Transcript
Page 1: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

i

STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran Kitab Kunig di Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal)

Tesis

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

Miftah Pausi

NIM: 21140110000001

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2018

Page 2: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

iii

Page 3: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

iv

Page 4: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

v

Page 5: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

vi

ABSTRAK

Miftah Pausi. NIM: 21140110000001. Strategi Pembelajaran Kitab Kuning

(Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru). Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pendekatan teori belajar humanistik merupakan suatu strategi pembelajaran sebagai

usaha mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Pendekatan teori belajar

humanistik memperhatikan siswa sebagai individu dengan perbedaan dan bawaan

potensi-potensi yang dimilikinya. Siswa diarahkan untuk mengembangkan potensi

yang dimilikinya tanpa ada tekanan, paksaan dan ancaman dari guru. Semakin

berkurang dan rendahnya penguasaan santri saat ini terhadap kajian kuning di

pesantren menjadi masalah penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Penelitian

ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menganalisis

dimensi humanistik dalam kajian kuning sebagai strategi pembelajaran di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru dan menghasilkan kesimpulan, yaitu:1) pembelajaran

kitab kuning berlangsung tanpa ancaman dan paksaan; 2) ustad memberikan reward

sebagai penghargaan terhadap capaian santri melalui pujian, nilai dan promosi; 3)

pendekatan teori belajar humanistik ditemukan pada kegiatan ekstrakuriuler dan

kehidupan santri di lingkungan banjar/gubuk. Sementara kendala kajian kitab kuning

yang ditemukan di pesantren Musthafawiyah diatasi dengan: a) mendorong para

santri untuk mengikuti kajian-kajian kitab kuning di luar kajian kelas agar para santri

semakin mendalam pemahamannya terhadap kajian kitab, semakin rajin untuk

membaca dan mengeksplor kajian kitab; b) kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

seperti: kegiatan tabligh, perayaan, dan organisasi santri merupakan wadah bagi

santri untuk melatih ketrampilan; c) untuk menghindari kemalasan santri, ustad tidak

bosan-bosannya memberikan nasehat dan motivasi agar para santri semakin bergiat

dalam mengikuti kajian.

Kata Kunci: Pembelajaran Humanistik, Pesantren, dan Kitab Kuning

Page 6: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

vii

ABSTRACT

Miftah Pausi. NIM: 21140110000001. Learning Strategy of Book of Yellow

(Analysis Approach Theory of Humanistic Learning Against Study of Book of

Yellow in Musthafawiyah Purba Baru Boarding School). Magister of Islamic

Education Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University

Syarif Hidayatullah Jakarta

The humanistic learning approach is a learning strategy as an effort to achieve

maximum learning outcomes. The approach of humanistic learning theory concerns

the students as individuals with differences and innate potentials they possess.

Students are directed to develop their potential without pressure, coercion and threat

from the teacher. This research was conducted in Musthafawiyah Purba Baru

Boarding School. This research was conducted by qualitative descriptive method

with the aim to know the implementation of the approach of humanistic learning

theory to the study of book of yellow in Musthafawiyah Purba Baru Boarding School

and resulted in the conclusion, namely: 1) learning book of yellow run without threat

and coercion; 2) ustadz (priest of Islam) give reward as an appreciation to the

achievement of santri (student) through praise, value and promotion; 3) the approach

of humanistic learning theory found in extracurricular activities and the life of santri

in banjar neighborhood. While the obstacles of the study of book of yellow found in

Musthafawiyah Purba Baru Boarding School among them: a) there are still students

who have difficulty reading book of yellow, b) difficulty reading and understanding

the bare book impact on laziness students to follow the learning; c) the life of the

student is quite free to provide opportunities for influx of bad influences from outside

boarding school environment. The role of ustadz as a teacher is always not bored to

provide guidance and advice as an effort to raise awareness of santri to his

responsibility as a prosecutor of religious knowledge.

Keywords: Humanistic Learning. Pesantren and Kitab Kuning

Page 7: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

viii

ملخص

اسرتاتيجية تعمل كتب الرتاث )حتليل مبقاربة نظرية ، 21140110000001ي، رمق قيد الطالب: فوز مفتاح

التعمل الإنساين دلراسة كتب الرتاث يف معهد املصطفوية بوراب ابرو(. برانمج ماجيس تري الرتبية الإسالمية

جلامعة رشيف هداية هللا الإسالمية احلكومية جاكرات.بلكية الرتبية

مقاربة نظرية التعمل الإنساين )الهومانس يت( يه عبارة عن اسرتاتيجية التعمل لتحقيق حصيةل التعمل عىل الوجه

ماكنيات وامليول الأمكل. هذه النظرية تعطي اهامتما كبريا لأفراد الطالب وتراعي ما هبم من الشخصيات والإ

جراء املتف ماكنياته بدون أأي ضغط من قبل املعمل. مت اإ اوتة من خشص لآخر. حيث أأهنا توجه الطالب لتطوير اإ

هذه ادلراسة يف معهد املصطفوية بوراب ابرو يف منطقة مندايلني التابعة حملافظة سومطرى الشاملية علىى مهنج

رتاث يف معهد املصطفوية بوراب ابرو. وصفي نوعي هبدف معرفة تطبيق نظرية التعمل الإنساين دلراسة كتب ال

( تمت معلية تعمل كتب الرتاث يف املعهد عىل رىض من الطالب وبدون أأي 1ونتاجئ هذه ادلراسة ما ييل:

جنازا معينا شيئا من املاكفأأة املمتثةل يف املدح 2ضغط من أأي جانب؛ ( يعطي املدرس الطالب اذلي حقق اإ

اربة توجد يف نشاطات لصفية ويف حياة الطالب يف مسكهنم. أأما العوائق ( هذه املق3وادلرجات والانتقال؛

اليت تعوق سري معلية تعمل كتب الرتاث يف املعهد يه: أأ( وجود عدد من الطالب اذلين مل يتقنوا قراءة كتب

ىل الشعور ابلكسل دلى الطالب الرتاث؛ ب( ضعف قدرة بعض الطالب يف قراءة كتب الرتاث يؤدي اإ

ة التعمل؛ ج( وضع حياة الطالب يف السكن مفتوح وغري حمروس بلواحئ حامسة فهذا يفتح فرصة واسعة ملتابع

رشاد الطالب دلخول أأي تأأثري سليب من خارج املعهد. ودور املدرس )الأس تاذ( يف املعهد أأنه مل يأأل هجدا يف اإ

عي.ونصحهم لتحقيق الوعي يف نفوسهم بأأهنم ملكفون ومس ئولون بطلب العلمي الش

اللكامت الأساس ية: تعمل هومانس يت، معهد، كتب الرتاث.

Page 8: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

vii

KATA PENGANTAR

حي لره ن ٱ ح لره

ٱ لله بسم ٱ

Alhamdulillahirobbilalamin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt

yang telah melimpahkan pertolongan-Nya, dengan limpahan rahmat dan petunjuk

Allah Swt maka Penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul Strategi

Pembelajaran Kitab Kuning (Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran

Kitab Kuning di Pesantren Musthafawiyah Purba Baru).

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan umat, Nabi

Muhammad saw yang telah membawa misi akhroja al-naas min al-dzulumati ila al-

nuur, teladan manusia dengan misi iman, ilmu, dan akhlak mulia untuk mendapatkan

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari betul bahwa proses

penulisan tesis ini tidak terjadi begitu saja tanpa adanya bantuan dan dukungan yang

ikhlas dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Prof. Dr. Ahmad Thib

Raya, MA serta seluruh jajaran civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam FITK Dr. Sapiudin Shidiq,

M.Ag serta seluruh staf Sekretariat Magister FITK.

4. Pembimbing Tesis Dr. Sapiudin Shidiq, M.Ag atas segala arahan, bimbingan

dan support penuh kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Penguji Sidang Promosi Tesis Bapak Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Noor, Bapak Dr.

Ahmad Shodiq, M.Ag, dan Bapak Dr. Khalimi, M.Ag yang telah menguji dan

memberikan saran dan arahan dalam perbaikan isi tesis ini.

6. Ustad Munawwar Kholil Sekeretaris Pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang

telah memberikan izin lokasi pelaksanaan penelitian dalam penyelesaian

penulisan tesis ini. Kepada ustad Sya’ban yang telah menemani dan banyak

memerikan informasi tentang lokus penelitian, adik-adik santri pesantren

Musthafawiyah Purba Baru yang telah membantu informasi.

7. Bapak H. Bambang Trenggono dan Ibu Dwi Budi Utami yang telah membantu

biaya Pendidikan selama menjalani pendidikan S2 di UIN Jakarta

8. Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua

orangtuku, Ayahanda (Alm) Afrin Lubis dan Ibunda (Alm) Nurhayani atas

segala jerih payah, doa, dan cinta kasih senantiasa menyertai langkah ini.

semoga Allah Swt selalu menerangi kubur keduanya, diberikan kelapangan,

maghfiroh dan jannahNya.

Page 9: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

viii

9. Istriku Tercinta Ilan Sani Siagian, S.Pd terima kasih sayang atas dukungan dan

doanya, mohon maaf atas waktu dan terima kasih atas pengertiannya.

10. Kakak-kakakku tersayang, Alfiah dan Robiah, Adik-adikku tercinta, Ema,

Supri, Ni’mah, Dodon senyum kalian adalah rinduku.

11. Teman, sahabat, saudara, ustad-ustadzah Mahasiswa Magister PAI 2014

persaudaraan sepanjang masa.

12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan tesis ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan

diterima menjadi amal soleh di sisi Allah Swt, dan mendapat limpahan rahmat

dari-Nya. Amin.

Jakarta, 17 Juli 2018

Miftah Pausi

Page 10: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

ix

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Permasalahan ...................................................................... 11

1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 11

2. Pembatasan Masalah ...................................................................... 11

3. Rumusan Masalah ...................................................................... 11

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ...................................................... 11

1) Tujuan Penelitian ...................................................................... 11

2) Signifikansi Penelitian ................................................................... 12

BAB II KERANGKA TEORI ..................................................................... 13

A. Strategi Pembelajaran dan Teori Pembelajaran .................................... 13

1. Strategi Pembelajaran .................................................................... 13

2. Teori Pembelajaran ...................................................................... 14

3. Teori Belajar Humanistik ............................................................... 16

4. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik ......................................... 19

5. Prinsip Belajar Humanistik ............................................................ 21

6. Humanistik dalam Pandangan Islam .............................................. 23

7. Aplikasi Teori Belajar dalam Pendidikan ...................................... 25

B. Pesantren Sebagai Basis Kitab Kuning ................................................ 32

1. Pesantren dan Karakteristiknya ...................................................... 32

2. Tujuan Pendidikan Pesantren ......................................................... 35

3. Tipologi Pesantren ...................................................................... 35

4. Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi ......................................... 37

C. Kitab Kuning ...................................................................... 38

1. Pengertian Kitab Kuning ................................................................ 38

2. Signifikansi Kitab Kuning dalam Tradisi Pendidikan Pesantren ... 40

3. Isi Kandungan dan Pemikiran Kitab Kuning ................................. 41

4. Metode Pengajaran Kitab Kuning .................................................. 41

5. Perkembangan Keilmuan Kitab Kuning ........................................ 43

6. Kitab Kuning dalam Kurikulum Pesantren .................................... 45

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 50

Page 11: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

x

E. Kerangka Berpikir ...................................................................... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 57

A. Metode Penelitian ...................................................................... 57

1. Objek dan Desain Penelitian .......................................................... 57

2. Subjek Penelitian ...................................................................... 58

3. Kehadiran Penelitian ...................................................................... 58

4. Data yang Dikumpulkan ................................................................ 58

5. Sumber Data ...................................................................... 59

6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 59

7. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 60

8. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 61

B. Pendekatan Data dan Keilmuan ........................................................... 64

C. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara ......................................................... 64

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 65

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 65

1. Sejarah Singkat Pesantren Musthafawiyah Purba Baru ................. 66

2. Motto dan Tujuan pesantren Musthafawiyah Purba Baru ............. 67

3. Visi dan Misi Pesantren Musthafawiyah Purba Baru .................... 67

4. Struktur Organisasi Kepengurusan Pesantren Musthafawiyah ...... 68

5. Sarana dan Prasarana pesantren Musthafawiyah Purba Baru ........ 69

6. Program Pendidikan pesantren Musthafawiyah Purba Baru ......... 71

B. Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran di Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru .................................................................. 74

1. Pembelajaran Kitab Kuning Berlangsung Tanpa Ancaman .......... 74

2. Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pemberian Reward ............... 89

C. Kendala Penguasaan Kajian Kitab Kuning di Pesantren Musthafawiyah Purba

Baru ...................................................................... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 101

A. Simpulan ...................................................................... 101

B. Saran ...................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan satu-satunya “ahli waris” dari khazanah besar budaya

bangsa Indonesia yang hingga kini tetap berkembang sebagai lembaga pendidikan

berkharisma di lingkungan masyarakat bangsa. Sejarah perkembangan pendidikan di

Indonesia telah mencatat bahwa pesantren secara eksistensial telah menjadikan

dirinya sebagai “muara” dalam menyelami “lautan” ilmu-ilmu keislaman, menjadi

“jendela pembuka” bagi proses transmisi ajaran-ajaran Islam dalam pemahaman

masyarakat sesuai dengan tradisi dan budaya yang mengitarinya. (Suparta, 2009,

h.xi)

Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang tetap bertahan

dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Pesantren konsisten dengan tema

keislamannya karena pesantren merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia yang

mengajarkan keislaman dan akhlak mulia yang bersumber dari ajaran Islam.

Menurut Nurcholis Madjid pesantren adalah lembaga yang merupakan wujud proses

perkembangan pendidikan nasional, secara historis pesantren tidak hanya identik

dengan keislaman tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (Indigenous).

(Madjid, 1997, h.3)

“Pesantren dibangun oleh suatu keinginan bersama antar dua komunitas yang

saling bertemu. Komunitas santri yang datang dengan keinginan menimba ilmu

sebagai bekal hidup, dan komunitas kiai yang secara ikhlas berkeinginan untuk

membagi ilmu dan pengalamannya. Dua komunitas ini bertemu dengan kesadaran

untuk secara bersama-sama membangun komunitas keagamaan di pesantren.

Sebagai keluarga besar yang dilandasi dan dilengkapi oleh nilai-nilai Islam, norma

dan kebiasaan sendiri”. (Suparta, 2009, h.xii)

“Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mempunyai karakteristik yang khas

dengan orientasi utama melestarikan dan mendalami ajaran Islam serta mendorong

para santri untuk menyampaikannya kepada masyarakat luas. Oleh karena itu

pesantren sebagai lembaga dakwah berpengaruh besar terhadap pengambangan

agama Islam di Nusantara”. (Suparta, 2009, h.xii) Oleh sebab itu pesantren adalah

lembaga untuk penggalian ilmu pengetahuan dan pendidikan serta menjadi lembaga

untuk memperdalam ajaran Agama Islam.

Eksistensi pesantren mempunyai peranan penting yang senantiasa tetap

istiqamah dan terus dikembangkan hingga sekarang ini, diidentifikasi pesantren

mempunyai tiga peranan penting, yaitu: (1) pesantren sebagai lembaga transmisi

ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam (transmission of Islamic knowledge); (2) menjaga

dan memelihara tradisi Islam (maintenance of Islamic Tradition); dan (3) sebagai

pusat mereproduksi/mencetak calon-calon ulama (reproduction of ulama).

(Mustajab, 2015, h.vi)

1

Page 13: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

2

Dalam Alquran Allah Swt telah mengisyaratkan agar sebagian umat Islam

memperdalam ilmu pengatahuan agama. Pesantren sebagai lembaga pendidikan

mengajarkan dan memelihara tradisi agama Islam. Pesantren telah melaksanakan

isyarat yang telah di firmankan oleh Allah Swt dalam Alquran, yaitu:

هوا تفق نهم طائفة لل فرقة مل فلول نفر من كل وما كن ٱلمؤمنون لنفروا كفة

ين ولن ذروا قومهم إذا رجعوا إلهم لعلهم يذرون ف ٱللArtinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga

dirinya.” (Q.S At-Taubah : 122)

Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa umat mukmin tidaklah seluruhnya

diperintahkan untuk berangkat ke medan perang, meskipun Jihad fi sabilillah

merupakan pahala yang tertinggi, namun Allah Swt memerintahkan agar sebagian

umat pergi untuk menuntut ilmu demi kemaslahatan hidup di dunia, melalui ajaran

agama sebagian orang mampu memberi peringatan dan nasehat kepada kebaikan.

“Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang senantiasa terus tumbuh dan

berkembang ditengah-tangah masyarakat tetap survive dan konsisten

menyelenggarakan dan mengajarkan ilmu-ilmu berbasis ajaran Islam dengan

memadukan tiga unsur pendidikan, yaitu ibadah untuk menanamkan keimanan;

tabligh untuk menyiarkan ilmu dan agama; dan amal untuk mewujudkan kegiatan

kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari”. (Shaleh, 2000, h.222) Maka

pesantren telah mewujudkan cita-cita pendidikan nasional di samping menanamkan

ajaran moral, juga ikut dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mengutip pandangan Mukti Ali dan Munawir Sjadzali terutama dalam

mempertahankan kelangsungan masa depan pesantren, Soebahar menyepakati

bahwa tidak ada sekolah/madrasah yang lebih baik daripada sekolah/madrasah yang

berada di lingkungan pesantren karena pesantren dinilai berhasil membina otak dan

sekaligus watak para santri. Pesantren dinilai telah berhasil membina otak dan watak

sekaligus. (Mustajab, 2015, h.vi) Karena pesantren sejak awal pertumbuhannya

mempunyai tujuan yang mulia yaitu untuk menyiapkan santri mendalami dan

menguasai ilmu agama Islam atau lebih populernya littafaqahu fid diin, yang

diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan bangsa,

berfungsi sebagai dakwah untuk menyebarkan agama Islam dan menjadi benteng

pertahanan umat Islam dalam bidang akhlak. (DEPAG RI, 2003, h.9)

Pesantren telah berhasil menanamkan dan mengembangkan dakwah Islamiyah

di Indonesia, pesantren dengan teguh mengajarkan pentingnya akhlak al-karimah

sebagai asas hidup sehari-hari, di mana pesantren mengajarkan pandangan agama

Islam yang bersumber dari Alquran dan Hadis nabi. Mastuhu mendefenisikan

pesantren sebagai “lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,

Page 14: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

3

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari”. (Mastuhu,

1994, h.55) Pedoman moral keagamaan yang baik dan akhlak mulia telah termaktub

banyak di berbagai literatur klasik atau kitab kuning yang dipelajari langsung oleh

santri di pesantren. Hal ini sesuai dengan pandangan Bruinessen tentang tradisi

agung yang dibangun pesantren.

“Pesantren telah sukses membangun tradisi agung (great tradition) dalam

pengajaran agama Islam berdasarkan kitab kuning di Nusantara. Pesantren telah

memainkan perananan penting dalam mengembangkan budaya dan peradaban yang

menyeluruh dalam kehidupan masyarakat nusantara. Pesantren hadir sebagai

jawaban untuk menegakkan nilai-nilai ajaran agama melalui pendidikan

keagaamaan. Yaitu melalui tradisi kajian kitab klasik atau kitab kuning yang

diajarkan di pesantren”. (Bruinessen, 1995, h.17)

Kitab kuning merupakan satu komponen yang melekat pada komponen pokok

sebuah pesantren, yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Adapun komponen-

komponen sebuah pesantren terdiri dari adanya (1) kiai sebagai pemimpin, pendidik

atau panutan, (2) santri sebagai peserta didik atau siswa, (3) masjid sebagai tempat

penyelenggaraan pendidikan dan peribadahan, (4) pondokan sebagai asrama untuk

tempat tinggal santri, dan (5) kitab kuning, atau kitab-kitab klasik sebagai bahan

kajian ilmu pengetahuan di pesantren. Bahkan Dhofier menitikberatkan pada kajian

kitab kuning sebagai lambang keaslian (indegineous) an sebuah pesantren. Artinya

tanpa pengajaran kitab kuning maka pesantren tidak dianggap asli lagi. (Dhofier,

1982, h.40-46)

Kitab kuning yang diajarkan di pesantren merupakan karya-karya para ulama,

mujtahid, dan ilmuan Islam klasik populer dengan sebutan kitab kuning dan kitab

gundul. Kitab kuning yang dipakai di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia

umumnya berisikan hukum dan fatwa para ulama yang digali dari sumber utama

hukum Islam yaitu Alquran dan Hadis Nabi Saw. Kitab kuning menjadi ciri utama

pesantren sekaligus menjadi pembeda dengan lembaga pendidikan yang lain. Kitab

kuning ditulis dalam Bahasa Arab baik yang ditulis oleh para tokoh muslim Arab

maupun ulama Indonesia. Soebahar menegaskan bahwa kitab-kitab klasik yang

diajarkan di pesantren adalah kitab-kitab karangan ulama yang bermazhab Syafi’i

dan menjadi satu-satunya teks pengajaran formal yang diberikan di pesantren dengan

tujuan untuk mendidik calon-calon ulama, yaitu para santri yang tinggal dan belajar

di pesantren. (Soebahar, 2013, h.42)

Perkembangan dunia pendidikan telah mengalami perkembangan yang

demikian pesat mengikuti arus perkembangan zaman dan perkembangan ilmu

pengetahuan. Untuk itu pesantren juga perlu mengadakan perubahan-perubahan agar

dapat bertahan dan terus berkembang dengan segala tradisi dan misinya untuk

lembaga tafaqquh fid din. Oleh sebab itu banyak pemikir Islam yang menawarkan

konsep modernisasi agar pesantren tetap bertahan dan berkembang. Berbagai macam

ide modernisasi ditawarkan baik dari segi kurikulum, kepemimpinan, bahkan sistem

yang berjalan di pesantren. Salah satunya adalah perlunya mendapat pengakuan dan

legalitas pesantren oleh Pemerintah yang pada akhirnya membuka inovasi-inovasi

Page 15: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

4

baru untuk perkembangan pesantren. Secara Yuridis formal, pesantren sebagai

lembaga pendidikan berdiri dan tumbuh di tengah masyarakat dengan mandiri, dari

keadaan pesantren yang tidak diakui dan belum disahkan oleh Pemerintah pada

mulanya sampai kemudian dengan pasti terbuka regulasi perundang-undangan yang

diakui oleh negara, diakuinya keberadaan pesantren dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional, menjadi pijakan kekuatan untuk inovasi perkembangan

pesantren ke depannya.

Pengakuan terhadap keberadaan pesantren muncul setelah diundangkannya

UU No.20 tahun 2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, PP

No.19 tahun 2005 (PP No.32 tahun 2013) tentang Standar Nasional Pendidikan,

kemudian PP No.55 tahun 2007 tentang Standar Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan. Akan tetapi tiga tahun kemudian pada tahun 2010 terbit Peraturan

Menteri Agama Nomor 16 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di

Sekolah, kemudian terbit Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 2012 tentang

Pendidikan Keagamaan Islam, kemudian Peraturan tersebut dicabut dengan

Peraturan Menteri Agama Nomor 9 tahun 2012. Selanjutnya tanggal 18 Juni 2014

diterbitkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagamaan Islam. Peraturan Menteri Agama ini hanya mengatur tentang pesantren

dan Madrasah Diniyah namun implikasinya terhadap pengembangan pesantren

sangat strategis, di mana eksistensi pesantren salafiyah diperkokoh melalui Peraturan

ini. (Mustajab, 2015, h.ix)

Regulasi perundangan-undangan yang telah diterbitkan Pemerintah

sebenarnya telah memberikan angin segar terhadap lembaga pesantren untuk

mengelola pendidikan. Berawal dari diakuinya eksistensi pendidikan pesantren

selanjutnya menuntut pesantren untuk lebih terbuka terhadap perkembangan atau

kemajuan dunia pendidikan.

Perkembangan dunia pendidikan menuntut modernisasi lembaga pesantren

terutama aspek lembaganya yaitu dengan membuka sekolah formal di pesantren ala

pemerintah, walaupun dengan tidak mengubah kurikulum yang dijalankan di

pesantren. Kurikulum dan tradisi pengajaran kitab kuning di pesantren tetap terjaga

sampai saat ini, meskipun pesantren mengadopsi sistem pendidikan modern dengan

memasukkan kurikulum umum pada sistem pendidikannya, mata pelajaran umum

menjadi kompetensi yang harus dikuasai oleh santri di zaman modern ini, metode

pengajaran yang semula berupa metode sorogan dan bandongan ikut-ikutan berubah

mengikuti kurikulum sekolah dengan sistem klasikal, walaupun tidak semua

pesantren melalukan hal yang demikian. Masih banyak dijumpai pesantren yang

tetap menjalankan metode sorogan dan bandongan meskipun terbatas hanya pada

pembelajaran kajian kitab kuning saja.

Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan

pada umumnya, santri sekarang ini dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu agama

dengan kajian kitab kuningnya, di samping itu juga harus mempunyai berbagai

macam kompetensi dan ketrampilan. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya

inovasi-inovasi cerdas dalam pembelajaran di pesantren. Namun kemajuan dan

inovasi-inovasi modern yang tercipta tidak jarang mempengaruhi para santri dalam

Page 16: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

5

pendalaman pemahaman kajian kitab kuning. Sehingga mengakibatkan rendahnya

penguasaan santri terhadap kitab kuning baik segi kelancaran membacanya maupun

pemahaman isinya. Alasan yang membuktikan rendahnya penguasaan santri dalam

kajian kitab kuning adalah diselenggarakannya Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK).

(https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/04/18 diakses

tanggal 9 Juli 2018). Berita tersebut menyatakan salah satu latar belakang

diadakannya lomba MQK adalah fenomena semakin jauhnya dan alerginya umat

Islam terhadap kitab-kitab yang berbahasa Arab, khususnya kitab kuning yang ada

di pesantren. Di samping itu kegiatan MQK adalah sebagai lambing penghormatan

terhadap karya para Ulama dengan menjaga tradisi intelektual agama di kalangan

generasi muda. Melalui semangat MQK diharapkan umat termotivasi untuk belajar

langsung dari rujukan utama yaitu kitab kuning. Musabaqah Qiraatil Kutub di

selenggarakan oleh Kemenag dan lembaga-lembaga lainya. Penyelenggaraan MQK

merupakan gambaran kekhawatiran terhadap rendahnya penguasaan kitab kuning di

kalangan santri. Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifudin

menyatakan keprihatinannya terhadap rendahnya kualitas kajian kitab kuning santri

yang ada saat ini: “Kajian kitab kuning di sejumlah pesantren saat ini berdasarkan

hasil penelitian semakin berkurang padahal terdapat ribuan kitab kuning yang dapat

dipelajari oleh para santri karya ulama besar di Tanah Air maupun luar negeri”

Menurut Menteri Agama berkurang dan menurunnya kajian kitan kuning di

pesantren di antaranya adalah banyak pesantren yang disibukkan dengan bidang lain

selain mengajarkan agama. Sehingga kesibukan-kesibukan tersebut menyebabkan

menurun dan berkurangnya santri mempelajari ilmu agama dari kajian kitab kuning.

(Republika.co.id, menag-pengajian-kitab-kuning-di-pesantren-semakin-berkurang,

diakses pada tanggal 21 Mei 2016)

Pada kesempatan lain Menteri Agama juga menyatakan tentang

keprihatinannya terhadap menurun dan semakin berkurangnya kajian kitab kuning

di pesantren. Menurutnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kemenang

membuktikan bahwa sekarang ini rata-rata hanya terdapat sekitar tiga belas kitab

kuning yang dikaji di satu pesantren. (nu.or.id/post/read/67342/mencermati-

pengajian-kitab-kuning-yang-semakin-berkurang. diakses tanggal 9 Juli 2018).

Pernyataan Menteri Agama tersebut dikuatkan hasil survey yang dilakukan oleh

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan pada tahun 2011 menunjukkan

bahwa pengajaran kitab kuning di pesantren tergolong rendah. Hal ini disebabkan

oleh beberapa fenomena di antaranya munculnya kitab terjemahan yang lebih

praktis, kurangnya alokasi waktu, pergeseran metode pengajaran, bahkan

berkurangnya minat masyarakat dan keterbatasan keilmuan kiai atau ustadz yang

mengajarkannya. (Sumber: http://puspenda.kemenag.go.id/?p=501).

Berita tersebut kemudian dikuatkan oleh berita dalam situs:

(https://kemenag.go.id/berita/read/351592/pengajaran-kitab-kuning-menurun-ini-

afirmasi-kemenag diakses tanggal 9 Juli 2018). Berita tersebut menyatakan bahwa

kitab kuning yang diajarkan para kiai pesantren saat ini jumlahnya rata-rata hanya

tiga belas kitab kuning, sementara itu para santri hanya megkaji Sembilan kitab

Page 17: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

6

kuning saja. Ini artinya tingkat pembelajaran kitab kuning di pesantren semakin

menurun.

Berdasarkan fakta tersebut disimpulkan bahwa santri saat ini kurang minatnya

terhadap kajian kitab kuning dan terjadi penurunan pengajaran kitab kuning di

pesantren. Sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas bacaan dan tingkat

pemahaman santri terhadap kajan kitab kuning. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor diantaranya karena pesantren saat ini sudah disibukkan dengan kajian

pelajaran-pelajaran lain diluar kajian agama atau kajian kitab kuning. Penurunan

kajian kitab tersebut membuat santri mengalami kesulitan membaca dan memahami

isi kitab kuning. Maka perlu dilakukan sebuah penelitian untuk membuktikan hal

tersebut dan mencari solusi agar kajian kitab kuning tetap menjadi primadona di

pesantren dengan harapan dilakukan penguatan kembali terhadap kajian kitab

kuning.

Ustad sebagai guru dan pendidik di pesantren mempunyai peran yang sangat

penting dan dominan. Perilaku guru dalam proses Pendidikan dan belajar akan

memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian

anak didik. (Tohirin, 2014, h.186) Merujuk kepada pola kependidikan dan keguruan

yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, dalam perspektif Islam maka guru menjadi

posisi kunci dalam membentuk kepribadian Muslim yang sejati. Keberhasilan

Rasulullah Saw dalam mengajar dan mendidik umat, lebih banyak menyentuh aspek

perilaku (apektif). Hal ini dijelaskan oleh Alquran bahwa Rasulullah Saw sebagai

teladan yang baik atau uswatun hasanah.

ٱكن لكم ف رسول لقد لمن كن يرجوا لل سوة حسنة ل ٱأ ألخر ٱ لوم ٱو لل

ٱوذكر ا لل ٢١كثري Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-

Ahzab: 21)

٤إونك لعل خلق عظيم Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (QS. Al-Qalam: 4)

Mujamil Qomar mengutip ungkapan Ali As-Shabuni yang menafsirkan ayat

tersebut dengan penjelasan: bahwa sungguh bagi orang mukmin diri Rasulullah Saw

terdapat teladan atau contoh yang baik, sudah seharusnya umat mengikuti

keikhlasan, perjuangan, dan kesabaran yang diajarkan Rasulullah. Rasulullah Saw

merupakan contoh sosok yang luhur, yang wajib diikuti seluruh ucapan, perbuatan,

dan hal ihwalnya, sebab Rasulullah tidak berucap dan berbuat berdasarkan hawa

nafsunya, tetapi berdasarkan wahyu, maka wajib bagi orang-orang beriman untuk

mengikuti perangai Rasulullah sepanjang hidup. (Qomar, 2013, h.15)

Page 18: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

7

Nabi Muhammad adalah Manager yang andal dalam banyak hal: manajer

negara, manajer militer, manajer dakwah, dan manajer Pendidikan. Dalam

kapasitasnya sebagai manajer Pendidikan Rasulullah merupakan referensi

manajemen Pendidikan yang paling tepat. Nabi Muhammad mendidik dengan cara

memberikan kabar gembira (basyir), baru setelah imannya dirasa kuat baru

memberikan kabar yang menakutkan (nadzir). Nabi mendidik dengan cara-cara yang

bijaksana dan egaliter, Pendidikan dakwah yang dilakukan Rasulullah mendapatkan

tantangan dari kaumnya, tetapi dengan kebijaksanaan Rasulullah menghadapinya

sampai akhirnya berhasil menjadi manajer, pemimpin, dan pendidik yang andal.

(Qomar, 2013, h.15-20)

Aplikasi sistem Pendidikan Islam pada zaman Rasulullah Saw dibedakan

menjadi dua tahapan yaitu: 1) fase Makkah, sebagai awal pembinaan pendidikan

Islam, merupakan prototype yang bertujuan untuk membina pribadi Muslim

berkarakter dengan materi yang disampaikan tentang ketuhanan (tauhid) sebagai

basis Pendidikan moral dan juga kandungan Alquran. Dan ke 2) fase Madinah

sebagai lanjutan Pendidikan Islam merupakan fase kekuatan politik karena ajaran

Islam yang turun saat itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat. (Trisnadi, Majalah

Gontor, 2018, h. 24-25)

Pembinaan karakter yang ditanamkan Rasulullah dalam Pendidikan fase

Makkah adalah Pendidikan karakter dengan teladan seperti yang telah dijelaskan

Alquran Surat Al Ahzab di atas tadi. Keberhasilan Rasulullah dalam mengajar dan

mendidik umatnya lebih banyak menyentuh aspek perilaku karena memang

Rasulullah sebagai teladan yang baik. Guru sebagai pendidik apalagi seorang ustad

di pesantren sudah seharusnya menjadi uswah hasanah juga bagi para santri. Sadar

atau tidak semua perilaku guru dalam Pendidikan ditiru oleh siswanya. (Qomar,

2013, h.187) Artinya keseluruhan perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik harus benar-benar ditata agar mampu menjadi teladan bagi

siswanya.

“Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan

nasional adalah adanya guru yang berkualitas, professional dan berpengetahuan.

Guru tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam tugasnya

sebagai agen pembelajaran. Guru yang professional adalah guru yang menguasai

materi pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik,

menjadi teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan

menjadi manusia pembelajar”. (Wahab, 2016, h.77) guru sebagaimana telah

dicontohkan oleh Rasulullah Saw harus senantiasa menjadi teladan bagi siswanya,

kemudian menjadi pendidik, pengajar dan pembimbing yang penuh kasih sayang

dalam mendidik dan membimbing anak didik menuju perubahan dan pendewasaan.

Dalam Alquran surat Luqman menjelaskan bagaiman Luqman menasehati dan

mengajar anaknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Page 19: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

8

ۥ وهو يعظه ۦ بنه قال لقمن ل إوذ ه ٱيبن ل تشك ب ك ٱإن لل لظلم عظيم لشل١٣

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS Luqman: 13) Ayat tersebut menjelaskan bagaimana semestinya seorang guru bersikap

dengan kelembutan dan kasih sayang, yaitu melalui perkataan (يا بن)” wahai

anakku”. Oleh sebab itu menurut al-Ghazali seperti dikutib Kurniawan dari Kitab

Ihya Ulumuddin bahwa profesi pendidik atau profesi guru merupakan profesi yang

mulia dan paling agung dibanding profesi yang lainnya. Dengan profesi sebagai

pendidik seorang guru atau ustad menjadi perantara antara manusia (siswa) dengan

sang pencipta yaitu Allah Swt. Maka tugas seorang guru layaknya seperti tugas para

utusan Allah. (2017, h.36)

Tugas guru memang sangat mulia, namun memiliki tantangan-tantangan dan

tanggung jawab yang berat, terlebih lagi ketika siswanya mengalami kesulitan

belajar. Psikologi pendidikan memandang bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh

peserta didik disebabkan oleh banyak faktor. “Di antara faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa adalah faktor lingkungan sekolah dan komponennya”.

(Dimyati & Mudjiono, 2013, h.247-253). Demikian halnya santri dalam

pembelajaran kitab kuning di pesantren yang mengalami kesulitan dalam

pembelajarannya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambatnya baik

faktor tersebut datang dari dalam diri santri itu sendiri atau hal-hal lain yang

mempengaruhinya dari luar dirinya

Belajar di pesantren merupakan kegiatan belajar mandiri dan kemandirian,

belajar di pesantren bisa dimasukkan ke dalam rumpun pembelajaran personal yang

berangkat dari teori belajar humanistik, teori belajar humanistik menekankan

pengembangan martabat manusia yang bebas membuat pilihan dan berkeyakinan.

“Teori humanistik memandang proses pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered), peranan guru lebih diposisikan menjadi pembimbing daripada

pemberi ilmu pengetahuan (Syah, 2014, h.108). Guru seharusnya menjadi panutan

dan pendidik bagi siswa oleh karena itu Aliran humanistik menhharapkan guru

mampu membangkitkan motivasi belajar siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Para ustad di pesantren menjadi teladan dalam tujuan Pendidikan

pesantren yaitu (tafaqquh fiddin), dengan berusaha membangkitkan motivasi yang

harus dimulai dari diri pribadi santri, santri tersebut harus memandang bahwa ilmu

yang terkandung dalam kajian kitab kuning merupakan kebutuhan dan tujuannya.

“Abraham Maslow dan Carl Rogers yang merupakan pakar teori humanistik

menekankan keberhasilan pembelajaran dimulai dari individual siswa bahwa belajar

merupakan hasrat dan kebutuhan yang ingin dicapainya. (Rachmahana, 2008) Hal

Page 20: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

9

ini sejalan dengan teori yang dikemukakan dalam kitab ta’lim mutaallim bahwa

seorang murid semestinya memilih ilmu yang sesuai dan cocok bagi dirinya.

(Zarnuji, h.13) Hal ini mengisyaratkan agar siswa atau santri benar-benar

menganggap ilmu yang dipelajarinya merupakan kebutuhannya. Sehingga motivasi

untuk belajar tumbuh sendiri dari dalam jiwa siswa tersebut.

نبىغ لطالب العلم ان خيتارمن ك علم احسنه ي

Teori tersebut menjelaskan bahwa seorang siswa memilih pengetahuan yang

cocok pada dirinya, namun ilmu yang paling penting yang utama adalah ilmu

keagamaan. Kebebasan yang diberikan kepada anak dalam memilih ilmu yang cocok

baginya adalah implementasi dari teori belajar humanistik, akan tetapi kebebasan

tersebut tetap harus dibimbing oleh orangtua dan guru sebagai pembimbing. Bahwa

ilmu yang utama yang diperlukan anak yang paling penting adalah ilmu agama.

Berangkat dari teori belajar humanistik, pesantren sesungguhnya memulai

pembelajarannya dengan menekankan pada perkembangan individu santri,

kemandirian, tanggung jawab dan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau santri

(student centered). Student Centered merupakan pendekatan pembelajaran maju dan

kekinian dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak lepas dari cita pendidikan pesantren

yang menempatkan santri sebagai sentralnya. Pesantren berdiri adalah untuk

melayani kepentingan para santri dan masyarakat. Teori belajar humanistik

tercermin dari metode pembelajaran yang telah berlangsung lama di pesantren yaitu

metode sorogan, bandongan, muthola’ah, dan muzakarah di mana para santri belajar

mandiri untuk mencapai pemahaman yang terkandung di dalam kajian kitab kuning

melalui bimbingan para ustadz di pesantren.

Pada akhir 1960an muncul aliran belajar teori humanistik. Perhatian

humanistik yang utama adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan

dirinya, membantu masing-masing peserta didik untuk mengenal diri mereka sendiri

sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi

yang ada pada diri mereka. (Wahab, 2016, h.54) oleh sebab itu guru dalam hal ini

posisinya adalah sebagai pembimbing yang bertugas membantu memantapkan

potensi yang ada pada diri siswanya.

Kitab kuning dan pesantren adalah dua hal yang tidak terpisahkan, kajian kitab

kuning menjadi ciri khas keunikan pesantren, diharapkan santri tetap setia dan

semangat untuk meningkatkan kembali kajian kitab kuning. Zaman modern yang

serba digital ini telah diterbitkan kitab kuning dalam bentuk digital, dimana

softwarenya dapat diperoleh dengan mudah, salah satu contoh adalah software yang

bernama “maktabah al-syamilah” di dalamnya terdapat banyak kitab yang dapat di

baca dan dipelajari oleh santri, melalui bentuk digital dan dunia gadget saat ini

diharapkan santri tertarik untuk menggunakannya melalui pemanfaatan teknologi,

kendalanya adalah belum semua pesantren di Indonesia dapat mengakses internet

bahkan perangkat komputernya pun belum dimiliki.

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang terletak di Kabupaten Mandailing

Natal Sumatera Utara memiliki keunikan dari pesantren-pesantren yang ada pada

umumnya di Indonesia, pesantren Musthafawiyah menempatkan gubuk-gubuk kecil

Page 21: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

10

sebagai tempat tinggal sehari-hari santri putra yang mukim di pesantren tersebut,

lingkungan gubuk-gubuk tersebut disebut banjar. Pesantren Musthafawiyah juga

menyiapkan beberapa asrama baik untuk santri putra dan santri putri. Akan tetapi

santri putra lebih dominan memilih tinggal di gubuk daripada asrama yang

disediakan oleh pesantren. Sedangkan santri putri hidup di asrama dan tetap

melambangkan kemandirian. Hanya berbeda tempat tinggal saja baik santri putra

maupun santri putri menjalani kehidupan secara mandiri. Maka gubuk-gubuk kecil

ini menjadi ciri khas bagi pesantren Musthafawiyah Purba Baru, karena pesantren

yang ada di Indonesia sekarang ini umumnya menyediakan asrama sebagai tempat

tinggal santri-santrinya.

Kehidupan di gubuk melatih para santri hidup dalam kemandirian, jauh dari

orang tua, hidup mengurusi keperluannya sehari-hari dengan sendiri, gubuk tersebut

merupakan tempat mereka untuk mengulang kembali (muthala’ah)dan menggali

kajian-kajian kitab kuning dan ilmu-ilmu yang telah mereka peroleh di pesantren.

Gubuk-gubuk kecil tersebut sebagai lambang kemandirian santri pesantren

Musthafawiyah Purba Baru, mereka belajar, mengkaji kitab-kitab, muthalaah dan

bermuzakarah dengan lebih leluasa di luar pembelajaran kelas. Kehidupan gubuk ini

sesuai dengan teori belajar humanistik yang melambangkan kebebasan dan

kemandirian peserta didik untuk belajar tanpa ada paksaan dan ancaman

sebagaimana sistem asrama, namun tetap mengedepankan tanggung jawab. Oleh

sebab itu pendekatan teori belajar humanistik menyesuaikan pembelajaran yang

sudah berlangsung sekian lama di pesantren dilihat dari aktivitas-aktivitas yang

dilakukan santri dilingkungan pesantren, terutama dari inti kemanusiaan

(humanisme) seorang individu adalah sebagai seorang hamba dengan tugas

menyembah sang pencipta. Inilah inti humanistik Islam yaitu penghambaan diri

seorang manusia kepada Allah Swt. Di samping itu tujuan Pendidikan pesantren

adalah littafaqquh fiddin, untuk memahami ajaran Agama Islam, yang berujung pada

pengamalan ajaran agama Islam yaitu sebagai bukti penghambaan diri seorang

manusia di hadapan Allah Swt. Ajaran-ajaran agama Islam tersebut dirujuk kepada

isi kandungan Kitab Kuning sebagai materi utama pelajaran di pesantren.

Penelitian ini sengaja mengambil tema “pendekatan humanistik dalam

pembelajaran kitab kuning dipesantren” sebagai objek bahasan, yang mana kitab

kuning adalah khazanah ilmu Islam klasik yang bermuatan ajaran moral dan ajaran

agama Islam yang tinggi. Sedangkan teori belajar humanistik adalah sebuah

pendekatan yang ditawarkan oleh psikologi Pendidikan yang bertujuan

memanusiakan manusia dengan implikasi pembelajaran yang berpusat pada siswa,

kemandirian dan kebebasan siswa dalam belajar menjadi titik tekan teori belajar

humanistik. Hal ini penting untuk dilakukan penelitian, melihat fenomena-fenomena

yang terjadi belakangan bahwa alumni pesantren dan madrasah semakin banyak

jumlahnya akan tetapi minim sekali kualifikasinya terutama dalam penguasaan kitab

kuning dan semakin rendahnya minat santri sekarang ini dalam kajian kitan kuning.

Dari fenomena tersebut apakah ditemukan kesulitan dan kendala dalam proses

pembelajaran kitab kuning?

Page 22: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

11

Maka penelitian ini menekankan fokus pada strategi pembelajaran kitab

kuning dengan pendekatan teori belajar humanistik di pesantren melalui penelitian

kualitatif yang berlokasi di Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara. Maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan memberikan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB

KUNING” (Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran Kitab Kuning di

Pesantren Mustafawiyah Purba Baru).

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Pengajaran kitab kuning di pesantren semakin menurun

b. Rendahnya penguasaan santri terhadap kajian kitab kuning

c. Santri kesulitan membaca dan memahami isi kitab kuning

d. Adanya kendala dalam pembelajaran kitab kuning di pesantren

e. Pengajaran kitab kuning yang monoton

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah problem

pendekatan teori belajar humanistik sebagai strategi pembelajaran kitab kuning di

pesantren Musthafawiyah dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran kitab

kuning. Dari sekian banyak masalah yang ada, karena keterbatasan konsep, waktu

dan dana, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1)

Implikasi dimensi humanistik sebagai strategi pembelajaran kitab kuning di

pesantren Musthafawiyah Purba Baru, dan 2) Kendala kajian kitab kuning di

pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menjawab

permasalahan

1) Bagaimanakah implikasi teori belajar humanistik sebagai strategi

pembelajaran kitab kuning di pesantren Musthafawiyah Purba Baru?

dan

2) apakah kendala pembelajaran kitab kuning di pesantren Musthafawiyah

Purba Baru?

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1) Tujuan Penelitian

a. Menganalisis dan mendeskripsikan implikasi teori belajar humanistik

sebagai strategi pembelajaran kitab kuning di pesantren Musthafawiyah

Purba Baru. Diharapkan melalui deskripsi ini pembaca memahami teori

belajar humanistik dalam pembelajaran di pesantren khususnya dalam

Page 23: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

12

kajian kitab kuning. Yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa/santri (student centered learning)

b. Untuk menganalisis kendala atau problem dalam pembelajaran kitab

kuning di pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

2) Signifikansi Penelitian

a. Sebagai tambahan informasi guna memperluas wawasan kependidikan

Islam khususnya implementasi pendekatan teori belajar humanistik

dalam kajian kitab kuning di pesantren.

b. Sebagai informasi bahwa kurikulum pesantren saat ini sudah tidak di

dominasi oleh kitab kuning, oleh sebab itu melalui pendekatan-

pendekatan belajar yang baik diharapkan menjadi sebuah strategi

pembelajaran dalam kajian kitab kuning agar tujuan belajar kitab kuning

di pesantren dapat tercapai dengan baik.

c. Sebagai informasi adanya kesulitan yang dihadapi santri dalam

membaca dan memahami kitab kuning. Jika ternyata fenomena

kesulitan tersebut ditemukan bagaimana pesantren membuat solusi

terhadap fenomena kesulitan dan kendala yang dialami dalam

pembelajaran kitab kuning di pesantren.

d. Memperkenalkan tradisi pondok pesantren kepada masyarakat,

terutama tradisi kajian kitab kuning di pesantren Musthafawiyah Purba

Baru yang tentunya ada perbedaan dan persamaan dengan tradisi yang

berjalan dengan pesantren-pesantren pada umumnya yang ada di

Indonesia.

e. Menawarkan dimensi humanistik sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang harus dipertimbangkan dan digunakan, karena

humanistik memandang peserta didik sebagai individu dengan segala

keunikannya dan berusaha mengembangkan potensi anak didik secara

keseluruhan.

Page 24: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

13

BAB II

KERANGKA TEORI

A. STRATEGI PEMBELAJARAN DAN TEORI BELAJAR

1. Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi mempunyai pengertian garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai

pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Djamarah & Zain,

2010, h.5)

Wina Sanjaya mengutip dari J.R David bahwa pengertian strategi dalam

dunia Pendidikan adalah sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu. Lebih

lanjut Sanjaya mengutup dari Kemp bahwa pengertian strategi pembeljaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. (2011: 127)

Selanjutnya Sanjaya mengemukakan bahwa bagaimana mengimplementasikan

perangkat rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata adalah melalui

metode, maka metode pengajaran adalah untuk merealisasikan stategi

pembelajaran yang telah ditetapkan. Maka beberapa istilah dalam Pendidikan

mempunyai kedekatan dan kemiripan yaitu strategi, pendekatan dan metode

bahkan Teknik pengajaran. (2011: 128)

Untuk itu Djamarah menetapkan empat strategi dasar dalam proses

belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut ini:

a) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana

yang diharapkan.

b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

dan pandangan hidup masyarakat

c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan Teknik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan

mengajarnya.

d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau

kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman

oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatab belajar mengajar

selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem

instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. (2010: 5)

Paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menetapkan

strategi pembelajaran artinya telah ikut menetapkan di dalamnya berupa

pendekatan, metode, dan Teknik yang dipakai oleh guru dan siswa dalam

proses pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil pembelajaran yang

13

Page 25: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

14

maksimal. Demikian dalam strategi pembelajaran kitab kuning di pesantren.

Dalam kajian penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang dipakai adalah

strategi pembelajaran kitab kuning melalui pendekatan teori belajar humanistik

di pesantren.

Pada kenyataannya kemampuan dasar kecerdasan tiap-tiap siswa

bervariasi secara individual. Oleh sebab itu muncul berbagai macam teori

belajar dalam psikologi Pendidikan yang mengahasilkan beberapa pendekatan

dalam pembelajaran, kemudian muncul beberapa metode pembelajaran sampai

akhirnya dirumuskan Teknik pengajaran. Dalam penelitian ini pendekatan

teori belajar humanistik di pesantren menjadi objek bahasan bagaimana

implementasi teori belajar humanistik tersebut diaplikasikan dalam kegiatan

santri di pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

Alquran sendiri telah mengajarkan sebuah strategi pembelajaran yang

tertuang pada wahyu pertama turun yang diterima Rasulullah Saw yaitu Surat

al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini juga mengandung isyarat betapa pentingnya

Pendidikan dan menjelaskan kepada manusia bagaimana komponen

Pendidikan yang harus dipenuhi. Yaitu:

ٱنسنٱخلق١خلقلذ يٱرب كسم ٱب قرأ ٱ٢علقم نل

كرم ٱوربكقرأ

ل

مب لذ يٱ٣نسنٱعلذم٤لقلم ٱعلذ ٥مالميعلمل

Artinya: ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)

Pada Ayat tersebut paling tidak terdapat lima aspek Pendidikan. Yaitu:

1) aspek proses dan metodologinya yaitu melalui membaca. Membaca dalam

arti seluas-luasnya, yaitu mengumpulkan informasi, membandingkan,

menganalisis, menyimpulkan dan memverifikasi; 2) aspek guru dalam hal ini

Allah Swt sebagai guru/pendidik; 3) aspek murid yang dalam hal ini Nabi

Muhammad Saw; 4) aspek sarana dan prasarana yaitu yang diwakili oleh

qalam (pena); dan 5) aspek kurikulum yaitu sesuatu yang belum diketahui

manusia ( لميعلمما ). Kelima aspek yang tersebut dalam ayat tersebut merupakan

komponen utama dalam kegiatan Pendidikan. (Nata, 2013, h.8)

2. Teori-teori Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada diri

manusia bahkan berlangsung selama hidup, salah satu pertanda bahwa

seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam

diri manusia tersebut. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan

yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotor), dan yang

Page 26: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

15

menyangkut nilai dan sikap (afektif). Hal ini sesuai dengan teori taksonomi

Bloom yaitu bahwa ada tiga kawasan belajar meliputi domain kognitif, domain

afektif, dan domain psikomotor. (Siregar & Nara, 2014, h.8-11)

Secara pragmatis, teori belajar dipahami sebagai prinsip umum atau

kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas

sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. (Syah,

2014, h.102) Psikologi pendidikan telah mengemukakan berbagai macam teori

belajar, dari sekian banyak teori yang dikemukakan oleh pakar psikologi

pendidikan teori-teori tersebut telah dikategorikan oleh Made Pidarta kepada

dua kategori yaitu teori belajar klasik dan teori belajar modern, sebagai berikut:

a. Teori Belajar Klasik

1) Disiplin mental Theistik

2) Disiplin Mental Humanistik

3) Natutralis

4) Apersepsi

b. Teori Belajar Modern

1) Asosiasi

2) Kondisiong

3) Penguatan

4) Kognisi

5) Belajar bermakna

6) Insight atau Gestalt

7) Lapangan

8) Tanda (sign)

9) Fenomenologi. (Syah, 2009: 206-208)

Kemudian teori belajar modern tersebut di bagi lagi menjadi dua

kelompok yaitu teori behavioris (asosiasi – penguatan) dan kognisi (kognisi –

fenomenologi). (Pidarta, 2009, h. 208) Secara umum teori-teori pendidikan

yang banyak dibahas oleh pakar pendidikan di bagi kepada aliran Teori Belajar

Behavioristik, Teori Belajar Kognivistik, Teori Belajar Humanistik, dan Teori

Belajar Konstruktivistik. (Siregar & Nara, 2014, h. 25-42)

Teori belajar ini menjadi dasar sebagai upaya yang dilakukan oleh

pendidikan untuk mempengaruhi atau membuat keputusan terhadap

kurikulum, metode pembelajaran dan administrasi pembelajaran. Untuk itu

sangat penting mengetahui teori-teori belajar ini bagi guru dan sekolah agar

proses pembelajaran di sekolah lebih terarah diharapkan tujuan pendidikan

akan tercapai dengan baik dan memuaskan. Maka dalam penelitian ini akan

diselidiki lebih jauh mengenai teori belajar humanistic dan implementasinya

terhadap kajian kitab kuning dan belajar di pesantren.

Page 27: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

16

3. Teori Belajar Humanistik

Menurut pandangan teori humanistik, bahwa proses belajar berhulu dan

bermuara pada manusia. Teori humanistik lebih banyak berbicara tentang

pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Berbeda

dibandingkan dengan teori-teori pendidikan yang lainnya. Teori humanistik

bertujuan untuk “memanusiakan manusia” (artinya mencapai aktualisasi diri).

Di antara pakar ilmuwan teori humanistik adalah Kolb, Honey, Mumford,

Hubermas, dan Carl Roger, termasuk juga Bloom dan Krathwohl. (Siregar &

Nara, 2014, h. 34-38)

Salah seorang tokoh humanistik adalah Carl R Rogers, seorang ahli

psikoterapi. Pandangannya mengenai pembelajaran bahwa siswa siswa yang

belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan bebas. Siswa juga

dibiharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil

keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan

yang diambil atau dipilihnya. Anak didik dalam situasi ini tidak dicetak

menjadi menjadi orang lain melainkan dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri.

Siswa tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain, bergantung kepada

pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. Anak dibiarkan agar dapat

menjadi arsitek buat dirinya sendiri. (Wahab, 2016, h.57-58).

Oleh sebab itu humanistik menawarkan konsep siswa yang belajar

hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan

mampu mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas

keputusan-keputusan yang diambilnya. Siswa harus memandang bahwa

pendidikan merupakan sebuah kebutuhan dirinya sendiri. Akan tetapi jika

dilihat dari sudut pandang Pendidikan Islam pembebasan begitu saja tidak baik

dalam perkembangan seorang anak, karena pada dasarnya anak memerlukan

bimbingan dan didikan dalam prosesnya menuju kedewasaannya. Karena

begitu banyak yang akan mempengaruhi pertumbuhannya baik pertumbuhan

fisiknya lebih dari itu yang lebih penting adalah pertumbuhan mentalnya.

مودل اويمجسانهلك اوينرصانه يهودانه فأبواه الفطرة ىلع .يودل(ابلخارىومسلم)

Artinya:”Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; orangtuanyalah

yang menjadikannya yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari

Muslim)

Dalam hadis lain Rasulullah menyuruh agar orangtua memerintahkan

anak untuk wajib sholat saat mereka telah berusia tujuh tahun dan memukul

anak anak tersebut ketika tidak mau sholat ketika telah berusia sepuluh tahun.

همعليهاوهمرضبووا,كمبالصالةوهمابناءسبعسننيدمرواأوالجعوفرقوابينهمىفالمضا,أبناءعرشسنني

Page 28: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

17

Artinya: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat

ketika usia mereka mencapai tujuh tahun. Pukullah mereka jika

meninggalkan shalat ketika usia mereka mencapai sepuluh tahun,

serta pisahlah tempat tidur mereka (antara laki-laki dan

perempuan) (HR. Abu Dawud) (dalam Ensiklopedi Hadits, jil.5,

h.102)

Dua hadis yang telah disebutkan menjelaskan bahwa dalam mendidik

anak, memberikan kebebasan sepenuhnya bukanlah sebagai sebuah

pendekatan Pendidikan yang paling baik. Karena anak selama proses

pendidikannya butuh bimbingan dari orang dewasa untuk mengajarinya. Oleh

sebab itu pendekatan yang humanistik dalam Islam lebih mengutamakan posisi

manusia itu sendiri sebagai apa diciptakan Tuhan. Oleh sebab itu maka ketika

anak dalam Pendidikan yang pertama yang diajarkan adalah tentang tauhid

atau keesaan Tuhan. (Zarnuji: h.18)

المقدلوانانيعرفاهللتعاىلبادليللفانايمدويقدمعلماتلوحيو . لكنيكونأثمابرتكاالستداللاكنصحيحاعندنا

Dapat dipahami dari penjelasan tersebut bahwa Islam memandang

pendidikaan anak adalah selain melalui teladan yang baik dari orang di

sekeliling anak, maka pembiasaan untuk melakukan hal-hal yang baik terutama

dalam melaksanakan ibadah sebagai kewajiban kepada Tuhan menjadi dimensi

yang sangat penting untuk menyadarkan anak sebagai posisinya sebagai hamba

Allah Swt, yaitu untuk beribadah dan berlaku baik di dunia ini. Maka

Humanistik dalam Islam adalah memposisikan individu pada posisi yang

sebenarnya yaitu sebagai hamba Allah yang senantiasa menyembah kepada

Tuhannya.

وما نسونذٱل خلقت ٱل ون عب د يل ٥٦إ الذ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS al-Zariyat: 56)

“Pendekatan teori belajar humanistik menekankan pengembangan guru

itu sebagai pembimbing dibanding guru sebagai pemberi ilmu pengetahuan”.

(Syah, 2014, h.245). Oleh sebab itu teori humanistik sangat menekankan

aktifitas siswa, di mana pendidikan memandang bahwa siswa adalah

sentralnya. Yaitu pendidikan yang berbasis student centered. Student centered

termasuk dari gaya pembelajaran yang kekinian. Pendidikan saat ini lebih

menekankan aktifitas yang berpusat pada siswa sehingga diharapkan siswa

dapat lebih mandiri dan dapat lebih bertanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya selama proses pembelajaran. Pendekatan humanistik ini sudah

berjalan sejak lama di pesantren seperti halnya yang sudah berjalan di

pesantren Musthafawiyah Purba Baru, para santri dilatih hidup lebih mandiri

mulai dari mengurus dan menyiapkan keperluan hidupnya sehari-hari sampai

Page 29: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

18

proses pembelajaran di dalam kelas. Hal ini ditandai dengan sisitem gubuk

yang dipakai sebagai tempat tinggal santri. Santri diharapkan mampu

mengelola sendiri waktu belajar dan kegiatannya di dalam gubuknya tanpa

harus ada paksaan layaknya yang dilakukan oleh Pengawas asrama misalnya.

Santri yang tinggal di asrama hidup dengan disiplin dan tata tertib yang telah

ditetapkan pihak asrama untuk mengatur jadwal kegiatan sehari-harinya.

Masing-masing asarama sudah ada Pengawas yang mengontrol dan

mengawasi kegiatan santri agar lebih terarah dan kondusif.

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi

kemanusiaan adalah pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan

tingkah laku manusia. Yang memusatkan perhatian pada keunikan dan

aktualisasi diri manusia. Psikologi humanistik memberikan sumbangan bagi

pendidikan alternative yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik

(humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan

individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek

emosional, sosial, mental, dan ketrampilan dalam berkarir menjadi fokus

dalam model pendidikan humanistik. Aliran Psikologi Humanistik selalu

mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya

terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. (Racmahana,

2008)

Hal ini sesuai dengan Alquran dalam Surat Albaqarah ayat 30

ف يها تعل قال واأ خل يفة رض

ٱل جاع لىف ئ كة إ ن

إوذقالربكل لملقال لك كون قد س مد ب ن سب ح ٱدل ماءونن ف يهاويسف ك د فس مني

ون ماالتعلم علم أ إ ن

Artinya:”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para

Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal

kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui". (QS. Albaqarah : 30)

Aliran humanistik memandang manusia sebagai makhluk Tuhan dengan

segala fitrah yang dibawanya, kemudian dikembangkan secara optimal melalui

pendidikan. Senada dengan hal itu hadis yang berbunyi:

مودل اويمجسانهلك اوينرصانه يهودانه فأبواه الفطرة ىلع .يودل(ابلخارىومسلم)

Page 30: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

19

Artinya:”Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; orangtuanyalah

yang menjadikannya yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari

Muslim)

Pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subjek yang

bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. (Arbayah, 2013) Pendidikan

yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang

utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara

pribadi-pribadi dan antar pribadi dan dalam kelompok di dalam komunitas

sekolah.

Aliran humanistik memandang anak sebagai individu yang unik.

Pandangan tentang keunikan individu ini mengantarkan kalangan humanis

untuk menekankan pendidikan sebagai upaya pencarian makna personal dalam

eksistensi manusia. Pendidikan berfungsi untuk membantu kedirian individu

supaya manjadi manusia yang bebas dan bertanggung jawab dalam memilih.

Dengan kebebasan tersebut peserta didik akan dapat mengaktualisasikan

potensinya secara maksimal. (Arbayah, 2013)

Diambil kesimpulan bahwa Aliran Psikologi Humanistik memberikan

sumbangan pemikiran yang besar terhadap dunia pendidikan, di antara

gagasannya adalah anak didik sebagai individu yang unik dengan segala

potensi yang dimilikinya, potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan

dengan pendidikan yang bebas, demokratis tanpa paksaan dan ancaman, sebab

humanistik memandang dan mendorong peningkatan kualitas diri manusia

melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi yang ada pada setiap

individu.

4. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik

1) Abraham Maslow

Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi

humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali

terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian teorinya yang penting

didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan

positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi

pertumbuhan.

Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang

dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai kebutuhan

tertitnggi yakni kebutuhan estetis. deficiency need (kebutuhan yang timbul

karena kekurangan) seperti makan, minum, tidur, dan sex, pemenuhan

kebutuhan ini biasanya bergantung pada orang lain. Sedangkan kebutuhan lain

dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih

bergantung pada diri manusia itu sendiri.

Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.

Dalam proses belajar mengajar guru mesti memperhatikan teori ini. Apabila

guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tidak dapat

tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak meiliki motivasi

Page 31: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

20

untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak-anak atas

kejadian tersebut secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses

tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk

tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak sarapan pagi

yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah

pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan sebagainya.

2) Carl R. Rogers

Carl R. Rogers adalah ahli psikologi humanistic yang gagasan-

gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua

bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang

pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar

yang humanistic, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti,

belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk

perubahan.

3) Arthur Combs

Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku

batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lainnya. Agar

dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,

bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya untuk

mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.

Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak

adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan

sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau lebih

memuaskan.

4) Aldous Huxley

Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam

dan disia-siakan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam

mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam

proses pendidikan harus berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini

melibatkan semua pihak, guru, siswa, maupun para pemerhati, peneliti, atau

perencana pendidikan. Huxley menekankan adanya pendidikan nonverbal

yang juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan nonverbal bukan

berwujud senam, olahraga, bernyanyi atau menari, melainkan hal-hal yang

bersifat di luar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran

seseorang. Proses pendidikan nonverbal seyogianya dimulai sejak usia dini

sampai tingkat tinggi. Berbekal pendidikan nonverbal seseorang akan

memiliki banyak strategi untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena

memiliki kemampuan untuk menghargai setiap pengalaman hidupnya dengan

lebih menarik.

5) David Mills dan Stanley Scher

Mills dan Scher mengajukan konsep pendidikan terpadu, yakni proses

pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan siswa dalam belajar.

Pendekatan terpadu (confluent approach) merupakan sisntesa dari psikologi

humanistik khususnya terapi Gestalt dan pendidikan. Yang melibatkan

Page 32: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

21

integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses belajar. Tujuan

umum dari pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran siswa terhadap

dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Serta meningkatkan kemampuan

untuk menggunakan kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan

berbagai cara, menerima petunjuk-petunjuk internal dan menerima tanggung

jawab bagi setiap pilihan mereka. (Rachmahana, 2008)

5. Prinsip Belajar Humanistik

Prinsip belajar menurut teori humanistik seperti di kemukakan Carl R.

Rogers adalah sebagai berikut:

a. Hasrat untuk Belajar

Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini

terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan

untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini

merupakan asumsi dasar pendidikan humanistic. Di dalam kelas yang

humanistik anak-anak diberikan kesempatan untuk memuaskan dorongan

ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan menemukan apa yang

penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.

b. Belajar yang Berarti

Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari

relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya anak akan belajar

dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.

c. Belajar Tanpa Ancaman

Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila

berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan

berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat

mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-

kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung

perasaan.

d. Belajar atas Inisiatif Sendiri

Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif

sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran anak didik. Mampu memilih

arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan

kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to

learn how to learn).

Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajarkan murid menjadi bebas, tidak

tergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas

inisiatif sendiri, ia memilikin kesempatan untuk menimbang-nimbang dan

membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dan

menjadi lebih tergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada

penilaian pihak lain.

Page 33: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

22

e. Belajar untuk Perubahan

Belajar yang paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Ilmu

pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di

masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di

masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan

saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang

berubah dan akan terus berubah.

Prinsip-prinsip yang dijelaskan oleh Rogers tersebut jika dilihat pada

kehidupan santri di pesantren Musthafawiyah Purba Baru telah memuat hal-

hal tersebut, dikaitkan lagi dengan visi, misi dan tujuan pesantren

Musthafawiyah Purba Baru maupun tujuan pendidikan pesantren secara umum

yaitu littafaqquh fiddin, yaitu lebih kepada pembentukan kepribadian, hati

nurani, perubahan sikap dan fenomena-fenomena sosial, maka teori belajar

humanistik ini telah sangat sesuai dengan kehidupan pesantren Musthafawiyah

Purba Baru dan ini sudah berlangsung mulai dari berdirinya pesantren ini

sampai sekarang ini. Akan tetapi wawancara dengan sekretaris pesantren

Musthafawiyah Purba Baru mengatakan bahwa sistem gubuk ini beberapa

tahun ke depan akan dihapuskan paling tidak dalam waktu tiga tahun akan

diganti dengan sistem asrama, hal ini mengingat suasana zaman dan

lingkungan sekarang sudah tidak lagi mendukung sistem gubuk tersebut, di

samping lahan yang semakin menyempit juga tantangan psikologis lainnya

mengancam kehidupan kesantrian di area gubuk-gubuk santri, dikhawatitkan

pengaruh bukun akan semakin banyak berdatangan karena sudah tidak dapat

dikontrol lagi mengingat komplek banjar-banjar santri cukup jauh dan banyak

lokasinya secara terpisah-pisah antara satu banjar dengan banjar lainnya,

bahkan sampai ke perkampungan penduduk Desa Purba Baru.

Berikut adalah foto-foto suasana banjar sebagai lingkungan tempat

gubuk-gubuk para santri Pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Terdapat lebih

dari 1.100 unit gubuk santri yang tersebar di beberapa titik lokasi banjar.

Banjar-banjar tersebut diberikan nama agar mudah untuk menemukannya.

Bebarapa banjar dihuni oleh santri-santri dari satu daerah asal santri sebagai

unit organisasi santri. Akan tetapi umumnya banjar-banjar dihuni oleh santri-

santri secara membaur dari daerah manapun menjadi satu komplek banjar,

seolah satu perkampungan santri dengan gubuk-gubuk kecil ibarat rumah-

rumah penduduk.

Page 34: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

23

Gambar 1.1 lingkungan Banjar/Gubuk Para Santri Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru

6. Humanistik Dalam Pandangan Islam

Arbayah dalam jurnalnya mengutip bahwa humanisme secara umum

diartikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai

nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia

bukannya pada otoritas supernatural manapun. Defenisi tersebut menurut

Arbayah kalangan humanis Barat menganggap bahwa manusia adalah segala

pusat aktivitas dengan meninggalkan peran Tuhan dalam kehidupan.

(Arbayah, 2013)

Islam memandang hal yang berbeda tentang kemanusiaan (humanisme),

Islam memandang memanusiakan manusia sesuai kodratnya dan tugasnya

sebagai khalifatullah di atas bumi, dalam hal ini Alquran memberikan empat

term yang memiliki arti yang berbeda sesuai konteks yang dimaksud Alquran,

antara lain: (Arbayah, 2013)

1) Basyar (البشر) digunakan untuk menjelaskan bahwa manusia merupakan

makhluk biologis. Sebagaimana dalam Surat Ali Imron ayat 47 yang

Page 35: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

24

menjelaskan tentang kekuasaan Allah yang telah menjadikan Maryam

memiliki anakn sementara tidak ada seorangpun yang menggaulinya.

قالت قالكذل ك برش ودلولميمسسن ىل ون يك نذأ ٱرب هللذ يل ق

ل ول مايق افإ نذ مر أ إ ذاقض ۥمايشاء ون نفيك ك

Artinya: “Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku

mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan

Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-

Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah

hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia” (QS

Ali Imron: 47)

2) An-Naas (الناس) untuk menjelaskan bahwa manusia itu sebagai makhluk

sosial dijelaskan dalam surat Alhujurat ayat 13 yang menjelaskan bahwa

manusia itu diciptakan laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya saling kenal mengenal.

ها يأ ٱي وب اوقبائ لنلذاس ع مش وجعلنك نث

مم نذكروأ إ نذاخلقنك

مع ند كرمك أ إ نذ عارف وا هللذ ٱتل إ نذ م تقىك

ٱأ ١٣عل يمخب ريهللذ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(QS. Alhujurat: 13)

3) Bani Adam (بنى أدم) untuk menunjukkan bahwa manusia itu sebagai makhluk

rasional, dalam Surat Al-Isra’ dijelaskan ayat 70 bahwa Allah akan

memualiakan manusia dan memberikan sarana dan prasarana baik di darat

maupun di lautan. Yang menunjukkan bahwa manusia berpotensi melalui

akalnya meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

ىف م وحلنه ءادم بن منا كرذ م نبلحر ٱولب ٱ۞ولقد م ورزقنه ي بت ٱ لطذ يال نخلقناتفض كث ريم مذ

مىلع لنه ٧٠وفضذArtinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak

Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri

mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka

Page 36: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

25

dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra: 70)

4) Al-Insan (االنسان) untuk menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk

spiritual. Dalam Surat Aldzariyat ayat 56 dijelaskan bahwa manusia dan jin

diciptakan oleh Allah tidak lain hanyalah untuk menyembah kepadaNya.

وما نذٱخلقت نسٱول ون ل عب د يل ٥٦إ الذ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Menurut Sumarlin penjelasan ayat yang empat tadi yang berkaitan

dengan term manusia dalam Alquran adalah bahwa manusia yang sholeh

adalah manusia yang senantiasa menjaga keseimbangan dalam memenuhi

kebutuhan jasmani, akal, dan qalbnya. Upaya untuk mewujudkan manusia

sebagai makhluk atau manusia yang ideal hendaknya dengan memandang

manusia secara keseluruan yaitu, manusia sebagai Insan, al-naas, al-basyar dan

bani adam, yaitu manusia sebagai mahluk spiritual, makhluk rasional, makhluk

sosial dan mahkluk biologis. (Adam, 2013)

Penjelasan konsep tentang manusia dalam Alquran sebagai seorang guru

sememstinya memandang manusia secara keseluruhan diri anak didik, guru

memperhatikan perkembangan fisik, psikologis, dan perkembangan potensi-

potensi anak didik agar perkembangan anak didik menuju kedewasaan sesuai

dengan yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan pada umumnya.

7. Aplikasi Teori Humanistik Dalam Pendidikan

Uci Sanusi mengutip bahwa Humanistik lahir sebagai kritik terhadap

Aliran Behavioristik yang memandang manusia sebagai mesin. Humanisme

merubah paradigma tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai sebagai

suatu kesatuan yang utuh. (Sanusi, 2013)

Humanisme dalam Islam telah terusmuskan dalam konsep khalifatullah

dalam Islam1. Untuk mengerti konsep-konsep tersebut dapat dilacak dalam

Alquran Surat alBaqarah ayat 30-32 :

رض ٱل جاع لىف ئ كة إ ن

ف يهاإوذقالربكل لمل تعل قال واأ خل يفة

قال لك كون قد س مد ب ن سب ح ٱدل ماءونن ف يهاويسف ك د فس مني ون ماالتعلم علم

أ إ ن

artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para

Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau

1 Ratna Syifa’a Rachmahana, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya Dalam pendidikan,

Jurnal Pendidikan Islam el-Tarbawi, No.1, Vol I, 2008

Page 37: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

26

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal

kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui".

نب أ فقال ئ كة

ٱلمل ىلع م عرضه ث مذ ذها ك سماءٱل ءادم وعلذم ون

ق ني نت مصد الء إ نك سماء هؤ ب أ

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama

(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada

para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang

benar!"”

ٱلك يم نتٱلعل يم إ نذكأ ماعلذمتنا

بحنكالع لمنلاإ الذ قال واس

Artinya: “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang

kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada

kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi

Maha Bijaksana".

Substansi dari ketiga ayat tersebut adalah bahwa (1) manusia adalah

pilihan Tuhan, (2) keberadaan manusia dengan segala kelebihannya

dimaksudkan sebagai wakil Tuhan di atas bumi (khalifatullah fil ardl), dan (3)

manusia adalah pribadi yang bebas yang menanggung segala resiko

perbuatannya. (Rachmahan, 2008)

Kemudian lebih lanjut terkait tiga konsep tersebut Ratna Syifa’a

menemukan tiga masalah pendidikan, yaitu: 1. Pengajaran materi secara umum

belum mampu melahirkan creativity, 2. Morality atau akhlak di sekolah umum

masih menjadi masalah utama, dan 3. Punishment atau hukuman dalam

berbagai bentuknya lebih tampak daripada reward atau penghargaan yang

diberikan kepada siswa.

Sebagai sebuah teori belajar, aliran teori belajar humanistik dapat

diaplikasikan dalam beberapa aplikasi pendidikan, di antaranya:

1) Open Education (Pendidikan Terbuka)

Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan

memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai

pembimbing.

Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah sebagai

berikut:

a. Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya berbagai macam

bahan yang diperlukan untuk belajar harus ada. Murid tidak dilarang untuk

Page 38: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

27

bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara, tidak ada

pengelompokan atas dasar kecerdasan.

b. Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka. Guru

menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara

pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok.

c. Adanya kesempatan bagi guru dan murid untuk bersama-sama mendiagnosis

peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid memeriksa pekerjaan mereka

sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d. Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes maupun buku

kerja.

e. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid

dan membuat catatan-catatan dan penilaian secara individual, hanya sedikit

sekali diadakan tes formal.

f. Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional bagi guru, dalam arti

guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk rekan sekerjanya.

g. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses belajar

yang membuat murid nyaman dalam melakukan sesuatu.

2) Cooperative Learning (Belajar Kooperatif)

Belajar kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan

dorongan berprestasi murid. Belajar kooperatif memiliki tiga karakteristik:

a. Murid bekerja dalam tim-tim belajar kecil (4-6 orang anggota), dan

komposisi ini tetap selama beberapa minggu.

b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang

bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.

c. Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

Teknik-teknik belajar dalam cooperative learning ada empat macam,

yaitu: 1) Team Games Tournament, 2) Student Teams-Achievements

Divisions, 3) Jigsaw, 4) Group Investigation.

3) Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)

Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid

menjadi subjek harus merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan mereka

sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini tidak bergantung pada subjek

maupun metode instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar (murid),

mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa

yang akan mempelajari sesuatu hal, metode dan sumber apa saja yang akan

digunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang

telah dilaksanakan. Di sini pendidik beralih fungsi menjadi fasilitator proses

belajar, bukan sebagai penentu proses belajar.

4) Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)

Student Centered Learning merupakan strategi pembelajaran yang

menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri serta bertanggung jawab

Page 39: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

28

atas pembelajaran yang dilakukan. Dengan strategi ini diharapkan murid

mampu mengembangkan ketrampilan berpikir secara kritis, mengembangkan

sistem dukungan sosial untuk pembelajaran mereka, mampu memilih gaya

belajar yang paling efektif.

Uci Sanusi juga mengemukakan beberapa model pembelajaran yang

humanistik, yang diperoleh dari beberapa literatur. Di antaranya adalah:

humanizing of classroom, active learning, quantum learning, quantum

teaching, dan accelerated learning. (Sanusi, 2013)

1) Humanizing of Classroom

Humanizing of classroom dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang focus pada

pengembangan model “afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga

hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan

akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan

menyatupadukan kesaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan

tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi lebih penting pada aspek

metodologis yang dipandang sangat manusiawi.

2) Active Learning

Active Learning dicetuskan oleh Melvin L Silberman. Asumsi dasar yang

dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan

merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada

siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.

Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar

pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan

berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam

active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa,

dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara

mendengarkan, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan

membuat paham, dengan cara mendengar, melihat, mendiskusikan dan

melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Dan cara

untuk menguasai pelajaran yang paling bagus adalah dengan mengajarkan.

3) Quantum Learning dan Quantum Teaching

Quantum learning merupakan cara pengubahan bermacam-macam

interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen

belajar. Dalam prakteknya quantum learning menggabungkan segestologi,

teknik percepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan,

dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa

menggunakan potensi nalar dan emosi secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya. Dengan metode belajar

yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah

satu konsep belajar ini adalah bahwa belajar itu harus mengasikkan dan

Page 40: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

29

berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk informasi baru

akan lebih besar dan terekam dengan baik.

Quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan

membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan

memasukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan

kekuatan yang integral. Pembelajaran yang demikian merupkan kegiatan

full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran,

perasaan, dan Bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan

keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa yang akan datang, semuanya

harus dikelola dengan baik, diselaraskan hingga mencapai harmoni.

4) Accelerated Learning

Konsep dasar dari pembelajaran iniadalah bahwa pembelajaran itu

berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik

konsep ini adalah Dave Meier, ia menyarankan kepada para guru dalam

mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual dan

Intellectual (SAVI), belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan

berbicara dan mendengarkan, belajar dengan mengamati dan

menggambarkan, belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan

refleksi.

Dari ulasan teori mengenai alikasi teori belajar humanistik, mulai open

education, cooperative learning, independent learning dan student centered

learning sudah berlangsung di pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Hanya

cooperative learning yang kurang menonjol karena menyangkut metode

pengajaran di kelas, akan tetapi tiga konsep yang lainnya sudah berjalan dalam

kehidupan santri pesantren Musthafawiyah purba Baru dalam menuntut ilmu

di pesantren tersebut. Open education terlihat pada fasilitas-fasilitas yang

tersedia di pesantren semisal mengikuti pengajian-pengajian rutin baik di

masjid, aula dan rumah-rumah ustad, ustad dalam memberikan kajian tidak

dengan paksaan dan ancaman, bahkan memberikan motivasi melalui

pemberian nasehat-nasehat. Independent learning tergambar pada kehidupan

santri sehari-harinya dalam mengatur jadwal, dan kegiatan-kegiatan apa yang

harus dilakukannya, kemudian mempertanggungjawabkan hal tersebut kepada

ustad dan orangtuanya. Di luar kegiatan kelas para santri biasa melakukan

muzakarah baik muzakarah antar santri junior dengan senior atau dengan

mendatangkan ustad sebagai pemandu muzakarah, kegiatan tersebut adalah

atas inisiatif santri sendiri. Selain itu ada kegiatan “tabligh” sebagai wahana

latihan menjadi da’i, qari, kemasyarakatan bahkan belajar kemimpinan dan

berorganisai, kemudian bebarapa santri juga sering menambah ilmu mereka

dengan mengikuti kursus-kursus mandiri diluar pesantren baik ilmu

keagamaan maupun ilmu ketrampilan lain. Dan konsep yang terakhir student

centered learning dapat dilihat pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa

secara berkelompok misalnya kelompok siswa yang ingin menjadi qari mereka

Page 41: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

30

mendatangi ahli qari baik dari kalangan ustad mereka sendiri atau mendatangi

lembaga lain, kursus Bahasa dan komputer dengan biaya mereka sendiri

sebagai tambahan dari ilmu yang mereka dapatkan di pesantren.

Kemudian sebagai implikasi dari teori belajar humanistik, Alaudin

dalam jurnalnya menuliskan posisi guru dalam pembelajaran, yaitu guru

sebagai pembimbing dan guru sebagai fasilitator:

a. Guru sebagai fasilitator

1) Memberi perhatian kepada pencintaan suasana awal, situasi kelompok,

atau pengalamann siswa.

2) Membantu siswa untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan di dalam kelas dan tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih

umum.

3) Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tujuan-tujuan bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan

pendorong yang tersembunyi di dalam belajar.

4) Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang

paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu

mencapai tujuan mereka.

5) Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk

dapat dimanfaatkan oleh kelompok

6) Menanggapi baik ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan

menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap perasaan dan

mencoba untuk menganggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi

individual atau kelompok.

7) Bilamana cuaca penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-

angsur dapat berperan sebagai siswa yang turut berpartisipasi, seorang

anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang

individu, seperti siswa lainnya.

8) Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok perasaannya dan

juga pikirannya dengan tiak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi

sebagai andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak siswa.

9) Harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan

adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.

10) Berperan sebagai fasilitator, guru harus mencoba untuk mengenali dan

menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru yang baik adalah guru-guru yang manusiawi mempunyai rasa

humor, adil, menarik, lebih demokratis daripada autokratik, dan mereka harus

dengan mampu dengan mudah dan wajar dengan para siswa, baik secara

perorangan ataupun secara kelompok. Ruang kelas seolah kelihatan seperti

perusahan kecil dengan pengertian bahwa mereka lebih terbuka, spontanitas,

dan mampu menyesuaikan diri kepada perubahan. Semestinya guru

menghindari komentar-komentar yang melukai persaan dan tidak otoriter yang

Page 42: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

31

mengakibatkan guru jadi tidak peka terhadap kebutuhan-kebutuhan siswanya.

Seorang guru yang ingin berhasil dalam mengajar mereka harus memahami

jati diri siswa, karena pada dasarnya setiap orang butuh penghargaan, bukan

ancaman apalagi menghalangi. Guru sejati bukanlah yang hanya menguasai

materi pelajaran dan aspek-aspek metodologis semata, tetapi para guru juga

mampu memahami kecenderungan hati setiap siswa. Oleh karena itu guru

harus:

1) Bersikap tenang. Tidak boleh kehilangan akal, marah sekali atau

menunjukkan kegembiraan yang berlebihan. Harus ntral terhadap segala

masalah, dan tidak menunjukkan pendapat pribadinya.

2) Dapat menyukai siswa-siswanya secara adil. Tidak boleh membenci dan

memarahi siswa secara berlebihan.

3) Memperlakukan siswa secara sama, tanpa membedakan watak-watak

individu siswa.

4) Mampu menyembunyikan perasannya, meskipun terluka hatinya ia tidak

boleh menunjukkannya, terutama di hadapan siswa-siswanya yang masih

muda.

5) Menjawab semua pertanyaan yang disampaikan oleh siswanya.

Penjelasan konsep guru menurut pandangan teori belajar humanistik jika

disandingkan dengan pandangan Islam akan melahirkan guru yang sukses

karena memandang siswanya sebagai individu yang bebas dan ingin

berkembang dengan segala potensi yang dimiliki siswa tersebut. Inilah kriteria

seorang guru dalam Islam yang diambil dari kitab Ta’lim Mutaallim karya

Syekh Zarnuji Rahimahullahu Ta’ala:

”قالابوحنيفةرحهاهللتعاىلوجدتهشيخاوقوراحليماصبورا“

Ini adalah ucapan Abu Hanifah Rahimallahu Ta’ala ketika beliau

memilih Hammad Bin Abi Sulaiman sebagai kiainya, karena Syekh

Hammad mempunyai kriteria sifat-sifat seorang guru yang ideal

yaitu alim, wara’ tentunya lebih tua usianya dari Imam Abu

Hanifah. Lebih dari itu menurut Abu Hanifah bahwa Hammad

adalah seorang guru yang berakhlak mulia, penyantun, dan

penyabar. (al Zarnuji, h.14)

اۥل قال ل متر شد اع م مذ من نت عل

أ تذب ع كىلع

هلأ وس ٦٦م

Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku

mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang

benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”. (QS

al-Kahf;66)

Ayat tersebut juga bagaimana semestinya seorang guru mengajar anak

didiknya. Dalam posisi tersebut ilmu yang dimiliki oleh Khaidir diajarkan

kepada orang lain yaitu nabi Musa. Kaitan ayat tersebut dalam Pendidikan

bahwa seorang guru semestinya:

Page 43: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

32

1) Menuntun anak didiknya

2) Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi selama

menuntut ilmu

3) Mengarahkan anak didik untuk tidak mempelajari sesuatu hal jika

guru merasa dan mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak

sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya. (Wahab, 2016,

h.72)

Maka ditarik kesimpulan sebagai kriteria seorang guru yang ideal adalah

sebagai berikut:

1) Seorang guru semestinya lebih tua usianya dari anak didik

2) Guru harus mampu bersikap bijaksana dengan kesabaran dan kelembutan

dalam mendidik anak didiknya

3) Guru mampu menjadi contoh teladan baik

4) Guru harus adil dalam meperlakukan anak didik

5) Guru mampu menjadi motivator untuk mendorong berkembangnya

potensi-potensi anak didik

6) Guru mampu menjadi fasilitator dalam memperhatikan keinginan

perkembangan anak didik

7) Guru mampu mendeteksi potensi-potensi yang dimiliki anak didik agar

dapat dikembangkan sesuai dengan ilmu yang akan dipelajarinya.

B. Pesantren Sebagai Basis Kitab Kuning

1. Pesantren dan Karakteristiknya

Pesantren sebagai lembaga pendidikan, layaknya lembaga pendidikan

lainnya mengusahakan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik

santrinya. Akan tetapi pesantren dengan keunikannya berbeda dengan lembaga

pendidikan lainnya yang pernah ada di Indonesia. Pesantren mempunyai

keunikan tersendiri baik dari manajemennya, kepemimpinannya, maupun sistem

pendidikannya. Sebagai ciri utamanya adalah “pengajaran agama Islam”.

Kata pesantren terbentuk dari akar kata yang sama dengan istilah “santri”.

Kata tersebut berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang

yang tahu tentang buku-buku suci agama Hindu. Pada perkembangannya, istilah

shastri menjadi salah satu kata serapan dalam bahasa Indonesia, namun dalam

bentuk yang berbeda, yaitu santri. Kata santri dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti seorang yang mendalami dan memahami dengan baik hal-hal

yang berkaitan dengan khazanah keislaman. Sedangkan pesantren adalah tempat

di mana anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih mendalam dan lebih

lanjut tentang ilmu agama Islam yang diajarkan secara sistematis, langsung dari

bahasa Arab serta berdasarkan pembacaan kitab-kitab klasik karangan ulama

besar. (Raharjo, 1985, h.2)

Dengan bahasa yang lain Ardani menjelaskan bahwa pesantren berasal

dari kata santri, mengandung arti orang yang belajar ilmu agama Islam dengan

sungguh-sungguh. Maka pesantren berarti tempat anak didik belajar agama

Page 44: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

33

Islam dan cara mengamalkannya dalam kehidupan nyata, atau dengan kata lain

pesantren adalah tempat pendidikan dan latihan anak didik agar menjadi muslim

sejati yang taat mengamalkan ajaran agamanya. (2008, h.9)

Menurut Abdurrahman Wahid pesantren adalah “sebuah komplek dengan

lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya, dalam komplek

tersebut berdiri beberapa bangunan, rumah kediaman pengasuh atau kiai, sebuah

masjid tempat pengajaran diberikan dan juga asrama sebagai tempat tinggal para

santri” (Raharjo, 1985, h.40)

Menurut Mastuhu pesantren merupakan lembaga Pendidikan tradisional

Islam yang bertujuan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati,

dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama

sebagai pedoman hidup bermasyarakat. (1994: h.55)

Dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah tempat untuk belajar agama

Islam secara mendalam dan sungguh-sungguh, untuk mendalami materi ajaran

Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam

pesantren terdapat para santri, kiai, masjid dan pondokan sebagai tempat tinggal

para santri selama menuntut ilmu agama.

Kajian historis asal mula keberadaan pendidikan pesantren di Indonesia,

para ahli mengasumsikan bahwa pesantren adalah pola pendidikan yang

mengadopsi pola pendidikan sebelum kedatangan Islam di Indonesia, yaitu

bahwa pola pendidikan tersebut bukanlah pola pendidikan yang diadopsi dari

ajaran Islam, akan tetapi pola pendidikan masa dahulu yang diislamkan.

Setidaknya ada dua pandangan terhadap sejarah asal mula pendidikan pesantren

di Indonesia.

Van Bruinessen mengatakan sejarah mengenai asal usul pesantren sangat

sedikit sekali, bahkan tidak dikatehui kapan lembaga pesantren muncul untuk

pertama kalinya. Bruinessen mengutip dari Pigeud dan de Graaf yang

menyatakan bahwa pesantren merupakan jenis pusat Islam penting kedua, di

samping masjid pada periode awal abad ke-16. Mereka mengasumsikan bahwa

pesantren adalah sebuah komunitas independen yang tempatnya jauh di daerah

pedalaman, dan berasal dari lembaga sejenis zaman pra-Islam, yaitu mandala

dan aysrama. (1995, h.23-24) Kemudian ada indikasi bahwa:

Pertama adalah pendapat yang menyebutkan bahwa pesanten berakar dari

tradisi Islam sendiri. Yaitu tradisi tarekat. Pesantren memiliki kaitan erat dengan

tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta

bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam

bentuk kegiatan tarekat. Hal tersebut ditandai dengan oleh terbentuknya

kelompok-kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan

zikir dan wirid tertentu. Pimpinan tarekat tersebut disebut kiai, khalifah, atau

mursyid. Beberapa tarekat mewajibkan pengikut-pengikutnya untuk

melaksanakan suluk selama empat puluh hari dalam satu tahun dengan cara

tinggal bersama anggota tarekat dalam sebuah masjid untuk melakukan ibadah-

ibadah di bawah bimbingan kiai. Selama pelaksanaan proses suluk tersebut para

kiai menyediakan ruangan-ruangan khusus untuk penginapan dan tempat

Page 45: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

34

memasak yang terletak di kiri dan kanan masjid. Di samping mengajarkan

amalan-amalan tarekat para pengikut tarekat juga diajarkan kitab-kitab agama

dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam. Aktivitas yang dilakukan oleh

pengikut-pengkut tarekat tersebut kemudian dinamakan pengajian. Dalam

perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang

menjadi lembaga pesantren. (Nizar, 2013, h.88-89)

Kedua pesantren yang ada saat ini pada awalnya merupakan

pengambilaihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di

Nusantara. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahasa sebelum datangnya Islam

ke Indonesia lembaga pesantren sudah ada sebelumnya. Pendirian pesantren

pada masa ini dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama

Hindu dan tempat membina kader-kader penyebar agama Hindu. Fakta lain yang

menunjukkan bahwa pesantren bukan berakar dari tradisi Islam adalah tidak

ditemukannya lembaga pesantren di negara-negara Islam lainnya, sementara

lembaga serupa ini banyak ditemukan dalam masyarakat Hindu Budha. (Nizar,

2013, h.97)

Nurcholis Madjid, mengemukakan secara historis pesantren tidak hanya

identik dengan dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna

keaslian Indonesia (indeginious), sebab lembaga yang serupa pesantren ini

sudah ada sejak masa kekuasaan Hindu Budha. Oleh karena itu Islam

meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada tersebut.

Pesantren adalah lembaga yang merupakan wujud proses perkembangan sistem

pendidikan nasional. (1997, h.3)

Pada perkembangannya yang patut disyukuri saat ini bahwa pesantren

sebagai pendidikan keagamaan Islam telah memiliki kedudukan yang setara

dengan pendidikan umum. Sejak berlakunya Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, posisi lembaga-lembaga pendidikan

agama dan keagamaan semakin jelas posisinya dalam kesatuan sistem

pendidikan nasional.

Pesantren disebut sebagai lembaga pendidikan Islam, karena merupakan

lembaga yang berupaya menanamkan nilai-nilai keislaman di dalam diri

santrinya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki karakteristik

yang berbeda dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain, jika

ditinjau dari sejarah pertumbuhannya, komponen-komponen yang terdapat di

dalamnya, pola kehidupannya warganya, serta pola adopsi terhadap berbagai

macam inovasi yang terjadi di dalamnya dalam rangka mengembangkan sistem

pendidikan. (Soebahar, 2013, h.33)

Pesantren-pesantren yang ada di Indonesia saat ini, tumbuh dan

berkembang dengan cara masing-masing menyesuaikan keadaan dan tempat

pesantren tersebut berada, pesantren-pesantren tersebut berkembang baik dari

fisik, kurikulum, sistem pendidikan maupun manajemnnya. Namun dari seluruh

pesantren yang ada di Indonesia meskipun ada perbedaan antara satu pesantren

dengan pesantren yang lainnya, namun terdapat pola kesamaan dari segi

komponen utamanya. Seperti yang dijelaskan oleh Zamakhsyari Dhofier bahwa

Page 46: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

35

“komponen utama pesantren secara umum terdiri dari kiai, santri, masjid,

pondok, dan pengajaran kitab kuning”. (1982, h.40-46) Kelima komponen

tersebut adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren

dengan lembaga pendidikan lainnya. (Mustajab, 2015, h.57)

2. Tujuan Pendidikan Pesantren

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada

masyarakat dengan jalan mengabdi atau menjadi pelayan masyarakat

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah.

Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Mulyadi dalam bukunya

Nizar bahwa tujuan didirikannya pesantren pada dasarnya mempunyai tujuan

khusus dan tujuan umum, yaitu:

a. Tujuan khusus, yaitu untuk mempersiapkan para santri untuk menjadi

orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan

serta mengamalkannya dalam masyarakat.

b. Tujuan umum, untuk membimbing anak didik untuk menjadi manusia

yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi

mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

(Nizar, 2013, h.90)

Nurcholis Majid merumuskan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah

membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam

merupakan weltanschauung yang bersifat menyeluruh. Kemudian produk

pesantren juga diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk mengadakan

responsi terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam

konteks ruang dan waktu yang ada (Indonesia dan dunia abad sekarang).

(Madjid, 1997, h.19)

Mastuhu mengemukakan tujuan pendidikan pesantren adalah sebagai

sarana meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta meningkatkan ibadah kepada

Allah Swt, yang kemudian tujuan tersebut dirumuskan oleh Mislaini menjadi

substansi dan tujuan pendidikan pesantren sebagai berikut:

a) Adanya pembinaan akhlak dan kepribadian yang mulia

b) Adanya semangat pengabdian, baik bagi agama, masyarakat maupun

bangsa.

c) Selama aktivitas yang dilakukan termasuk dalam menuntut ilmu

adalah dengan tujuan untuk mencari ridho Allah Swt

d) Bercita-cita untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di

dunia dan akhirat. (1994, h.57)

3. Tipologi Pesantren

Secara umum pesantren dapat dikategorikan ke dalam pesantren salaf atau

pesantren tradisional dan pesantren khalaf atau pesantren modern, namun seiring

perkembangan dunia pendidikan dewasa ini konsep pesantren ikut mengalami

Page 47: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

36

perkembangan yang dinamis sehingga terdapat bermacam-macam kategori atau

tipologi pesantren yang diberikan oleh para ahli pengamat dunia pesantren,

walapun pada dasarnya memiliki kesamaan terhadap kategori tradisional dan

modern, namun para ahli membuat konsep yang lebih luas sehingga semakin

kaya referensi bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan anak mereka di

pesantren.

Pesantren salafiyah adalah pesantren tradisonal atau konvensional yang

masih tetap mempertahankan sistem pendidikan khas pesantren, kurikulum,

maupun metode pengajarannya. Bahan ajarnya meliputi ilmu-ilmu Agama Islam

yang diperoleh dari pengajaran kitab klasik atau kitab kuning yang berbahasa

Arab. Pembelajaran di pesantren ada yang diselenggarakan denga cara non-

klasikal bisa juga dengan cara klasikal, kurikulum disusun sendiri oleh pesantren

yang bersangkutan. Para santri dapat tinggal di dalam asrama yang telah

disediakan di lingkungan pesantren dapat juga tinggal di luar lingkungan

pesantren dengan sebutan santri kalong. Adapun metode pengajarannya

wetonan, sorogan, muzakarah, dan majelis ta’lim. (Suparta, 2009, h.86-88)

Sedangkan pesantren khalafiyah adalah pesantren modern atau pesantren

kontemporer yang mengadopsi sistem madrasah/sekolah, dengan kurikulum

yang disesuaikan dengan dengan kurikulum pemerintah, baik Kementerian

Agama maupun Kementerian Pendidikan Nasional. Pesantren ini

menyelenggarakan kegiatan pendidikan jalur sekolah (SD, SMP, SMU dan

SMK/MI, MTs, MA). Kegiatan pembelajaran pesantren khalafiyah memiliki

kurikulum dilaksanakan secara klasikal dan berjenjang, metode yang diberikan

juga adaptif terhadap metode-metode pendidikan kontemporer. (Suparta, 2009,

h.88)

Lebih rinci Suparta merinci beberapa jenis pondok pesantren dari

karekteristiknya yang sangat beragam. Yaitu Pesantren Tipe A, pesantren yang

di mana santri belajar dan bertempat tinggal di asrama lingkungan pesantren

dengan pengajaran yang berlangsung secara tradisional (wetonan dan sorogan);

Pesantren Tipe B, yaitu pesantren yang melaksanakan pengajaran secara klasikal

(madrasah) ditambah pengajaran oleh kiaiyang bersifat aplikatif diberikan pada

waktu-waktu tertentu dan santri tinggal di asrama yang disediakan di lingkungan

pesantren tersebut; Pesantren Tipe C, pesantren yang hanya merupakan asrama,

sedangkan santrinya belajar di luar (madrasah atau sekolah umum), kiai

posisinya sebagai pengawas dan Pembina mental para santri tersebut; dan

pesantren Tipe D, yaitu pesantren yang menyelenggarakan sistem pesantren dan

sekaligus sistem sekolah/madrasah. (Suparta, 2009, h.89)

Charlene Tan dalam penelitiannya menuliskan tiga jenis pesantren yang

ada di Indonesia, yaitu: pesantren tradisional, modern dan independen. “A

traditional pesantren tends to focus on traditional Islam and is likely to be

ideologically affiliated with Nahdlatul Ulama (NU) teach classical Islamic texts

to their student; A modern pesantren as it name implies, it modernizes pesantren

education by introducing a structured grade system, classrooms, textbooks and

ethos of reform and progress, mots pmodern pesantren are affiliated with

Page 48: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

37

Muhammadiyah; a independent pesantren that is not associated with NU or

Muhammadiyah, and tends to adopts Salafi ideological beliefs”. (2014)

Keberagaman dan keunikan yang terdapat pada sistem pendidikan

pesantren terkait dengan sejauh mana sebuah pesantren mempertahankan sistem

keaslian dan tradisionalitasnya serta kemampuannya mengadopsi dan menyerap

sistem pendidikan modern di zaman kontemporer, sehingga bentuk-bentuk

pesantren yang ada saat ini dapat disederhanakan menjadi tiga tipe yaitu, a)

pesantren salafiyah/tradisional; b) pesantren khalafiyah/modern; dan pesantren

campuran atau kombinasi. (Mustajab, 2015, h.60)

4. Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tafaqquh fiddin seringkali

dipandang sebelah mata oleh masyarakat, hal ini terlihat dari sejarah panjang

pendidikan pesantren baik dari zaman penjajahan pesantren jelas terlihat selalu

mendapat tantangan dari pemerintah colonial, demikian setelah zaman

kemerdekaan, berlanjut pesantren belum mendapat perhatian yang adil seperti

layaknya lembaga pendidikan yang ada pada umumnya. Akan tetapi pesantren

survive sampai saat ini, bergabai upaya telah dilakukan lembaga pesantren agar

tetap bisa bertahan menjadi pilihan umat untuk menimba ilmu pengetahuan.

Tantangan besar saat ini dalam menghadapi dinamisasi perkembangan

dunia akibat kemajuan teknologi informasi di mana kenyataan dunia di belah

manapun semakin transfaran, semakin terbuka akibat cepatnya informasi yang

menyebar hal tersebut menyebabkan membaurnya budaya antar bangsa yang

jelas akan membuat masyarakat dapat terpengaruh dan tidak dapat lagi

membedakan mana budaya bangsanya dan mana budaya yang datang merusak,

sehingga nilai moral dan agamapun ikut semakin menipis.

Oleh sebab itu pesantren hadir sebagai lembaga yang telah sekian lama

mengajarkan akhlak mulia, maka diharapkan pesantren dapat berkontribusi

lebih banyak dalam menghasilkan santri sebagai benteng pengawal moral

bangsa yang diharapkan dapat mengontrol situasi dan kondisi dari hancurnya

kultur budaya dan nilai-nilai agama yang telah melekat dalam masyarakat.

Penting untuk mempertahan eksistensi pesantren di era globalisasi modern

saat ini, pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin sebagai lembaga yang

mengajarkan karakter akhlak mulia yang bersumber pada ajaran Islam, yaitu

sumber utama Alquran dan Hadis. Situasi dunia saat ini yang semakin jauh dari

agama sangat membutuhkan kualitas manusia yang baik intelektual dan

spritualnya. Oleh sebab itu pesantren diharapkan mampu untuk hal tersebut.

Mantan Menag Suryadharma Ali menjelaskan pentingnya lembaga

pesantren di abad ini setidaknya berdasarkan tiga alasan, yaitu pertama, karena

pengajaran pesantren sangat menekankan penguasaan pada disiplin keilmuan

Islam secara tuntas berbasis pada sumber-sumber kitab kuning yang otoritatif.

Santri dituntut memiliki kedisiplinan tinggi mendalami secara serius sehingga

benar-benar menguasai. Kedua pesantren terkenal sebagai bengkel akhlak yang

sangat ampuh mendidik santri berperilaku baik sesuai nilai-nilai yang diajarkan

Page 49: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

38

Islam. Dan ketiga pendalaman dan penghayatan keagamaan yang hidup

sepanjang waktu di pesantren adalah kekuatan yang penting untuk mendidik

santri menjadi muslim sebenarnya. (Ali, 2013, h.11)

Pesantren yang diharapkan tetap bertahan dan hidup ditengah masyarakat

adalah pesantren yang dapat menjawab kebutuhan zaman, tidak hanya sekedar

benteng moral namun lebih dari itu lembaga pesantren agar lebih responsif

terhadap kebutuhan tantangan zaman, mampu menjadi agen perubahan dan

pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu diharapkan pesantren tidak hanya

memainkan peran tradisionalnya saja sebagai lembaga yang mentransfer ilmu-

ilmu agama, lebih dari itu pesantren diharapkan mampu untuk fungsi

pembangunan masyarakat secara keseluruhan. (Madjid, 1997, h.xxii)

Azyumardi Azra menjelaskan bagaimana pesantren bisa tetap eksis

sampai hari ini di kancah pendidikan nasional, seperti dikutip dari pendapat

Karel Steenbrink bagaimana surau merespon pendidikan modern pada masanya,

yaitu “menolak sambal mengikuti” kemudian istilah pesantren di masanya

“menolak sambal mencontoh” pihak surau dan pesantren menganggap bahwa

ekspansi modernisasi pendidikan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah modern

merupakan ancaman bagi eksistensi dan keberlangsungan surau dan pesantren.

Oleh sebab itu lembaga surau dan pesantren mengambil langkah dengan

mengadopsi beberapa unsur pendidikan pesantren yang telah diterapkan oleh

kaum reformis, khususnya sistem klasikal dan penjenjangan akan tetapi tanpa

mengubah secara signifikan isi pendidikan pesantren. Dalam hal ini pihak

pesantren cenderung sangat berhati dalam menerima ide modernisasi pendidikan

yaitu dengan tidak secara terburu-buru menerima dan mentransformasikan

kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang modern secara

penuh, tetapi sebaliknya pesantren menerima modernisasi pendidikan secara

hati-hati, pesantren menerima modernisasi hanya dalam skala kecil sebatas

mampu menjamin pesantren tetap survive. Oleh karena itu dalam merespon

perkembangan dan modernisasi pembaharuan tersebut ramai pesantren yang

mendirikan madrasah di dalam komplek pesantren, sehingga diharapkan mampu

bersain dan menjawab tuntutan reformasi lembaga pendidikan. (Madjid, 1997,

h.xiv-xxiv)

Pesantren telah menunjukkan perkembangannya, saat ini tidak sedikit

pesantren yang telah mengembangkan kurikulum atau mata pelajarannya yaitu

dengan memasukkan bidang study yang selama ini dipakai di sekolah umum.

Tetapi bidang kajian pelajaraan keagamaan yang bersumber dari kitab kuning

telah ditambah juga dengan kajian pelajaran umum untuk menyiapkan lulusan

pesantren yang siap pakai di masyarakat yang tidak hanya sekedar sebagai

panutan agama namun juga terampil dengan berbagai bidang di masyarakat.

C. Kitab Kuning

1. Pengertian Kitab Kuning

Kitab Kuning merupakan salah satu faktor penting di antara lima

komponen karakteristik unik yang dimiliki oleh sebuah pesantren, yaitu kiai,

Page 50: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

39

santri, masjid, asrama/pondok, dan kajian kitab kuning. Kitab kuning selain

sebagai pedoman dan pelajaran sehari-hari di pesantren, lebih penting lagi kitab

kuning difungsikan sebagai referensi (marji’) bagi masalah-maslah keagamaan

yang dihadapi umat.

Istilah “Kitab Kuning” pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan luar

pesantren dengan nada merendahkan. Dalam pandangan mereka kitab kuning

dianggap sebagai kitab yang berkadar keilmuan rendah, ketinggalan zaman dan

menjadi salah satu penyebab terjadinya stagnasi berpikir umat. Sebutan ini pada

awalnya memang menggambarkan kekunoan, akan tetapi sebutan kitab kuning

diterima secara meluas sebagai salah satu teknis dalam studi kepesantrenan.

Selain seutan kitab kuning beredar juga istilah “Kitab Klasik” (alqutubul

qadimah), bahkan karena tidak dilengkapi dengan syakal kitab kuning juga

sering disebut kalangan pesantren sebagai “Kitab Gundul”. (Siradj, 1999, h.221)

Sebagai pengertian umum yang beredar di kalangan pemerhati pesantren

bahwa “Kitab Kuning” adalah kitab yang selalu dipandang sebagai kitab

keagamaan yang berbahasa Arab, memakai huruf Arab, sebagai produk

pemikiran ulama-ulama masa lampau (ulama as salaf) yang ditulis dengan

format khas pra modern. (Siradj, 1999, h.222)

Lebih rinci pengertian Kitab Kuning dikutib dari tulisan Masdar F

Mas’udi yang mendefenisikan bahwa Kitab Kuning merupakan kitab-kitab yang

a) ditulis oleh ulama-ulama asing, tetapi secara turun temurun menjadi referensi

yang dipedomani oleh ulama Indonesia, b) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai

karya tulis yang independen, c) di tulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar

dan terjemahan atas karya ulama asing. (Siradj, 1999, h.222)

Azyumardi Azra mendefenisikan bahwa Kitab Kuning adalah kitab-kitab

keagamaan berhasa Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di

Indonesia dengan menggunakan aksara Arab yang selain ditulis oleh ulama

Timur Tengah juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. ( 2001, h111)

Penulis menyimpulkan bahwa Kitab Kuning adalah kitab-kitab

keagamaan Islam sebagai karya para ulama baik ulama timur tengah maupun

ulama Indonesia yang ditulis dengan huruf Arab sebagai referensi para ulama

dan menjadi pelajaran penting di pesantren.

Dalam tradisi intelektual Islam dikenal dua istilah untuk menyebut

kategori karya ilmiah berdasarkan kurun dan format penulisannya. Kategori

pertama disebut Kitab Klasik (alkutub al-qadimah) sedangkan kategori kedua

disebut kitab-kitab modern (alkutub al-ashriyah). Perbedaan kitab klasik dengan

kitab modern adalah cara peulisannya yang tidak mengenal pemberhentian,

tidak memiliki tanda baca (punctuation), bahasanya berat, klasik dan tanpa

syakal. Yang disebut Kitab Kuning pada dasarnya mengacu pada kategori yang

pertama yaitu kitab-kitab klasik (alkutub al-qadimah). (Siradj, 1999, h.223)

Format penulisan yang khas menjadi ciri khusus kitab kuning yaitu terdiri

dari dua bagian matn dan syarh, peletakan matn selalu di bagian pinggir baik

sebelah kanan maupun sebelah kiri kertas. Adapun syarh karena merupakan

penjelas bagi matn maka pemaparannya jauh lebih panjang dan banyak

Page 51: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

40

dibandingkan dengan matn, maka syarh diletakkan di ruang tengah (halaman).

Akan tetapi dalam versi lain juga ditemukan bahwa syarh ditulis di pinggir

halaman kertas sedangkan matn posisinya di tengah, dan ditemukan juga kitab

yang syrahnya ditulis mencong dengan tulisan yang lebih kecil dibawah setiap

kata teks. (Nizar, 2013, h.148)

Menurut Bruinessen bahwa tradisi Kitab Kuning bukanlah berasal dari

Indonesia, sebab semua kitab klasik yang dipelajarai di Indonesia masa-masa

awal pesantren berbahasa Arab, dan sebagian besar ditulis sebelm Islam tersebar

di Indonesia. Demikian dengan kitab syarah atas teks matn klasik juga bukan

berasal dari Indonesia meskipun pada perkembangannya jumlah kitab syarah

yang ditulis ulamaIndonesia semakin banyak. Sejumlah kitab yang dipelajari di

pesantren tidak ditulis di Indonesia melainkan di Makkah atau Madinah

meskipun pengarangnya orang Indonesia. (1995, h.22)

2. Signifikasni Kitab Kuning Dalam Tradisi Pendidikan Pesantren

Kitab kuning menjadi komponen penting sebuah pesantren, oleh sebab itu

pengajaran kitab kuning merupakan salah satu fungsi pesantren yakni menjaga

dan melestarikan warisan pengetahuan keislaman yang diperoleh secara turun

temurun dari generasi salaf as-shalih. Melalui tradisi pengajaran kitab kuning di

pesantren, doktrin-doktrin dalam kitab kuning yag bersumber dari Alquran dan

Sunnah sebagai sumber utama menjadi “ruh” dan jiwa yang menggerakkan

kehidupan pesantren. Lebih dari itu tradisi kitab kuning juga mendasari

bangunan keilmuan yang dikembangkan pesantren, melalui pewarisan seperti

kajian kitab kuning seluruh khazanah keilmuan yang dihasilkan ulama salaf as-

shalih diterima, dikaji dan dijaga keasliannya oleh santri sampai saat ini.

(Bruinessen, 1995, h.27)

Kitab kuning dipelihara secara turun temurun karena memang sebagai

khazanah keilmuan Islam yang mesti dipelihara, kalangan pesantren menjadikan

kitab kuning sebagai bacaan utama dan referensi dari setiap persoalaan dalam

menyikapi segala tantangan kehidupan. Oleh sebab itu kitab kuning mempunyai

peranan yang sangat penting bagi kehidupan pesantren.

Samsul Nizar mengemukakan dua pandangan terhadap posisi kitab kuning

dipesantren. Pertama kebenaran kitab kuning bagi kalangan pesantren adalah

sebagai referensi yang kandungannya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

Karena kitab kuning sudah ditulis sejak lama dan terus dipakai dari masa ke

masa menunjukkan bahwa kitab kuning sudah teruji kebenarannya dalam

sejarah yang panjang. Kitab kuning dipandang sebagai pemasok teori dan ajaran

yang sudah sedemikian rupa dirumuskan oleh ulama-ulama dengan

bersandarkan pada Alquran dan Hadis. Kedua kitab kuning menjadi penting bagi

pesantren untuk memfasilitasi proses pemakaian keagamaan yang mendalam

sehingga mampu merumuskan penjelasan segar tetapi tidak ahistoris mengenai

ajaran Islam. Kemudian kitab kuning menjadikan pesantren tetap sebagai pusat

kajian keislaman. Maka pemeliharaan kitab kuning mutlak dilakukan bahkan

pengayaan kitab kuning harus tetap menjadi ciri utama pesantren. (2013, h.158)

Page 52: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

41

3. Isi kandungan dan Pemikiran Kitab Kuning

Kitab kuning yang berkembang di Indonesia menurut Bruinessen ditulis

pada abad ke-10 sampai dengan abad ke-15M. beberapa karya penting ditulis

pada masa tersebut. Tetapi sejak akhir abad ke-15 pemikiran Islam tidak

mengalami kemajuan yang berarti. (1995, h.30)

Kandungan kitab kuning yang beredar di pesantren-pesantren di Indonesia

memang lebih banyak didominasi bidang kajian fiqih atau yurisprudensi hukum

Islam, tetapi bukan berarti kajian kitab kuning sebatas kajian fiqih saja, dari

sekian banyak judul kitab kuning yang ada di pesantren di Indonesia, menurut

Briunessen dari sekitar 900 judul kitab kuning yang beredar di lingkungan

pesantren sekitar 20% bersubstansikan fiqih. Sisanya menyangkut disiplin-

disiplin ilmu lain seperti akidah (ushuluddin) berjumlah 17% bahasa Arab

(nahw, sharf, balagah) 12%, hadis 8%, tasawuf 7%, akhlak 6% pedoman doa

(wirid, mujarobat) 5% dan qishashul anbiya; maulid; manaqib 6%. (Bruinessen,

1995, h.228-229)

Chozin Nasuha dalam penelitiannya menyatakan meskipun ada perbedaan

dalam penyajian kitab kuning bila dilihat dari kandungan maknanya masih

terdapat kesamaan dan dapat dibagi menjadi dua: 1) kitab kuning yang

berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos (naratif) seperti sejarah

Islam, tafsir dll. 2) kitab kuning yang menyajikan materi berbentuk kaidah-

kaidah keilmuan seperti, nahw, sharf, ushul fiqih, dan musthalah hadist. (Siradj,

1999, h. 262)

Pengajaran kitab kuning sampai saat ini tetap dilestarikan dan dipelihara

dengan baik di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Tujuannya adalah

untuk mempertahankan tujuan utama pesantren yaitu sebagai lembaga tafaqquh

fiddin, mendidik calon-calon ulama yang setia pada paham Islam tradisional,

kitab kuning yang diajarkan dipesantren umumnya dikelompokkan kepada enam

bahasan yaitu: 1. Bahasa, 2. Alquran/Tafsir, 3. Hadis, 4. Tauhid, 5. Fiqih dan 6.

Tasawuf.

4. Metode Pengajaran Kitab Kuning

Metode dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh untuk menyampaikan

ajaran yang diberikan. Dalam konteks kitab kuning ajaran itu adalah apa yang

termaktub dalam kitab kuning. Melalui metode tertentu, suatu pemhaman atas

teks-teks pelajaran dapat dicapai. Selama kurun waktu panjang, pesantren telah

memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode: weton, atau bandongan,

sorogan, dan hafalan. Semua metode in tetap dipertahankan dalam sistem

halaqah maupun klasikal (madrasah). (Siradj, 1999, h.280)

Kategori pesantren tradisional dan pesantren modern ternyata

mengikabatkan perubahan motode yang terjadi di pesantren. Jika ditelusuri akan

ditemukan metode yang bersifat tradisional dan metode yang bersifat modern.

Dari laporan Departemen Agama RI bahwa metode penyajian dan penyampaian

kajian atau pengajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional seperti wetonan

Page 53: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

42

dan sorogan, ada pula yang bersifat modern yaitu metode baru yang diintrodusir

ke dalam institusi pesantren berdasarkan pendekatan ilmiah. (Qomar, 2005,

h.142)

a. Metode-metode Tradisional

“Metode-metode tradisional yang telah berlangsung lama di pesantren

meliputi: metode wetonan, metode sorogan, metode muhawaroh, metode

muzdakarah, dan metode majlis ta’lim”. (Nizar, 2013, h. 150)

Metode sorogan merupakan suatu metode dengan cara guru

menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual, keadaan ini bisa

berlangsung di kelas, di masjid atau di rumah ustazd. Metode ini dilakukan pada

santri yang jumlahnya lebih sedikit dengan cara bergiliran. Metode ini juga

biasanya diberikan kepada santri pada tingkat rendah yaitu santri yang baru

menguasai pembacaan bacaan Alquran. Melalui metode sorogan perkembangan

intelektual santri dapat ditangkap kiai secara utuh. Kiai dapat memberikan

bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran

kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap kemampuan

dasar dan kapasitas kemampuan pada santri. Metode sorogan menuntut

kesabaran dan keuletan pengajar. Santri dituntut untuk disiplin yang tinggi, dan

metode ini juga membutuhkan waktu yang lama.

Metode wetonan atau disebut bandongan adalah suatu metode pengajaran

dengan cara guru membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-

buku Islam dalam Bahasa Arab dan santri-santri mengdengarkan,

memperhatikan, dan membuat catatan-catatan dalam bukunya masing-masing.

Metode wetonan paling banyak dipilih di lingkungan pesantren. Akan tetapi

dalam metode wetonan ini santri bersifat pasif Karena kreativitas santri tidak

ditunjukkan dalam metode ini, sebaliknya kiai atau guru lebih dominan dalam

metode ini. Dengan kata lain santri tidak dilatih untuk mengekspresikan daya

kritisnya dalam mencermati kebenaran sebuah pendapat. Adapun santri yang

mengikuti metode ini adalah santri-santri yang berada pada tingkat menengah.

Metode muhawaroh adalah suatu kegiatan berlatih percakapan dengan

Bahasa Arab hal ini biasanya diwajibkan bagi santri yang tinggal di asrama.

Keuntungan yang dapat diambil dari metode ini adalah semakin banyaknya

perbendaharaan mufradat (kosa kata) Bahasa Arab yang dikuasai oleh para

santri.

Metode muzdakarah adalah sebuah metode dengan bentuk pertemuan

ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah,

dan masalah agama pada umumnya. Metode ini dapat membangkitkan semangat

intelektual santri. Santri diajak berpikir ilmiah dengan menggunakan penalaran-

penalaran yang disandarkan pada Alquran dan Sunnah juga kitab-kitab klasik

Islam.

Metode majelis ta’lim adalah suatu metode menyampaikan ajaran Islam

yang bersifat umum dan secara terbuka, bisa diikuti oleg semua usia, golongan

dan jenis kelamin. Metode ini tidak saja untuk kalangan santri tetapi untuk

Page 54: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

43

kalangan masyarakat umum juga. Majelis ta’lim bukanlah kajian yang dilakukan

setiap hari, akan tetapi hanya dalam waktu-waktu tertentu saja.

b. Metode Kombinatif

Banyak ahli yang berusaha untuk melakukan pembaruan metode

pengajaran di pesantren, hal ini karena kemajuan zaman dan tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan. Berbagai metode pendidikan yang

berlangsung di pesantren yang bersifat tradisional dipandang perlu untuk

disempurnakan yaitu dengan melakukan penelitian terhadap efektifitas,

efesiensi dan relevansi metode-metode tersebut untuk menemukan kelemahan

dan keunggulannya. Maka dikombinasikan dengan metode-metode

pembelajaran modern.

5. Perkembangan Keilmuan Kitab Kuning

Kitab kuning merupakan salah satu sarana keilmuan untuk mempelajari

agama Islam, umumnya pesantren-pesantren yang yang ada di Indonesia

mengajarkan Kitab kuning sebagai kurikulum pendidikannya, dan para kiai dan

ulama menjadikan kitab kuning sebagai bahan kepustakaannya dan referensi

yang telah diakui dikalangan pesantren. Chosin Nasuha menyebutkan dari

beberapa penelitian yang didapat bahwa kitab kuning mengalami pertumbuhan

yang teramat cepat. Misalnya dari penelitian L.W.C van den Berg pada tahun

1886M menyebutkan bahwa di kalangan pesantren-pesantren yang ada di Jawa

dan Madura terdapat sekitar 54 judul kitab kuning, baik kitab kuning yang terdiri

dari kitab, matn, syarh, maupun hasiyah. Kemudian pada akhir abad ke 20,

Martin Van Bruinessen melaporkan bahwa “kitab kuning yang beredar di

pesantren Jawa dan Madura telah mencapai 900 judul kitab”. (1995, h. 135)

Menurut pada ahli perkembangan berbagai ilmu dalam Islam, seperti

tafsir, hadis, fiqih, dan ilmu-ilmu bahasa (nahw, sharf, dan balagah) semuanya

berjalan melalui proses dan tahapan-tahapannya. Sejarahwan mengakui bahwa

pertumbuhan ilmu yang pesat dalam kejayaan Islam berlangsung di masa

Abbasiyah di Bagdad. Karya intelektual yang lahir pada masa ini mencakup

berbagai cabang ilmu. Bukan saja ilmu-ilmu agama yang dikembangkan

melainkan ilmu-ilmu kealaman dan filsafat Yunani turut berkembang dengan

pesat dan bahkan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al Rasyid

dan Ma’mun. Buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari

Byzantium dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kegiatan

penerjamahan buku-buku seperti ini kira-kira berlangsung satu abad sampai

Bayt alHikmah didirikan sebagai lembaga penerjamahan, perpustakaan dan

pusat akademi di masa itu. Di antara ilmu-ilmu yang berkembang pada masa itu

adalah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah

dan filsafat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan terjadi hamper di

seluruh kekuasaan Islam seperti Mesir oleh Daulah Fatimiyah mereka

membangun kota Kairo dan membangun masjid Al Azhar kemudia berdiri di

masjid ini berdiri perguruan tinggi Islam internasional yang sangan megah dan

Page 55: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

44

lengkap masih berkembang sampai saat ini, yaiu Universitas Al Azhar.

Perguruan ini telah melahirkan ulama-ulama dunia yang menjadi pengembang

dan pengguna kitab kuning. Dinasti Umayyah di Spanyol berhasil membangun

masjid Cordova yang merupakan pusat keilmuan dan kebudayaan Islam di Barat

dan berhasil pula mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki

ratusan ribu kitab berbagai judul dan disiplin ilmu. Sampai akhirnya kemajuan

ilmu dalam Islam ini mengalami kemerostoan dankemandegan bersamaan

dengan kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di dunia sekitar tahun 1250-

1500M. (Siradj, 1999, h.255-257)

Keilmuan kitab kuning ditulis oleh tokoh-tokoh yang yang pemikirannya

mendominasi kalangan pesantren, antara lain: Ibn Hajar al-Asqallani, Zakariyya

al-Anshari, as-Syuthi, ar-Ramli, as-Subki dan ulama-ulama besar lainnya.

Pengamat menilai meskipun dunia Islam saat itu mulai mengalami kemunduran

telah lahir dua pemikir besar Islam dengan karya-karyanya yang mengandung

pemikiran positivism dan empirisme, yaitu Ibn Taimiyah dan Ibn Khaldun. Akan

tetapi karya-karya mereka tidak berkembang di lingkungan pesantren. Maka

kitab kuning yang muncul setelahnya hanya bersifat deskriptif terhadap karya-

karya ulama sebelumnya. Di Indonesia pada abad ke-19 muncul karya-karya

Syaikh Nawawi al-Bantani, karya-karya Syaikh Ihsan Jampes, dan lain-lain

keilmuan kitab kuning seluruhnya ditulis dalam tulisan Arab baik yang

berbahasa Arab maupun kitab kuning yang diberi makna dengan bahasa Jawa,

Melayu dicetak dan kemudia diedarkan ke mana-mana. (Siradj, 1999, h.257)

Penulisan isi dan materi kitab kuning yang beredar di pesantren-pesantren

Indonesia disebutkan bahwa tidak terlalu memperhatikan ilmu-ilmu duniawi,

akan tetapi metode rasionanya tetap masuk dipakai sebagaimana ilmu pada

umumnya, oleh sebab itu ruang lingkup materi kitab kuning adalah ilmu-ilmu

agama (al-‘ulum ad-diniyah) yang ditulis dengan pedekatan naqli dan

pendekatan aqli dan naqli sekaligus. Di sisi lain dunia ilmu mengenal empat

macam metode penalaran yaitu deduktif, induktif, genetika dan dialektika.

Menurut para ahli materi keilmuan kitab kuning dalam segala macam bentuknya

diproses melalui metode-metode tersebut dengan rincian sebagai berikut:

1) Metode deduktif (istinbath). Metode ini banyak digunakan untuk

menjabarkan dalil-dalil keagamaan (Alquran dan Hadis) menjadi masalah-

masalah fiqih yang dihasilkan melalui ilmu ushul fiqh

2) Metode induktif (istiqra’i). mengambil kesimpulan umum dari soal-soal

khusus. Metode ini juga dipergunakan oleh ahli fiqih untuk menetapkan

suatu hukum.

3) Metode genetika (takwini) adalah cara berpikir mencari kejelasan suatu

masalah dengan melihat sebab-sebab terjadinya, atau melihat sejarah

kemunculan masalah tersebut. Metode ini banyak dipergunakan oleh ulama

ahli hadis dalam meneliti status hadis dari segi riwayah dan dirayahnya.

4) Metode dialektika (jadali) adalah cara berpikir yang uraiannya diangkat

dari pertanyaan atau pernyataan seseorang yang dipertanyakan. Dasar-dasar

Page 56: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

45

metode ini banyak ditulis dalam kitab-kitab mantiq. (Siradj, 1999, h.259-

261)

Melihat metode-metode penalaran yang dipakai kitab kuning ternyata

sama saja dengan metode penalaran keilmuan pada umumnya, oleh sebab itu

pantasnya kitab kuning tetap membanggakan dan dipertahankan hanya saja

perlu perluasan dan pengembangan agar tetap dapat menjawab persoalan-

persoalan umat di masanya.

Tradisi pesantren dengan kitab kuningnya selalu berusaha untuk

menjawab kebutuhan zaman salah satu yang ditawarkan oleh para ahli untuk

keerlangsungan kitab kuning adalah dengan mengembangnkan pola pemikiran

dan perluasan cakupan kitab kuning. Salah satu tawaran yang diberikan adalah

dengan pemikiran ahl al-ra’y yaitu sebuah kecenderungan pemikiran

rasionalitas untuk menunjang aliran pemikiran ahl al-hadis di mana ahl al-hadis

dalam mengkaji dan menyelesaikan suatu persolan hukum lebih memperhatikan

aspek lahiriah dan riwayat suatu teks, (Siradj, 1999, h.272-279) oleh sebab itu

jika disandingkan pola pemikiran ahl ar-ra’y alangkah bijak untuk menjawab

persoalan-persoalan yang dialami umat di masa modrn seperti ini sehingga para

ulama dapat dengan mudah mengambil hukum suatu persoalan bauk dengan

cara komparasi kitab, pendapat atau pandangan para ulama dibelahan dunia

yang bisa saja suatu persoalan tersebut tidak ditemukan di dalam kitab kuning

yang beredar di pesantren saat ini.

Kitab kuning, bagaimanapun bentuk perkembangan keilmuan yang

diharapkan baik dari perkembangannya, pola pemikirannya dan bentuk

penyajiannya sumbernya tetaplah sama yaitu Alquran dan Hadis. Semua

permasalahan yang dikaji dan disajikan oleh kitab kuning berkisar dari dua

sumber ini Alquran dan Hadis nabi.

6. Kitab Kuning Dalam Kurikulum Pesantren

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi,

maupun bahan kajian dan pelajaran serta penyampaian dan penilaian. Kitab

kuning dapat dikatakan sebagai kurikulum dalam pesantren. Penelitian Martin

Van Bruinessen kajian kitab kuning dapat diklasifikasikan dalam delapan pokok

bidang kajian, yaitu:

1) Fiqih 20%

2) Aqidah/ushuluddin 17%

3) Tata Bahasa Arab (nahwu, sharaf, balagah) 12%

4) Hadist 8%

5) Tasawuf 7%

6) Akhlak 6%

7) Doa, wirid, mujarabat 5%

8) Qishash al-anbiya; maulid; manaqib 6% (Bruinessen,

1995, h.135)

Menurut Bruinessen kitab-kitab kuning yang menjadi kurikulum

pesantren dapat diklasifikasikan dalam bidang kajian sebagai berikut:

Page 57: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

46

1) Ilmu Alat

Ilmu alat atau ilmu bantu yang dikaji di pesantren terdiri dari berbagai cabang

tyata Bahasa Arab yang diklasifikasikan menjadi ilmu alat di antaranya:

Nahwu : Al-Jurumiyah, Imrithi, Mutammimah, Asymawi, Alfiyah,

dan awamil

Sharaf : Kailani, Amtsilat al Tasrifiyah, dan maqshud

Balaqhah : Jauharul Maknun, Uqudul Juman

Mantiq : Sullam al-Munawwaraq dan Idhah al-Mubham

2) Fiqih

Kitab Fiqih mendapat perhatian yang cukup besar di pesantren seolah

menjadi prioritas utama, dan terdapat bebagai macam kitab Fiqih yang dikaji

di pesantren, akan tetapi kajian Fiqih di pesantren-pesantren di Indonesia

hanya mengacu pada Fiqih syafi’i2. di antara kitab-kitab Fiqih yang sering

digunakan pesantren adalah:

Fiqih : Taqrib, Fath al-Qarib, Minhaj al-Qawim, sula al-

Taufiq, Mabadi’ al-Fiqh, Fath al-Muin, Kifayat al-

Akhyar, Bajuri, Iqna’, Fath al-Wahab Mahalli

Ushul Fiqh : Waraqat, Syarah Waraqat, Lataif al-Isyarat, Jam’ul

Jawami’ al-Asbah wa al Nazhair

3) Aqidah/Tauhid

Pesantren-pesantren di Indonesia mayoritas berpaham Asy’ariyah

sebagaimana paham mayoritas yang dianut masyarakat Indonesia, oleh sebab

itu kitab-kitab Tauhid yang dikaji di pesangtren beraliran paham Asy’ariyah.

Di antara kitab yang dikaji adalah:

Kifayat al-Awam, Dasuki, Aqidah al-Awam, Fath al-Madjid, jawahirul

Kalamiyah, Husnul Hamidiyah, dsb

4) Tafsir

Kajian tafsir dimasukkan untuk kelas Aliyah di pesantren, kitab tafsir yang

dipakai di pesantren di antaranya: Tafsir Jalalalain, Tafsir Baydhawi, Tafsir

Munir, tafsir Ibn Katsir, Jami’ al Bayan

5) Hadis

Kitab-kitab hadis yang sering dipakai di pesantren di antaranya:

Hadis : Bulugh al-Muram, Riyadh al-Salihin, Sahih Bukhari,

Shahih Muslim, Durrotun Nashihin, Mukhtar al-Hadis,

Arba’in Nawawiyah, Tanqih al-Qaul, dsb

Ulum Hadis : Mihdad al-Mugis, Baiqunah, Syarah Baiqunah

2 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, …., h112

Page 58: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

47

6) Akhlak/Tasawuf

Kajian Tasawuf maupun akhlak mendapat kajian yang utama juga

dipesantren sesuai dengan motto pesantren littafaq fiddin. Adapun kitab-

kitab yang dipakai di antaranya adalah:

Akhlak : Akhlaq lil Banin, Akhlaq lil Banat, Irsyadul Ibad, Nashaih

al-Ibad, dan Ta’lim al-Muta’allim

Tasawuf : Ihya’ ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj al-Abidin,

Hikam, Syarah Hikam, Risalah al-Mu’awwanah, dsb

7) Sejarah (Tarikh)

Kebanyakan kitab tarikh yang dipelajari/dikaji di pesantren hanya terbatas

pada sejarah Nabi dan khulafa al rasyidun. Di antara kitab yang sering dipakai

adalah Khusunul yaqin, Dardir, dan Barzanji. Kemudian beberapa maulid

dan manaqib.

Menurut penelitian Mahmud Yunus terdapat kesamaan kitab-kitab kuning

yang menjadi kurikulum pesantren di Indonesia, baik pesantren yang ada di

pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau-lau lainnya. Adapun kitab-kitab yang

menjadi kurikulum pesantren Musthafawiyah Purba Baru saat ini adalah:

KURIKULUM PESANTREN MUSTHAFAWIYAH TAHUN 2018

KELAS KITAB

a. Kelas I (Tsanawiyah)

1. Nahwu

2. Sharaf

3. Fiqih

4. Tauhid

5. Akhlaq

6. Tajwid

7. Tarikh

8. Bahasa Arab

9. Juz Amma

- Al-Jurumiyah

- Amtsilat al-Tashrifiyah

- Durus al-Fiqihiyah

- Al-Aqoid Diniyah

- Pelajaran Akhlak (Arab

Melayu)

- Tajwid al-Quran

- Khulasoh Nurul Yaqin

- Ta’lim Lughot al-Arabiyah

- Juz Amma

b. Kelas II (Tsanawiyah)

1. Nahwu

2. Sharaf

3. Fiqih

4. Tauhid

5. Tajwid

6. Hadist

7. Tarikh

8. Ahklak

- Mukhtasor Jiddan

- Matn Bina wa al-Asas

- Matn Goyah wa at-Taqrib

- al-Aqoid al-Diniyah

- Hidayat al-Mustafid

- Arba’in an-Nawawiyah

- Khulasot Nurul Yaqin

- Washaya al-Aba’I li al-

Abna’i

Page 59: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

48

9. Bahasa Arab

10. Juz Amma

- Ta’lim Lughot al-Arobiyah

- Juz Amma

c. Kelas III (Tsanawiyah)

1. Nahwu

2. Sharaf

3. Fiqih

4. Tauhid

5. Hadist

6. Tarikh

7. Akhlak

8. Tafsir

9. Faraid

10. Juz Amma

- Kawakib al-Durriyah

- Al-Kailany

- Bajuri

- Fath al-Majid

- ‘Usfuriyah

- Durus tarikh al-Islami

- Ta’lim al-Muta’allim

- Tafsir Showi

- Tuhfah al-Tsaniyah

- Juz Amma

d. Kelas IV (Tsanawiyah)

1. Nahwu

2. Sharaf

3. Fiqih

4. Tauhid

5. Tarikh

6. Akhlak

7. Hadits

8. Tafsir

9. Faraid

10. Bayan

11. Ushul Fiqih

12. Bahasa Arab

- Kawakib al-Durriyah

- Al-Kailany

- Bajuri

- Kifayat al-Awwam

- Durus Tarikh al-Islami

- Ta’lim al-Muta’allim

- Abi Jamrah

- Tafsir Showi

- Matn Ruhbiyah

- Al-Shoy

- Waraqat

- T’lim Lughat al-Arabiyah

e. Kelas V (Aliyah)

1. Nahwu

2. Sharaf

3. Fiqih

4. Tarikh

5. Tauhid

6. Hadist

7. Tafsir

8. Arud

9. Balagoh

10. Tasawuf

11. Qawaid

12. Mantiq

13. Ushul Hadits

14. Bahasa Arab

- Huduri/Ibn Aqil

- Majmu’ al-Tashrif

- Al-Syarqowy

- Durus Tarikh al-Islamy

- Husnu al-Hamidiyah

- Subul al-Salam

- Tafsir al-Showy

- Mus

- Jauwhar al-Maknun

- Minhaj al-Abidin

- Asbah wa al-Nazhair

- Idhah al-Mubham

- M

- Ta’lim Lughot al-Arabiyah

f. Kelas VI (Aliyah)

1. Nahwu

- Huduri/Ibn Aqil

Page 60: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

49

2. Fiqih

3. Tauhid

4. Hadits

5. Qawaid

6. Ushul Hadits

7. Tarikh I

8. Balagoh

9. Ilmu Tafsir

10. Mantiq

11. Tasawuf

12. Tarikh II

13. Ushul Fiqih

14. Tafsir

15. Bahasa Arab

- Al-Syarqowy

- Husnu al-Hamidiyah

- Subul al-Salam

- Asbah wa al-Nazair

- Mathla’ al-Anwar

- Nurul Yaqin

- Jauhar al-Maknun

- IlmuTafsir

- Idah al-Mubham

- Ihya ‘Ulumuddin

- Dardir

- Al-Luma’

- Tafisr Showy

- Ta’lim Lughat al-Arabiyah

g. Kelas VII (Aliyah)

1. Nahwu

2. Ushul Hadits

3. Tasawuf

4. Balagoh

5. Tauhid

6. Qawaid

7. Ushul fiqih

8. Ilmu Falaq

9. Tafsir

10. Mantiq

11. Hadist

12. Tarikh

13. Bahasa Arab

- Hudury/Ibn Aqil

- Mathla’ al-Anwar

- Ihya ‘Ulumuddin

- Jawhar al-Maknun

- Al-Dusuki

- Asbah wa al-Nadzair

- Al-Luma’

- Taqrib al-Maqasid

- Tafsir al-Showy III

- Idah al-Mubham

- Subul al-Salam

- Nurul yaqin

- Ta’lim Lughot al-Arabiyah

Kajian kitab kuning yang diselenggarakan di masjid pesantren, pesertanya

umum. Waktunya adalah ba’da magrib setiap hari kecuali hari Selasa. Adapun

kitab-kitab yang diulas dalam pengajian ini:

: 1. Fiqih : I’anah

: 2. Hadis : Mukhtar al-Hadis / Qatr al-Nada’

: 3. Tauhid : Al-Rudud

: 4. Zikir/Doa : al-Adzkar

: 5. Tasawuf : Ihya’ Ulumuddin

: 6. Tasawuf : Irsyad al-Ibad

: 7. Tasawuf : Nashaih al Ibad

Page 61: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

50

Gambar 1.2

Kitab Kuning Yang di Pakai di Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sejalan dengan penelitian ini beberapa penelitian tentang pesantren, kitab

kuning dan pendekatan teori belajar humanistik telah banyak dan sering menjadi

objek pembahasan penelitian para pakar ilmu di bidangnya. Di antara sekian

banyak penelitian yang dilakukan, beberapa hasil penelitian dijadikan sebagai

referensi dan pembanding. Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah:

1. Mulyani Mudis Taruna, Juni 2012 dalam Jurnal Analisa, Standarisasi

Penguasaan Kitab Kuning di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Nusa

Tenggara Barat. Fokus penelitiannya adalah standarisasi penguasaan

kitab kuning pada Pondok Pesantren salaf Nurul Hakim, di mana

pesantren ini tetap mengikuti arus modernisasi zaman dengan tetap

menjaga tradisi kajian kitab kuning. Standarisasi peguasaan kitab

dilakukan melalui standar evaluasi yang dilakukan setiap tahun. Orientasi

penetapan kitab kuning sesuai dengan kitab yang diajarkan dan jenis atau

program pengajian. Standarisasi penguasaan kitab kuning merupakan

otoritas pondok pesantren sebagai bagian dari program pendidikan formal

yang dikembangkan pesantren Nurul Hakim. Jika Mulyani melakukan

penelitian terhadap standarisasi penguasaan kitab kuning, maka penelitian

ini adalah untuk menyelidiki faktor rendahnya penguasaan santri terhadap

kajian kuning, fenomena yang menyebabkannya atau hambatan yang

Page 62: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

51

mungkin dihadapi selama proses pembelajaran kitab kuning dan strategi

pembelajaran yang dipakai dalam penyampaian kajian kitab kuning.

2. Muhammad Thoriqussu’ud, Juli 2012. dalam Jurnal Tajdid. Model-model

Pengembangan Kajian Kitab Kuning di Pondok Pesantren. Fokus

penelitiannya adalah model pengembangan (kurikulum) kajian kitab

kuning, yaitu mulai dari tingkat dasar yang mengajarkan kitab-kitab

sederhana, kemudian tingkat lanjutan, dan tingkat takhassus. Pengajaran

kitab kuning mempergunakan beberapa metode dan model dalam

pengembangan kajiannya, antara lain hafalan, sorogan, weton atau

bandongan, mudzakarah dan majelis ta’lim. Dari hasil penelitian ini

ternyata metode yang dipakai dalam pengajaran kitab kuning sampai saat

ini masih terjaga yaitu, hafalan, sorogan, weton atau bandongan,

mudzakaroh dan majelis ta’lim. Penelitian yang akan dilakukan berbeda

fokus yaitu untuk meneliti apakah strategi pembelajaran dengan memakai

metode-metode tersebut masih efektif untuk saat ini dalam pengajaran

kitab kuning.

3. Mukhtaruddin, Desember 2011 dalam Jurnal Analisa Volume XVIII.

Fokus kajiannya adalah Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning. Penelitian

ini menunjukkan bahwa kitab-kitab kuning yang menjadi standar

rujukan/kajian pada tiga pesantren yang menjadi tempat penelitiannya

antara lain mencakup bidang: Fiqih, Ushul Fiqih, Nahwu, Sharaf, Tauhid,

Balagah, Mantiq, Sejarah, Tafsir dan Waris. Kitab-kitab kuning yang

dipelajari di tiga pesantren tersebut hampir sama, perbedaannya adalah

kitab tertentu dipakai pada jenjang yang berbeda. Pesantren tempat akan

dilaksnakannya penelitian ini juga berkutat pada kajian bidang Fiqih,

Ushul Fiqih, Nahwu, Sharaf, Tauhid, Mantiq, Balagah, Sejarah dsb namun

fokus penelitian menitikberatkan kepada strategi pembelajaran yang

digunakan.

4. Syarif, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, November

2014. Tradisi Kontekstualisasi Kitab Kuning di Pesantren: Studi di

Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya. Fokus

penelitiannya adalah tradisi dan upaya kontekstualisasi kitab kuning di

pesantren. Tradisi membaca kitab kuning di pesantren Miftahul Huda

masih berlangsung sampai saat ini, dan masyarakat pesantren Miftahul

Huda Manonjaya mengkontekstualisasikan kitab kuning dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya untuk menyelesaikan dan menjawab persoalan-

persoalan isu-isu terkini yang berkembang di masyarakat, yang

jawabannya diperoleh dari Kitab kuning. Kontekstuliasasi kitab kuning

dengan masalah kekinian adalah salah satu strategi untuk mengurangi

kejemuan terhadap kajian kitab kuning. Penelitian yang akan dilakukan

akan meneliti apakah di tempat penelitian ditemukan strategi yang sama

ataukah ada strategi lain yang dipakai dalam pembelajaran kitab kuning.

5. Muhammad Roihan Daulay et al, 2017, Cultural Relevance of Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru against the Regeneration of Clerics in

Page 63: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

52

Mandailing Natal Regency, International Journal of Humanities and

Social Sciense Invention (IJHSSI), vol 6, no 9. Jurnal ini membahas

tentang relevansi budaya pesantren Musthafawiyah Purba Baru terhadap

regenerasi ulama di kabupaten Mandailing Natal. Dalam penelitian ini

lebih menekankan pemeliharaan tradisi yang dijalankan di pesantren

Musthafawiyah dalam pengkaderan ulama melalui disiplin santri yaitu

melalui 2 budaya yang menjadi ciri khas pesantren Musthafawiyah, yaitu

budaya fisik meliputi abit (sarung) lobe (lebai), saroben (turban), dan

solop (sandal) kedua budaya non-fisik melalui hafalan tata Basasa Arab

seperti Nahwu, sharaf, dan hafalan mahfuzat. Disiplin fisik dan non-fisik

yang diregulasikan oleh pesantren Musthafawiyah menjadi kekuatan

dalam regenerasi ulama tradisional di Mandailing Natal. Jika budaya fisik

non fisik ini tetap terpelihara maka regenerasi ulama berikutnya tetap

terjaga sebaliknya jika itu tidak ada lagi maka keberlangsungan

pengkaderan ulamapun tidak berlanjut. Penelitian ini berbeda focus

dengan penelitian dimaksud jika penelitian ini memfokuskan disiplin

dalam upaya regenerasi ulama, maka focus penelitian yang akan dilakukan

mengenai kajian kitab kuning.

6. Al Rasyidin, 2017, Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal, Journal of Contemporary

Islam and Muslim Societies, UIN Sumatera Utara, Jurnal ini menekankan

focus pada pemeliharaan kitab kuning yang dipakai di pesantren

Musthafawiyah dari masa ke masa tetap terjaga di mana kita-kitab yang

dipakai tetap sama. Mulai dari awal berdirinya pesantren Musthafawiyah

sampai sekarang ini kitab-kitab yang dipakai tetap sama dan terjaga.

Meskipun ada beberapa penambahan kitab dan buku-buku umum namun

tidak berarti kitab kuning ditinggalkan.

7. Hermansyah Putra, Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,

2009. Pondok Pesantren dan Tantangan Globalisasi. Penelitian ini

menunjukkan bahwa globalisasi tidak berpengaruh pada tataran akidah

komunitas pesantren. Akan tetapi globalisasi mempengaruhi kehidupan

santri, ustadz, metode, lembaga dan evaluasi pembelajaran di Pesantren

Musthafawiyah Purba Baru. Santri terpengaruh dengan diperkenalkannya

media produk global dalam pembelajarannya, misalnya internet dan

laboratorium bahasa, dan teknologi pertanian. Pola kepemimpinan yang

pada awalnya adalah kharismatik-peternalistik telah berubah lebih

demokratis mengikuti perubahan dunia. Akan tetapi Musthafawiyah tetap

berusaha membendung agar globalisasi tidak menjadi konflik di dalam

komunitas pesantren dengan melakukan antisipasi dini, di antaranya

dengan meneguhkan tradisi Islam dan nilai-nilai substantif melalui kajian

kitab kuning, pelestarian tempat tinggal santri seperti awal

kemunculannya, mengembangkan paradigma untuk tidak

mendikotomikan ilmu pengetahuan agama dan umum, dan santri

diberikan fasilitas modern. Penelitian yang akan dilakukan berbeda fokus,

Page 64: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

53

yaitu untuk meneliti strategi pembelajaran kitab kuning di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru, jika penelitian yang dilakukan adalah

moderniasi dan menjaga tradisi, maka penelitian ini akan mengeksplor

lebih jauh tradisi pemeliharaan kajian kitab kuning, strategi dan metode

pembelajarannya. Letak kesamaannya adalah pesantren Musthafawiyah

Purba Baru sebagai lokus yang sama bagi penelitian ini.

8. Ratna Syifa’a Rachmahana, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam

Pendidikan, Jurnal Pendidikan Islam el-Tarbawi, No.1 Vol. 1, 2008.

Jurnal ini mengulas aliran humanistik dan aplikasinya dalam dunia

pendidikan, yaitu bahwa psikologi humanistic telah memberikan

sumbangannya bagi dunia pendidikan alternative yang dikenal dengan

sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Humanistik

berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui

pembelajaran nyata dengan pengembangan aspek emosional, social,

mental dan ketrampilan dalam berkarir. Aliran psikologi humanistik

mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya

terhadap potesi-potensi positif yang ada pada setiap manusia. Penelitian

ini menjadikan karya Ratna Syifa’a ini sebagai referensi teori bukan

sebagai pembanding hasil penelitian, karena tulisannya lebih kepada

menjelaskan teori humanistik dalam pendidikan.

9. Uci Sanusi, Pembelarajan dengan Pendekatan Humanistik, Penelitian

pada MTsN Model Cigugur, Kuningan, Jurnal Pendidikan Agama Islam –

Ta’lim Vol.11, No.2 – 2013. Pembelajaran humanistik di MTsN Model

Cigugur Kuningan berjalan cukup baik dengan perlakuan guru terhadap

siswa sesuai dengan posisinya sebagai manusia yang dapat

dikembangkan. Upaya pembelajaran humanistik yang dilakukan MTsN

Model Cigugur Kuningan di antaranya adalah: 1) memperlakukan dan

melayani siswa seperti anak kandung sendiri, 2) pemberian reward pada

siswa yang berprestasi, 3) pemberian santunan pada siswa yang

berlatarbelakang ekonomi lemah, 4) pengembangan budaya madrasah

yang islami, pengembangan lesson study di antara guru mata pelajaran, 5)

pengembangan program ekstrakurikuler, 6) pemberlakuan peraturan

akademik bagi guru dan siswa. MTsN Cigugur Kuningan sebagai tempat

penelitian sebenarnya tidak menentukan sebuah kebijakan khusus

menyangkut pembelajaran humanistik, pelaksanaan pembelajarannya

dapat dianalisis melalui dokumen KTSP yang dikembangkan madrasah

tersebut dan keikutsertaan para guru dalam seminar dan pelatihan-

pelatihan bertema humanistik. Letak persamaan penelitian yang akan

dilakukan dengan penelitian Uci Sanusi ini adalah sama-sama meneliti

pendekatan belajar humanistik. Hanya saja tempatnya menjadi pembeda

yaitu antara madrasah negeri dengan pesantren. Kemudian penelitian yang

akan dilakukan menitikberatkan focus penelitian pada kehidupan santri di

gubuk dan program ekstrakurikuler pesantren, sementara penelitian

Page 65: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

54

Sanusi adalah meneliti pembelajaran di MTsN secara keseluruhan melalui

dokumen KTSPnya.

E. Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mentukan

keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran demikian penting

kedudukannya sehingga metode dikatakan sebagai alat motivasi ekstrinsik,

sebagai strategi pembelajaran, juga sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Metode dapat mempengaruhi belajar, (Hanafiah & Suhana, 2009,

h.57) Sanjaya kemudian menegaskan bahwa metode pembelajaran digunakan

untuk merealisasikan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan oleh seorang

guru. (2011, h.125)

Begitu pula proses pembelajaran di pesantren, seorang ustadz dituntut

untuk menguasai metode pembelajaran yang tepat, agar proses pembelajaran

kitab kuning dapat berjalan dengan efektif. Lembaga pesantren dalam

pembelajaran kitab kuning telah dikenal metode-metode tradisional yang sudah

mengakar dalam sistem pembelajarannya yaitu, metode sorogan, bandongan,

muzdakaroh dan sebagainya. Begitu pentingnya metode pembelajaran sehingga

para guru betul-betul dituntut untuk menguasai metode-metode pengajaran.

Dengan demikian guru yang tidak menguasai dan tidak menggunakan metode

pengajaran maka materi pelajaran akan sulit diserap para siswa.

Menurut teori pendidikan keberhasilan suatu proses pendidikan dapat

dipengaruhi berbagai jenis factor yang mengitarinya. Keberhasilan suatu tujuan

proses pendidikan yang mengalami kegagalan, tentu ada faktor sebagai

penghambatnya, begitu sebaliknya jika tujuan pembelajaran yang cita-citakan

menjadi kenyataan, maka ada faktor yang mendukungnya.

Demikian halnya penguasaan kitab kuning, kemampuan santri membaca

dan memahami isi kandungan kitab kuning, tentunya ada upaya yang dilakukan

oleh seorang ustadz sebagai guru dalam proses pengajarannya, begitu juga ada

upaya yang dilakukan pesantren melalui program-program yang telah ditetapkan

dan fasilitas yang telah disediakan dalam mendukung keberhasilan santri

menguasai kitab kuning dengan baik. Penelitian ini akan menyelidiki upaya-

upaya yang dilakukan oleh pesantren dan para ustadz dalam meningkatkan

penguasaan kitab kuning. Apabila santri mengalami kesulitan dalam membaca

kitab kuning tentu akan kesulitan pula dalam memahami isi kitab tersebut, maka

tujuan pengajaran kitab kuning yang dicita-citakan yaitu littafaqquh fiddin akan

menemui kegagalannya. Penelitian ini akan menyelidiki faktor pendukung dan

penghambat dalam proses pengajaran kitab kuning, serta upaya-upaya yang

dilakukan oleh pesantren Musthafawiyah dan para ustadznya untuk

meningkatkan penguasaan santri terhadap kajian kitab kuning. Skema berikut

ini disiapkan sebagai kerangka konsep yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini agar sesuai dengan batasan dan rumusan masalah yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Page 66: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

55

Dilihat dari sudut pandang teori belajar humanistic, kehidupan santri

pesantren Musthafawiyah telah memenuhi teori belajar humanistic jika diamati

dari sudut kehidupan santri yang tinggal dilingkungan banjar (komplek gubuk-

gubuk para santri) yang diberikan kebebasan untuk belajar, kemandirian dan

sosialnya. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan santri

yang tinggal di asrama.

Humanistik menekankan sistem pembelajaran bebas dan mandiri, bukan

pendidikan dengan ancaman dan bukan karena paksaan, artinya keinginan

belajar merupakan motivasi dan kesadaran santri sendiri. Akan tetapi

lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangannya, aktualisasi

diri yang ditekankan teori humanistic, di pesantren Musthafawiyah Purba Baru

tercermin dari kemandirian para santri yang tinggal di gubuk-gubuk (kobong)

istilah populernya dalam dunia pesantren nasional, mereka mengatur jadwalnya

sendiri mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali di malam hari, menyiapkan

makanan sendiri, mencuci sendiri.

Para santri terikat oleh peraturan-peraturan layaknya sekolah pada

umumnya ketika mereka memasuki kelas untuk belajar secara klasikal. Namun

pada situasi inipun kelihatan aktualisasi dan naturalisasi diri santri tersebut,

yaitu ketika santri tersebut terganggu dengan kelelahan misalnya atau kejenuhan

yang mengenai diri santri maka santri tersebut akan terlihat malas-malasan

selama proses pembelajaran di kelas berlangsung sehingga santri belajar tidak

memberikan respon atau feedback selama di kelas. Tugas para ustad seperti

anjuran teori humanistik agar guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Dalam konsep ini pesantren telah menyediakan berbagai fasilitas untuk

dimanfaatkan para santri untuk menggali ilmu di pesantren Musthafawiyah

Purba Baru, para ustad tidak bosan memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat

agar para santri termotivasi menyongsong diri untuk kemajuannya di masa

depan. Agar para santri semakin menumbuhkan kesadaran dan kemandirian

untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dan untuk menggunakan kesempatan

yang tersedia menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya di pesantren tersebut.

Untuk lebih terarah maka penelitian ini memberikan skema berpikir

seperti alur di bawah ini:

Page 67: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

56

KERANGKA BERPIKIR

Ustadz

Metode

pengajaran

UPAYA MENINGKATKAN

PENGUASAAN

KITAB KUNING

1. Program

2. Metode

3. Fasilitas Pesantren

1. Program

2. Fasilitas

SANTRI

FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PROSES

PENGAJARAN KITAB KUNING

1. Faktor siswa/santri

2. Faktor guru/ustadz

3. Faktor tujuan

4. Faktor bahan, alat, media

5. Faktor lingkungan & situasi

KAJIAN

KITAB

KUNING

1. Ilmu

alat/nahu/sha

raf/balagah,

dll

2. Fiqih

3. Tauhid

4. Tafsir

5. Hadis

6. Tarikh

7. Akhlak/

Tasawuf

Kesulitan Membaca

Kitab Kuning Kesulitan Memahami isi

Kitab Kuning

STANDAR

KOMPETENSI

Santri mampu

membaca,

memahami,

menguasai dan

mengamalkan

kajian kitab kuning

Page 68: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

57

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Objek dan Desain Penelitian

Penelitian merupakan suau penyelidikan ilmiah atau usaha yang

sistematis, terkendali, empiris, teliti, dan kritis terhadap fenomena-fenomena

untuk mencari suatu fakta, teori baru, hipotesis dan kebenaran. Dengan

menggunakan langkah-langkah tertentu agar ditemukan jawaban terhadap suatu

masalah. Melalui metode penelitian akan dapat mengetahui data yang dicari

untuk kemudian diolah dan digunakan untuk mengungkapkan permasalahan

yang diteliti.

Imam Gunawan berpendapat “penelitian kualitatif merupakan sebuah

metode penelitian deskriptif yang digunakan dalam mengungkapkan

permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi, kemasyarakatan, kepemudaan,

perempuan, olah raga seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan

untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama”. Penelitian yang dilakukan

dengan metode kualitatif agar diperoleh data secara alamiah atau natural dan

komprehensif yang sesuai dengan latar dan data yang diperoleh dilapangan,

bukan merupakan hasil rekayasa karena tidak ada unsur variable lain yang

mengontrol. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak

kualitatif bukan kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan alat pengukur.

(2013, h.79-82)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model study

kasus yang mendasarkan analisanya pada perolehan data dan fakta yang

ditemukan di lapangan. Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini

karena merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. Tujuan utama

dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial

dengan cara memberikan pemaparan berupa gambaran jelas tentang fenomena

atau gejala sosial tersebut dalam rangkaian kata yang pada akhirnya akan

menghsilkan sebuah teori.

Objek dari penelitian ini adalah masyarakat pesantren Musthafawiyah

Purba Baru, yang menitik beratkan pada pengamatan strategi pembelajaran kitab

kuning dengan setting pesantren Mustafawiyah Purba Baru yang terletak di

kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi ini

mengingat bahwa pesantren Mustafawiyah adalah pesantren pertama, tertua dan

terbesar di wilayah kabupaten Madina, posisinya yang strategis di Jalan Lintas

Medan-Padang dan berada tidak jauh dari pusat ibukota kabupaten dan teletak

dekat dengan lokasi pusat perkantoran PEMDA kabupaten MADINA. Pesantren

Mustafawiyah adalah pesantren tradisional yang sudah memakai sistem klasikal

berjenjang tetap eksis dan menjadi pilihan masyarakat untuk menimba ilmu

57

Page 69: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

58

sampai sekarang ini. Penelitian ini diplanningkan untuk dilakukan penelitian

lapangan mulai bulan Maret 2018.

Data yang akan diperoleh nantinya dalam penelitian ini merupakan data

yang berbentuk kata-kata dan tindakan hasil pengamatan, oleh sebab itu

pendekatan yang tepat untuk dalam penelitian adalah jenis deskriptif kualitatif.

Hal ini tejadi karena penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam

lingkup kehidupan pesantren yang berjalan secara wajar dan alamiah, bukan

dalam keadaan terkendali atau terisolasi.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek penelitian adalah para

ustadz dan santri sebagai informan, dirasa sudah cukup memadai untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan.

3. Kehadiran Penelitian

Kegiatan lapangan merupakan aktivitas sentral dari penelitian kualitatif,

terjun langsung mengunjungi lapangan, terlibat langsung dengan situasi

penelitian merupakan salah satu usaha mengembangkan hubungkan personal

dengan orang-orang yang diteliti. Pentingnya kedekatan dengan orang-orang

dan situasi penelitian agar peneliti dapat memperoleh pemahaman yang jelas

tentang realitas dan kondisi nyata yang diteliti.

Peneliti merupakan instrument kunci dalam penelitian kualitatif,

(Gunawan, 2013, h.95) oleh sebab itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak

diperlukan terkait penelitian yang telah dipilih yaitu penelitian dengan

pendekatan kualitatif. Pengumpulan data utama dalam penelitian ini, peneliti

secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan observasi lapangan dan

wawancara mendalam guna mendapatkan data-data dan informasi yang

dibutuhkan. Kehadiran peneliti di lapangan selain sebagai intrumen penelitian

juga sebagai pelapor yang merupakan faktor penting dalam seluruh kegiatan

penelitian ini.

4. Data yang Dikumpulkan

Kehadiran peneliti di lapangan penelitian agar memperoleh data utama

yang dicari. Data-data yang akan dikumpulkan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

a) Informasi mengenai sejarah, kondisi riil pesantren Mustafawiyah saat

sekarang. Data tersebut diperoleh melalui dokumen-dokumen maupun

catatan-catatan di lapangan ditambah dengan hasil wawancara dengan

pihak-pihak terkait yang di dokumentasikan baik melalui catatan

lapangan maupun rekaman suara.

b) Informasi mengenai strategi pembelajaran kitab kuning, kurikulum,

metode pembelajaran dan kondisi pembelajaran di pesantren

Mustafawiyah, baik melalui pengamatan langsung, wawancara, maupun

dokumen-dokumen terkait.

Page 70: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

59

5. Sumber Data

Sumber data secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data seconder.

1) Data Primer, adalah merupakan hasil pengamatan langsung dan

wawancara mendalam dengan informan dalam hal ini sebagai

informan, para ustazd dan santri mengenai strategi pembelajaran kitab

kuning, metode, dan kurikulum yang dipakai, faktor kesulitan dan

pendukung dalam pembelajaran kitab kuning.

2) Data Sekunder, adalah hasil kajian melaluidokumen-dokumen

pendukung baik mengenai kurikulum dan dokumentasi lainnya yang

berhubungan dengan pembelajaran kitab kuning di pesantren

Mustafawiyah.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalah

menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1) Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk

mrnjawab pertanyaan penelitian untuk kemudian dievaluasi terhadap aspek

tertentu yang diamati. (Gunawan, 2013, h.143) Emzyr mengutip pendapat

Garayibah bahwa sebuah observasi ilmiah merupakan perhatian terfokus

terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya,

mengungkap faktor-faktor penyebab dan menemukan kaidah-kaidah yang

mengaturnya. (2016, h.38) Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kondisi riil pesantren Mustafawiyah sekarang ini,

proses pembelajaran, dan kurikulum pengajarannya dengan menggunakan

metode observasi sederhana (simple observation) dan observasi partisipan di

mana peneliti ikut langsung berperan sebagai anggota masyarakat pembelajaran

kitab kuning di pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

2) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan Tanya jawab dengan tatap muka antara

peneliti dengan informan tentang masalah yang diteliti, dimana peneliti

bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir dari informan dengan

maslah yang diteliti. (Gunawan, 2013, h.162) Tujuan dari wawancara ini untuk

mendapatkan informasi lebih mendalam tentang strategi, metode dan kurikulum

pembelajaran kitab kuning, kondisi riil pesantren saat ini, baik kepada ustad dan

para santri, serta upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penguasaan

kitab kuning santri.

Page 71: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

60

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara

meneliti terhadap buku-buku, catatan, arsip tentang keadaan yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Baik kurikulum, nilai, dan dokumen

pendukung lainnya.

7. Teknik Pengolahan Data (Analisis Data)

Pengolahan data atau analisis data adalah sebuah kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan

mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan focus

masalah yang ingin dijawab melalui serangkaian aktivitas pengolahan data,

data-data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumbuk dapat

disederhanakan untuk akhirnya dapat dipahami dengan mudah. (Gunawan,

2013, h.209)

Analisis data sesuai dengan sifatnya sebagai penelitian kualitatif, terutama

dari hasil wawancara mendalam dan catatan-catatan lapangan diolah secara

kualitatif sesuai jenis data dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini akan

dilakukan analisis dan sintesis (menguraikan dan menyatukan). Imam Gunawan

mengutip dari Miles & Huberman tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam

menganilis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2)

paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi

(conclusion drawing/verifying). (2013, h.210) Untuk analisa data dalam

penelitian ini digunakan metode content analysis, dengan analisis data kualitatif

model Miles & Huberman, yaitu menganalisa data tertulis berupa hasil temuan

di lapangan meliputi konsep pendapat, teori, maupun prinsip tentang strategi

pembelajaran kitab kuning.

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan

polanya. (Sugiyono, 2017, h.92)

2) Paparan Data (Display Data)

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus

dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman analisis

sajian data. Data penelitian disajikan dalam bentuk uraian yang didukung

dengan matriks kerja.

3) Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion drawing/verifiying)

Simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian

berdasarkan hasil analisi data. Simpulan disajikan dalam bentuk

deskriptif.

Page 72: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

61

Kegiatan analisa data digambarkan dala, gambar berikut:

8. Pengecekan Keabsahan Data

Setelah terkumpulnya data-data dari sumber data terkait, maka langkah

selanjutnya yang mesti dilakukan peneliti adalah mengecek keabsahan data

yaitu untuk meyakinkan data tersebut terhadap derajat kepercayaannya.

Menurut Tohirin “kebenaran data penelitian kualitatif dapat ditentukan dari

derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian data”. (2016,

h.71-75) Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah,

demikian sebaliknya data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil

penelitian yang benar. Oleh sebab itu peneliti berusaha mendapatkan data yang

diperoleh tidak cacat.

1) Credibility (Validitas internal)

Derajat kepercayaan (kredibilitas), menggantikan istilah validitas

internal pada penelitian nonkualitatif. Beberapa teknik pemeriksaan

kebenaran data dalam penelitian kualitatif adalah:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dalam penelitian kualitatif, Peneliti sekaligus sebagai instrumen.

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan peneliti adalah usaha peneliti dalam melibatkan diri

dalam komunitas masyarakat pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

Posisi peneliti sebagai instrument utama dalam proses pengumpulan

data menuntut peran serta dan terjun langsung dengan masyarakat

pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Setelah peneliti mendapatkan

banyak informasi tentang data-data yang diperlukan, peneliti masih

menambah waktu keterlibatan peneliti dalam komunitas tersebut

dalam kehidupan sehari-hari sampai dinyatakan bahwa data yang

diperoleh dirasasudah cukup dan dapat dipertanggungjwabkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Data Collection

Data

Reduction

Data Display

Conclusion

drawing/verifiying

Page 73: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

62

Pengamatan secara terus menerus merupakan sebuah penyelidikan

yang konsisten untuk mendapatkan interpretasi yang lebih cermat,

mendalam, dan terinci dalam kaitan proses pengumpulan data di

lapangan penelitian sampai akhirnya akan menemukan data mana

yang perlu diamati dan yang tidak perlu untuk diamati untuk

menjawab focus penelitian.

c. Triangulasi Data

Tohirin mengutip pendapat Denzin, bahwa ada empat macam

triangulasi dalam penelitian kualitatif, (2016, h.73) yaitu:

1. Penggunaan sumber. Caranya antara lain (1) membandingkan

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)

membandingkan apa yang dikatan orang di depan umum

dengan dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

(4) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen terkait.

2. Triangulasi metode. Caranya adalah: (1) pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa

teknik pengumpulan data; (2) pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi peneliti. Caranya adalah dengan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali

derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan teori.

Tujuan triangulasi data dilakukan dalam penelitian ini adalah

untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang

diperoleh dari sumber lain pada masa penelitian di lapangan. Maka

triangulsasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

triangulasi sumber dan triangulasi metode. Artinya peneliti

membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan

informasi yang diperoleh melalui waktu, alat, dan metode yang

berbeda. Tringalusi data melalui sumber antara lain dilakukan dengan

cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan informan dan key informan. Dilakukan melalui cara 1.

Membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan

berikutnya; 2. membandingkan hasil wawancara pertama dengan

hasil wawancara berikutnya.

Penekanan hasil perbandingan wawancara maupun pengamatan

bukan menitikberatkan masalah kesamaan pendapat dan kesamaan

pandangan semata, tatapi lebih jauh dari itu untuk mengetahui alasan-

alasan terjadinya perbedaan untuk kemudian dievaluasi oleh peneliti.

d. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi. (peer debriefing)

Page 74: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

63

Mendiskusikan hasil data dengan orang lain paham penelitian

yang sedang dilakukan, sehingga diharapkan peneliti

mendapatkan masukan dalam bentuk kritik, saran maupun arahan

atas kekurangan tang mungkin terjadi dalam melakukan

penelitian.

e. Analisi Kasus Negatif

Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang

tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan data dan informai

yang telah dikumpulkan sebagai bahan pembaning.

f. Mengadakan Member Chek

Tujuan mengadakan member chek adalah agar informasi yang

telah diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan

laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

Maka member chek yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan setiap akhir wawancara dengan menyajikan data atau

jawaban yang telah diberikan informan. Tujuannya adalah agar

data yang diperoleh dapat diperbaiki apabila data tersebut tidak

sesuai menurut informan kemudian dilakukan pengurangan atau

penambahan jika dirasa perlu.

2) Transferability (Validitas eksternal)

Transferabilitas dalam penelitian kualitatif dapat dicapai

dengan uraian rinci. Untuk kepentingan ini peneliti berusaa

melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan

diusahakan dapat mengungkap secara khusus segala sesuatu yang

diperlukan oleh pembaca agar pembaca dapat memahami temuan-

temuan yang diperoleh.

3) Dependability (realibilitas)

Realibilitas instrumen menunjukkan sejauh mana alat pengukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Ide defandibilitas menekankan

perlunya peneliti untuk memperhitungkan konteks yang berubah-ubah

dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian bertanggung jawab

menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seting dan

bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi cara

pendekatan penelitian tersebut.

4) Confirmability (obyektivitas)

Konfirmabilitas berasal dari konsep objektivitas. Apabila

penelitian kuantitatif menekankan pada orang, maka objektivitas

dalam penelitian kualitatif menekankan pada proses yang berkaitan

dengan ciri-ciri data, dapatkah data tersebut dipatikan. Maka

konfirmabilitas digunakan untuk menilai proses yang dilalui peneliti

di lapangan.

Page 75: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

64

B. Pendekatan Data dan Keilmuan

1. Pendekatan Data

Peneliti menggunakan metode pendekatan data kualitatif, untuk

memperoleh data kualitatif tersebut peneliti mengumpulkan data melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian melakukan pengecekan

keabsahan data untuk menjamin temuan yang akurat, lalu melaksanakan teknik

analisa data untuk kemudian membuat simpulan dari tahapan penelitian yang

telah dilalui.

2. Pendekatan Keilmuan

Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus terhadap strategi

pembelajaran kitab kuning dalam upaya peningkatan kualitas kajian kitab

kuning santri pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

C. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara

Beberapa informasi penting yang ingin di dapatkan selama penelitian

lapangan, temuan dan informasi yang didapatkan di lapangan penelitian akan

dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah

yang telah dikemukakan. Maka agar lebih terarah maka dibutuhkan beberapa

pertanyaan yang akan digunakan panduan dalam wawancara sebagai salah satu

metode pengumpulan data di lapangan. Berikut beberapa kisi-kisi pertanyaan yang

akan dipakai sebagai pedoman wawancara, yaitu:

1. Implementasi strategi pembelajaran kitab kuning melalui pendekatan teori

belajar humanistik di pesantren Musthafawiyah

a. Proses pembelajaran tanpa ancaman, intimidasi dan hukuman

b. Pemberian reward sebagai penghargaan atas capaian belajar santri

c. Bagaimana hasrat belajar santri pesantren Musthafawiyah Purba Baru?

d. Bagaimana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan?

e. Bagaimaa ustad menumbuhkan kesadaran dan inisiatif santri untuk

belajar/mengaji?

f. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana kelengkapan pesantren

Musthafawiyah Purba Baru

2. Kendala atau Problem yang dialami dalam pembelajaran kitab kuning di

pesantren Musthafawiyah Purba Baru

a. Situasi dan Kondisi pembelajaran kitab kuning baik pembelajaran

dalam kelas maupun di luar kelas

b. Kehidupan santri di pesantren Musthafawiyah Purba Baru meliputi

kehidupan asrama dan kehidupan gubuk santri

Page 76: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

65

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Di dalam BAB IV ini aka dipaparkan temuan dan pembahasan mengenai data

dan hal yang telah ditemukan selama penelitian di lapangan. Kemudian data yang

telah ditemukan dikaitkan dengan teori yang telah dipaparkan pada BAB II

sebelumnya. Bagian-bagian yang menjadi pembahasan dalam BAB ini meliputi

profil pesantren Mustafawiyah sebagai tempat penelitian, pendekatan teori belajar

humanistik dalam kajian kitab kuning di pesantren Mustafawiyah, dan kendala

dalam pengajaran kitab kuning di pesantren Musthafawiyah.

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Pesantren Musthafawiyah terletak di desa Purba Baru Kecamatan Lembah

Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Pesantren ini

terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan kota Kabupaten berada di jalan lintas

Medan Padang. Pesantren Musthafawiyah Purba Baru didirikan pada Tahun 1912

oleh Syekh H. Musthafa Husein Nasution.

Gambar 1.3

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal Sumatera Utara

65

Page 77: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

66

1. Sejarah singkat pesantren Musthafawiyah Purba Baru

Syekh Musthafa Husein Nasution adalah pendiri pertama pesantren

Musthafawiyah Purba Baru, Syekh Musthafa Husein Nasution mempimpin

pesantren Musthafawiyah mulai tahun 1912 s.d 1955 dengan jumlah santri pada saat

itu 450 orang yang dihitung pada akhir jabatannya dengan ruang belajar saat itu

berjumlah sembilan ruang kelas.

Syekh Musthafa Husein Purba Baru adalah salah seorang Ulama terkemuka di

Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang hidup pada tahun 1886 – 1955. Syekh

Musthafa Husein dilahirkan di pasar Tanobato, Kayu Laut, Mandailing Natal

(dulunya Tapanuli Selatan) pada tahun 1303H/1886M. pada tahun 1900 beliau

berangkat ke Mekkah Bersama rombongan haji pada tahun itu, untuk melaksanakan

ibadah haji, seterusnya menuntut ilmu di Mekkah selama 12 (dua belas) tahun.

Selama tujuh tahun belajar di Masjidil Haram belaiau sudah dapat mengajar dengan

keistimewaan kemahirannya dalam bidang Fiqih.

Pada tahun 1911 belau kembali ke tanah air disebabkan orangtuanya

meninggal dunia, setelah itu beliaupun mengadakan pengajian dari surau ke surau,

masjid ke masjid di sekitar tempat tinggalnya dan pengajaran yang disampaikannya

pun mendapat sambutan yang baik dari masyarakat pada waktu itu. Semakin hari

murid-muridnya semakin ramai yang dating belajar pada syekh Musthafa Husein.

Demikianlah pada tahun 1915 terjadi banjir bandang di Tanobato yang menyebabkan

tenggelamnya desa tersebut, maka pengajianpun dipindahkan ke desa Purba Baru.

Di desa Purba Baru kemudia Syekh Mustafa Husein membangun Madrasah

Musthafawiyah untuk pertama kalinya. Pada awalnya santri belaiu dari Tanobato

hanya berjumlah sekitr dua puluh orang, lambat laun semakin tahun santri-santri

semakin bertambah. Hingga pada tahun 1959 telah berdiri Gedung megah dengan

duapuluh ruang kelas. Nama Syekh Musthafa Husein pun diabadikan di Gedung

utama UIN Medan, Sumatera Utara.

Periode kedua kepemimpinan Pesantren Musthafawiyah dilanjutkan oleh putra

Syekh Musthafa Husein yaitu H. Abdollah Musthafa Nasution, beliau memimpin

pesantren Musthafawiyah setelah ayahandanya Syekh Musthafa Husein Nasution

meninggal dunia dan memimpin pesantren Musthafawiyah dari tahun 1955 s.d 1995.

Pada era kepemimpinan H. Abdollah Musthafa Nasution mengalami kemajuan

yang sangat pesat di berbagai bidang baik jumlah santri maupun pembangunan

sarana dan prasarana. Pada masa kepemimpinan ini santri yang belajar di pesantren

Musthafawiyah berasal dari berbagai daerah di pulau Sumatera, dari pulau Jawa,

Timor Timur, bahkan dari negara tetangga Malaysia dan Saudi Arabia. Pada saat ini

santri yang belajar mencapai jumlah 8.500 santri, dengan 75 ruang kelas, 50 kamar

santri wanita, 1 ruang perpustakaan, 2 unit masjid, 1 unit koperasi dan 1 ruang

perkantoran guru dan administrasi pesantren.

Setelah H. Abdollah Musthafa meninggal dunia kepemimpinan periode ketiga

dilanjutkan oleh Drs. H. Abdul Kholik Nasution adik kandung dari H. Abdollah

Mushtafa yang merupakan putra kandung dari Syekh Musthafa Husein Nasution

pendiri pertama pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Drs. H. Abdul Kholik

Nasution memimpin pesantren Musthafawiyah Purba Baru mulai tahun 1995 s.d

Page 78: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

67

2003. Pada periode kepemimpin ini hanya terdapat penambahan ruang kelas menjadi

77 ruang kelas.

Tahun 2003 sampai sekarang estafet kepemimpinan pesantren Musthafawiyah

Purba Baru dilanjutkan oleh H. Mustafa Bakri Nasution cucu pendiri Pesantren

Musthafawiyah yang merupakan putra dari H. Abdollah Musthafa Nastution

pemimpin periode kedua.

H. Musthafa Bakri Nasution dengan jiwa yang maksimal berusaha mengikuti

jejak ayahandanya dalam pembangunan pesantren di segala bidang. Pembangunan

pertama dengan memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan para ustadz, santri,

sarana dan prasarana guna menunjang kemajuan pendidikan pesantren. Pada

kepemimpinan ini jumlah santri melonjak sangat jauh mencapai jumlah 11.501

santri, dengan 100 ruang belajar, meliputi 195 rombongan belajar, 61 ruang asrama

putri, 1.114 pondok (gubuk) santri putra, 1 unit perpustakaan, 2 unit masjid, 1

koperasi, 4 ruang perkantoran, 3 unit lab bahasa, 2 unit lab komputer dan 1 unit ruang

internet.

2. Motto dan Tujuan Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

a) Motto

يرفع اهلل اذلين امنوا منكم واذلين اوتو العلم درجاتArtinya: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan

orang-orang yang didatangkan ilmu beberapa derajat”.

b) Tujuan

Mencetak Ulama yang berakhlakul karimah berdasarkan ahlus sunnah

waljamaah yang bermazhan Syafi’i.

3. Visi dan Misi Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

a) Visi Pondok Pesantren Musthafawiyah

Visi pondok pesantren Musthafawiyah purbabaru kecamatan Lembah

sorik Marapi provinsi Sumatera Utara adalah :

Kompetensi di bidang ilmu, Mantap pada Keimanan, Tekun dalam

ibadah, Ihsan setiap saat, Cekatan dalam berpikir, Terampil pada urusan

Agama, Panutan di tengah masyarakat.

b) Misi Pondok Pesantren Musthafawiyah

1) Melanjutkan dan melestarikan apa yang telah dibina dan

dikembangkan oleh pendiri pondok pesantren Musthafawiyah Purba

Baru Syekh H. Musthafa Husein Nasution untuk menjadikan Pondok

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dihormati

dalam upaya mencapai kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, dengan

tetap solid menganut faham ahlus sunnah wal jamaah (Madzhab

Syafii)

2) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan baik pengetahuan

umum khususnya pengetahuan agama terutama yang menyangkut

Page 79: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

68

iman, islam, akhlakul karimah dan bebagai ilmu yang dibutuhkan

dalam kehidupan.

3) Secara serius melatih peserta didik agar mapu membaca, mengartikan

dan menafsirkan serta mengambil maksud dari kitab-kitab kuning (

kitab-kitab keislaman yang berbahasa Arab)

4) Secara bertanggung jawab membimbing dan membiasakan peserta

didik dalam beribadah, berdzikir dan menerapkan akhlakul karimah

dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam maupun di luar lingkungan

Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

5) Dengan kejelian, menggali, mengembangkan minat dan bakat peserta

didik sehingga mereka memiliki keterampilan (life skill) sesuai

dengan kebijakan dan kemampuan sekolah.

6) Dengan sungguh-sungguh dan kerkesinambungan membangun

kepribadian peserta didik sehingga mereka diharapkan mempunyai

kepribadian yang tangguh, percaya diri, ulet, jujur, bertanggung

jawab serta berakhlakul karimah, dengan demikian meraka akan dapat

menyikapi dan menyelesaikan setiap permasalahan hidup dan

kehidupan dengan tepat dan benar

7) Secara berkesinambungan menanamkan dan memupuk jiwa

patriotisme peserta didik kepada bangsa dan negara, tanah air,

almamater terutama sekali terhadap agama

4. Sturuktur Organisasi Kepengurusan Pesantren Musthafawiyah

Struktur Organisasi Kepengurusan Pesantren Musthafawiyah Purba

Baru Tahun 2017/2018

Pimpinan/Mudir : H. Mustafa Bakri Nasution

Wakil Mudir : H. Abdul Hakim Lubis

Pimpinan Asrama Putri : Hj. Zahara Hannum Lubis

Sekretaris : Drs. Munawar Kholil Siregar

Bendahara : H. Marzuki Tanjung

Wakil Bendahara : Ahmad Lubis, S.PdI

Roisul Muallimin : Amir Husein Lubis, S.PdI

Wakil Roisul Muallimin : H. Nurhanuddin Nasution

Bidang Kurikulum : H. Arda Billi Batubara

Bidang Kesiswaan : Ja’far Lubis

Bidang Keamanan : Bangun Siddik Siregar, S.PdI

Bidang Ibadah : H. Muhammad Dasuki Nasution

Bidang Kebersihan : H. Muhammad Nuaim Lubis

Bidang Sarana/Prasarana : Abdussomad Rangkuti, S.PdI

Kabid. Litbang : H. Mahmuddin Pasaribu

Kabag Perpustakaan : Akhlan Halomoan Nasution

Kabag Humas : H. Zulkarnein Lubis, S.PdI

Ka Koperasi Karyawan : Amir Husein Lubis, S.PdI

Page 80: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

69

Ka Ponpes Salafiyah : Ridwan Efendi Nasution, S.PdI

Ka MTs Pro SKB 3 Menteri : Muhammad Faisal Hs, S.Pi

Ka MAS Pro SKB 3 Menteri : Syamsul Bahri, S.Pd

Staf Administrasi/Tata Usaha : 1. Drs. Munawar Kholil Siregar

2. Yuhibban A. R Siregar

3. Abdul Kholid Nasution

4. Irpan Nasution

5. Akhyar Nasution, S.PdI

6. Ermina Pohan, S.PdI

7. Ridwan Efendi Nasution, S.PdI

8. Ahmad Tarmizi Lubis

5. Sarana dan Prasarana Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

Sarana dan prasarana yang dimiliki pesantren Musthafawiyah Purba Baru

sampai dengan saat ini adalah :

NO JENIS JUMLAH

A Tanah

1. Luas Tanah 11 Ha

B Bangunan

1. Ruang Belajar 100 ruang

2. Perpustakaan 1 unit

3. Kantor Mudir 1 ruang

4. Kantor Kepala Sekolah 4 ruang

5. Kantor Guru 5 ruang

6. Kantor Administrasi 4 ruang

7. Masjid 2 unit

8. Asrama Putri 96 ruang

9. Asrama Putra 6 unit

10. Kamar Mandi 12 ruang

11. WC 200 ruang

12. MCK 10 ruang

13. Pondok Santri 1.114 unit

C Laboratorium

1. Lab Komputer 2 ruang

2. Lab IPA

3. Lab Bahasa Arab 1 ruang

4. Lab Bahasa Inggris 1 ruang

5. Lab Internet 1 ruang

D Sarana Olah Raga

Page 81: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

70

1. Volley Ball

2. Bulu Tangkis

3. Tennis Meja

E Sarana Kesenian

1. Nasyid

F Sarana Ketrampilan

Bengkel Las

Bengkel Elektro

Bengkel Otomotif

Gambar 1.4

Laboratorium Bahasa dan Perpustakaan

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

Page 82: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

71

6. Program Pendidikan Pesantren Musthafawiyah

Program pendidikan yang diselenggarkan pesantren Musthafawiyah Purba

Baru merupakan gabungan dari pendidikan pesantren dan program pendidikan

pemerintah. Dengan detil sebagai berikut:

1) Program Pendidikan Pesantren

• Nama Sekolah : Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

• Alamat : Jl. Lintas Sumatera, Desa Purba Baru

• NSM : 510312130001

• Tahun berdiri : 1912

• Tingkat Pendidikan : Program pendidikan pesantren berjalan selama 7

(tujuh) tahun dengan 2 tingkatan:

-Tingkat Tsanawiyah kelas I s.d IV

-Tingkat Aliyah kelas V s.d VII

Kelas Tingkat ROMBEL SANTRI

LK PR JLH LK PR JLH

I Tsanawiyah 33 18 51 1.574 754 2.328

II Tsnawiyah 31 16 47 1.410 730 2.140

III Tsnawiyah 27 17 44 1.223 824 2.047

IV Tsanawiyah 25 13 40 1.076 857 1.933

V Aliyah 12 9 21 679 519 1.198

VI Aliyah 9 8 17 615 470 1.085

VII Aliyah 7 6 13 468 302 770

JUMLAH 144 91 235 7.045 4.456 11.501

Page 83: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

72

Menurut Ustad Munawwar Kholil bahwa rombongan belajar (rombel) yang

dibutuhkan untuk kapasitas yang mencukupi adalah 224 rombel, akan tetapi

mengingat jumlah ruang belajar yang tersedia masih kurang memadai, maka jumlah

santri perkelas bisa dikatakan over sehingga dimaksimalkan mencapai 50 sampai 60

santri perkelas. Kemudian untuk menyiasati jumlah santri yang over dibandingkan

dengan jumlah ruang belajar yang tidak cucup maka waktu belajarnyapun dibagi

menjadi dua kali, yaitu ada santri yang kelas pagi dan santri kelas sore.

Tabel Jumlah Guru dan Pegawai Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

No Ustadz/Pegawai Lk Pr Jlh

1 Ustadz 152 80 231

2 Pegawai 20 4 24

Jumlah 172 84 255

2) Program Pendidikan Salafiyah Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha

• Nama Sekolah : Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

• Alamat : Jl. Lintas Sumatera, Desa Purba Baru

Kec. Lembah Sorik Merapi

Kab. Mandailing Natal

Sumatera Utara

• NSM : 510312130001

• Izin Operasional : No.Kd.02.13/PP.007/902/2010

Tanggal 1 Juli 2010

• Jumlah Santri dan Rombongan Belajar

Kelas Tingkat ROMBEL SANTRI

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

VII Wustha 3 1 4 113 16 129

VIII Wustha 2 1 3 77 11 88

IX Wustha 3 1 4 158 45 203

Jumlah 8 3 11 348 72 420

• Guru dan Pegawai

No Guru/ Pegawai Lk Pr Jlh

1 Guru Mapel Agama 13 14 27

2 Guru Mapel Umum 8 9 17

Jumlah 21 23 44

• Jumlah santri dan lulusan

Tahun Ajaran Jumlah Santri Jumlah Lulusa

2003/2004 - -

2004/2005 - -

2005/2006 2.002 Santri 215 Santri

Page 84: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

73

2006/2007 2.293 Santri 424 santri

2007/2008 6.670 santri 802 santri

2008/2009 8.020 santri 850 santri

2009/2010 7.303 santri 840 santri

2010/2011 6.537 santri 768 santri

2011/2012 6.699 santri 611 santri

2012/2013 7.890 santri 672 santri

2013/2014 9.340 santri 690 santri

2014/2015 9.048 santri 653 santri

2015/2016 10.092 santri 653 santri

2016/2017 10.685 santri 840 santri

3) Program SKB 3 Menteri Tingkat Tsanawiyah (MTs)

• Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Swasta

(MTs) Musthafawiyah Purba Baru

Alamat : Jl. Lintas Sumatera, Desa Purba Baru

Kec. Lembah Sorik Merapi

Kab. Mandailing Natal

Sumatera Utara

• NSM : 121212130020

• Izin Operasional : No.1461 tahun 2010

Tanggal 3 September 2010

• Akreditasi : A

• Jumlah santri dan Rombongan Belajar

Kelas ROMBEL SAN TRI

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

VII 32 16 48 1.302 663 1.965

VIII 27 15 42 1.086 634 1.720

IX 22 14 36 894 591 1.485

81 45 126 3.282 1.888 5.170

• Guru dan Pegawai

No Guru/Pegawai Lk Pr Jlh

1 Guru 77 46 123

2 Pegawai 4 1 5

4) Program SKB 3 Menteri Tingkat Aliyah (MA)

• Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Swasta

(MAS) Musthafawiyah Purba Baru

• Alamat : Jl. Lintas Sumatera, Desa Purba Baru

Page 85: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

74

Kec. Lembah Sorik Merapi

Kab. Mandailing Natal

Sumatera Utara

• NSM : 131212130010

• Izin Operasional : No.1460 tahun 2010

Tanggal 3 September 2010

• Akreditas : A

• Jumlah santri dan Rombongan Belajar

Kelas ROMBEL SANTRI

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

X 17 13 30 780 539 1.319

XI IPA 6 5 11 244 205 449

XI IPS 8 6 14 324 249 573

XII IPA 5 5 10 194 196 390

XII IPS 6 4 10 236 161 396

Jumlah 42 33 75 1.778 1.350 3.128

• Guru dan Pegawai

No Guru/Pegawai Lk Pr Jlh

1 Guru 16 32 48

2 Pegawai 4 3 7

Jumlah 20 35 55

B. Analisis Dimensi Humanistik dalam Pembelajaran Kuning di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru

1. Pembelajaran Kitab Kuning Berlangsung Tanpa Ancaman

Pembelajaran kitab kuning di pesantren Musthafawiyah berlangsung tanpa

ancaman. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan santri yang tinggal di gubuk-gubuk

lebih bebas tanpa peraturan berarti yang mengatur hidup mereka sehari-hari. Sangat

berbeda dengan kehidupan santri yang tinggal di asrama yang diatur oleh jadwal, tata

tertib dan disiplin asrama. Santri sebagai siswa harus ditumbuhkan kesadarannya,

sehingga para santri memiliki motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu di

pesantren. Teori belajar humanistik mengedepankan kebebasan dan kemerdekaan

peserta didik, mereka diberikan kebebasan untuk beraktivitas di lingkungan

belajarnya. (Rachmahana, 2013) Siswa diberikan kebebasan untuk memilih aktivitas

belajarnya yaitu untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah.

Demikian pesantren Musthafawiyah Purba Baru telah menyiapkan fasilitas-fasilitas

yang memadai untuk mendukung para santri dalam menuntut ilmu, dalam hal ini

utamanya kajian kitab kuning, fasilitas tersebut adalah lab Bahasa sebagai tempat

kursus dan mengasah Bahasa Arab santri, pengajian rutin di masjid setiap hari

sebagai tambahan wawasan bagi santri di luar kajian kitab yang mereka peroleh di

Page 86: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

75

ruang kelas sehari-harinya, kemudian kelompok muzakarah baik kelompok

muzakarah antar santri maupun muzakarah dengan ustad pembimbing.

Keaktifan para santri selama menuntut ilmu di pesantren menentukan

keberhasilannya dalam kemantapan membaca dan memahami kajian kuning. Oleh

karenanya teori belajar humanistik tepat untuk diaplikasikan dalam kehidupan santri.

Guru berusaha membantu anak didiknya untuk mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki siswa tersebut. Guru memotivasi para siswanya untuk senantiasa aktif

dalam menuntut ilmu, menjauhkan kemalasan dan senantiasa memohon doa untuk

keberhasilannya. Sebuah pendekatan yang baik dari seorang guru tentu akan

memberikan kesan baik pula bagi siswanya. Hasil wawancara dengan ustad sebagai

narasumber di pesantren Musthafawiyah Purba Baru menunjukkan pendekatan-

pendekatan yang humanis terhadap para santri yaitu dengan memberikan nasehat

yang baik dengan lemah lembut layaknya seorang ayah yang menasehati anak

kandungnya:

“Bagi saya ketika santri belajar dengan kesenangan hati akan menimbulkan

kesungguhan dalam hatinya untuk menuntut ilmu, oleh sebab itu pertama-tama

sekali yang saya lakukan adalah memberikan nasehat baik ketika permulaan

pengajaran, ketika mengajar dan bahkan diakhir program pengajaran, tidak bosan-

bosannya saya memberikan nasehat, mungkin itulah salah satu usaha yang dapat saya

lakukan sembari memohon doa kepada Allah Swt agar anak didik saya senantiasa

patuh dan mengamalkan ilmu yang telah diajarkan”. saya selalu mengajak para santri

untuk فاستبقوا اخلريات" ” berlomba-lomba dalam kebajikan. Sebagai santri mesti

sabar dan berani hidup sederhana, hidup pas-pasana dan prihatin dalam menuntut

ilmu. Saya tidak pernah membedakan dan pilih-pilih mana santri yang menjadi

prioritas karena kemampuannya dan mana siswa yang tidak diprioritaskan”.

(Wawancara, 20 April 2018)

Pada satu kesempatan peneliti menulis nasehat yang diberikan ustad ini, yaitu

saat menutup pelajaran Nahwu di kelas yaitu ungkapan yang belau ambil dari kitab

ta’lim al mutallim yaitu hormat kepada guru:

ابوك ىف ادلين من علمك ىف ادلين فهو“Ise amang namangajarimu dalam agama, maka iama ayahmu di

dalam agama. (siapa yang mengajarimu di dalam agama maka

dialah ayahmu dalam agama)” Maka kuatkan niat dan tekat untuk

menuntut ilmu sebab sudah jelas bahwa:

واذلين اليعلمون يعلمون هل يستوى اذلين“Adakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak

berilmu”

Sumber lain yaitu ustad Syaiful menjelaskan:

“Ketika seorang santri mengalami masalah, baik dalam masalah pelajaran

maupun masalah pribadi, saya mencoba mendekati mereka secara face to face,

Page 87: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

76

karena cara itu bagi saya lebih bagus untuk mengetahui akar persoalannya dan

kemudian memberikan motivasi dengan nasehat-nasehat baginya”. (Wawancara 20

April 2018)

من ل إوذ ۥوهو يعظه ۦب نه قال لق ك ب بن ال تش ه ٱي لظل م عظيم لش ك ٱإن هلل١٣

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)

عبس ن جاءه ١وتولم ٱأ ع

ريك لعله ٢ ل ۥوما يد ك ٣يزArtinya: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. karena

telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin

membersihkan dirinya (dari dosa)” (QS. Abasa: 1-3)

Dua ayat tersebut mengajarkan bagaimana semestinya seorang guru

memperlakukan anak didiknya, yaitu dengan kelembutan. Dalam hal ini Luqman

dalam penyampaiannya penuh kelembutan yaitu dengan ungkapan (يا بن) “wahai

anakku” demikian itu adalah panggilan dengan jiwa dan kasih sayang. Pada ayat yang selanjutnya di dalam Surat Abasa, seorang diajarkan untuk menerima siapapun

siswa yang datang untuk belajar tanpa membedakan individunya tanpa membedakan

keadaan dan statusnya. Surat Abasa turun adalah sebagai teguran terhadap

Rasulullah ketika beliau sedang berhadapan dengan pembesar-pembesar Quraisy

dengan harapan agar pembesar-pembesar suku tersebut mau masuk Islam, tiba-tiba

datanglah seorang sahabat buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum, dia

mendatangi Rasulullah hendak meminta ajaran-ajaran tentang Islam, akan tetapi

karena menyambutnya dengan muka masam dan berpaling darinya, sebab saat itu

rasululah sedang menghadapi pembesar-pembesar suku Quraisy.

Pemaparan di atas menjelaskan bahwa layaknya seorang guru sebagai

pendidik, maka kesabaran, keteladanan dan kesungguhannya dalam membimbing

siswanya sangat ditekankan. Humanistik menawarkan konsepnya guru sebagai

pendidik dan fasilitator yaitu agar guru senantiasa sungguh-sungguh dan sekuat

tenaga dalam meotivasi siswa-siswanya, membangkitkan motivasi baik dalam diri

siswa untuk belajar agar potensi-potensi yang dimiliki siswa dapat dikembangkan

dengan maksimal.

Dari pemaparan teori belajar humanistik yang telah dikemukakan pada BAB

II sebelumnya, guru memposisikan dirinya sebagai seorang pembimbing,

pembimbing yang baik akan memperhatikan perkembangan siswanya, dengan bijak

pula guru harus memperhatikan kecenderungan-kecenderungan siswanya, seorang

guru senantiasa tidak menunjukkan sikap yang kasar yang membuat perasaan siswa

tidak suka mengkuti pengajarannya. Sebaliknya guru tersebut harus menunjukkan

Page 88: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

77

sikap yang bersahabat, membimbing mereka layaknya orangtuanya di rumah yang

dengan sabar menasehati dan memberikan arahan-arahan baik.

“Pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subjek yang merdeka,

bebas untuk menentukan arah hidupnya”. (Arbayah, 2013) Sebagai implementasi

dari konsep bebas tersebut, teori belajar humanistik menawarkan sistem Pendidikan

Terbuka, yaitu sebuah sistem Pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk beregerak, beraktivitas di lingkungan belajarnya, untuk memilih

aktivitas belajar mereka sendiri. (Rachmahana, 2008) Belajar tanpa ancaman

tercermin dari sistem ini. Pembelajaran yang menyenangkan akan menjadikan

suasana belajar yang efektif dan lebih hidup karena tidak adanya unsur intimidasi

yang membuat pesaraan siswa merasa tertekan.

Tujuan pembelajaran di pesantren adalah untuk littfaqquh fiddin yaitu

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam. Konsep belajar di pesantren

adalah lebih mengutamakan pengamalan sebagai hamba daripada sekedar prestasi

kognitif semata berupa hafalan-hafalan dan sebagainya. Oleh sebab itu dibutuhkan

kesadaran dari diri para santri sebagai tugasnya menuntut ilmu dengan ikhlas, tidak

perlu paksaan dalam hal ini. Teori belajar humanistik yang menawarkan kebebasan

tanpa ancaman dan paksaan telah terekam sebelumnya dalam ajaran Islam yaitu :

راه ىف ال دلين ٱإك د ٱقد تبي ي ٱمن لرش غ ل فر ب غوت ٱفمن يك من لط ويؤ

ٱب سك ٱفقد هلل تم س ٱب وة ٱلها و نفصام ٱال ل وث ق ٱ ل عر ٢٥٦سميع عليم هللArtinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali

yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 256)

Menurut teori belajar humanistik siswa belajar hendaknya tidak dipaksa,

melainkan dibiarkan belajar dengan bebas, diharapkan siswa mampu mengambil

keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang

diambilnya. Siswa hendaknya memandang bahwa pendidikan merupakan kebutuhan

untuk dirinya. (Siregar & Nara, 2014, h.34-38) akan tetapi menurut peneliti jika

ditinjau kembali dengan konsep pendidikan Islam yang mengajarkan keteladanan,

maka bebas di sini bukan berarti bebas yang tidak terkontrol. Oleh sebab itu

kebebasan yang diberikan mungkin akan lebih tepat bagi peserta didik yang

dianggap lebih dewasa, karena kematangan pemikiran dan kedewasaan yang mulai

tumbuh. Oleh sebab itu untuk santri-santri pemula tetap ada paksaan belajar, paksaan

dalam arti membiasakan mereka untuk melakukan hal-hal baik seperti disiplin

pesantren yang telah ditetapkan. Agar ke depannya menjadikan kebiasaan dalam

keseharian mereka.

Teori belajar bebas tersebut diberikan kepada santri pesantren Musthafawiyah

Purba Baru, bebas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kebebasan tersebut

tercermin dari kehidupan sistem gubuk bukan sistem asrama, oleh sebab itu

Page 89: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

78

kehidupan humanistik tersebut lebih terasa dalam program-program ekstrakulikuler

di pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Wawancara dengan ustad Munawwar

Kholil pejabat sekretaris pesantren Musthafawiyah Purba Baru menuturkan:

“Belajar yang humanistik itu akan lebih tergambar pada kegiatan

ekstrakurikuler di pesantren ini. Yaitu beberapa kajian kitab yang diselenggarakan

oleh pesantren. Kemudian humanistik itu juga tergambar dari kehidupan santri di

banjar (komplek gubuk-gubuk santri), di mana banjar itu tidak ada jadwal maupun

peraturan-peraturan mengikat yang dibuat oleh pesantren. Oleh sebab itu santri jadi

lebih bebas mengeksplor dirinya. Kami tidak membatasi para santri untuk tidak

menuntut ilmu di luar pesantren, selama ilmu-ilmu yang mereka tuntut masih sesuai

dengan pemahaman kita maka itu sah-sah saja. Banyak santri yang mengambil

kursus-kursus di luar sebagai tambahan pengetahuan yang mereka dapatkan di

pesantren ini, misalnya ikut pengajian-pengajian di masjid-masjid sekitar, menemui

ustad-ustad ke rumahnya, belajar jadi qari’, kursus komputer, Bahasa Inggris dan

lain sebagainya, walaupun pada intinya kegiatan-kegiatan itu ada di pesantren ini.

Akan tetapi hal yang demikian kami berikan kebebasan bagi santri untuk menambah

ilmu yang di dapat di pesantren. Baik santri yang belajar secara kelompok atau

perorangan. Di samping kursus-kursus tersebut santri-santri biasanya mengadakan

muzakarah mandiri di banjar, adakalanya mereka mengundang ustad untuk menjadi

mentor namun yang lebih umum santri senior yang memandu adik-adik kelasnya

untuk kegiatan muzakarah tersebut”

Santri bebas mengeksplor pengetahuannya, bebas menambah pengetahuannya

ke mana santri tersebut ingin menambah kajiannya selain kajian di kelas. Kehidupan

yang demikian menunjukkan bahwa pesantren Musthafawiyah Purba Baru

memberikan kesempatan kepada santrinya untuk menambah pengetahuan dari segala

sumber yang mereka inginkan. Salah satu teori belajar humanistik yang menuntut

kebebasan dan tanpa ancaman telah berlangsung dari masa ke masa di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru sampai saat ini. Kehidupan yang demikian sangat jelas

tergambar dari kehidupan gubuk yang menjadi tradisi pesantren Mushtafawiyah

Purba Baru.

“Kebebasan sebagai aktualisasi diri bagi peserta didik supaya kreatif”,

(arbayah, 2013) bebas dalam arti positif itulah yang diberikan pesantren

Musthafawiyah Purba Baru kepada santri-santrinya. Mereka bebas menambah ilmu

pengetahuan di luar jam pelajaran sekolah, santri diberikan kebebasan menuntut ilmu

di luar pesantren bahkan ada sampai mengikuti pengajian kitab di tempat lain.

Misalnya mengikuti pengajian di sebuah Lembaga tarekat yang dekat dengan

pesantren, mendatangi rumah ustad, mengikuti Lembaga kursus dan lain-lain.

Kebebasan yang diberikan tersebut menggambarkan penghargaan yang diberikan

oleh para ustad terhadap keinginan para santri untuk berkembang dengan baik,

menambah ilmu dan wawasan mereka di luar fasilitas pesantren. Keadaan yang

demikian diharapkan aktivitas positif yang dari para santri. dengan sendirinya

menemukan dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Aplikasi teori belajar humanistik dapat digambarkan dari beberapa aplikasi

belajar berikut ini:

Page 90: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

79

a. Open Education (Pembelajaran Terbuka)

Pendidikan Terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan

memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Dalam posisi ini guru hanya berperan

sebagai pembimbing. Ciri utama dari proses ini adalah lingkungan fisik kelas

yang berbeda dengan kelas tradisional, karena siswa bekerja secara individual

atau dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam proses ini mensyaratkan adanya

pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang

memungkinkan murid mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, topik-topik,

ketrampilan-ketrampilan atau minat tertentu.

Sebagai kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah sebagai

berikut:

1) Tersedia fasilitas yang memudahkan belajar

2) Suasana penuh kasih saying, hangat, hormat dan terbuka

3) Kesempatan bagi guru dan murid untuk Bersama-sama mendiagnosis

peristiwa-perstiwa belajar.

4) Pelajaran yang bersifat individual

5) Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui

murid dan membuat catatan penilaian secara individual

6) Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional guru

7) Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses

belajar yang membuat murid nyaman dalam melakukan sesuatu.

b. Cooperative Learning (Belajar Kooperatif)

Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan

dorongan berprestasi siswa. Dalam prakteknya belajar kooperatif memiliki tiga

karakteristik:

1) Murid bekerja dlam tim-tim belajar yang kecil, dan komposisinya

tetap selama beberapa minggu.

2) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan

yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok

3) Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

Adapun Teknik-teknik belajar kooperatif misalnya: team games

tournament, Student teams achievement divisions, Jigsaw, dan

Group investigation.

c. Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)

Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid

menjadi subjek yang harus merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan

mereka sendiri secara bertanggung jawab. Pada proses ini guru berfungsi

sebagai fasilitator. Dalam pelaksanaannya proses belajar mandiri lebih untuk

pembelajaran di tingkat atau level perguruan tinggi. Karena menuntut

kemandirian yang tinggi dari peserta didik.

Page 91: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

80

d. Student Centered Learning (Belajar yang Berpusat Pada Siswa)

Student Centered Learning merupakan strategi pembelajaran yang

menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri. Bertanggung jawab atas

pembelajaran yang dilakukan. Melalui Student Centered Learning siswa

diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan berpikir secara keritis,

mengembangkan sistem dukungan sosial untuk pembelajaran mereka, mampu

mmilih gaya belajar yang paling efektif dan diharapkan menjadi life long

learner dan memiliki jiwa entrepreneur. (Rachmahan, 2008)

Rachmahana mengutip Model-model belajar sistem Student Centered

Learning antara lain:

1) Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif). Prinsip belajar ini

adalah siswa belajar dari dan dengan teman-temannya untuk

mencapai suatu tujuan belajar dengan penuh tanggung jawab atas

hasil pembelajaran yang dicapai.

2) Collaborative Learning (Pembelajaran Kolaboratif). Prinsip

pembelajaran kolaboratif adalah bahwa pembelajaran merupakan

proses yang aktif. Mahasiswa mengasimilasi informasi dan

menghubungkannya dengan pengetahuan baru melalui kerangka

acuan pengetahuan sebelumnya.

3) Competitive Learning (Pembelajaran Kompetitif). Prinsip

pembelajaran ini adalah memfasilitasi siswa saling berkompetisi

dengan temannya untuk mencapai hasil terbaik. Kompetisi dapat

diakukan secara individual atau berkelompok.

4) Case Based Learning (Pembelajaran Berdasarkan Kasus). Prinsip

pembelajaran ini adalah memfasilitasi siswa untuk menguasai

konsep dan menerapkannya dalam praktek nyata. Dalam metode ini

analisis kasus yang dikuasai tidak hanya berdasarkan common sense

melainkan dengan bekal materi yang telah dipelajari. Pada akhirnya

metode seperti ini akanmemfasilitasi siswa untuk berkomunikasi dan

berargumentasi terhadap analisis suatu kasus. (2008)

Kemandirian tergambar dari kehidupan santri di gubuk-gubuk/banjar. Jauh

dari orangtua, hidup sendiri di gubuk tersebut, mengatur jadwal sendiri, mengelola

keuangan sendiri, hal ini akan mendidik santri lebih dewasa lebih matang dalam

perencanaan. Santri-santri pesantren Musthafawiyah Purba Baru dididik untuk tidak

hanya fokus menuntut ilmu di dalam kelas, lebih dari itu mereka telah terbiasa

dengan latihan kemandirian dan kedewasaan hidup di lingkungan banjar. Santri

mengatur kehidupannya mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali di malam hari.

Mereka mengisi kegiatan sehari-harinya atas inisiatif sendiri, maka sangat

dibutuhkan motivasi terus menerus dari ustad-ustadnya agar mereka tidak terlena

dengan kebebasan yang diberikan, santri harus disadarkan tanggung jawab mereka

sebagai santri dan tanggung jawab mereka sebagai anak kepada orangtuanya juga

tanggung jawabnya sebagai penuntut ilmu agama.

Page 92: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

81

Kemandirian begitu terasa pada kehidupan gubuk atau banjar santri keadaan

tersebut menggambarkan konsep independent learning (Pembelaran Mandiri) yaitu

“sebuah proses pembelajaran yang menuntut siswa menjadi subjek yang harus

merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan sendiri secara bertanggung jawab”.

(Rachmahana, 2008) Santri-santri di gubuk menjalani kehidupan sehari-hari sebagai

penuntut ilmu agama, iklim yang kita rasakan ketika memasuki area banjar pada

awalnya akan merasakan kehidupan yang prihatin. Namun ketika sudah

menjalaninya terasa sekali Pendidikan kemandirian pendewasaan di lingkungan

pesantren ini. Jauh dari orang tua menuntut santri harus bisa bertanggung jawab

penuh mengatur kehidupannya. Berapa belanja yang dikirimkan orang tua harus

mampu mencukupkannya, mereka memasak menyiapkan makanan sendiri, belanja

sendiri, menyuci pakaian sendiri, dan tinggal digubuknya sendiri.

Gambar 1.5

Suasana Gubuk Santri Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

Kemandirian hidup di gubuk juga telah mendidik santri untuk senantiasa

kreatif dan aktif dalam segala aktivitas, hal ini menunjukkan aktivitas konsep

pembelajaran student centered learning (belajar yang berpusat pada siswa), dengan

kemandirian dan pembiaran yang diberikan kepada santri mengatur hidupnya di

gubuk akan membiasakan mereka untuk senantiasa aktif bermuthala’ah (meninjau

kembali pelajaran-pelajarannya) dengan aktivitas tersebut santri akan menemukan

kekurangan dan ketidakpahamannya dalam suatu topik pelajaran.

Konsep Independent Learning dan Student Centered Learning telah

berlangsung di pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Kedua konsep ini tercermin

dari aktivitas muzakarah mandiri yang dilaksnakan para santri di banjar. Santri

mengikuti acara muzakarah tersebut dengan inisiatif sendiri tanpa ada paksaan dari

siapapun. “Lingkungan berperan dalam memberikan pengaruh tentunya dalam

perkembangan anak”. (Slameto, 2010, h.54) Banjar As-Suja’ adalah komplek yang

senantiasa jadi contoh untuk banjar-banjar lain di pesantren Musthafawiyah Purba

Baru, karena lingkungan iklim banjar As Suja’ yang lebih menggambarkan

kehidupan santri yang sebenarnya, di banjar ini tersedia musholla untuk tempat

sholat berjamaah karena untuk ke masjid Musthafawiyah lumayan jauh jaraknya, di

samping mushallah ada semacam aula untuk tempat bermuzakarah. Tempat inilah

Page 93: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

82

yang menajdi tempat santri bermuzakarah setiap malam, menurut informasi bahwa

santri-santri dari banjar lainpun berdatangan untuk mengikuti muzakarah di banjar

As-Suja’ ini.

“Muzakarah biasanya kami laksanakan di tempat ini setiap malam ba’da

Magrib dan dan ba’da Isya. Kakak-kakak kelas biasanya yang menjadi pemandu

(kelas V s.d kelas VII), akan tetapi sekali waktu kami juga mengundang ayah guru

untuk membimbing muzakarah ini, terutama ayah-ayah guru alumni pesantren ini

yang dulunya bermukim di banjar As-Suja’ ini. Peserta muzakarah tidak kami batasi,

siapa saja boleh mengikuti bahkan peserta dari banjar lainpun kami terima ikut

muzakarah di tempat ini. Biasanya yang kitab yang sering di muzakarahkan adalah

ilmu alat, yakni ilmu Nahwu dan Sharaf, tidak jarang juga kami muzakarahkan hal-

hal lain, misalnya ilmu tentang tajhiz al mait (pengurusan jenazah)”

Gambar 1.6

Susasana Kegiatan Muzakarah Santri di Banjar

Kesadaran para santri untuk mengikuti muzakarah baik dengan teman sebaya,

dengan senior atau dengan ustad pembimbing, menunjukkan keaktifan para santri

dalam menuntut ilmu, yaitu mereka memanfaatkan kesempatan dan fasilitas yang

tersedia, inilah gambaran dari Pendidikan Terbuka (Open Education), suatu proses

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak secara

bebas di sekitar lingkungan belajarnya dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri.

Muzakarah juga menyimbolkan konsep Cooperative Learning atau bejalar

kooperatif.

Tiga karakteristik belajar kooperatik adalah:

a) Murid bekerja dalam tim dan komposisi timnya bertahan sampai beberapa

minggu

Page 94: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

83

b) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang

bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok

c) Murid diberikan imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

(Rachmahana, 2008)

Pemberian hukuman punishment merupakan suatu cara untuk mengarahkan

sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku sebenarnya. Dalam dunia

Pendidikan hukuman adalah cara-cara terakhir yang dilakukan jika memang tidak

ada lagi cara yang ditemukan dalam usaha menyadarkan dengan arti memberi efek

jera. Berkaitan dalam hal pemberian hukuman di sekolah semestinya hukuman yang

diberika adalah hukuman yang mendidik bukan hukuman dengan kekerasan atau

hukuman yang memberatkan.

Pejabat Bidang Kurikulum, ustad Ardha memberikan statemen bahwa

pemberian hukuman sebenarnya tidak ada. Sekalipun ada hanyalah sebatas hukuman

yang mendidik misalnya hafalan surat atau nazham-nazham. Demikian itu bukanlah

hukuman yang memberatkan. Kemudian hukuman yang diberikan juga

menyesuaikan usia dan kedewasaan para santri. Hukuman biasanya diberikan kepada

santri-santri baru sebagai pemula, sebagai didikan penumbuh kesadaran mereka

dalam menuntut ilmu.

“Pada dasarnya sistem pembelajaran kita sama dengan sistem sekolah-sekolah

lainya, tetap ada hukuman. Akan tetapi hukuman yang kami berikan bukanlah

hukuman yang memberatkan, semua itu menyesuaikan usia dan kedewasaan santri.

Semakin tinggi kelasnya semakin dewasa santri tersebut, semakin dihapuskan

hukuman yang ada sampai hukuman tersebut tidak ada lagi pada santri-santri senior.

Penghapusan hukuman bagi santri senior bukanlah menunjukkan ketidakbisaan para

ustad menghukum, tetapi lebih kepada menghargai kedewasaan santri tersebut, para

santri senantiasa diberikan nasehat terus menerus untuk mendorong mereka agar

memaksimalkan waktu dankesempatannya belajar di pesantren ini, karena waktu

tujuh tahun itu adalah waktu yang sebentar, jika tidak dimanfaatkan dengan baik

santri tersebut akan mengalami penyesalan.” (Wawancara, 20 April 2018)

Wawancara dengan salah satu santri senior yang biasa memberikan arahan

muzakarah bagi santri-santri Juniornya Fadly menuturkan:

“Ayah-ayah kita (panggilan kepada ustad di pesantren Musthafawiyah adalah

sebutan “Ayah” dan “Buya”) tidak lagi memberikan hukuman di kelas, mungkin

karena sudah dianggap cukup dewasa. Sekalipun ada santri yang terlambat biasanya

ayah guru tetap membolehkan masuk mengikuti pelajaran” (Wawancara, 20 April

2018)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dipahami bahwa ancaman dan

hukuman kadangkala bukan sebagai cara terbaik dalam mendidik siswa sekalipun

kesalahan yang dibuat siswa tersebut berat, semestinya seorang guru mencari

alternatif lain untuk menyadarkan siswanya. Hubungan emosional guru dan murid

yang dijalin dengan baik akan memberikan pengaruh baik pula pada diri siswa.

Artinya kemampuan anak didik dalam menyikapi segala sesuatu berbeda-beda, ada

anak didik yang gampang tersulut emosinya ada juga anak didik yang menjadi

penakut. Ustad sebagai guru di pesantren Musthafawiyah Purba Baru tidak selalu

Page 95: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

84

memberikan hukuman, meskipun memberikan hukuman adalah hukuman yang

memberikan didikan. Hukuman itu diganti dengan pemberian nasehat atau

pendekatan secara personal dengan santri, meskipun masih ada ustad yang dengan

keras memberikan ancaman atau hukuman ituhanyalah sebagian kecil dari jumlah

ustad yang ada di pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

Hukuman dan ancaman bukan menjadi menjadi cara terbaik dalam

menyadarkan siswa dari kesalahan, sebab dari sekian banyak siswa tentu bermacam-

macam pula watak dan sifatnya. Demikian kiranya kemampuan siswa berbeda-beda

dalam menyikapi aturan-aturan yang ditetapkan Lembaga sekolahnya.

Aliran humanistik sangat menghargai potensi-potensi yang dimiliki oleh

siswa, oleh sebab itu humanistik sangat memperhatikan potensi-potensi tersebut.

Islam mengajarkan penghargaan terhadap potensi yang dimiliki manusia yaitu

dengan penciptaan manusia yang lebih sempurna daripada hewan. Potensi yang

dimiliki manusia berupa kelengkapan jasmaniah (fisiologis) dan ruhaniah

(psikologis). Makhluk ciptaan Tuhan manusialah yang mahkluk yang diciptakan

Allah dengan sebaik-baik bentuk, jika dibandingkan dengan mahkluk-makhluk lain

seperti hewan dan tumbuhan-tumbuhan manusia adalah bentuk ciptaan yang paling

baik.

نا نسن ٱلقد خلق ويم ل سن تق ح

٤ىف أ

Artinya: “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At-Tiin : 4)

Lalu keindahan bentuk yang telah diberikan kepada manusia dilengkapi oleh

Allah Swt dengan akal dan hati, sengaja diberikan sebagai kemuliaan bagi manusia.

Oleh sebab itu manusia dipilih Allah menjadi khalifah di muka bumi.

ئ إوذ رض ٱكة إن جاعل ىف قال ربك لل مل

ت عل فيها من ل أ ه قالوا خليفة

فك سد فيها ويس لم دلماء ٱيف ع أ س لكه قال إن دك ونقد ون ن نسبح بم

لمون ماء ٱءادم وعلم ٣٠ما ال تع س ئكة ٱكها ثم عرضهم لع ل فقال ل مل

نب ماء هؤالء إن كنتم صدقي أ س

٣١ون بأ سب حنك ال عل م لا إال ما قالوا

نت ه إنك أ تنا كيم ٱ ل عليم ٱعلم ٣٢ ل

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia

Page 96: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

85

mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang

benar orang-orang yang benar!. Mereka menjawab: "Maha Suci

Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau

ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana"” (QS. Al-Baqarah: 30-32)

Dua ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa manusia diciptakan oleh

Allah swt dengan sebaik-baik bentuk. Dengan anugrah akal dan hati manusia

diberikan ilmu pengetahuan untuk menjadi khalifatullah menjadi wakil Allah di

bumi, untuk mengelola alam dengan sebaik-baiknya.

Kemudian penjelasan ayat 30-32 Surat Al-Baqarah mengandung rumusan

tentang konsep humanisme, yaitu konsep khalifatullah dalam Islam. Untuk

menyoroti konsep tersebut tertuang dalam ayat-ayat Al-Quran yang telah disebutkan

di atas di mana substansinya ada tiga hal secara jelas diterangkan, yaitu: (1) manusia

adalah pilihan Tuhan; (2) keberadan manusia dengan segala kelebihannya

dimaksudkan sebagai wakil Tuhan di atas bumi (khalifatullah fil ardh); dan (3)

manusia adalah pribadi yang bebas yang menanggung resiko atas segala

perbuatannya. (Rachmahana, 2008)

Berkaitan dengan potensi yang dimiliki manusia. Abraham Maslow

berpendapat bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan. Kebutuhan yang dimulai

dari kebutuhan jasmani yang paling asasi sampai kepada kebutuhan tertinggi yaitu

kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah manusia seperti makan, minum, tidur dan

sex menuntut sekali untuk dipuaskan, apabila kebutuhan tersebut telah terpuaskan,

maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan

terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya kebutuhan untuk memiliki cinta

kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga dan sebagainya.

Ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan tersebut dapat mendorong

seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya

dengan menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Selanjutnya adalah

kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormanti, dan

dipercaya orang lain. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut yang tingkatannya lebih

rendah telah terpenuhi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya

kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi dan bakat

kecenderungan tertentu, setelah itu muncullah kebutuhan untuk mngetahui dan

mengerti yaitu dorongan untuk mencari tahu dan memperoleh ilmu dan pemahaman.

Selanjutnya adalah kebutuhan estetis, yaitu dorongan keindahan, dalam arti

kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan, dan kelengkapan. (Rachmahana, 2008)

Page 97: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

86

Gambar 1.7

Hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow

(https://doriasrawijaya.files.wordpress.com/2017/06)

Teori Maslow tersebut dalam dunia Pendidikan diimplikasikan sebagai kepada

tugas seorang guru. Dalam hal ini sebagaimana Humanistik juga mengarahkan guru

diposisikan sebagai pembimbing dan fasilitator. Selain mengajarkan ilmu-ilmu

pengetahuan yang sifatnya transfer of knowledge sudah semestinya seorang guru

mampu memperhatikan perkembangan siswanya, mampu membantu

mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa tersebut. Sebagai aplikasi dari

konsep tersebut para Ustad di pesantren Musthafawiyah Purba baru berusaha dalam

mewujudkan karakter guru yang professional sebagaimana konsep guru humanistik.

Salah satu cara yang dilakukan para ustad adalah dengan sabar dan terus menerus

memberikan motivasi kepada para santri dengan memberikan nasehat-nasehat.

Nasehat itu begitu sering diberikan baik dalam keadaan memulai pelajaran di kelas,

sewaktu mengajar, dan ketika menutup pelajaran. Terlebih isi kandungan pelajaran

kitab kuning adalah pengamalan ajaran Islam. Oleh sebab itu sudah tepat pemberian

nasehat-nasehat yang dilakukan oleh para ustad.

Nasehat-nasehat yang diberikan oleh para ustad merupakan salah satu wujud

implementasi tujuan dan visi misi pesantren Musthafawiyah, yaitu: untuk mencetak

ulama yang berakhlakul karimah, kemudian dengan bersungguh-sungguh

membangun kepribadian para santri berakhlakul karimah sebagai warga negara dan

sebagai umat beragama. Akhlakul karimah tidak bisa dipaksakan tetapi diajarkan

dengan jalan pembiasaan kepada diri santri. Upaya pemberian nasehat membangun

yang tidak bosan-bosannya dari para ustad merupakan gambaran teori belajar

humanistic, yaitu guru sebagai teladan dan pembimbing. Pesantren pada

kenyataannya sebagai basis penyiaran ajaran agama Islam tentu akan berusaha untuk

menanamkan ajaran Agama Islam sebagai sikap hidup sehari-hari para santri.

Ajaran-ajaran agama tersebut diambil dari sumbernya, yaitu isi knadungan kitab

Page 98: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

87

kuning. Iklim humanistic ini lebih terasa ketika dengan sabar para ustad membina

santri-santrinya dengan beberapa ketrampilan walaupun keterampilan-ketrampilan

tersebut adalah ketrampilan yang bergantung dengan jiwa kepsantrenan di antaranya

adalah mendidik bagaimana menjadi seorang da’i, qari, imam sholat, khatib,

kemasyarakatan dan lain sebagainya, tetapi ketrampilan-ketrampilan tersebut akan

sangat berguna bagi santri ketika mereka telah terjun di tengah masyarakat. Sebagai

alumni pesantren tentunya jika ada masalah-masalah kegamaan di masyarakat para

santri yang akan memerikan solusi.

Kegiatan di pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang menggambarkan

keteladanan ustad dalam membimbing santri dapat dilihat dari perilaku santri yang

demikian hormat dan santun, baik kepada ustad maupun kepada kakak-kakak

kelasnya. Keadaan sopan santun yang telah membudaya di pesantren bukanlah hasil

dari pemaksaan dan ancaman, melainkan sifat yang sudah dijiwai oleh para santri

dan menjadi kebiasaan mereka, kedisiplinan mereka dalam mengikuti pengajian,

kegiatan sholat berjamaah, muzakarah dan tabligh bukanlah disebabkan oleh aturan-

aturan yang ditetapkan pesantren, tetapi lebih kepada kesadaran dan kebutuhan yang

dirasakan para santri.

Implikasi dari teori belajar humanistik untuk seorang guru dijabarkan Alaudin

ke dalam tiga aspek, yaitu:

a. Guru sebagai fasilitator

b. Guru yang baik dan tidak baik menurut Teori Belajar Humanistik

Guru-guru yang baik dan efektif adalah guru-guru yang manusiawi,

mempunyai rasa humor adil, menarik, an lebih demokratis. Guru mampu

dengan mudah dan wajar dengan para siswa baik secara individu maupun

kelompok. Ruang kelas tampak seperti suatu perusaaan kecil. Dengan

pengertian bahwa mereka lebih terbuka, spontanitas, dan mampu

menyesuaikan diri kepada perubahan. Sebaliknya guru yang tidak baik dan

tidak efektif adalah guru yang kurang memiliki rasa humor, tidak sabar,

gampang menggunakan komentar-komentar yang melukai perasaan murid.

c. Guru sejati menurut Teori Belajar Humanistik

Guru yang baik bukanlah guru yang hanya menguasai materi pelajaran

dan aspek-aspek metodologis semata, tetapi mereka juga mampu memahami

kecenderungan hati setiap siswa

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang

guru selain mengajarkan ilmu kepada siswanya guru memposisikan dirinya sebagai

pembimbing yang bijak dan fasilitator yang dapat memperhatikan keinginan siswa

dengan baik. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai

kemampuan yang mereka miliki sebagai pembuktiannya pada penghargaan terhadap

potensi dan kemanusiaan seorang individu.

Kriteria seorang guru menurut Imam Zarnuji adalah guru yang Alim, wara’

berakhlak mulia, penyayang dan penyabar. Apabila konsep guru menurut humanistik

dan guru menurut ajaran Islam dipadukan makan guru kriteria ideal seorang guru

sudah tercapai. Dengan demikian guru sebagai teladan akan mencontohkan akhlak-

Page 99: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

88

akhlak yang baik sebagaimana tujuan Pendidikan pesantren yaitu untuk

mengamalkan ajaran Agama yang tertuang dalam kitab kuning pesantren.

Para ustad di pesantren Musthafawiyah telah mengaplikasikan hal tersebut.

Sebagai seorang ustad senantiasa menghiasi diri mereka dengan akhlakul karimah,

ustad sebagai teladan yang baik berusaha menjalankan aturan-aturan sebagai ulama

panutan para santri, senantiasa sabar dalam mendidik dan menghadapi segala

kemungkinan dari santri. Pesantren Musthafawiyah Purba Baru juga memberikan

aturan-aturan yang mesti dijalankan ustad sebagai seorang guru dan sebagai wali

kelas utama kewajibannya dalam membina santri:

Kewajiban-kewajiban ustad sebagai guru di peantren Musthafawiyah Purba

Baru adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab kepada kepala sekolah berkenaan dengan kegiatan

belajar-mengajar menurut Mata Pelajaran dan tingkat yang diajarkan

2. Melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan tugas mengajar

3. Menganalisa kurkulum

4. Menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, mencakup: membuat

silabus, membuat kompetensi dasar, menetapkan indicator, membuat

penilaian, membuat lembar pengamatan

5. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

6. Melaksanakan ulangan harian, ulanagan semester, ulangan kenaikan kelas

dan akhir sekolah

7. Menganalisa materi pelajaran

8. Melaksanakan perbaikan

9. Pembinaan terhadap santri

10. Pengelolaan kelas

Kewajiban guru sebagai wali kelas adalah :

1. Bertanggung jawab kepada sekolah atas terlaksananya pendampingan

terhadap santri dan monitoring kelas

2. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pendampingan santri

3. Mewakili kepala sekolah dan orangtua dalam pembinaan santri

4. Pembinaan kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan di dalam kelas

5. Membantu pengembangan peningkatan kecerdasan dan keterampilan

santri

6. Mengevaluasi nilai raport

7. Membantu bagian kurikulum dan bagian kesiswaan dalam permasalahan

yang tekait dengan tugasnya

8. Membuat catatan tentang: situasi keluarga dan ekonomi santri, ketidak

hadiran, pelanggaran dan perilaku santri, melaporkan santri kepada

orangtua apabila tidak hadir sejumlah hari yang ditetapkan, dan memanggil

orangtua santri apabila melakukan pelanggaran

Page 100: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

89

Gambar 1.8

Tugas dan Tanggung Jawab Guru dan Wali Kelas

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru

Dokumen tata tertib tugas dan kewajiban ustad sebagai guru dan ustad

mengindikasikan bahwa pesantren Musthafawiyah secara dokumen mengusahakan

kepada para ustad untuk berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut.

Kewajiban-kewajiban tersebut telah mencakup tugas seorang guru dalam

memposisikan dirinya sebagai orangtua, pembimbing, dan fasilitator dengan

tugasnya dalam pembinaan santri yaitu pembinaan kepribadian, kecerdasan, dan jiwa

sosial para santri.

2. Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pemberian Reward

Pemberian reward dalam Pendidikan bertujuan untuk memberikan motivasi

bagi siswa untuk lebih giat belajar, dalam pengertian menggairahkan siswa dalam

belajar. Slameto mengatakan: apabila siswa mengalami keberhasilan, guru

diharapkan memberikan hadiah kepada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik,

hadiah, dan sebagainya). Sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih

lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Oleh karena itu umpan balik dari

guru merupakan hal yang sangat berguna untukmeningkatkan usaha dan keaktifan

siswa. (Slameto, 2010, h.176)

Lebih lanjut Slameto mengitup dari Gage & Berliner tentang saran-saran

mengenai cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganiasi

kelas secara besar-besaran. Di antaranya:

Page 101: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

90

1) Pergunakan pujian verbal

Kata-kata seperti “bagus”, “baik” dan “pekerjaan yang baik”,

“memuaskan” yang diucapka guru segera setelah siswa melakukan

tugas-tugas yang diinginkan atau paling tidak tidak mendekati tingkah

laku yang diinginkan. Merupakan pembangkit motivasi yang besar bagi

siswa.

2) Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana

Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah

social, (seperti penerimaan lingkungan, promosi, pekerjaan yang baik,

uangyang lebih banyak dan sebagainya). Menyebabkan tes dan nilai

dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar

bahwa ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi,

dengan demikian memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam

memotivasi siswa untuk belajar.

3) Bangkitkan rasa ingin tahun siswa dan keinginannya untuk mengadakan

ekplorasi. Dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-

masalah. Pengajar dapat menimbulkan suatu kkonflik kondeptual yang

merangsang siswa untuk bekerja (aktif)

4) Lakukan hal-hal yang menarik perhatian siswa, sekali-sekali guru dapat

melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya meminta siswa mneyusun

tes, menceritakan problem guru dan belajar, dan sebagainya.

5) Merangsang hasrat siswa untuk belajar dengan jalan memberikan pada

siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk

belajar. Berikan pada siswa penerimaan social, sehingga siswa tahu apa

yang diperolehnya bila ia berusaha lebih baik. (2010, h.177)

“dalam mengajar saya tidak biasa memeberikan hukuman kepada para santri.

Pengalaman sebelumnya saya perhatikan bahwa ketika santri dihukum bukannya

membuat santri itu sadar, bahkan lari dan tidak mau mengikuti pelajaran ustad

bersangkutan. Kan anak-anak sekarang sudah jauh berbeda dengan anak-anak zaman

dahulu, anak-anak sekarang kalua dimarahi, dihukum oleh guru seolah-olah guru

tersebut sudah menjadi musuhnya. Itulah persepsi murid-murid belakangan ini. Saya

lebih menekankan memberikan nasehat-nasehat kepada santri-santri yang

bermasalah atau yang membuat pelanggaran. Masalah reward iya saya biasa

memberikan pujian untuk menghargai prestasi para santri. Di samping pujian

tersebut tetap kita kasih nasehat agar presatsi dan nilai yang telah diperolehnya

semakin ditingkatkan. Hal ini akan menarik kawan-kawannya juga untuk belajar dan

mendapatkan nilai yang bagus. Tidak ada ancaman dlam hal ini karena sifatnya kita

yang mengajarkan ilmu agama lebih kepada mengajak santri untuk mengamalkan

dan meneladani ajaran-ajaran dalam kitab yang kita pelajari. Santri-santri yang

berprestasi tidak jarang kita promosikan untuk mengikuti lomba-lomba, baik lomba-

lomba yang diselenggarakan pesantren, MTQ, lomba Qiroatul kutub nasional, dan

lomba-lomba lainnya. Santri-santri yang berpresati kita promosikan dan kita

tawarkan untuk melanjutkan Pendidikan pad Lembaga rekanan pesantren. Atau

beberapa donator beasiswa yang ada hubungannya dengan pesantren. Salah satu

Page 102: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

91

contoh lulusan terbaik tahun ini akan melanjutkan pendidikannya ke Timur Tengah

dengan biaya beasiswa salah seorang petinggi di provinsi yang menjadi donator di

pesantren ini.” (Wawancara, 20 April 2018)

Hal senada disampaikan ustad Sya’ban:

“Saya selalu memberikan pujian kepada santri-santri yang bagus, santri-santri

yang telah mampu memahami kitab kuning biasa juga saya suruh membaca

dihadapan teman-temannya sebelum sayamenjelaskan pelajaran lebih lanjut.

Sedangkan masalah hukuman, iya saya juga pernah menghukum. Tetapi hukuman

yang sifatnya didikan seperti menghafal surat-surat pendek atau syair-syair (nazham)

dari kajian kitab kuning”. (Wawancara, 20 April 2018)

Wawancara tersebut menegaskan bahwa ustad di pesantren Musthafawiyah

tidak selalu memberikan hukuman bagi santri-santrinya yang melanggar, sekalipun

ada pemberian hukuman hanya sebatas hukuman ringan berupa hafalan. Reward

sebagai penarik gairah belajar dan motivasi kepada santri biasa diberikan para ustad

melalui pemberian pujian terhadap hasil kerja dan pernyataan santri. Bisa juga

dengan mempromosikan santri bersangkutan untuk mengikuti lomba-lomba. Baik

lomba yang diselenggarakan pihak pesantren atau lomba-lomba di luar pesantren,

seperti mengikuti MTQ, Cerdas Cermat, Lomba Qiroatul Qutub, dan Hifzhil Quran,

da’i dan kaligrafi. Bahkan ada satu santri pesantren ini yang pernah memenangkan

lomba da’i di salah satu televisi nasional tahun 2017 di Indosiar.

Dalam hal Teknik mengajar seperti konsep yang dikemukakan oleh Slameto

dari hasil observasi pemelajaran kitab kuning di kelas. Ustad memulai pembelajaran

dengan salam dan doa sebagai muqaddimah lalu memulai kajian kitab. Di tengah

penjelasan sering ustad melemparkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut ada yang sifatnya pertanyaan mengenai materi secara langsung,

ada juga membuat satu masalah untuk dikaitkan oleh santri dengan materi yang

sedang dibahas. Di akhir pembelajaran ustad menutup kajian dengan simpulan dan

nasehat kepada santri. Di lain kesempat usatd memulai kajian dengan salam dan do’a

lalu menyruh salah seorang santri untuk memulai kajian dengan membaca materi

yang akan dibahas, santri yang lain menerjamahkan kemudian ustad yang

menjalskan tujuannya. Pada kesempatan lain ustad setelah memulai kajian

mengulang kembali kajian di pertemuan sebelumnya dengan melempar pertanyaan

kepada santri lalu dikaitkan dengan pembahasan materi selanjutnya.

Wawancara dan observasi kelas yang ditemukan oleh peneliti, dalam hal tugas

ustad di pesantren Musthafawiyah sebagai seorang guru telah menjalankan aktivitas

belajar yang aktif, meskipun ceramah sebagai metode andalan masih sangat

kelihatan daripada metode-metode mengajar yang lainnya. Akan tetapi ceramah

sambal meleparkan pertanyaan kepada para santri cukup merangsang perhatian para

santri, santri yang tadinya mengantuk atau tidak begitu memperhatikan penjelasan

ustad dengan pertanyaan tersebut akan menarik perhatiannya untuk kembali berpikir.

Di tengah-tengah penjelasan isi kajian tidak jarang ustad mengeluarkan humor yang

menghhidupkan kelas kitab kuning tersebut. Maka pemberian reward sebagai

penghargaan terhadap santri dilakukan oleh ustad pesantren Musthafawiyah Purba

Page 103: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

92

Baru. Dalam memotivasi dan menarik perhatian santri untuk mengikuti kajian yang

sedang berlangsung ustad melakukan hal-hal berikut ini:

1) Memberikan pujian atas jawaban para santri

2) Memberikan pujian atas keberanian santri membaca kitab lebih dahulu

sebelum ustad menjelaskan

3) Memberikan nilai atas presatasi santri

4) Melemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk menarik kembali perhatian

siswa

5) Ustad sesekali mengisi humor ditengah penjelasannya

6) Mempromosikan santri yang berprestasi untuk mengikuti lomba,

menjadi guru bantu dan lain-lain.

7) Mempromosikan santri tersebut ketika kelulusan untuk melanjutkan

pendidikannya ke berbagai Lembaga Perguruan Tinggi rekanan

pesantren.

Sanusi mengutip bahwa pendidikan tidak sekedar mentransfer ilmu

pengetahuan (transfer of knowledge) kepada peserta didik, tetapi lebih daripada itu

yaitu mentransfer nilai (transfer of value). Pendidikan juga merupakan kerja budaya

yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan kretaifitas

yang dimilikinya agar tetap survive dalam hidupnya. (Sanusi, 2013) Ustad di

pesantren sebagai tenaga pendidik sudah semestinya memperhatikan hal ini. Potensi-

potensi yang dimiliki santri berbeda satu dengan lainnya. Tentu akan berbeda pula

kecenderungan yang muncul. Namun tugas dari seorang guru adalah membantu

siswa-siswanya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Demikian halnya

prinsip teori belajar humanistik guru sebagai fasilitator agar membangkitkan isisiatif

siswanya untuk belajar agar potensi-potensi tersebut muncul daridalam diri siswa

untuk kemudian membantu mengembangkan potensi-potensi tersebut.

“Seorang guru sudah semestinya memperhatikan potensi yang dimiliki

siswanya, apa yang terpendam dalam diri siswa dapat diketahui melalui sifat dan

karakter siswa tersebut. Kita perhatikan bagaimana siswa itu memperhatikan

pelajarannya, bagaimana santri tersebut belajar dan seperti apa santri tersebut

berperilaku sehari-harinya. Siswa yang memiliki bakat-bakat akan terus kita latih

salah satunya dengan mengikutkan mereka pada lomba-lomba yang sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya”. (Wawancara, 20 April 2018)

Wawancara tersebut menjelaskan bahwa seorang ustad sebagai seorang guru

yang memperhatikan perkembangan siswanya. Potensi-potensi yang dimilikipara

santri terus dilatih dan dikembangkan. Sebagai tempat pelatihannya adalah melalui

ajang lomba-lomba yang diikuti. Kemudian ada kegiatan Tabligh yang

diselenggarakan oleh santri secara mandiri. Santri yang ingin mengikutinya hanya

disyaratkan untuk menjadi anggota sebuah organisasi kesiswaan. Biasanya

organisasi yang terbentuk dari kedaerahan. Bahkan bila dilihat di lapangan penelitian

beberapa banjar santri ada banjar-banjar yang dihuni oleh santri-santri dari satu

daerah misalnya banjar “Imam Syafi’i” dihuni oleh santri-santri yang berasal dari

daerah Ujung Gading (Pasaman). Acara Tabligh adalah wahana belajar dan latihan

bagi para santri untuk belajar dan berlatih menjadi da’i, qari, muazin, imam shalat,

Page 104: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

93

mengadakan takhtim/tahlil, kursus-kursus seperti pengurusan jenazah, dan hal-hal

kemasyarakatan lainnya yang biasa dilakukan di daerah asalnya. Kemudian hasil dari

latihan-latihan tersebut ditampilkan pada saat acara-acara hasir besar Islam seperti,

peringatan Maulid Nabi, isra’mi’raj atau Penyambutan Bulan Suci Ramadhan.

Kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh santri dengan mandiri, biaya sendiri dan

mencari tempat untuk peringatan-peringatan hari besar tersebut mereka lakukan di

daerahnya dengan mengirimkan proposal ke daerah (kampung/desa) yang menjadi

tujuan mereka untuk mengadakan “perayaan” (perayaan adalah istilah santri untuk

acara-acara peringatan maulid nabi, penyambutan bulan suci Ramadhan) perayaan

ini biasa mereka lakukan menjelang libur tengah semester (maulid nabi) dan libur

akhir semester (bulan suci Ramadhan) acara mereka isi dengan beberbagai acara,

da’i, drama, qasidah, dan ditutup dengan tausiyah.

Acara tabligh dan perayaan merupakan suatu wahana pelatihan dan

pembelaran santri untuk terjun suatu saat nanti ke masyarakatnya. Acara tabligh dan

perayaan merupakan wahana menggali sebagian kecil dari potensi-potensi yang

dimiliki santri. Melalui organisasi yang mengelola tabligh dan perayaan santri

belajar menjadi kepemimpinan, bersosialisasi, belajar adat dan kebiasaan keagamaan

yang berlaku di daerahnya. Sangat unik bagi peneliti ketika mengikuti beberapa

kelompok tabligh ini, antara satu organisasi dengan organisasi lain punya perbedaan

dalam kebiasaan keagamaan di daerahnya, bisa dilihat perbedaan cara takhtim/tahlil

misalnya di daerah Tapanuli dengan daerah Pasaman dan sebagainya. Namun tetap

ada kesamaan yaitu konten dan isi ajarannya adalah ajaran atau paham yang mereka

dapatkan di pesantren Musthafawiyah. Muatan konten tabligh masing-masing

organisasi santri inipun pada dasarnya sama, mulai menjadi da’i, qari, khatib,

qasidah, takhtim/tahlil, kemasyarakatan, letak perbedaannya adalah cara-cara

mereka melaksanakannya saja yaitu mengikuti kebiasaan di daerah masing-masing

darimana organisasi santri tersebut berasal.

Prinsip Teori Belajar Humanistik dalam mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki anak didik adalah dengan konsep pembelajaran mandiri dan konsep

student centered learning. Konsep-konsep tersebut menuntut siswa bahwa belajar

haruslah isiatif sendiri dan belajar yang berpusat pada siswa. Oleh sebab itu guru

mendorong siswanya untuk senantiasa menjadi siswa-siswa yang aktif dan kreatif.

Suasana belajar mandiri dan student centered learning seperti ini akan menciptakan

suasana yang bermakna dan menyenangkan.

Kegiatan Tabligh dan perayaan yang diselenggarakan oleh santri secara

mandiri membuktikan konsep belajar mandiri dan student center learning sudah

sekian lama berlangsung di pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Tablig dan

perayaan selain menunjukkan student centered learning, kegiatan tersebut juga

pembuktian pembelajaran berkelompok dan mandiri. Pembelajaran berkelompok

tercermin dari cara musyawarah santri menyelesaikan sebuah persoalan, yaitu ketika

ada masalah dalam organisasi tersebut. Pembelajaran mandiri yang dipetik dari

tablig dan perayaan ini, seorang santri mesti mengadakan mutholaah mengkaji

kitabnya untuk menyususn bahan tugasnya ketika diberikan tugas pada acara tabligh

dan perayaan. Acara tabligh berlangsung satu kali dalam seminggu, dan

Page 105: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

94

takhtim/tahlil, serta kemasyarakatan satu kali juga dalam satu minggu, biasa

dilaksanakan pada malam hari bertempat di ruang kelas pesantren.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang humanistik adalah pembelajaran

yang memerikan kesempatan kepada siswa untuk bebas beaktivitas mengeksplor

ilmu-ilmu yang ada disekitar lingkungan belajarnya. Belajar tersebut selain

mencerdaskan siswa secara kognitif dalam pengetahuan agama Islam, juga

mengembangkan potensi yang dimilikioleh para santri. Tabligh dan perayaan adalah

wahana melatih dan menggali potensi-potensi santri sebagai calon ulama. Melalui

kegiatan tabligh dan perayaan konsep belajar mandiri dan konsep student centered

learning telah lama berlangsung di pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

C. Kendala Penguasaan Kajian Kitab Kuning di Pesantren Musthafawiyah

Purba Baru

“Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai

kinerja akademik yang memuaskan. Namun kenyataan sehari-hari kelihatan jelas

bahwa masing-masing memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,

kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang

sangat tampak antara seorang siswa dengan siswa lainnya”. (Syah, 2014, 169) Dari

penyataan ini dapat dipahami bahwa siswa dalam belajar ada yang mudah

memahami pelajarannya namun tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam

belajar.

Temuan di lapangan ditemukan bahwa beberapa santri dalam mengikuti

pembelajaran kitab kuning dikelas kurang antusias, hal ini dilihat dari sikap dan

perilaku siswa di dalam kelas, ada siswa yang bawaannya mengantuk, ada sekedar

corat-coret kertas bukunya, ada yang bahkan ketiduran, jelasnya ditemukan beberapa

siswa yang tidak respon sama sekali selama mengikuti kajian, tidak diketahui apakah

santri tersebut diam saja karena sudah benar-benar paham ataukah memang tidak

tertarik sama sekali terhadap kajian tersebut. Sikap yang demikian itulah sebagai

indikasi bahwa ada kesulitan yang dialami santri dalam pembelajarannya.

Menurut Syah fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak dari

menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar siswa tersebut. Kesulitan belajar

juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa

seperti kesukaannya berisik di dalam kelas, mengusik temannya, berkelahi, sering

tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. (2014, h. 170)

Wawancara dengan ustad di pesantren Musthafawiyah Purba Baru mengenai

kendala dalam pembelajaran kitab kuning adalah factor kesulitan belajar yang

dialami santri. Santri masih kurang mampu membaca kitab kuning/kitab gundul.

Kesulitan membaca kitab kuning tersebut membuat santri kesulitan memahami

kandungan kitab tersebut. Kesulitan membaca dan memahami isi kitab kuning

sebagai pelajaran utama di pesantren akhirnya membuat santri malas-malasan untuk

mengikuti pembelajaran.

“Problem dalam pengajaran kitab kuning adalah santri masih kesulitan

membaca kitab gundul. Kesulitan membaca kitab membuat santri kesulitan

memahami kandungan kitab tersebut. Kesulitan-kesulitan itulah yang membuat

Page 106: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

95

sebagian santri malas mengikuti pelarajannya. Penyebabnya menurut saya adalah

karena santri tersebut masih kurang kesadarannya untuk apa tugasnya menuntut ilmu

dipesantren, sehingga kesempatan itu terbuang sia-sia saja. Kerajinan seorang siswa

memberikan dampak yang sangat besar bagi pemahamannya. Hal tersebut kelihatan

kok dari keaktifan santri tersebut. Oleh sebab itu muatan kajian ilmu alat (Nahwu

dan Sharaf) lebih banyak dalam kurikulum pesantren ini, sebagai usaha membantu

santri membaca dan memahami kitab kuning” (Wawancara, 20 April 2018)

Kenyataan lapangan yang ditemukan dan hasil wawancara dengan ustad dapat

diambil kesimpulan beberapa santri menunjukkan lemahnya antusiasme mereka

dalam mengikuti kajian kitab kuning di kelas, meskipun tidak dalam jumlah yang

banyak siswa yang menunjukkan hal tersebut, tetapi keadaan tersebut membuktikan

teori di bahaw ini. Beberapa factor penyebab kesulitan belajar siswa dikemukakan

Muhibbinsyah:

Secara garis besar ada beberapa factor yang menyebabkan timbulnya kesulitan

belajar siswa. Yaitu terdiri dari dua macam:

1. Factor intern siswa, hal-hal yang muncul dari dalam diri siswa sendiri

Factor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik

siswa. Yaitu:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain rendahnya kapasitas

intelektual/integensi siswa;

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan

sikap siswa;

c) Yang bersifat psikomotor, (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya

alat-alat indera penglihatan dan pendengaran, (mata dan telinga)

2. Factor ekstern siswa, yaitu hal-hal yang datang dari luar diri siswa.

Factor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang

tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Factor ini dibagi tiga macam:

a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara

ayah dengan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah

perkampungan yang kumuh, teman sepermainan yang nakal,

c) Lingkungan sekolah, contohnya lokasi dan kondisi letak sekolah yang

buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang kurang

berkualitas. (Syah, 2010, h. 170-171)

Lebih lanjut kedua faktor tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga faktor

yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu: 1) faktor intern siswa meliputi kondisi

jasmani dan rohani siswa; 2) faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan sekitar

siswa; dan 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama

lain.

Page 107: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

96

a) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, 1) aspek fisiologis

(yang bersifat jasmaniah); dan 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendi siswa, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit dapat

menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun

kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti

tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas. Daya pendengaran

dan daya penglihatan siswa yang rendah/lemah akan menyulitkan sensory

register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan

econic (gema dan citra). Akibat selanjutnya adalah terhambatnya proses

informasi yang dilakukan oleh sistem memory siswa tersebut.

Untuk mengatasi kemungkinan masalah-masalah tersebut siswa

dianjurkan menjaga kesehatan dan memeriksakan kesehatannya secara

periodik.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun di antara sekian

banyak faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih

esensial adalah berikut ini: 1) tingkat intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3)

bakat siswa; 5) minat siswa dan 5) motivasi siswa.

Intelegnsi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan ataumenyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Peran otak dalam hubungannya

dengan intelegensi manusia sangat menonjol daripada organ-organ tubuh

yang lainnya, lantaran otak adalah “Menara pengontrol’ hamper seluruh

aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak

diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya semakin rendah kemampuan

integensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk menorek

kesuksesan.

Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif erupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)

dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan

Page 108: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

97

sebagainya. Baik secara positif maupun negative. Sikaf (attitude) siswa

yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan guru

merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya sikap negative siswa terhadap guru dan mata pelajaran dapat

menimbulkan kesulitan belajar, sekalipun tidak menimbulkan kesulitan

belajar namun akan mengakibatkan prestasi yang dicapai siswa kurang

memuaskan.

Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Oleh sebab itu setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai kepada tingkat tertentu sesuai

kapasitas masing-masing orang. Secara umum bakat mirip dengan

intelegensi, itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat

cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga

sebagai talented child, atau anak berbakat.

Dalam perkembangan bakat kemudian diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

bergantung pada upaya Pendidikan dan pelatihan. Sehubungan dengan hal

tersebut bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar

bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya sebagai orangtua tidaklah

bijaksana untuk memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan

anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa lebih dahulu mngetahui

bakat yang dimiliki anak tersebut.

Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat

dapat mempengaruhi kualitas capaian hasil belajar siswa dalam bidang-

bidang studi tertentu. Guru dalam hal ini seyogianya berusaha

membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang

terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang lebih kurang sama

dengan kiat membangun sikap yang positif.

Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme- baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Pengertiannya adalah bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer)

untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dibedakan menjadi dua

macam: 1) motivasi instrinsik dan 2) motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Termasuk dalam kategori motivasi isntrinsik ini adalah perasaan

Page 109: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

98

menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi

ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar individu siswa yang

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,

peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan sebagainya

adalah contoh konkret dari motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa

untuk belajar.

Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat instrinsik

maupun ekstrinsik akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa

dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik disekolah

maupun di rumah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih

signifikan adalah motivasi yang bersifat instrinsik karena lebih murni dan

langgeng serta tidak bergantung pada dorongan orang lain.

b) Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa yang mempengaruhi kondisi belajarnya, terdiri atas dua

macam: 1) faktor lingkungan sosial dan 2) faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial siswa di sekolah seperti guru, pegawai sekolah,

dan teman-teman belajarnya dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku simpatik dan

memperlihatkan teladan yang baik dan rajin, akan menjadi daya dorong

positif bagi kegiatan belajar siswa.

Lingkungan social siwa selanjutnya adalah masyarakat dan

tetangga, dan teman-teman sepermainan di sekitar lingkngan tempat

tinggal siswa. Kondisi masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya

memberikan pengaruh aktivitas belajar siswa.

Lingkungan sosial siswa yang utama dan lebih banyak

mempengaruhi adalah keluarga, orangtua seisi keluarga tersebut. Sifat-

sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan

demografi keluarga dapat memberi pengaruh baik dan buruk terhadap

kegiatan belajar siswa

2) Lingkunan non-sosial

Faktor-faktor lingkungan nonsosial yang berpengaruh adalah letak

gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan

waktu belajar yang digunakan. Faktor-faktoo

c) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar menjadi strategi dan metode mengajar yang efektif dalam

menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Faktor pendekatan

belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. (Syah,

2014, h. 129-136)

Kesulitan belajar yang dialami santri jika analisis melalui teori yang telah

dipaparkan di atas dikaitkan dengan kondisi lapangan penelitian. Maka faktor intern

Page 110: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

99

dan factor ekstern yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar tersebut dapat

ditemukan pada kehidupan santri di banjar.

“Kehidupan santri di banjar demikian bebas. Berbeda dengan santri yang

tinggal di asrama yang mendapat pengawasan penuh selama dua puluh empat jam.

Ketua Asrama sangat berperan mengontrol kegiatan santri. Ini bisa dilihat dari

kehidupan santri putri di pesantren ini yang tinggal di asrama. Mereka diberikan

jadwal belajar, jadwal tidur, dan jadwal mutholaah malam hari, kegiatan kebersihan

dan lain sebagainya. Kehidupan mereka lebih dapat dikontrol dibanding santri putra.

Akan tetapi karena jumlah santri putra yang demikian banyak sudah sangat jauh

perbedaan jumlahnya dengan santri putri, sehingga pengawasan terhadap santri putra

juga menyulitkan, ditambah keberadaan banjar-banjar santri jauh lokasinya dari

lokasi pesantren, bahkan mendekati perkampungan warga. Hanya kesadaran santri

yang dapat memperbaiki hal tersebut. Kesadaran tersebut terus-menerus didorong

untuk kemajuan belajar santri. Namun banyak sekali factor yang mempengaruhi

kegiatan santri. Salah satunya adalah keberadaan warung-warung yang ada di banjar.

Sehingga pimpinan pesantren bahkan dengan bantuan surat dari Bupati yang

mengeluarkan surat sebagai ketetapan agar warung-warung tersebut tutup sebelum

pukul Sembilan malam, agar tidak memganggu kegiatan belajar santri. Dalam tiga

tahun ke depan pesantren Musthafawiyah akan mewajibkan santri putra juga untuk

menempati asrama yang saat ini sedang dibangun. Diharapkan mengubah sistem

gubuk menjadi sistem asrama dapat menjadikan pembelajaran dankehidupan santri

dapat lebih kondusif dan lebih pesantren”. (Wawancara, 20 April 2018)

kendala yang ditemukan di lapangan penelitian adalah kondisi kehidupan

banjar yang demikian longgar dari peraturan dan pengawasan membuat kondisi yang

tidak kondusif. Di malam hari ketika beberapa santri melakukan mutholaah di

gubuknya bebrapa santri berisik di gubuk sebelahnya. Ketika beberapa santri

mengikuti muzakarah di mushollah atau di gubuk kakak kelasnya, beberapa santri

malah asik ngobrol dengan temannya, sebagian nongkrong di warung ada juga yang

sudah tertidur. Apabila kesadaran untuk belajar tidak dapat hadir pada diri santri

maka akan sia-sia kesempatan dan waktu belajarnya di pesantren. Keadaan banjar

yang terbuka dan tanpa penjagaan menyebabkan siapapun bisa dengan bebas masuk

ke dalam lingkungan banjar. Hal ini akan membawa pengaruh yang sangat buruk

jika pada suatu ketika ada tamu misalnya yang datang, tamu yang tidak baik tingkah

laku dan pergaulannya. Akan dapat mempengaruhi para santri di banjar. Sudah

semestinya kehidupan banjar itu diawasi dengan pengawasan yang baik berikut

undang-undang atau peraturan yang membina para santri agar lebih disiplin.

Pembelajaran dengan teori humanistik menawarkan konsep guru sebagai

teladan memposisikan dirinya sebagai layaknya orangtua siswa di rumah. Hal ini

memberikan pengertian bahwa guru menjadi figure dan panutan para siswa di kelas.

Guru ideal adalah guru yang mampu memperhatikan kebutuhan siswanya. Guru

sudah diberikan kewenangan oleh pihak sekolah untuk membina siswa-siswanya.

Maka sebagai jalan keluar dari kesulitan para santri yang telah disebutkan di atas

adalah tugas guru dalam menumbuhkan motivasi dan keasadaran santri tentunya

bekerja sama dengan semua pihak, yaitu dengan guru-guru yang lain, orangtua siswa

Page 111: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

100

dan pihak pesantren bekerja sama berusaha membangkitkan dorongan psikologis

santri untuk menggunakan kesempatan dan waktu yang dimilikinya untuk menuntut

ilmu di pesantren itu. Peran penting Pimpinan pesantren sangat memberikan

pengaruh yang besar terhadap perkembangan para santri yaitu dengan mengubah

sistem yang dikira lemah selama ini, atau sistem yang dikira sudah tidak efektif lagi

diganti dengan sistem yang lebih baik, agar pembelajaran dipesantren berjalan lebih

kondusif. Salah satunya adalah dengan mengubah sistem banjar/gubuk menajdi

sistem asrama.

Page 112: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

101

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru dalam menjalankan aktivitas

pembelajaran tidak menentukan teori belajar khusus dalam pembelajannya. Teori

belajar humanistik dapat ditemukan pada kegiatan ekstrakurikuler dan kehidupan

santri di lingkungan gubuk/banjar. Santri lebih leluasa dan bebas mengeksplor

kegiatannya di luar jam pelajaran kelas berbeda dengan kehidupan santri yang hidup

di asrama. Pelaksanaan teori belajar humanistik di pesantren Musthafawiyah Purba

Baru dapat disimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi teori belajar humanistik dalam kajian kitab kuning di pesantren

Musthafawiyah Purba Baru

a. Pembelajaran kitab kuning berlangsung tanpa ancaman, pesantren

memberikan kebebasan bagi santri yang tinggal di gubuk untuk memilih

kegiatan diluar jam pelajaran kelas.

b. Para ustad memberikan reward berupa nilai dan pujian bagi prestasi yang

dicapai oleh santri

c. Santri yang berprestasi berpeluang untuk dipromosikan mengikuti lomba-

lomba, dan promosi melanjutkan Pendidikan ke Lembaga-lembaga rekanan

pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

d. Teori belajar humanistik di pesantren Musthafawiyah Purba Baru

ditemukan pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersedia di lingkungan

pesantren yaitu pengajian rutin, muzakarah, dan kegiatan tablig/perayaan.

e. Pendekatan humanistik dengan teori kebebasan siswa lebih tepatnya

diberikan kepada siswa/santri kelas atas. Sebab santri pemula masih sangat

membutuhkan bimbingan dalam memulai pelajaran dengan pembiasaan-

pembiasaan meliputi disiplin dan tata tertib.

2. Kendala penguasaan kajian kitab kuning santri pesantren Musthafawiyah Purba

baru

a. Kesulitan membaca kitab kuning diatasi dengan mendorong para santri

untuk mengikuti kajian-kajian kitab kuning di luar kajian, mengingat telah

disediakan kajian-kajian di masjid Pesantren setiap hari. Diharapkan melalui

kajian tersebut para santri semakin dalam pemahamannya terhadap kajian

kitab dan semakin rajin untuk membaca dan mengeksplor kajian kitab-kitab

lain selain kitab-kitab yang di pesantren.

b. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti: kegiatan tabligh, perayaan, dan

organisasi santri merupakan wadah bagi santri untuk melatih ketrampilan-

101

Page 113: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

102

ketrampilan mereka sebagai seorang santri, misalnya berlatih menjadi da’i,

qari, khatib, kepemimpinan, menulis materi ceramah, dll

c. Untuk menghindari kemalasan para santri ustad tidak bosan-bosannya

memberikan nasehat dan motivasi agar para santri semakin bergiat dalam

mengikuti kajian.

d. Kebebasan kehidupan santri di lingkungan banjar dibatasi dengan bebarapa

undanu-undang atau tata tertib banjar.

B. Saran

1. Pesantren Musthafawiyah hendaknya terus melakukan pembenahan

lingkungan banjar sebagai tempat tinggal santri agar lingkungan gubuk-

gubuk senantiasa lebih efektif bagi santri untuk memanfaatkan waktu dan

kesempatannya menuntut ilmu di pesantren Musthafawiyah Puba Baru,

2. Pesantren Musthafawiyah perlu meningkatkan keamanan dan penjagaan

lingkungan gubuk agar kegiatan-kegiatan santri sehari-harinya dan diawasi

dengan baik.

3. Dewan Pelajar dilibatkan dalam pembinaan banjar membantu bagian

keamanan memantau kehidupan bajar santri.

4. Humanistik menawarkan teori belajar berpusat pada santri dengan

mengutamakan kebebasan. Namun kebebasan yang diminta seyogiyanya

adala kebebasan yang terkontrol sebatas memberikan ruang bagi santri-

santri senior untuk mengeksplor kegiatan mereka diluar jam pelajaran

sekolah, dan mengeksplor kajian-kajian kitab diluar kajian kitab di

pesantren.

Page 114: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

103

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahannya

Ali, Suryadharma. 2013. Paradigma Pesantren Memperluas Kajian dan Aksi.

Malang: UIN-Maliki Press

Arbayah, 2013. Jurnal Dinamika Ilmu Vol 13. No.2 Desember 2013 Model

Pembelajaran Humanistik

Ardani, Moh. 2008. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Mitra

Cahaya Utama, 2008

Azra, Azyumardi. 2001. Kitab Kuning: Tradisi dan Epistemologi Keilmuan Islam di

Indonesia Dalam Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru. Jakarta: Kalimah

Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. Bandung:

Penerbit Mizan

Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah

Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: DEPAG RI

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiai. Jakarta: LP3ES

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rieneka Cipta

Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta: Bumi

Aksara

Hanafi, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:

Refika Aditama

Kurniawan, Syamsul. 2017. Filsafat Pendidikan Islam. Malang: Madani

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:

Paramadina

Majalah Gontor. Edisi 2 Tahun XVI Ramadhan-Syawal 1439/2018

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS

Mustajab. 2015. Masa Depan Pesantren Telaah Atas Model Kepemimpinan dan

Manajemen Pesantren Salaf, Yogyakarta: LP3ES

Nizar, Samsul, et al. 2013. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam

di Nusantara. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Page 115: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

104

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia, Jakarta: Rieneka Cipta

Qomar, Mujamil. 2005. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 2005

------ . 2013. Strategi Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Rachmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Jurnal el-Tarbawi No.1 Vol. 1 Psikoloogi

Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan.

Raharjo, Dawam. 1985. Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3S

Republika.co.id. menag-pengajian-kitab-kuning-di-pesantren-semakin-berkurang,

diakses pada tanggal 21 Mei 2016

Sanjaya, Wina. 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanusi, Uci. 2013. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta’lim Vol 11. No.2

Pembelajaran Dengan Pendekatan Humanistik,

Shaleh, Abdul Rachman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gema

Windu Pancaperkasa

Siradj, Said Aqil, et al. 1999. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Putaka Hidayah, 1999.

Siregar, Eveline. Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Slameto. 2010. Belajar dan Factor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka

Cipta

Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren Studi Transformasi

Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: LkiS.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D, Bandung: Alfabeta

Suparta, Mundzier. 2009. Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah

Terhadap Perilaku Keagamaan Masyrakat. Jakarta: Asta Buana Sejahtera

Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rodakarya

Syarif, 2014. e-jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta. Tradisi

Kontekstualisasi Kitab Kuning di Pesantren: Studi di Pondok Pesantren

Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya

Tan, Charlene, 2014. Educative Tradition and Islamic Schools in Indonesia.

Singapore: Nanyang Technological University Diakses melalui Academia Edu

tangga 19 Mei 2016

Tohirin. 2014. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Berbasis Integrasi

dan Kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers

103

Page 116: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

105

------ . 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidian dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: Rajawali Pers

Wahab, Rohmalina. 2016. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press

سوراباي: مكتبة ابىل بوكو. تعلمي املتعمل .ش يخ العالمة الزرنويج

Page 117: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

LAMPIRAN

Page 118: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi
Page 119: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi
Page 120: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

1

FOTO-FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN

DI PESANTREN MUSTHAFAWIYAH PURBA BARU

Page 121: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

2

Page 122: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

3

Page 123: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

4

Page 124: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

5

Page 125: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

6

Page 126: STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40340/2/MIFTAH... · i STRATEGI PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Analisis Dimensi

7


Recommended