Rancangan Usulan Kebijakan
Hak Asasi Perempuan dan Anak dalam Industri Tambang di Kota
Samarinda
Samarinda 14 Des 2011
Tim Pengkajian HAP dan Tambang Samarinda
Industri Pertambangan dan Hak Asasi Perempuan dan Anak
Perundang-undangan
• UU 7/1984: Penghapusan diskriminasi perempuan– insitusi-institusi kenegaraan harus menjamin
perlindungan hak asasi perempuan• UU 39/1999: HAM– perlindungan khusus terhadap keselamatan dan
kesehatan berkenaan dengan fungsi reproduksi• UU 23/2002: Perlindungan anak– Negara menyediakan sarana dan prasarana
perlindungan anak termasuk tempat bermain anak
Isu di tingkat nasional dan internasional
• Diskriminasi gender dalam ketenagakerjaan• Kesehatan reproduksi• Keberdayaan dalam kegiatan ekonomi• Kekerasan sexual dan gender• Partisipasi dalam pengambilan keputusan
investasi• Keselamatan anak
Diskriminasi Gender dalam Ketenagakerjaan
• Industri maskulin• Naker perempuan dalam naker tambang– Australia: 15%– Indonesia: 10%– Kaltim: 5,2%
• Naker perempuan dalam total naker:– Kaltim: 26,3%
Kesehatan Reproduksi
• Penyebab:– Pencemaran– Standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yg
rendah– Prilaku sexual tidak aman
• Akibat:– Lahir berat badan rendah: West Virginia AS– Keguguran: Kongo– Anak cacat & payudara pecah karena merkuri: Buyat– Anak dengan HIV karena orangtua HIV: Kongo
Kesehatan (non reproduksi)
• Di Amerika Serikat– Tekanan darah tinggi– Ginjal– Paru-paru– cardiopulmonary, – chronic obstructive pulmonary disease
Peran Perempuan dalam Ekonomi
• Hilangnya sumber ekonomi berbasis lahan dan air, karena: – Konversi lahan pertanian oleh tambang: KPC Kutim– Polusi: Buyat
Kekerasan sexual dan gender
• Terutama karena: – Hilangnya peran perempuan dalam
matapencaharian uang– Meningkatnya konsumsi alkohol– Pekerja tambang bermigrasi tanpa keluarga
• Akibat:– Poligami: PNG– Kekerasan seksual: Di Kongo 1289 kali di tahun
2007; Di Kubar 21 kasus 1987-1997
Kecelakaan anak
• Penyebab:– Lubang tambang tidak direklamasi– Ibu membawa anaknya bekerja di daerah tambang
• Akibat:– Anak tewas tercerbur ke lubang tambang: Ghana– Penyakit soilikosis dan TBC pada anak: Tanzania
Keadaan di Samarinda
• Tambang dan ekonomi
Tambang dan Ekonomi (Samarinda)
• Tambang terhadap PDRB: 6,3% 2006-2010. Rata2 pertumbuhan 1%, rata2 pertumbuhan produksi dua kali lipat
• Pertumbuhan ekonomi Samarinda lebih rendah dibanding daerah tanpa tambang batubara
• Inflasi Samarinda lebih tinggi dibanding daeratah tanpa tambang batubara
• Hanya 6,8% tenaga kerja yang bekerja di tambang; Migrasi risen 9%
TahunProduksi KP
(ton)Pertumbuhan
(%)
2005 407,134
2006 1,580,554 288
2007 2,200,098 39
2008 4,401,783 100
2009 5,132,915 17
Rata-rata 111
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata2Perubahan
*Pertambangan dan penggalian 5.7 6.0 6.5 6.6 6.8 6.3 1.0Pertanian 2.2 2.3 2.2 2.2 2.1 2.2 -0.1Industri pengolahan 21.9 21.5 21.2 20.8 20.3 21.1 -1.5Listrik, gas, dan air bersih 1.3 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 0.0Bangunan/konstruksi 5.7 5.6 5.5 5.5 5.3 5.5 -0.4Perdangangan, hotel, dan restoran 27.4 28.1 28.3 28.4 28.4 28.1 1.0Pengangkutan dan komunikasi 11.5 11.0 10.3 10.5 10.5 10.8 -0.9Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 12.3 12.4 13.0 12.8 13.0 12.7 0.7Jasa-jasa 12.1 11.8 11.7 12.0 12.3 12.0 0.2Total PDRB 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
2006 2007 2008 2009Rata-rata
Samarinda 5.94 2.95 4.86 4.51 4.57
Tarakan 7.17 7.26 6.53 6.13 6.77
Balikpapan 7.93 8.02 10.14 9.98 9.02
Pontianak 4.96 5.45 5.42 4.93 5.19
Tabel XX. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas beberapa kota di Kalimantan (%)
Lapangan UsahaJumlah Tenaga Kerja (orang)
% terhadap total
Pertanian* 21260 7.5Pertambangan dan Penggalian 19387 6.8Industri Pengolahan 15719 5.5Listrik dan Gas 2233 0.8Konstruksi/Bangunan 29571 10.4Perdagangan, hotel dan restoran 80195 28.1Transportasi dan Pergudangan 22553 7.9Informasi dan Komunikasi 3449 1.2Keuangan dan Asuransi 5955 2.1Jasa 67940 23.8Lainnya 16737 5.9Total 284999 100
2005 2006 2007 2008 2009Rata-Rata
Samarinda 16.64 6.5 9.18 12.69 3.6 9.7
Balikpapan 17.28 5.52 7.27 11.3 4.06 9.1
Pontianak 14.43 6.32 8.56 11.19 4.91 9.1
Indonesia 17.11 6.6 6.59 11.06 2.78 8.8
Tabel XX. Inflasi tahunan beberapa kota di Kalimantan (%)
Tambang dan Fiskal (Samarinda)
• Hasil PNBP Samarinda (53 M) < belanja penanggulangan dampak tambang (107 M)
• Tanpa tambang Samarinda akan menerima 77% dari penerimaan PNBP pertambangan umum atau hilang 23M
2006 2007 2009 2010 Rata-RataRealisasi penerimaan:
Samarinda 43,429.2 52,365.9 107,720.5 135,982.3 84,874.5Tarakan* 32,837.5 38,551.0 98,297.0 103,185.1 68,217.6Pemprov Kaltim 197,024.8 233,093.9 641,999.4 674,638.1 436,689.0Pemda se-Kaltim 998,270.1 1,165,469.4 3,210,145.9 3,373,285.5 2,186,792.7
Perkiraan:PNBP pertambangan dari wilayah Samarinda 33,543.0 43,734.1 30,814.9 103,953.6 53,011.4
PNBP pertambangan seluruh Kaltim
1,242,540.0 1,456,836.8 4,012,496.0 4,216,488.0 2,732,090.2
Penerimaan pemprov dari tambang Samarinda 5,366.9 6,997.5 4,930.4 16,632.6 8,481.8
Penerimaan Samarinda + penerimaan pemprov dari tambang Samarinda 48,796.0 59,363.3 112,650.9 152,614.8 93,356.3
Perkiraan tanpa penambangan di Samarinda:
- - - - -
PNBP pertambangan seluruh Kaltim
1,208,997.0 1,413,102.7 3,981,681.1 4,112,534.4 2,679,078.8
Penerimaan PNBP Samarinda
31,966.7 37,414.7 105,739.6 109,089.8 71,052.7
Tambahan penerimaan Samarinda karena berproduksi (termasuk kontribusi ke pendapatan pemprov)
16,829.4 21,948.6 6,911.3 43,525.1 22,303.6
Tahun
Jumlah
kegiatan
Total belanja (Rp)
Sumber Dana (Rp)
APBN APBD Prov Kaltim APBD Kota Samarinda
2008
22 122,119,029,827 7,000,000,000 34,276,402,967 80,842,626,8602009
24 140,016,229,900 5,000,000,000 42,146,626,900 92,869,603,0002010
30 61,527,029,478 - 36,287,280,300 25,239,749,178Rata-Rata
107,887,429,735 4,000,000,000 37,570,103,389 66,317,326,346
Jumlah belanja untuk mengatasi dampak banjir di Kota Samarinda (2008-2010)
Tambang dan HAP (Samarinda)
• Pelanggaran terhadap HAP dan HAA lewat:– Diskriminasi gender dalam ketenagakerjaan– Dampak negatif pada penurunan peran ekonomi
perempuan– Pencemaran dan pengrusakan fasum: ancaman
fungsi reproduksi dan kesehatan – Diabaikannya suara perempuan dalam pengambilan
keputusan investasi– Ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan
anak
Diskriminasi gender (Samarinda)
• Naker perempuan hanya 5,8% dari total naker tambang
• Perbandingan: Jateng 17%, Jatim 13%• Naker perempuan 26% dari total naker di
Samarinda• FGD Makroman: sejumlah perempuan kehilangan
sumber matapencaharian dan berkurangnya penghasilan– Luas sawah terus menurun, sementara sektor pertanian
tanaman pangan mempekerjakan 28% perempuan
TahunLuas sawah
(ha)Pengurangan (ha)
2005 9,260
2006 9,018 242
2007 8,753 265
2008 8,089 664
2009 8,021 68
2010 7,562 459
Rata-rata 340
Lapangan Usaha Total Perempuan % PerempuanPertanian tanaman pangan* 13100 3664 28.0 Pertanian lainnya** 8160 903 11.1 Pertambangan dan Penggalian 19387 1116 5.8 Industri Pengolahan 15719 4802 30.5 Listrik dan Gas 2233 201 9.0 Konstruksi/Bangunan 29571 653 2.2 Perdagangan, hotel dan restoran 80195 30550 38.1 Transportasi dan Pergudangan 22553 919 4.1 Informasi dan Komunikasi 3449 732 21.2 Keuangan dan Asuransi 5955 1981 33.3 Jasa 67940 24643 36.3 Lainnya 16737 3797 22.7 Jumlah 248999 73961 26.0
Kesehatan dan kesehatan reproduksi (Samarinda)
• Meningkatnya penyakit kehamilan: bayi meninggal dalam kandungan, anak autis, bayi hydrocephalus, di Lempake (FGD)
• Ada kajian akademik dari AS dan Inggris tentang korelasi penyakit-penyakit tersebut dengan tambang batubara
• Penyakit-penyakit (non reproduksi) terkait tambang batubara masuk dalam 10 besar penyakit di Sambutan
• Seluruh penyakit tersebut masuk dalam 10 besar penyakit se Samarinda
• Ada kajian akademik di AS dan Inggris yang membuktikan korelasi penyakit2 tersebut dengan tambang batubara
Jenis PenyakitPasien bayi
dan anak (s.d. 10 tahun)
Pasien lebih dari 10 tahun
TotalPerempuan Laki-Laki
Saluran pernapasan atas 238 140 76 454Myalgia/rheumatoid (rematik) 2 140 65 207Gastritis/syndroma dispepsia 4 133 53 190
Tekanan darah tinggi 0 80 57 137
Dematitis (infectif & alergica)* 75 69 54 198
Pharangitis 25 25 24 74
Jumlah pasien yang menderita 10 penyakit terbanyak di puskesmas Sambutan bulan September 2011
Pengambilan keputsan (Samarinda)
• Bukan hanya tidak melibatkan perempuan tetapi juga menipu warga dalam proses persetujuan: kasus Bayur dan Makroman
• Melanggaran prinsip ‘persetujuan tanpa paksaan atas dasar informasi awal’ terinformasikan (FPIC) yang merupakan bagian dari HAM
Keselamatan anak (Samarinda)
• Penyebab:– Lokasi tambang terlalu dekat pemukiman– Lubang tidak direklamasi (hampir 2/3)– Konversi areal bermain anak menjadi daerah tambang– Tidak ada proteksi pada anak yang dibawa orangtuanya
bekerja– Tidak ada perlindungan buruh anak di usaha tambang
• Akibat:– Tiga anak tercebur ke lubang tambang di Sambutan (Juli
2011)– Anak tidak memiliki tempat bermain di luar rumah yang
aman: FGD Sambutan
Aspirasi kelompok masyarakat sipil
• Jatam: – Tidak ada ijin baru– Terhadap yang sudah memiliki ijin:
• Ditutup jika melanggaran hukum• Bekerja s.d. 2013 jika tidak melanggar hukum• Tanggungjawab pemuliah beban perusahaan
• Akademik: tuntutan hukum bagi pejabat negara yang mengeluarkan izin
• Mahasiswa pencinta alam: tutup tambang – reklamasi• Pokja 30: bebaskan perizinan dari konflik kepentingan• Walhi Kaltim: perbaikan kebijakan tambang harus menyeluruh• MUI: Tambang merukak lingkungan hukumnya haram
Isu Kebijakan
Perda Tambang Samarinda
• Kekuatan legal Perda 20/2000 jo Perda 20/2003 diragukan– Perda 20/2000 sudah dibatalkan Mendagri tahun
2002 tetapi direvisi tahun 2003 tanpa menimbang keputusan pencabutan
– Kewenangan mendagri membatalkan perda diatur dalam UU 22/1999
– Perda 20/2003 mencantuman permendagri tapi bukan permendageri pencanbutan
Tata Ruang daerah dan perizinan
• Perda Tambang tidak mengatur :– kriteria lokasi tambang dan batasan jarak terhadap
fasilitas umum termasuk pemukiman– Prosedur konsultasi dan permintaan persetujuan
• Sistem perizinan tidak berfungsi efektif: sejumlah IUP dikeluarkan tanpa amdal dan dana jaminan reklamasi
• Kapasitas organisasi: – Dinas Cipta Karya dan Tata Kota– Bappeda – Satpol PP
Sistem pengendalian pencemaran
• Perda tambang tidak mengatur:– Instrumen-instrumen pencegahan pencemaran:
tata ruang, amdal, izin lingkungan, baku mutu lingkungan, analisis resiko lingkungan; seluruhnya terkait sistem perizinan dan pengawasan (pengendalian)
• Kapasitas organisasi:– BLH: kurangnya sarana dan anggaran?– Dinas Pertambangan dan Energi: kurangnya
inspektur tambang?
Sistem pengendalian penggunaan jalan umum
• Perundang-undangan tidak melarang penggunaan jalan umum untuk angkutan tambang (Perda Tambang; UU 4/2009; UU 38/2004; UU 22/2009)
• Tapi juga tidak ada larangan untuk melarang penggunaan
• Yang dilarang adalah pengrusakan jalan.
Sistem Perlindungan Naker
• Isu:– Perlindungan hak-hak tenaga kerja borongan– Kesehatan dan keselamatan kerja– Pelindungan anak-anak yang dibawa bekerja– Pengutamaan dan pemberdayaan masyarakat
lokal untuk bekerja di usaha tambang
• Perda Tambang tidak mengatur isu tenaga kerja tambang
• UU Minerba mempromosikan pemberdayaan dan rekrutmen tenaga kerja nasional dan lokal
• UU Naker berpotensi melindungi naker perempuan dan anak tetapi harus dipertegas dalam perda, misalnya:– Ketentuan perjanjian kerja tertulis– Ketentuan jaminan sosial naker
• Kapoasitas organisasi:– Disnaker– Dinas pertambangan dan energi (inspektur tambang)
Sistem Perlindungan Naker
Program tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR)
• Isu: efektifitas CSR perlu pengendalian dan koorinasi CSR dengan program pembangunan daerah
• CSR adalah program internal perusahaan yang diwajibkan tetapi tidak ada batasan anggaran
• Peluang untuk pengendalian lewat mekanisme persetujuan RKAB: kewenangan kepala daerah
Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil
• Memiliki peluang hukum cukup untuk fungsi pengawasan:
UU 32/2009:– (a) Menjadi anggota komisi penilai amdal yang berhak
menolak amdal, dimana penolakan amdal berarti tidakberikannya izin lingkungan dan tidk diberikannya izin usaha pertambangan;
– (b) Berhak mengajukan gugatan lingkungan hidup; – (c) sebagai perorangan berhak mengajukan gugatan
terhadap keputusan tata usaha negara apabila pejabat negara menerbitkan izin usaha tanpa izin lingkungan atau menerbitkan izin lingkungan kepada badan usaha wajib amdal tetapi tidak memiliki amdal
Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil
• Memiliki peluang hukum cukup untuk fungsi pengawasan:
UU 4/2009:– Mendampingi masyarakat korban mengusulkan
penutupan sementara dg alasan daya dukung lingkungan
Usulan Kebijakan
Secara Umum
• Menghentikan izin baru dan mengurangi WIUP: WIUP sudah lebih dari 70% kawasan Samarinda; luas hutan hanya DAS karangmumus 0,8% yang seharusnya 30% menurut UUTR; banyaknya WIUP di dekat pemukiman
• Pengurangan luasan WIUP lewat: – Kriteria lokasi tambang– Peningkatan standar pengelolaan lingkungan termasuk
dana jaminan reklamasi– Peningkatan standar pengelolaan sosial ekonomi lewat
program CSR yang diikat dalam RKAB• Perbaikan praktek kerja pertambangan
Ketentuan dalam Perda
• Tidak akan ada IUP baru sehingga tidak ada aturan mekanisme perizinan
• Mengatur secara spesifik kriteria lokasi tambang termasuk jaram minimal dengan pemukiman dan fasilitas umum
• Reklamasi:– Batasan minimal dana reklamasi– Penutupan IUP yang tidak memiliki jamrek dg jumlah sesuai
ketentuan– Cakupan reklamasi: daerah di dalam dan luar bekas tambang
termasuk jalan dan pelabuhan• Kewajiban pengelolaan limah cair dan padat yang
memenuhi baku mutu lingkungan
Ketentuan dalam Perda
• Larangan merusak sungai, saluran air, dan sumber mata air
• Larangan menggunakan jalan umum; harus membangun jalan khusus
• Ketenagakerjaan:– Kewajiban membuat perjanjian kerja tertulis
termasuk untuk pekerja perempuan dan anak yang bekerja sebagai pekerja borongan: upah, fasilitas K3, jaminan sosial, fasilitas penitipan anak,
Program kerja khusus (RKPD & APBD)
• Pemberdayaan naker:– Pembedayaan perempuan dan masyarakat lokal
untuk dapat mengakses pekerjaan di industri tambang di sekitar wilauah tempat tinggalnya;
– Promosi kerja tambang untuk tenaga kerja perempuan dan promosi tenaga kerja perempuan untuk industri tambang
• Pengembangan kapasitas organisasi pemda:– Dinas Cipita Karya dan Tata Kota dan Bappeda untuk fungsi
pengendalian pemanfaatan ruang termasuk perencanaan tata ruang, perizinan dan pemantauan penggunaan ruang
– Badan Lingkungan Hidup untuk fungsi pengendalian pencemaran– Satpol PP untuk fungsi penegakan aturan perda dalam rangka
menetibkan dan menindak pelaku tambang ilegal– Dinas pertambangan dan energi untuk fungsi pengawasan
termasuk memperbanyak dan meningkatkan kualitas, independensi dan akuntabilitas inspektur tambang
– Dinas tenaga kerja untuk fungsi pengembangan kapasitas tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, dan pengawasan ketenagakerjaan
– Dinas perhubungan untuk fungsi pengendalian penggunaan jalan umum
Program kerja khusus (RKPD & APBD)
Pemberlakuan instrumen-instrumen pengendalian usaha pertambangan
• Revitalisasi fungsi amdal termasuk RKL dan RPL yang menjadi bagiannya
• Analisis dampak sosial dan ekonomi sebagai instrumen pengendalian program CSR
• Pengendalian kegiatan usaha tambang lewat pengendalian RKAB perusahaan:– Hasil yang harus didapat– Kegiatan yang harus dilaksanakan– Jumlah anggaran yang harus dialokasikan.Ketiganya harus menjamin pelaksanaan:- RKL dan RPL (amdal)- CSR