GRAND THEORY KEPERAWATAN
Sister Callista Roy
A. Pendahuluan
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari
meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit.
Level ke empat dari teori tersebut adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan
prefix “meta”, yang berarti “perubahan pada posisi”, “diluar”, pada level tertinggi, atau
“melebihi” dan merujuk pada body of knowledge tentang body of knowledge atau tentang
suatu bidang pembelajaran seperti metamatematika (Krippendorf 1986 dalam Sell dan
Kalofissudis, 2004).
Level ke tiga dari teori keperawatan adalah grand theory yang menegaskan fokus
global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan
yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Fawcett (1995 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004) mendefinisikan grand theory
sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model
konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya
tidak dapat di uji secara empiris. Contohnya yaitu “Science of Unitary Human Being”
Martha Rogers;
“Health as Expanding Consciousness” Margaret Newman; “Theory of Human
Becoming” Rosemarie Rizzo Parse. Grand theory dapat menyediakan dasar bagi middle
range theory. Contohnya teori “Self care deficit” Orem adalah middle range theory dengan
self care sebagai grand theory, dan model adaptasi Roy dengan konsep manusia adalah
sistem adaptif sebagai middle range theory
1
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan :
Philosophical Theory
Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan
dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan
sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Filosofi
belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga
perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale
dalam mendefinisikan “Modern Nursing”.
Sedangkan Grand theory atau Nursing theory (Alligood, 2002). Teori pada level
ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik
seperti spesifik untuk kelompok usia klien, kondisi keluarga, tempat tinggal klien, kondisi
kesehatan, dan peran perawat (Alligood, 2002). Hampir sama dengan model konsep yang
menjadi asal pembentukan teori. Kerangka kerja atau paradigma yang berperan sebagai
rujukan atas pendekatan sistemik fenomena sesuai dengan disiplin. Berbeda dengan
model konsep karena memberikan perspektif yang benar dan telah teruji. Contohnya:
Teori Roy (manusia sebagai sistem yang adaptif) berasal dari Roy Adaptation Model
Pandangan 3 (tiga) ahli keperawatan tentang penerapan Grand Theory Keperawatan
pada tatanan nyata:
1. Levine
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-
nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian
disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam
menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia.
Asumsinya sebagai berikut:
a. Kondisi Klien memasuki system pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau
perubahan kesehatan.
2
b. Responsibilitas tanggung jawab. Perawat bertanggung jawab dalam mengenal
respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh ) sebagai adaptasi
klien atau usaha untuk beradaptasi terhadap lingkungan.
Levine berfokus pada satu orang klien, implikasi utama dalam pengaturan perawatan
akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik.
2. Betty Neuman
Systems Model merupakan pendekatan sistem pada asuhan keperawatan klien
yang dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan dan
pemahaman pada interaksi klien dengan lingkungan. Klien sebagai sistem adalah
individu, keluarga, grup, komunitas, atau isu. Penekanan pada penurunan stres dengan
memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun resisten, dengan
intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang terkait dengan 3 level
prevensi : primer, sekunder, tersier.
3. Dorothy Orem
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah suatu pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai
keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980). Pada dasarnya diyakini bahwa
semua manusia itu mempunyai kebutuhan- kebutuhan self care dan mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan, teori ini dikenal
dengan teori self care (perawatan diri).
3
B. Adaptation Theory Roy
Model konseptual Roy berbasis pada model konseptual adaptasi. Konsep kunci pada
model konseptual Roy adalah manusia, tujuan, kesehatan, lingkungan, dan aktivitas
keperawatan. Dalam model konseptual, teori keperawatan akan menjabarkan pemikiran
(ide), dan proposisi manusia di konseptualisasikan sebagai sistem adaptik terbuka yang
bersifat holistik dimana terjadi proses pelayanan keperawatan, dan manusia sebagai
penerima (resipien). Adaptasi diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki oleh manusia untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan manusia juga mampu
mempengaruhi manusia lainnya.
1. Asumsi dasar
Asumsi dasar teori ini sebagai berikut :
a. Setiap individu memiliki integrasi keseluruhan dari komponen bio, psiko dan sosial
yang berinteraksi secara konstan dengan lingkungan sekitarnya
b. Untuk menjaga keseimbangan homeostasis atau integritas seseorang harus
melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi melalui kemampuan yang
dimiliki sejak lahir atau diperoleh melalui pengalaman
c. Perubahan dari efek rangsangan pada individu terdiri dari tiga jenis yaitu focal,
conteRtual dan residual stimuli
d. Individu mempunyai zona adaptasi berhubungan dengan kapasitas kemampuan
respon terhadap rangsangan, kemampuan adaptasi setiap individu berbeda antara
yang satu dengan yang lain.
e. Setiap individu pasti berusaha keras untuk mempertahankan integritas fisiologi,
konsep diri, fungsi peran dan interdependen mode
f. Kemampuan individu untuk menjaga kesehatannya tergantung dari energi yang
dimiliki dan kemampuan untuk adaptasi yang positif terhadap stimuli, sehat dan
sakit dilihat dari garis continuum pergerakannya kearah adaptif atau kearah
maladaptive
4
2. Elemen Model Adaptasi Roy
Terdapat lima elemen keperawatan model adaptasi Roy :
a. Konsep Person (manusia yang menerima asuhan keperawatan)
Person adalah individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-
masing sebagai sistem adaptasi yang holistik. Roy memandang orang secara
menyeluruh atau holistik sebagai suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
melakukan interaksi yang menyebabkan terjadinya pertukaran informasi, bahan dan
energi antara sistim dan lingkungan. Interaksi yang konstan ini akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal.
b. Tingkat adaptasi person
Tingkat adaptasi person tergantung dari stimulus yang diterima dan yang masih
dapat diadaptasi secara normal, dimana rentang respon cukup luas bagi setiap orang
dan setiap tingkat adaptasi seseorang selalu berubah. Hal tersebut dikarenakan
pengaruh oleh mekanisme koping yang dimiliki orang tersebut.
Roy menggunakan mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang
sebagai adaptif sistim, beberapa mekanisme koping diwariskan dari genetik seperti
sel darah putih sebagi sistim pertahanan tubuh dan yang lain berasal dari pelajaran
seperti penggunaan antiseptik. Roy memperkenalkan konsep ilmu keperawatan yang
unik yaitu mekanisme kontrol yang terdiri dari Regulator dan Cognator yang
merupakan sub sistim dari mekanisme koping.
c. Sub sistim regulator
Sub sistim regulator mempunyai komponen input, proses internal dan output serta
umpan balik. Input stimulus bisa internal atau eksternal, transmiter regulator sistin
adalah kimia, neural dan endokrin, autonomik reflek adalah respon neural dalam
brain stem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sub sistim. Contoh proses regulator adalah bila ada stimulus yang berbahaya dari
luar diterima dan dikirim melalui syaraf optik ke pusat otak dan pusat otonomi otak
5
maka efek dari saraf simpatik adalah peningkatan tekanan darah dan meningkatnya
denyut jantung.
d. Sub sistim cognator
Sub sistim cognator berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih
atensi, mencatat dan memori belajar berkorelasi dengan proses imitasi
reinforcement dan insight, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
berhubungan dengan penilaian atau analisa, sedangkan emosi adalah proses
pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Fungsi mode
Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari :
a. Mode fungsi fisiologis meliputi :
1) Oksigenasi, menjelaskan pola penggunaan O2 sehubungan dengan respirasi dan
sirkulasi
2) Nutrisi menjelaskan pola-pola nutrient (zat gizi) yang digunakan untuk
memperbaiki sel tubuh dan perkembangan
3) Eleminasi, menjelaskan pola-pola eliminasi BAB dan BAK
4) Integritas kulit menjelaskan pola-pola fungsi fisiologis kulit
5) Indra sensori menjelaskan fungsi sensori perceptual sehubungan dengan
informasi pengelihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan dan penciuman
6) Cairan dan elektrolit menjelaskan pola-pola fisiologis cairan dan elektrolit
7) Fungsi neurologis menjelaskan pola-pola neural kontrol, pengaturan dan
intelektual
8) Fungsi endokrin menjelaskan pola-pola kontrol dan pengaturan termasuk respon
stres dan sistim endokrin.
6
b. Mode konsep diri
Mode konsep diri mengenali pola-pola nilai, kepercayaan, dan emosi sehubungan
dengan ide-ide pribadi. Perhatian ini diberikan kepada fisik personal dan moral etik
pribadi
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenali pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubunganya dengan orang lain yang dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada peran identitas dan peran keunggulan
d. Mode Interdependen
Mode ini mengenali pola-pola manusia tentang nilai kasih sayang, cinta kasih dan
ketegasan dimana proses ini melalui hubungan interpersonal pada tingkat
perorangan atau kelompok
4. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah untuk meningkatkan respon adaptasi dalam
hubunganya dengan empat mode adaptif. Respon adaptif mempunyai pengaruh positif
tehadap kesehatan. Perubahan internal dan eksternal, stimulus, status koping seseorang
adalah elemen lain yang bermakna dalam proses adaptasi, tingkat adaptasi seseorang
ditentukan oleh fokal, kontekstual dan residual stimuli.
Fokal stimuli adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang yang
mempunyai pengaruh kuat pada seseorang. Kontekstual stimuli adalah semua stimulus
yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi
yang dapat diukur, diobservasi dan secara subyektif dilaporkan. Residual stimuli adalah
ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk
diobservasi.
5. Konsep Sehat
Sebelumnya Roy mendefinisikan sehat sebagai rangkaian kesatuan dari paling sehat
sampai kematian tetapi kemudian direvisi sebagai suatu keadaan dan proses terintegrasi 7
didalam tubuh seseorang secara keseluruhan. Integritas seseorang diekspresikan melalui
kemampuan memenuhi tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi, dan keunggulan. Perawat menggunakan konsep model adaptasi Roy tentang
konsep sehat sebagai tujuan mengetahui perilaku seseorang.
6. Konsep Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan pengaruh sekitar yang
mempengaruhi perkembangan perilaku seseorang atau kelompok. Stimulus lingkungan
internal dan eksternal merupakan area studi keperawatan.
7. Kegiatan keperawatan
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan
proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, implementasi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
a. Pengkajian Tahap Pertama
Pada pengkajian tahap pertama mengumpulkan data perilaku output seseorang
sebagai sistim adaptasi dihubungkan dengan empat adaptif mode yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Pengkajian tahap pertama
berkenaan dengan pengkajian perilaku.
b. Pengkajian tahap kedua
Pengkajian tahap kedua setelah perawat menganalisa tema yang timbul pada pola
perilaku klien yang diperoleh pada pengkajian tahap pertama untuk
mengidentifikasi respon tidak efektif atau atau respon adaptif yang diperlukan untuk
mendukung tindakan perawat. Fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data
tentang fokal, konteRtual dan residual stimuli yang mempengaruhi klien, terdiri dari
faktor genetik,seks, tahap perkembangan, obat-obatan, alkohol, rokok, konsepdiri,
fungsi peran, interdependen, pola interaksi sosial, mekanisme koping, stres fisik dan
emosional, orentasi budaya, agama dan lingkungan fsik.
8
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan, Roy menjelaskan tiga metode untuk membuat diagnosa
keperawatan. Pertama menggunakan typologi diagnosa sesuai dengan adaptasi
mode, kedua dengan mengobservasi perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus,
ketiga adalah menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan
dengan stimulus yang sama.
d. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan adalah akhir perilaku yang diharapkan dapat dicapai oleh
seseorang. Tujuan jangka pendek adalah mengidentifikasi perilaku yang diharapkan
klien setelah memanipulasi fokal, kontekstual dan residual stimuli keadaan perilaku
klien yang mengindikasikan regulator atau cognator klien, sedangkan tujuan jangka
panjang dibuat untuk menggambarkan resolusi adaptasi terhadap masalah dan
tersedianya energi untuk mencapai tujuan yaitu kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan.
e. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontekstual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping
seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
f. Evaluasi
Evaluasi keperawatan model Roy didasarkan pada perilaku yang diharapkan
dibandingkan perilaku yang ditunjukkan seseorang apakah bergerak kearah
pencapaian tujuan atau keluar dari tujuan yang ditentukan.penilaian kembali tujuan
dan intervensi dibuat berdasarkan hasil evaluasi
9
Gambar 1: Skema Manusia Sebagai sistem Adaptive
Control Processes(Coping Mechanisme)
Masukan
Feedback
Sister Callista Roy (1984, Introduction to Nursing: An Adaptation Model (2nd ed) dalam
Saleeem, 2008)
C. Aplikasi Teori Adaptasi Roy
Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami
dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan
model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi
keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi untuk
pemisahan populasi klinik.
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di NICU sebagai sebuah ideology
untuk keperawatan (Nyqvist dan sjoden, 1993 dalam Senesac 2007), pada perawatan bedah 10
Cognator
Regulator
Fungsi
fisiologis
Konsep Diri
Fungsi Peran
Interdepen-densi
Persepsi
Stimulus Ekternal
Stimulus Internal
Tingkat Adaptasi (Local, Contektual, Residual stimulus)
Keluaran
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
akut, sebagai alat dokumentasi dalam proses keperawata , pada fasilitas rehabilitasi untuk
mengintegrasi basis professional perawatan pasien (Mastal, Hammond, dan Roberts, 1982
dalam Senesac, 2007); pada dua unit rumah sakit umum sebagai konseptual framework
untuk menuntun praktik; memfasilitasi sistem integral keperawatan pada bagian orthopedic,
unit neurosurgical untuk mempertahankan lingkungan praktik professional bagi pelatihan
mahasiswa, meningkatkan otonomi professional, membantu proses rekrutmen dan
penguranan staf, dan untuk meningkatkan kejelasan peran pemberi layanan, dan
menguatkan dan mengefektifkan kolaborasi interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil
tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan
melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu
bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan
regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan
untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga
integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat
mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang
mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan
pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif
terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan
bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara
maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara
optimal.
KASUS
11
Ibu L, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar
sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan
sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter A,
Ibu L dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk
dilakukan discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Selanjutnya Ibu L diantar oleh suaminya dengan membawa surat pengantar dari dokter A
masuk rumah sakit untuk dilakukan persiapan-persiapan termasuk pemeriksaan penunjang
sebelum waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian didapatkan data TD 120/90 mmHg, nadi
92x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 37,5˚C, pasien tampak gelisah.
Ibu L adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko
miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi orang
yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu L
melakukan aktifitas 12 jam perhari. Pola tidur 8 jam di waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu
siang. Olah raga yang biasa dlakukan adalah jalan pagi setiap hari Ahad.
Setelah persiapannya dianggap cukup, maka disepakati akan dilakukan operasi pada tanggal 21
Maret 2011 jam 10.00 pagi. Hasil kesepakan tersebut diperkuat surat persetujuan operasi yang
di tanda tangani oleh bpk A selaku suami Ibu L.
Asuhan Keperawatan berdasarkan Aplikasi Teori Roy
12
1. Pengkajian
a. Pengkajian tahap pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu L sebagai
sistim adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran
dan interdependen.
Pengkajian tahap pertama pada Ibu N didapatkan data :
Mode fisiologis
S : Menyatakan gerakan- nya terbatas
O : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu untuk bergerak,
serta tampak gelisah
Mode Konsep diri
S : Menyatakan cemas akan terjadi perubahan penampilan
O : Tampak gelisah
Mode Fungsi peran
S : Menyatakan takut terjadi kecacatan
O : Rendah diri terhadap penampilanya
Mode Interdependen
Tidak berdaya
b. Pengkajian tahap ke dua
Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontekstual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu N didapatkan data :
1) Pengkajian stimulus
a) Stimulus fokal (etiologi)
b) Stimulus konstekstual (presipitasi)
c) Stimulus residual (predisposisi)
- Identifikasi stimulus yang berpengaruh: Budaya, keluarga, fase perkembangan
- Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
13
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses
recovery sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan
ADL
- Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan
post operasi discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas
Self Konsep : Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Phisical self : Rendah diri tehadap penampilannya
Personal self : Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari
kaki
Fungsi peran : Takut keberadaannya menjadi beban orang lain
Peran primer : Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Peran tersier : Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdependence :
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit
2. Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy
melalui tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi
perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu
atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
a. Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b. Cemas dan ketakutan berhubungan dengan penurunan konsep diri body image dan
harga diri
14
3. Intervensi
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
Hasil yang diharapkan :
Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan
program perawatan
Tindakan keperawatan :
Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image dan
harga diri
Hasil yang diharapkan :
Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan untuk
mencari alternatif pemecahan
15
Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu
memecahkan permasalahan klien
Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan
perawatan dengan benar
Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien
16
PEMBAHASAN
1. Konsep Teori
Model yang dikembangkan Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan pelayanan RS
pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien dengan permasalahan
fisiologis dan psikologis, sesuai dengan karakteristik teori oleh George (1995) bahwa
teori harus dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah klien dari yang sederhana
sampai yang komplek. Pada intervensi, model adaptasi Roy dapat menghindarkan
terjadinya duplikasi pembuatan perencanaan tindakan dan lebih terarah karena
penetapan masalah berdasarkan berbagai respon yang sama walaupun berasal dari
berbagai sistim mode.
2. Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah dikerjakan pada klien
dengan gangguan medikal bedah seperti discectomi dan pasca pembedahan karena
observasi terhadap respon klien baik yang adaptif maupun yang tidak efektif dapat
dilakukan dengan lebih teliti dan dalam waktu yang cukup. Aplikasi model asuhan pada
contoh kasus agak sulit untuk dilakukan karena selama ini kurangnya pengalaman
dalam aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah mencoba untuk
mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk merumuskan diagnosa dan
intervensi, pada perumusan diagnosa kita dapat melakukan dengan berbagai macam
pendekatan. Hal ini karena Roy menawarkan berbagai alternatif yang memudahkan
sesuai kasus. Pada intervensi dapat dihindarkan terjadinya duplikasi rencana tindakan
karena rencana tindakan dapat dipadukan dari berbagai sumber pengkajian yang sangat
lengkap sehingga rencana dapat dibuat ringkas, terarah dan menjangkau cakupan yang
luas dari permasalahan klien.
17
SKENARIO
Kepala Ruangan : Indriyani (Ns.Indri)
Perawat : St. Khaeruni (Ns.Uni), Fatimah (Ns.Ima)
Dokter : Arsad Suni (Dr. A)
Pasien : Nurlina (Ibu L)
Keluarga Pasien : Adam (Bpk. A)
Narator : Mardia (Ns.Mar)
Narator : Ibu L, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang
menjalar sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat
melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah
dilakukan konsultasi dengan dokter A, Ibu L dinyatakan mengalami herniasi diskus
intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan discectomi (operasi
pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Selanjutnya Ibu L diantar oleh suaminya dengan membawa surat pengantar dari
dokter A masuk rumah sakit untuk dilakukan persiapan-persiapan termasuk
pemeriksaan penunjang sebelum waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian Ns.
Ima didapatkan data TD 120/90 mmHg, nadi 92x/menit, respirasi 24x/menit dan
suhu 37,5˚C, pasien tampak gelisah.
Ibu L adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita
disebuah toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa
melihatnya menjadi orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Sebelum
masuk RS kebiasaan Ibu L melakukan aktifitas 12 jam perhari. Pola tidur 8 jam di
waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga yang biasa dlakukan adalah
jalan pagi setiap hari Ahad.
Setelah persiapannya dianggap cukup, maka disepakati akan dilakukan operasi pada
tanggal 21 Maret 2011 jam 10.00 pagi. Hasil kesepakan tersebut diperkuat surat
persetujuan operasi yang di tanda tangani oleh bpk A selaku suami Ibu L.
18
Pada hari ke dua pasca operasi Ns. Ima perawat shift malam melakukan evaluasi
pasien Ibu L (jam 06.00), dimana pasien terbaring di tempat tidurnya dan nampak
ragu-ragu untuk bergerak, serta ekspresi tampak gelisah. Bpk A juga tampak
murung dan hanya diam sambil menopang dagunya. Melihat kondisi demikian, Ns.
Ima berusaha mengeksplorasi perasaan Ibu L dan suaminya. Dari hasil evaluasi
tersebut Ns. Ima mendapatkan data berupa keluhan sebagai berikut :
Ibu L mengatakan pernah mendapat informasi kalau penyakitnya itu bisa
menyebabkan kelumpuhan, atau membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya.
Ibu L menyatakan takut bergerak.
Bapak A menanyakan apakah istrinya bisa sembuh dan tidak akan cacat?
Dari data-data tersebut diatas, maka oleh Ns. Ima menetapkan masalah
keperawatannya adalah “Cemas”. Selanjutnya jam 07.30 proses timbang terima
antara Ns. Ima dan Ns. Uni bersama kepala ruangannya Ns. Indri. Pada timbang
terima tersebut Ns. Ima menyampaikan masalah pasien Ibu L dan keluarganya. Ns.
Indri menginstruksikan kepada Ns. Uni untuk menindaklanjuti masalah keperawatan
Ibu L. Setelah timbang terima selesai, Ns. Ima dan Ns. Uni ke kamar Ibu L.
Sementara itu Ns. Indri berkolaborasi dengan dokter mengenai pasien-pasien di
ruangan tersebut.
Narator : Dari cerita kasus diatas, kelompok menarik kesimpulan bahwa, dengan masalah
keperawatan yang ditetapkan oleh Ns. Ima tersebut tepat, dan bila tidak ditangani
dengan baik akan berdampak pada respons “maladaptive” pada pasien dan
keluarganya. Dengan demikian, tugas Ns.Uni adalah membantu terciptanya respons
adaptif pada pasien dan keluarganya dengan menggunakan pendekatan Komunikasi
Terapeutik. Untuk itu, mari kita saksikan pertunjukkan kelompok satu dalam “Role
Play” berikut ini.
19
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Topik : Dua hari pasca pembedahan, di ruang perawatan dengan masalah “Cemas”
2. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Data Subjektif : Ibu L mengatakan pernah mendapat informasi kalau penyakitnya
itu bisa menyebabkan kelumpuhan, atau membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti biasanya
Bapak A menanyakan apakah istrinya bisa sembuh dan tidak akan cacat?
Ibu L menyatakan gerakannya terbatas dan takut bergerak
Ibu menyatakan cemas akan terjadi perubahan penampilan
Bpk A menyatakan takut terjadi kecacatan pada istrinya
Data Objektif : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-
ragu untuk bergerak, serta tampak gelisah
Bpk A juga tampak murung dan hanya diam sambil menopang dagunya
2) Masalah Keperawatan
Cemas berhubungan dengan penurunan konsep body image
3) Tujuan
Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan perasaan cemas, serta mau mendiskusikan
untuk mencari alternatif pemecahan masalah
20
4) Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
membantu memecahkan permasalahan klien
Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan
perawatan dengan benar
3. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
P : “Assalamualaikum Bu Lina, saya Ns. Uni, temannya Ns. Ima, pagi ini saya
yang akan merawat bu Lina”
K : Oh… iya, dengan senang hati kalau suster mau merawat saya”
b. Evaluasi / Validasi
P : “Bagaimana perasaan bu Lina hari ini?”
K : ”Alhamdulillah suster, sakitnya sudah berkurang, tapi..saya takut
bergerak” (dengan raut muka cemas)
c. Kontrak
P : “Katanya bu Lina dan suami ibu sering merasa cemas dan takut dengan
proses penyembuhan penyakit ibu, bagaimana kalau kita diskusi/bercerita
tentang hal ini”
K : “Baiklah kalau begitu, iya saya juga mau suster” (sahut suami pasien)
P : “Kira-kira dalam waktu 15 menit, kita berdiskusi masalah ini? bagaimana
menurut bu Lina?”
K : “Iya .., biar lebih sedikit waktunya juga saya setuju”
21
P : “Kita diskusi di sini di tempat tidur bu Lina saja ya, sambil ibu istirahat”
K : “Iya suster, karena saya masih takut kalau bangun duduk”
2) Fase Kerja
P : “Bu, kira-kira apa yang membuat ibu takut dengan kondisi saat ini?”
K : “Suster, kata orang penyakit saya ini bisa bikin lumpuh, saya takut kalau
nanti saya tidak bisa berjalan normal lagi, terus takut bergerak. Sambung
Bpk A “ betul tidak cacat suster?, saya juga takut kalau itu terjadi”
P : ”Oh itu masalahnya, ”Ibu tidak usah takut bergerak karena bergerak akan
membantu proses penyembuhan Ibu, yang penting tidak terlalu aktif, tidak apa-
apa, Ibu bisa bangun dan jalan ke kamar mandi, dan Insya Allah sembuh”
K : ”Oh iya, begitu suster..tapi bagaimana dengan jahitan luka operasi saya, nanti
tidak terlepas suster?”
P : ”Oh, Insya Allah tidak bu..Justru kalau Ibu tidak mau bergerak nanti kaku,
selain itu berbaring lama bikin aliran darahnya tidak lancar, sehingga lama
sembuhnya”
K : ”Terima kasih Suster, saya sudah mengerti sekarang. Tapi suster, saya juga susah
tidur”, iya suster kadang menjelang subuh baru tertidur istri saya (kata Bpk A)
P : ”Kenapa Bu?” ada yang mengganjal pikiran ibu, coba kemukakan, mungkin
saya bisa membantunya”
K : ”Itu tadi masalahnya suster, saya kepikiran karena takut nanti saya tidak bisa
berjalan normal lagi (timpang) suster, saya juga takut begitu suster” (tambah
suaminya)
P : ”Insya Allah Ibu bisa berjalan dan beraktifitas seperti biasa, tentu ibu harus
yakin, bersyukur dan selalu berdoa, karena dokter berhasil melakukan
”Operasi” Ibu, jadi ibu tidak usah khawatir, bapak juga, yach...!
K : Alhamdulillah kalau begitu, sekarang hati saya sudah terasa lega (sambil saling
menatap dan senyum gembira ibu Lina dan suaminya).
22
3) Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan bu Lina dan bpk A, setelah bincang-bincang dengan kami
K : Alhamdulillah, saya sudah mengerti, merasa senang, perasaan takut dan cemas saya
juga sudah hilang. Saya juga demikian suster (kata suami pasien)
P : Baiklah, kalau begitu sekarang ibu Lina istirahat dulu, nanti kalau ada yang
belum jelas, ibu dan bapak bisa tanya lagi, selanjutnya kami berharap ibu Lina
dapat menerima perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini.
Dokter :
Iya benar kata Ns. Uni, penyakit ibu memang terjadi di tulang belakang tepatnya di
tulang belakang bagian bawah (L ke 3-4), tapi Alhamdulillah kami telah berhasil
mengoperasinya, insya Allah ibu dapat sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.
Jadi ibu dan bapak sekarang banyak berdoa yach...!
K : ”Terima kasih suster.. terima kasih dokter.., (ucapan bersamaan pasien& suami).
Narator : Dokter A dan Ns. Uni meninggalkan Ibu L dan Bpk A.
Demikianlah tadi ”Role Play” dari kelompok satu, yang menggambarkan penerapan
Grand Teori Callista Roy pada kasus pasien pasca operasi dengan HNP, semoga
bermanfaat. Saran, masukan dan kritikan sangat kami harapkan demi perbaikan kita
bersama, ......... Wassalam.....................
23
DAFTAR PUSTAKA
Fitzpatrick , J.J, Wall, A.I.(1989). Conceptual models of Nursing: Analysis And Application
(2nd ed),California : Appleton & Lange
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition.
USA : Appleton & Lange.
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott:
Raven Publisher
Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London,
William Heinemann Medical Books
Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6
Ed. USA : Mosby Inc.
24
25
26
Recommended