat pagi Mba Siti, makasih ya Mba Siti sudah
bersedia saya wawancara. Nah sekarang kita mulai aja
ya, yang pertama, saya mau tanya, kapan Mba Siti mulai
merawat lansia? Pertama saya masuk kesini tanggal 24
Agustus 2015. Berarti udah berapa lama mba? Sekitar 6
bulan. Waktu Mba Siti merawat lansia itu tugasnya apa
aja sih? Kalo pagi... kalo misalkan di paviliun belakang,
saya kan di paviliun belakang, kalo pagi paling yang pertama
ngepel depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi,
gitu ntar jam setengah 6 mandiin. Terus tugas yang lain
kayak yang berhubungan langsung sama lansianya apa
aja? Ya paling kalo dibelakang itu mandiin lansianya, kalo
misalkan di depan bisa mandi sendiri, cuma 1 orang yang
dimandiin. Terus kalo makan gitu, Mba Siti ikut nyiapin
Kalo pagi paling yang
pertama ngepel depan gitu
dulu terus nyiapin air panas
buat mandi, gitu ntar jam
setengah 6 mandiin
Ya paling kalo dibelakang
itu mandiin lansianya, kalo
misalkan di depan bisa
Tugas yang harus dilakukan
perawat yaitu mengepel dan
menyiapkan air panas untuk
memandikan lansia.
Perawat bertugas untuk
memandikan lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
menjaga kebersihan dan
memandikan.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
memandikan lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
nggak? Kalo makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe
selesai gitu, kan kalo di belakang ada yang disuapin 1, terus
makannya juga dihalusin. Kalo masalah kesehatan, Mba
Siti ikut merhatiin nggak? Kalo kesehatan iya, terus kan
seminggu sekali ada dokter yang kesini jadi kesehatannya
terkontrol. Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke
balai pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu-
satu, ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak
kayak biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa pusing gitu
mba. Soalnya kadang nggak bilang kalo sakit, kan kasian
mba kalo nggak cepet diobatin. Jadi ya harus kadang ditanya
gitu. Berarti Mba Siti merawatnya bisa dibilang 24 jam
gitu ya mba? Ya... bisa jadi 24 jam, soalnya di belakang
kadang gitu. Kadang kalo malem ada yang manggil, jadi
kalo denger ya langsung didatengin. Malem-malem pasti ada
mandi sendiri
Kan kalo di belakang ada
yang disuapin 1, terus
makannya juga dihalusin
Kalo misalkan ada yang
sakit langsung dibawa ke
balai pengobatan yang di
depan
Kadang juga ditanya satu-
satu, ada yang sakit apa
nggak. Kalo ada yang lemes
nggak kayak biasa ditanyain
kenapa, ada yang sakit apa
pusing gitu mba
Perawat bertugas untuk
membantu lansia menyiapkan
makanan dan menyuapi.
Perawat bertugas untuk
membawa lansia yang sakit
ke balai pengobatan.
Perawat bertugas mengontrol
kondisi kesehatan para lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
menyuapi lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
mengantar lansia berobat.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
mengontrol kesehatan
lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
yang manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan
mesti manggil buat bantuin kencing. Kalo malem-malem
ada yang manggil gitu, pernah nggak sih Mba Siti
merasa terganggu? Ya mungkin kadang pernah, tapi ya
udah jadi tugasnya kayak gitu. Terus selama merawat itu
yang jadi masalah atau kendala selama merawatnya apa
aja mba? Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang
dibelakang itu susah mandi, susah dibilangin suruh mandi.
Yang lainnya ada lagi ngga mba? Ya itu sih, kalo
dimandiin ada yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada
yang nyakar. Terus kalo di depan juga yang mandiin harus
berdua mba. Kalo yang dibelakang kan udah pada nggak
bisa jalan jadi kalo diangkat gitu ya nurut aja, tapi ya kadang
suka nggigit. Kalo masalah lain kayak lansianya suka
pergi sendiri gitu ada nggak mba? Kalo itu sih... pernah
Malem-malem pasti ada
yang manggil, kalo ada
yang mau kencing atau apa
kan mesti manggil buat
bantuin kencing
Paling kalo susah dibilangin
gitu, yang dibelakang itu
susah mandi, susah
dibilangin suruh mandi
Kalo dimandiin ada yang
suka nggigit. Ada yang
nggigit, ada yang nyakar
Kalo yang dibelakang kan
udah pada nggak bisa jalan
Perawat bertugas untuk
membantu lansia saat buang
air kecil terutama pada waktu
malam hari.
Perawat merasa kesulitan saat
memberitahu lansia untuk
mandi.
Saat dimandikan, ada lansia
yang menggigit dan mencakar
perawat.
Lansia yang sudah tidak bisa
berjalan lebih mudah
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
membantu buang air
kecil.
Kendala dalam merawat
lansia: lansia susah
diberitahu.
Kendala dalam merawat
lansia: menggigit dan
mencakar perawat.
Kondisi lansia: lemah
fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
56
57
58
59
60
sekali itu ada yang pergi katanya mau pulang, disini kan
pintunya terbuka tau-tau udah keluar. Tapi ntar kalo
ditengok ke kemarnya udah nggak ada ya nanti dicari, tapi
jarang sih. Waktu Mba Siti ngalamin kendala waktu
ngerawat lansia, apa sih yang mba Siti rasain? Ya...
dalam hati sih jengkel tapi ya mau gimana lagi udah jadi
tugasnya kayak gitu, orangtua sih. Ya sedih juga sih mba,
udah dirawat baik-baik tapi kok malah kayak nggak gimana
ya... nggak nurut gitu mba. Paling kalo udah gitu ya
ditinggal aja. Masalah yang Mba Siti alamin itu bikin
stres nggak? Ya... gimana ya. Stres sih tapi nggak banget,
udah terbiasa. Dulu waktu awal takut, tapi lama-lama udah
biasa. Dulu waktu awal-awal ngerawat lansia apa yang
Mba lakukan buat mengatasi stres dan takut itu? Ya gitu
latian terus tiap hari, minta bantuan sama temen, dibantu
jadi kalo diangkat gitu ya
nurut aja
Dalam hati sih jengkel tapi
ya mau gimana lagi udah
jadi tugasnya kayak gitu,
orangtua sih
Ya sedih juga sih mba, udah
dirawat baik-baik tapi kok
malah kayak nggak nurut
gitu mba
Ya gitu latian terus tiap hari,
minta bantuan sama temen,
dimandikan karena lebih
menurut dengan perawat.
Perawat merasa jengkel saat
merawat lansia, namun
perawat memaklumi perilaku
lansia dan tetap menjalankan
tugasnya.
Perawat merasa sedih saat
lansia tidak menurut karena
perawat merasa ia sudah
merawat dengan sangat baik.
Perawat meminta bantuan
pada teman dan latihan
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: jengkel.
Upaya mengatasi stres:
menerima keadaan.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia. Kendala
dalam merawat lansia:
lansia tidak menurut.
Upaya mengatasi
stres/kendala: meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
sama temen juga. Apa aja yang Mba Siti lakukan buat
menghilangkan rasa stres dan takut itu? Emm... paling ya
cerita, curhat sama temen-temen. Nanti temen-temen bilang,
udah diemin aja, kalo ngamuk didiemin aja nanti kan cape
sendiri. Kalo dibilang macem-macem sama orang-orang tua
nggak usah didenger, nggak usah dimasukin ke hati.
Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, dikasih semangat gitu
mba, disini kan bukan cuma kerja biasa ngerawat lansia tapi
juga melayani. Kalo misalnya pas lagi jengkel, ya paling
cerita aja sih sama temen-temen, nggak pernah marah-marah
juga, soalnya nanti kalo lansianya pas lagi ngamuk, sininya
juga ikut ngamuk malah nggak selesai-selesai mba. Jadi kalo
udah jengkel stres ya cuma itu sih, cerita sama temen sama
Bu Prapti juga. Selain curhat sama temen-temen, apa lagi
yang Mba Siti lakuin waktu ngerasa sedih dan stres? Ya
dibantu sama temen juga
Paling ya cerita, curhat
sama temen-temen. Nanti
temen-temen bilang, udah
diemin aja, kalo ngamuk
didiemin aja nanti kan cape
sendiri
Kalo dibilang macem-
macem sama orang-orang
tua nggak usah didenger,
nggak usah dimasukin ke
hati. Seringnya dibilangin
sama Bu Prapti, dikasih
semangat gitu mba
Ya paling berdoa aja sih
merawat lansia setiap hari.
Perawat bercerita pada
teman-teman tentang kendala
yang dialaminya. Setelah itu
teman-temannya memberi
semangat dan nasihat.
Perawat diberi nasihat oleh
Kepala Panti supaya tidak
terlalu memikirkan perkataan
lansia yang kurang baik, serta
diberi semangat agar tetap
termotivasi merawat lansia.
Perawat berdoa dan bercerita
bantuan pada teman.
Upaya mengatasi stres:
bercerita pada teman,
diberi semangat dan
nasihat oleh teman.
Upaya mengatasi stres:
dukungan sosial berupa
motivasi dan semangat
dari Kepala Panti.
Upaya mengatasi stres:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
paling berdoa aja sih mba. Sama telepon ibu, cerita-cerita.
Nanti sama ibu paling dibilang yaudah sabar aja, dijalanin
aja gitu. Mba Siti ngerasa paling susah ngadepin lansia
yang kayak gimana? Yang... itu yang pikun mba. Nanya
terus, baru sebentar nanya, udah dijawab nanya lagi.
Ngomong terus tapi omongannya diulang terus. Kadang ya
capek nanggepinnya, jengkel juga udah dijawab, nanya lagi
gitu mba. Sama yang suka nggigit, kalo emang udah bener-
bener kebangetan kadang suka saya tabok tangannya,
soalnya kalo udah nggigit tu sakit banget mba. Kondisi
lansia disini gimana mba? Kalo yang disini sih ya masih
sehat semua, tapi kalo yang dibelakang itu ada yang pake
kursi roda, ada yang buta juga. Kalo yang di depan masih
sehat semua, paling ada yang pikun gitu, suka ngamuk
sendiri. Kalo kita ke kamarnya bersih-bersih ternyata dia
mba. Sama telepon ibu,
cerita-cerita. Nanti sama ibu
paling dibilang yaudah
sabar aja, dijalanin aja gitu
Yang pikun mba. Nanya
terus, baru sebentar nanya,
udah dijawab nanya lagi
Kadang ya capek
nanggepinnya, jengkel juga
udah dijawab, nanya lagi
gitu mba. Sama yang suka
nggigit, kalo emang udah
bener-bener kebangetan
kadang suka saya tabok
tangannya, soalnya kalo
pada ibunya untuk
mengurangi stres yang
dialaminya.
Perawat mengalami kendala
saat merawat lansia yang
pikun karena harus selalu
menjawab pertanyaan yang
sama berulang kali. Perawat
juga merasa jengkel karena
harus menjawab
pertanyaannya berulang kali.
Terkadang perawat juga
memukul tangan lansia yang
suka menggigit karena
bercerita pada orangtua
dan mendekatkan diri
pada Tuhan.
Kondisi lansia: pikun.
Kendala dalam merawat
lansia: mengalami
kesulitan saat merawat
lansia yang pikun.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: jengkel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
nyimpen buah dibalik bantalnya, kalo nggak disimpen di
lemari sampe busuk. Kalo diambil dibersihin nanti dia
marah-marah mba, teriak maling maling gitu. Disini juga ada
yang susah dirawat, bilangnya sakit nanti kalo udah dikasih
obat malah obatnya disimpen, nggak diminum. Giliran kita
suapin juga nggak mau, malah mingkem. Apalagi kalo
disuruh mandi, susah banget. Jadi kalo mandiin itu sering
dipaksa, dipegangin. Lha kalo nggak dimandiin nanti kan
bau. Tapi kalo lagi biasa ya nurut-nurut mba. Dibilangin
nurut, diajak makan juga mau. Kadang juga ada yang
ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya sedih, ya
jengkel juga. Dulu awal ya sempet stres digituin, tapi makin
kesini ya biasa aja. Oiya mba, besok kalo suatu hari mba
ngerasa jengkel stres gitu lagi mba bakalan gimana, apa
yang mau mba lakuin? Ya paling itu lah mba, curhat sama
udah nggigit tu sakit banget
mba
Yang dibelakang itu ada
yang pake kursi roda, ada
yang buta juga. Kalo yang
di depan masih sehat semua,
paling ada yang pikun gitu,
suka ngamuk sendiri
Kadang juga ada yang
ngatain kasar mba. Kalo
udah gitu yang bikin saya
sedih, ya jengkel juga
Curhat sama temen-temen,
perawat merasa kesakitan.
Kondisi lansia sebagian besar
masih sehat, tetapi ada juga
yang buta dan harus
menggunakan kursi roda.
Selain itu ada lansia yang
pikun.
Perawat merasa sedih dan
jengkel ketika ada lansia yang
berkata kasar pada perawat.
Perawat mengatasi rasa
Kondisi lansia yang
dirawat: buta, mengalami
kelumpuhan, mengalami
kemunduran mental.
Pikiran dan perasaan:
sedih, jengkel.
Kendala dalam merawat
lansia: lansia berkata
kasar
Upaya mengatasi stres:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
temen-temen, berdoa, sama cari hiburan. Kalo mau ninggalin
lansianya juga nggak mungkin kan. Jadi ya harus dihadapi
aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima keadaan malah
jadi nggak stres banget mba. Kerjaan merawat lansia ini kan
juga saya sendiri yang mau, jadi apa aja resikonya ya saya
terima aja mba, istilahnya ya sebelum saya kerja emang udah
dipersiapkan lah, tapi ya itu tadi walopun udah ikut pelatihan
tetep aja waktu ngadepin lansianya langsung tetep ngerasa
takut, takut nggak betah mba, takut nggak bisa bener-bener
ngerawat dengan baik aja. Tapi ya seringnya kalo ada
masalah apa lagi jengkel stres gitu cuma cerita ke temen sih
mba, kadang malah mereka bikin buat bercandaan. Ya gitu
lah mba, susah gampang ngerawat lansia itu.
berdoa, sama cari hiburan.
Kalo mau ninggalin
lansianya juga nggak
mungkin kan
Kalo nerima keadaan malah
jadi nggak stres banget mba.
Kerjaan merawat lansia ini
kan juga saya sendiri yang
mau, jadi apa aja resikonya
ya saya terima aja mba
Seringnya kalo ada masalah
apa lagi jengkel stres gitu
cuma cerita ke temen sih
mba, kadang malah mereka
bikin buat bercandaan
stresnya dengan cara cerita
dengan teman
Perawat mengatasi rasa
stresnya dengan menerima
keadaan dan menerima segala
resiko karena ia sendiri yang
memilih pekerjaan untuk
merawat lansia.
Ketika perawat merasa
jengkel dan stres, ia akan
cerita pada temannya.
bercerita dengan teman
dan mencari hiburan.
Upaya mengatasi stres:
menerima keadaan.
Upaya mengatasi stres:
bercerita pada teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kode Lansia susah diberitahu
Lansia sering menggigit dan
mencakar perawat saat
dimandikan
Lansia sering berkata kasar
pada perawat
Kondisi fisik lemah:
- Mengalami lemah fisik
- Mengalami cacat (buta)
- Mengalami kelumpuhan
Kondisi mental lemah:
- Mengalami kepikunan
Mencari dukungan
sosialbercerita pada teman dan
orangtua
Meminta bantuan pada orang lain
untuk membantu menyelesaikan
masalah
Mencari dukungan sosial
dalam bentuk motivasi dan
nasihat dari orang lain
Meminta pertolongan dari
Tuhanberdoa
Menerima keadaan
Sub-kategori Perilaku lansia yang dirawat Kondisi kesehatan lansia Problem-focused coping Emotion-focused coping
Kategori Penyebab stres Cara menghadapi stres
Tema Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
No. Verbatim Satuan Makna Makna yang Dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Halo Mbak Syaefira, makasih ya mbak udah mau
diwawancara buat penelitian skripsiku. Sekarang aku
ada beberapa pertanyaan buat mbak, tolong dijawab
ya. Yang pertama aku mau nanya, mbak udah berapa
lama ngerawat lansia? Saya ngerawat lansia udah dari
tahun 2014 di Semarang mbak. Berarti sampe sekarang
udah sekitar satu setengah tahun lebih ya? Dulu saya juga
ikut pelatihan sebelum merawat lansia mbak. Di Semarang
saya ngerawat sekitar 1 tahun lebih 4 bulan di Panti Wisma
Bakti, tapi cuma ngerawat nenek-nenek 17 orang, kalo
disini kan ada opa-opanya juga. Mbak bisa kerja disini
tuh gimana ceritanya? Saya kan kursus di Purwokerto,
lha dari kursusan itu disalurin ke Jakarta, Semarang,
pokoknya daerah yang ada panti wredhanya mbak. awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
kan saya di Semarang, terus saya pindah kesini. Saya
bareng Mbak Siti kok masuknya mbak. Disini saya udah
sekitar 6 bulan dari Agustus 2015. Jadi saya udah ngerawat
lansia totalnya udah 2 taun kurang. Selama mbak kerja di
panti wredha, apa aja sih tugas yang mbak lakukan?
Yaa saya kerjanya bersih-bersih mbak, bersih-bersih
tempat tidur, ngepel, nyapu... trus siapin makanan juga,
njagain, trus nanti kalo yang mau ke kamar mandi ndak
berani ditemenin, dibantu buang airnya, trus nanti ada yang
ndak berani tidur malem ditemenin gitu, yaa... kasih obat,
ya kan kalo lansia sering-seringnya ada rasa takut, ndak
berani, kayak gitu. Banyakan sih saya bersih-bersih,
mandiin sama nyuapin. Terus selama mbak ngerawat
lansia, apa sih yang mba pikirin dan rasakan? Yaa dulu
awal-awal saya ngerasa takut, ragu-ragu, yaa... kan bisa
Bersih-bersih tempat tidur,
ngepel, nyapu. Siapin
makanan juga, njagain, trus
nanti kalo yang mau ke kamar
mandi ndak berani ditemenin,
dibantu buang airnya, trus
nanti ada yang ndak berani
tidur malem ditemenin gitu,
kasih obat.
Awal-awal saya ngerasa
Perawat bertugas untuk
menjaga kebersihan para
lansia serta panti,
menyiapkan makanan dan
menyuapi, membantu buang
air, menemani saat tidur
malam dan memberi obat.
Saat awal merawat lansia,
Tugas yang dilakukan
perawat: menjaga
kebersihan, makanan dan
kesehatan, menemani
lansia.
Pikiran dan perasaan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
ndak ya? Kan saya masih muda, harus ngadepin orang-
orang tua, khawatir. Bisa ndak ya saya ndampingi orang-
orang tua? Bisa ndak ya? Ragu-ragu terus gitu mbak.
Awal-awalnya ya selalu pesimis lah mbak. Waktu
ngerawat lansia pernah ngalamin kendala apa aja
mbak? Ya pernah, biasanya nenek-neneknya tu suka
teriak-teriak. Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin
juga, nyubitin, teriak-teriak dikira maling, terus kalo
disuapin kadang-kadang ndak mau. Suruh aaa... gitu ndak
mau, mingkem aja. Trus kalo suruh minum obat yaa... kalo
ndak disuruh ndak minum-minum. Dari masalah-masalah
itu apa yang mbak rasain? Yaa stres mbak, apalagi kalo
ngadepin orang pikun mbak, capek ngadepinnya. Biasanya
nanya, ini jam berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya
lagi nanya lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya
takut, ragu-ragu.
Kan saya masih muda, harus
ngadepin orang-orang tua,
khawatir.
Biasanya nenek-neneknya tu
suka teriak-teriak. Dimandiin
ndak mau, teriak-teriak,
nggigitin juga, nyubitin.
Trus kalo suruh minum kalo
ndak disuruh ndak minum-
minum.
Stres mbak, apalagi kalo
ngadepin orang pikun mbak,
capek ngadepinnya.
perawat merasa ragu-ragu dan
khawatir karena harus
menghadapi dan merawat
orang yang sudah tua.
Perilaku lansia yang sering
berteriak, susah dimandikan,
menggigit dan mencubit,
serta sulit minum obat secara
teratur menjadi kendala
perawat dalam merawat
lansia.
Perawat merasa stres dan
lelah ketika harus
menghadapi lansia yang
merawat lansia: ragu-
ragu dan khawatir.
Kendala dalam merawat
lansia: perilaku
lansiamenggigit,
mencubit, berteriak,
susah mandi dan susah
minum obat.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: stres dan
lelah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
56
57
58
59
60
kok nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?”
Marah-marah terus. Capek sih ya mbak, tapi ya kalo
dipikir-pikir terus malah jadi spanneng, stres. Ya kadang-
kadang rasanya sedih, kayak nggak dianggep. Kalo
ngomong kayak nggak dianggep, apa gara-gara dia udah
tua itu jadi ndak ndengerin saya yang masih muda, apa
gimana ya? Jadi malah rasanya kayak sendiri gitu mbak,
putus asa. Mbak pernah ngerasain jengkel, marah gitu
juga nggak? Pernah mbak, marah-marah, jengkel.
“Maunya apa sih? Dibilangin kok ngeyel. Ndak mau
dibilangin, apa mau pulang? Apa mau dibilangin ke
keluarganya?” Kadang-kadang marah-marah gitu mbak,
ndak sengaja malah jadinya mbentak-mbentak. Kalo mbak
rasanya lagi marah, biasanya mbak ngapain? Yaa..
kadang langsung marahin gitu mbak, “Minta pulang ya?
Kadang-kadang rasanya
sedih, kayak nggak dianggep.
Kalo ngomong kayak nggak
dianggep.
Kadang-kadang marah-marah
gitu mbak, ndak sengaja
malah jadinya mbentak-
mbentak
pikun.
Perawat merasa sedih karena
saat ia berbicara dengan
lansia tidak didengarkan dan
merasa tidak dianggap.
Terkadang perawat
membentak lansia untuk
mengekspresikan
kemarahannya.
Kondisi lansia:
pikun/lemah mental.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: sedih
dan merasa tidak
dianggap.
Ekspresi kemarahan:
membentak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Apa mau dibilangin ke keluarganya biar dijemput pulang?
Apa gimana maunya?” Biasanya kayak gitu mbak. Kalo
udah gitu biasanya yang pada rewel jadi diem, tapi ada juga
yang malah balik marah-marah. Kalo udah gitu saya jadi
tambah sedih mbak. Biasanya kalo mbak lagi ngerasa
stres gitu, apa yang mbak lakukan untuk ngurangin
rasa stresnya? Yaa biasanya bercanda sama temen-temen,
ndengerin lagu, nanti nyanyi-nyanyi bareng, ketawa-
ketawa bareng, gitu. Biasanya ngeledekin orang yang
pikun, kan biasanya nggak inget nanti diledekin trus
ketawa-ketawa bareng. Selain cara-cara itu, ada lagi
nggak mbak? Ada mbak biasanya saya cerita-cerita aja sih
sama temen-temen. Biasanya cerita “Itu lho mbahnya ndak
nurut, sukanya ngomel.” Terus nanti ada temen yang bilang
“Yaudah nanti dibilangin aja, yang penting kalo nanya apa
Biasanya bercanda sama
temen-temen, ndengerin lagu,
nanti nyanyi-nyanyi bareng,
ketawa-ketawa bareng.
Ada mbak biasanya saya
cerita-cerita aja sih sama
temen-temen
Untuk mengatasi stresnya,
perawat menghibur diri
bersama teman-temannya.
Untuk mengatasi stres,
perawat bercerita pada
temannya.
Upaya mengatasi stres:
menghibur diri bersama
orang lain.
Upaya mengatasi stres:
mencari dukungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
gitu dijawab iya aja biar ndak ngomel terus.” Biasanya
saling berbagi gitu, saling cerita sama saling kasih
semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga “Mungkin itu
mbahnya lagi banyak pikiran, lagi inget keluarganya
dirumah, jadinya marah-marah ngomel, trus jadinya
ngomel ke mbak-mbaknya. Udah diemin aja, ndak usah
dimasukin ke hati. Semangat aja semangat.” Kalo udah gitu
saya ya jadi semangat lagi, saya mikir yaa bener ya
mungkin karena udah tua jadi ya kadang-kadang pikun,
kadang-kadang lupa, kadang-kadang marah, yaudahlah
dimaklumin aja nggak papa, disabarin aja. Kadang juga
saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih kesabaran aja.
Pernah saya nangis sendirian di kamar juga mbak. Kadang-
kadang nangis sendirian habis sholat. Kadang telpon sama
ibu dirumah, minta... ya mungkin kan beda kalo cerita
Biasanya saling berbagi gitu,
saling cerita sama saling
kasih semangat gitu lah
mbak. Kasih nasihat juga.
Yaudahlah dimaklumin aja
nggak papa, disabarin aja.
Kadang juga saya berdoa,
supaya apa ya, biar dikasih
kesabaran aja.
Kadang-kadang nangis
Perawat dan teman-temannya
saling bercerita, memberi
semangat, dan memberi
nasihat.
Sebagai upaya mengatasi
stres, perawat menerima
kondisi lansia yang
dirawatnya dan berdoa agar
mendapatkan kesabaran.
Perawat mengekspresikan
Upaya mengatasi stres:
mencari dukungan sosial.
Upaya mengatasi stres:
- Menerima keadaan
- Berdoa
- Mencari dukungan
sosial
Cara mengekspresikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
sama ibu dibanding cerita sama temen-temen, rasanya lebih
ayem kalo cerita sama ibu. Didoain sama ibu juga lebih
tenang rasanya, jadi lebih semangat lagi kerjanya. Kalo
misalnya mbak ngadepin situasi atau masalah yang
bikin mbak stres, gimana cara mbak ngadepinnya? Ya
gitu mbak, paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya
marah-marah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting
berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak
tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja. Perilaku
lansia disini yang bener-bener bikin mbak stres tu
biasanya yang gimana mbak? Ya itu... yang pikun sama
yang suka marah-marah. Apalagi yang suka nggigit sama
mukulin kalo pas dimandiin mbak, itu rasanya... aduh,
sedih banget, bikin stres. Kalo dirasa-rasain itu kayak... aku
rasanya ndak bakalan lama disini lho, paling 3 bulan-4
sendirian habis sholat.
Kadang telpon sama ibu
dirumah.
Marah-marah sebentar, nanti
trus curhat lagi, yang penting
berdoa aja sih mbak. Tapi
kalo udah bener-bener nggak
tahan banget mesti mundur,
pasrah aja.
Yang pikun sama yang suka
marah-marah. Apalagi yang
suka nggigit sama mukulin
kalo pas dimandiin mbak, itu
perasaannya dengan
menangis. Perawat juga
menelepon ibunya untuk
mendapatkan dukungan.
Perawat bercerita pada
temannya sebagai upaya
mengatasi stres. Namun
perawat akan menyerah jika
ia merasa tidak mampu
menghadapi stressor.
Kondisi lansia yang sudah
pikun dan perilaku lansia
yang suka menggigit dan
memukul saat dimandikan
perasaan: menangis.
Upaya mengatasi stres:
mencari dukungan sosial,
menyerah atau
menghindari stressor.
Kendala merawat lansia:
- Kondisi lansia:
kemunduran mental
(pikun).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
bulan udah keluar lah, ndak betah. Tapi terus biasanya
temen-temen kasih motivasi, “Jangan gitu lah, harus
semangat. Kita kan disini kerja sama-sama. Nanti kalo
kerjasama kan kita bisa ngatasin permasalahan yang ada
disini,” paling kayak gitu mbak. Apa sih yang jadi
motivasi mbak ngerawat lansia? Kalo saya sih pengen
dapet pengalaman mbak. Kalo ngerawat lansia kan juga
biasanya dapet cerita dari jaman mudanya dulu kayak
gimana, cerita-cerita dulu jadi guru, sukses, susah
senengnya itu pasti kan dikasih tau sama perawatnya, kalo
pengen berhasil itu gini lho, usaha dulu kayak gini, nanti
kan jadi saya dapet pengalaman dari mbah-mbahnya itu
dari cerita mereka. Saya juga itung-itung belajar dari
pengalaman mereka dulu mbak. dulunya mereka misal
ndak sukses, trus usaha, belajar terus sampe sukses. Saya
rasanya sedih banget, bikin
stres.
Tapi terus biasanya temen-
temen kasih motivasi,
“Jangan gitu lah, harus
semangat. Kita kan disini
kerja sama-sama. Nanti kalo
kerjasama kan kita bisa
ngatasin permasalahan yang
ada disini.”
menjadi kendala dalam
merawat lansia.
Perawat diberi semangat dan
motivasi oleh teman-
temannya sehingga dapat
mengurangi stres yang
dirasakan oleh perawat.
- Perilaku lansia:
menggigit, memukul
saat dimandikan.
Upaya mengatasi stres:
mendapatkan dukungan
sosial dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
jadi mikir kalo emang mau sukses ndak boleh putus asa
harus mau belajar terus gitu. Seneng sih mbak kalo
ndengerin cerita dari mbah-mbahnya itu, jalan hidupnya itu
puter-puter. Kondisi lansia yang mbak rawat itu gimana
aja sih mbak? Ada yang cacat, udah ndak bisa ngapa-
ngapain, ada yang buta juga. Jalan aja pake kursi roda, kalo
udah gitu saya ngerasa kasian mbak, kadang diajak
ngobrol, diajak bercanda biar seneng, ketawa-ketawa.
Disuruh nyanyi juga biar seneng mbak. Tapi kalo disini
masih banyak yang mandiri, masih pada bisa jalan sendiri
semua.
Ada yang cacat, udah ndak
bisa ngapa-ngapain, ada yang
buta juga. Jalan aja pake kursi
roda, kalo udah gitu saya
ngerasa kasian mbak.
Lansia yang dirawat di panti
werdha ada yang mengalami
lemah fisik, buta dan cacat
sehingga harus menggunakan
kursi roda.
Kondisi lansia: lemah
fisik, cacat, buta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kode Menggigit, mencubit,
berteriak saat dimandikan
Susah dimandikan
Susah minum obat
Sering berteriak-teriak
Mengalami kemunduran
mental:
- Pikun/lemah mental.
Kondisi fisik yang lemah:
- Cacat
- Buta
- Tidak dapat berjalan
Menyerah atau menghindari
stressor.
Menghibur diri bersama
orang lain.
Mencari dukungan sosial.
Upaya mengatasi stres:
- Menerima keadaan
- Berdoa
- Mencari dukungan sosial
Sub-kategori Perilaku lansia yang dirawat Kondisi kesehatan lansia Problem-focused coping Emotion-focused coping
Kategori Stressor (penyebab stres) Cara menghadapi stres
Tema Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
No. Verbatim Satuan Makna Makna yang Dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Selamat pagi Mba, makasih ya Mba sudah bersedia saya
wawancara. Nah sekarang kita mulai aja ya, yang
pertama, saya mau tanya, kapan Mba mulai merawat
lansia? Pertama saya masuk kesini tanggal 24 Agustus
2015. Berarti udah berapa lama mba? Sekitar 6 bulan.
Waktu Mba merawat lansia itu tugasnya apa aja sih?
Kalo pagi... kalo misalkan di paviliun belakang, saya kan di
paviliun belakang, kalo pagi paling yang pertama ngepel
depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi, gitu ntar
jam setengah 6 mandiin. Terus tugas yang lain kayak yang
berhubungan langsung sama lansianya apa aja? Ya
paling kalo dibelakang itu mandiin lansianya, kalo misalkan
di depan bisa mandi sendiri, cuma 1 orang yang dimandiin.
Terus kalo makan gitu, Mba ikut nyiapin nggak? Kalo
Kalo pagi paling yang
pertama ngepel depan gitu
dulu terus nyiapin air panas
buat mandi, gitu ntar jam
setengah 6 mandiin
Ya paling kalo dibelakang
itu mandiin lansianya, kalo
misalkan di depan bisa
Tugas yang harus dilakukan
perawat yaitu mengepel dan
menyiapkan air panas untuk
memandikan lansia.
Perawat bertugas untuk
memandikan lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
menjaga kebersihan dan
memandikan.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
memandikan lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe selesai gitu,
kan kalo di belakang ada yang disuapin 1, terus makannya
juga dihalusin. Kalo masalah kesehatan, Mba ikut
merhatiin nggak? Kalo kesehatan iya, terus kan seminggu
sekali ada dokter yang kesini jadi kesehatannya terkontrol.
Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke balai
pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu-satu,
ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak kayak
biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa pusing gitu mba.
Soalnya kadang nggak bilang kalo sakit, kan kasian mba
kalo nggak cepet diobatin. Jadi ya harus kadang ditanya gitu.
Berarti Mba merawatnya bisa dibilang 24 jam gitu ya
mba? Ya... bisa jadi 24 jam, soalnya di belakang kadang
gitu. Kadang kalo malem ada yang manggil, jadi kalo denger
ya langsung didatengin. Malem-malem pasti ada yang
mandi sendiri
Kan kalo di belakang ada
yang disuapin 1, terus
makannya juga dihalusin
Kalo misalkan ada yang
sakit langsung dibawa ke
balai pengobatan yang di
depan
Kadang juga ditanya satu-
satu, ada yang sakit apa
nggak. Kalo ada yang lemes
nggak kayak biasa ditanyain
kenapa, ada yang sakit apa
pusing gitu mba
Perawat bertugas untuk
membantu lansia menyiapkan
makanan dan menyuapi.
Perawat bertugas untuk
membawa lansia yang sakit
ke balai pengobatan.
Perawat bertugas mengontrol
kondisi kesehatan para lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
menyuapi lansia.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
mengantar lansia berobat.
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
mengontrol kesehatan
lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan mesti
manggil buat bantuin kencing. Kalo malem-malem ada
yang manggil gitu, pernah nggak sih Mba merasa
terganggu? Ya mungkin kadang pernah, tapi ya udah jadi
tugasnya kayak gitu. Terus selama merawat itu yang jadi
masalah atau kendala selama merawatnya apa aja mba?
Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang dibelakang
itu susah mandi, susah dibilangin suruh mandi. Yang
lainnya ada lagi ngga mba? Ya itu sih, kalo dimandiin ada
yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada yang nyakar. Terus
kalo di depan juga yang mandiin harus berdua mba. Kalo
yang dibelakang kan udah pada nggak bisa jalan jadi kalo
diangkat gitu ya nurut aja, tapi ya kadang suka nggigit. Kalo
masalah lain kayak lansianya suka pergi sendiri gitu ada
nggak mba? Kalo itu sih... pernah sekali itu ada yang pergi
Malem-malem pasti ada
yang manggil, kalo ada
yang mau kencing atau apa
kan mesti manggil buat
bantuin kencing
Paling kalo susah dibilangin
gitu, yang dibelakang itu
susah mandi, susah
dibilangin suruh mandi
Kalo dimandiin ada yang
suka nggigit. Ada yang
nggigit, ada yang nyakar
Kalo yang dibelakang kan
udah pada nggak bisa jalan
Perawat bertugas untuk
membantu lansia saat buang
air kecil terutama pada waktu
malam hari.
Perawat merasa kesulitan saat
memberitahu lansia untuk
mandi.
Saat dimandikan, ada lansia
yang menggigit dan mencakar
perawat.
Lansia yang sudah tidak bisa
berjalan lebih mudah
Tugas yang harus
dilakukan perawat:
membantu buang air
kecil.
Kendala dalam merawat
lansia: lansia susah
diberitahu.
Kendala dalam merawat
lansia: menggigit dan
mencakar perawat.
Kondisi lansia: lemah
fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
56
57
58
59
60
katanya mau pulang, disini kan pintunya terbuka tau-tau
udah keluar. Tapi ntar kalo ditengok ke kemarnya udah
nggak ada ya nanti dicari, tapi jarang sih. Waktu Mba
ngalamin kendala waktu ngerawat lansia, apa sih yang
mba rasain? Ya... dalam hati sih jengkel tapi ya mau
gimana lagi udah jadi tugasnya kayak gitu, orangtua sih. Ya
sedih juga sih mba, udah dirawat baik-baik tapi kok malah
kayak nggak gimana ya... nggak nurut gitu mba. Paling kalo
udah gitu ya ditinggal aja. Masalah yang Mba alamin itu
bikin stres nggak? Ya... gimana ya. Stres sih tapi nggak
banget, udah terbiasa. Dulu waktu awal takut, tapi lama-
lama udah biasa. Dulu waktu awal-awal ngerawat lansia
apa yang Mba lakukan buat mengatasi stres dan takut
itu? Ya gitu latian terus tiap hari, minta bantuan sama
temen, dibantu sama temen juga. Apa aja yang Mba
jadi kalo diangkat gitu ya
nurut aja
Dalam hati sih jengkel tapi
ya mau gimana lagi udah
jadi tugasnya kayak gitu,
orangtua sih
Ya sedih juga sih mba, udah
dirawat baik-baik tapi kok
malah kayak nggak nurut
gitu mba
Ya gitu latian terus tiap hari,
minta bantuan sama temen,
dimandikan karena lebih
menurut dengan perawat.
Perawat merasa jengkel saat
merawat lansia, namun
perawat memaklumi perilaku
lansia dan tetap menjalankan
tugasnya.
Perawat merasa sedih saat
lansia tidak menurut karena
perawat merasa ia sudah
merawat dengan sangat baik.
Perawat meminta bantuan
pada teman dan latihan
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: jengkel.
Upaya mengatasi stres:
menerima keadaan.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia. Kendala
dalam merawat lansia:
lansia tidak menurut.
Upaya mengatasi
stres/kendala: meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
lakukan buat menghilangkan rasa stres dan takut itu?
Emm... paling ya cerita, curhat sama temen-temen. Nanti
temen-temen bilang, udah diemin aja, kalo ngamuk didiemin
aja nanti kan cape sendiri. Kalo dibilang macem-macem
sama orang-orang tua nggak usah didenger, nggak usah
dimasukin ke hati. Seringnya dibilangin sama Bu Prapti,
dikasih semangat gitu mba, disini kan bukan cuma kerja
biasa ngerawat lansia tapi juga melayani. Kalo misalnya pas
lagi jengkel, ya paling cerita aja sih sama temen-temen,
nggak pernah marah-marah juga, soalnya nanti kalo
lansianya pas lagi ngamuk, sininya juga ikut ngamuk malah
nggak selesai-selesai mba. Jadi kalo udah jengkel stres ya
cuma itu sih, cerita sama temen sama Bu Prapti juga. Selain
curhat sama temen-temen, apa lagi yang Mba lakuin
waktu ngerasa sedih dan stres? Ya paling berdoa aja sih
dibantu sama temen juga
Paling ya cerita, curhat
sama temen-temen. Nanti
temen-temen bilang, udah
diemin aja, kalo ngamuk
didiemin aja nanti kan cape
sendiri
Kalo dibilang macem-
macem sama orang-orang
tua nggak usah didenger,
nggak usah dimasukin ke
hati. Seringnya dibilangin
sama Bu Prapti, dikasih
semangat gitu mba
Ya paling berdoa aja sih
merawat lansia setiap hari.
Perawat bercerita pada
teman-teman tentang kendala
yang dialaminya. Setelah itu
teman-temannya memberi
semangat dan nasihat.
Perawat diberi nasihat oleh
Kepala Panti supaya tidak
terlalu memikirkan perkataan
lansia yang kurang baik, serta
diberi semangat agar tetap
termotivasi merawat lansia.
Perawat berdoa dan bercerita
bantuan pada teman.
Upaya mengatasi stres:
bercerita pada teman,
diberi semangat dan
nasihat oleh teman.
Upaya mengatasi stres:
dukungan sosial berupa
motivasi dan semangat
dari Kepala Panti.
Upaya mengatasi stres:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
mba. Sama telepon ibu, cerita-cerita. Nanti sama ibu paling
dibilang yaudah sabar aja, dijalanin aja gitu. Mba ngerasa
paling susah ngadepin lansia yang kayak gimana?
Yang... itu yang pikun mba. Nanya terus, baru sebentar
nanya, udah dijawab nanya lagi. Ngomong terus tapi
omongannya diulang terus. Kadang ya capek nanggepinnya,
jengkel juga udah dijawab, nanya lagi gitu mba. Sama yang
suka nggigit, kalo emang udah bener-bener kebangetan
kadang suka saya tabok tangannya, soalnya kalo udah
nggigit tu sakit banget mba. Kondisi lansia disini gimana
mba? Kalo yang disini sih ya masih sehat semua, tapi kalo
yang dibelakang itu ada yang pake kursi roda, ada yang buta
juga. Kalo yang di depan masih sehat semua, paling ada
yang pikun gitu, suka ngamuk sendiri. Kalo kita ke
kamarnya bersih-bersih ternyata dia nyimpen buah dibalik
mba. Sama telepon ibu,
cerita-cerita. Nanti sama ibu
paling dibilang yaudah
sabar aja, dijalanin aja gitu
Yang pikun mba. Nanya
terus, baru sebentar nanya,
udah dijawab nanya lagi
Kadang ya capek
nanggepinnya, jengkel juga
udah dijawab, nanya lagi
gitu mba. Sama yang suka
nggigit, kalo emang udah
bener-bener kebangetan
kadang suka saya tabok
tangannya, soalnya kalo
pada ibunya untuk
mengurangi stres yang
dialaminya.
Perawat mengalami kendala
saat merawat lansia yang
pikun karena harus selalu
menjawab pertanyaan yang
sama berulang kali. Perawat
juga merasa jengkel karena
harus menjawab
pertanyaannya berulang kali.
Terkadang perawat juga
memukul tangan lansia yang
suka menggigit karena
bercerita pada orangtua
dan mendekatkan diri
pada Tuhan.
Kondisi lansia: pikun.
Kendala dalam merawat
lansia: mengalami
kesulitan saat merawat
lansia yang pikun.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: jengkel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
bantalnya, kalo nggak disimpen di lemari sampe busuk. Kalo
diambil dibersihin nanti dia marah-marah mba, teriak maling
maling gitu. Disini juga ada yang susah dirawat, bilangnya
sakit nanti kalo udah dikasih obat malah obatnya disimpen,
nggak diminum. Giliran kita suapin juga nggak mau, malah
mingkem. Apalagi kalo disuruh mandi, susah banget. Jadi
kalo mandiin itu sering dipaksa, dipegangin. Lha kalo nggak
dimandiin nanti kan bau. Tapi kalo lagi biasa ya nurut-nurut
mba. Dibilangin nurut, diajak makan juga mau. Kadang juga
ada yang ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya
sedih, ya jengkel juga. Dulu awal ya sempet stres digituin,
tapi makin kesini ya biasa aja. Oiya mba, besok kalo suatu
hari mba ngerasa jengkel stres gitu lagi mba bakalan
gimana, apa yang mau mba lakuin? Ya paling itu lah mba,
curhat sama temen-temen, berdoa, sama cari hiburan. Kalo
udah nggigit tu sakit banget
mba
Yang dibelakang itu ada
yang pake kursi roda, ada
yang buta juga. Kalo yang
di depan masih sehat semua,
paling ada yang pikun gitu,
suka ngamuk sendiri
Kadang juga ada yang
ngatain kasar mba. Kalo
udah gitu yang bikin saya
sedih, ya jengkel juga
Curhat sama temen-temen,
perawat merasa kesakitan.
Kondisi lansia sebagian besar
masih sehat, tetapi ada juga
yang buta dan harus
menggunakan kursi roda.
Selain itu ada lansia yang
pikun.
Perawat merasa sedih dan
jengkel ketika ada lansia yang
berkata kasar pada perawat.
Perawat mengatasi rasa
Kondisi lansia yang
dirawat: buta, mengalami
kelumpuhan, mengalami
kemunduran mental.
Pikiran dan perasaan:
sedih, jengkel.
Kendala dalam merawat
lansia: lansia berkata
kasar
Upaya mengatasi stres:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
mau ninggalin lansianya juga nggak mungkin kan. Jadi ya
harus dihadapi aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima
keadaan malah jadi nggak stres banget mba. Kerjaan
merawat lansia ini kan juga saya sendiri yang mau, jadi apa
aja resikonya ya saya terima aja mba, istilahnya ya sebelum
saya kerja emang udah dipersiapkan lah, tapi ya itu tadi
walopun udah ikut pelatihan tetep aja waktu ngadepin
lansianya langsung tetep ngerasa takut, takut nggak betah
mba, takut nggak bisa bener-bener ngerawat dengan baik aja.
Tapi ya seringnya kalo ada masalah apa lagi jengkel stres
gitu cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah mereka
bikin buat bercandaan. Ya gitu lah mba, susah gampang
ngerawat lansia itu.
berdoa, sama cari hiburan.
Kalo mau ninggalin
lansianya juga nggak
mungkin kan
Kalo nerima keadaan malah
jadi nggak stres banget mba.
Kerjaan merawat lansia ini
kan juga saya sendiri yang
mau, jadi apa aja resikonya
ya saya terima aja mba
Seringnya kalo ada masalah
apa lagi jengkel stres gitu
cuma cerita ke temen sih
mba, kadang malah mereka
bikin buat bercandaan
stresnya dengan cara cerita
dengan teman
Perawat mengatasi rasa
stresnya dengan menerima
keadaan dan menerima segala
resiko karena ia sendiri yang
memilih pekerjaan untuk
merawat lansia.
Ketika perawat merasa
jengkel dan stres, ia akan
cerita pada temannya.
bercerita dengan teman
dan mencari hiburan.
Upaya mengatasi stres:
menerima keadaan.
Upaya mengatasi stres:
bercerita pada teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
No. Verbatim Satuan Makna Makna yang Dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Halo Mbak SN, makasih ya mbak udah mau
diwawancara buat penelitian skripsiku. Sekarang aku
ada beberapa pertanyaan buat mbak, tolong dijawab
ya. Yang pertama aku mau nanya, mbak udah berapa
lama ngerawat lansia? Saya ngerawat lansia udah dari
tahun 2014 di Semarang mbak. Berarti sampe sekarang
udah sekitar satu setengah tahun lebih ya? Dulu saya juga
ikut pelatihan sebelum merawat lansia mbak. Di Semarang
saya ngerawat sekitar 1 tahun lebih 4 bulan di Panti Wisma
Bakti, tapi cuma ngerawat nenek-nenek 17 orang, kalo
disini kan ada opa-opanya juga. Mbak bisa kerja disini
tuh gimana ceritanya? Saya kan kursus di Purwokerto,
lha dari kursusan itu disalurin ke Jakarta, Semarang,
pokoknya daerah yang ada panti wredhanya mbak. awalnya
kan saya di Semarang, terus saya pindah kesini. Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
bareng Mbak Siti kok masuknya mbak. Disini saya udah
sekitar 6 bulan dari Agustus 2015. Jadi saya udah ngerawat
lansia totalnya udah 2 taun kurang. Selama mbak kerja di
panti wredha, apa aja sih tugas yang mbak lakukan?
Yaa saya kerjanya bersih-bersih mbak, bersih-bersih
tempat tidur, ngepel, nyapu... trus siapin makanan juga,
njagain, trus nanti kalo yang mau ke kamar mandi ndak
berani ditemenin, dibantu buang airnya, trus nanti ada yang
ndak berani tidur malem ditemenin gitu, yaa... kasih obat,
ya kan kalo lansia sering-seringnya ada rasa takut, ndak
berani, kayak gitu. Banyakan sih saya bersih-bersih,
mandiin sama nyuapin. Terus selama mbak ngerawat
lansia, apa sih yang mba pikirin dan rasakan? Yaa dulu
awal-awal saya ngerasa takut, ragu-ragu, yaa... kan bisa
ndak ya? Kan saya masih muda, harus ngadepin orang-
orang tua, khawatir. Bisa ndak ya saya ndampingi orang-
Bersih-bersih tempat tidur,
ngepel, nyapu. Siapin
makanan juga, njagain, trus
nanti kalo yang mau ke kamar
mandi ndak berani ditemenin,
dibantu buang airnya, trus
nanti ada yang ndak berani
tidur malem ditemenin gitu,
kasih obat.
Awal-awal saya ngerasa
takut, ragu-ragu.
Kan saya masih muda, harus
Perawat bertugas untuk
menjaga kebersihan para
lansia serta panti,
menyiapkan makanan dan
menyuapi, membantu buang
air, menemani saat tidur
malam dan memberi obat.
Saat awal merawat lansia,
perawat merasa ragu-ragu dan
khawatir karena harus
Tugas yang dilakukan
perawat: menjaga
kebersihan, makanan dan
kesehatan, menemani
lansia.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: ragu-
ragu dan khawatir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
orang tua? Bisa ndak ya? Ragu-ragu terus gitu mbak.
Awal-awalnya ya selalu pesimis lah mbak. Waktu
ngerawat lansia pernah ngalamin kendala apa aja
mbak? Ya pernah, biasanya nenek-neneknya tu suka
teriak-teriak. Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin
juga, nyubitin, teriak-teriak dikira maling, terus kalo
disuapin kadang-kadang ndak mau. Suruh aaa... gitu ndak
mau, mingkem aja. Trus kalo suruh minum obat yaa... kalo
ndak disuruh ndak minum-minum. Dari masalah-masalah
itu apa yang mbak rasain? Yaa stres mbak, apalagi kalo
ngadepin orang pikun mbak, capek ngadepinnya. Biasanya
nanya, ini jam berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya
lagi nanya lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya
kok nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?”
Marah-marah terus. Capek sih ya mbak, tapi ya kalo
dipikir-pikir terus malah jadi spanneng, stres. Ya kadang-
ngadepin orang-orang tua,
khawatir.
Biasanya nenek-neneknya tu
suka teriak-teriak. Dimandiin
ndak mau, teriak-teriak,
nggigitin juga, nyubitin.
Trus kalo suruh minum kalo
ndak disuruh ndak minum-
minum.
Stres mbak, apalagi kalo
ngadepin orang pikun mbak,
capek ngadepinnya.
Kadang-kadang rasanya
menghadapi dan merawat
orang yang sudah tua.
Perilaku lansia yang sering
berteriak, susah dimandikan,
menggigit dan mencubit,
serta sulit minum obat secara
teratur menjadi kendala
perawat dalam merawat
lansia.
Perawat merasa stres dan
lelah ketika harus
menghadapi lansia yang
pikun.
Perawat merasa sedih karena
Kendala dalam merawat
lansia: perilaku
lansiamenggigit,
mencubit, berteriak,
susah mandi dan susah
minum obat.
Pikiran dan perasaan saat
merawat lansia: stres dan
lelah.
Kondisi lansia:
pikun/lemah mental.
Pikiran dan perasaan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
48
49
50
51
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
63
64
kadang rasanya sedih, kayak nggak dianggep. Kalo
ngomong kayak nggak dianggep, apa gara-gara dia udah
tua itu jadi ndak ndengerin saya yang masih muda, apa
gimana ya? Jadi malah rasanya kayak sendiri gitu mbak,
putus asa. Mbak pernah ngerasain jengkel, marah gitu
juga nggak? Pernah mbak, marah-marah, jengkel.
“Maunya apa sih? Dibilangin kok ngeyel. Ndak mau
dibilangin, apa mau pulang? Apa mau dibilangin ke
keluarganya?” Kadang-kadang marah-marah gitu mbak,
ndak sengaja malah jadinya mbentak-mbentak. Kalo mbak
rasanya lagi marah, biasanya mbak ngapain? Yaa..
kadang langsung marahin gitu mbak, “Minta pulang ya?
Apa mau dibilangin ke keluarganya biar dijemput pulang?
Apa gimana maunya?” Biasanya kayak gitu mbak. Kalo
udah gitu biasanya yang pada rewel jadi diem, tapi ada juga
yang malah balik marah-marah. Kalo udah gitu saya jadi
sedih, kayak nggak dianggep.
Kalo ngomong kayak nggak
dianggep.
Kadang-kadang marah-marah
gitu mbak, ndak sengaja
malah jadinya mbentak-
mbentak
saat ia berbicara dengan
lansia tidak didengarkan dan
merasa tidak dianggap.
Terkadang perawat
membentak lansia untuk
mengekspresikan
kemarahannya.
merawat lansia: sedih
dan merasa tidak
dianggap.
Ekspresi kemarahan:
membentak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
tambah sedih mbak. Biasanya kalo mbak lagi ngerasa
stres gitu, apa yang mbak lakukan untuk ngurangin
rasa stresnya? Yaa biasanya bercanda sama temen-temen,
ndengerin lagu, nanti nyanyi-nyanyi bareng, ketawa-
ketawa bareng, gitu. Biasanya ngeledekin orang yang
pikun, kan biasanya nggak inget nanti diledekin trus
ketawa-ketawa bareng. Selain cara-cara itu, ada lagi
nggak mbak? Ada mbak biasanya saya cerita-cerita aja sih
sama temen-temen. Biasanya cerita “Itu lho mbahnya ndak
nurut, sukanya ngomel.” Terus nanti ada temen yang bilang
“Yaudah nanti dibilangin aja, yang penting kalo nanya apa
gitu dijawab iya aja biar ndak ngomel terus.” Biasanya
saling berbagi gitu, saling cerita sama saling kasih
semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga “Mungkin itu
mbahnya lagi banyak pikiran, lagi inget keluarganya
dirumah, jadinya marah-marah ngomel, trus jadinya
Biasanya bercanda sama
temen-temen, ndengerin lagu,
nanti nyanyi-nyanyi bareng,
ketawa-ketawa bareng.
Ada mbak biasanya saya
cerita-cerita aja sih sama
temen-temen
Biasanya saling berbagi gitu,
saling cerita sama saling
kasih semangat gitu lah
mbak. Kasih nasihat juga.
Untuk mengatasi stresnya,
perawat menghibur diri
bersama teman-temannya.
Untuk mengatasi stres,
perawat bercerita pada
temannya.
Perawat dan teman-temannya
saling bercerita, memberi
semangat, dan memberi
nasihat.
Upaya mengatasi stres:
menghibur diri bersama
orang lain.
Upaya mengatasi stres:
mencari dukungan sosial.
Upaya mengatasi stres:
mencari dukungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
ngomel ke mbak-mbaknya. Udah diemin aja, ndak usah
dimasukin ke hati. Semangat aja semangat.” Kalo udah gitu
saya ya jadi semangat lagi, saya mikir yaa bener ya
mungkin karena udah tua jadi ya kadang-kadang pikun,
kadang-kadang lupa, kadang-kadang marah, yaudahlah
dimaklumin aja nggak papa, disabarin aja. Kadang juga
saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih kesabaran aja.
Pernah saya nangis sendirian di kamar juga mbak. Kadang-
kadang nangis sendirian habis sholat. Kadang telpon sama
ibu dirumah, minta... ya mungkin kan beda kalo cerita
sama ibu dibanding cerita sama temen-temen, rasanya lebih
ayem kalo cerita sama ibu. Didoain sama ibu juga lebih
tenang rasanya, jadi lebih semangat lagi kerjanya. Kalo
misalnya mbak ngadepin situasi atau masalah yang
bikin mbak stres, gimana cara mbak ngadepinnya? Ya
gitu mbak, paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya
Yaudahlah dimaklumin aja
nggak papa, disabarin aja.
Kadang juga saya berdoa,
supaya apa ya, biar dikasih
kesabaran aja.
Kadang-kadang nangis
sendirian habis sholat.
Kadang telpon sama ibu
dirumah.
Marah-marah sebentar, nanti
Sebagai upaya mengatasi
stres, perawat menerima
kondisi lansia yang
dirawatnya dan berdoa agar
mendapatkan kesabaran.
Perawat mengekspresikan
perasaannya dengan
menangis. Perawat juga
menelepon ibunya untuk
mendapatkan dukungan.
Perawat bercerita pada
Upaya mengatasi stres:
- Menerima keadaan
- Berdoa
- Mencari dukungan
sosial
Cara mengekspresikan
perasaan: menangis.
Upaya mengatasi stres:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
marah-marah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting
berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak
tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja. Perilaku
lansia disini yang bener-bener bikin mbak stres tu
biasanya yang gimana mbak? Ya itu... yang pikun sama
yang suka marah-marah. Apalagi yang suka nggigit sama
mukulin kalo pas dimandiin mbak, itu rasanya... aduh,
sedih banget, bikin stres. Kalo dirasa-rasain itu kayak... aku
rasanya ndak bakalan lama disini lho, paling 3 bulan-4
bulan udah keluar lah, ndak betah. Tapi terus biasanya
temen-temen kasih motivasi, “Jangan gitu lah, harus
semangat. Kita kan disini kerja sama-sama. Nanti kalo
kerjasama kan kita bisa ngatasin permasalahan yang ada
disini,” paling kayak gitu mbak. Apa sih yang jadi
motivasi mbak ngerawat lansia? Kalo saya sih pengen
dapet pengalaman mbak. Kalo ngerawat lansia kan juga
trus curhat lagi, yang penting
berdoa aja sih mbak. Tapi
kalo udah bener-bener nggak
tahan banget mesti mundur,
pasrah aja.
Yang pikun sama yang suka
marah-marah. Apalagi yang
suka nggigit sama mukulin
kalo pas dimandiin mbak, itu
rasanya sedih banget, bikin
stres.
Tapi terus biasanya temen-
temen kasih motivasi,
“Jangan gitu lah, harus
semangat. Kita kan disini
kerja sama-sama. Nanti kalo
temannya sebagai upaya
mengatasi stres. Namun
perawat akan menyerah jika
ia merasa tidak mampu
menghadapi stressor.
Kondisi lansia yang sudah
pikun dan perilaku lansia
yang suka menggigit dan
memukul saat dimandikan
menjadi kendala dalam
merawat lansia.
Perawat diberi semangat dan
motivasi oleh teman-
temannya sehingga dapat
mengurangi stres yang
dirasakan oleh perawat.
mencari dukungan sosial,
menyerah atau
menghindari stressor.
Kendala merawat lansia:
- Kondisi lansia:
kemunduran mental
(pikun).
- Perilaku lansia:
menggigit, memukul
saat dimandikan.
Upaya mengatasi stres:
mendapatkan dukungan
sosial dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
biasanya dapet cerita dari jaman mudanya dulu kayak
gimana, cerita-cerita dulu jadi guru, sukses, susah
senengnya itu pasti kan dikasih tau sama perawatnya, kalo
pengen berhasil itu gini lho, usaha dulu kayak gini, nanti
kan jadi saya dapet pengalaman dari mbah-mbahnya itu
dari cerita mereka. Saya juga itung-itung belajar dari
pengalaman mereka dulu mbak. dulunya mereka misal
ndak sukses, trus usaha, belajar terus sampe sukses. Saya
jadi mikir kalo emang mau sukses ndak boleh putus asa
harus mau belajar terus gitu. Seneng sih mbak kalo
ndengerin cerita dari mbah-mbahnya itu, jalan hidupnya itu
puter-puter. Kondisi lansia yang mbak rawat itu gimana
aja sih mbak? Ada yang cacat, udah ndak bisa ngapa-
ngapain, ada yang buta juga. Jalan aja pake kursi roda, kalo
udah gitu saya ngerasa kasian mbak, kadang diajak
ngobrol, diajak bercanda biar seneng, ketawa-ketawa.
kerjasama kan kita bisa
ngatasin permasalahan yang
ada disini.”
Ada yang cacat, udah ndak
bisa ngapa-ngapain, ada yang
buta juga. Jalan aja pake kursi
roda, kalo udah gitu saya
Lansia yang dirawat di panti
werdha ada yang mengalami
lemah fisik, buta dan cacat
sehingga harus menggunakan
Kondisi lansia: lemah
fisik, cacat, buta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
129
130
131
Disuruh nyanyi juga biar seneng mbak. Tapi kalo disini
masih banyak yang mandiri, masih pada bisa jalan sendiri
semua.
ngerasa kasian mbak. kursi roda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended