EVALUASI PEMBELAJARAN
TES TERTULIS OBJEKTIF DAN ESSAY
Jenis Tugas :
SUMMARY
Disusun Oleh :
Nama : Hendra Suherman
No. Reg : 5115127099
Prodi : Pend. Teknik Elektro Non. Reguler
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil
belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau
diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
II. Tes Objektif
Pengertian tes objektif adalah tes atau butir soal yang telah mengandung kemungkinan
jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta tes hanya harus
memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan.
Bentuk tes objektif secara umum memiliki 3 tipe yaitu :
1. Benar-salah (true false)
2. Menjodohkan (matching)
3. Pilihan ganda (multiple choice)
Butir soal objektif memiliki kekuatan antara lain :
1. Mudah dikontruksi.
2. Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
3. Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena
tidak menuntut keahlian khusus dari pada si pemberi nilai.
4. Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama
berkenaan dengan ingatan.
5. Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu.
6. Reabilitynya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay, karena
penilainnya bersifat objektif.
7. Objektif test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan.
8. Validity test objektif lebih tinggi dari essay test, karena samplingnya lebih luas.
Adapun kelemahan butir soal objektif adalah :
1. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban, karena mereka belum
menguasai materi pelajaran tersebut.
2. Terlalu menekankan kepada ingatan.
3. Peserta tes harus selalu memberikan penilaian absolut.
4. Banyak memakan biaya, karena lembaran-lembaran item test harus sebanyak
jumlah pengikut test.
5. Nilai yang diperoleh belum tentu sesuai dengan kemampuan siswa, karena tak
jarang siswa yang hanya asal menerka jawaban
III. Jenis- Jenis Tes Objektif :
A. Tes Benar Salah (B-S)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes benar salah adalah:
1) Buatlah pernyataan secara jelas, benar atau salah. Butir tes benar salah
ini harus dinyatakan secara jelas dan bebas dari pengertian ganda.
Ungkapan yang samar-samar hanya akan mengecoh para siswa dan
menimbulkan kebingungan.
2) Hindarilah penentu-penentu yang bersifat spesifik, misalnya semua,
selalu, tidak, tidak pernah, biasanya, kadang-kadang.
3) Hindari pernyataan-pernyataan negatif ganda.
4) Hindari petunjuk luar yang mengarah pada jawaban.
5) Bila mengukur hubungan sebab akibat gunakan satu proposisi yang
benar.
6) Gunakan kalimat yang sederhana.
7) Hal-hal yang bersifat teknis lainnya perlu juga diperhatikan: jumlah soal
hendaknya cukup banyak, soal yang harus dijawab dengan benar dan
yang harus dijawab dengan salah, jumlahnya hendaknya seimbang, dan
urutan soal-soal yang harus dijawab dengan benar dan harus dijawab
dengan salah hendaknya tidak merupakan pola yang tetap.
Kelebihan dan kelemahan Tes Benar Salah disajikan pada bagan berikut:
Kelebihan Tes Benar Salah Kelemahan Tes Benar Salah
1. Soal ini baik untuk hasil-
hasil dimana hanya ada dua
alternatif jawaban
1. Sulit menuliskan soal di luar
tingkat pengetahuan yang bebas
dari maksud ganda
2. Tuntutan kurang ditekankan
pada kemampuan baca
3. Sejumlah soal relatif dapat
dijawab dalam tipe tes secara
berkala
4. Penilaian mudah, objektif
dan dapat dipercaya.
2. Jawaban soal tidak memberikan
bukti bahwa siswa mengetahui
dengan baik
3.Tidak ada informasi diagnostik dari
jawaban yang salah
4. Memungkinkan dan mendorong
siswa untuk menerka-nerka.
B. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes pilihan ganda mengacu pada tes yang diujikan di mana siswa harus memilih
salah satu dari beberapa pilihan. Tes ini mempunyai dua bagian, yaitu:
1. Batang tubuh, yaitu yang mengikutsertakan semua informasi yang diperlukan
untuk memperkenalkan pertanyaan.
2. Pilihan-pilihan, yang terdiri dari jawaban yang benar dan distraktor.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis butir tes pilihan
ganda, adalah:
1) Hindari mengulangi kata-kata kunci.
2) Kalimat dalam tiap-tiap soal diusahakan dengan kalimat positif.
3) Jika mempergunakan kalimat negatif, hendaknya diberi penjelasan atau
digarisbawahi.
4) Kalimat dari tiap-tiap butir soal harus jelas.
5) Hindari hubungan soal berikutnya dengan soal sebelumnya.
6) Selang-selinglah jawaban yang benar secara acak.
7) Kontrol kesulitan dalam soal dengan merubah alternatif jawaban.
8) Pastikan satu soal bebas dari pengaruh soal yang lain.
9) Jumlah option (pilihan) jangan terlalu banyak.
Kelebihan dan kelemahan Tes Pilihan Ganda sebagai berikut:
Kelebihan Tes Pilihan Ganda Kelemahan Tes Pilihan Ganda
1. Hasil belajar dari yang
sederhana sampai yang
komplek dapat diukur
2. Terstruktur dan petunjuknya
jelas
3. Alternatif jawaban yang salah
dapat memberikan informasi
diagnostik
4. Tidak dimungkinkan untuk
menerka jawaban
5. Penilaian mudah, objektif dan
dapat dipercaya
1. Menyusunnya membutuhkan
waktu yang lama
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur
beberapa tipe pemecahan
masalah, kemampuan untuk
mengorganisir dan
mengekspresikan ide
4. Nilai dapat dipengaruhi dengan
kemampuan baca yang baik
C. Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan merupakan variasi dari tes pilihan ganda. Dengan mengubah
ke dalam bentuk menjodohkan dapat dihindari pengulangan dari jawaban alternatif
dan menyajikan soal-soal sama dalam bentuk yang lebih komplek. Tes menjodohkan
terdiri dari serangkaian pernyataan yang disebut premis dan serangkaian jawaban
alternatif yang disebut respons. Ini semua disusun dalam kolom dengan petunjuk-
petunjuk yang mengatur aturan-aturan untuk memasangkan/menjodohkan.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis tes menjodohkan:
a. Diusahakan hanya materi-materi yang homogen dalam serangkaian soal.
b. Diusahakan urutan-urutan soal singkat dan tempatkan jawaban secara
singkat di sebelah kanan.
c. Jumlah respon lebih banyak dari premis.
d. Petunjuk harus jelas, apakah satu respon hanya dipakai satu kali atau
lebih dari satu kali.
e. Serangkaian soal menjodohkan ditulis dalam halaman yang sama.
Kelebihan dan kelemahan tes menjodohkan sebagai berikut:
Kelebihan Tes Menjodohkan Kelemahan Tes Menjodohkan
1.Suatu bentuk yang efisien
diberikan di mana sekelompok
respon sama menyesuaikan
dengan rangkaian isi soal
2.Waktu membaca dan merespon
relatif singkat
3.Mudah untuk dibuat
4. Penilaian mudah, objektif dan
dapat dipercaya
1. Materi soal dibatasi oleh faktor
ingatan/pengetahuan yang
sederhana dan kurang dapat
dipakai untuk mengukur
penguasaan yang bersifat
pengertian dan kemampuan
membuat tafsiran
2. Sulit menyusun soal yang
mengandung sejumlah respons
yang homogen
3.Mudah terpengaruh dengan
petunjuk yang tidak relevan
D. Tes Isian Singkat dan Jawaban Pendek ( Melengkapi)
Tes bentuk isian singkat dan jawaban pendek keduanya hampir sama, hanya
berbeda dalam bentuk persoalan yang disajikan. Jika masalah yang disajikan dalam
bentuk pertanyaan, maka tes itu menjadi bentuk jawaban pendek, dan apabila
disajikan dalam bentuk pernyataan yang belum selesai, maka tes itu menjadi bentuk
isian singkat.
Dalam mempersiapkan soal-soal bentuk ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a) Hati-hati terhadap soal-soal isian yang terbuka. Jawaban yang diinginkan
harus benar-benar dibatasi.
b) Titik-titik lebih baik diletakkan pada ujung pernyataan dari pada di depan.
c) Di dalam satu pernyataan janganlah terlalu banyak yang dikosongkan.
d) Jika masalahnya memerlukan jawaban yang berupa angka, nyatakanlah satuan-
satuan tertentu dari perhitungan itu.
Kelebihan dan kelemahan tes isian singkat/jawaban pendek sebagai berikut:
Kelebihan Tes Isian
Singkat/Jawaban Pendek
Kelemahan Tes Isian
Singkat/Jawaban Pendek
1. Mudah dalam pembuatan
2. Kemungkinan menebak
jawaban sangat sulit
3. Cocok untuk soal-soal
hitungan
4. Hasil-hasil pengetahuan dapat
diukur secara luas
1. Sulit menyusun kata-kata yang
jawabannya hanya satu
2. Tidak cocok untuk mengukur
hasil-hasil belajar yang komplek
3. Penilaian menjemukan dan
memakan waktu banyak
IV. Tes Uraian / Essay
Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes secara naratif.
Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang
yang mengkontruksi butir soal, tetapi dipasok oleh peserta tes. Peserta tes bebas untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat memilih,
menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Jadi perbedaan utama tes objektif dan uraian dalah siapa yang menyediakan
jawaban atau alternative jawaban sudah disediakan oleh pembuat soal. Dengan
pengertian diatas maka pemberian skor terhadap soal uraian tidak mungkin dilakukan
secara objektif.
Adapun kelebihan soal uraian adalah :
1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks, artinya
hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil belajar yang kompleks tidak hanya
membedakan yang benar dari yang salah, tetapi juga dapat mengekspresikan
pemikiran peserta tes serta pemilihan kata yang dapat memberi arti yang
spesifik pada suatu pemahaman tertentu.
2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan
dan kemampuan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber
informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan
keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan
dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya. Tanpa dukungan
kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara teratur dan terarah, maka
kemampuan tidak terlihat secara utuh. Bahkan kemampuan itu secara
sederhana sudah akan dapat kelihatan dengan jelas dalam pemilihan kata,
penyusunan kalimat, penggunaan tanda baca, penyusunan paragraf dan
susunan rangkain paragraf dalam suatu keutuhan pikiran.
3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk
melahirkan kepribadiannya dan watak sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian
yang menuntut kemampuan siswa untuk mengekspresikan jawaban dalam
kata-kata sendiri. Untuk dapat mengekspresikan pemahaman dan penguasaan
bahan dalam jawaban tes, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan
bahan secara utuh. Penguasaan bahan yang tanggung atau parsial dapat
dideteksi dengan mudah. Karena itu untuk menjawab tes uraian dengan baik
peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya akan
diujikan dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes
uraian dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab soal
dengan benar atau akan berusaha dengan cara membual.
4. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan guru untuk menyusun butir
soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Jumlah butir soal tidak perlu banyak
Kedua, guru tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan
jawaban yang benar sehingga akan sangat menghemat waktu konstruksi
soal. Tetapi hal ini tidak berarti butir soal uraian dapat dikontruksikan
secara asal-asalan. Kaidah penyusunan tes uraian tidaklah lebih
sederhana dari kaidah penyusunan tes objektif.
5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakan
kebaikan sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan
sangat mendorong siswa dan guru untuk belajar dan mengajar, serta
menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian diharapkan
kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran secara tertulis
akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan
terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada
kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan yang dapat
menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan tidak reliable. Bagi
siswa yang tidak mempunyai kemampuan menulis, akan menjadi beban.
Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan-kelemahannya,
yaitu:
1. Reliabilitasnya rendah artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak
konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa
kali. Menurut Robert L. Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang
menyebabkan tes uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan
sampel bahan yang tercakup dalam soal tes. Kedua, batas-batas tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan
untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Ketiga, subjektifitas
penilaian yang dilakukan oleh pemeriksa tes.
2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang
banyak.
3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.
4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling
membedakan prestasi belajar siswa.
V. Jenis-Jenis Tes Uraian / Essay
Jenis tes uraian dibedakan menjadi:
a. Uraian Bebas (Free Essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pernyataan uraian bebas
sifatnya umum.
Contoh:
1. Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, Jelaskan dengan singkat !
2. Bagaimana peran komputer dalam pendidikan ?
b. Uraian Terbatas
Dalam uraian terbatas, dalam bentuk ini pernyaaan telah diarahkan kepada
kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembantasan bisa dari segi
ruang lingkupnya, sudut padang menjawabnya,serta indikator-indikatonya.
Contoh:
1. Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer !
2. Sebutkan 5 komponen dalam komputer ?
Jenis tes uraian yang disebut juga soal-soal berstuktur. Soal berstuktur merupakan
serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya.
Soal yang berstruktur berisi unsur – unsur pengantar soal, seperangkat data, dan
serangkaian sub soal.
Sehubungan dengan kedua bentuk uraian diatas, Depdikbut sering menyebutkan
dengan istilah lain, yaitu Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non
Objektif (BNUO).
1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang
relati lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya dimungkinkan
menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. Untuk setiap kata kunci yang
benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang dijawab salah atau tidak dijawab
diberi skor 0 (nol).
Adapun langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah :
a. Tuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk
setiap soal.
b. Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1. Tidak ada skor setengah
untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1 adalah
jawaban sempurna, jawaban lainya adalah 0.
c. Jika satu pertanyaan memiliki beberapa subpetanyaan, perincilah kata kun ci
dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kuunci subjawaban dan
buatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut.
Jumlah skor ini disebut skor maksimum.
Contoh :
Indikator : menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukuranya.
Soal : sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100
cm, lebar 70 cm dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak penampung
mampu menyimpan air ?
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Objektif
Langkah Kriteria Jawab Skor
1 Rumus isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 100 cm x 70 cm x 60 cm 1
3 = 420.000 cm3 1
4 Isi balok dalam liter : 1
5 = 420 liter 1
Skor maksimum 5
2. Bentuk Uraian Non-Objektif (BUNO)
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan rumusan
jawaban uraian bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengigat dan
mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasan – gagasan pribadi atau
hal –hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat
memungkinkan adanya unsur subjektivitas.
Dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif,skor di jabarkan dalam rentang.
Besarnya rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban,
seperti 0-1, 0-4, 0-6, 0-8,0-10 dan lain-lain. Skor minimal harus 0, karena peserta
didik yang tidak menjawab pun akan memperoleh skor minimal tersebut, sedangkan
skor maksimum ditentukan oleh penyusunan soal dankeadaan jawaban yang
ditentukan dalam soal tersebut.
Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian nonobjektif
adalah sebagai berikut:
a) Tulisan garis – garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan
pegangan dalam pemberian skor.
b) Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c) Pemberian skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang
diberikan oleh peserta didik
d) Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor
peserta didik. Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor
maksimum dari suatu soal
e) Periksalah soal dari setiap nomor dari semua peserta didiksebelum pindah ke
nomor soal yang lain. Tujuannya untuk menghidari pemberian skor berbeda
terhadap soal yang sama.
f) Jika setiap butiran soaltelah selesai diskor,hitung jumlah skor perolehan peserta
didik untuk setiap soal. Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus
g) Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut
nilai akhir dari suatu perangkat tes yang di berikan.
Contoh:
Indikator : menjelaskan alasan yang membuat kita harus bangga sebagai bangsa
Indonesia.
Soal : Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa
Indonesia.
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Non-Objektif
Kriteria Jawaban Rentang
Skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia 0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air
Indonesia (Pemandangan alam, Geografis, dsb)
0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman budaya,
suku, adat-istiadat tetapi dapat bersatu
0-3
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan
masyarakat Indonesia
0-2
Skor Maksimum 9
Untuk meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan jawaban, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain :
1. Untuk memperoleh soal bentuk uraian yang baik harus disusun rencana yang
baik pula. Untuk itu , harus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan
langkah-langkah pengembangan tes secara umum
2. Dalam menulis soal bentuk uraian, guru harus mempunyai gambaran tentang
ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan,
kedalam dan panjang jawaban atau perincian jawaban yang mungkin diberikan
oleh peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghindari kemungkinan
terjadinya keracunan soal dan dapat mempermudah pembuatan kriteriaatau
pedoman penskoran
3. Setelah menulis soal, guru harus menyusun kunci jawaban atau pokok-pokok
jawabandan pedoman penskoran. Pedoman penskoran ini berisi tentang:
a) Batasan atau kata-kata kunci untuk melaksanakan penskoran terhadap soal
bentuk uraian objektif.
b) Kriteria jawaban digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal
bentuk uraian nonobjektif
4. Semua identitas peserta didik harus disembunyikan agar tidak terlihat sebelum
dan selama memeriksa, Jika memungkinkan, identitas peserta didik cukup
diganti dengan kode tertentu
5. Jauhkanlah hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor,
seperti bentuk tulisan/ huruf, ukuran kertas, ejaan, struktur kalimat, kerapian, dll
III. Perbedaan Tes Objektif dan Tes Essay
Berikut ini disajikan perbdaan-perbedaan antara tes obyektif dengan tes essay:
1. Tes obyektif menuntut siswa untuk memilih dua atau lebih alternatif jawaban,
sementara tes essay menuntut siswa untuk merencanakan sendiri jawaban
mereka kemudian menyatakannya dengan kata-kata mereka sendiri.
2. Secara taksonomi hasil belajar, tes obyektif baik untuk mengukur hasil belajar
tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4),
dan tidak cocok untuk mengukur tingkat sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
Sementara tes essay tidak efisien digunakan untuk mengukur pengetahuan (C1),
baik untuk mengukur pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4), serta
sangat baik untuk mengukur hasil belajar kognitif untuk sintesis (C5) dan
evaluasi (C6).
3. Tes obyektif seringkali terdiri dari banyak pertanyaan yang spesifik yang hanya
menghendaki jawaban berupa garis besarnya saja, berbeda dengan tes essay
yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang lebih umum dan mengundang
jawaban-jawaban secara luas dan mendalam.
4. Tes obyektif yang terdiri dari banyak pertanyaan-pertanyaan (item soal), maka
dapat mewakili bahan pembelajaran yang lebih luas, sementara itu tes essay
karena menggunakan jumlah pertanyaan yang lebih sedikit maka hanya
mencakup sedikit bahan pembelajaran.
5. Saat menjawab tes obyektif siswa lebih banyak menggunakan waktu yang
disediakan untuk membaca dan berpikir, sedangkan pada tes essay, siswa lebih
banyak menggunakan waktunya untuk berpikir dan menulis.
6. Pembuatan tes objektif lebih sulit dinading membuat tes essay, walaupun
sebenarnya ini tetap bersifat relatif.
7. Kualitas tes objektif lebih banyak ditentukan oleh keterampilan penyusun tes,
sementara untuk tes essay, kualitas tes lebih banyak ditentukan oleh
keterampilan membaca.
8. Jawaban siswa pada tes obyektif lebih mudah dilakukan penskorannya, bersifat
sangat obyektif, sederhana. Sedangkan penskoran tes essay jauh lebih sulit, lebih
subyektif.
9. Tes obyektif memberikan kesempatan yang luas kepada penyusun soal untuk
menunjukkan pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya, tetapi membatasi
siswa untuk berkreasi. Sedangkan pada tes essay, siswa memiliki kebebasan
untuk menyatakan jawabannya secara individual dan guru (pemberi skor) bebas
memberikan skornya secara preferensial dengan mengacu pada pedoman
penskoran.
10. Pada tes obyektif, distribusi skor ditentukan oleh tes sedangkan pada tes esaay
distribusi skor ditentukan oleh pemberi nilai.
11. Secara tidak langsung, untuk tes obyektif guru memberikan kemungkinan
kepada siswa untuk bermain tebakan (guessing), sedangkan untuk tes essay,
secara tidak langsung guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan bluffing.
12. Tes obyektif dapat mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan
menganalisis ide-ide orang lain. Sementara itu tes essay mendorong siswa untuk
mengorganisasi dan mengintegrasikan ide-idenya sendiri ke dalam jawaban.
IV. Persamaan Tes Objektif dan Tes Essay
Menurut pendapat Ebel dalam Hamalik (2001), tes essay dan objektif juga memiliki
persamaan, yaitu:
1. Baik tes essay maupun tes obyektif dapat digunakan untuk mengukur hampir
semua jenis tujuan pembelajaran yang penting yang dapat diukur oleh paper and
pencil test (tes tertulis).
2. Sebenarnya, baik tes essay maupun tes obyektif, sama-sama melibatkan
penggunaan pertimbangan subyektif.
3. Kedua jenis tes, obyektif dan esaay, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
mendorong siswa agar mempelajari konsep, prinsip dan problem
solving (pemecahan masalah).
4. Kedua jenis tes (essay dan obyektif), memberikan skor yang memiliki nilai yang
bergantung pada obyektivitas dan reliabelitas.
V. Ciri-ciri Tes Yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:
1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan
valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya
alat ukur yang digunakan tepat
2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering
diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan
berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya
praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi
harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.
4. Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah
valid dan reliable.
VI. Langkah-langkah Pengembangan Tes
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang
baik,yaitu:
1. Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan
ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah
berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar,
harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata
kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
b. Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk
merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian
tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif
bagi penyusun tes.
c. Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian
antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan
hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan
kepraktisan.
d. Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat
diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat
ringannya beban penyeleaian soal tersebut
e. Merencanakan banyak soal
f. Merencanakan jadwal penerbitan soal
2. Penulisan soal
3. Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati
apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan
pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan
psikologis.
4. Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal
yang dibuat akan dibakukan.
5. Penganalisisan hasil uji coba.
6. Pengadministrasian soal
VII. KESIMPULAN
Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab
atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Jenis-jenis tes berdasarkan cara pelaksanaannya terbagi kedalam tes tertulis, tes lisan
dan tes perbuatan. Tes tertulis dapat dikelompokkan kedalam dua tipe yaitu tes tipe
essay (uraian) dan tes tipe objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Minaltimay, “Pengertian Tes & Jenis-jenis Tes”,
http://minaltimay.wordpress.com/2010/12/16/pengertian-tes-jenis-jenis-tes/ (diakses 3
oktober 2014)
Penelitian Tindakan Kelas, “Karakteristik Tes Essay”,
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/karakteristik-tes-essay.html
(diakses 4 oktober 2014)
Penelitian Tindakan Kelas, “Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Essay”,
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/perbedaan-tes-obyektif-dan-tes-
essay.html (diakses 4 oktober 2014)
Fijra Kembar, “Evaluasi Pendidikan”,
http://fijrakembar.wordpress.com/2011/04/27/evaluasi-pendidikan/ (diakses 4 oktober
2014)
Fidel Yanicha, “Kelebihan dan Kelemahan Tes Obyektif”,
http://fidelyanicha.blogspot.com/2012/12/kelebihan-dan-kelemahan-tes-objektif.html
(diakses 5 oktober 2014)
Fitri Yani, “ Tes Uraian dan Tes Obyektif”
http://fitriyanirobby06.wordpress.com/2014/01/09/tes-uraian-dan-tes-objektif/ (diakses
5 oktober 2014)