BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagian besar berupa lautan sehingga komoditas utamanya adalah
berupa bahan tambang yang berada dilaut, hal ini dapat dibuktikan dengan ¾ wilayah
indonesia berupa lautan. Negara kepulauan ini merupakan daerah yang tumbuh dan
berkembang dimulai dari tepian pantai. Perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai dapat
memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam pemanfaatan lahan. Pada daerah pantai
yang kemampuan lahannya sudah tidak produktif lagi dengan tingkat laju pertumbuhan
penduduk yang pesat akan berdampak pada keseimbangan lahan.
Kerusakan pantai di indonesia dipengaruhi oleh empat faktor yakni faktor fisik dan
faktor manusia serta faktor hukum, dan faktor institusi. Faktor fisik berupa kekuatan
gelombang pasang surut pantai sehingga menyebabkan abrasi air laut yang kini sudah dalam
kategori berbahaya. Faktor manusia disebabkan oleh eksploitasi lahan dan sumber daya alam
yang berlebihan tanpa memikirkan keberlangsungan sumber daya alam itu sendiri. Kedua
faktor fisik inilah yang perlu mendapatkan penanggulan khusus baik dari pemerintah maupun
masyarakat mengingat indonesia merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal dengan
wisata pantai dan pesisir. Faktor hukum disebabkan oleh hukum indonesia yang lemah
sehingga diperbolehkan untuk hotel membangun mengambil garis pantai. Faktor institusi
disebabkan oleh belum adanya kebijakan yang mengawasi pantai.
Bali merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal ke mancanegara dengan berbagai
pesona sehingga bali dikatakan sebagai pulau dewata, namun saat kini bali sebagai tujuan
wisata mengalami kerusakan terutama dibidang pesisir. Daerah pesisir yang mengalami
kerusakan tersebut akan dengan semakin bertambah parah dengan datangnya gelombang
yang besar dan tidak sesuai dengan daya dukung tanah. Hal ini dinamakan abrasi sehingga
banyak pihak yang dirugikan dalam hal ini terutama masyarakat sehingga perlu penangan
khusus seperti pembuatan bangunan pantai.
Bangunan pantai adalah bangunan yang dipergunakan untuk melindungi pantai dari
kerusakan yang diakibatkan oleh serangan gelombang dan arus. Gelombang yang tiba
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 1
dipantai tergantung pada arah atau besarnya tiupan angin. Rambatan gelombang yang menuju
pantai dari laut dalam akan mengalami perubahan bentuk struktur gelombang, akibatnya akan
terbentuk tinggi gelombang yang besar dan akhirnya menjadi pecah, (Triatmodjo, 1999).
Kerusakan pantai di bali dapat berupa abrasi yaitu berkurang atau hilangnya garis
pantai. Kerusakan pantai akibat pengaruh gelombang pada umumnya terjadi pada daerah
yang memiliki struktur tanah lunak atau berpasir halus. Penanggulangan kerusakan pantai
akibat energi gelombang ini dapat dicegah dengan pembuatan kontruksi pemecah atau
peredam gelombang guna menahan laju gelombang sebelum tiba di pesisir pantai.
Pantai Jasri merupakan pantai yang berada di ujung timur pulau bali tepatnya di Desa
jasri, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Pantai jasri memiliki pesona yang
indah dengan hamparan gelombang yang besar sehingga banyak dimanfaatkan untuk surfing.
pantai jasri merupakan salah satu pantai dibali yang mengalami kerusakan garis pantai
(abrasi). Abrasi ini disebabkan oleh jenis tanah yang lunak dan berpasir halus serta laju
gelombang yang tidak dapat diperkirakan tergantung cuaca dan iklim. Saat ini pemerintah
kabupaten karangasem telah membuat suatu kebijakan dengan membangun bangunan pantai
untuk mengatasi hal ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerusakan yang terdapat di pantai jasri yang disebabkan oleh faktor
fisik, faktor manusia, faktor hukum dan faktor institusi?
2. Bangunan pantai apa saja yang ada di pantai jasri ?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis kerusakan yang terdapat di pantai jasri yang disebabkan oleh faktor
fisik, faktor manusia, faktor hukum dan faktor institusi .
2. Mengetahui bangunan pantai yang ada di pantai jasri.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 2
1.4 Manfaat
1. Secara teortis
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang perancangan bangunan
pantai.
2. Secara praktis
Dapat berguna untuk pemerintah kabupaten karangasem sebagai tindak lanjut
penanganan abrasi khususnya di pantai jasri.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerusakan yang terdapat di pantai jasri yang disebabkan oleh faktor fisik, faktor
manusia, faktor hukum dan faktor institusi
Pantai Jasri merupakan pantai yang berada di ujung timur pulau bali tepatnya
di Desa jasri, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Pantai jasri memiliki
pesona yang indah dengan hamparan gelombang yang besar sehingga banyak
dimanfaatkan untuk surfing.
Kerusakan yang terdapat dipantai jasri yang disebabkan oleh faktor fisik
adalah terdapatnya abrasi. Hal ini dibuktikan dari papan peringatan sebelum
memasuki kawasan Pantai Jasri.
Gambar 1. Papan Peringatan Sebelum Memasuki Pantai Jasri
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 4
Abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai yang dikarenakan kekuatan gelombang
laut dan arus laut yang kuat dan bersifat merusak. Penyebab abrasi di pantai jasri
disebabkan oleh gelombang dan arus laut yang cukup tinggi. Abrasi mempunyai arti
penting yakni peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan
air laut ini tejadi akibat permukaan air laut mengalami peningkatan. Peningkatan atau
naiknya air laut ini disebabkan karena es di kutub utara mencair yang diakibatkan
oleh pemanasan global. Selain pengertian diatas abrasi adalah proses pengikisan
pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.
Khusus untuk di pantai jasri ini abrasi disebabkan oleh gelombang laut dan
arus laut yang cukup besar. Ini dikarenakan arus angin yang cukup besar sehingga
mengakibatkan gelombang dan arus laut yang mempunyai kekuatan besar ini
mengikis daerah pantai jasri. Gelombang yang tiba di pantai menggetarkan
tanah/batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Berbagai larangan telah
dibuat oleh pemerintah untuk meminimalisir korban akibat dari abrasi namun masih
banyak anak kecil yang bermain di pantai jasri tanpa menghiraukan resiko yang
terjadi. Abrasi di pantai jasri sudah mengkhawatirkan karena garis pantai sudah tidak
terlihat lagi. Menurut pandangan masyarakat yang bermukim disekitar pantai jasri
menyatakan bahwa mengalami kekhawatiran yang sangat tinggi pada saat bulan
purnama karena air laut mengalami peningkatan yang disebut dengan air pasang.
Ketinggian air pada saat bulan purnama yakni sebesar 3 sampai 5 meter dan air
hampir menyapu setengah dari daratan.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 5
Gambar 2. Pantai Jasri Kabupaten Karangasem
Menurut para pedagang yang mencari nafkah di sekitar pantai jasri.
Gelombang pantai jasri tidak pernah surut apalagi pada saat ada upacara keagamaan
seperti pitra yadnya dan dewa yadnya, entah faktor apa yang menyebabkan demikian,
namun masyarakat sekitar beranggapan apabila pada saat upacara pitra yadnya dan
dewa yadnya gelombang meningkat maka ida bhatara atau sang hyang widhi wasa
menerima yadnya yang diberikan namun faktor tersebut belum diketahui
kebenarannya.
Menurut Klian Desa Pakraman Jasri Drs. Nyoman Putra Adnyana, Pantai jasri
mulai mengalami abrasi pada tahun 2000 dan pembangunan bangunan pantai dimulai
pada tahun 2010. Berarti dalam kurun waktu 10 tahun pantai jasri mengalami tingkat
abrasi yang cukup tinggi dibuktikan dengan abrasi telah menghancurkan daratan 30
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 6
sampai 100 meter. Pada waktu itu senderan jalan di pantai jasri sudah mulai ambruk.
Kondisi pura dalem jasri yang ada disana kian mengkhawatirkan karena saat air laut
pasang dan ombak besar air laut telah mencapai areal dalam pura sehingga pada saat
itu pura tergenang air laut. Pondasi penyengker pura sudah diterjang ombak,
sementara daratan yang selama ini menjadi jalan utama ke pura dalem sudah ambruk.
Sejumlah pohon kelapa di tepi pantai sudah mati akibat di terjang air laut, sehingga
daratan telah terkikis sampai 300 meter.
Pantai jasri merupakan bentukan lahan proses marin dimaksudkan bentuk
lahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa
material sedimen laut dan diendapkan pada suatu tempat tertentu yang dipengaruhi
oleh gelombang dan arus pantai (Suprapto, 1997)
Kerusakan di pantai jasri ini selain abrasi ialah pencemaran lingkungan, hal ini
disebabkan adanya hotel yang membuang limbah sembarangan ke muara sungai dan
akhirnya menuju ke laut sehingga menyebabkan pantai menjadi kotor dan tercemar.
Upacara keagamaan seperti pitra yadnya dan dewa yadnya juga semakin
mempertambah kerusakan lingkungan mengingat sampah pembuangan sisa-sisa hasil
upacara dibiarkan berserakan sehingga menambah kesan kumuh pada pantai ini,
memengingat pantai jasri merupakan pantai yang difungsikan untuk pariwisata.
Kesadaran masyarakat sangat minim karena dipantai jasri sudah tertulis peraturan
yang berbunyi dilarang membuang sampah sembarangan namun masyarakat tidak
mengindahkan hal tersebut.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 7
Gambar 3. Sampah yang menggenang di Pantai Jasri
Gambar 4. Muara Sungai yang dipenuhi sampah
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 8
Gambar 5. Sampah yang terdapat di Pantai Jasri
Gambar 6. Limbah Hotel yang terdapat di daerah Pantai Jasri
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri) Page 9
Ditinjau dari aspek sumber daya manusia, permasalahan yang terjadi di pantai
jasri disebabkan oleh kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga pantai jasri ini.
Pantai Jasri merupakan pantai yang indah, sehingga dimanfaatkan oleh wisatawan
untuk bermain surfing karena ombaknya yang besar. Pantai jasri juga dimanfaatkan
sebagai tempat upacara keagamaan. Inilah yang menjadi masalah karena sampah-
sampah hasil upacara dibuang begitu saja di pantai tentunya ini akan menjadikan
pantai jasri itu tercemar dan kotor serta tidak enak dipandang oleh indera mata. Selain
itu masyarakat belum begitu mengenal dan paham mengenai pengolahan daerah
pantai. Sebagai bukti para nelayan yang secara sembarangan membangun kubu
(rumah) tanpa melihat dampak yang ditimbulkan yakni abrasi. Abrasi bisa
menghancurkan apa saja disekelilingnya Sehingga jelas cukup berbahaya untuk para
pemukim yang sebagian besar sebagai nelayan.
Gambar 7. Sisa-sisa sampah hasil Upacara Pitra Yadnya
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 10
Gambar 8. Bukti kalau Pantai Jasri dimanfaatkan sebagai tempat upacara
dan papan larangan membuang sampah sembarangan
Menurut para nelayan, mereka sangat khawatir dengn adanya abrasi namun
mereka tak memiliki pilihan lain karena pendapatan yang mereka miliki tak mampu
untuk membeli rumah lain sehingga dengan terpaksa harus bermukim di pinggir
pantai dan siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Menurut nelayan lainnya
mengatakan sudah hampir 3 kali perahu yang digunakan untuk mencari mata
pencaharian mereka rusak diterjang abrasi.
Kerusakan pantai jasri juga disebabkan oleh intervensi oleh manusia yang
tidak bertanggung jawab. Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka secara
pribadi. Contohnya para investor yang membuat villa dipinggir pantai yang dengan
tidak berdosa mengambil lahan yang dahulunya dipakai oleh nelayan untuk menaruh
perahu namun kini telah dialihfungsikan.
Masyarakat yang bermukim disekitar pantai jasri juga memanfaatkan sungai
yang berada di dekat pantai untuk mencuci dan mandi, padahal sungai tersebut sudah
tercemar oleh sampah dan limbah pembuangan di setiap villa di kawasan pantai jasri,
sehingga banyak gangguan yang terjadi pada masyarakat seperti gatal-gatal. Menurut
hasil wawancara dengan masyarakat yang memanfaatkan sungai tersebut, mereka
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 11
terpaksa melakukan aktivitas disana karena mereka mencuci dan mandi disana tidak
perlu menggunakan air dari PDAM (pemerintah) sehingga bisa irit biaya pembayaran
air.
Ditinjau dari aspek hukum, pengamanan pantai memiliki keterbatasan
kemampuan pendanaan pemerintah. Dari segi hukum penyelengaraan pengamanan
pantai baik UU No. 7 tahun 2007 Tentang Sumber Daya Air dan UU No. 27 tahun
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tidak mengatur
secara tegas di dalamnya. Kecenderungan kerusakan pantai jasri ini akan semakin
meningkat, dilihat dari permintaan pembangunan pengaman pantai terus meningkat
dari tahun ke tahun, sehingga kebutuhan dana pembangunan pengaman pantai ke
depan dipastikan meningkat juga. Menurut undang-undang No. 4/1982 menyatakan
untuk menghindari dampak negatif sehingga dibuatkan peraturan perundangan untuk
menghindari, menekan, atau meminimumkan dampak negatif, tetapi berupaya untuk
mengoptimalkan dampak positif.
Berkenaan dengan pengelolaan lingkungan, sebelum memulai sesuatu
kegiatan harus dibuat suatu studi atau telah mengenai lingkungan, dikenal sebagai
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Analisis ini mencakup kegiatan
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL),
Kerangka Acuan (KA) untuk penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL),
dan Kerangka Acuan (KA) untuk Studi Evaluasi Lingkungan. Setahap demi setahap
dokumen ini harus disetujui Pemerintah. Dengan keluarnya PP No. 51/1993, tata
caranya menjadi setiap rencana proyek harus membuat Penyajian Informasi
Lingkungan yang mencantumkan dampak penting yang akan terjadi.
Pantai jasri harusnya terbuka untuk kepentingan umum. Namun ketika hotel-
hotel, dan villa yang dibangun di daerah pesisir pantai, maka pantai tidak menjadi
ruang publik. Seharusnya jarak bangunan hotel dari garis batas air paling minim 20
meter tetapi kenyataannya hotel itu berdiri megah dan berpagar kokoh serta begitu
mepet dengan bibir pantai. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap kelestarian
lingkungan pantai dan kehidupan nelayan tradisional. Fenomena ini harusnya
mendapat perhatian. Sehingga untuk mencegah kerusakan pantai yang lebih lanjut
maka diperlukan adanya kawasan sempadan pantai. Daerah yang disebut sempadan
pantai harus dijadikan daerah konservasi. Hal ini diatur dalam ketentuan Keppres No.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 12
32 Tahun 1990 tentang perlindungan sempadan pantai sejauh 100 meter. Peraturan
yang telah ada tersebut hendaknya ditaati, ditegakkan, dan ditindaklanjuti dengan
aturan-aturan pelaksana dibawahnya baik di tingkat pusat maupun daerah. Kawasan
sempadan pantai berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dan melindungi
pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak fungsi dan kelestarian
kawasan pantai.
Ditinjau dari aspek institusi, permasalahan pantai jasri disebabkan karena
belum adanya institusi atau lembaga secara khusus yang memantau berbagai macam
kegiatan yang ada di daerah pantai jasri itu sendiri.
2.2. Bangunan Pantai yang ada di Pantai Jasri
Telah kita ketahui bahwa pantai jasri sekarang ini mengalami permasalahan.
Permasalahan yang dimaksud sangat kompleks. Seperti misalnya abrasi yang sangat
berbahaya karena abrasi itu sendiri merupakan hilangnya daratan akibat gelombang
laut yang cukup besar. Pengamanan atau penanggulangan pantai jasri sebenarnya
sudah dilakukan, yaitu dengan membangun sebuah bangunan pelindung pantai.
Bangunan pantai yang dimaksud ialah Revetment atau Seawall (Dinding Pantai).
Revetment adalah struktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan
biasanya memiliki permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri dari bahan beton,
timbunan batu, dan karung pasir. Revetment atau perkuatan lereng merupakan
bangunan yang ditempatkan pada suatu lereng yang berfungsi melindungi suatu
tebing alur pantai atau permukaan lereng dan secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur pantai. Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga
dapat didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai,
yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai terhadap erosi dan
limpasan gelombang ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di
belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya
gelombang dapat beupa sisi vertical atau miring. Dinding pantai biasanya bentuk
dinding vertical sedangkan revetment mempunyai sisi miring. Dalam perencanaan
dindng pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi,
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 13
panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan
maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya
Untuk di pantai jasri bangunan pantai yang sudah dibangun ialah dinding
pantai (seawall) karena bentuknya seperti dinding vertical. Seawall ini dapat
dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi pelindung dari kekuatan gelombang.
Seawall yang terdapat di pantai jasri terbuat dari pasangan batu kali dan blok beton.
Tetapi sebenarnya seawall ini tidak meredam energy gelombang, tetapi gelombang
yang menghantam permukaan seawall aka dipantulkan kembali dan menyebabkan
gerusan pada bagian tumit. Sementara revetment yang dibangun di pantai jasri terbuat
dari tumpukan batu alam dan mempunyai sisi miring. Bangunan pantai ini bentuknya
sejajar garis pantai.
Gambar 9. Dinding Pantai yang bentuknya tegak lurus di Pantai Jasri
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 14
Gambar 10. Revetment yang bentuknya miring di Pantai Jasri
Pembangunan bangunan pantai yang ada di jasri ini sebenarnya cukup ampuh
untuk mengatasi masalah abrasi yang berkepanjangan. Arus ombak di pantai jasri
sebenarnya tinggi sehingga dapat menimbulkan abrasi, dan arus ombak yang tinggi
dapat merusak kawasan pesisir di daerah tersebut, oleh karena itu pembangunan
revetment atau seawall ini sangat tepat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi.
Tetapi tetap saja yang namanya kekuatan alam tidak bisa diprediksi sehingga nantinya
perlu dibuatkan inovasi baru untuk mencegah abrasi yang semakin parah di daerah
pantai jasri.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas ialah:
a) Permasalahan yang ada di Pantai Jasri dari aspek fisik ialah terjadinya abrasi
hal ini terjadi karena arus gelombang yang kuat yang bersifat merusak dan
pencemaran lingkungan dengan adanya banyak sampah, Dari aspek sumber
daya manusia, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan
lingkungan, dan kurangnya kedisiplinan untuk membuang sampah pada
tempatnya. Dari aspek hukum, disebabkan kurang pahamnya mengenai
peraturan atau undang-undang yang berlaku yang mengatur secara jelas
mengenai pengelolaan lingkungan yang baik. Dari aspek institusi, disebabkan
belum adanya institusi atau lembaga khusus yang mempunyai kewajiban
untuk memantau setiap aktivitas yang ada di pantai jasri.
b) Bangunan pantai yang ada di jasri ialah dinding pantai atau revetment dimana
bangunan pantai ini sudah mampu untuk mencegah terjadinya abrasi yang
cukup parah.
3.2. Saran
Menurut kami, permasalahan yang ada di pantai jasri seharusnya mendapat perhatian
khusus baik itu dari masyarakat sekitar, pengunjung, ataupun pemerintah. Seharusnya
mereka menjaga pantai jasri ini dengan baik dengan mentaati segala peraturan yang
ada disana seperti tidak membuang sampah sembarangan dan dengan tidak merusak
bangunan pantai yang sudah dibangun untuk mencegah terjadinya abrasi di pantai
jasri.
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta
Dibyosaputro, Suprapto. 1997. Geomorfologi Dasar. Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Ejasta, Modokan. 2010. Geologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja
www.fadlysutrisno.wordpress.com
www.theoceandaru.blogspot.com
www.eprints.undip.ac.id
www.syahrin88.wordpress.com
www.awin759.blogspot.com
www.blog-penerang.blogspot.com
www.pu.go.id
www.balipost.co.id
www.digilib.its.ac.id
www.file.upi.edu
www.pengertian-definisi.blogspot.com
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 17
Perancangan Bangunan Pantai (Pantai Jasri)Page 18
Recommended