STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN KOLEKSI MAINAN ANAK DI BPAD DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP)
Oleh:
RARA SUCI AMIYATI NIM: 1113025100008
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
iii
ABSTRAK
Rara Suci Amiyati (NIM: 1113025100008). Studi Fenomenologi Pemanfaatan Mainan Anak di BPAD DKI Jakarta.Skirpsi. Di bawah bimbingan Ida Farida, MLIS. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman pemustaka anak dalam pemanfaatan koleksi mainan anak di perpustakaan yang dilihat dari pengalaman, perasaan dan makna. Pemanfaatan koleksi mainan anak merupakan hal yang belum banyak dikaji keberadaannya. Pada penelitian ini, pengkajian fenomena koleksi mainan anak yang terdapat di perpustakaan menggunakan metode fenomenologi yang merupakan metode yang mengkaji bagaimana pengalaman seseorang terhadap suatu kejadian yaitu pemanfaatan koleksi mainan anak di perpustakaan. Penelitian ini bertempat di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta dengan informan yang merupakan pemustaka anak dengan rentang usia 5-12 tahun. Informan penelitian ini adalah para pemustaka anak yang memanfaatkan koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta dengan total 10 informan yang keseluruhannya merupakan pemustaka anak pada layanan anak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Penelitian ini berfokus pada tiga hal yaitu pengalaman, perasaan dan makna. Hasil penelitian pada penelitian ini berfokus pada tiga hal tersebut dan menghasilkan tema-tema yaitu: pada tema pengalaman terdapat memanfaatkan koleksi mainan anak merupakan pengalaman yang menyenangkan dan interaksi dalam pemanfaatan koleksi mainan anak. Pada tema perasaan terdapat berbagai perasaan yang timbul ketika memanfaatkan koleksi mainan anak yaitu senang, kesulitan dan keinginan. Terakhir yaitu pada tema makna yaitu makna dalam pemanfaatan koleksi mainan anak.
Kata kunci : Pemanfaatan. Mainan anak. Fenomenologi. Layanan Anak.
iv
ABSTRACT
Rara Suci Amiyati (NIM: 1113025100008). The Utilization of Toys in BPAD DKI Jakarta. A Thesis. Under Guidance: Ida Farida, MLIS. Jakarta: Library Studies Program, Adab and Humanities. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
This research discusses about the competence of the utilization of children’s toys collection in BPAD DKI Jakarta. The purpose of this research is to know how chidren experience in the untilization of the children’s toys collection in the library which identified from aspects of experience, feelings and meaning. The Utilization of a collection of toys is a thing that has not been much studied its existence. In this research, the research of the phenomenon of the collection of toys found in the library using phenomenology method which is a method that examines how one's experience of an event that is the use of a collection of toys in the library. This research took place at the Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta with informants who are children with 5-12 years age range. The informants of this research are the children who utilize the children’s toys collection in BPAD DKI Jakarta with a total 10 informants who is library user for children services. The technique of data collecting is done by interview. This research focuses on three things: experience, feeling and meaning. The results of this research focus on three things and produce themes, namely: the theme of the experience there utilizing a collection of toys is a fun experience and interaction in the utilization of a collection of toys. In the theme of feeling there are various feelings that arise when utilizing a collection of toys that is happy, difficult and desire. The last is on the theme of meaning is the meaning in the use of a collection of toys.
Keyword: The Utilization. Toys. Phenomenology. Children's Service.
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt sang
pencipta yang maha kaya atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, dan limpahkan
petunjuk-Nya. Shalawat serta sakam selalu senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang tekah membawa
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Atas izin Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Fenomenologi Pemanfaatan
Koleksi Mainan Anak di BPAD DKI Jakarta” ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada Fakultas
Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan dapat terwujud tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak baik berupa bantuan moril maupun materil.
Maka dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Terima kasih atas perhatian dan ilmu yang telah bapak berikan.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan. Terima kasih atas perhatian dan ilmu yang telah bapak
berikan.
vi
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Jurusan Ilmu Perpustakaan untuk
setiap ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang telah diberikan
kepada penulis selama kuliah.
7. Kepala dan Staff Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta yang
telah membantu dan memberikan izin penelitian yang bertempat BPAD
DKI Jakarta pada penulis.
8. Para Informan yang telah bersedia di wawancarai oleh penulis mengenai
pengalaman dalam memanfaatkan koleksi mainan anak di perpustakaan.
9. Kepada Ayah dan Mamah yang selalu setia memberikan segalanya.
Terima kasih atas setiap do’a dan kerja keras yang telah kalian berikan.
Terima kasih telah menjadi penopang dan sahabat terbaik bagi anak-
anaknya.
10. Kepada semua orang yang sudah banyak mendukung dalam penyelesaian
tugas akhir ini. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan
yang sedang berjuang dalam penyelesaian penelitian masing-masing. Hal
ini memang tidak mudah, tetapi akan setimpal.
Sesungguhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis terbuka dan bersedia menerima setiap kritik dan saran yang membangun
vii
dari pembaca untuk kebaikan pembuatan laporan penelitin selanjutnya, penulis
juga memohon maaf apabila ada kekeliruan atau hal yang tidak berkenan dalam
penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis
dan setiap pembacanya.
Jakarta, Mei 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
D. Definisi Istilah .................................................................................. 9
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 11
BAB II TIJAUAN LITERATUR ................................................................ 13
A. Perpustakaan Umum Daerah ........................................................... 13
1. Pengertian Perpustakaan Umum ............................................... 13
2. Tujuan, Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum ...................... 15
3. Layanan Perpustakaan Umum Daerah ...................................... 16
B. Mainan Anak .................................................................................... 23
1. Pengertian Mainan Anak .......................................................... 23
2. Kriteria Mainan Anak ............................................................... 23
3. Jenis Mainan Anak .................................................................... 27
4. Perkembagan Anak dalam Bermain ......................................... 32
5. Games di Perpustakaan ............................................................. 33
ix
C. Studi Fenomenologi ......................................................................... 34
1. Pengertian Studi Fenomenologi ................................................ 34
2. Proses Penelitian Studi Fenomenologi ..................................... 36
3. Fokus Penelitian Fenomenologi................................................ 40
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 42
E. Peta Tinjauan Literatur .................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 48
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 48
2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 50
3. Pemilihan Informan ......................................................................... 52
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 53
5. Fokus Pertanyaan Wawancara ......................................................... 54
6. Jadwal Penelitian ............................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 56
A. Profil Objek Penelitian ..................................................................... 56
1. Sejarah Singkat BPAD DKI Jakarta ......................................... 56
2. Visi dan Misi Perpustakaan ...................................................... 58
3. Struktur Organisasi BPAD DKI Jakarta ................................... 59
4. Koleksi Perpustakaan ................................................................ 60
5. Gedung Perpustakaan ............................................................... 62
6. Sarana dan Prasarana ................................................................ 63
7. Anggaran ................................................................................... 69
8. Kegiatan Perpustakaan .............................................................. 69
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 73
1. Karakteristik Informan .............................................................. 73
2. Analisis Tema ........................................................................... 73
C. Pembahasan...................................................................................... 84
x
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 94
A. Kesimpulan ...................................................................................... 94
B. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Skripsi .............................................................. 55
Tabel 4.1 Jam Layanan BPAD DKI Jakarta .................................................. 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Tinjauan Literatur ............................................................... 45
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPAD DKI Jakarta..................................... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara
Lampiran 2 Transkrip Wawancara
Lampiean 3 Tabel Analisis Data Berdasarkan Tema
Lampiran 4 Foto-foto Koleksi Mainan Anak di BPAD DKI Jakarta
Lampiran 5 Lembar Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 6 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Lembar Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, sebagai manusia yang telah memasuki umur yang
menginjak dewasa ini, pastilah kita pernah melewatkan masa kanak-kanak
yang sangat berwarna dan menyenangkan untuk dikenang. Masa kanak-
kanak juga dikenal sebagai masa keemasan (golden age) seseorang. Anak-
anak memiliki keingintahuan yang sangat tinggi dalam segala hal. Anak-
anak juga memerlukan akses yang baik terhadap informasi. Akses tersebut
bisa melalui berbagai prantara salah satunya pepustakaan.
Selain belajar, masa kanak-kanak erat kaitannya dengan masa
bermain yang menyenangkan. Dari bermain anak dapat belajar hal lainnya
sama seperti membaca, hanya berbeda pola pembelajarannya. Mainan
anak bukan hanya sekedar mainan yang dipilih tanpa memikirkan adanya
pembelajaran yang dapat dimengerti oleh anak. Mainan anak yang tersedia
di perpustakaan harus dipilih untuk merangsang daya kreatif dan imajinasi
anak.
“Children love “hands-on” toys that engage that minds and sense,
but a plain old “fun quotient” matters a lot, too”1
Seperti kutipan di atas, bahwa anak-anak menyukai bermain dan
mainan dapat merangsang pikiran dan akal dari anak-anak tapi tetap
mainan adalah sesuatu yang menyenangkan. Bermain mengajarkan
1Karen Stephens, ‘Toy Safety and Selection: Choose Developmentally Appropriate Toys
for Safety Play’, 2017 <http://www.parentingexchange.com> [accessed 10 February 2017].
2
keterampilan kognitif, fisik, dan sosial untuk anak-anak. Association for
Library Service for Children2 setuju bahwa bermain sama pentingnya
dengan membaca dan menulis ke perkembangan otak. Anak-anak dan
mainan merupakan sebuah hal yang menujukan kecenderungan bermain
pada masa pertumbuhan anak-anak.
Perpustakaan umum sebagai pusat informasi masyarakat bukan
hanya menyediakan buku untuk memberikan infromasi. Perpustakaan juga
menyediakan mainan anak sebagai salah satu koleksi yang terdapat pada
Layanan anak di perpustakaan umum. Sebagaimana peraturan yang telah
dibuat IFLA tentang Children and Young Adults Library Service3 dan
peraturan IFLA tentang Library Services to Babbies and Toddlers4 bahwa
perpustakaan umum adalah perpustakaan yang mempunyai tanggung
jawab khusus untuk menyediakan layanan anak.
“The right to play is a child's first claim on the community. Play is nature's training for life. No community can infringe that right without doing deep and enduring harm to the minds and bodies of its citizens.” David Lloyd George5
Bermain lagi-lagi diakui sebagai hak dasar anak di seluruh dunia
dalam Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989, yang ditandatangani
2Sue McCleaf Nespeca, ‘The Importance of Play, Particularly Constructive Play, in
Public Library Programming’ (Association for Library Service to Children, 2012) <www.ala.org/alsc/publications-resource/white-papers/importance-play> [accessed 11 January 2017].
3IFLA, ‘Children and Young Adults Library Services’ (IFLA) <http://www.ifla.org/files/assets/libraries-for-children-and-ya/publications/iflamembershipenglish.pdf> [accessed 20 February 2017].
4IFLA, ‘Library Services to Babbies and Toddlers’ (IFLA) <http://www.ifla.org/publications/profesionalreport/100.pdf> [accessed 20 February 2017].
5 Lucie K. Ozanne and Julie L. Ozanne, ‘A Child’s Right to Play: The Sosial Construction of Cibic Virtunes in Toy Libraries’, Journal of Public Policy & Marketing, 30.2 (2011), 264–78 <https://doi.org/10.1509/jppm.30.2.264>.
3
oleh 192 negara.6 Bermain dapat memotivasi anak-anak baik secara
internal maupun eksternal bermain juga merupakan hal yang
menyenangkan dan dilakukan secara sukarela oleh individu yang
melakukannya. Bermain sangat erat kaitannya dengan mengingkatkan
keterampilan motorik bagi anak-anak. Hal penting lainnya, bahwa bermain
dapat membantu anak untuk meningkatkan fungsi emosional seperti
membangun harga diri dan kepercayaan diri, dan fungsi sosial seperti
mengajar anak-anak untuk berbagi dan bekerja sama dan membantu anak-
anak untuk dapat mengendalikan emosi mereka.7
Bermain bukan hanya memiliki dampak positif bagi anak-anak,
tetapi bermain dan mainan memiliki beberapa dampak negatif yang
ditakutkan akan terjadi. Profesor Trawich-Smith8 menemukan efek negatif
dari mainan yang mengejutkan yaitu bahwa orang dewasa melakukan
pembedaan gender pada mainan tanpak sadar. Orang dewasa tanpa sadar
merekomendasikan bahwa mainan yang rumit digunakan oleh anak laki-
laki. Uniknya mainan yang dianggap untuk anak laki-laki memunculkan
nilai yang tinggi pada anak perempuan. Sedangkan pada dasarnya mainan
tersediri membantu anak untuk memecahkan masalah, interaksi sosial dan
ekspresi kreatif pada semua anak. Tapi pembedaan gender mainan
berdampak negatif terhadap anak-anak. Banyak mainan yang tidak sesuai
6 PBB, ‘Konverensi Hak Anak’ (presented at the Konverensi Hak Anak, New York, 1989)
<www.unicef.org> [accessed 13 February 2017]. 7 Ozanne and Ozanne. p.8 8 Prof. Trawich-Smith, ‘What the Research Says: Impact of Specific Toys on Play’,
Naeyc <www.naeyc.org/content/what-research-says-toys-and-play> [accessed 12 July 2017].
4
dan berbahaya pada anak-anak karena mengandung unsur-unsur berbahaya
seperti pewarna ataupun logam yang terkadung pada mainan tersebut. hal
tersebut dapat membahayakan anak-anak yang seharusnya mendapatkan
kesenangan bermain.9
Studi fenomenologi pada penelitian ini merupakah sesuatu yang
membantu peneliti menfokuskan ke mana arah penelitian. Seperti yang
diketahui bahwa studi fenomenologi merupakan studi yang befokus pada
pengalaman, perasaan dan makna dari objek sebuah fenomena yang dalam
penelitian ini merupakan pemanfaatan mainan anak. Pengalaman sendiri
memiliki definisi hal yang pernah dialami oleh seseorang dan merupakan
sesuatu yang terletak di daya ingat manusia. Anak-anak memiliki perasaan
ketika melakukan sesuatu, sana halnya ketika memanfaatkan koleksi
mainan anak. Perasaan memiliki definisi rasa atau keadaa batin sewaktu
menghadapi sesuatu.
Penelitian pemanfaatan koleksi mainana anak di perpustakaan
menggunakan studi fenomenologi karena peneliti fokus pada meneliti
tentang pengalaman yang disadari oleh informan seputar pemanfaaatan
permainan anak di perpustakaan. Karena pada dasarnya penelitian ini akan
meneliti pengalaman yang disadari oleh informan.
Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda walau pada situasi
dan aktifitas yang sama, pemustaka anak-anak memiliki berbagai macam
pengalaman ketika menggunakan koleksi mainan anak pada layanan anak
9 Asih Mahmudah Sanusi, Wiranti Sri Rahayu, and Pri Iswati Utami, ‘Identifikasi Cemaran Logam Timbal dalam Mainan Gigitan Bayi’, PHARMACY, 07.03 (2010), 123–134.
5
di perpustakaan. Makna adalah isi penting dalam pengalaman sadar
manusia. Makna merupakan sesautu kajian logika. Makna memiliki
definisi konseptual itu bisa berupa imajiniasi pikiran, hasrat, ataupun
perasaan-perasaan spesifik ketika seseorang mengalami dunianya
personal. Bagaimana informan memaknai pengalaman dari pemanfaatan
koleksi mainan anak di perpustakaan. Apakah hal tersebut memiliki makna
tersediri ataukan hal yang tidak bermakn, karena yang membedakan
pengalaman setiap orang adalah makna tersebut.
Perpustakaan umum menyediakan kesempatan bagi anak-anak untuk
mengalami kesenangan membaca dan kegembiraan menemukan
pengetahuan, berimajinasi dan bermain, karena merupakan fungsi
perpustakaan adalah sebagai pusat rekreasi. Salah satu caranya adalah
dengan menyediakan koleksi bacaan maupun koleksi mainan anak yang
memadai. Anak-anak dan orang tua mereka harus diajarkan bagaimana
menjadi penggunaan yang baik dari perpustakaan dan bagaimana
menggunakan perpustakaan secara optimal, baik sebagai sarana
pembelajaran maupun sarana rekreasi. Karena akan lebih mudah untuk
menggunakan perpustakaan di masa mendatang ketika anak-anak sudah
dikenalkan perpustakan sejak usia dini.
Layanan anak yang disediakan oleh Badan Perpustakaan & Arsip
Daerah DKI Jakarta tersedia di lokasi Taman Ismail Marzuki, Cikini,
Jakarta Pusat. Layanan anak sendiri berada di lantai dua gedung
perpustakaan, dirancang semenarik dan seceria mungkin. Layanan anak
6
mempunyai tiga area terpadu. Area pertama adalah area yang terdiri dari
buku bacaan anak, area kedua berisi mainan edukatif yang bersifat motorik
halus, area ketiga berisi tempat bermain seperti mainan musik, flying fox
mini, ayunan, kolam bola, sepeda kecil hingga otopet.
Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta sebagai salah satu
perpustakaan umum yang ada di wilayah jakarta bertugas untuk melayani
pemustaka dari berbagai jenis dan usia. Pada perpustakaan umum
pelayanan bukan hanya berfokus pada orang dewasa tetapi juga terhadap
anak-anak. Pada layanan anak yang tersedia di Badan Perpustakaan &
Arsip Daerah DKI Jakarta yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki,
Jakarta terdapat banyak koleksi mainan anak. Koleksi mainan anak yang
tersedia antara lain seperti mainan kayu, papan magnet, playmart, block
plastics, hingga games canggih pun tersedia. Banyak anak-anak yang
berkunjung untuk dapat membaca atau sekedar bermain.
Keadaan yang terjadi di layanan anak Badan Perpustakaan & Arsip
Daerah DKI Jakarta adalah bahwa pemustaka anak-anak banyak datang ke
perpustakaan dan bermain dengan mainan yang telah disediakan pada
layanan tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa
pada layanan anak lebih banyak anak-anak yang berkumpul pada arena
tempat mainan anak dibandingkan arena membaca. Hal tersebut
merupakan sebuah pertanyaan mengapa anak-anak lebih banyak
menggunakan mainan di perpustakaan dibandingkan membaca buku-buku
7
yang telah disediakan. Apakah makna sesungguhnya koleksi mainan anak
bagi pemustaka anak di perpustakaan.
Mainan anak yang terdapat di perpustakaan merupakan sesuatu hal
yang harus dilihat lebih dalam lagi pemaknaan dari pemanfaatan mainan
tersebut oleh pemustaka anak-anak. Bagiamana seorang anak memaknai
keberadaan mainan anak yang tersedia di perpustakaan dan apakah mainan
tersebut akan membaca anak-anak terhadap pemakaian koleksi
perpustakaan lebih lanjut seperti koleksi buku anak-anak yang tersedia
pada layanan anak?
Berdasarkan penjabaran di atas maka penulis tertarik untuk
mengetahui lebih mendetail mengenai makna mainan anak kepada layanan
anak di Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta dan apakah hal
tersebut merupakan tahap awal untuk pemakaian koleksi perpustakaan
lainnya. Untuk itu penulis menetapkan judul penelitian “Studi
Fenomenologi Pemanfaatan Koleksi Mainan Anak Di Badan
Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis memberikan pembatasan masalah menjadi “Pengalaman dan
perasaan pemustaka dalam menggunakan koleksi mainan anak dan makna
dari pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka anak-anak pada
layanan anak di Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta”
8
Dari pembatasan di atas, untuk mempermudah pelaksanaan
penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah penelitian ke dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana pengalaman dan perasaan pemustaka anak-anak dalam
menggunakan koleksi mainan anak di Badan Perpustakaan & Arsip
Daerah DKI Jakarta?
2. Bagaimana makna pemanfaatan koleksi mainan anak pada pemustaka
anak-anak di Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengalaman dan perasaan pemustakan anak-anak
dalam menggunakan mainan anak pada layanan anak di Badan
Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta.
2. Untuk mengetahui makna mainan anak oleh pemustaka anak-anak di
Badan Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta terhadap pemanfaatan
mainan anak di perpustakaan.
Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada Badan Perpustakaan & Arsip Daerah
DKI Jakarta dalam rangka pemanfaatan koleksi mainan anak serta
9
makna dari koleksi mainan anak di perpustakaan dan sebagai bahan
pertimbangan untuk pengadaan koleksi mainan anak untuk layanan
anak di perpustakaan.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya
dengan topik yang berhubungan.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis
tentang makna koleksi mainan anak di perpustakaan dan pengalam anak
dalam menggunakan koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta.
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa
pengertian istilah yang sering digunakan dalam setiap bab penelitian,
diantaranya:
1. Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk
menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman,
perasaan beserta maknanya.10 Penelitian ini berfokus pada
pengalamana sadar dari sudut pandang orang pertama (yang
mengalami secara langsung).
10Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology in
Communication (Jakarta: Lantera Ilmu Cendekia, 2013). p.40
10
2. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah proses, cara, atau perbuatan memanfaatkan
sesuatu, dalam hal ini adalah mainan anak di perpustakaan.
3. Koleksi Mainan Anak
Koleksi Mainan Anak adalah koleksi yang terdapat pada
layanan anak di perpustakaan. Mainan adalah alat untuk bermain, jadi
mainan anak adalah alat yang digunakan untuk anak-anak dalam
permainan dan bermain. Mainan anak bisa menjadi media
pembelajaran bagi anak. Oleh sebab itu ada yang dinamakan mainan
edukatif. Yang termaksud mainan anak contohnya adalah puzzle,
mainan kayu, papan magnet hingga mainan canggih.
4. Badan Perpustakaan & Arsip Daerah (BPAD) DKI Jakarta
Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta adalah
perpustakaan umum dan kantor arsip yang berada dibawah naungan
pemerintah daerah DKI Jakarta. Perpustakaan umum ini berada pada
dua lokasi berbeda, yaitu di Kuningan Jakarta Selatan dan Cikini
Jakarta Pusat. Perpustakaan yang memiliki layanan anak berlokasi di
Cikini. Perpustakaan ini berdiri sejak tahun 1950. Perpustakaan ini
melayani segala usia dan ras.
11
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
permasalahan ini, penulis akan menguraikan secara sistematis mulai dari
Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
definisi istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori dan kajian pustaka tentang hal-
hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti seperti
perpustakaan umum, teori mainan anak penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian,
pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan, teknik analisis data dan tempat serta waktu
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang gambaran umum objek
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan
12
dengan studi fenomenologi pemanfaatan koleksi mainan
anak di Badan Perpustakaan & Arsip Daerah DKI Jakarta.
Bab V Penutup
Bab terakhir ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini. Peneliti juga mencoba memberikan saran
yang membangun untuk Badan Perpustakaan & Arsip
Daerah DKI Jakarta.
13
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum Daerah
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang bisa digunakan oleh
semua kalangan masyarakat dan tidak dibatasi oleh umur. Perpustakaan
umum menyediakan berbagai koleksi yang terdiri dari beraneka ragam
subjek untuk dapat memenuhi kebutuhan pemustaka yang dilayaninya.
Perpustakaan umum biasanya dinaungi oleh pemeritah tempatnya berada.
Misalnya perpustakaan umum provinsi dinaungi oleh gubernur, sedangkan
perpustakaan umum kota/kabupaten dinaungi oleh walikota/bupati.
1. Pengertian Perpustakaan Umum Daerah
Perpustakaan umum mempunyai pengertian yang berbeda-beda,
berikut ini penulis mengutip beberapa pendapat tentang pengertian
perpustakaan umum:
Menurut Unesco Public Library Manifesto yang dilakukan pada
November 199411, perpustakaan umum memiliki makna sebagai
berikut:
“The public library is the local center of information, making all
kinds of knowledge and information readily avaliable to its
users. . . The public library, the local gateway to knowledge,
provides a basic condition for lifelong learning, independent
decision-making and culture development of the individual and
social groups.”
11IFLA, ‘IFLA Public Library Manifesto 1994’
<http://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994> [accessed 19 February 2017]. p.87
14
Pengertian perpustakaan umum menurut badan standar nasional
(BSN)12 adalah
“Perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
kab./kota yang mempunyai tugas pokok melaksanakan layanan
perpustakaan di wilayah kab./kota serta melaksanakan layanan
perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan
usia, ras, agama, status sosial, ekonomi dan gender.”
Menurut Sulistyo-Basuki dalam Sutarno13 menyatakan bahwa
“Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari
sumber retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk layanan.”
Menurut Zen14, menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah
“Perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku,
pendidikan, dan sebagainya.”
Berdasarkan dari beberapa pengertian-pengertian dari
perpustakaan umum yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
bertugas menjadi pusat informasi dari berbagai kalangan masyarakat
sekitarnya dan menghimpun, mengolah informasi tersebut untuk dapat
digunakan oleh penggunanya yaitu masyarakat sekitar tanpa
memandang latar belakang apapun.
12Perpustakaan Nasional RI, ‘Standar Nasional Indonesia Bidamg Perpustakaan dan Kepustakawanan’ <http://www.perpusnas.go.id/assets/uploads/2016/10/standar_nasional_perpustakaan-umum.pdf> [accessed 10 March 2017]. p.27
13Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004). p.38
14Zulfikar Zen and Rakhman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006). p.30
15
2. Tujuan, Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum Daerah
a. Tujuan
Perpustakaan umum mempunyai tujuan yang ingin dicapai
seperti halnya dengan perpustakaan lainnya yang ada. Menurut
Zen15, tujuan perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk
menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan.
2) Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan
tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan
komunitas melalui penyedian bahan pustaka dan
informasi.
4) Bertindak selaku agen kultural, sehingga menjadi pusat
utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
5) Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.
b. Fungsi
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor
9 tahun 198816 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun
198817, fungsi perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun dan mengolah bahan pustaka dan informasi.
2) Memelihara dan melestarikan bahan pustaka dan
informasi.
3) Mengatur dan mendayagunakan bahan pustaka dan
informasi, sebagai pusat kegiatan belajar, pelayanan
15 Zen and Hermawan. p.31 16 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1988 tentang Perpustakaan Umum. 17 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perpustakaan Umum.
16
informasi, penelitian dan menumbuhkan minat dan
kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Tugas
Menurut Sutarno18, tugas perpustakaan umum adalah
“memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai
pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi, penelitian,
dan pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”. Perpustakaan
umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena
perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka
dari berbagai disiplin ilmu, dan penggunaannya oleh seluruh lapisan
masarakat, tanpa terkecuali.
3. Layanan Perpustakaan Umum Daerah
Perpustakaan merupakan sebuah organisasi yang terus
berhadapan dengan berbagai pemustaka melalui layanan yang
disediakan, karena pemustaka merupakan fokus utama dalam
perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan harus tetap menjaga
pelayanan yang disediakan agar pemustaka merasa terpenuhi
kebutuhannya. Layanan perpustakaan merupakan fasilitas dan aktivitas
yang disediakan oleh perpustakaan dalam memberikan jasa kepada
pemustaka khususnya anggota perpustakaan. Layanan perpustakaan
memiliki jenis layanan yang cukup banyak. Semua layanan
perpustakaan tersebut penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi
18 NS. p.37
17
perpustakaan dan kebutuhan pemustaka yang dilayani.19 Berikut ini
adalah jenis layanan yang tersedia di perpustakaan umum daerah
menurut BSN20:
a. Layanan Membaca
Layanan membaca adalah layanan paling utama yang harus
terdapat pada sebuah perpustakaan, tanpa adanya layanan ini,
perpustakaan tidak bisa disebut sebuah perpustakaan. Hal tersebut
dikarenakan, perpustakaan merupakan tempat penyediaan
informasi untuk dapat digunakan oleh pemustaka, oleh karena itu
layanan membaca merupakan layanan yang sangat penting di
perpustakaan. Pada layanan ini, pemustaka dapat membaca koleksi
perpustakaan yang telah disediakan oleh perpustakaan baik koleksi
umum, kamus, surat kabar, jurnal, ensiklopedia dan lain
sebagainya.
b. Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah tombak utama dalam pelayanan di
perpustakaan. Tanpa adanya layanan sirkulasi perpustakaan tidak
bisa berjalan. Layanan sirkulasi adalah layanan peminjaman
koleksi yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan.
Menurut buku Pedoman Umum Penyelengaraan
Perpustakaan Umum21 Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani
19 Himayah, ‘Layanan dan Pelayanan Pustakawan Menjawab Tantangan Era Teknologi’,
Khizanah Al-hikmah, 1, 1.Pusatakawan (2013), 1. p.1 20 Perpustakaan Nasional RI, ‘Standar Nasional Indonesia Bidamg Perpustakaan dan
Kepustakawanan’. p.30
18
pengguna jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman dan
pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasi.
Bahan pustaka yang dipinjam untuk dibaca di luar gedung
perpustakaan meliputi buku-buku, majalah yang sudah dijilid dan
kaset.
Jadi layanan sirkulasi merupakan layanan yang
berhubungan langsung kepada pemustaka dan merupakan tampilan
utama dari layanan perpustakaan, yang bertugas untuk melayani
pengguna jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman dan
pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasi.
c. Layanan Referensi
Perpustakaan merupakan tempat untuk pemustaka mencari
informasi yang beraneka ragam. Ada yang mencari buku bacaan
ringan, buku untuk menunjang pengajaran, buku tentang sejarah
atau hal lainnya. Tetapi informasi yang ada di perpustakaan tidak
hanya sekedar buku yang dapat diambil langsung oleh pemustaka.
Perpustakaan juga menyediakan layanan referensi yang dapat
membantu dalam menemukan informasi yang diperlukan oleh
pemustaka secara lebih spesifik tentang berbagai macam bahan
pustaka referensi.
21 Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000). p.38
19
Menurut Darmono22 “Layanan referensi adalah layanan
yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus
seperti kamus, almanac, direktori, buku tahunan yang berisi
informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang
oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca di
tempat”.
d. Layanan Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling merupakan jenis layanan yang
dikembangkan pada perpustakaan umum yang disebut unit layanan
perpustakaan keliling.23 Layanan ini dimaksudkan agar
perpustakaan keliling dapat melayani masyarakat yang belum
terjangkau oleh perpustakaan umum seperti mendatangi
pemukiman penduduk, sekolah, kelurahan dan tempat lainnya.
e. Layanan Penelusuran Informasi
Layanan penelusuran informasi adalah suatu layanan yang
disediakan oleh perpustakaan untuk menunjang kebutuhan
informasi pemustaka. Layanan ini seperti pencarian informasi pada
koleksi yang tersedia di perpustakaan melalui Online Public Acsess
Catalog (OPAC) atau pencarian informasi lainnya yang tidak
tersedia di perpustakaan.
22 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Grasindo, 2001). p.141
23 NS. p.41
20
f. Layanan Bimbingan Pengguna
Layanan bimbingan pengguna atau pendidikan pemakai
adalah sebuah layanan perpustakaan yang ditunjukan kepada
pemakai pemula yang ingin mengetahui lebih banyak tentang
perpustakaan dan cara-cara menggunakan atau pemanfaatan
fasilitas dan koleksi perpustakaan secara maksimal. Hal ini bisa
dilakukan secara perseorangan maupun kelompok tergantung
kebijakan yang ditetapkan oleh perpustakaan.
g. Layanan Anak dan Remaja
1) Pengertian Layanan Anak dan Remaja
Menurut Joan M. Reitz24 “Layanan anak adalah
pelayanan perpustakaan yang ditujukan untuk anak-anak
berumur 12-13 tahun, di dalamnya termasuk pengembangkan
koleksi remaja, layanan lapsit, mendongeng, membantu
pengajaran dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah,
program sumber membaca, biasanya disediakan oleh
pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan
umum.”
Tetapi untuk penetapan usia pada layanan anak belum
menjadi sesuatu yang baku, banyak sekali perbedaan pendapat
dalam penetapan usia ini, ada yang berpendapat layanan anak
24 Joan M. Reitz, Dictonary for Library and Information Science (Westport: Libraries
Unlimited, 2004). p.137
21
diperuntukan untuk anak hingga 13 tahun, 15 tahun, bahkan 18
tahun.
2) Tujuan Layanan Anak dan Remaja
Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries Services,
layanan anak mempunyai tujuan untuk:25
a) Memfasilitasi hak setiap anak untuk: informasi, melek huruf,
pengembangan kebudaaan, pengembangan pembaca,
pembelajaran seumur hidup, dan program kreatif pada waktu
senggang.
b) Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan
media yang memadai bagi anak, dan di samping memberikan
program-program budaya dan rekreasi, yang berorientasi
pada membaca dan melek huruf.
c) Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk anak, orang
tua atau wali mereka.
3) Sasaran Pengguna Layanan Anak dan Remaja
Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries
Services, layanan anak mempunyai sasaran pengguna sebagai
berikut26:
a) Bayi dan balita
b) Anak-anak pra-sekolah
c) Murid sekolah sampai dengan umur 14 tahun
d) Kelompok berkebutuhan khusus
25 IFLA, ‘Children and Young Adults’. 26 IFLA, ‘Children and Young Adults’.
22
e) Orang tua dan anggota terkait
f) Pengasuh anak
g) Orang dewasa lainnya yang bekerja dengan anak-anak, buku
dan media.
4) Koleksi Layanan Anak
Layanan anak dan remaja merupakan layanan yang
sangat penting untuk anak-anak maupun keluarga pada saat ini.
Akses pada pengetahuan dan berbagai macam budaya yang ada
di dunia merupakan sebuah kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh
perpustakaan. anak-anak berhak mengembangkan kemampuan
potensial mereka melalui informasi yang benar dan mudah
diakses serta berbagai macam program yang terdapat di
perpustakaan. Layanan anak dan remaja harus menyediakan
berbagai macam koleksi sesuai dengan tahap perekembangan
anak dalam berbagai bentuk27, yaitu:
a) Koleksi tercetak (buku, majalah, komik, brosur)
b) Koleksi media (CD, DVC, dan kaset)
c) Koleksi mainan/
d) Koleksi permainan pembelajaran
e) Komputer
f) Software dan konektivitas
27 IFLA, ‘Children and Young Adults’.
23
B. Mainan Anak
1. Pengertian Mainan Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)28 mainan
mempunyai arti alat untuk bermain; barang yang dipermainkan. Mainan
sendiri erat kaitannya dengan bermain yang mempunyai arti melakukan
sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi mainan adalah alat yang
dipergunakan untuk bersenang-senang. Mainan dan anak-anak sangat
erat kaitannya dan tidak bisa pisahkan. Jadi mainan anak adalah suatu
alat yang digunakan oleh anak-anak dalam bermain yaitu melakukan
sesuatu hal yang menyenangkan dan untuk menghibur diri sendiri.
Mainan anak sendiri ada berbagai macam, bentuk, dan jenis, semuanya
disesuaikan dengan kebutuhan anak dan usia guna mendapatkan hasil
maksimal dari kegunaan mainan tersebut.
2. Kriteria Mainan Anak
a. Aman
Dalam menentukan mainan untuk anak, kita harus melihat
beberapa kriteria mainan yang baik; standar keamanan untuk
mainan anak di indonesia yang diterbitkan oleh Badan Standar
Nasional (BSN) adalah sebagai berikut29:
1) Label. Sebelum membeli mainan untuk anak, bacalah terlebih
dahulu label mainan. Sesuaikan informasi label mainan itu
28 ____ , Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/mainan 29 Badan Standar Nasional, Standar Keamanan Mainan Anak (Jakarta: Badan Standar
Nasional, 2012). p.3-8
24
dengan kondisi anak. Pemberian label pada mainan didasarkan
pada 4 kriteria, yakni: keamanan, kemampuan fisik anak,
kemampuan mental, dan minat anak.
2) Tanda Standar. Pilihlah mainan anak yang bertanda suatu
standar, contohnya: SNI, CE, dll. Mainan bertanda standar
telah memenuhi persyaratan keamanan yang ditentukan dalam
standar. Produk mainan bertanda standar memiliki jaminan
keamanan dan keselamatan yang dikukuhkan dengan
sertifikasi dari lembaga pengujian yang berwenang.
3) Ukuran Mainan. Perhatikan ukuran mainan atau komponen
yang menjadi bagian dari mainan tersebut. Besar kecilnya
ukuran sebuah mainan akan berpengaruh pada keamanan anak
sebagai penggunanya.
4) Bentuk Mainan. Pilih jenis mainan yang memiliki bentuk tidak
berbahaya, misal berbentuk runcing. Hal ini untuk
menghindarkan anak dari kecelakaan yang mungkin terjadi
akibat tertusuk oleh mainannya sendiri. Hindari mainan plastik
tipis yang mudah pecah menjadi potongan kecil dan
meninggalkan tepian yang bergerigi tajam. Hidari Mainan
yang ditembakkan.
5) Materi Mainan. Pilihlah mainan yang terbuat dari bahan atau
material yang aman. Jangan membeli mainan berbahan logam
25
kepada anak, khususnya anak yang masih berusia di bawah 3
tahun.
6) Bagian Mekanis Mainan. Bagian mekanis mainan perlu
mendapat perhatian. Unsur mekanis mainan biasanya berupa
engsel, lipatan, tuas, tali, karet dan sebagainya. Unsur mekanis
mainan ini bisa membahayakan anak. Pastikan bahwa bagian-
bagian mainan itu tidak membahayakan anak saat difungsikan.
7) Mainan Bersuara. Pastikan mainan tidak mengeluarkan bunyi
yang terlalu keras untuk telinga anak.
b. Edukatif
Pada dasarnya bentuk dan jenis permainan yang edukatif
tidaklah terbatas, namun demikian perlu diperhatikan bahwa dalam
memilih permainan edukatif harus memiliki kriteria sebagai
berikut:30
1) Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar berfungsi
sebagai bagian yang sangat penting bagi tumbuh kembang
anak, jadi tidak justru menghambat tumbuh kembang mereka
2) Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota keluarga dalam
proses bermain, agar dapat melindungi mereka dari hal-hal
yang dapat merugikan tumbuh kembang mereka atau dari hal-
hal yang mematikan kreativitas atau minat anak terhadap
lingkungan.
30 Abdul Khobir, ‘Upaya Mendidik Anak Melalui Permainan Edukasi’, Forum Tarbiyah,
2, 7 (2009), 195–208. p.203
26
3) Mudah dibongkar pasang. Alat permainan yang mudah
dibongkar pasang, dapat diperbaiki sendiri, lebih ideal
daripada mobil-mobilan yang dapat bergerak sendiri. Alat-alat
permainan yang dijual di toko-toko (built-in) lebih banyak
menjadi bahan tontonan daripada berfungsi sebagai alat
permainan. Anak-anak tidak tertarik oleh bagus dan
sempurnanya alat-alat permainan yang diproduksi di pabrik
tersebut.
4) Dapat mengembangkan daya fantasi. Alat permainan yang
sifatnya mudah dibentuk dan diubah-ubah sangat sesuai untuk
mengembangkan daya fantasi, yang memberikan kepada anak
kesempatan untuk mencoba dan melatih daya-daya fantasinya.
c. Merangsang Motorik
1) Warna-warni
Penglihatan merupakan sesuatu yang penting bagi manusia,
begitu juga anak. Sebelum dapat berbicara dan mengenal kata.
Anak sudah terlebih dahulu mengenal warna. Warna berpungsi
merangsang motorik anak yaitu penglihatan. Dengan mainan
yang memiliki bermacam-macam warna anak akan terbantu
dalam mengenali warna yang berbeda.
2) Tekstur
Tekstur dalam hal ini berarti bentuk mainan, ada mainan
yang bentuk permukaannya halus ada permainan yang bentuk
27
permukaannya kasar. Semua itu tergantung motorik halus atau
motorik kasar yang menjadi fokus utama rangsangan dalam
mainan tersebut.
3) Gerak
Beberapa mainan memerlukan gerakan yang banyak untuk
dapat memainkannya, seperti sepak bola, bola basket dll.
Mainan tersebut merangsang anak untuk bergerak lebih sering
dan merangsang berbagai motorik kasar anak yang sedang
berkembang.
3. Jenis Mainan Anak
Secara garis besar, mainan adalah sesuatu yang digunakan
untuk membantu dalam bermain. Mainan sendiri terbagi menjadi 2
yaitu mainan (bentuk) dan games (elektronik). Mainan merupakan alat
yang digunakan pada saat bermain seperti balok kayu, puzzle, boneka
dsb. Sedangkan games adalah alat bermain yang tidak berbentuk,
untuk memainkannya dibutuhkan gerakan bersama maupun merupakan
bentuk elektronik.
28
a. Mainan
Jenis permainan anak merupakan sesuatu yang dikelompokan
berdasarkan hal yang dilakukan pada permainan tersebut, berikut
adalah jenis permainan anak menurut31:
1) Mainan terstruktur (Self-Correcting), Mainan terstruktur adalah
mainan yang akan cocok dan lengkap jika disatukan atau
dimainkan bersama-sama dalam cara yang spesifik. Misalnya,
sebuah teka-teki dan puzzle. Mainan jenis ini akan dapat
digunakan dengan mudah oleh anak-anak jika anak telah
menempatkannya secara benar dan bersama-sama dan menjadi
sesuatu yang utuh. Mainan self-correcting adalah sebagai
berikut:
a) Puzzle: kayu, karet, kardus, dan puzzle lantai.
b) Frame swadaya keterampilan (mengancingkan, memakai
seleting, dan mengikat)
c) Mengolongkan lingkaran yang muat pada sebuah silinder
d) Kotak bersarang, cangkir, rak, tiang
e) Penyortir bentuk geometris
2) Mainan terbuka, jenis mainan ini tidak memiliki cara yang benar
atau salah untuk digunakan. Mainan ini dapat diletakkan
bersama-sama atau dimainkan dalam berbagai cara, tergantung
sepenuhnya pada kreativitas anak dan tingkat perkembangan
31 Diane Trister Dodge and dkk., The Creative Curriculum for Preschool (United State:
Teaching Strategies Inc., 2008). p.299-300
29
anak tersebut. Mereka menawarkan pemecahan masalah dan
inisiatif terhadap menghadapi masalah. Banyak hal yang baik
untuk mengembangkan keterampilan motorik dan koordinasi
mata serta tangan anak-anak. Mainan ini juga alat alami untuk
mengembangkan kemampuan matematika dan konsep
dasar. Mainan terbuka adalah sebagai berikut:
a) Papan merasa
b) Lego blok, orang-orang dan alat peraga
c) Kubus berwarna, kayu atau plastik
d) Manik-manik dan kartu menjahit dengan benang atau tali
untuk merangkai
e) Pasak dan papan pasak
f) Batang Cuisenaire
g) Blok parquetry
h) Huruf magnetik dan angka
i) Geoboards
j) Kayu bentuk geometris
k) Saling link dan kubus
3) Koleksi, seperti mainan terbuka, dapat disatukan dalam berbagai
cara yang tidak ditentukan atau tidak memiliki aturan yang
pasti. Perbedaannya adalah bahwa koleksi berisi set seperti
benda. Koleksi tersebut mendorong anak-anak untuk memilah,
30
melakukan pertandingan, dan membandingkan dengan berbagai
cara inventif. Contoh koleksi meliputi:
a) Tutup botol
b) Tombol
c) Kunci
d) Sendok kopi plastik
e) Kotak kecil
f) Mainan kecil
g) Penghapus
h) Chip cat sampel
i) Mur dan baut
j) Pengencang plastik (misalnya, dari tas roti)
k) Tutup
4) Permainan Kooperatif, mendorong anak-anak untuk bekerja
sama untuk mencocokkan gambar, angka, simbol, dan benda-
benda. Daripada menang atau kalah, permainan ini memberikan
anak-anak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
sosial sekaligus meningkatkan penglihatan anak-anak dari pada
keterampilan diskriminasi. mainan dalam kategori ini antara
lain:
a) Lotto
b) Domino
c) Konsentrasi
31
d) Permainan pencocokan
e) Permainan kartu
f) Permainan papan
b. Games
Games merupakan sesuatu yang “menyenangkan” tetapi
banyak presepsi bahwa game adalah sesuatu yang tidak mendidik.
Tetapi games bukan hanya sekedar sesuatu yang menyenangkan
tetapi juga sesuatu yang dapat digunakan utnuk pembelajaran.
Games memberikan banyak pendekatan dalam pembelajaran.
Games yang dimaksudkan disini merupakan games digital yang
memberikan informasi visual untuk para pemain. Dalam games
terdapat katagori umum, yaitu32:
1) Games Petualangan yaitu games yang di mana pemain
bergerak melalui dunia maya,
2) Permainan Puzzle yaitu games yang pemainnya harus
mennempatkan sesuatu sehingga menjadi suatu bentuk, seperti
tetris.
3) Role-Playing Games, di mana pemain mengasumsikan peran
seseorang atau makhluk, seperti Dungeons dan Dragons.
4) Permainan Strategi, seperti The Sims, di mana strategi
permainan dikendalikan oleh pemain.
5) Permainan Olahraga, seperti golf atau sepak bola, dan
32 Diana Oblinger, ‘Simulation, Games and Learning’, Educause, 2006, 1.
32
6) First-Person Shooter Game.
4. Perkembangan Anak dalam Bermain
Pada yang terlihat, anak-anak bermain menggunakan mainan
merupakan hal yang sederhana, tetapi faktanya mereka belajar
berbagai kemampuan tiap kali bermain. Bermain dengan mainan bisa
merupakan tahap dasar untuk membaca, menulis, matematika,
interaksi sosial dan kreatifitas. Berikut adalah kemampuan yang dapat
berkembang dengan bermain33:
a. Kemampuan fisik; termasuk mencari, merangkak berjalan, berlari,
memanjat, lompat, menangkap dan belajar keseimbangan.
b. Keterampilan motorik halus merupakan pembelajaran untuk
memegang mainan dengan tangan dan jari
c. Kemampuan mental, termasuk menyelesaikan permasalahan dan
belajar karena dan efek.
d. Kemampuan berbahasa, termasuk interaksi dengna orang lain dan
menggunakan kata untuk menunjukan aktifitas dan permainan.
e. Kemampuan sosial, yaitu belajar mengikuti arahan, bekerjasama
dengan orang lain, bergiliran, mengikuti peraturan dan berbagi.
f. Menghargai diri yaitu mendapatkan tujuan ketika bermain.
Penghargaan terhadap diri sendiri merupakan hal yang penting
unutk mencapai kebahagian dan kesuksesan individu.
33Simon Technology Center, ‘Universal Tools for Learning, Communication and
Inclusion for Children with Disabilities’, Pacer Center Inc., 12.
33
g. Kemampuan emosional yaitu merasakan kebahagian, bonding
dengan orang lain dan bekerja dengan perasaan ketika bermain.
h. Kreatifitas dan imajinasi seperti memerankan karakter dokter, guru,
orang tua, pemadam kebakaran dan belajar bahwa hidup penuh
dengan kemungkinan dan keberuntungan.
5. Manfaat Games di Perpustakaan
Permainan yang dilakukan di perpustakaan sebagian
mengambil sumber dari kegiatan perpustakaan lainnya. Layanan
bermain harus dikembangkan dalam misi dan tujuan perpustakaan
tersebut, dalam keseimbangan dengan layanan lainnya. Dari survei
yang telah dilakukan oleh Library Game Lab of Syracuse selama
beberapa tahun terakhir, tiga tujuan paling populer dalam membawa
program permainan ke perpustakaan adalah34:
a. Permainan yang digunakan untuk menarik populasi yang tidak
terlayani
b. Permainan adalah layanan tambahan untuk kelompok yang sudah
menggunakan perpustakaan, dan
c. Permainan memberikan kesempatan bagi anggota komonitas
perpustakaan berinteraksi sosial dengan masing-masing anggota,
meningkatkan peran perpustakaan sebagai pusat komunitas.
34 Scott Nicholson, Everyone Plays at The Library: Creating Great Gaming Experiences
for All Ages (New Jersey: Information Today Inc., 2010). p.10
34
C. Studi Fenomenologi
1. Pengertian Studi Fenomenologi
Studi Fenomenologi adalah penelitian untuk menggali
kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta
maknanya.35 Penelitian ini berfokus pada pengalaman sadar dari sudut
pandang orang pertama (yang mengalami secara langsung). Metode
ini mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia
mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting, dalam kerangka
intersubjektivitas. Setiap individu secara sadar mengalami sesuatu
yang ada. Sesuatu yang ada kemudian menjadi bahan untuk sebuah
tindakan yang bermakna dalam kehidupan sosialnya.36
Menurut bahasa sendiri fenomenologi diambil dari bahasa
yunani yaitu phaenasthai yang berarti menunjukan diri sendiri atau
menampilkan. Selain dari kata tersebut fenomenologi juga berasal dari
kata pahainomenon yang berasal dari bahasa yunani yang mempunyai
pengertian gejala atau apa yang telah menampakan diri.37 Dilihat dari
pengertian dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pengertian bahasa fenomenologi adalah sesuai yang tampak atau
tampil. Fenomenologi sendiri berfusat terhadap analisis gejala-gejala
yang membanjiri kesadaran manusia.
35 Pembayun. p.40 36 Pembayun. p.40 37 O. Hasbiansyah, ‘Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi’, Mediator, 1, 9, 163–80. p.166
35
Menurut Edgar dan Sedgwick dalam bukunya Curtural
Theory38 bahwa fenomenologi berupaya mengungkapkan tentang
makna dari pengalaman seseorang, makna tentang sesuatu yang
dialami seseorang akan sangat tergantung bagaimana orang tersebut
berhubungan dengan sesuatu itu. Brouwe menyatakan bahwa
fenomenologi bukalah ilmu, tetapi suatu metode pemikiran “a way of
looking at things”) tidak ada teori, tidak ada hipotesis dan tidak ada
sistem.
Definisi studi fenomenologi yang dikemukakan oleh Narayan
Prasad Kafle39 menjelaskan bahwa studi ini menembus jauh ke dalam
pengalaman manusia dan menelusuri makna dari sebuah fenomena
dan menjelaskannya dalam bentuk asli yang dialami oleh individu
tersebut.
Dari beberapa pengertian fenomenologi yang telah
dikemukakan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
fenomenologi adalah sebuah ilmu yang kini telah berkembang yang
berfokus pada subjek untuk dapat mengungkapkan makna dan
pengalaman yang dilaluinya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam
sebuah fenomena.
38 Andrew Edgar and Peter R. Sedgwick, Cultural Theory: The Key Concept, 2nd edn
(United Kingdom: Routledge, 2008). p.273 39 Narayan Prasad Kafle, ‘Hermeneutic Phenomenological Research Method Simplified’,
Bodhi: An Interdisciplinary Journal, 5 (2011), 181–200.
36
2. Prosedur Penelitian Studi Fenomenologi
Studi Fenomenologi pada dasarnya merupakan penelitian yang
biasanya digunakan untuk penelitian filsafat ataupun fenomenologi.
Sesuai perkembangan zaman saat ini, studi fenomenologi banyak
digunakan pada penelitian komunikasi dan penelitian yang bersifat
mencari tahu esensi sebuah fenomena dari individu.
Ada beberapa prosedur dalam penelitian fenomenologi yang
dapat digunakan salah satunya prosedur yang dikembangkan oleh
Robert Schweitzer dalam Sruart Devenish dan prosedur yang
dikembangkan oleh Thomas Groenewald.
a. Robert Schweitzer
Berikut adalah prosedur peneltian studi fenomenologi
menururt Robert Schweitzer40:
1) Tahap 1: Dapatkan pemahaman tetang data tersebut: dimana
data, didapatkan dari wawancara, dibaca dan dimengerti dari
sudut pandang informan, dan data menjelaskan subjek tersebut
tersendiri.
2) Tahap 2: Buat tahap penyusunan analisis, yang mana
mempunyai tiga langkah:
a) Penggambaran kedalam suatu makna
b) Menganalisa makna menjadi tema
c) Menghilangkan tema yang berlebihan dan menyusun
analisis tersebut.
40 Stuart Devenish, ‘An Applied Method for Undertaking Phenomenological Explication
of Interview Transcripts’, Indo-Pacific Journal of Phenomenology, 2 (2002), 1–20.
37
3) Tahap 3: Buat sebuah file indeks dari hasil penyusunan analisis
yang terdiri dari tiga langkah selanjutnya:
a) Gambarkan analisis tema
b) Identifikasi referensi dengan analisis tema
c) Kontruksi tema menggnakan sistem indeks
4) Tahap 4: Mencari indeks tema.
a) Data yang ada di gabungkan dan di buatkan nomor
b) Gunakan referensi untuk menganalisis data
c) Pencatatan data dalam berbagai kelompok
d) Tema teridentifikasi
5) Tahap 5: Data siap untuk dideskripsikan.
a) Data dideskripsikan menggunakan interpretive tema.
b) Mendeskripsikan data berdasarkan tema yagng ada dengan
hati-hati.
6) Tahap 6: Sintesis deskrispsi yang didapatkan, dimana tema
utama yang ada disajikan ulang secara singkan dan ringkas.
b. Thomas Groenewald41.
1) Menentukan sebauh paradigma penelitian.
Sebuah penelitian yang baik dimulai dengan memilih topik,
masalah atau bidang penelitian seperti itu juga dengan memilih
paradigma. Paradigma adalah pola pemikiran seseorang.
41 Thomas Groenewald, ‘A Phenomenological Research Design Illustrated’, International
Journal of Qualitative Method, 3 (2004), 1–25.
38
2) Menemukan informan penelitian.
Menentukan bagaimana akan memilih informan dan
berbagai kriteria seorang informan dapat diwawancara untuk
sebuah topik.
3) Menentukan metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data paling utama dalam penelitian
ini adalah wawancara. Tentukan bagaimana wawancara akan
dilakukan dan pertanyaan utama yang sangat berkaitan dengan
penelitian tersebut. Pertanyaan diarahkan pada pengalaman,
perasaan dan makna dari terma tersebut.
4) Metode penyimpanan data
Wawancara yang dilakukan kepada informan direkam atas
izin dari informan tersebut. Hal ini kemudian akan menjadi
dasar dari analisis data pada penelitian ini.
5) Eksplorasi data
Menentukan bagaimana akan mengeksplorasi data hasil
penelitian untuk dapat menentukan tema-tema dari penelitian
tersebut. Eksplorasi data mempunyai berbagai step menurut
beberapa ahli. Berikut adalah eksplorasi data yang
dikembangkan oleh Hycner’s dalam Growenald yaitu
eksplorasi data mempunyai lima step proses, yaitu:
a) Bracketing dan reduksi fenomenologi
b) Menggambarkan sebagai sebuah satuan
c) Mengkelompokkan satuan menjadi tema sebuah makna
39
d) Meringkas tiap wawancara, memvalidasai dan
memodifikasi.
e) Penafsiran umum dan unik tiap tema dari semua interview
tersebut dan dibuat ringkasan.
Selain eksplorasi data yang telah dikembangkan oleh
Hycner, terdapat juga eksplorasi data yang dikembangkan oleh
O. Hasbiansyah42 yaitu:
a) Mentranskripsikan rekaman hasil wawancara ke dalam
tulisan
b) Bracketing (epoche): membaca keseluruhan data (deskripsi)
tanpa prakonsepsi.
c) Horizonalization: menginventarisasi pernyataan-pernyataan
penting yang relevan dengan topik.
d) Cluster of Meaning: rincian pernyataan penting itu
diformulasikan ke dalam makna, dan dikelompokkan ke
dalam tema-tema tertentu.
6) Validasi dan keabsahan data
Peneliti menyiapkan diri agar bias mengerti informan
dalam wawancara terhadap fenomena yang diteliti dari
perspektif informan tersebut. Rekaman wawancara informan
digunakan untuk mengungkapkan makna selama transkrip
wawancara yang mengandung keabsahan informasi.
Selanjutnya, subjek menerima salinan validasi yang
menggambarkan persefektif mereka terhadap fenomena yang
diteliti.
42 Hasbiansyah. p.171
40
3. Fokus Penelitian Fenomenologi
a. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(diajalni, dirasai, ditanggung).43 Pengalaman diartikan juga sebagai
prosess mendapatkan pengetahuan atau kemampuan dari
melakukan, melihat atau merasakan sesuatu.44 Daehler dan
Bukatko dalam Syah45 mengungkapkan bahwa pengalaman dapat
diartikan juga sebagai memori yang menerima dan menyimpan
suatu peristiwa yang dialami oleh individu pada waktu tertentu dan
tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi.
Pengalaman tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari
dan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Pengalaman
seseorang merupakan sebuah penghubung untuk interaksi kepada
hal lainnya termasuk interaksi antara pemustaka di perpustakaan
sebagai sebuah pengalaman berkunjung ke perpustakaan.
b. Perasaan
Perasaan menurut KBBI46 memiliki 4 pengertian yaitu (a)
hasil atau perbuatan merasa dengan panca indra (b) rasa atau
keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu (c)
kesanggupan untuk merasa atau merasai (d) pertimbangan batin
43 , Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/alam-2 44 Andersen Lee, David Boud, and Cohen Ruth, Understanding Adult Education and
Training, 2nd edn (Sydney: Foley G). 45 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
46 , Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/rasa
41
(hati) atas sesuatu; pendapat. Kata perasaan dan emosi sangat erat
kaitannya dan tumpang tindih dalam penggunaan. Hal yang
membedakaan antara perasaan dan emosi adalah perasaan memiliki
pengalaman subjektif sedangkan emosi lebih ilmiah. Perasaan
merupakan komponen yang terdapat dalam emosi.
Emosi sendiri menurut Daniel Goleman47 memiliki
pengertian bahwa emosi berasal dari kata kerja Bahasa Latin yang
berarti “menggerakan, bergerak”, untuk memberikan arti “bergerak
menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Dalam repertoar emosi, setiap
emosi memainkan peran khas. Menurut Max Scheler48 terdapat 4
macam perasaan:
1) Sensoris: Sakit, panas, dingin
2) Vital: Segar, lelah
3) Pskikis: Senang, susah, takut
4) Kepribadian: Harga diri, putus asa.
c. Makna
Makna memiliki pengertian sebagai maksud dari
pembicaraan atau tindakan, pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaan.49 Richard menciptkan teori “The
47 Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih
Penting daripada IQ (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). p.7 48 Max Scheler, On Feeling, Knowing, and Valuing (Chicago: University of Chicago
Press, 1992). 49 , Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/makna
42
Meaning of Meaning”50. Ide utama dari teori ini adalah bahwa
makna tidak berada dalam kata-kata, mereka berada dalam
manusia. Memahami bahwa makna berasal dari individu itu sendiri
dan dapat membantu untuk menjernihkan kebingungan dan
mencegah terjadinya argumen ketika berkomunikasi dengan orang
lain.
D. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang berjudul “A Study on the Utilization of Toy Libraries
in Japan”51 disusun oleh Choew Puei Kuen dan Nishide Kazihizo
yang sedang menempuh pendidikan di Departement of Architecture,
Graduate School of Engineering, The University of Tokyo, penelitian
ini disusun pada tahun 2012. Penelitian ini dilatar belakangi karena
minimnya interaksi antara anak dan orang tua dan perpustakaan
mainan bisa merupakan solusi dari berbagai masalah tersebut. Metode
yang digunakan adalah metode studi kasus pada 4 perpustakaan
dengan mengukur beberapa variabel seperti kemampuan bermain
sendiri, tingkah laku hingga interaksi antar pengujung dan untuk dapat
menunjukan apakah tujuan dari perpustakaan mainan telah tercapai
dengan baik. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa perpustakaan
50 Charles Key Ogden and Ivor Armstrong Richards, The Meaning of Meaning: A Study of
the Influence of Languafe Upon Though and of the Science of Symbolism. (UK: University of Cambridge).
51 Choew Puei Kuen and Nishide Kazhizo, ‘A Study on the Utilization of Toy Libraries in Japan’, NII-Electronic Library Servicr, 2012 <http://ci.nii.ac.jp/lognavi> [accessed 12 February 2017].
43
mainan berdampak tinggi ke terhadap tingkah laku pengunjung tetapi
masih kurang masalah tempat dan fasilitas untuk dapat menunjang
interaksi antar user.
Penelitian yang dialakukan oleh Sdr. Choew Puei Kuen dan
Nishide Kazihizo memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya terletak pada
permasalahan Pemanfaatan Koleksi Mainan Anak, dimana Choew
Puei Kuen dan Nishide Kazihizo menjabarkan tentang pemanfaatan
perpustakaan mainan anak di Jepang. Dari penelitian tersebut penulis
juga mempunyai perbedaan yaitu dari segi metode penelitian, dan
permasalahan yang akan penulis teliti. Untuk metode penelitian
penulis menggunakan metode penelitian fenomenologi yang berbeda
dengan penelitian milik Sdr. Choew Puei Kuen dan Nishide Kazihizo.
2. Skripsi yang berjudul “Penjiwaan Profesionalisme Pustakawan: Studi
Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial Pustakawan di Perpustakaan
Umum Kota Surabaya Terhadap Profesi Pustakawan”52 disusun oleh
Dian Novita Fitriani Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan,
Departemen Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Airlangga tahun 2014. Penelitian Penelitian
ini dilatar belakangi oleh permasalah profesi pustakawan yang kurang
diangkap penting. Profesi ini sering dianggap profesi yang tidak
menarik bahkan oleh mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan maupun
52 ‘Penjiwaan Profesional Pustakawan: Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial Pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Surabaya Terhadap Profesi Pustakawan’ (unpublished Skripsi S1, Universitas Airlangga, 2014) <repositoy.unair.ac.id>.
44
pustakawan yang aktif. Tetapi pada saat ini, seorang pustakawan harus
multiskilled.
Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi dan
menghasilkan 3 topologi profesional pustakawan, yaitu:
Administrative librarianship, actualization librarianship, and society
oriented librarianship. Penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Dian
Novita Fitriani mempunyai persamaan dan perbedaan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan studi fenomenologi sebagai metode
penelitian dan fokus utama dalam mencari informasi. Perbedaan yang
dimiliki adalah subjek dan objek dari penelitian milik Sdri. Dian
Novita Fitriani. Penulis melakukan penelitian dengan subjek Anak-
anak dan Objek BPAD DKI Jakarta sedangkan Sdri. Dian Novita
Fitriani menggunakan subjek Pustakawan dan Objek Perpustakaan
Umum Kota Surabaya.
45
E. Peta Tinjauan Literatur
Perpustakaan Umum Keputusan Mendagri No.9, 1988; Instruksi Mendagri No. 21, 1988;
IFLA, 1994; Sutarno, 2006; Zulfikar, 2006.
Layanan Perpustakaan Umum menurut Badan Standar Nasional 1. Layanan Membaca 2. Layanan Sirkulasi 3. Layanan Referensi 4. Layanan Penelusuran Informasi 5. Layanan Bimbingan Pengguna
Darmono, 2001; Himayah, 2013; IFLA, 2003; PNRI, 2000; PNRI, 2011; Sutarno, 2006.
Layanan Anak dan Remaja
Joan M. Reits, 2004; IFLA, 2001; IFLA, 2003; Patton, 2003.
Koleksi Mainan Anak
IFLA, 2001; IFLA, 2003, PNRI 2011.
Manfaat Games di Perpustakaan
Scott Nicholson, 2010.
Perkembangan Anak dalam Bermain
Simon Tech. Center, 2013.
Jenis Mainan Anak
1. Mainan 2. Games
(elektronik)
Diana Oblinger, 2006; Diane Trister, 2008.
Kriteria Mainan Anak
1. Aman 2. Edukatif 3. Merangsang
motorik
BSN, 2012; Abdul Khobir, 2009.
Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan koleksi mainan anak yang berada di perpustakaan. Pemanfaatan koleksi mainan anak merupakan suatu penelitian yang belum banyak dibahas. Pada penelitian ini sudut padang yang sangat penting adalah dari sudut pandang anak-anak selalu subjek untuk dapat melihat pengalaman dan makna tentang pemanfaatan mainana anak di perpustakaan
Gambar 2.1 Bagan Peta Tinjauan Literatur
Studi Fenomenologi
Elly Pembayun, 2013; O. Hasbiansyah, 2005; Andrew Edgar, 2008; Narayan Kafle, 2011; Stuart Devinsh, 2002; Thomas
Gronewald, 2004; Andersen Lee dkk; Muhibbin Syah, 2003; Daniel Goleman, 2007; Charles Key Ogken.
46
Pada perpustakaan umum yang dapat dilihat lebih lanjut di
(Keputusan Mendagri No.9, 1988; Instruksi Mendagri No. 21, 1988;
IFLA, 1994; Sutarno, 2006; Zulfikar, 2006;) terdapat banyak layanan yang
telah disediakan, salah satunya adalah layanan informasi anak dan remaja
(IFLA, 2003; Juan M.Reitz, 2004.) Layanan informasi anak dan remaja
tidak hanya menyediakan koleksi literatur tetapi juga menyediakan koleksi
mainan anak. Koleksi mainan anak merupakan koleksi yang tersedia di
layanan informasi anak dan remaja untnuk menunjang kebutuhan anak-
anak akan rekreasi dan pembelajaran.
Sasaran layanan informasi anak dan remaja bukan hanya terfokus
pada anak-anak tetapi juga kepada keluarga, orang tua, dan orang dewa
lainnya yang berkaitan. Untuk dapat memilih mainan anak yang baik tidak
bisa dilakukan sembarangan dan tanpa standar. Standar untuk memilih
mainan anak telah diterbitkan oleh Badan Standar Nasional (BSN, 2012)
tentang standar keamanan mainan untuk anak, yaitu tiap mainan harus
mempunyai; label, tanda standar, ukuran, bentuk, bahan, bagian mekasis
mainan dan suara yang tidak terlalu keras sedangkan kriteria untuk mainan
yang edukatif memiliki kriteria sendiri salah satunya yaitu mainan harus
disesuaikan dengan minat dan usia anak (Abdul Kodir, 2012). Sedangkan
untuk jenis mainan anak terbagi menjadi dua yaitu mainan (bentuk) dan
games (software).
47
Mainan dibagi menjadi empat macam yaitu (Diane Trister, 2008);
mainan terstruktur, mainan terbuka, koleksi dan mainan kooperatif.
Sedangkan games dibagi menjadi enam macam yaitu (Diana Oblinger,
2006); games petualangan, games puzzle, games role-playing, games
strategi, games olahraga, games first person shoot. Selain banyaknya
pembagian jenis mainan anak yang telah disebutkan di atas, kita kerap kali
menganggap bahwa anak hanya sekedar bermain dengan mainan yang
sederhana tetapi pada kenyataannya anak bermain dengan lebih rumit dari
yang terlihat sehingga dapat merangsang berbagai macam perkembangan
yaitu perkembangan fisik, motorik, mental, bahasa, sosial, menghargai diri
dan kreatifitas (Simon Tech. Center, 2013).
Semua koleksi mainan anak yang terdapat di perpustakaan dan
berada pada layanan informasi anak dan remaja merupakan sesuatu yang
dapat dimanfaatkan oleh pemustaka. Fokus penelitian pada penelitian ini
yaitu berfokus pada pemanfaatan mainan anak di perpustakaan dipandang
dari sudut pandang subjek yaitu anak-anak, untuk dapat mengetahui
pemaknaan, perasaan serta pengalaman yang dialami anak-anak ketika
memanfaatkan koleksi mainan anak di perpustakaan dengan sudut
pandang penelitian fenomenologi.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sendiri dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mendapatkan sebuah data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.53
Dalam metode penelitian ini, penulis akan memaparkan mengenai metode
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: jenis dan
pendekatan penelitian, kriteria informan, teknik pengumpulan data serta teknik
pengolahan dan analisis data.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian merupakan hal yang harus dipilih oleh peneliti
untuk dapat melaksnakan penelitian. Dalam penelitian kualitatif terdapat
banyak jenis penelitian seperti; studi kasus, etnografi, fenomenologi,
grounded theory dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Penulis menggunakan
penelitian fenomenologi dibanding dengan jenis penelitian kualitatif
lainnya adalah karena penulis berfokus pada pencarian pengalaman,
perasaan dan makna dari subjek yang mengalami kejadian tersebut, oleh
sebab itu jenis penelitian fenomenologi dipilih oleh penulis. Penelitian
fenomenologi adalah penelitian untuk menggali kesadaran terdalam para
subjek mengenai pengalaman beserta maknanya.54
53 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabet,
2013). p.2 54 Pembayun. p.40
49
Sedangkan pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan upaya
mencari kebenaran dalam suatu bidang lewat penemuan kekuatan atau
kapasitas dalam setiap konsep.55 Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang dilakukan pada kondisi yang alami yang memandang realitas sosial
sebagai sesuatu yang utuh.56 Penelitian ini juga bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya prilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dll.57 Pendekatan kualitatif
sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan penggumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.58
55 UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). p.62 56 Sugiyono. p.9 57 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010). p.6 58 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabet, 2012). p.60
50
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian teknik pengumpulan data adalah hal yang
sangat penting untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk proses
analisis data lebih lanjut. Data penelitian ini bersumber dari dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data pertama atau asli yang
diperoleh di lapangan, pada penelitian ini sumber data primer adalah
wawancara. Teknik utama dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah Wawancara.59 Wawancara adalah bentuk komunikasi antara
dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu. Penulis melakukan tanya jawab secara
lisan kepada informan.60 Hal ini untuk mengetahui respon jawaban
informan, sehingga memperoleh data yang diteliti.
Penulis akan menggunakan pedoman wawancara untuk
penelitian kualitatif dengan jenis wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur adalah gabungan antara wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Yaitu pewawancara sudah
menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu wawancara sebelum
aktivitas wawancara dilaksanakan tetapi pewawancara perlu
59 Pembayun. p.50 60 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013). p.180
51
menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan
partisipan.61
Wawancara pada anak-anak memiliki cara tersediri dan
berbeda dengan wawancara kepada orang dewasa. Penulis pada
penelitian ini menggunakan panduan cara memawawancarai anak yang
disusun oleh John C. Yuille yang berjudul The Step-Wise Interview: A
Protocol for Interviewing Children.
Pada jenis wawancara ini, yaitu wawancara semi terstuktur,
jenis pertanyaan yang dipergunakan merupakan pertanyaan terbuka
yang berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh pewawancara untuk
dijawab oleh informan tidaklah dibatasi/terbatas. Sehingga informan
dapat lebih bebas dalam mengemukakan jawaban apapun sepanjang
tidak ke luar dari konteks yang telah ditentukan.62
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua yang
diperoleh melalui perantara atau secara tidak langsung yang
diigunakan sebagai pelengkap data pada penelitian yaitu riset
kepustakaan. Riset kepustakaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mencari sumber data tertulis yang dapat dijadikan landasan teori untuk
memperkuat proses analisis data. Penulis melakukan pencarian data
menggunakan bahan-bahan pustaka yang terkait dengan permasalahan
penelitian baik berupa fisik maupun elektronik.
61 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar (Jakarta: Indeks, 2012). p.47 62 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012). p.123
52
C. Pemilihan Informan
Dalam menentukan informan, penulis memilih kriteria informan
yang sesuai dengan konteks penelitian yang akan dilakukan yaitu yang
berkaitan dengan layanan anak dan mainan anak, informan yang penulis
pilih adalah pengguna pada mainan anak tersebut yaitu pemustaka anak-
anak yang berkunjung dan memanfaatkan permainan anak di Perpustakaan
& Arsip Daerah DKI Jakarta.
Untuk menentukan sampel yang akan diwawancara, penulis akan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling
adalah salah satu strategi pengambilan sampel yang paling umum yaitu
dengan memilih pemustaka yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan dan relevan dengan pertanyaan penelitian tertentu.63
Dalam menentukan pemustaka anak-anak yang akan dijadikan
informan oleh penulis, akan didasari oleh beberapa kriteria dalam
pemilihan informan yaitu pemustaka anak yang berkunjung dalam layanan
anak serta pemustaka anak yang aktif dalam bermain di perpustakaan.
Pemilihan informan untuk pemustaka anak-anak memiliki jarak usia
tertentu yaitu 5-13 tahun. Selain hal tersebut kriteria pada informan ini
adalah anak-anak yang bisa diajak berbicara dengan penulis karena
keterbatasaan pada anak-anak. Penulis akan mewawancara informan untuk
penelitian ini sebanyak 5-10 pemustaka anak yang memenuhi kriteria pada
penelitian ini.
63 Sari Wahyuni, Qualitative Research Method: Theory and Practice (Jakarta: Salemba
Empat, 2012). p.33
53
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah teknik yang digunakan dalam
mengolah data yang bersumber dari informan mengenai topik tertentu
yang dilakukan dengan wawancara oleh penulis dengan informan ke
dalam tulisan untuk kemudian di analisis untuk menjadi sebuah data.
Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini
berupa data penelitian yang diperoleh dari jawaban para informan
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan
dan wawancara. Setelah data diperoleh melalui wawancara dengan para
informan, maka percakapan yang dihasilkan dari rekaman wawancara
tersebut dicatat dan dibuat tranksripnya untuk kemudian dianalisis lebih
lanjut. Wawancara tersebut menggunakan handpone sebagai salah satu
instrumen yaitu alat perekam.
Dalam mengambil data untuk diolah diperlukan instrumen yang
menunjang. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur suatu fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Fenomena ini disebut juga sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian
kualitatif instrumen penelitian atau alat penelitian yang utama adalah
peneliti itu sendiri. Tetapi secara spesifik instrumen penelitian yang
digunakan adalah daftar pertanyaan untuk wawancara.
54
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian kualitatif adalah teknik
yang bersifat induktif, yaitu teknik analisis yang berdasarkan data yang
diperoleh, kemudian dikembangkan menjadi sebuah hipotesis.64 Berikut
ini adalah tahapan dalam teknik analisis data yang digunakan pada
penelitian ini:
a. Bracketing (apoche) yaitu membaca seluruh data tanpa prakonsepsi
yaitu penulis hanya membaca hasil transkrip wawancara tanpa
memikirkan konsep yang terkandung.
b. Tahap Horizonalization yaitu tahap menginventarisasi pertanyaan-
pertanyaan penting yang relevan dengan topik penelitian.
c. Tahap paling penting dan merupakan tahap terakhir adalah tahap
Cluster of Meaning yaitu memformulasikan rincian pertanyaan
penting tersebut ke dalam makna, dan dikelompokkan ke dalam
tema-tema tertentu.65
E. Fokus Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana pengalaman saat bermain di perpustakaan?
2. Bagaimana tindak lanjut dari interaksi bermain di Perpustkaaan?
3. Bagaimana perasaan saat bermain di perpustakaan
64 Sugiyono. p. 245 65 Hasbiyah. p.171
55
4. Bagaimana pemaknaan dalam bermain di perpustakaan dan mainan
anak di perpustakaan?
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah (BPAD) DKI Jakarta yang terletak di Jl. Cikini Raya No. 73,
Taman Ismail Marzuki. Penelitian ini dilaksanakan pada 05 Maret 2017 -
31 Maret 2017 dengan perincian sebagai berikut:
No Kegiatan 2017
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Penyusunan Proposal
2. Pengajuan Proposal
3. Bimbingan Skripsi
4. Penelitian
5. Penyusunan Skripsi
6. Pengajuan Sidang
7. Sidang Skripsi
Tabel 3.1 Jadwal Peneltian Skrispsi
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam
penelitian yang telah dilaksanakan pada informan. Lebih lanjut dalam bab ini
peneliti akan menjelaskan tentang profil objek penelitian mulai dari sejarah,
layanan, sarana dan lain sebagainnya. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan
juga tentang karakteristik informan dan tema-tema yang muncul setelah
proses analisis data dilakukan sebagai hasil dari penelitian ini.
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat BPAD DKI Jakarta
Pada tahun 1950 kegiatan perpustakaan di Pemerintah DKI
Jakarta dimulai ketika DKI Jakarta masih berbentuk kotapradja,
dengan sebutan “Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja”. Pada tahun
1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi
Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raya, kemudian
berubah menjadi “Perpustakaan Balaikota Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Djakarta Raja.”
Pada tahun 1972 melalui keputusan Gubernur Nomor
16/2/1/1972 tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah
Pemerintah DKI Jakarta, perpustakaan diselenggarakan oleh dan
merupakan salah satu bagian pada Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan. Tahun 1978 juga melalui keputusan Gubernur Nomor
62 Tahun 1978 tanggal 3 Februari 1978 dibentuk Lembaga
57
Perpustakaan Umum yang menangani jenis perpustakaan umum di
lingkungan Pemerintah DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum
Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan
Umum di lima wilayah Kotamadya DKI Jakarta.
Perpustakaan umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta
dialihkan pengelolaannya pada tahun 1989 kepada Dinas Pendidikan
dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Brodjonegoro
masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI Jakarta.
Tahun 1993 dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah
DKI Jakarta dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1993 sebagai
penyelenggara perpustakaan umum daerah. Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 3 tahun 2011 dan Keputusan Gubernur Nomor 109
Tahun 2001 ditetapkan pembentukan Kantor Perpustajaan Umum
Daerah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai fungsi antara lain
sebagai pengelola perpustakaan umum daerah.
Tahun 2009 berdasarkan kepada Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Nomor 153 Tahun 2009
ditetapkan pemebntukan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta dan
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK), yang
58
mempunyai tugas antara lain sebagai penyelenggara perpustakaan
umum daerah.66
2. Visi dan Misi
Perpustakaan umum mempunyai visi dan misi yaitu untuk
memajukan bangsa dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan membangun kemampuan literasi informasi melalui
budaya membaca di perpustakaan. Visi BPAD DKI Jakarta adalah
“Terwujudnya layanan prima dalam bidang perpustakaan dan kearsipan.”
Sedangkan misi dari BPAD DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan tata kelola penyelengaraan perpustakaan dan arsip
yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah good governance.
b. Mengembangkan sarana dan pra-sarana perpustakaan dan arsip
bertaraf nasional dan/atau internasional.
c. Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan dan arsip dalam
kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa dan
bernegara.
66 BPAD DKI Jakarta, Buku Petunjuk Penggunaan Koleksi Perpustakaan (Jakarta: BPAD
DKI Jakarta, 2011). p. 3
59
3. Struktur Organisasi BPAD DKI Jakarta
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPAD DKI Jakarta
60
4. Koleksi Perpustakaan
Koleksi pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI
Jakarta tidak hanya terdiri dari koleksi tercetak tapi tersedia juga
koleksi digital. Koleksi tercetak yang dimiliki perpustakaan meliputi
koleksi buku, terbitan berseri dan referensi. Koleksi tercetak bisa
diakses langsung di perpustakaan sedangkan koleksi digital atau non
cetak bisa diakses melalui aplikasi berbasis mobile yaitu iJakarta
(Jakarta Digital Library) yang merupakan perpustakaan digital yang
dikelola oleh BPAD DKI Jakarta. Sedangkan untuk koleksi tercetak
yang terdapat pada perpustakaan yang berlokasi di Cikini yaitu sebagai
berikut:
a. Koleksi Buku
Koleksi buku yang terdapat pada BPAD DKI Jakarta secara
garis besar terdiri dari dua kategori berdasarkan usia yaitu buku-
buku untuk anak-anak, dan buku-buku untuk remaja atau dewasa.
Dikarenakan perpustakaan umum, maka buku-buku yang tersedia
merupakan buku-buku umum untuk masyarakat pada umunya.
Buku-buku yang tersedia di perpustakaan antara lain adalah buku
dalam bidang:
1) Karya Umum
2) Filsafat dan Psikologi
3) Agama
4) Politik, Sosial dan Budaya
61
5) Bahasa
6) Ilmu-Ilmu murni seperti Matematika, IPA, dan sebagainya
7) Ilmu-Ilmu Terapan seperti kedokteran, teknologi, manajemen
dll.
8) Kesenian dan olahraga
9) Kesusasteraan
10) Sejarah dan Geografi
11) Fiksi
b. Koleksi Berseri
Koleksi serial atau terbitan berseri tercetak yang terdapat di BPAD
DKI Jakarta terdiri dari Majalah Populer dan Surat Kabar.
Sebagian besar majalah tersebut merupakan terbitan dalam negeri.
Beberapa judul koleksi terbitan berkala yang tersedia adalah
sebagai berikut:
1) Majalah Popular,
2) Surat kabar yang dilanggan,
3) Tabloid yang dilanggan,
4) Kliping Surat Kabar
5) Terbitan pemerintah.
62
5. Gedung Perpustakaan
Gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta
merupakan gedung milik pemerintah DKI Jakarta yang berada dalam
kawasan Kotamadya Jakarta Pusat dengan alamat sebagai berikut:
Nama Jalan : Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jl.Cikini
Raya No.73
Kelurahan : Cikini
Kecamatan : Menteng
Kota : Jakarta Pusat
Provinsi : DKI jakarta
Kode Pos : 10330
No. Telp : (021) 31928107
No. Fax : (021) 31922763
Email : [email protected]
Website : www.bpadjakarta.bet
E-library : http://elibrary.bpadjakarta.net/
Gedung bertingkat 4 yang terdiri dari lantai dasar: galeri, ruang
sirkulasi, ruang pimpinan perpustakaan ruang pendaftaran, toilet dan
loker. Lantai I: ruang perpustakaan umum, ruang baca, perpustakaan
penyandang disabilitas, perpustakaan digital, ruang aula, mushola dan
toilet. Lantai II: perpustakaan anak, ruang kerja pustakawan, ruang
baca keluarga, ruang playground dan toilet. Lantai III: ruang rujukan,
ruang karya cetak dan karya rekam, kamus dan ensiklopedia dan toilet.
63
Gedung ini bisa di akses dengan berbagai kendaraan umum,
jika hendak ke perpustakaan dengan menggunakan kereta listrik dapat
berhenti di stasiun Cikini, atau menggunakan Trans Jakarta dan
kopaja yang bisa berhenti di halte Taman Ismail Marzuki. Adapun
kendaraan lainnya yaitu dengan menggunakan taksi ataupun ojek
online maupun kendaraan pribadi karena lokasinya yang berada
dikawasan Taman Ismail Marzuki dan bersebelahan dengan
Planetarium Jakarta.
6. Sarana dan Prasarana
a. Ruang Baca
Perpustakaan sebagai sarana publik, di mana setiap ruang
dapat dipergunakan untuk membaca. BPAD DKI Jakarta terdiri
dari 4 lantai yang tiga diantaranya memiliki fungsi sebagai runag
baca. Pada lantai 1 terletak ruang baca yang telah disediakan
bersebelahan dengan koleksi perpustakaan dan terdapat juga meja
baca diantara lemari koleksi. Sedangkan pada lantai 2 terdapat
ruang baca anak yang terdiri dari area baca lesehan dan kursi serta
meja-meja kecil. Lantai 3 terletak ruang baca dengan koleksi
referensi yang dapat dibaca di tempat. Disediakan juga beberapa
komputer di setiap lantai untuk dapat menemukan buku melalui
penelusuran koleksi perpustakaan.
64
b. Ruang Disabilitas
Perpustakaan bukan hanya dapat diakses oleh orang-orang
umum, perpustakaan juga bisa diakses oleh semua orang yang
memerlukan informasi termasuk para penyandang disabilitas.
Ruang ini berada di lantai 1 perpustakaan yang berfungsi untuk
menunjang para pemustaka yang berkebutuhan khusus. Terdapat
berbagai koleksi braille yang dapat dimanfaatkan pada lantai 1
gedung perpustakaan dan untuk katagori referensi terdapat pada
lantai 3 gedung perpustakaan.
c. Ruang Perpustakaan Digital
Pada lantai 1 perpustakaan terdapat beberapa komputer dan
tablet yang disediakan untuk mengakeses iJakarta ataupun koleksi
digital lainnya yang terdapat di internet. Layanan ini mempunyai
beberapa persyaratan untuk dapat digunakan, salah satunya adalah
anggota perpustakaan yang dapat menggunakan layanan ini setelah
mendaftar di bagian layanan sedangkan bukan anggota tidak dapat
menggunakan layanan ini.
d. Ruang Layanan Anak
BPAD DKI Jakarta memiliki ruang layanan anak yang
terdapat di lantai 2 gedung perpustakaan. Ruang layanan anak
terbagi menjadi beberapa ruangan lainnya. Ruang pertama adalah
ruang membaca dan koleksi buku anak yang tersusun di rak koleksi
yang dapat terjangkau oleh anak-anak. Koleksi yang terdapat mulai
65
dari buku umum hingga referensi. Ruang selanjutnya adalah ruang
mainan edukasi, terdapat banyak mainan yang dapat digunakan
oleh pemustaka anak-anak untuk bermain sambil belajar. Jumlah
mainan tersebut kurang lebih 300 eksemplar yang tersedia.
Ruang ketiga adalah ruang playground yang dikhususkan
untuk anak-anak usia 5 tahun ke bawah dengan tinggi badan
kurang dari 110 cm. Ruang tersebut terdapat beberapa mainan
yaitu mainan sepeda, mandi bola, mainan musik hingga seluncuran
dapat dinikmati anak-anak oleh pengawasan orang tua tentunya.
Sebelum masuk ruangan tersebut anak-anak diwajibkan
mengenakan kaus kaki. Ruang playground dapat digunakan pada
hari selasa, kamis, sabtu dan minggu dari jam 10.00-12.00 WIB.
Jadwal ini dirancang agar kondisi ruangan tersebut tetap bisa
dipantau keamana serta kebersihannya agar anak-anak terhindar
dari berbagai kemungkinan berbahaya.
Ruang terakhir adalah ruang baca keluarga yang terdapat di
pojok dekat dengan ruangan staff perpustakaan. Ruangan ini
merupakan ruangan baru yang dapat digunakan untuk membaca
keluarga, koleksi yang ada di sini tidak dapat dibawa ke luar
ruangan.
e. Ruang Referensi
Ruang referensi sendiri terletak di lantai 3 gedung
perpustakaan, terdiri dari berbagai koleksi referensi dari mulai
66
kamus, surat kabar, hingga ensiklopedia. Koleksi pada ruang
referensi hanya bisa dibaca ditempat dan tidak bisa di pinjam atau
dibawa pulang. Selain terdapat koleksi buku referensi terdapat juga
koleksi referensi braille untuk penyandang disabilitas.
f. Ruang Aula
Ketika hendak mengadakan berbagai acara di perpustakaan,
dibutuhkan ruangan yang dapat menampung banyak orang untuk
kegiatan tersebut. Ruangan yang paling cocok adalah ruang aula
yang terdapat di lantai 1 perpustakaan. Ruang ini dapat dijadikan
tempat ketika sebuah kegiatan akan diselenggarakan.
g. Ruang Karya Cetak dan Karya Rekam
Ruang ini merupakan ruang yang terdapat di lantai 3
gedung BPAD DKI Jakarta yang menyediakan karya cetak dan
karya rekam yang dapat dipergunakan. Tetapi belum ada fasilitas
yang memadai untuk penunjang dalam penggunaan karya rekam di
perpustakaan.
h. Galeri
Galeri yang tersedia di perpustakaan berada pada lantai
dasar gedung perpustakaan bersebelahan dengan lobby gedung.
Galeri ini berisi berbagai jenis barang pameran yaitu gambar anak-
anak, sejarah kota jakarta, buku-buku, herbarium dan lain
sebagainnya.
67
i. Akses Internet
BPAD DKI Jakarta telah menyediakan akeses hotspot area.
Sarana hotspot area ini dapat dinikmati di lantai satu gedung
perpustakaan. Sarana ini ditunjukan bagi pemustaka guna
memudahkan dalam melakukan penelusuran bahan-bahan koleksi
yang terdapat di internet. Pemustaka dapat menyambungkan
koneksi internet yang ada pada barang elektronik yang dibawa
seperti laptop ataupun handpone dengan mendaftar terlebih dahulu
di meja pendaftaran sebelah ruang perpustakaan digital dengan
mengisi daftar pengguna hotspot area dan hotspot ini hanya dapat
dinikmati oleh anggota perpustakaan. Jadi pemustaka yang belum
menjadi anggota perpustakaan tidak dapat menikmati akses
internet di hotspot area. Akses internet ini bisa didapatkan secara
gratis.
j. Tempat Penitipan Barang
Untuk kenyamanan dan keamanan para pemustaka yang
berkunjung ke perpustakaan BPAD DKI Jakarta menyediakan
tempat penitipan barang yang bisa digunakan oleh pemustaka yang
datang. Tempat penitipan barang ini terletak di lantai dasar gedung
BPAD DKI Jakarta dengan satu orang staf yang bertugas.
BPAD DKI Jakarta akan selalu ada tempat yang tersedia
untuk pemustaka karena alur ke luar dan masuk pemustaka yang
berkunjung. Jika loker yang tersedia sudah terisi semuapun
68
pemustaka tetap bisa menitipkan barang bawaan kepada petugas
dan disimpan di ruang petugas. Akses untuk dapat menggunakan
loker ini yaitu harus mengisi daftar pengunjung yang tersedia di
komputer yang telah disediakan lalu menukar kunci loker dengan
kartu identias pemustaka bisa berupa KTP/SIM ataupun kartu
pelajar.
Meskipun terdapat loker yang telah disediakan untuk
menyimpan tas dan barang bawaan pemusta, tetapi pemustaka
tetap harus membawa ponsel, dompet, dan barang berharga
lainnya, hal ini dilakukan untuk memimalisir tindakan kriminal
yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
k. Mushalla
BPAD DKI Jakarta menyediakan ruang mushalla untuk
tempat beribadah umat islam. Tempat ini terletak di lantai satu,
bersebelahan dengan ruang aula dan ruang baca. Mushola ini hanya
satu ruangan untuk menujang peribadahan tersedia beberapa
perlengkapan ibadah seperti sarung, mukenah dan sajadah.
l. Buku Tamu Online
Buku tamu yang tersedia di BPAD DKI Jakarta bukanlah
buku berbentuk kertas lagi, tetapi sudah menggunakan komputer.
Buku tamu online ini harus diisi oleh pengunjung perpustakaan
sebelum menggunakan berbagai fasilitas perpustakaan. Buku ini
diisi baik oleh anggota maupun non anggota.
69
m. Fotokopi
Layanan fotokopi adalah salah satu layanan yang dapat
digunakan di perpustakaan secara cuma-cuma atau gratis. Layanan
ini bisa dimanfaatkan oleh anggota perpustakaan. Untuk yang
belum menjadi anggota tidak dapat menggunakan layanan fotokopi
gratis ini. Penggunaannya pun dibatasi untuk setiap anggota
perharinya.
7. Anggaran
Untuk melaksanakan kegiatan perpustakaan pastinya
memerlukan anggaran yang tidak sedikit, terlebih lagi jika ingin
mendapatkan hasil yang terbaik. Secara keseluruhan, dana yang
diperlukan dalam penyelenggaraan BPAD DKI Jakarta dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.
8. Kegiatan Perpustakaan
a. Pengadaan
Pengadaan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan
penting yang dilakukan di perpustakaan. Karena bahan pustaka
yang telah diadakan nantinya akan dipergunakan oleh pemustaka
untuk mendapatkan informasi. Dalam kegiatan pengadaan koleksi
BPAD DKI Jakarta melakukan berbagai seleksi bahan pustaka
guna mengadakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan
70
pemustaka baik menggunakan katalog penerbit maupun internet
untuk melakukan seleksi pengadaan. Sedangkan untuk pengadaan
secara umum dilakukan dengan tugas cara yaitu melalui
pembelian, hadiah dan serahan hasil seminar maupun konferensi.
b. Pengolahan
Pengolahan koleksi merupakan tahap yang akan dilakukan
setelah pengadaan koleksi. Sebelumnya data-data koleksi yang
baru diadakan dicatat dalam buku induk lalu dibuat deskripsi
bibliografi pada lembar yang telah disediakan. Hal yang penting
lainnya adalah menentukan subjek serta notasi kelas dari koleksi
tersebut dengan DDC 22 (Dewey Decimal Classification).
c. Pelayanan
1) Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan yang diterapkan pada BPAD DKI
Jakarta bersifat terbuka. Semua kalangan dapat mengakses
informasi langsung pada layanan yang telah disediakan. BPAD
DKI Jakarta menerima semua pemustaka baik anggota atau
bukan anggota perpustakaan tanpa memandang ras, agama,
pendidikan, umur dan gender.
2) Jam Layanan Perpustakaan
Hari Jam Layanan
Senin – Kamis 09.00 – 17.00 WIB
Jum’at 09.00 – 17.30 WIB
(11.30 – 13.00 WIB tutup untuk shalat
71
Jumat)
Sabtu – Minggu 09.00 – 17.00 WIB
Layanan Anak Jam layanan anak perpustakaan 09.00 –
16.00 WIB dan jam layanan playground
bisa diakses pada hari Selasa, Kamis,
Sabtu serta Minggu 10.00 – 12.00 WIB
Libur Nasional/
Cuti Bersama
yang ditetapkan
oleh pemerintah
Tutup
Tabel 4.1 Jam Layanan BPAD DKI Jakarta
3) Keanggotaan
Kenggotaan bersifat terbuka untuk seluruh lapisan
masyarakat di wilayah provinsi DKI Jakarta tanpa dipungut
biaya apapun (gratis) dengan persyaratan:
a) Fotokopi KTP DKI Jakarta/ Kartu pelajar, kartu keluarga
(KK) sebanyak 1 lembar.
b) Surat keterangan dari lembaga pendidkan atau tempat
bekerja bagi yang berdomisili di luar provinsi DKI Jakarta.
Kartu anggota berlaku selama dua tahun dan bisa
diperpanjang. Satu kartu bisa digunakan dalam peminjaman
buku maksimal dua buku selama empat belas hari dan dapat
diperpanjang selama empat belas hari berikutnya dengan
datang langsung ke perpustakaan atau melalui telepon dengan
menyebutkan nomor anggota perpustakaan yang tertera pada
72
kartu anggota sebelum tanggal jatuh tempo pengembalian
buku. Keanggotaan juga dapat menerima banyak fasilitas yang
telah disediakan perpustakaan secara gratis termasuk akses
internet dan fotokopi.
4) Peraturan dan Tata Tertib Pengguna Perpustakaan
a) Para pemustaka diminta untuk selalu menjaga kenyamanan
dan ketertiban di area perpustakaan.
b) Para pemustaka dilarang merokok di area perpustakaan.
c) Dilarang tidur di area perpustakaan.
d) Meletakan kembali buku/mainan di tempat yang telah
disediakan.
e) Persyaratan layanan playground: Tinggi badan maksimal
110 cm dan berusia di bawah 5 tahun.
f) Memakai kaus kaki untuk area playground.
g) Wajib didampingi oleh orang tua pada area playground.
h) Khusus ruang baca keluarga koleksi tidak boleh dirusak dan
dibawa ke luar ruangan.
i) Dilarang membawa barang-barang bawaan seperti, tas,
makanan, minuman, topi, jaket dan tas kecil. Jika hendak
membawa barang bawaan mintalah tas transparan pada
petugas perpustakaan.
j) Jika ada yang ingin mengambil gambar, terlebih dahulu
melapor ke petugas perpustakaan.
73
k) Barang bawaan disimpan pada tempat penitipan yang telah
disediakan dengan menukarkan kartu identitas.
B. Hasil Penelitian
1. Karakterisitik Informan
Informan yang memberikan data untuk penelitian ini merupakan
anak-anak dengan usia antara 5-13 tahun. Semua informan tinggal di
wilayah DKI Jakarta. Semua informan sedang menjalani pendidikan
sekolah dasar (SD). Jenis kelamin informan adalah 8 orang laki-laki
dan 2 orang perempuan. Semua informan merupakan pengunjung
layanan anak pada BPAD DKI Jakarta yang dengan aktif
memanfaatkan mainan anak pada layanan anak di BPAD DKI Jakarta.
2. Analisis Tema
Bab ini secara rinci menjelaskan berbagai tema yang
teridentifikasi dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan oleh
informan. Sebanyak 4 tema utama yang diperoleh dari hasil
pemaknaan wawancara serta pengelompokan menjadi tema-tema yang
memiliki makna dari pernyataan para informan. Tema-tema ini
memaparkan berbagai pengalaman partisipan dalam pemanfaatan
koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta. Tema-tema tersebut
adalah: (1) pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka anak (2)
interaksi pemanfaatan koleksi mainan anak (3) perasaan dalam
74
pemanfaatan koleksi mainan anak (4) makna dalam pemanfaatan
mainan anak di perpustakaan. Pada paragraf selanjutnya peneliti akan
memaparkan tiap hasil tema yang di temukan selama wawancara
dengan informan.
a. Pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka anak
Tema pemanfaatan koleksi mainan anak merupakan
pengalaman yang menyenangkan yaitu anak-anak tidak akan
datang sendirian ke perpustakaan, dalam satu minggu setidaknya
berkunjung satu kali dan pengalaman pertama serta pengetahuan
tentang perpustakaan merupakan hal yang berkaitan.
1) Pemustaka anak memanfaatkan koleksi mainan anak dengan
pendamping
Anak-anak memanfaatkan koleksi mainan anak dengan
berkunjung ke perpustakaan untuk membaca ataupun sekedar
bermain dan memanfaatkan koleksi mainan yang tersedia.
Menurut pernyataan yang diperoleh dari inforaman. Informan
tidak memanfaatkan koleksi mainan anak seorang diri dan
ditemani oleh pendaping. Ada dua pernyataan yang dari
informan siapa pendaping dalam pemanfaatan koleksi mainan
anak adalah teman-teman maupun orang tua.
a) Orang Tua
Informan menyatakan bahwa dalam memanfaatkan
koleksi mainan anak tidaklah sendirian melainkan
75
didampingi oleh orang tua. Informan Ketika pergi ke
perpustakaan ditemani oleh Ibu. Infroman bernama R
menyebutkan bahwa ia pergi ke perpustakaan bersama
orang tua untuk dapat bisa memanfaatkan koleksi mainan
anak.
“sama mamah, kadang-kadang sama papah juga”
b) Teman-teman
Selain dengan orang tua, teman sebaya juga bisa di
jadikan teman sebagai pendamping dalam memanfaatkan
koleksi mainan anak di perpustakaan. Informan bernama S
menyatakan bahwa ia sering memanfaatkan koleksi mainan
anak dengan dengan teman-teman sebayanya.
“Teman-teman.. kalo sama orang tua gak pernah..”
2) Kunjungan pemustaka untuk pemanfaatan koleksi mainan anak
Kunjungan informan ke perpustakaan untuk
memanfaatkan koleksi mainan anak bervariasi tergantung
dengan aktifitas keserharian para informan. Informan yang
bersekolah biasanya hanya datang pada saat libur akhir minggu
yaitu sabtu dan minggu karena pada hari lainnya mereka
disibukan oleh kegiatan sekolah dan datang ke perpusakaan
pada hari libur untuk memanfaatkan koleksi mainan anak.
“ .... Sering .... Sabtu dan minggu ... Sening sampe jumat
aku sekolah ka.” (A, 8 tahun)
76
3) Pengalaman pertama dan pengetahuan tentang perpustakaan
merupakan hal yang saling berkaitan
Pada pengalaman pertama informan berkunjung ke
perpustakaan, merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
pengetahuan informan tentang perpustakaan dalam
memanfaatkan koleksi mainan anak. Serupa dengan jawaban
para informan di pertanyaan “biasanya bermain ke
perpustakaan dengan siapa?” jawaban atas pertanyaan pertama
kali berkunjung ke perpustakaan dengan siapa juga beragam
antara dengan orang tua atau teman-teman. Hal tersebut juga
bersamaan dengan jawaban untuk “mengetahui perpustakaan
ini lewat siapa?”. Terdapat pernyataan informan yang
mengungkapkan bahwa ia mengetahui hal ini dari ketika
bersekolah TK lewat kunjungan kelompok.
“Aku dari TK ke sini jadi udah tahu banyak
mainan ka.” (S, 7 tahun)
4) Pemanfaatan koleksi buku setelah pemanfaatan koleksi mainan
Pada pemanfaatan koleksi mainan anak di perpustakaan
informan akan melanjutkan pada pemanfaatan koleksi buku
anak yang tersedia pada layanan anak. Tema ini didasari dari
pertanyaan penelitian “Setelah selesai main apakah suka baca
atau buka-buka buku yang ada di perpustakaan?”. Yang
merupakan tindak lanjut dari pemanfaatan mainan anak yaitu
pemanfaatan koleksi buku anak. Bacaan buku yang
77
dimanfaatkan oleh para informan juga beragam mulai dari buku
cerita, buku sejarah, buku pelajaran, buku tentang nabi-nabi
dan buku binatang merupakan bacaan yang paling banyak
dimanfaatkan.
Beberapa informan terlebih dahulu memanfaatkan
koleksi buku setelahnya baru memanfaatkan koleksi mainan
anak yang tersedia, sebagian lainnya memanfaatkan koleksi
mainan anak terlebih dahulu.
“Baca buku dulu” (I, 5 tahun)
“Suka, tapi aku dibacaiin sama bunda” (J, 7 tahun)
“Suka ka . . . Baca buku tentang kisah-kisah nabi, terus
hewan-hewan juga”. (F, 12 tahun)
b. Interaksi pemanfaatan koleksi mainan anak
1) Informan bercerita kepada orang lain tentang pengalaman ke
perpustakaan
Tema pertama pada interaksi pemanfaatan koleksi
mainan anak adalah informan bercerita kepada orang lain
tetang pengalaman yang ia rasakan ketika berkunjung ke
perpustakaan. D salah satu informan menyatakan bahwa ia
akan berinteraksi lewat cerita kepada orang lain tentang
pengalamanya datang ke perpustakaan. Informan tersebut
bercerita kepada orang tua atau teman-teman mereka tentang
apa yang mereka rasakan dan bagaimana ketika berkunjung ke
perpustakaan. Sedangkan Informan bernama Y hanya bercerita
78
kepada teman-temannya tentang pengalamannya pergi ke
perpustakaan.
“Iya. Cerita ke mamah ke temen-temen juga.” (D, 11
tahun)
“Iya ka. . . Suka. Tapi sedikit-sedikit aja ketemen.” (Y, 8
tahun)
2) Interaksi antara pustakawan dan pemustaka
Para informan pada penelitian ini adalah pemustaka
anak-anak yang berkunjung pada layanan anak BPAD DKI
Jakarta. Pustakawan tidak boleh hanya terfokus pada bahan
pustaka dan koleksi yang tersedia sehingga melupakan
interaksi yang harus dibangun kepada pemustaka. Tema ini
didasari oleh dua pertanyaan yaitu “Apakah pustakawan ikut
bermain?” dan “Pernah tidak, dijelaskan tentang cara bermain
sebuah mainan oleh pustakawan yang bertugas?”.
a) Terjadi interkasi antara pustakawan dan pemustaka
Informan D (11 tahun) yang telah diwawancarai
oleh peneliti menyatakan bahwa dirinya pernah berinteraksi
dengan pustakawan yang bertugas pada layanan anak
dengan bermain bersama dan dijelaskan tentang cara
bermain. Tetapi interaksi tersebut hanya terjadi sebanyak
satu kali saja dan tidak berlanjut.
“Suka, jarang tapi pernah sekali sih. . . Pernah.”
79
b) Tidak terjadi interkasi antara pustakawan dan pemustaka
Dari hasil pernyataan informan diketahui bahwa
para informan tidak mengalami interkasi langsung yang
signifikan dengan pustakawan yang bertugas pada layanan
anak, jikapun ada interaksi banyak terjadi antara
pustakawan dan pemustaka anak pada saat ada kunjungan
kelompok pada layanan anak. Sedangkan pada pemustaka
umum tingkat interaksi adalah minim. I salah satu informan
mengungkapkan bahwa tidak terjadi interaksi antara dirinya
dengan pustakawan.
“Emm, enggak. . . (I, 5 tahun)
3) Interaksi dengan anak-anak lain yang berkunjung
Tema ini menunjukan bahwa interaksi yang terjadi di
perpustakaan sangatlah kurang. Selain interaksi melalui
bercerita, anak-anak juga bisa berinteraksi lewat bermain
bersama dalam pemanfaatan koleksi mainan di BPAD DKI
Jakarta. Terdapat dua sub tema dalam interaksi dengan anak-
anak lain, yaitu:
a) Pernah berinteraksi
Informan A dan D mengungkapkan bahwa masing-
masing dari mereka pernah sekali melakukan interaksi antar
pemustaka tetapi selebihnya tidak dan akan bermain dengan
teman-teman yang telah dikenalnya. Tetapi tidak menutup
80
kemungkinan akan berinterkasi lagi pada waktu ayng akan
datang dengan teman-teman yang ada di perpustakaan.
“Pernah kenalan di perpustakaan ka, terus main deh.” (A,
8 tahun)
“Iya, pernah. Main bareng.” (D, 11 tahun)
b) Tidak pernah berinteraksi
Informan yang tidak pernah berinteraksi dengan
pengunjung lainnya mempunyai alasan tersendiri. Informan
bernama I dan J mengungkapkan bahwa mereka lebih
nyaman bermain dengan orang yang telah dikenal dan lebih
nyaman jika bermain sendiri di perpustakaan.
“Em, engga. . . Eeeh. Soalnya aku males (main sama yang lainnya)” (I, 6 tahun)
“Gak pernah, yang udah kenal aja.” (J, 7 tahun)
c. Perasaan dalam pemanfaatan koleksi mainan anak
1) Senang
Para informan mengungkapkan bahwa mereka merasa
senang bisa bermain di perpustakaan dan mengunjungi
perpustakaan. Semua informan tanpa terkecuali menyatakan
bahwa perasaan yang dialaminya adalah senang ketika berasa
di perpustakaan dan bisa memanfaatkan mainan anak. Tidak
ada pernyataan dari informan yang menyatakan bahwa bermain
81
dan menafaatkan mainan anak di perpustakaan merupakan
sesuatu yang tidak menyenangkan atau membonsankan.
“Senang, banyak mainan sama buku” (A, 8 tahun)
“Seneng . . . Seneng, jadi bisa main di sini ka.” (D, 11
tahun)
Pada pertanyaan selanjutnya yang berhubungan dengan
alasan kenapa para informan senang berkunjung ke
perpustakaan adalah karena di perpustakaan telah tersedia
berbagai macam koleksi mainan anak dan koleksi bacaan anak
yang lengkap. Salah satu mainan yang menjadi favorit anak-
anak adalah mainan lego atau bongkar pasang balok plastik.
2) Susah
Beberapa informan mengungkapkan adanya sedikit
kesulitan ketika sedang bermain. Tetapi hal tersebut tidak
terlalu signifikan tingkat kesulitannya. Informan berinisial J (7
tahun) mengungkapkan ada sedikit kesulitan ketika sedang
bermain lego dan ingin membangun lego yang tinggi tapi hal
tersebut masih bisa diatasi.
“. . . Agak sulit kalo yang tinggi kak.” (J, 7 tahun)
82
d. Makna pemanfaatan koleksi mainan anak
1) Koleksi mainan anak sebagai media belajar
Informan bernama Y dan F menyatakan bahwa mainan
yang ada di perpustakaan merupakan media pembelajaran.
Pemanfaatan mainan anak merupakan suatu hal yang dapat
membantu mereka belajar tanpa terkecuali.
“Iya. Jadi belajar baca, belajar bikin lego juga” (Y, 8
tahun)
“Belajar gambar, belajar nyusun puzzle. . . . Iya, belajar
berhitung pake mainan” (F, 12 tahun)
2) Koleksi mainan anak sebagai alasan berkunjung
a) Mainan anak merupakan alasan utama berkunjung ke
perpustakaan
Salah satu alasan utama datang ke perpustakaan
adalah untuk memanfaatkan koleksi mainan anak yang
tersedia. Informan berinisial S menyatakan bahwa alasan
utama berkunjung ke perpustakaan karena terdapat koleksi
mainan anak di perpustakaan, dan jika tidak ada koleksi
mainan anak mereka tidak akan berjunjung ke
perpustakaan. pernyataan dibawah ini didasari oleh
pertanyaan “Mainan yang ada di perpustakaan alasan
kamu datang ke sini?”.
“Iya ka. . . Tidak”. (S, 7 tahun)
83
b) Mainan anak bukan alasan utama berkunjung ke
perpustakaan
Hal ini berhubungan dengan motivasi para informan
yang datang berkunjung ke perpustakaan untuk dapat
memanfaatkan koleksi mainan anak yang tersedia. Tema
ini didasari pada pertanyaan “Jika tidak ada mainan di
perpustakaan, apakah kalian akan tetap berkunjung?”
Selain dapat memanfaatkan koleksi buku yang
tersedia jika tidak terdapat koleksi mainan anak di BPAD
banyak hal lainnya yang dapat dilakukan di perpustakaan.
Beberapa informan yatiu D, Y dan I menyatakan bahwa
jika tidak terdapat koleksi mainan anak akan tetap
berkunjung untuk dapat membaca dan menonton film
yang di putar di perpustakaan.
“Tetep. . . Kadang nonton film di lantai satu jam 11
ka.” (D, 11 tahun)
“Tetep . . . Baca atau nonton” (Y, 8 tahun)
“Tetep. . . Iya . . . Baca buku yang binatang-
binatang” (I, 5 tahun)
3) Koleksi mainan sebagai alat bermain
Anak-anak dan bermain tidak dapat dipisahkan. Pada
masa kanak-kanak yang menyenangkan bermain merupakan
sesuatu yang dilakukan oleh anak-anak untuk merasakan
kesenangan. Mainan anak merupakan salah satu alat yang
84
dapat digunakan oleh anak-anak untuk bermain. Sebagian
kecil informan bahwa koleksi mainan anak merupakan alat
untuk bermain dan bukan untuk hal lainnya, karena pada
dasarnya memang anak-anak sangat erat dengan bermain
untuk mencari kesenangan.
Informan L menyatakan bahwa koleksi mainan anak
yang terdapat di perpustakaan memiliki makna sebagai alat
bermain untuk dimainkan guna mendapatkan kesenangan.
“Mainan hanya untuk main ka” (L, 10 tahun)
C. Pembahasan
Studi Fenomenologi pada dasarnya membahas tentang
pengalaman, perasaan dan makna dari subjek yang mengalami langsung
kejadian tersebut. Ketiga hal tersebut saling berkaitan antara satu sama
lain dalam fokus fenomenologi. Pada penelitian ini, penulis berfokus
kepada pengalaman tentang objek serta perasaan tentang objek dan
bagaiamana para subjek memaknai tentang objek. Objek pada penelitian
kali ini adalah pemanfaatan koleksi mainan anak di Badan dan Arsip
Daerah DKI Jakarta.
Koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta merupakan salah satu
koleksi yang tersedia dari berbagai macam koleksi yang terdapat pada
layanan anak. Pada layanan anak terdapat berbagai macam koleksi, mulai
dari buku cerita, referensi, buku pelajaran, mainan edukatf, mainan
motorik hingga mainan eduaktif berbentuk software atau games.
85
Pada analisis tema dalam hasil penelitian didapatkan beberapa
tema berdasarkan pada informasi yang didapat dari informan. Penelitian
ini berfokus pada tiga hal yaitu pengalaman, perasaan dan makna.
Terdapat empat tema besar yang dapat disimpulkan dari informasi para
informan, yaitu: a) pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka
anak; b) interaksi pemanfaatan koleksi maian anak; c) perasaan dalam
pemanfaatan koleksi mainan anak; d) makna dalam pemanfaatan koleksi
mainan anak. Dari empat tema besar tersebut terdapat banyak sub tema
yang dijelaskan lebih lanjut berdasarkan informasi yang didapatkan oleh
peneliti.
1. Pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka anak
Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah kita alami secara
sadar dan langsung. Pengalaman sebagai fokus pertama penelitian
menghasilkan dua sub yaitu pemanfaatan koleksi mainan anak oleh
pemustaka anak dan interaksi pemanfaatan koleksi mainan anak. Sub
pertama dalam pembahasan ini adalah pemanfaatan koleksi mainan
anak oleh pemustaka anak yang menghasilkan pernyataan sebagai
berikut: (a) pemustaka anak memanfaatkan koleksi mainan anak
dengan pendamping, (b) kunjungan pemustaka untuk pemanfaatan
koleksi mainan anak, dan bahwa (c) pengalaman pertama para
informan sangat berkaitan langsung dengan pengetahuan dasar
informan akan perpustakaan tersebut. Para informan yang datang
untuk memanfaatkan koleksi mainan anak ke perpustakaan ditemani
86
oleh pendamping dan tidak datang sendiri melainkan dengan orang
tua, teman maupun guru dan informan tidak datang ke perpustakaan
seorang diri atau mengetahui perpustakaan atas pengetahuannya
sendiri.
Selain hal tersebut, kungjungan pemustaka untuk pemanfaatan
koleksi mainan anak merupakan salah satu sub tema yang diperoleh.
Pada kunjungan para informan selain pada hari kerja yaitu senin-
jum’at para informan juga berkunjung pada hari lainnya terutama
akhir pekan. Sabtu maupun minggu merupakan waktu berkunjung
terbanyak anak-anak ke perpustakaan. Kunjungan untuk
memanfaatkan koleksi mainan anak ini bervariasi bergantung dengan
aktifitas keseharian para informan. Tetapi, pada hari libur akhir pekan
merupakan waktu paling banyak perpustakaan dikunjungi oleh anak-
anak.
Oleh sebab itu, layanan perpustakaan di akhir minggu merupakan
salah satu tindakan tepat untuk mengoptimalkan layanan
perpustakaan. Pada hari kerja biasanya hanya terdapat 10-20 orang
yang berkunjung ke layanan anak yang bukan termasuk anggota
rombongan yang berkunjung. Sedangkan pada hari libur akhir pekan
pengunjung meningkat hingga tiga kali lipat yaitu sekitar 50-60
pengunjung perhari pada layanan anak di BPAD DKI Jakarta.
Pengalaman pertama berkunjung ke perpustakaan merupakan
sesuatu yang dapat menjadikan pemustaka anak terbiasa dengan buku
87
dan merupakan tahap awal membiasakan diri untuk membaca.
Pengalaman pertama para informan berkunjung ke perpustakaan
sangat erat kaitannya dengan pengetahuan meraka tentang
perpustakaan tersebut. Pada BPAD DKI Jakarta dan informasi yang
diterima dari informan mereka sebelumnya telah mengetahui bahwa di
perpustakaan terdapat layanan anak maupun koleksi mainan anak
yang tersedia dan bisa dimanfaatkan. Pada kenyataannya, layanan
anak yang tersedia di BPAD DKI Jakarta tersedia dengan layak dan
memenuhi kebutuhan informasi dan rekreasi anak-anak. Tetapi tidak
adanya informan yang menyatakan mengetahui perpustakaan dengan
sendiri merupakan kenyataan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam
promosi perpustakaan.
Para informan tidak hanya memanfaatkan koleksi mainan anak
yang tersedia di layanan anak tetapi tak lupa memanfaatkan koleksi
bacaan yang telah tersedia. Dari informansi yang diperoleh peneliti
bahwa koleksi mainan anak yang tersedia di perpustakaan merupakan
sesuatu yang bertujuan sebagai stimulus dan penarik supaya anak-anak
dan orang tua berkunjung ke perpustakaan agar menyukseskan
gerakan gemar membaca. Pada pemanfaatan koleksi mainan anak di
perpustakaan informan akan melanjutkan pada pemanfaatan koleksi
bacaan yang telah tersedia pada layanan anak BPAD DKI Jakarta.
Buku bacaan yang dimanfaatkan pun beragam mulai dari buku cerita,
sejarah hingga buku pelajaran.
88
2. Interaksi pemanfaatan koleksi maian anak
Interaksi yang timbul dalam pemanfaatan koleksi mainan anak
merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilupakan. Sebagai mahluk
sosial, interaksi merupakan hal dari kehidupan dasar manusia.
Interkasi tidak bisa lepas dari pengalaman karena interaksi terjadi
ketika individu melakukan suatu hal.
Interaksi ini terjadi baik secara natural maupun sistematis, salah
satu interaksi adalah dengan cara bercerita. Pada penelitian
sebelumnya yang berjudul “A Study on the Utilization of Toy
Libraries in Japan” yang disusun oleh Choew Puei Kuen dan Nishide
Kazihizo yang sedang menempuh pendidikan di Departement of
Architecture, Graduate School of Engineering membahas tentang
beberapa interaksi yang dapat timbul dalam memanfaatkan koleksi
mainan anak, baik antar pengujung, orang tua hingga dengan
pustakawan. Interkasi yang terjadi pada informan dengan orang
lainnya melalui bercerita merupakan interaksi informan dengan dunia
luar setelah memanfaatkan koleksi mainan anak.
Pada interaksi antar pustakawan dan pemustaka jarang sekali
terjadi dan hanya dialami oleh beberapa informan. Ketika interaksi
tersebut terjadipun tidak ada interaksi lebih lanjut dan hanya terjadi
sekali sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat interaksi yang terjalin
antar pustakawan dan pemustaka adalah minim. Pustakawan dan
pemustaka anak mengalami interaksi yang cukup tinggi ketika
89
pemustaka anak-anak merupakan rombongan yang berkunjung. Pada
interaksi yang terjadi pada pemustaka dan pustakawan lebih terlihat
karena pustakawan akan dibantu oleh para pembimbing rombongan
dalam menangani situasi ketika mengadakan sebuah kegiatan.
Sedangkan pada interkasi para pemustaka umum sulit untuk
menangani situasi dari para pemustaka anak.
Begitu pula dengan interkasi yang terjadi antar pemustaka anak di
perpustakaan sangatlah minim. Para informan hanya berfokus pada
diri sendiri atau teman-teman yang sudah dikenalnya. Tidak adanya
interkasi baru yang dilakukan dengan orang lain. Sebetulnya interkasi
ini bisa di maksimalkan dengan mengadakan berbagai acara atau
permainan di perpustakaan yang melibatkan pustakawan dan
pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan. Hal ini akan berdampak
kepada timbulnya interaksi yang baik antara pemustaka serta
memberikan pengalaman baru kepada pemustaka yang berkunjung
tentang perpustakaan.
3. Perasan dalam pemanfaatan koleksi mainan anak
Perasaan dalam pemanfaatan koleksi mainan anak. Dalam bermain,
berbagai perasaan muncul pada para informan yaitu pemustaka anak,
perasaan adalah sesuatu yang merupakan representasi dari hal yang
telah kita alami. Perasaan tersebut antara lain adalah perasaan senang,
dan susah yang dirasakan oleh para informan selama pemanfaatan
koleksi mainan anak.
90
Dua perasaan yang terdapat adalah senang dan susah, perasaan
tersebut merupakan tipe perasaan psikis yang dirasakan oleh individu.
Perasaan sendiri merupakan suatu kompenen dari emosi. Emosi
memiliki arti bergerak dan menggerakan. Pada penelitian ini hal yang
menggerakan emosi dan perasaan adalah pemanfaatan koleksi mainan
anak di perpustakaan. Hal apa yang dirasakan oleh pemustaka setelah
memanfaatkan koleksi tersebut merupakan sub tema pada penelitian
ini yaitu senang dan susah.
Para informan mengungkapkan bahwa mereka senang bisa bermain
di perpustakaan dan mengunjungi perpustakaan yang menyediakan
berbagai macam koleksi mainan anak yang dapat dimanfaatkan oleh
informan. Para informan menyatakan bahwa mainan yang tersedia
sudah cukup dan banyak jenisnya, hal ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Tersedianya mainan salah satu alasan para
informan berkunjung ke perpustakaan, mainan yang menjadi kesukaan
para informan adalah lego atau bongkar pasang balok plastik. Mainan
lego sendiri memiliki harga yang cukup tinggi dan tidak semua
informan memiliki hal tersebut di rumah. Perpustakaan menyediakan
mainan tersebut dan bisa dimanfaatkan oleh semua pemustaka anak
yang berkunjung pada layanan anak BPAD DKI Jakarta.
Diungkapkan juga oleh pihak perpustakaan mainan yang terdapat
di rak-rak yang ada pada layanan anak dipakai secara bergiliran dan
tidak langsung di keluarkan semua koleksi mainan tersebut. Karena
91
mainan merupakan sesuatu yang memiliki masa guna dan dapat rusak.
Selain hal tersebut, perasaan susah yang dialami oleh para informan
tidak lebih pada kesulitan ringan dalam bermain dengan mainan yang
tersedia tetapi hal tersebut dapat diatasi oleh informan dengan baik
seperti kesulitan dalam menyusun lego yang mempunyai tingkat
kesulitan tinggi. Tetapi hal tersebut dapat diselesaikan oleh informan
dengan bantuan pendamping dalam pemanfaatan koleksi mainan anak.
Jumlah mainan yang tersedia dan jenisnya sudah memenuhi kriteria
standar kemanan bagi anak-anak serta standar lainnya dalam hal
pengadaan koleksi mainan tersebut.
4. Makna pemanfaatan koleksi mainan anak
Hal yang penting dan sangat berkaitan dengan penelitian ini adalah
bagaiamana para informan memaknai pemanfaatan koleksi mainan
anak yang terdapat di BPAD DKI Jakarta. Pada hasil penelitian di atas
telah dijabarkan bahwa di dalam makna tersebut terdapat 3 sub tema
yaitu koleksi mainan anak sebagai media belajar; koleksi mainan anak
sebagai alasan berkunjung; koleksi mainan anak sebagai alat bermain.
Belajar dapat dilakukan di mana saja melalui berbagai hal dan
media dan tidak terfokus hanya dengan buku dan pengajaran formal.
Mainan sebagai metode pembelajaran merupakan sebuah pilihan lain
agar anak bisa lebih menikmati belajar dan sebagai media
pembelajaran bagi anak-anak. Berdasarkan data dari informan,
informan memaknai bahwa mainan merupakan sebuah media untuk
92
pembelajaran bukan hanya alat untuk bermain. Karena dalam bermain
banyak sekali kemampuan yang diasah tanpa disadari seperti
kreatifitas, kepercayaan diri hingga penyelesaian permasalahan. Hal
tersebut bisa diperoleh oleh anak-anak dengan bermain.
Koleksi mainan anak merupakan salah satu alasan para informan
berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi tersebut. Pada
sub tema makna koleksi mainan anak sebagai alasan berkunjung
terdapat dua sub tema yaitu: mainan anak merupakan alasan utama
berkunjung dan mainan anak bukan merupakan alasan utama
berkunjung. Bukan berarti koleksi bacaan tidak menarik bagi para
informan tetapi terdapatnya koleksi mainan anak merupakan daya
tarik lain yang berbeda dengan perpustakaan lainnya, karena tidak
semua perpustakaan terdapat layanan anak atau memiliki layanan anak
yang memadai. Tetapi bukan berarti jika tidak terdapat koleksi mainan
anak pada perpustakaan para informan tidak akan berkunjung ke
perpustakaan lagi.
Informan menyatakan bahwa mereka akan tetap berkunjung untuk
bisa memanfaatkan koleksi layanan anak lainnya seperti buku hingga
pemutaran film. Selain menyediakan koleksi mainan dan koleksi
bacaan, pihak BPAD DKI Jakarta mengadakan beberapa pemutaran
film untuk anak-anak.
Pemutaran film ini memang bukan suatu kegiatan tetap yang sudah
mempunyai jadwal yang tersusun rapih untuk setahun. Jadwal tersebut
93
tidaklah tentu bergantung kepada jumlah pengunjung perpustakaan
ataupun untuk memperingati hari-hari nasional seperti hari pendidikan
nasional. Film yang diputar tak lain merupakan film animasi anak-
anak seperti toy story, ice ages, finding dori dan lain sebagainnya.
Pemutaran film tersebut merupakan alasan yang dikemukakan oleh
informan untuk alasan tetap berkunjung ke perpustakaan jika tidak ada
koleksi mainan anak.
Sub tema terakhir adalah koleksi mainan anak sebagai alat
bermain. Mainan bukan hanya sebagai media belajar. Mainan sendiri
diciptakan sebagai alat bermain untuk anak-anak dalam mendapatkan
kesenangan. Pada masa kanak-kanak yang menyenangkan bermain
merupakan sesuatu yang dilakukan oleh anak-anak untuk merasakan
kesenangan. Karena pada dasarnya memang bermain dan anak-anak
tidak dapat dipisahkan. Sebagian kecil informan bahwa koleksi
mainan anak merupakan alat untuk bermain dan bukan untuk hal
lainnya.
Data yang dihasilkan dari wawancara kepada informan telah
mengalami saturasi data pada saat telah mendapatkan data dari informan
ke 8-10. Hal tersebut berarti data yang terkumpul dalam wawancara
kepada informan mengalami kejenuhan dan data sudah mulai tersaturasi
yang berarti data yang di dapat dalam wawancara sudah dapat mewakili
data penelian yang dibutuhkan.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan pada pembatasan dan
perumusan penelitian maka penulis akan memberikan kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Ada beberapa kesimpulan
penelitian ini yang berfokus pada tiga hal yaitu pengalaman, perasaan dan
makna dan menghasilkan tema-tema sebagai berikut:
1. Pengalaman dalam memanfaatkan koleksi mainan anak di
perpustakaan:
a. Pemanfaatan koleksi mainan anak oleh pemustaka anak.
Pemustaka anak dalam memanfaatkan koleksi mainan di
perpustakaan didampingi oleh orang lain, baik orang tua maupun
teman-teman. Pemustaka anak mayoritas melakukan kunjungan
untuk pemanfaatan koleksi mainan anak pada akhir pekan karena
kesibukan pada hari lainnya. Pemustaka yang berkunjung ke
perpustakaan pun tak luput dari pengetahuan akan perpustakaan
tersebut yang saling berkaitan dengan pengalaman pertama mereka
berkunjung ke perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan
serta pemanfaatan koleksi buku setelah pemanfaatan koleksi
mainan anak di perpustakaan.
b. Interaksi yang tercipta dari pemanfaatan koleksi mainan anak di
perpustakaan sangatlah minim. Baik antar pustakawan dan
95
pemustaka, antar pemustaka dan pemustaka dengan orang
sekitarnya. Tidak adanya fasilitator untuk interaksi antar pemustaka
pada layanan anak di BPAD DKI Jakarta dan pustakawan.
2. Perasaan dalam memanfaatkan koleksi mainan anak di perpustakaan.
Perasaan tersebut adalah senang dan susah. Masing-masing perasaan itu
timbul pada pemanfaatan mainan anak. Para informan merasakan
perasaan senang bisa bermain di perpustakaan dan terdapat banyak
mainan yang tersedia di perpustakaan. Perasaan lainnya adalah susah
yang dirasakan ketika informan sedang bermain seperti permainan lego
dan merasa sulit dalam membuat beragam bentuk.
3. Pemanfaatan koleksi mainan anak di BPAD DKI Jakarta menghasilkan
makna bahwa: mainan anak sebagai media belajar anak yang dapat
dilakukan anak selagi bermain. Mainan mengajarkan berbagai hal
seperti kreatifitas dan pemecahan masalah. Hal kedua mainan anak
memiliki makna sebagai alasan anak berkunjung ke perpustakaan.
Dalam hal tersebut didapatkan dua pernyataan yaitu bahwa mainan
merupakan alasan utama berkunjung dan bukan alasan utama
pemustaka anak berkunjung ke perpustakaan. Hal terakhir dalam
pemanfaatan koleksi mainan anak adalah mainan merupakan alat
bermain yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan bermain pada
anak-anak, karena pada dasarnya anak-anak mencari kesenangan
dengan bermain.
96
B. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mengajukan
beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan bagi BPAD DKI Jakarta
dalam pemanfaatan koleksi mainan anak, antara lain:
1. BPAD DKI Jakarta memaksimalkan kembali pemanfaatan layanan
anak serta pemanfaatan koleksi mainan anak yang ada di perpustakaan
baik mainan fisik maupun mainan digital. Diadakannya layanan
bimbingan pemustaka pada anak-anak dalam memanfaatkan koleksi
pada layanan anak, baik koleksi cetak maupun koleksi mainan anak.
Hal ini akan membantu pemustaka anak memiliki pengalaman yang
baik terhadap perpustakaan dan pemanfaatan koleksi mainan anak di
perpustakaan.
2. BPAD DKI Jakarta memaksimalkan interaksi yang baik di
perpustakaan, setidaknya para pustakawan mengadakan kegiatan rutin
yang biasa disebut games in library, kegiatan tersebut bisa dilakukan
sekali atau dua kali dalam sebulan melibatkan semua pengunjung agar
terjadi interaksi yang lebih signifikan antara pemustaka dan
pustakawan maupun pemustaka dengan pemustaka lainnya yang
memanfaatkan layanan anak di perpustakaan. kegiatan bisa dilakukan
dengan menggunakan berbagai mainan yang tersedia maupun games
yang telah disiapkan terlebih dahulu.
3. BPAD DKI Jakarta memaksimalkan koleksi mainan anak edukatif
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana
97
makna pemanfaatan koleksi mainan anak dan memberikan pengalaman
yang baru pada pemustaka anak melalui koleksi mainan anak di
perpustakaan sehingga pengalaman dalam pemanfaatan koleksi mainan
anak memiliki makna tersendiri bagi pemustaka yang memanfaatkan
koleksi tersebut.
98
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional, Standar Keamanan Mainan Anak (Jakarta: Badan
Standar Nasional, 2012)
BPAD DKI Jakarta, Buku Petunjuk Penggunaan Koleksi Perpustakaan (Jakarta:
BPAD DKI Jakarta, 2011)
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Grasindo,
2001)
Devenish, Stuart, ‘An Applied Method for Undertaking Phenomenological
Explication of Interview Transcripts’, Indo-Pacific Journal of
Phenomenology, 2 (2002), 1–20
Dodge, Diane Trister, and dkk., The Creative Curriculum for Preschool (United
State: Teaching Strategies Inc., 2008)
Edgar, Andrew, and Peter R. Sedgwick, Cultural Theory: The Key Concept, 2nd
edn (United Kingdom: Routledge, 2008)
Goleman, Daniel, Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional Mengapa EI
Lebih Penting daripada IQ (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007)
Groenewald, Thomas, ‘A Phenomenological Research Design Illustrated’,
International Journal of Qualitative Methode, 3 (2004), 1–25
Hasbiansyah, O., ‘Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam
Ilmu Sosial dan Komunikasi’, Mediator, 1, 9, 163–80
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012)
Himayah, ‘Layanan dan Pelayanan Pustakawan Menjawab Tantangan Era
Teknologi’, Khizanah Al-hikmah, 1, 1 (2013), 1
99
IFLA, ‘Children and Young Adults Library Services’ (IFLA)
<http://www.ifla.org/files/assets/libraries-for-children-and-
ya/publications/iflamembershipenglish.pdf> [accessed 20 February 2017]
———, ‘IFLA Public Library Manifesto 1994’
<http://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-
1994> [accessed 19 February 2017]
———, ‘Library Services to Babbies and Toddlers’ (IFLA)
<http://www.ifla.org/publications/profesionalreport/100.pdf> [accessed 20
February 2017]
Kafle, Narayan Prasad, ‘Hermeneutic Phenomenological Research Method
Simplified’, Bodhi: An Interdisciplinary Journal, 5 (2011), 181–200
Khobir, Abdul, ‘Upaya Mendidik Anak Melalui Permainan Edukasi’, Forum
Tarbiyah, 2, 7 (2009), 195–208
Kuen, Choew Puei, and Nishide Kazhizo, ‘A Study on the Utilization of Toy
Libraries in Japan’, NII-Electronic Library Servicr, 2012
<http://ci.nii.ac.jp/lognavi> [accessed 12 February 2017]
Lee, Andersen, David Boud, and Cohen Ruth, Understanding Adult Education
and Training, 2nd edn (Sydney: Foley G)
Moloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013)
Nespeca, Sue McCleaf, ‘The Importance of Play, Particularly Constructive Play,
in Public Library Programming’ (Association for Library Service to
100
Children, 2012) <www.ala.org/alsc/publications-resource/white-
papers/importance-play> [accessed 11 January 2017]
Nicholson, Scott, Everyone Plays at The Library: Creating Great Gaming
Experiences for All Ages (New Jersey: Information Today Inc., 2010)
NS, Sutarno, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Samitra Media Utama, 2004)
Oblinger, Diana, ‘Simulation, Games and Learning’, Educause, 2006, 1
Ogden, Charles Key, and Ivor Armstrong Richards, The Meaning of Meaning: A
Study of the Influence of Languafe Upon Though and of the Science of
Symbolism. (UK: University of Cambridge)
Ozanne, Lucie K., and Julie L. Ozanne, ‘A Child’s Right to Play: The Sosial
Construction of Cibic Virtunes in Toy Libraries’, Journal of Public Policy
& Marketing, 30 (2011), 264–78 <https://doi.org/10.1509/jppm.30.2.264>
PBB, ‘Konverensi Hak Anak’ (presented at the Konverensi Hak Anak, New York,
1989) <www.unicef.org> [accessed 13 February 2017]
Pembayun, Ellys Lestari, One Stop Qualitative Research Methodology in
Communication (Jakarta: Lantera Ilmu Cendekia, 2013)
‘Penjiwaan Profesional Pustakawan: Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi
Sosial Pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Surabaya Terhadap
Profesi Pustakawan’ (unpublished Skripsi S1, Universitas Airlangga,
2014) <repositoy.unair.ac.id>
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000)
101
———, ‘Standar Nasional Indonesia Bidamg Perpustakaan dan Kepustakawanan’
<http://www.perpusnas.go.id/assets/uploads/2016/10/standar_nasional_per
pustakaan-umum.pdf> [accessed 10 March 2017]
Prof. Trawich-Smith, ‘What the Research Says: Impact of Specific Toys on Play’,
Naeyc <www.naeyc.org/content/what-research-says-toys-and-play>
[accessed 12 July 2017]
Reitz, Joan M., Dictonary for Library and Information Science (Westport:
Libraries Unlimited, 2004)
Sanusi, Asih Mahmudah, Wiranti Sri Rahayu, and Pri Iswati Utami, ‘Identifikasi
Cemaran Logam Timbal dalam Mainan Gigitan Bayi’, PHARMACY, 07
(2010), 123–34
Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar (Jakarta: Indeks, 2012)
Scheler, Max, On Feeling, Knowing, and Valuing (Chicago: University of
Chicago Press, 1992)
Simon Technology Center, ‘Universal Tools for Learning, Communication and
Inclusion for Children with Disabilities’, Pacer Center Inc., 12
Stephens, Karen, ‘Toy Safety and Selection: Choose Developmentally
Appropriate Toys for Safety Play’, 2017
<http://www.parentingexchange.com> [accessed 10 February 2017]
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabet, 2012)
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabet,
2013)
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
102
Wahyuni, Sari, Qualitative Research Method: Theory and Practice (Jakarta:
Salemba Empat, 2012)
Zen, Zulfikar, and Rakhman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu
Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung
Seto, 2006)
, Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/mainan
, Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/alam-2
, Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/rasa
, Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online], tersedia di
http://pusatbahasa.kemdikdas.go.id/kbbi/makna
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Pertanyaan untuk Pemustaka anak-anak
1. Kalau sedang bermain di perpustakaan biasanya ditemani oleh siapa?
2. Setelah main, apakah merapihkan mainannya yang telah dipakai?
3. Apakah ketika bermain di perpustakaan, akan ikut bermain dengan teman-teman
lainnya yang ada disini?
4. Apakah pustakawan ikut bermain?
5. Berapa sering berkunjung ke perpustakaan dalam seminggu?
6. Pertama kali berkunjung ke perpustakaan dengan siapa? (misal; teman, guru, orang
tua)
7. Apakah pertama kali berkunjung ke perpustakaan ini sudah tahu bahwa di
perpustakaan banyak mainan?
8. Apakah senang bisa bermain di perpustakaan dan banyak mainan di perpustakaan?
9. Adakah keinginan mainan apa yang harus diadakan oleh perpustakaan?
10. Ketika bermain paling suka mainan yang mana?
11. Merasa sulit tidak ketika menyusun puzzle atau lego?
12. Sudah cukup atau masih kurang mainan yang telah tersedia di perpustakaan?
13. Setelah bermain puzzle, apakah jadi tahu tentang gambar dan hal lainnya?
14. Ketika sudah selesai main apakah suka baca atau buka-buka buku yang ada tidak?
Misalanya buku cerita? Atau buku pengetahuan lainnya?
15. Pernah tidak, dijelaskan tentang cara bermain sebuah mainan? Oleh pustakawan yang
bertugas?
16. Mengetahui perpustakaan ini dari mana?
17. Apakah mainan yang tersedia disini mengajarkan sesuatu?
18. Mainan yang ada di perpustakaan merupakan alasan utama datang ke perpustakaan?
19. Jika tidak ada mainan di perpustakaan, apakah akan tetap datang ke perpustakaan
tidak?
20. Apakah adik bercerita ke orang lain (misal; teman, guru, orang tua) tentang
pengealaman setelah main di perpustakaan?
Lampiran 2: Transkrip Wawancara
Responden 1
Inisial : I
Umur : 5 tahun 6 bulan
P : Kamu kalo main di perpus biasanya ditamani oleh siapa?
I : Mamah
P : Sama mamah aja nih? Papah gak?
I : Gak
P : Ini mainan apa namanya? (menunjuk ke permainan yang sedang dimainkan informan)
I : Puzzle
P : kalo selesai main, diberesin gak setelah selesai?
I : Iya, diberesin
P : kalo main di sini, suka main sama temen-temen yang ada di sini gak? Yang ketemu di sini?
I : Em, engga.
P : Miannya sendiri aja?
I : Iya
P : kenapa gak main sama yang lain juga? Kenapa?
I : Eeeh. Soalnya aku males (main sama yang lainnya)
P : Asikan main sendiri ya?
I : Iya.
P : Pernah diajak main sama kakak-kakak pustakawannya gak? Kakak-kakak yang ada di sini?
I : Emm, enggak.
P : Jadi kalo main sendiri aja?
I : Iya
P : Sering gak ke perpustakaan ini?
I : Apa?
P : Sering gak ke sini?
I : Eeeh, setiap hari ke sini.
P : Biasanya jam berapa ke sini? Siang-siang gini mainnya?
I : Emang iya.
P : Pertama kali main ke sini umur berapa?
I : Apa?
P : Pertama kali main ke sini umur berapa? Udah lama banget?
I : Iya.
P : Eemm, umur 4 tahun?
I : Gak
P : Berapa? Pas masih umur 5 tahun?
I : Heeh.
P : Sama siapa ke sini pertama kali? Sama mamah juga?
I : Iya
P : Seneng gak sih main di sini?
I : Seneng
P : Banyak mainan ya?
I : Heeh.
P : Pengen mainan apa lagi sih di perpustakaan?
I : Emm, Cuma ini aja.
P : Robot-robotan mau gak? Gak ada robot-robotan ya? Kalo ada robot-robotan mau gak?
I : Mau
P : Apalagi?
I : Cuman itu.
P : Itu aja? Gak mau mainan yang lain?
I : Hmmm
P : Boneka juga? Kamu suka main boneka gak?
I : Enggak
P : I, suka main lego gak?
I : Suka banget
P : Paling seneng yang di sini mainan apa?
I : Emm. Ini (menunjuk mainan puzzle plastik0
P : Susah gak sih main ini?
I : Gampang
P : Diajarin sama siapa?
I : Aku ga diajarin
P : Bisa main sendiri. Wah hebat. Cukup gak sih mainan yang di sini? Apa masih kurang?
I : Cukup
P : Tapi kalo mainannya ditambah lagi, seneng gak?
I : Biasa aja
P : Kamu kalau habis main ini (puzzle plastik) jadi tau bentuk gak? Ini bentuk apa namanya?
I : Belum mau dijadiin-jadiin.
P : Ini mau dibentuk apa? Rumah?
I : Cuman gini-gini.
P : Kalo abis mainan suka baca buku gak? Apa mainan aja di sini? Apa baca buku dulu baru mainan?
I : Baca buku dulu
P : Jadi baca buku dulu baru mainan kamu ya?
I : Heeh.
P : Kamu tau perpustakaan ini dari siapa?
I : Mamah yang ngasih tau
P : Mainan yang ada di sini alesan kamu datang ke perpustakaan gak?
I : Iya
P : Apa cuman mau baca aja, apa cuma mau main aja?
I : main sambil baca
P : Kalo misalnya gak ada mainan di perpustakaan kamu tetep mau dateng gak?
I : Tetep
P : Mau ngapain? Baca?
I : Iya
P : Sukanya baca buku apa?
I : Baca buku yang binatang-binatang
P : Suka baca buku dongeng gak? Puteri-putri gitu?
I : Gak, binatang aja
P : Kamu kalo misalnya abis dari sini suka cerita sama papah gak? Abis dateng ke perpustakaan gitu?
I : Emmm, gak.
P : Kalo sama temen-temen kamu yang di rumah?
I : Iya.
P : Ceritanya gimana? Seneng ya abis dari perpustakaan, banyak mainana gitu?
I : Iya
Responden 2
Inisial : R
Umur : 6 tahun
P : Kamu sering ke sini?
R : Iya.
P : Kalo main ke sini biasanya ditemenin sama siapa?
R : Kadang sama Mamah kadang sama Papah
P : Biasanya main, ini kan udah main begini ini dirapihin lagi gak ke tempatnya?
R : Iya
P : Ini namanya apa mainannya?
R : Lego
P : Adiknya umur berapa?
R : 2 tahun
P : Suka diajak kakak-kakak pustakawannya main bareng?
R : Gak pernah
P : R, kalo main sendirian aja?
R : Sama Ade
P : Kenalan gak sama adik-adik yang di sini juga? Main bareng?
R : Gak
P : Kenapa? Tapi kalo dalam satu minggu, kamu sering gak ke sini?
R : 2 kali
P : Suka ke perpustakaanya dari dulu atau baru-baru?
R : Dari dulu
P : Pertama kali ke perpustakaan sama siapa?
R : Sama mamah
P : Dulu pas pertama kali ke sini tau gak kalo di sini udah banyak mainan?
R : Emm, gak.
P : Cuma pengen ke perpustakaan aja?
R : Iya
P : Seneng gak ada maian di perpustakaan? Jadi kamu bisa main?
R : Seneng
P : Tapi kamu gak bisa masuk di situ ya? (playground) kamu mau main mainan yang ada disitu juga gak?
R : Iya, pengen main disitu kak.
P : Pengen mainan apa lagi sih yang ada di perpustakaan? Selain lego?
R : Lego, boneka
P : Kalo di sini paling suk maian apa?
R : Lego
P : Biasanya kalo main lego, bikin bentuk apa?
R : Mobil
P : Di sini masih pengen gak dibanyakin mainannya lagi? R pengennya apa?
R : Boneka, lego, puzzle
P : Kalo abis main puzzle, jadi tau bentuk gak? Misalnya ini rumah, binatang, orang hutan, gorila.
R : Heeh.
P : Kalo abis main suka baca buku juga gak?
R : Iya
P : Biasanya baca buku apa?
R : Dinosaurus, binatang, putri.
P : Paling suka putri apa?
R : Aurora
P : Sebelumnya pernah gak dijelasin sama kaka-kakak yang ada. Misalnya main lego kaya gini gitu.
R : Gak.
P : Jadi R, bisa mainnya sendiri ya. Maian yang di sini ngajarin renggi belajar ga?
R : Iya.
P : R kalo misalnya gak ada mainan di perpustakaan tetap dateng ke perpustakaan gak?
R : Iya
P : Ngapain ke perpustakaan kalo gak ada mainan?
R : Baca buku
P : Tapi kamu ke sini mau main dulu apa baca buku dulu?
R : Main.
P : Kalo kamu abis dari perpustakaan, besok cerita gak sama temen-temen di sekolah?
R : Iya
P : Bilangnya apa?
R : Aku abis dari perpustakaan.
P : Rumahnya dimana?
R : Gondangdia
P : Kalo ke sini naik apa?
R : Jalan
P : Oh, deket ya.
Responden 3
Inisial : J
Umur : 7 tahun
P : Hei, J kalo ke perpustakaan sama siapa sih?
J : Sama bunda
P : Sama bunda aja? Gak sama ayah juga?
J : Gak, aku sama bunda dan yang lainnya
P : J kalo selesai main dirapihin gak sih mainannya ke tempatnya?
J : Iya dirapihin ka
P : Ke mana di rapihinnya lagi?
J : Ke tempatnya lah
P : Kamu kalo main ke perpustakaan, terusnya main di sini pernah gak main bareng sama temen-temen yang lain yang belum dikenal terus kenalan main bareng deh?
J : Gak pernah, yang udah kenal aja.
P : Oh, ramean ya ke sini?
J : Iya sama sodara-sodara aku, itu (menunjuk ke arah lain)
P : Terus kalo main pernah gak kakak-kakak yang di sini, yang jaga di sini ikut main bareng juga?
J : Gak pernah ka
P : Kamu sering gak ke perpustakaan ini?
J : Baru sekali ka. Ini pertama kali
P : Wah, baru pertama ya ke sini
J : Iya
P : Kamu ke sini pertama kali sama siapa? Bunda ya?
J : Iya ka.
P : Yang mana sih bunda kamu?
J : Yang itu ka (menunjuk)
P : Kamu ke sini udah tahu banyak mainan belum?
J : Belum tahu
P : Oh. Terus seneng gak sih main ke perpustakaan?
J : Seneng
P : Senengnya kenapa?
J : Banyak mainan di sini
P : Paling suka main apa epmang?
J : Lego
P : Suka main lego?
J : Emm. . . Iya
P : Terus kalo misalnya mainannya dibanyakin pengen ditambah mainan apa sih di sini?
J : Lego, boneka, eem, terus bola
P : Terus kan kamu suka main lego ya, susah gak sih main lego tuh?
J : Gak
P : Beneran gak susah?
J : Agak sulit kalo yang tinggi kak.
P : Oh jadi kalo yang pendek gampang ya mainnya?
J : Iya ka
P : Kalo kata kamu, mainan yang ada di sini udah cukup apa masih kurang sih?
J : Udah cukup
P : Kamu suka main puzzle gak sih?
J : Emm, biasa aja
P : Tapi pernah?
J : Pernah kok. Aku punya dirumah
P : Nah setelah kamu main puzzle kamu jadi tahu gak sih tentang gambar yang ada di puzzle itu? Belajar sesuatu gak?
J : Iya.
P : Kamu kalo udah selesai main nih, kamu suka baca buku gak sih?
J : Suka, tapi aku dibacaiin sama bunda
P : Biasanya baca buku apa?
J : Buku tentang naga
P : Kamu kan main di sini. Nah sebelum main dijelasin gak sama kakak-kakak yang jaga tentang gimana cara mainnya? Misalnya cara main lego gitu?
J : Gak
P : Kamu tahu perpustakaan ini dari siapa sih?
J : Dari bunda
P : Nah, mainan yang ada di sini ngajarin kamu sesuatu gak?
J : Hah?
P : Misalnya kamu main di sini, nih mainannya cuma buat main apa buat belajar juga?
J : Mainan sambil belajar
P : Kamu dateng ke sini garagara ada mainan bukan?
J : Gak, aku mainan sama baca juga
P : Kalo misalnya di sini gak ada mainan, kamu tetep mau dateng gak sih?
J : Tetep
P : Mau ngapain?
J : Main petak umpet
P : Hahaha.
P : Terus abis dari sini, mau cerita gak sih ke temen-temen kalo abis dari perpustakaan gitu. Mainan di perpustakaan?
J : Gak mau.
Responden 4
Inisial : Y
Umur : 8 tahun
P : Y, kamu kalo ke sini sama siapa aja?
Y : Sama temen-temen
P : Sama temen-temen sekolah apa rumah?
Y : Sama temen-temen rumah ka
P : Nah, kamu kalo udah selesai main, mainannya dirapihin gak sih?
Y : Iya, dirapihin kak.
P : Terus kamu kalo main di sini, di perpustakaan. Pernah gak sih main sama temen-temen yang baru dikenal di sini gitu?
Y : Iya ka, pernah
P : Beneran pernah?
Y : Iya kak, sekali, waktu itu.
P : Jadi gak main sendirian?
Y : Gak ka
P : Pernah gak sih, kakak-kakak pustakawan. Nih kakak-kakak yang jaga di sini ikut main gitu sama kalian atau nemenin kalian main
Y : Pernah ka
P : Kamu kalo ke sini dalam seminggu biasanya berapa kali?
Y : Sabtu- minggu
P : Oh jadi sabtu dan minggu aja ke sininya?
Y : Iya ka
P : Terus kamu kalo ke sini biasanya sama siapa?
Y : Sama temen-temen ka
P : Kamu pas pertama kali ke sini udah tau belum banyak mainan di perpustakaan?
Y : Udah tau kok kak.
P : Jadi udah tau banyak mainan nih?
Y : Iya.
P : Kamu seneng gak sih main di perpustakaan dan banyak mainan di sini?
Y : Senang
P : Nah terus pengen gak sih, ada mainan yang ditmabahin lagi gitu.
Y : Pengen
P : Apa mainannya?
Y : Bola, hmm, lego terus puzzle terus itu tuh ka (menunjuk mainan edukasi lainnya)
P : Tapi mainan yang paling kamu suka tuh apa di sini?
Y : Lego ka
P : Tapi susah gak sih main lego atau puzzle?
Y : Kaga, tapi agak sulit aja.
P : Terus mainan yang ada di sini gitu udah banyak belum sih? Apa masih kurang? Apa udah cukup segini aja?
Y : Cukup
P : Kamu kalo abis main lego atau puzzle jadi belajar tentang sesuatu gak?
Y : Belajar
P : Belajar apa suf?
Y : Hmmm
P : Kan kamu main puzzle, nah nanti disitu kan ada gambar yang harus kamu susun ya? Nah nanti setelah itu kamu jadi tahu dong itu gambar apa gitu?
Y : Iya kak
P : Nah kalo begitu kamu belajar apa?
Y : Gambar
P : Kalo kamu udah selesai main, kamu suka gak sih baca buku yang ada di sini?
Y : Iya aku baca.
P : Biasanya baca buku tentang apa emang?
Y : Buku tentang cerita sholeh, hmm terus buku pengalaman
P : Pernah gak sih kamu dijelasin gitu tentang cara main sama kakak-kakanya? Misalnya cara main mainan ini gini, gitu.
Y : Pernah, sekali
P : Kamu tahu perpustakaan ini dari siapa sih?
Y : Dari teman-teman
P : Kamu sama teman-teman bareng ya?
Y : Iya kak
P : Y, kamu kalo abis main. Mainannya tuh ngajarin kamu sesuatu gak? Kamu belajar sesuatu gak?
Y : Iya. Jadi belajar baca, belajar bikin lego juga
P : Kalo misalnya gak ada mainan di sini, kamu tetep mau ke sini gak sih? Ke perpustakaan?
Y : Tetep
P : Mau ngapain?
Y : Baca atau nonton
P : Tapi mainan yang ada di sini alesan paling besar kamu ke sini gak?
Y : Iya ka
P : Kamu kalo udah dari perpustakaan suka cerita gak sih kalo abis dari perpustakaan, di perpustakaan tuh main gitu?
Y : Suka. Tapi sedikit-sedikit aja ketemen.
Responden 5
Nama : F
Umur : 12 tahun
P : Hei F, kamu ke sini, ke perpustakaan sama siapa aja?
F : Sama temen-temen ka
P : Kamu suka mainan di sini kan?
F : Iya kak
P : Kalo udah selesai main, mainannya dirapihkan gak sih?
F : Rapihkan.
P : Pernah gak kamu di sini ketemu temen-temen baru terus kenalan abis itu main bareng gitu di perpustakaan?
F : Suka kak. Aku pernah main sama temen-temen baru di sini
P : Kakak-kakak pustakawannya pernah gak sih main bareng?
F : Pernah
P : Oh ya?
F : Iya ka
P : Kamu ke sini biasanya kapan sih dalam satu minggu?
F : Dua kali, sabtu sama minggu
P : Kamu pertama kali ke sini ditemenin sama siapa? Atau ke sini sama siapa pas pertama kali?
F : Sama temen-temen aja
P : Sebelumnya, pas belum dateng ke perpustakaan udah tahu belum kalo di sini banyak mainan yang bisa dimainkan?
F : Sudah tahu kalo banyak mainan ka
P : Seneng gak sih main di sini?
F : Seneng ka
P : Sukanya mainan apa kalo di perpustakaan?
F : Lego
P : Bisa buat apa sih kalo main lego
F : Apa ya. Semuanya.
P : Kamu pengen mainan lain gak sih yang belum ada di sini terus diadakan di sini gitu?
F : Emm, pengen
P : Maunya mainan apa F?
F : Puzzle, terus lego
P : Apalagi? Udah itu aja?
F : Sama robot-robotan ka
P : Susah gak sih main lego tuh?
F : Gampang kok
P : Udah cukup apa masih kurang sih mainan yang ada di perpustakaan ini, menurut kamu? Apa sudah cukup?
F : Cukup
P : Kamu setelah main nih, misalnya main puzzle jadi belajar sesuatu gak?
F : Iya ka
P : Belajar apa?
F : Belajar gambar, belajar nyusun puzzle
P : Kamu kalo udah selesai main nih, suka baca-baca buku gak sih?
F : Suka ka
P : Oh ya? Baca buku apa biasanya?
F : Baca buku tentang kisah-kisah nabi, terus hewan-hewan juga.
P : Pernah ga sih dijelasin tentang gimana main mainan yang ada di perpustakaan sama kakak-kakak yang ada disni gitu?
F : Pernah.
P : Kamu tahu perpustakaan ini pertama kali dari siapa?
F : dari temen-temen
P : Kamu kalo ke sini, itu mainan yang ada di sini mengajarkan kamu sesuatu gak sih?
F : Iya, belajar berhitung pake mainan
P : Terus kamu dateng ke sini gara-gara mainan bukan?
F : Iya
P : Gak suka baca dong? Buku bukan alasan kamu ke sini?
F : Heh?
P : Kamu ke sini gara-gara mainan doang atau buku juga?
F : Maian dulu, tapi nanti aku baca buku juga
P : Kalo misalnya kamu ke perpustakaan, terus di perpustakaan ini gak ada mainan ya. Kamu bakal tetep dateng ke sini gak nantinya?
F : Tetep
P : Ngapain ke sini? Kan gak ada mainan?
F : Baca buku, terus nonton film juga
P : Suka cerita gak sih ke orang tua kalo abis dari perpustakaan?
F : Gak
P : Kalo ke temen-temen gitu? Cerita gak?
F : Iya. Cerita sama temen-temen.
Responden 6
Nama : A
Umur : 8 tahun
P : A, kalo main ke sini sama siapa aja sih?
A : Temen-temen, sama temen-temen rumah ka.
P : A, kalo habis main nih, mainannya di rapihin atau dibiarin aja sih?
A : Dirapihkan
P : Nah, terusnya kan di sini main nih di perpustakaan. Terusnya kan ketemu temen-temen yang main juga di perpustakaan. Pernah gak sih kenalan di sini? Terus main bareng gitu?
A : Pernah kenalan di perpustakaan ka, terus main deh.
P : A, pernah gak sih diajak main bareng sama kakak-kakak yang jaga di sini gitu? Misalnya main lego bareng?
A : Gak pernah
P : Terusnya kalo dateng ke perpustakaan biasanya tiap hari apa aja? Seminggu berapa kali sih?
A : Kalo dateng sabtu sama minggu aja ka
P : Kenapa gak senin-jum’at juga?
A : Senin- Jum’at aku sekolah ka
P : Jadi datengnya ke perpustakaan kalo libur ya sekolahnya?
A : Iya
P : Jadi seminggu 2 kali ke sini?
A : Iya kak
P : Rajinnya. Kalo ke sini naik apa biasanya?
A : Jalan ka, deket kok
P : Kamu pas pertama kali ke sini sama siapa?
A : sama temen-temen
P : Oh jadi sama mereka juga? (menunjuk ke arah teman-temennya)
A : Iya kak
P : Nah kalo sebelum ke sini udah tau belum di sini banyak mainan yang bisa dipake?
A : Udah tau.
P : Seneng gak sih banyak mainan di perpustakaan?
A : Senang, banyak mainan sama buku
P : Kalo misalnya mainanya ditambah, mainan apa yang kamu pengen ditambah lagi?
A : Bola, robot
P : Paling seneng mainan apa di perpustakaan?
A : Lego, buku-buku.
P : Susah gak sih kalo main lego atau puzzle?
A : Gampang. Cuma dipasang aja
P : Mainan yang ada di sini tuh udah cukup belum sih?
A : Cukup.
P : Kalo misalnya ditambag lagi mainannya seneng ga?
A : Seneng ka
P : A, kalo abis main puzzle, jadi belajar sesuatu gak? Gambar gitu atau belajar yang lainnya gitu?
A : Iya, aku jadi tahu gambar
P : Kamu suka baca buku gak kalo habis selesai mainan di sini?
A : Suka.
P : Baca bukunya baca buku apa?
A : Baca buku belajar, terus buku pintar, sama buku cerita.
P : Pernah gak sih dijelasin sama kakak-kakak yang di sini cara main mainannya gimana?
A : Pernah. Dijelaskan
P : Kamu tahu perpustakaan ini dari siapa?
A : dari temen-temen juga ka
P : Mainan yang ada di sini tuh ngajarin kamu sesuatu gak sih? Apa cuma buat main aja gitu?
A : Belajar sambil bermain.
P : Kamu dateng ke sini alesannya karena ada mainan bukan?
A : Iya ka. Karena banyak mainan
P : Kalo misalnya gak ada mainan nih di perpustakaan, terusnya kamu bakal ngapain ke perpustakaan?
A : Baca sambil belajar
P : Tetep mau ke perpustakaan gak?
A : Tetep mau ke sini aku
P : Kalo misalnya abis dari perpustakaan cerita gak ke temen-temen sekolah?
A : Gak pernah
P : Tapi cerita gak ke mamah, atau bapak kalo abis dari perpustakaan?
A : Iya cerita.
Responden 7
Inisial : D
Umur : 11 tahun
P : Hai D, kamu kalo ke perpustakaan ditemenin sama siapa biasanya?
D : Sama temen-temen
P : Kalo misalnya habis selesai main yang ada nih. Kamu suka beresin lagi gak sih mainannya?
D : Suka
P : Dibereskan kemana emangnya?
D : Ditaruh ke tempatnya
P : Pernah gak main bareng sama temen-temen yang baru dikenal di perpustakaan gitu?
D : Iya, pernah. Main bareng
P : Kakak-kakak yang ada di sini suka ngajak main bareng gak? Main mainan yang ada di perpustakaan gitu?
D : Suka, jarang tapi pernah sekali sih
P : Kamu kalo ke sini biasanya hari apa emangnya?
D : Sabtu minggu aja, senin sampe jumat aku sekolah
P : Pertama kali ke sini, kamu ke perpustakaan sama siapa?
D : Temen-temen
P : Bareng sama temen-temen yang ini?
D : Iya ka
P : Pertama kali ke sini udah tahu belum kalo banyak mainan gitu di sini?
A : Udah tahu.
P : Jadi kamu ke sini mau main?
D : Iya. Tapi kadang-kadang baca buku.
P : Seneng gak sih dateng ke perpustakaan?
D : Seneng
P : Seneng gak banyak mainan di sini?
D : Seneng, jadi bisa main di sini ka
P : Kamu ada pengen gak sih mainan apa lagi yang harus ada di sini gitu? Yang belum ada di sini?
D : Bola, lego, terus bongkar pasang.
P : Kamu pas main paling suka main apa sih?
D : Bongkar pasang
P : Susah gak sih kalo main lego?
D : Kaga, mudah.
P : Seringnya bikin apa kalo main lego?
D : Bikin tembakan, robot, sama penjara juga.
P : Udah cukup belum mainan yang ada di sini?
D : Cukup
P : Kamu kalo udah selesai main puzzle, jadi tahu tentang gambar atau hal lainnya gak sih?
D : Iya
P : Kan disitu ada mainan komputer ya buat dipake main, nah namanya edu-games gitu, pernah gak sih mainin itu?
D : gak pernah itu main edu-games
P : Kalo habis selesai main nah, kamu suka baca buku juga gak?
D : Suka.
P : Baca buku apa biasanya?
D : Buku tentang nabi, binatang dll.
P : Pernah gak sih dijelasin gitu cara main mainan yang ada di perpustakaan sama kakak-kakak pustakawan yang ada di sini?
D : Pernah.
P : Kamu tahu perpustakaan ini dari siapa emangnya?
D : Temen-temen ka
P : Mainan yang ada di sini tuh bantu kamu belajar gak sih? Mengajarkan kamu sesuatu gak?
D : Belajar, misal main lego bisa buat sesuatu gitu ka
P : Mainan yang ada di sini tuh alasan kamu datang ke perpustakaan?
D : Buku sama mainan.
P : Kalo misalnya gak ada mainan di perpustakaan kamu tetep mau dateng gak sih ke perpustakaan?
D : Tetep.
P : Mau ngapain kalo emang gak ada mainan di perpustakaan?
D : Kadang nonton film di lantai satu jam 11 ka.
P : Oh ya? Suka ada nonton film juga?
D : Iya kak.
P : Kamu suka cerita gak sih ke orang-orang kalo kamu habis dari perpustakaan? misalnya cerita ke mamah atau temen-temen gitu?
D : Iya. Cerita ke mamah ke temen-temen juga.
Responden 8
Inisial : S
Umur : 7 tahun
P : S, kamu kalo ke sini kamu sama siapa sih biasanya?
S : Sama temen-temen ka
P : Gak pernah gitu sama orang tua? Sama mamah? Sama bapak gitu?
S : Enggak kak
P : Kalo misalnya kamu habis selesai main, mainnya dirapihkan gak?
S : Iya kak dirapihkan.
P : Dirapihkannya kemana emang?
S : Di taruh ketempatnya ka
P : Ketika kamu main di sini nih, di perpustakaan ya. Kamu tuh main gak sih sama temen-temen yang baru kenalan di sini. Main sama yang ada di sini gitu?
S : Iya, pernah. Kenalan dengan teman-teman yang lain
P : Kakak-kakak yang ada di sini pernah ngajak kamu main gak sih? Main bareng gitu? Main lego?
S : Gak pernah.
P : Kamu sering gak ke perpustakaan?
S : Sering kak
P : Biasanya kalo seminggu berapa kali? Tiap hari apa aja?
S : Sabtu dan minggu.
P : Pertama kali ke sini sama siapa emangnya?
S : Sama temen-temen.
P : Kamu pas pertama kali datang ke perpustakaan udah tahu belum bahwa di perpustakaan banyak mainan gak?
S : Aku dari TK ke sini jadi udah tahu banyak mainan ka.
P : Seneng gak sih bisa main di perpustkaan? Dan banyak mainan di perpustakaan?
S : Senang, banyak mainan.
P : Kamu ada gak sih mainan yang pengen ditambah kali gitu di perpustakaan ini?
S : Lego
P : Kamu paling suka emang mainan apa?
S : Lego
P : Oh ya?
S : aku suka banget sama lego.
P : Susah gak sih bikin puzzle atau lego?
S : Bisa. Susah tapi bisa kok ka.
P : Sudah cukup atau belum sih mainan yang tersedia di perpustakaan ini menurut kamu, S?
S : Udah cukup
P : Kamu setelah mainan tuh kaya main puzzle, kamu jadi tahu tentang gambar atau hal lain gak sih?
S : Iya, jadi tahu
P : Kalo kamu udah selesai main suka baca buku yang ada di sini gak?
S : Tidak.
P : Kenapa gak suka?
S : Gapapa ka
P : Kenapa emangnya? Gapapa kok
S : Aku belum bisa baca
P : Pernah gak, dijekaskan oleh kakak pustakawan tentang cara bermain mainan yang ada di sini? Misalnya main lego tuh gimana gitu.
S : Gak
P : Kamu emang tahu perpustakaan ini dari mana?
S : Temen-temen
P : Menurut kamu nih, mainan yang ada di perpustakaan tuh mengajarkan sesuatu gak sih? Atau mainan hanya alat untuk bermain?
S : Gak. Yang mainan untuk mainan.
P : Mainan yang ada di pepustakaan merupakan alesan kamu datang kesinni?
S : Iya ka.
P : Alasan utama kamu ke sini?
S : Iya ka.
P : Kalo misalnya gak ada mainan di perpustakaan nih, kamu tetep datang ke perpustakaan gak?
S : Tidak
P : Kamu sudah cerita gak sih ke temen atau orang tua kalo kamu habis dari perpustakaan gitu? Habis main di perpustkaan?
S : Iya. Ke orang tua aja.
Responden 9
Inisial : K
Umur : 8 tahun
P : Kamu kalo datang ke perpustakaan biasanya ditemenin siapa K?
K : Sama mamah
P : Setelah kamu main nih, mainannya dibereskan gak ketempatnya?
K : Dibereskan, ditaro ke tempatnya ka
P : Kamu kalo main di perpustakaan nih, kan banyak ya temen-temen lainnya yang ke dateng juga ke perpustakaan nih. Kamu suka gak main gitu sama temen-temen yang di sini. Main bareng sama yang baru kenal gitu?
K : Gak
P : Kenapa?
K : Gak ka
P : Emang kamu ke sini sama siapa?
K : Sama temen-temen sama mamah juga
P : Jadi kamu mainnya sama temen-temen yang bareng aja? Gak mau dengan yang baru kenal?
K : Yang bareng aja. Gak mau sama yang baru kenal.
P : Kakak yang ada di sini, yang jaga di sini suka ikut main bareng gak?
K : Tidak
P : Kamu sering gak ke sini dalam seminggu?
K : Sekali, nanti ke sini lagi
P : Pertama kali ke sini sama siapa emang?
K : Mamah
P : Ke sini udah tahu banyak mainan belum di perpustkaan pas pertama kali?
K : Udah tau dari mamah.
P : Seneng gak sih bisa main di perpustakaan, banyak mainan juga di sini?
K : Senang
P : Mainan yang harus ditambah mainan apa lagi K?
K : Lego, boneka, puzzle.
P : Paling suka main apa emang?
K : Boneka
P : Susah gak sih main lego atau puzzle?
K : Mudah
P : Menurut kamu, udah cukup apa masih kurang mainan yang ada di perpustakaan ini?
K : Cukup
P : Setelah main puzzle nih misalnya, kamu jadi tahu gak tentang gambar gitu?
K : Iya. Belajar gambar
P : Kalo udah selesai main, suka baca buku yang ada gak?
K : Baca buku
P : Tentang apa emang?
K : Tentang nabi-nabi ka
P : Pernah gak ke, dijelasin gitu cara main lego nih sama kakak-kakak pustakawan yang ada di sini?
K : Tidak
P : Tahu perpustakaan ini dari mana?
K : Mamah.
P : Mainan yang ada di sini tuh mengajarkan sesuatu gak? Bermain aja atau main sambil belajar?
K : Iya. Main sambil belajar
P : Mainan yang ada tuh alesan kamu datang ke perpustakaan gak?
K : Bukan, baca buku terus main juga.
P : Tapi kalo gak ada mainan nih di perpustakaan gitu, kamu tetep mau miain gak ke perpustakaan?
K : Gak.
P : Jadi gak mau ke sini kalo gak ada mainan dong?
K : Hehehe
P : Kamu cerita gak sih kalo habis dari perpustakaan gitu misalnya ke temen-temen?
K : Iya. Cerita ke temen-temen.
Responden 10
Inisial : L
Umur : 10 tahun
P : Kamu kalo main atau berkunjung ke perpustakaan biasnya sama siapa?
L : Ibu
P : Kamu kalo sudah selesai main, suka dirapihin lagi gak mainannya?
L : Gak
P : Kamu kalo main di perpustakaan, akan ikut main gak dengan teman-teman alinnya yang ada di sini?
L : Iya. Main dengan temen-temen yang lain
P : Apak kakak-kakak pustakawan pernah main bareng?
L : Gak tau
P : Seberapa sering kamu dateng ke perpustakaan dalam seminggu?
L : Sekali
P : Kamu pertama kali ke sini sama siapa L?
L : Ibu
P : Kamu pertama kali berkunjung ke perpustakaan sudah tahu bahwa di sini banyak mainan gak?
L : Belum tahu
P : Seneng gak bisa main di perpustakaan dan banyak mainan di perpustakaan?
L : Senang
P : Ada gak sih mainan yang kamu pengen ada di perpustakaan?
L : Lego
P : Paling suka main apa emang?
L : Lego
P : Susah gak sih main lego, vi?
L : Susah
P : Oh, tapi bisa kan?
L : Bisa kok
P : Sudah cukup apa masih kurang sih mainan yang ada di perpustakaan ini?
L : Cukup ka
P : Setelah main puzzle, apakah jadi tah tentang gambar atau hal-hal lain gitu?
L : Gak
P : Kamu kalo udah selesai mian nih, suka baca buku yang ada di perpustakaan ini gak?
L : Baca buku
P : Sukanya buku apa?
L : Semua buku apa saja
P : Pernah gak dijelaskan tentang cara bermain sebuah mainan gitu sama kakak-kakak pustakawan?
L : Tidak
P : Tahu perpustakaan ini dari siapa emang L?
L : Mamah
P : Mainan yang ada di sini tuh mengajarkan kamu sesuatu gak? Atau mainan hanya untuk bermain saja?
L : Mainan hanya untuk main ka
P : Mainan yang ada di perpustakaan tuh alasan utama kamu datang ke perpustakaan bukan?
L : Baca dulu tujan utama aku baca
P : Kalau gak ada mainan di perpustakaan, kamu tetep mau dateng gak ke perpustakaan?
L : Tetep, baca di perpustakaan
P : Apakah suka cerita ke temen-temen gitu kalo habis dari perpustakaan?
L : Gak ah, malu
Lampiran 3: Tabel Analisis Data Hasil Penelitian Berdasarkan Tema
Tema Pokok Tema Hasil Analisis Sub Tema Penjelasan
Pengalaman A. Pemanfaatan koleksi mainan
anak oleh pemustaka anak
1. Pemustaka anak memanfaatkan koleksi mainan anak dengan
pendamping
“Mamah” (I, 5 tahun 6 bulan)
“Kadang sama Mamah kadang sama Papah” (R, 6 tahun)
“Sama Bunda” (J, 6 tahun)
“Sama temen-temen rumah ka” (Y, 8 tahun)
“Sama temen-temen ka” (F 12 tahun)
“Temen-temen, sama temen-temen rumah ka” ( A, 8 tahun)
“Sama temen-temen” (D, 11 tahun)
“Sama temen-temen ka” (S, 7 tahun)
“Sama mamah” (K, 8 tahun)
“Ibu” (L, 10 tahun)
- Orang tua
- Temen-teman
2. Kunjungan pemustaka untuk pemanfaatan koleksi mainan anak
“Kalo dateng sabtu sama minggu aja ka” (A, 8 tahun)
“Dua kali, sabtu sama minggu” (F, 12 tahun)
“Sabtu minggu aja, senin sampe jum’at aku sekolah” (D, 11
tahun)
“Sabtu dan Minggu” (S, 7 tahun)
“Sabtu-Minggu” (Y, 8 tahun)
3. Pengalaman pertama dan pengetahuan tentang perpustakaan
merupakan hal yang saling berkaitan
“Sudah tahu kalo banyak mainan ka” (F 12, tahun)
“Udah tahu” ( D, 11 tahun)
“Udah tahu dari Mamah” ( K, 8 tahun)
“Aku dari TK ke sini jadi udah tahu banyak mainan ka” ( S, 7
tahun)
“Udah tahu kok ka” (Y, 8 tahun)
4. Pemanfaatan koleksi buku setelah pemanfaatan koleksi mainan
“Baca buku dulu” (I, 5 tahun)
“Suka, tapi aku dibacaiin sama bunda” (J, 7 tahun)
“Suka ka . . . Baca buku tentang kisah-kisah nabi, terus hewan-
hewan juga”. (F, 12 tahun)
“Suka. Baca buku belajar, terus buku pintar sama buku cerita”
(A, 8 tahun)
“Heeh. . Dinosaurus, binatang, putri.”(R, 6 tahun)
“Baca buku. . . semua buku apa saja” (L, 10 tahun)
“Iya aku baca. . . buku tentang anak sholeh, hmmm terus buku
pengalaman.” (Y, 8 tahun)
“Suka . . . buku tentang nambi, binatang dll.” (D, 11 tahun)
“Baca buku. . . . tentang nabi-nabi ka” (K, 8 tahun)
B. Interakasi pemanfaatan koleksi 1. Informan bercerita kepada orang lain tentang pengalaman ke
mainan anak perpustakaan
“Iya cerita” (A, 8 tahun)
“Iya” (I, 5 tahun 6 bulan)
“Iya cerita ke temen-temen” ( K, 8 tahun)
“Iya cerita ke Mamah, ke temen-temen juga” ( D, 11 tahun)
“Iya. Cerita sama temen-temen” (F, 12 tahun)
“Iya” (R, 6 tahun)
“Iya ke orang tua aja” (S, 7 tahun)
“Suka tapi sedikit-sedikit aja ke temen” (Y, 8 tahun)
2. Interaksi antara pustakawan dan pemustaka
“Gak pernah” (A, 8 tahun)
“Pernah” (F, 12 tahun)
“Suka, jarang tapi pernah sekali sih” (D, 11 tahun)
“Tidak” (K, 8 tahun)
“Pernah ka” (Y, 8 tahun)
“Gak pernah” (S, 7 tahun)
“Gak tahu” (L, 10 tahun)
“Gak permah ka” (J, 7 tahun)
“Gak” (R, 6 tahun)
“Emm, enggak” (I, 5 tahun 6 bulan)
- Terjadi interaksi
- Tidak terjadi interaksi
3. Interaksi dengan anak-anak lain yang berkunjung
"Gak" (R, 6 tahun)
"Iya. Main dengan teman-teman yang lain" (L, 10 tahun)
- Pernah berinteraksi
- Tidak pernah
"Gak pernah, yang udah kenal aja" (J, 7 tahun)
"Iya ka, pernah. . . Iya kak, sekali, waktu itu." (Y, 8 tahun)
"Iya, pernah. Kenalan dengan teman-teman yang lain" (S, 7
tahun)
"Iya, pernah. Main bareng"(D, 11 tahun)
"Yang bareng aja. Gak mau sama yang baru kenal"(K, 8 tahun)
"Pernah kenalan di perpustakaan ka, terus main deh."(A, 8
tahun)
"Suka kak. Aku pernah main sama temen-temen baru di sini"(F,
12 tahun)
"Emm. enggak. . . Eeh. Soalnya aku males."(I, 5 tahun 6 bulan)
berinteraksi
Perasaan
Perasaan dalam memanfaatkan
mainan anak
1. Senang
“Seneng” (R, 6 tahun)
“Senang” (L, 10 tahun)
“Seneng . . . Banyak mainan di sini” (J, 7 tahun)
“Senang” (Y, 8 tahun)
“Senang, banyak mainan” (S, 7 tahun)
“Seneng, jadi bisa main di sini ka” (D, 11 tahun)
“Senang” (K, 8 tahun)
“Senang, banyak mainan sama buku” (A, 8 tahun)
“Seneng ka” (F, 12 tahun)
“Seneng” (I, 5 tahun 6 bulan)
2. Susah
“. . . Agak sulita kalo yang tinggi kak.” (J, 7 tahun)
“Bisa. Susah tapi bisa kok ka” (S, 7 tahun)
“Susah” (L, 10 tahun)
Makna Makna pemanfaatan koleksi
mainan anak
1. Koleksi mainan anak sebagai media belajar
“Iya. Jadi belajar baca, belajar bikin lego juga” (Y, 8 tahun)
“Belajar gambar, belajar nyusun puzzle. . . . Iya, belajar
berhitung pake mainan” (F, 12 tahun)
“Mainan sambil belajar” (J, 7 tahun)
“Belajar, misal main lego bisa buat sesuatu gitu ka” (D, 11
tahun)
“Iya. Main sambil belajar” (K, 8 tahun)
“Belajar sambil bermain” (A, 8 tahun)
2. Koleksi mainan anak sebagai alasan berkunjung
“Iya ka” (Y, 8 tahun)
“Iya ka. . . Tidak”. (S, 7 tahun)
“Tetep. . . Kadang nonton film di lantai satu jam 11 ka.” (D, 11
tahun)
“Tetep . . . Baca atau nonton” (Y, 8 tahun)
“Tetep. . . Iya . . . Baca buku yang binatang-binatang” (I, 5
tahun)
“Iya. . . Baca buku” (R, 6 tahun)
-Sebagai alasan utama
-Bukan alasan utama
“Tetep mau kesini aku” (A, 8 tahun)
“Tetep. Baca di perpustakaan” (L, 10 tahun)
“Tetep. . Main petak umpet” (J, 7 tahun)
“Tetep” (F, 12 tahun)
3. Koleksi mainan anak sebagai alat bermain
“Mainan hanya untuk main ka” (L, 10 tahun)
Lampiran 4: Foto-foto Koleksi Mainan Anak di BPAD DKI Jakarta
Lampiran 5: Lembar Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 6: Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 7: Lembar Surat Izin Penelitian
BIODATA PENULIS
Rara Suci Amiyati. Lahir di Tangerang, 09
Oktober 1995. Putri pertama dari bapak Sulhan
Bahrudin dan Tri Lidianti. Ia menyelesaikan
pendidikan sekolah di Tangerang: SDN Talagasari
2 (2001-2007), MTs Nurul Haq Balaraja (2007-
2010), kemudian ia melanjutkan SMA di SMAN
19 Kab. Tangerang (2010-2013) dan aktif sebagai
sekretaris osis SMAN 19 Kab. Tangerang. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan
dengan mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan menulis skripsi berjudul Studi Fenomenalogi
Permanfaatan Koleksi Mainan Anak di BPAD DKI Jakarta. Penulis pernah
menjalani Praktek Kerja Lapangan di Knowledge Management IPC Corporate
University (tahun 2016) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Cempaka,
Kecamatan Cisoka, Kab. Tangerang (tahun 2016) selama satu bulan. Selain sibuk
dengan kegiatannya sebagai mahasiswa, ia juga aktif di kegiatan sosial Sekolah
Anak Bahari di Tanjung Anom, Kab. Tangerang yang berfokus pada pengajaran
anak-anak di pesisir.