BAB IV
PENGUKURAN INTERFACE E1 DAN ETHERNET
Setelah Pengimplementasian Perangkat pada Hop Link ILP Center to Patra Jasa telah
selesai dan link antara kedua site sudah bisa berkomunikasi atau teremote maka sudah
seharusnya dilakukan pengukuran pada setiap interface dan pengetestan pada link
tersebut agar dapat dipastikan bahwa link tersebut beserta interfacenya sudah benar-
benar siap untuk dipakai atau dibebani traffic.
4.1 Pengukuran Interface E1.
E1 atau sirkuit E-1 (Inggris: E-carrier) adalah nama format transmisi digital
dengan 30 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan
standar yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Standar E1 ini ekivalen dengan standar
T1 yang dipakai di Amerika
Data maksimum yang dapat di lewatkan pada media trasmisi E1 adalah 2 Mb, dengan
membagi ke 32 slot dengan masing – masing 64 kb. Perbedaan dengan T1 adalah, T1
menggunakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik.
Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk
sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan oleh
perusahaan telekomunikasi untuk jalur komunikasi data.
Interface E1 hanya dapat diukur oleh alat ukur, dan yang diukur pada interface ini
adalah tingkat BER (Bit Eror Ratio) daripada interface E1, alat ukur yang digunakan
pada link ILP Center to Patra jasa adalah type Sunlite PDH.
SunLite E1 Tester Sunlite E1 sebagai pengukuran pada transmisi dengan kecepatan
2048Mbit/s, Berikut spesifikasi detailnya :
2.048 Mbit/s transmit, receive and external clock
• Bit error rate testing (ITU-T G.821)
• ITU-T G.826, M.2100 analysis
• Level and frequency measurements
• +6 to -43 dB receiver input sensitivity
• Term, PMP (Monitor), High Impedance
• Drop and insert capability (N or Mx64k)
• Programmable NFAS Word
• CAS signaling
• Histogram analysis
• Propagation delay
• Store up to 10 test results and 10 configurations
• 75© and 120© models
• Powered by 2 AA alkaline batteries or rechargeable NimH battery pack
Bit Error Ratio (BER) adalah Perbandingan banyaknya digit yang salah pada sisi
penerima dibandingkan jumlah digit yang diterima pada selang waktu tertentu. Bisa
dinyatakan juga dengan BER (bit error rate) : jumlah error bit persatuan waktu
transmisi. Misal BER = 1 kbps , berarti setiap transmisi data selama 1 detik
kemungkinan akan ada error bit sebanyak 1 k = 1000 bit.
BER pada system transmisi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya noise,
interference, distorsi, dan fading.
Dengan menggunakan alat ukur BER Test ini kita dapat mengukur eror second
persatuan waktu dari transmit dan receive link tersebut.dengan kata lain selama dalam
waktu pengukuran kita dapat menegetahui pada saat kapan link tersebut terdapat error
second.
Dibawah ini merupakan hasil pengukuran selama 24 Jam pada interface E1 link ILP
Center to Patra Jasa ;
0,000E0
4.2 Pengukuran Interface Ethernet.
Pengetestan atau pengukuran Interface Ethernet dapat dilakukan beberapa cara
yaitu :
4.2.1 Pengetestan Ethernet dengan melakukan test ping atau transfer data antara
2 komputer yang terdapat pada nearend dan farend..
Pada pengetestan dengan cara ini dibutuhkan 2 komputer atau laptop yang
berada pada kedua site, masing-masing laptop disetting IP yang berbeda tetapi
memiliki subnet mask yang sama,dan hanya perlu dilakukan penyettingan TCP/IP pada
masing-masing computer saja seperti melakukan koneksi antara 2 komputer dengan
menggunakan kabel LAN.
berikut Internet protocol (TCP/IP) yang disetting pada kedua site
ILP Center :
IP address : 192.168.10.2
Subnet Mask : 255.255.255.248
Default Gateway : 192.168.10.3
Patra Jasa :
IP address : 192.168.10.3
Subnet Mask : 255.255.255.248
Default Gateway : 192.168.10.2
Apabila link transmisi dan port interface Ethernet yang digunakan sudah dalam keadaan
inservice dan status Up maka seharusnya jika kita bias melakukan test Ping IP address
Patra Jasa yang dilakukan dari site ILP Center seperti dibawah ini :
Jik kita sudah bisa test Ping maka kita sudah bisa melakukan transfer data seperti jika
kita melakukan koneksi antar 2 komputer dengan menggunakan kabel LAN.
4.2.2 Pengukuran Performance Interface Ethernet.
Apabila kita sudah dapat melakukan pengetestan antara 2 komputer yang
berada pada kedua site maka sudah dapat dipastikan Interface Ethernet tersebut sudah
dapat digunakan, akan tetapi kita masih perlu melakukan pengukuran untuk melihat
apakah performace link tesebut selama kurun waktu tertentu dalam keadaan baik, tidak
terganggu oleh gangguan cuaca, frekuensi disekitar area dan lain-lain.
Pada pengukuran Performance yang dilakukan pada Link ILP Center to Patra
Jasa digunakan alat pengukur performance yaitu Exfo Ethernet Tester,yang dapat
mengukur QOS pada interface Ethernet.
Analisa Performansi Transmisi dikenal juga dengan sebutan QoS (Quality of Service).
Quality of Service merupakan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan
yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam berbagai jenis platform teknologi QOS
tidak diperoleh langsung dari infrastruktur yang ada, melainkan diperoleh dengan
mengimplementasikannya pada jaringan yang bersangkutan.
Pengukuran QOS pada interface Ethernet untuk Link ILP Center to Patra Jasa
dilakukan dengan menggunakan alat ukur EXFO Ethernet Tester, dan berikut
spesifikasi detail alta tester Ethernet yang digunakan beserta parameter yang
ditentukan dalam melakukan pengukuran pada link ILP Center to Patra Jasa
:
Configuration:
--------------
Case :indisk_1
Session : TwoWay_ILP Center_Patra Jasa
Contractor :Ericsson
Customer :Indosat
Duration :0:24:00:00
Start Time :Fri Dec 11 13:33:10 ICT 2009
End Time :Sat Dec 12 13:33:10 ICT 2009
Encapsulation :ETH/IP/UDP
Ext. logging :disabled
Test Procedure :
----------------
Throughput : Enabled
Back-to-Back : Enabled
Frame Loss : Enabled
Latency: Enabled
Beberapa data performasi yang diukur dengan menggunakan alat ukur Exfo Ethernet
tester pada link ILP center to Patra Jasa adalah sebagai berikut:
a) Throughput
Di dalam jaringan telekomunikasi throughput adalah jumlah data persatuan
waktu yang dikirim untuk suatu terminal tertentu di dalam sebuah jaringan, dari
suatu titik jaringan atau suatu titik ke titik jaringan yang lain. System
throughput atau jumlah throughput adalah jumlah rata-rata data yang dikirimkan
untuk semua terminal pada sebuah jaringan. Nilai troughput sistem ditentukan
dengan :
Tabel Hasil throughput link ILP Center to Patra Jasa
Dari hasil tabel di atas maka link transmisi mempunyai nilai throughput:
= 1829554600 – 74 = 20,32839 Mbps
5x60
b) Utilisasi Trafik
Dalam hal ini utilisasi trafik/okupansi jaringan cenderung
dipengaruhi langsung oleh trafik yang ditransmisikan melewati jaringan IP
tersebut. Sebagai gambaran pada tabel di bawah ini, menunjukkan
besarnya bytes yang diperlukan untuk proses aplikasi IP.
Tabel Ukuran Paket dalam Utilisasi trafik
Ukuran paket di dalam setiap Aplikasi
Application Packet Size
Telnet 64 – 1518 bytes
http 400 – 1518 bytes
NFS 64 – 1518 bytes
NetWare 500 – 1518 bytes
Multimedia 400 – 700 bytes
Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dihitung sebagai
berikut :
Seiring dengan perkembangan di teknologi jaringan IP dan kebutuhan dari
layanan yang jalan di jaringan tersebut, layanan di jaringan IP tidak lagi hanya
mengenal kelas Best Effort. Jaringan IP sudah dapat melakukan pengolahan
trafik sesuai permohonan dari pelanggan ataupun disesuaikan dengan
permintaan dari suatu layanan. Pengelolaan trafik ini dikenal dengan QoS
(Quality of Service). QoS di jaringan dapat dikelompokan terdiri atas beberapa
kelas layanan, mulai dari kelas Best Effort, kelas real time (terutama
dipergunakan oleh layanan yang memerlukan pengiriman traffic yang real time),
kelas yang membagi atas trafik yang dijamin dan best effort, dan kelas lain.
Tabel Hasil perhitungan utilisasi trafik
Dari hasil pengukuran link transmisi di atas, maka dapat diambil
kesimpulan, untuk bandwidth yang sama yaitu 20 Mbps, untuk frame size 68
Bytes (untuk paket data rendah) nilai speed rate nya menduduki level terendah
yaitu 15,45 Mbps, sedangkan untuk frame size 1518 Bytes (untuk paket data
tinggi) mempunyai nilai speed rate menduduki level tertinggi yaitu 19,739
Mbps.Hal ini bisa ditarik kesimpulan semakin rendah frame size semakin rendah
speed rate-nya karena semakin tinggi paket loss-nya, sebaliknya semakin tinggi
frame size semakin tinggi speed rate-nya semakin rendah paket loss-nya.
c) Paket Loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai
tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:
a) Terjadinya overload trafik didalam jaringan,
b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan,
c) Error yang terjadi pada media fisik,
Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan
karena overflow yang terjadi pada buffer. Di dalam implementasi jaringan IP,
nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum.
Pengukuran Paket Loss dirumuskan:
Paket Loss : Jumlah data yang ditransmit-jumlah data yang diterima x 100%
Jumlah bit yang ditransmit
Tabel Pengukuran tingkat paket interface Ehernet Link ILP Center to Patra Jasa
Paket Loss : Jumlah data yang ditransmit-jumlah data yang diterima x 100%
Jumlah bit yang ditransmit
Paket Loss : 846720 –648564 x 100% = 23,4 %
846720
337 menit =20220 detik=198156 pkt
846720
846720
648564
648564
Melihat dari hasil pengukuran Packet Loss selama 24 jam, terlihat bahwa
selama 24 jam performance interface Ethernet mengalami loss connection yang
mengakibatkan sekitar 23 % data yang hilang atau tidak sampai selama
perjalanan traffic, dan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal…mulai dari
koneksi kabel yang kurang baik, gangguan pada Link dan lain-lain
d) Latency
Latency didefinisikan sebagai delay waktu ketika stream data dikirim dan
ketika stream itu dihadirkan pada end user Latency suatu bit pada switch ATM
didefenisikan sebagai selisih waktu saat bit tersebut keluar dari switch dan saat
ia masuk switch. Latency pada switch ini diukur pada titik pengukuran yang
merupakan interface fisik ATM dimana trafik ATM masuk dan/atau
meninggalkan switch ATM, yang mempengaruhi latency itu banyak nya hop
untuk mencapai IP tujuan dan lamanya transit data sebelum diproses oleh router
makin banyak hop makin besar latency nya atau
makin sibuk si router router yang dilewati latencynya makin besar.
Latency sangat erat kaitannya dengan delay. Jitter dapat disebabkan
lintasan tempuh paket yang berbeda-beda. Dari hasil pengukuran yang telah
dilakukan dapat dilihat, bahwa perubahan jitter pada dua titik, yaitu pada bit
frame rate 68, 128, 256, 512,1024,1280,1518 bytes berubah secara signifikan.
Hal ini bisa disebabkan oleh lintasan tempuh dari paket yang berbeda-beda atau
disebabkan juga karena collison pada jaringan.
Tabel 4.19 Hasil perhitungan Latency
Dari hasil pengukuran dengan Latency terbesar pada frame rate 1518
bytes dengan 1,8 ms dan terendah 68 bytes dengan 0,4 ms .
Setelah melihat hasil Pengukuran pada kedua interface didapati Error second
dan Paket Loss yang cukup besar sehingga mengakibatkan Performance yang jelek
pada transmisi ILP Center to Patra Jasa, Oleh karena itu perlu dilakukan troubleshoot
untuk memperbaiki performance daripada transmisi tersebut.
Langkah Troubleshoot yang dilakukan adalah dengan memantau transmisi tersebut
pada saat-saat error second muncul (terlihat pada hasil pengukuran packet loss
terdapat antara pukul 23:00 WIB sampai dengan Pagi hari. Dan berpedoman pada
penyebab error second di timbulkan akibat beberapa hal seperti noise, interference,
distorsi, dan fading.maka saat tejadi gangguan dilakukan kembali pengecekan frekuensi
apakah dalam keadaan aman dari interfrence atau tidak, dan berikut hasil pengecekan
ulang frekuensi pada saat terjadi gangguan.
Setelah dilakukan Pengecekan frekuensi pada saat gangguan maka didapati
frekuensi yang digunakan tidaklah aman sebesar 28 Mghz dan perubahan hasil scan
frekuensi ini kemungkinan besar disebabkan oleh cuaca yang buruk dan kerapatan
udara pada malam hari terlebih padatnya transmisi disekitar area Patra jasa yang
mempunyai indeks frekuensi yang sama serta batas toleransi hasil scan yang didapat
pada siang hari yang sangat minim sekitar 80 dbm,sehingga apabila terdapat gangguan
cuaca maka batas minim hasil scan tersebut dapat menurun menjadi batas yang tidak
aman yaitu dibawah 80 dbm.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut beberapa langkah yang dapat
diambil adalah :
- Dengan merubah frekunsi yang digunakan (dengan syarat harus dilakukan
pengecekan sebesar bandwith 28 Mghz)
- Dengan merubah Polarisasi pada antena dari vertikal menjadi Horizontal
- Apabila dengan merubah polarisasi tidak mendapatkan frekuensi yang aman
maka perlu dicoba dengan mengganti indeks Radio.
Apabila salah satu cara diatas dapat mengatasi masalah yang ada maka untuk lebih
menjaga perfrmace transmisi ILP Center to Patra jasa diharapkan agar konfigurasi pada
transmisi tersebut dirubah dari 1+0 (tanpa Proteksi) menjadi 1+1 hot Standby (dengan
Proteksi radio) sehingga apabila terdapat gangguan pada salah satu radio maka satu
radio lainnya dapat menggantikan tugas radio yang mengalami masalah.