SURAT TUGAS4964/D.01/LPPM-UBSI/XI/2020
Tentang
Seminar Dialog Kebijakan7 Desember 2020
UNIKA Atma Jaya
TEMA :
Diseminasi Policy Brief Kesehatan Jiwa
Menimbang : 1. Bahwa perlu di adakan pelaksanaan Seminar dalam rangka Seminar. 2. Untuk keperluan tersebut, pada butir 1 (satu) di atas, maka perlu dibentuk
Peserta Seminar.
MEMUTUSKAN
Pertama : Menugaskan kepada saudara yang tercantum sebagai Peserta
Devy Sofyanty S.Psi, MM
Kedua : Mempunyai tugas sbb:Melaksanakan Tugas yang diberikan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabiladikemudian hari terdapata kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimanamestinya.
Jakarta,30 November 2020LPPM Universitas Bina Sarana InformatikaKetua
Taufik Baidawi, M.KomTembusan
- Rektor Universitas Bina Sarana Informatika
- Arsip
- Ybs
PUSAT PENELITIAN HIV AIDS UNIKA ATMA JAYA Pusat Unggulan Kebijakan Kesehatan dan Inovasi Sosial
memberikan apresiasi kepada:
Devy Sofyanty, S.Psi, M.M
atas partisipasi sebagai PESERTA
Dialog Kebijakan:
Diseminasi Policy Brief Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan secara virtual pada tanggal 7 Desember 2020
Jakarta, 7 Desember 2020
Evi Sukmaningrum, Ph.D. Kepala Pusat Penelitian HIV AIDS UAJ
KEGIATAN SEMINAR
DIALOG KEBIJAKAN: DISEMINASI POLICY BRIEF KESEHATAN
JIWA
Disusun Oleh :
DEVY SOFYANTY
0417128402
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2020
==========================================================
LAPORAN HASIL KEGIATAN
DIALOG KEBIJAKAN: DISEMINASI POLICY BRIEF KESEHATAN
JIWA
==========================================================
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kegiatan
Isu kesehatan jiwa belum menjadi prioritas di dalam program nasional, hingga saat ini
dalam RPJMN 2015-2019 maupun RPJMN 2020-2024 penanganan masalah kesehatan jiwa m
asih absen dari capaian yang disusun. Padahal data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus
2018 memperkirakan terdapat 19 juta penduduk berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan
mental emosional, dan hampir 13 juta mengalami depresi. Tidak hanya BPS yang mencatat fakta
mencengangkan tersebut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2018 turut mengungkapkan
bahwa prevalensi gangguan psikosis/ skizofrenia pada tahun 2018 menyentuh besaran 7 kasus
per 1000 rumah tangga. Kelindan permasalahan kesehatan gangguan jiwa (keswa) di Indonesia
yang kemudian melatarbelakangi tercetusnya penelitian “Tinjauan Kebijakan Kesehatan Jiwa di
Puskesmas dan Implementasi Kebijakan Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas yang telah
rampung dilaksanakan oleh PUI-PT Pusat Penelitian HIV AIDS UNIKA Atma Jaya (PPH)
Melalui penelitian tersebut terlihat bahwa terdapat variasi pola performa layanan keswa di
Puskesmas pada empat kota situs penelitian (Jakarta, Denpasar, Yogyakarta dan Palu). Cakupan
pemberian layanan keswa komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
pada ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan)
belum terselenggara secara merata di Puskesmas. Dalam penyelenggaraan layanan keswa,
ODMK belum menjadi keutamaan pada pelaksanaan kegiatan promotif, preventif dan
rehabilitatif. Layanan masih terfokus pada upaya kuratif dan penanganan pasien ODGJ berat.
Oleh karena itu perlu adanya upaya penguatan keswa pada layanan kesehatan dan atau fasilitas
kesehatan
1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membicarakan rekomendasi penguatan kebijakan
kesehatan jiwa di Indonesia agar terciptanya layanan kesehatan jiwa yang komprehensif
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
2.1. Bentuk Kegiatan
Kegiatan berupa seminar dilaksanakan secara daring pada Senin Siang 7 Desember 2020,
Diampu Caroline Thomas, B.A., MKM (Staf Advokasi PPH) sebagai moderator, dalam dialog
kebijakan menghadirkan lima pembicara lintas sektor keswa di Indonesia. Mereka adalah dr. Siti
Khalimah, Sp.KJ, M.A.R.S (Direktorat P2P Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes RI), Dr.
Widura Iman Mustopo, M.Si, Psikolog (Himpunan Psikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta
Raya), Bagus Hargo Utomo (Komunitas Peduli Skozofrenia Indonesia), Devika, S.Psi (Peneliti
Isu Keswa PPH), dan Nidia Muryani, S.Psi (Peneliti Isu Keswa PPH)
2.2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan seminar dilaksanakan pada :
Tanggal : 7 Desember 2020
Waktu : 14.00 WIB – 17.00 WIB
Tempat : Meeting Zoom
https://us02web.zoom.us/j/9931475628
Meeting ID: 993 147 5628
2.3. Hasil Kegiatan
Acara seminar dialog Kebijakan Diseminasi Policy Brief Kesehatan Jiwa secara
keseluruhan telah berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang
mewakili dari pembuat kebijakan, penyedia layanan kesehatan, organisasi profesi terkait
kesehatan jiwa, kelompok terdampak dan caregiver serta komunitas kesehatan jiwa
Dibuka oleh Evi Sukmaningrum, Ph.D selaku Kepala PPH, Devika S.Psi sebagai
pembicara pertama menyinggung ragam irisan faktor permasalahan keswa termasuk pengaruh
kondisi sosial budaya di Indonesia. Dalam pemaparannya, Devika menjelaskan budaya dalam
perilaku mencari pengobatan terkait isu keswa. Mereka yang mengalami masalah keswa dan
keluarganya masih banyak menganggap gangguan/ masalah keswa lekat dengan isu
spiritual/gaib. Hal ini menyebabkan mereka mengandalkan pengobatan tradisional dengan
menjalankan berbagai ritual yang dipercaya dapat menyembuhkan gangguan/ masalah yang
dialami. Di konteks sosial termasuk relasi dan lingkungan sosial – stigma masih menjadi batu
sandungan besar. Stigma yang terjadi kerap mempengaruhi ODMK dan ODGJ untuk menutupi
status keswa karena merasa disalahpahami dan dihakimi. Persoalan ini bertambah pelik karena
stigma tidak hanya datang dari lingkungan sekitar dan keluarga, tetapi dijumpai pula stigma yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Stigma itu dalam bentuk penilaian-penilaian yang mengacu
pada moralitas, penyintas merasa dihakimi dan tidak nyaman serta merasa tidak percaya dengan
tenaga kesehatan yang menangai mereka
Mewakili perspektif komuinitas dan mereka yang mengalami masalah keswa, Bagus
Utomo bertutur tentang kesulitan akses terhadap layanan keswa yang pernah dialami ODGJ dan /
atau individu-individu dengan masalah keswa yang membutuhkan pengobatan. Kesulitan ini
berlipat ganda jika ODGJ tersebut berasal dari kelas sosial menengah ke bawah atau mereka
yang tidak mempunyai kartu-kartu kelengkapan administrasi seperti KTP dan KK. Selain akses
layanan, ketersediaan obatpun masih jadi permasalahan yang kerap dialami teman-teman ODGJ
dan ODMK
Permasalahan demi permasalahan keswa yang diungkapkan pada kegiatan dialog kebijakan
ini mengundang tanggapan dari dr.Siti Khalimah, Sp. KJ, M.A.R.S, selaku Direktur Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kemenkes RI. Ia tidak
menutup mata atas pelbagai permasalahan tersebut sebab kesenjangan pengobatan stigma dan
diskriminasi hingga masih minimnya SDM keswa masih jadi pekerjaan rumah yang mesti
diselesaikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Layanan kesehatan jiwa di Puskesmas di Indonesia belum optimal
2. Permasalahan yang banyak terjadi terkait dengan pengobatan keswa seperti kesulitan
akses layanan, kesenjangan pengobatan, ketersediaan obat, stigma dan diskriminasi
hingga masih minimnya Sumber Daya Manusia keswa.
3.2 Saran
Penguatan layanan kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab bersama, mulai dari
pemerintah hingga masyarakat. Setiap kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat keswa
yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif harus diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat