Tgas Analisa Bahan II

Embed Size (px)

Citation preview

Sukendar Arifin 0704102010059 Tugas Analisa Kegagalan Bahan 1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis korosi dengan bahasa ringkas ?

Korosi merupakan penurunaan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam. Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan. Korosi dapat dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi. Pada umumnya logam yang terdapat di alam berbentuk senyawa, seperti senyawa oksida, sulfida, karbonat dan silikat. Energi logam sangat rendah dalam bentuk senyawa. Sedangkan dalam keadaan unsur tunggal, logam mempunyai ketidakstabilan sehingga energinya (energi potensial) sangat besar. Unsur-unsur logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan melepaskan energi. Misalkan untuk mereduksi besi oksida yang terdapat di alam menjadi unsur (bahan) besi dibutuhkan energi termal. Dengan demikian, keadaan unsur besi tersebut mempunyai energi yang tinggi. Serangan korosi pada logam-logam oleh lingkungannya dapat menghasilkan berbagai bentuk kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada lingkungannya. Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, korosi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya : A. Korosi merata : Serangan korosi yang merata diseluruh permukaan logam. Korosi merata umumnya terjadi pada permukaan - permukaan logam yang memiliki komposisi kimia sejenis atau memiliki mikro struktur sejenis. Korosi merata merupakan bentuk kerusakan yang paling umum dijumpai.

Fig. 1. http://corrosion.ksc.nasa.gov/unifcor.

1

B. Korosi lubang (pitting) : Serangan korosi yang membentuk lubang. Korosi lubang biasanya merupakan hasil dari aksi sel korosi autokatalitik setempat. Dengan demikian kondisi kondisi korosi yang dihasilkan di dalam lubang cenderung mempercepat proses korosi. Korosi lubang sangat membahayakan karena biasanya hanya berbentuk lubang kecil bahkan kadang-kadang dari luar tertutup dan hanya merupakan permukaan yang kasar.

Fig. 2. http://octane.nmt.edu/waterquality/corrosion/CO2. C. Korosi celah (crevice corrosion) : Serangan korosi pada celahcelah yang umumnya terjadi karena adanya jebakan air atau elektrolit diantara celah, sambungan dan sebagainya. Korosi celah ini juga dapat autokatalitik karena hidrolisa ion ion logam yang terjadi di dalam celah dan juga penimbunan muatan positif larutan di dalam celah.

Fig.3. http://www.stoprust.com/6pipesupports.

2

D. Korosi galvanic (galvanic corrosion) : Serangan korosi yang terjadi apabila dua logam yang berbeda dihubungkan satu dengan yang lain. Logam yang kurang mulia akan bertindak sebagai anoda dan yang lebih mulia sebagai katoda. Kecenderungan terkorosi tergantung pada jenis logam yang berkontak dan luas permukaan daerah katoda dan anodanya.

Fig. 4. http://www.clihouston.com/knowledge-base/galvanic-corrosion E. Korosi selektif : Serangan korosi yang bersifat selektif. Paduan yang terdiri dari unsurunsur yang memiliki aktifitas elektrokimia jauh berbeda akan mudah terpengarah oleh korosi selektif.

Fig. 5 http://www.cdcorrosion.com/mode_corrosion/corrosion_selective_gb.htm&docid F. Korosi antar kristal (intergranular corrosion) : Serangan korosi yang terjadi pada batas kristal (butir) dari suatu logam/paduan karena paduan yang kurang sempurna (ada kotoran yang masuk) atau adanya gas hidrogen atau oksigen yang masuk pada batas kristal/butir.3

Fig. 6 http://corrosion.ksc.nasa.gov/corr_forms. G. Korosi lelah : kegagalan logam oleh aksi gabungan beban dinamik dan lingkungan korosif.

Fig. 7. http://octane.nmt.edu/waterquality/corrosion H. Korosi tegangan : Peretakan logam karena aksi gabungan beban statik dan lingkungan korosif.

Fig. 8. http://www.cdcorrosion.com/mode_corrosion/stress_corrosion_cracking

4

I. Korosi erosi : Kerusakan logam karena gabungan aksi lingkungan korosif dan erosi permukaan logam oleh pergerakan lingkungan fluida yang korosif.

Fig. 9. http://www.pairodocspro.com/ 2. a. Berikan dan jelaskan secara detail pengertian Stress Corrosion Cracking ( SCC ) ? b. Berikan 3 contoh kasus Stress Corrosion Cracking ( SCC ) ?

a. Korosi retak tegangan, korosi retak fatik, dan korosi akibat pengaruh hidrogen adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutkan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang di lingkungan korosif, sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan. Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. b. Kasus 1. RETAK KOROSI TEGANGAN PADA PRESSURE INDICATOR LINE TUBE. Pressure indicator line tube mengalami retak yang cukup dominan akibat mekanisme Intercrystalline Stress Corrosion Cracking (ISCC) pada bagian elbownya. Tube tersebut terbuat daTi stainless steel type 304 berdiameter luar 12,70 mm dengan ketebalan 3,60- 3,90 mm yang dioperasikan pada peralatan industri petrokimia. Pada daerah elbow tersebut mengandung residual surface tensile stresses. Kemungkinan pada saat proses pembentukan elbow tidak diikuti perlakuan panas pelunakan (annealing) ataupun pelepasantegangan (stress relieving). Kondisi ini akan sangat sensitif ketika pressure indicator tube dioperasikan pada temperature 500-600C adanya pemuaian panas (thermal expansion) menimbulkan tegangan tambahan (addition stress) Sedangkancorrosion agent yang mengawali terbentuknya5

stress corrosion cracking pada tube elbow adalah ion Cl- (berasal dan atmostirair laut) yang terperangkap di bawah glass wool insulation clan terkonsentrasi di daerah sisi cekung. Secara kuantitatif adanya tegangan pada elbow sisi cekung dapat dilakukan perhitungan melalui pendekatan thermal stress analysis, sedangkan untuk Menghindari kerusakan serupa dikemudian hari sebaiknya material pipa pressure indicator tube diganti dengan material yang lebih baik yaitu SS 316 atau SS 316L. Kasus 2. Sebuah sambungan ke tabung udara tekanan tinggi , terbuat dari kuningan70/30. Ketika diambil dari gudang sesudah disimpan di rak cukup lama, sambungan itu ternyata retak dari ujungnya. Pemeriksaan terhadap seluruh stok yang tersisa menunjukkan bahwa 80 % diantaraya menderita maslah yang sama. Sumber bahan agresif yang bertanggung jawab atas korosi itu tidak pernah tersingkap , namun bukan tidak mungkin itu adalah uap amoniak yang melayanglayang di uadara. Dua puluh persen stok yang tersisa selanjutnya diberi perlakuan panas untuk melepaskan tegangan dan terbukti menghindarkan terjadinya retak di kemudian hari. Selama waktu cukup lama antara ditemukannya peretakan musim dan penjelasannya, suatu masalah baru yang agaknya tidak terkait telah berulang kali dialami pada ketel-ketel uap yang penyambungannya menggunakan teknik paku keling. Pemanfaatan daya uap sudah lama sekali , tetapi teknologi bahan pada pada beberapa bidang penerapan penting ternyata masih kurang. Peristiwa ledakan ketel sering terjadi , kebanyakan merupakan akibat langsung proses korosi ; memang , dalam 20 tahun terakhir abad kesembilan belas , di Inggris saja sudah 600 jiwa melayang dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Meskipun metode-metode baru telah diperkenalkan untuk mengendalikan korosi pada tabung-tabung ketel, orang menjumpai bahwa kehadiran bahan kaustik, yang biasanya terkumpul di sela-sela sekelling paku keling, ditambah tegangan cukup besar di sekitar lubang paku keling yang tersisa dari pekerjaan pelubangan, terbukti menjadi biang keladi ledakan yang membawa bencana. Kasus 3. Pelat ketel dari baja lunak bersambungan paku keling yang menderita perapuhan kaustik. Endapan kaustik yang terkumpul di bawah kepala paku keling menciptakan suatu lingkungan dengan pH antra 11 dan 12, yang ditambah dengan tegangan sisa di sekeliling lubang bor, mendatangkan kondisi yang cocok untuk peretakan kaustik. Perapuhan kaustik pada ketel dan peratakan musim pada kuningan , keduanya terbentuk akibat suatu kombinasi jahat , yakni: pasangan logam / lingkungan khusus dan adanya tegangan tarik. Kombinasi tersebut selalu menjadi biang keladi6

masalah yang menghantui masyarakat teknologi selama puluhan tahun , karena, setiap kali paduan ditemukan , resiko kegagalan katastrofik selalu muncul tanpa diduga. Dalam tahun 1900-an, baja lunak diketahui retak hanya karna berada di udara yang lembab. Dalam tahun 1930-an, paduan-paduan magnesium juga diketahui rentan terhadap peretakan di udara lembab, dan nirkarat mengalami kerusakan berat di lingkungan mengandung klorida yang teraerasi. Sebuah contoh pelat ketel baja lunnak berkeling yang memperlihatkan perapuhan kaustik. Kombinasi tegangan sisa di sekeliling lubang bor dengan endapan kaustik yang terkumpul di bawah kepala paku keeling, menciptakan kondisi ideal untuk peretakan.

3. Sebutkan cara uji dan pengendalian dari Stress Corrosion Cracking ( SCC ), dan parameter apa yang diinginkan ? Pengedalian korosi retak tegang dapat dilakukan dengan mengeliminasi salah satu dari tiga faktor berikut, yaitu tegangan tarik, lingkungan kritis dan paduan yang rentan terhadap korosi. 1. mengeliminasi tegangan tarik yang terjadi pada bagian kritis komponen/peralatan dapat dilakukan dengan re-desain. Selain itu penurunan tegangan tarik sisa pada logam dapat dilakukan dengan perlakuan panas anil. 2. pengotrolan lingkungan dapat dilakukan dengan cara menurunkan oksidasi (yang membuat oksigen terlarut), menghindarkan adanya unsur-unsur kritis yang terdapat pada larutan, serta memberi unsur penghambabt di larutan. Pelapisan (coating) juga merupakan salah satu cara untuk membatasi interaksi logam yang dilindungi dengan lingkungannya, namun cara ini kurang efektif karena tidak dapat menahan zat kimia yang agresif. 3. memilih paduan yang memiliki ketahanan korosi terhadap lingkungan tertentu merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Selain itu merubah proporsi elemen pemadu pada paduan logam sehingga memiliki kekuatan yang lebih tinggi atau merubah struktur metalurginya dapat meningkatkan ketahanan logam tersebut terhadap korosi retak tegang 4. penerapan proteksi katodik juga dapat dilakukan untuk pengendalian korosi retak tegang, namun cara ini dapat mempercepat terjadinya hydrogen induced cracking. Oleh karena itu penerapan proteksi katodik hanya efektif dilakukan pada paduan yang memiliki tegangan tinggi dan mengalami retak oleh mekanisme anodik.

7

Pengendalian korosi retak fatik. Korosi retak fatik dpaat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. menurunkan laju korosinya dengan cara mengganti peralatan yang digunakan dengan paduan logam yang memiliki ketahanan korosi yang baik sehingga laju korosinya menjadi lebih lambat. 2. membatasi interaksi logam dengan lingkungannya. Cara ini dilakukan dengan memberi unsur penghambat di larutan atau membuat lapisan pelindung yang membatasi larutan korosif dengan permukaan logam. Pelapisan anoda timbal seng (galvanis) untuk melindungi baja (yang bersifat katodik) dapat melindungi baja tersebut dari korosi retak fatik. 3. melakukan re-desain terhadap peralatan yang digunakan menghindarkan terjadinya tegangan berulang pada peralatan tersebut. untuk menurunkan/

4. melakukan proteksi katodik adalah cara lain pengendalian korosi retak fatik yang dapat dilakukan, namun sebelum cara ini dilakukan harus dipastikan tidak mengekibatkan terjadinya hydrogen induced cracking, karena pada kasus tertentu penerapan proteksi katodik biasanya dapat menimbulkan hydrogen induced cracking. 5. mereduksi oksidator, dan 6. meningkatkan pH larutan. Pengendalian retak yang disebabkan oleh hidrogen mengeliminasi terjadinya keretakan yang disebabkan oleh hidrogen pada logam dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 1. menghilangkan sumber hidrogen atau membatasi interaksi hidrogen dengan logam. Cara ini dapat dilakukan dengan tidak menerapkan pengendalian korosi proteksi katodik atau melakukan proses pelapisa galvanis, karena kedua hal tersebut dapat menimbulkan pembentukan hidrogen di permukaan logam. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian unsur penghambat pada larutan atau membuat lapisan inert pada logam, sehingga tidak terjadi interaksi antara logam dan hidrogen yang terdapat dilingkungannya. 2. menurunkan tegangan tarik dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan panas anil/pembakaran, karena proses tersebut dapat menghilangkan tegangan tarik sisa pada logam. Selain itu pada saat pemanasan akan terjadi peningkatan mobilitas hidrogen sehingga dapat melepaskan hidrogen terlarut pada logam 3. menurunkan level tegangan yang terjadi pada peralatan dapat dilakukan dengan merencanakan kembali peralatan yang digunakan, sehingga logam menjadi lebih kuat dan kemampuannya terhadap tegangan yang terjadi relatif (lebih baik). 4. memilih paduan yang memiliki ketahanan yang lebih baik.8

Cara pengujian terhadap Stress Corrosion Cracking ( SCC ) 1. berdasarkan standar ASTM E-1681 dengan metode beam cantilever Teknik ini dikembangkan oleh 'Brown memerlukan penggunaan alat yang relatif sederhana ditunjukkan pada Gambar. Fig. 10 Dengan menggunakan pendekatan ini, sebuah spesimen retak pra-load

Fig. 10. Metode pengujian Beam Cantilever 2. Wedge-Opening Load ( WOL ) test Tes WOL yang saat ini digunakan dalam pengujian stres korosi memiliki geometri dari bentuk ditunjukkan pada Gambar. 7,28. Intensitas stres faktor K, di ujung retak mungkin dihitung dari

Where P = applied load B = specimen thickness a = Crack length measured from the loading plane = a function of the dimensionsless crack length, a/w

9

Gambar 11. Khas geometri untuk WOI. stress korosi specimen dimana: ao = kedalaman retak awal. B = ketebalan spesimen, dan W = panjang spesimen.

10