UKSW BUSINESS PLAN COMPETITION 2010
Budidaya Tanaman Sayur Organik dengan Metode Vertikultur Semi-Hidoponik
KETUA TIM :Kristiyono
ANGGOTA TIM :TaryonoHaryono
Rendy PamungkasAyuk Widyayanti
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2010
A. Judul Program
Budidaya Tanaman Sayur Organik dengan Metode Vertikultur Semi-
Hidoponik
B. Latar Belakang Masalah
Pertanian organik berkembang secara cepat di negara-negara Eropa,
Amerika dan Asia Timur seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Fenomena ini
didorong oleh kesadaran manusia akan bahaya bahan kimia bagi kehidupan.
Secara bertahap negara-negara di dunia mulai melakukan revolusi metode
pertanian untuk mengembalikan kesuburan tanah. Melalui program revolusi hijau,
produksi pangan dunia dapat ditingkatkan. Meskipun peningkatan produksi
pangan tidak terlepas dari penggunaan produk teknologi modern seperti benih
unggul, pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan pertanaman
monoklutur akan tetapi pada kenyataannya program revolusi hijau hanya dapat
berhasil di wilayah dengan sumber daya tanah dan air yang baik serta infrastruktur
yang mendukung.
Menurut pakar ekologi, pertanian yang tergangung pada bahan kimia dilihat
dari sudut pandang fisik dan ekonomi dianggap berhasil menanggulangi
kerawanan pangan, tetapi harus dibayar mahal dengan makin meningkatnya
kerusakan atau degradasi yang terjadi di permukaan bumi, seperti desertifikasi,
kerusakan hutan, penurunan keragaman hayati, salinitas, penurunan kesuburan
tanah, penumpukan senyawa kimia di dalam tanah maupun perairan, erosi dan
kerusakan lainnya. Sampai saat ini masih merupakan dilema berkepandangan
antara usaha meningkatkan produksi padangan dengan menggunakan agrokimia
dan usaha pelestarian lingkungan yang berusaha mengendalikan atau membatasi
penggunaan bahan-bahan tersebut.
Lahan yang subur merupakan modal dasar pembangunan pertanian yang
perlu dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas pangan. Akan tetapi dari
tahun ke tahun lahan pertanian mengalami penurunan seiring dengan
pembangunan perumahan serta sarana dan prasarana kehidupan modern lainnya.
Kondisi demikian berdampak pada kesediaan lahan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan produksi pertanian. Untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian
yang semakin sempit, salah satu caranya adalah melalui vertikultur. Vertikultur
merupakan sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal dan
bertingkat. Sistem ini sesuai digunakan petani atau pengusaha yang memiliki
lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan
bertingkat, perumahan umum atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang
tidak punya halaman sama sekali (Widarto, 1994: 2).
Metode vertikultur memungkinkan pemanfaatan lahan yang sempit untuk
menghasilkan produk pertanian secara maksimal. Efisiensi lahan yang dapat
dicapai dari vertikultur ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor
pendukung keberhasilan pengembangan usaha agribisnis. Pemilihan metode
vertikultur ini didasarkan pada kelebihan sistem vertikultur dibandingkan dengan
sistem budi daya secara konvensional atau penanaman secara melebar langsung ke
tanah yang umum dilakukan. Dengan bercocok tanam sistem vertikultur,
disamping kondisi tanamannya lebih baik, jumlah tanaman per hektarnya bisa
mencapai 7 sampai 120 kali lipat, bahkan lebih. Banyaknya jumlah tanaman yang
dapat dibudidayakan secara vertikultur tidak tergantung dari luas tanam, tetapi
ditentukan oleh banyaknya tingkatan atau tinggi susunan dan kerapatan
penanaman. Selain kelebihan tersebut, keunggulan penamanan dengan sistem
vertikultur antara lain (Widarto, 1994: 8) :
a. penghematan pemakaian pupuk karena media tanam berada dalam satu
wadah sehingga pupuk yang diberkan tidak mudah tercuci oleh hujan.
b. Penghematan pemakaian pestisida, khususnya pestisida untuk serangga
tanah bila menggunakan media steril.
c. Mengurang pekerjaan pencabutan rumput karena penanaman secara
vertikal mengurangi potensi tumbuhnya gulma.
d. Mencegah kerusakan karena hujan
e. Menghemat biaya penyiraman
f. Efisiensi dalam penggunaan lahan
g. masing-masing tanaman dapat dengan mudah dipindahkan ke tempat
lain.
Kelebihan-kelebihan metode veriktultur dapat dimanfaatkan dalam sistem
pertanian organik untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Hal tersebut
menjadi dasar budi daya tanaman sayuran organik dengan metode vertikultur
untuk kegiatan kewirausahaan. Selain itu, sebagai mahasiswa yang memiliki
keterbatasan dalam hal waktu dan tempat, sistem vertikultur memberikan
kemudahan dalam hal pengelolaan, baik dalam hal penyiraman maupun
pemeliharaan tanaman.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam penggunaan sistem penanaman
vertikal adalah dibutuhkannya penyangga yang kuat untuk mencegah media
tumbang ketika tanaman bertambah besar. Salah satu perkembangan teknologi
budidaya pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi maaslah tersebut
adalah teknologi hidroponik. Sistem mempunyai beberapa keunggulan, yaitu
1. kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga
menghemat penggunaan lahan
2. mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan) dapat dijamin karena
kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca
3. tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Media tanam lain yang juga digunakan untuk media hidroponik dapat
berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau hanya air. Media tersebut biasanya
bebas dari unsur hara sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual.
BPP Teknologi telah melaksanakan pilot percontohan hidroponik dengan
menggunakan arang sekam sebagai media tanam di Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Kuningan (Jawa Barat). Komoditi yang dipelihara adalah tomat,
paprika, timun, melon dan cabe merah. Hasil tanaman yang diperoleh dari proyek
percontohan tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Arang sekam, yaitu
sekam yang dibakar memiliki sifat porous dengan massa jenis yang lebih ringan
dibandingkan dengan tanah. Oleh karena itu media ini dipilih sebagai pengganti
tanah dalam metode vertikultur semi-hidroponik yang digunakan untuk
membudidayakan tanaman secara oganik.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat adanya
masalah yang dapat dibahas lebih lanjut yaitu bagaimana meningkatkan produksi
tanaman sayuran organik dengan sistem vertikultur semi-hidroponik.
D. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari usaha budi daya ini adalah menciptakan
usaha budidaya tanam sayuran organik dengan metode vertikultur semi-
hidroponik. Selain itu, sistem vertikultur menuntut mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan mengembangkan teknologi tepat guna dalam
merancang sistem vertikultur sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dari
usaha ini.
E. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Produk sayuran organik yang dikembangkan dengan metode vertikultur
semi-hidroponik.
2. Pengembangan desain media vertikultur semi-hidroponik.
3. Laporan berupa studi kelayakan usaha dan ekonomi dari budidaya sayuran
organik dengan metode vertikultur semi-hidroponik.
F. Kegunaan Program
Kegiatan kewirausahaan ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
pengetahuan bagi masyarakat dalam membuka usaha budidaya tanaman sayur
secara organik dengan metode vertikultur semi-organik, pengembangan desain
media tanam yang efektif dan efisien, dan studi kelayakan secara ekonomi dan
usaha. Kegunaan yang lainnya adalah untuk meningkatkan efisiensi lahan
pertanian sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.
G. Gambaran Umum Rencana Usaha
1. Kondisi Umum Lingkungan
Sayuran organik saat ini belum populer di Salatiga meskipun sudah ada
pelaku usaha yang menghasilkannya. Kesadaran akan bahaya bahan kimia dalam
sayuran semakin meningkat dengan adanya pendidikan masyarakat dari berbagai
media. Peningkatan pengetahuan masyarakat tersebut berdampak pada permintaan
sayuran organik yang semakin banyak di pasar. Hal ini membuka peluang bagi
pelaku usaha lain untuk masuk dalam industri sebagai penghasil sayuran organik,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan sayur di Salatiga.
Salatiga, khususnya Kopeng termasuk daerah lereng pegunungan yang
memiliki suhu relatif lebih rendah dibandingkan kota-kota besar di sekitaranya.
Kopeng adalah dataran tinggi yang berada di lereng Gunung Merbabu. Suhu udara
di Kopeng berkisar antara 24 – 25o C dengan kelembaban rata-rata 60%. Keadaan
lingkungan yang demikian merupakan keadaan yang cocok untuk budidaya
tanaman sayuran. Kondisi lingkungan demikian merupakan faktor pendukung
dalam usaha pertanian karena tanaman tidak membutuhkan perlakuan khusus
dalam proses pemeliharaannya.
2. Potensi Sumber Daya
Sistem pertanian organik dengan metode vertikultur semi-hidroponik tidak
membutuhkan bahan-bahan kimia tanaman yang memudahkan pertanian
dilaksanakan. Sumber nutrisi bagi tanaman diperoleh dari bahan-bahan organik
yang tidak mengandung bahan kimia. Pupuk organik dapat diperoleh dari supplier
di Salatiga dengan harga murah dan tersedia secara kontinue. Selain itu
pemupukan tanaman dapat memanfaatkan pupuk hijau dan gulma yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan kompos. Unsur hara tanah dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia melimpah di lingkungan sekitar
pertanian dan peternakan.
3. Peluang Pasar
Produk yang dihasilkan dari budi daya sayuran organik dengan metode
vertikultur semi-hidroponik adalah sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang
daun. Pertimbangan pemilihan jenis-jenis sayuran tersebut adalah karena sayuran
tersebut memiliki karakter perakaran yang pendek sehingga tidak membutuhkan
tanah yang dalam. Selain itu, masa hidup kelima jenis sayur yang dipilih adalah
singkat yaitu rata-rata 30 hari atau satu bulan. Sawi, selada, bayam, kangkung dan
bawang daun ditanam dari biji sehingga proses pembibitannya lebih mudah. Dari
sisi ekonomi, harga sayur-sayuran tersebut relatif lebih mahal dibandingkan
dengan jenis sayur lainnya dan lebih banyak digunakan oleh masyarakat.
Sayuran seperti sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang daun
merupakan jenis sayuran umum sehingga mudah untuk mendapatkan bibit sebagai
bahan baku usaha. Bibit dapat diperoleh di daerah penghasil sayuran seperti
Kopeng, Magelang dan Bandungan yang merupakan sentra produk pertanian
unggul di Jawa Tengah. Hal ini memudahkan pencarian bibit unggul yang akan
dibudidayakan dengan tingkat harga yang murah.
Sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang daun merupakan jenis-jenis
sayuran yang dibutuhkan oleh masyarakat sehari-hari sehingga produk-produk
yang dihasilkan lebih mudah dipasarkan. Selain itu, hasil penanaman dengan
sistem vertikultur lebih baik karena lingkungan bercocok tanam lebih terkendali
sehingga memiliki daya jual yang tinggi. Produk sayuran unggul tidak hanya
dapat dipasarkan di pasar tradisonal, tetapi juga dapat dipasarkan di supermarket
yang menjual sayuran.
Berdasarkan wilayah geografis, target pemasaran produk yang dipilih
adalah pasar-pasar tradisional di wilayah Salatiga dan sekitarnya yaitu Pasar
Induk Salatiga, Pasar Induk Kopeng, Pasar Bandungan dan Pasar Kembangsari.
Pemilihan pasar-pasar tradisional tersebut didasarkan pada pertimbangan semakin
banyak pasar yang menjadi lokasi penjualan, maka semakin besar peluang produk
terjual. Selain pasar tradisonal, pemasaran produk dapat dikembangkan ke
supermarket atau toko-toko besar di Salatiga yang menjual sayur seperti Niki
Baru, Ada Baru dan Mall Tamansari. Pemasaran di supermarket dan toko-toko
tersebut memberikan peluang pemasaran yang baik karena gaya hidup masyarakat
yang semakin modern.
Sayuran merupakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Meskipun
demikian, sebagian besar sayuran yang dijual di Salatiga didatangkan dari luar
daerah seperti Magelang dan Ambarawa dan Kopeng. Hal ini menyebabkan
pasokan sayur di Salatiga tergantung pada pasokan dari daerah tersebut. Selain itu,
harga sayuran menjadi lebih mahal karena adanya biaya transportasi. Kondisi ini
memberikan peluang bagi produsen sayur dari dalam kota untuk menjual produk
yang lebih murah dan lebih segar karena diproduksi di dalam kota.
4. Pemasaran Produk
Media pemasaran yang digunakan adalah penjualan secara langsung
kepada distributor. Penjualan langsung dilakukan untuk memudahkan pelaku
usaha memasarkan produknya. Distributor memiliki pasar yang luas sehingga
dapat memasarkan produk dengan lebih cepat. Oleh karena itu perlu melakukan
kerja sama dengan distributor sayuran organik yang menampung hasil panen dari
petani.
5. Analisis Ekonomi Usaha
Adapun analisis ekonomi usaha budidaya sayuran organik dengan metode
vertikultur semi-hidroponik adalah sebagi berikut:
a. Modal tetap dan ivestasi
Tabel 1. Biaya Investasi (Untuk 150 m2)No Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total
1.
2.3.4.5.6.7.
8.
Kerangka Bangunan Bambu dan sewa lahanPlastik Ultra VioletInsect NetPlastik MulsaBiaya Pembuatan BangunanMedia vertikulturSistem Irigasi (Pompa,tangki, pipa dll)Bibit
150 m2
75 kg3 roll1 roll
1 paket
240 m2
Rp 10.000,-
Rp 21.000,-Rp 300.000,-Rp 350.000,-
Rp 1.000.000,-
Rp 10.000,-
Rp 1.500.000,-
Rp 1.575.000,-Rp 900.000,-Rp 350.000,-
Rp 1.000.000,-Rp 1.130.000,-Rp 1.400.000,-
Rp. 300.000,-Total Biaya Investasi Rp8.155.000 ,-
b. Pendapatan Kotor per bulan Rp. 10.800.000
Hasil penjualan sayur organik
Sawi 800 kg x @ Rp. 2000 Rp. 1.600.000
Selada 800 kg x @ Rp. 4000 Rp. 3.200.000
Bayam 800 kg x @ Rp. 3000 Rp. 2.400.000
Kangkung 800 kg x @ Rp. 2000 Rp. 1.600.000
Bawang daun 800 kg x @ Rp. 5000 Rp. 4.000.000
Kegagalan 10% x 250 kg x @ 8.000 Rp. 2.000.000
c. Rugi Laba per bulan
Pendapatan Rp. 10.800.000
Biaya produksi Rp. 8.155.000
Penyusutan investasi per bulan Rp 62.500 _
Keuntungan Rp. 2.582.500
Dari hasil analisa di atas menunjukan bahwa secara ekonomi, usaha budidaya
sayuran organik dengan media vertikultur layak dan mendatangkan
keuntungan.
H. METODE PELAKSANAAN
Corong air
Pralon kecil
Kawat kassa
Tatakan media vertikultur
1. Penjalinan kerjasama usaha
Usaha budi daya sayuran organik dengan metode vertikultur
membutuhkan beberapa bahan baku yang tidak dapat disediakan sendiri oleh
pelaku usaha. Oleh karena itu perlu menjalin kerja sama dengan pihak-pihak
lain yang memiliki sumber daya tersebut. Pertanian organik membutuhkan
pupuk organik yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan untuk
pemupukan. Pelaku usaha dapat menjalin kerja sama dengan pemilik ternak di
sekitar tempat usaha budi daya sayuran organik untuk mendapatkan pasokan
pupuk yang memadai dan kontinyu.
2. Proses Produksi
a. Pembuatan media vertikultur
Pembuatan media vertikultur dilaksanakan oleh pekerja sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Media vertikultur berbentuk silinder dari
kawat kassa yang tingginya 1 meter dan diameter + 30 cm. Dana yang
dialokasikan untuk membuat media vertikultur adalah Rp. 1.130.000.
Pembuatan media vertikultur dialokasikan dalam jangka waktu 1 minggu.
Adapun gambar media vertikultur yang akan dibuat adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Media Vertikultur
Sebelum diisi dengan arang sekam, kawat kassa terlebih dahulu
dilapisi dengan sabut kelapa sebagai pakaian tanah. Tujuan pemasangan
sabut kelapa adalah untuk menyimpan oksigen yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman dan melindungi tanah agar tidak keluar dari kassa.
Bibit tanaman akan ditanam di sela-sela sabut kelapa agar tidak jatuh.
Pada bagian atas media diberikan corong yang dibuat dari botol bekas air
minum dalam kemasan untuk mengarahkan air ke dalam pralon di dalam
media vertikultur. Pada bagian bawah diberi nampan sebagai tatakan yang
dapat menampung air sisa irigasi. Sisa air tersebut akan dikembalikan lagi
untuk menyiram tanaman sehingga tidak terjadi pemborosan air.
b. Penyemaian Benih
Proses produksi dimulai dengan mempersiapkan benih sayur yang
akan ditanam. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagi berikut:
1. Mempersiapan nampan semai dan media tanam benih sayur.
2. Benih ditabur di media tanam sesuai dengan jenis tanaman yang
dipersiapkan.
3. Menyimpan media penyemaian di tempat yang teduh sampai
muncul tunas sayur.
4. Langkah selanjutnya adalah merawat benih sampai siap untuk
dipindahkan ke media vertikultur.
c. Pemindahan benih ke media vertikultur dan perawatan tanaman
Penanaman dimulai dengan memindahkan benih ke media
vertikultur. Pemindahan benih harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
menjaga agar benih tidak mati setelah dipindahkan ke media vertikultur.
Penyiraman dilakukan dengan dengan menggunakan pralon kecil yang
ditempatkan di dalam kassa. Hal ini dimaksudkan agar semua bagian pada
media vertikultur mendapatkan suplai air yang cukup untuk pertumbuhan.
d. Panen
Proses pemeliharaan tanaman hingga siap panen kurang lebih selama
+ 30 hari. Setelah dipanen, tanaman dibersihkan dan dikemas untuk
menjaga kesegarannya. Hasil panen akan disetorkan kepada distributor
yang selanjutnya menjual hasil panen tersebut ke pasar yang lebih luas.
A. Jadwal Kegiatan
No
Tahap Kegiatan
Waktu
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-5
1 Persiapan Penyiapan media
Penyiapan benih
2 Pelaksanaan Penanaman benih
Pemanenan pemanenan
Pemasaran
Evaluasi
3 Penyusunan Penulisan hasil pelaksanaan kegiatan
B. Rancangan Biaya
Bahan Habis Pakai Kuantitas Harga (Rp)
a) Jaring kawat (kasa) 5 x 20 m 450.000
b) Serbut kelapa 20 ikat 30.000
c) Plastik ultraviolet 75 kg 1.575.000
d) Bambu 100 batang 500.000
e) Kawat tali 5 kg 100.000
f) Paku 10 kg 150.000
h) Selang untuk Penyiraman 20 m 300.000
i) Pralon kecil untuk irigasi tetes 15 x 4 m 450.000
j) Nampan untuk media penyemaian 20 200.000
k) Bak penampung air 1 500.000
l) Sewa tempat usaha 750.000
m) Pompa air 1 600.000
n) Insect net 3 roll 900.000
o) Bibit 300.000
p) Plastik mulsa 1 roll 350.000
Jumlah 7.155.000
Biaya pendukung Kuantitas Harga (Rp)
Pembuatan bangunan 1.000.000
Jumlah 1.000.000
Lain-lain Kuantitas Harga (Rp)
Kertas 1 Rim 37.500
Transportasi 200.000
Lain-lain 262.500
Jumlah 500.000
Biaya Jumlah (Rp)
Bahan habis pakai 7.155.000
Biaya pendukung 1.000.000
Lain-lain 500.000
Jumlah 8.655.000
C. Denah dan Lokasi Usaha
1. Identitas Perusahaan
Nama : Kebun Vertikultur Sayuran Organik Suparlan
Alamat : Jl. Raya Kopeng km. 7
2. Lokasi usaha
Pemilihan lokasi usaha di Kopeng didasarkan pada pertimbangan suhu udara di
Kopeng sesuai untuk pertumbuhan sayur-sayuran yang berkisar antara 25oC
sampai 28oC. Luas lahan kebun terbuka yang digunakan adalah 100m2 untuk
memberikan ruang maksimal pada pertumbuhan tanaman dengan kerapatan
50%.
D. DAFTAR PUSTAKA
Widarto, L. 1994. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Jakarta: Panebar Swadaya.
Nur Mila, Amalia. 2007. Gemar Bertanam di Pekarangan. Jakarta: Panca Anugerah Sakti.
NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA
1. Ketua Kegiatan a. Nama Lengkap : Kristiyonob. NIM : 19 2007 017c. Program Studi : Pendidikan Fisika d. Fakultas : Fakultas Sains dan Matematikae. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
2. Anggota Penulis 1a. Nama Lengkap : Yogo Widi Prakosob. NIM : 19 2007 015c. Program Studi : Pendidikan Fisikad. Fakultas : Fakultas Sains dan Matematikae. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
3. Anggota Penulis 2a. Nama Lengkap : Shinta Rosiana Dewib. NIM : 192008c. Program Studi : Pendidikan Matematikad. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikane. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
4. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan gelar : Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak M.Sib. Golongan pangkat : IIIDc. Jabatan Fungsional : Lektord. Jabatan Struktural : Sekretaris FPe. Program Studi : Agronomif. Fakultas : Fakultas Pertaniang. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanah. Bidang Keahlian : Manajemen Tanah dan Airi. Waktu untuk kegiatan PKM : 18 jam / minggu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
1. Nama : Yogo Widi Praksoso
2. Tempat/ tanggal lahir : Salatiga, 13 Desember 1989
3. Alamat Rumah : Kalibeji RT 04 / 01, Tuntang
Kabupaten Semarang
PENDIDIKAN FORMAL
SD Negeri Kalibeji Lulus Tahun 2001
SMP Negeri 1 Banyubiru Lulus Tahun 2004
SMK Negeri 2 Salatiga Lulus Tahun 2007
Pendidikan Fisika UKSW 2007 – sekarang
Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 30 September 2009
Yogo Widi Prakoso
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
1. Nama : Kristiyono
2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 02 November 1989
3. Alamat Rumah : Blongoran, RT 06 / 03, Polobogo
Kabupaten Semarang
PENDIDIKAN FORMAL
SD Negeri I Polobogo Lulus Tahun 2001
SMP Negeri 1 Getasan Lulus Tahun 2004
SMK Saraswati Salatiga Lulus Tahun 2007
Pendidikan Fisika UKSW 2007 – sekarang
Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 30 September 2009
Kristiyono