TINJAUAN EFEKTIVITAS PENAGIHAN
PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
SEMARANG TIMUR
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Diploma III pada Program Diploma III
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
Reyka Saraswati Putri
12030214060022
PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan baik dan
lancar. Judul yang diambil dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah Tinjauan
Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk
memenuhi persyaratan akademik guna meraih gelar Ahli Madya (A.md.) pada
Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan Tugas Akhir ini banyak
mendapat bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Bapak Drs. Dul Muid, S.E., M.Si. Akt., selaku Ketua Program Studi Diploma
III Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro dan
dosen wali yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani proses
perkuliahan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
3. Bapak Dr. Nugroho SBM, MSP. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan wawasan, motivasi dan bimbingan dengan sabar sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Kepada keluarga, Bapak dan Ibu serta adik – adik yang selalu memberikan
kasih sayang, dukungan, serta do’a yang selalu dipanjatkan kepada Allah
SWT.
5. Bapak Akhmad Noorwakhid, S.E., MM. selaku Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Semarang timur yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan Kuliah Kerja Praktik.
iv
6. Bapak Abdul Malik, S.E., MM. selaku pembimbing lapangan yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik.
7. Bapak Aris Wikananto, S.E., MM. selaku Kepala Seksi Pemeriksaan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
8. Seluruh staff di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur yang telah
membantu dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik.
9. Sahabat – sahabat penulis, Nanung dan Alfin yang selalu memberi semangat
kepada penulis.
10. Seluruh teman-teman Program Studi Diploma III Perpajakan, khususnya
Angkatan 2014, terimakasih atas kebersamaannya selama tiga tahun di
bangku perkuliahan.
11. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan
Tugas Akhir ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis merasa bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan masukan berupa kritik serta saran yang membangun dari semua pihak,
sehingga dapat menjadi bekal bagi penulis agar lebih baik kedepannya.
Semarang, 26 Mei 2017
Penulis,
Reyka Saraswati Putri
v
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 1
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan …………………………..………….. 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan ………………………………….. 3
1.3.1 Tujuan Penulisan ……………………………………………. 3
1.3.2 Kegunaan Penulisan ………………………………………… 4
1.4 Cara Pengumpulan Data ………………………………...……….... 4
1.4.1 Data Penelitian ……………………………………………… 4
1.4.2 Metode Pengumpulan Data …………………………………. 5
1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………………… 6
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SEMARANG
TIMUR
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur ……….. 7
2.2 Visi, Misi, dan Motto KPP Pratama Semarang Timur …………...... 8
2.3 Nilai-Nilai Pelayanan KPP Pratama Semarang Timur …………….. 9
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Utama KPP Pratama Semarang Timur ….. 10
2.5 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Timur …………………….. 11
2.6 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Timur ……………….. 12
vi
2.7 Keadaan Personalia KPP Pratama Semarang Timur ………………. 13
2.8 Deskripsi Jabatan …………………………………………………... 14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perpajakan Secara Umum …………………………………………... 21
3.1.1 Pengertian Pajak ……………………………………………... 21
3.1.2 Fungsi Pajak …………………………………………………. 21
3.1.3 Asas Pengenaan Pajak ……………………………………….. 22
3.1.4 Sistem Pemungutan Pajak …………………………………… 23
3.2 Penagihan Pajak …………………………………………………….. 24
3.2.1 Dasar Penagihan Pajak ………………………………………. 24
3.2.2 Dasar Penagihan Pajak ………………………………………. 24
3.2.3 Tindakan Penagihan Pajak …………………………………… 25
3.3 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ………………………………. 30
3.3.1 UU Penagihan Pajak dengan Surat Pajak (PPSP) …………… 30
3.3.2 Penerbitan Surat Paksa ………………………………………. 31
3.3.3 Tata Cara Pemberitahuan Surat Paksa ………………………. 32
3.4 Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Pencairan Piutang Pajak …………………………………………….
33
3.5 Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Pencairan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Timur ………………………………………………………………..
35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 37
4.2 Saran ………………………………………………………………... 38
DAFTAR PUSTAKA ……………...……………………………………… 39
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Timur …………………...….. 11
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan ……………………………...… 13
Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ……………………...……… 14
Tabel 2.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan …………………… 14
Tabel 3.1 Tingkat Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap
Tingkat Efektivitas Pencairan Piutang Pajak ……………..………….. 33
Tabel 3.2 Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Tingkat
Penerimaan Pajak ……………………………………………………... 35
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Timur ..……………… 12
Gambar 3.1 Alur dan jangka Waktu Penagihan Pajak ………………………...... 29
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Tagihan Pajak PPh
Lampiran 2 : Surat Tagihan Pajak PPN
Lampiran 3 : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh
Lampiran 4 : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN
Lampiran 4 : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan PPh Pasal
Lampiran 5 : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan PPh
Lampiran 6 : Surat Teguran
Lampiran 7 : Surat Paksa
Lampiran 8 : Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa
Lampiran 9 : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Lampiran 10 : Berita Acara Pelaksanaan Sita
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan
bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang makmur serta memajukan
kesejahteraan umum. Hal tersebut tertuang pada alinea kedua dan keempat. Oleh
karena tujuan tersebut, maka perlu diadakan pembangunan nasional. Untuk mencapai
pembangunan nasional tersebut diperlukan dana dalam jumlah yang besar.
Penerimaan negara dari sektor pajak memiliki peranan yang besar dalam kegiatan
pendanaan pembangunan nasional.
Penerimaan pajak menjadi sumber utama pendapatan negara. Target
penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus ditingkatkan agar penerimaan negara tiap
tahun semakin bertambah. Menurut Kesit Bambang Prakosa (2003:1), pajak adalah
iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas
pembayaran tersebut Pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat
ditunjuk. Masyarakat sebagai warga negara diharapkan memiliki kesadaran sendiri
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Seiring diadakannya reformasi
perpajakan, sistem perpajakan Indonesia diubah dari official assessment menjadi self
assessment. Pada sistem official assessment, petugas pajak bersifat aktif dan Wajib
Pajak bersifat pasif. Sedangkan dalam sistem self assessment Wajib Pajak yang
dituntut untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri besar pajak yang harus
dibayar tiap tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem yang baru, Wajib Pajak diberikan tanggung jawab dan
kepercayaan untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara
mandiri. Kondisi seperti ini membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai dengan kebenarannya.
2
Dalam pelaksanaan perundang-undangan perpajakan sering terdapat
penyimpangan yang dilakukan Wajib Pajak untuk menghindari kewajiban
perpajakannya. Penyimpangan yang berupa pelanggaran yang dilakukan Wajib Pajak
tersebut yang menyebabkan tunggakan pajak kian meningkat.
Oleh sebab itu harus dilakukan tindakan penagihan yang bersifat memaksa.
Salah satu wujud tindakan penagihan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah dengan diterbitkan dan
disampaikannya Surat Paksa yang memiliki kekuatan hukum yang pasti sehingga
dapat langsung dilaksanakan tanpa melalui proses pengadilan dan tidak dapat
diajukan banding. Namun dalam pelaksanaan penagihan Surat Paksa tersebut tidak
semua mendapat tanggapan positif dari Wajib Pajak berupa pelunasan utang pajak
dan biaya penagihannya.
Pemerintah menaruh harapan agar pajak dapat menjadi sumber pendapatan
terbesar yang berkontribusi dalam pembangunan nasional. Namun masih banyak
masyarakat yang belum memahami pelaksanaan penagihan pajak. Berdasarkan pada
latar belakang tersebut, maka Tugas Akhir mengambil judul TINJAUAN
EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG TIMUR.
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pembahasan mengenai judul yang
telah dipilih dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka perlu dilakukan pembatasan
terhadap hal-hal yang akan dibahas. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang lingkup
penelitian serta uraian pembahasannya.sehingga tidak menyimpang dari judul yang
telah dipilih.
Ruang lingkup pembahasan masalah dapat dirumuskan secara garis besar
dalam beberapa bagian meliputi:
1. Perpajakan Secara Umum.
3
2. Penagihan Pajak dan Tindakan Penagihan.
3. Dasar Hukum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4. Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.
5. Efektivitas Penagihan dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan
Piutang Pajak.
6. Kontribusi Penagihan dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Penerimaan
Pajak.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1.3.1 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian ruang lingkup penulisan, tujuan disusunnya Tugas Akhir
ini adalah:
1. Untuk membandingkan antara teori dan praktik yang dilaksanakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya.
3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat
Paksa.
4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur dalam penerapan tata cara penagihan dengan
Surat Paksa.
5. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur dalam menghadapi permasalahan dalam
kegiatan penagihan pajak.
4
1.3.2 Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai efektivitas penagihan pajak dengan
Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
2. Bagi Program Diploma III, penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat
menjadi tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah dipelajari di Perguruan Tinggi dalam bidang
perpajakan serta menjadi dasar acuan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di masa mendatang.
3. Bagi Pihak Lain, penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi
bahan informasi atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
tentang tinjauan efektivitas penagihan pajak khususnya dengan Surat
Paksa dalam melaksanakan penulisan Tugas Akhir maupun penelitian di
bidang yang sama.
1.4 Cara Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Data Penelitian
Data yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Menurut Santosa (2007:12), data primer merupakan data yang dikumpulkan
dan diolah oleh suatu lembaga itu sendiri. Data primer yang diperoleh peneliti berasal
langsung dari objeknya. Data tersebut didapat melalui observasi pada seksi penagihan
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
5
2. Data Sekunder
Menurut Santosa (2007:13), data sekunder adalah data eksternal dalam
berbagai bentuk yang dapat diperoleh secara tidak langsung dari objeknya dan berasal
dari pihak lain baik secara lisan maupun tertulis. Data tersebut dapat diperoleh
melalui studi pustaka dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen,
laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang
digunakan adalah arsip dan dokumen yang berhubungan dengan penagihan pajak
dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
1.4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah:
1. Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik mengumpulkan data dengan cara
pengamatan langsung ke lapangan. Raco (2010:112) mengemukakan bahwa
“observasi adalah mengumpulkan data langsung dari lapangan”. Observasi yang
dilakukan adalah dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari objek
yang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.
2. Metode Wawancara
Menurut Gulo (2011:119), wawancara dilakukan dengam hubungan langsung
atau bentuk tatap muka antara pewawancara dan responden, mengajukan pertanyaan,
meminta tanggapan, dan melaporkan tanggapan secara tertulis. Dalam hal ini
dilakukan wawancara dengan pegawai pada seksi penagihan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur terkait dengan penagihan dengan Surat Paksa dengan
melakukan tanya jawab atau dialog langsung.
3. Metode Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi, peraturan dan kebijakan (Sugiyono, 2013:240). Dalam metode ini, data
6
dikumpulkan dengan membaca dan mempelajari literatur dan referensi yang ada di
perpustakaan yang berhubungan dengan judul Tugas Akhir.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang sistematis mengenai penulisan Tugas
Akhir ini, maka sistematika yang digunakan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan
dan kegunaan penulisan, cara pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SEMARANG TIMUR
Berisi tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Timur yang terdiri dari sejarah singkat, visi dan misi,
lokasi dan wilayah kerja, struktur organisasi, serta tugas pokok di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
BAB III : TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK
Bab ini berisi tentang pembahasan tentang ruang lingkup penulisan.
Pembahasan dilakukan dengan menyajikan teori yang didapat
selama kegiatan perkuliahan dan bagaimana praktik yang terjadi
mengenai penagihan pajak dengan Surat Paksa pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan yang telah diuraikan dalam
pembahasan yang terkait dengan topik Tugas Akhir yang ditulis.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SEMARANG TIMUR
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
Reformasi Birokrasi di tubuh Direktorat Jendral Pajak yang bergulir sejak
tahun 2002 membawa perubahan besar. Salah satunya adalah perubahan bentuk
organisasi. Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan
Kantor Pemeriksaan dan Penyidik Pajak melebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama (KPP Pratama).
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007
tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan saat mulai beroperasinya Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama
dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jendral
Pajak Jawa Tengah II, dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Direktur Direktorat Jendral Pajak menerapkan organisasi dan tata kerja Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan tata kerja Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah
II, dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kantor Pelayanan Pajak atau yang disingkat KPP adalah unit kerja dari
Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada
masyarakat baik yang telah terdaftar sebagai wajib pajak maupun belum, di dalam
8
lingkup kerja Direktorat Jenderal Pajak. KPP menampung pajak pusat, seperti Pajak
Penghasilan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPH). Sedangkan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Reklame, dan Retribusi ditampung oleh pemerintah daerah.
KPP Pratama Semarang Timur adalah instansi vertikal Direktorat Jendral
Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I. KPP Pratama Semarang Timur menjalankan
2 (dua) fungsi, yaitu :
a. Fungsi Budgeter, menghimpun penerimaan negara.
b. Fungsi Pengaturan atau Regulated, melalui kebijakan-kebijakan perpajakan.
KPP Pratama Semarang Timur terbentuk pada tanggal 6 November 2007 yang
berlokasi di Jalan Ki Mangun Sarkoro No.34 Semarang - 50136, telepon (024)
8414787 dan faximile (024) 8414439 dengan kode wilayah 504. Sejak terbentuk 6
November 2007, KPP Pratama Semarang Timur siap memberikan pelayanan,
penyuluhan, serta melakukan pengawasan kepada Wajib Pajak dalam rangka
memenuhi perpajakan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur didukung dengan adanya
Ruang Pelayanan yang nyaman dan luas, Helpdesk yang dalam hal ini para Account
Representative (AR) yang selalu siap memberikan layanan kepada Wajib Pajak
mengenai informasi yang berkaitan dengan perpajakan, Ruang Konsultasi, Ruang
Rapat yang memiliki kapasitas 20 orang, Ruang Aula yang memiliki kapasitas 100
orang, layanan internet, dan Ruang Nursery.
2.2 Visi, Misi, dan Motto KPP Pratama Semarang Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur mempunyai Visi, Misi, dan
Motto yaitu sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik di Indonesia.
b. Misi
Mengumpulkan penerimaan pajak yang dioptimalkan melalui :
9
1. Peningkatan Efektivitas Pelayanan dan Penyuluhan
2. Tertib Administrasi Perpajakan
3. Optimalisasi Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan
4. Penegakan Hukum untuk menjamin Kepastian Hukum
c. Motto
“Pajak Menyatukan Hati, Membangun Negeri”
2.3 Nilai-Nilai Pelayanan KPP Pratama Semarang Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur sangat memegang teguh
nilai-nilai pelayanan. Nilai-nilai yang diterapkan KPP Pratama Semarang Timur
berpacu pada nilai-nilai Kementerian Keuangan karena Direktorat Jendral Pajak
bernaung di bawah Kementerian Keuangan yaitu sebagai berikut :
1. Integritas
Berfikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta
memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Integritas yang dimaksud
berwujud kejujuran yang menjadi harga mati dalam mengemban tugas negara.
2. Profesionalisme
Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetisi terbaik dengan penuh tanggung
jawab.
3. Sinergi
Membantu dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta
kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
Sinergi ditugaskan sebagai salah satu kerjasama yang baik di Internal maupun
dengan Eksternal, kerjasama yang baik berguna untuk memajukan bangsa dan
negara.
4. Pelayanan
Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang
dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.
10
5. Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan
memberikan yang baik. Kesempurnaan ditunjukkan dengan pembaharuan
produk hukum dan standar kinerja menjadi lebih baik dan semakin baik yang
selalu dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak.
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Utama KPP Pratama Semarang Timur
Kegiatan KPP Pratama Semarang Timur adalah melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wilayah Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea
Materai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai PMK Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organsasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak fungsi KPP Pratama Semarang Timur
adalah melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 58, KPP
Pratama Semarang Timur menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Pengumpulan, pencairan dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan
b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan
e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
11
f. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi
g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
i. Pelaksanaan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan
k. Pembetulan ketetepan pajak
l. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan/ atau Bangunan
m. Pelaksanaan administrasi kantor
2.5 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Timur
KPP Pratama Semarang Timur memiki wilayah kerja 2 kecamatan meliputi
Kecamatan Semarang Timur terdiri dari 11 kelurahan, dan Kecamatan Semarang
Utara terdiri dari 8 kelurahan.
Tabel 2.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Timur
No. Kecamatan Semarang Timur
(meliputi Kelurahan)
Kecamatan Semarang Utara
(meliputi Kelurahan)
1 Bugangan Bandarharjo
2 Karangtempel Bulu Lor
3 Karangturi Dadapsari
4 Kebonagung Kuningan
5 Kemijen Panggung Kidul
6 Mlatibaru Panggung Lor
7 Mlatiharjo Plombokan
8 Rejomulyo Purwosari
9 Rejosari Tanjungmas
10 Sarirejo
Sumber : Sub. Bag. Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
12
2.6 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Timur
Struktur organisasi adalah suatu kerangka skematis yang menggambarkan
hubungan kerja sama tugas atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab antara berbagai
individu seluruh karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui kerja sama
secara harmonis. Untuk menetapkan struktur organisasi yang tepat agar perusahaan
dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien tidaklah mudah. Maka dalam menetapkan
struktur organisasi harus dipertimbangkan dengan baik dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Berikut adalah
struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Semarang Timur :
Gambar 2.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Timur
2
3
KASUB UMUM/K.I
ABDUL MALIK,S.E,M.M
KASI PENAGIHAN
ALI AKBAR,
S.E.,MM.
KASI PEMERIKSAAN
ARIS WIKANANTO,SE
MM
KASI PDI
HUDIK
YUHANDO, SE
KASI PELAYANAN
SAGID SUHENDRA
S.SOS
KASI
EKSTENSIFIKASI
HANDOKO C
S.E.MM
KASI WASKON IV
DEWA PUTU GEDE
C S SE.M SI
KASI WASKON III
PETRUS GOMIES
SE.MSI
KASI WASKON II
AHMAD
HIDAYAT,SE
KASI WASKON I
TITIK W. SE.
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL SUPERVISOR
M.G HENNY
WIDYAWATI S.E.,AK
SUPERVISOR
R.Y AGUNG
NUGROHO,S.H
KEPALA
KANTOR KPP PRATAMA
AKHMAD
NOORWAKHID.SE.M.M
13
Gambar 2.1 (lanjutan)
Sumber : Sub. Bag. Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
2.7 Keadaan Personalia KPP Pratama Semarang Timur
Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur per 31
September 2016 sebanyak 85 orang, dengan rincian jumlah pegawai berdasarkan
jabatan, golongan dan tingkatan pendidikan sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan
No. Jabatan Jumlah Pegawai
1 Kepala Kantor 1
2 Kepala Seksi 10
3 Account Representative (AR) 24
4 Fungsional (Pemeriksa Pajak) 9
5 Supervisor 2
6 Juru Sita 3
7 Pelaksana 39
Jumlah 85
Sumber : Sub. Bag. Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
PEMERIKSA
PAJAK
AWANG. A.
PANDU WIBOWO
RESPATI
SUNARTO
PANGGA H
M.AGUS H
NURCAHYO YD
14
Tabel 2.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
No. Golongan Jumlah Pegawai
1 Golongan I -
2 Golongan II 22
3 Golongan III 57
4 Golongan IV 6
Jumlah 85
Sumber : Sub. Bag. Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
Tabel 2.4
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai
1 S-2 11
2 S-1 46
3 D-III 10
4 D-I 12
5 SMA 6
Jumlah 85
Sumber : Sub. Bag. Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
2.8 Deskripsi Jabatan
Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jendral Pajak masing-masing seksi mempunyai tugas sebagai berikut:
15
a. Kepala Kantor
Uraian tugas :
- Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
- Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak
sebagai bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah.
- Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan
realisasi penerimaan tahun lalu.
- Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota Kesepahaman (MOU)
sesuai arahan Kepala Kantor Wilayah.
- Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam
rangka instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
- Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
- Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
- Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan
pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak
berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.
- Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi
perpajakan.
- Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.
- Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan
tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran PBB
dan BPHTB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta
mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
16
b. Sub Bagian Umum
Uraian tugas :
- Mengkoordinasikan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur
kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan serta rumah tangga dan
perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
- Menyelenggarakan pengurusan surat-surat masuk atau berkas dokumen
yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Menyelenggarakan penyusunan surat keluar agar komunikasi administrasi
berjalan dengan lancar.
- Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan kembali
surat atau dokumen yang diperlukan.
- Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.
- Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan pengangkatan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
- Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan pangkat pegawai
golongan II/d kebawah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala sesuai
ketentuan yang berlaku.
- Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan calon peserta diklat.
Sub Bagian Umum terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagian Kepegawaian
Uraian tugas :
- Melaksanakan urusan kepegawaian antara lain menatausahakan surat
masuk dan surat keluar, pengetikan, penataan/penyusunan arsip dan
dokumen serta membantu urusan lapangan.
- Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel, gaji/kekurangan gaji,
dan mengupdate data daftar gaji berdasarkan mutasi kepegawaian.
17
- Membuat konsep Daftar Perencanaan Pembiayaan Kantor Pelayanan
Pajak.
- Menyiapkan surat permintaan pembayaran/SSP sebagai uang persediaan
(UP) atau UP tambahan.
- Menyiapkan SPPR-LS sebagai pembayaran langsung atas tagihan pihak
ketiga.
2. Bagian Keuangan
Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan dengan cara
menyusun rencana kerja keuangan atau menyusun Daftar Usulan Kegiatan
dan memproses surat permintaan pembayaran.
3. Bagian Rumah Tangga
Uraian tugas :
- Melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor dengan
cara merencanakan kebutuhan, mengatur pengadaan, dan menyalurkan
perlengkapan kantor serta memelihara barang inventaris.
- Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat perlengkapan
kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas kewenangannya berdasarkan
rencana anggaran dalam DIPA.
- Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian ATK.
- Mencatat dan memberi kode klasifikasi lokasi inventaris serta
menyelenggarakan pembukuan inventaris kantor.
- Menyusun konsep kompilasi laporan barang inventaris kantor.
- Meneliti barang-barang inventaris kantor yang rusak dan tidak terpakai
lagi serta membuat konsep daftar usulan penghapusan dan
pemusnahannya.
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Uraian tugas :
- Melakukan pengumpulan, pencairan, dan pengolahan data.
18
- Penyajian informasi perpajakan.
- Perekaman dokumen perpajakan.
- Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
- Pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
Bumi dan Bangunan.
- Pelayanan dukungan teknis komputer.
- Pemantauan e-SPT dan e-Filing.
- Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.
- Penyiapan laporan kinerja.
d. Seksi Pelayanan
Uraian tugas :
- Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
melakukan kerjasama perpajakan.
- Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Seksi Pelayanan sebagai
bahan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.
- Mengkoordinasikan penerimaan dan penatausahaan surat-surat
permohonan dari wajib pajak dan surat lainnya.
- Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT Tahunan PPh
berikut aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh oleh wajib pajak dan
penatausahaan SPT Tahunan yang telah diterima kembali serta penyediaan
SPOP dan SSB dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
- Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi pegawai.
- Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi Pelayanan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
19
e. Seksi Penagihan
Uraian tugas :
- Penatausahaan piutang pajak.
- Penundaan angsuran tunggakan pajak.
- Penagihan aktif.
- Usulan penghapusan piutang pajak.
- Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
- Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihihan dengan surat paksa.
f. Seksi Pemeriksaan
Uraian tugas :
- Penyusunan rencana pemeriksaan.
- Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
- Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
- Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
g. Seksi Ekstensifikasi
Uraian tugas :
- Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan.
- Pendataan objek dan subjek pajak.
- Penilaian objek pajak.
- Kegiatan ekstensifikasi objek pajak.
- Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek dalam menunjang
kinerja ekstensifikasi.
h. Seksi Pengawasan dan Kosultasi
Di KPP Pratama Semarang Timur terdapat 4 Seksi Pengawasan dan
Konsultasi yaitu :
1) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
2) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
20
4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Pada PMK-79/PMK-01/2015 tentang Account Representative (AR) pada KPP
membuat pemisahan pada AR. Adapun tugas masing-masing AR yaitu
sebagai berikut :
1) AR yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak
(Waskon I) mempunyai tugas :
- Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.
- Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak.
- Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada WP.
- Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan PBB.
2) AR yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib
Pajak (Waskon II,III,IV) mempunyai tugas :
- Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
- Menyusun profit Wajib Pajak.
- Menganalisis kinerja Wajib Pajak.
- Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka Intensifikasi dan himbauan
kepada Wajib Pajak.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Uraian tugas :
- Pejabat fungsional pemeriksa : mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.
- Pejabat fungsional penilai : Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.
21
1 BAB III
2 PEMBAHASAN
3
3.1 Perpajakan Secara Umum
3.1.1 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Pepajakan: “Pajak
adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”.
2. Menurut Rochamat Soemitro yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr.
Mardiasmo (2011:1): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditujukan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
iuran wajib dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang tanpa mendapatkan imbalannya secara langsung dan digunakan untuk
kemakmuran rakyat.
3.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2009:7) dalam buku “Perpajakan” (2009:1) ada 2 fungsi
pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair adalah pajak
berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah. Fungsi regulerend adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk
22
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi.
3.1.3 Asas Pengenaan Pajak
Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang
pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan
negara tersebut, tentu harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya, yaitu asas-
asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan
pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam
menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan
pajak penghasilan. Asas utama yang sering digunakan oleh negara sebagai landasan
untuk mengenakan pajak adalah:
1. Asas Domisili (Residence Principle). Berdasarkan asas ini negara akan
mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang
pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara
itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu.
Dalam kaitan ini, tidak dipersoalan dari mana penghasilan yang akan
dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut
asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya akan
menggabungkan asas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan
pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun
penghasilan yang diperoleh luar negeri (world-wide income concept).
2. Asas Sumber. Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan
pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak tersebut
diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan
dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak
menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan
23
yang memperoleh penghasilan tersebut, sebab yang menjadi landasan
pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara
itu. Sebagai contoh, tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia maka
dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh
pemerintah Indonesia.
3. Asas Kebangsaan (Nationality/Citizenship Principle). Dalam asas ini,
yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan
dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas
ini, sumber penghasilan yang akan dikenakan pajak tidak menjadi
persoalan. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak
berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan
asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world-wide income.
3.1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga:
1. Sistem Official Assessment, adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang yang dimiliki Wajib Pajak. Pada sistem ini, Wajib
Pajak bersifat pasif sedangkan petugas pajak bersifat aktif dalam
menentukan besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Ciri-ciri sistem official assessment adalah:
a. Pemerintah memiliki wewenang penuh dalam menentukan besarnya
pajak yang harus dibayar Wajib Pajak.
b. Wajib Pajak bersifat pasif dalam menghitung pajaknya.
c. Utang pajak timbul setelah adanya ketetapan dari pemerintah.
2. Sistem Self Assessment, adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan besaran pajak yang terutang. Ciri-ciri sistem
self assessment adalah:
24
a. Pajak terutang dihitung sendiri oleh Wajib Pajak.
b. Wajib Pajak berperan aktif dalam membayar dan melaporkan pajak
terutang yang seharusnya dibayar.
c. Pemerintah bertugas mengawasi Wajib Pajak dan memberikan arahan
dalam bentuk konsultasi, penyuluhan dan sosialisasi kepada
masyarakat.
3. Sistem Withholding Tax, adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak lain atau pihak ketiga (bukan fiskus
maupun Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk memotong dan memungut
besar pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Keunggulan dari sistem ini
adalah Wajib Pajak yang bersangkutan tidak perlu menghitung dan
menyetorkan pajaknya karena telah dilakukan oleh pihak ketiga.
Kekurangannya adalah pajak yang telah dipungut oleh pihak ketiga
memiliki risiko tidak disetorkan ke kas negara.
3.2 Penagihan Pajak
3.2.1 Pengertian Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pajak
untuk menegur Wajib Pajak agar segera melunasi utang pajak yang dimiliki. Utang
pajak adalah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penagihan pajak dilakukan sesuai prosedur dan berlandaskan pada peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku sehingga memiliki kekuatan hukum.
3.2.2 Dasar Penagihan Pajak
Berdasarkan buku KUP, dasar penagihan pajak yaitu:
1. Pada Pasal 18 ayat (1) UU KUP disebutkan bahwa dasar penagihan pajak
adalah:
25
Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
2. Pada Pasal 12 UU PBB disebutkan bahwa dasar penagihan pajak adalah:
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Surat Ketetapan Pajak
Surat Tagihan Pajak (STP)
3.2.3 Tindakan Penagihan Pajak
Penagihan pajak dikelompokkan menjadi penagihan pajak pasif dan
penagihan pajak aktif dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yaitu:
1. Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat
Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih
besar. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari
setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan.
2. Penagihan Pajak Aktif
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,
dimana dalam upaya penagihan pajak fiskus berperan aktif dan diikuti
dengan tindakan sita, serta dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
26
Ada lima tahap yang bisa dilakukan juru sita pajak untuk melaksanakan
penagihan pajak, yaitu:
1. Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan juru sita pajak kepada Wajib Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran. Juru sita pajak akan melaksanakan penagihan
utang pajak sebelum Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak jatuh
tempo agar mencegah terjadinya utang pajak yang tidak dapat ditagih.
Sehingga apabila saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus Wajib
Pajak belum membayar, maka juru sita pajak akan menunggu pembayaran
utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo. Dasar hukum kegiatan
penagihan seketika dan sekaligus adalah Pasal 20 UU KUP, Pasal 6 UU
PPSP, dan Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.03/2008.
2. Surat Teguran
Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan Pejabat
pajak untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak apabila
dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo Surat Ketetapan Pajak,
Wajib Pajak tersebut belum melunasi utang pajaknya. Tujuan
diterbitkannya Surat Teguran adalah untuk memberi peringatan kepada
Wajib pajak agar segera melunasi utang pajaknya sehingga tidak perlu
dilakukan penagihan secara paksa. Dasar hukum penerbitan Surat Teguran
adalah Pasal 8 s.d 11 Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.03/2008.
3. Surat Paksa
Surat paksa merupakan surat perintah kepada Wajib Pajak untuk
membayar pajak terutang sekaligus dengan biaya penagihan pajaknya.
Penagihan dengan Surat Paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak
tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran,
atau sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak
memenuhi angsuran pembayaran pajak. Surat Paksa diterbitkan apabila 21
27
(dua puluh satu) hari setelah jatuh tempo Surat Teguran Wajib Pajak tidak
melunasi utang pajaknya. Surat Paksa harus dilunasi dalam waktu 2 X 24
(dua kali dua puluh empat) jam. Apabila Wajib Pajak tidak segera dilunasi
dalam jangka waktu tersebut, maka Pejabat segera menerbitkan Surat
Penyitaan. Dasar hukum penerbitan Surat Paksa adalah Pasal 7 UU
Nomor 19 Tahun 2000 dan Pasal 15 s.d 23 Peraturan Menteri Keuangan
No. 24/PMK.03/2008.
4. Surat Sita
Surat sita adalah surat yang diterbitkan apabila dalam waktu 2 X 24 (dua
kali dua puluh empat) jam Wajib Pajak belum membayar utang pajak.
Dalam penagihan pajak dengan Surat Sita, juru sita berhak melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak. Penyitaan hanya
digunakan sebagai jaminan agar Wajib Pajak melunasi utang pajaknya.
Sehingga Wajib Pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi utang
pajaknya sampai dengan dilakukannya penyitaan. Penyitaan dilakukan
oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita
pajak, dan dapat dipercaya. Penyitaan dilaksnakan sampai dengan nilai
barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak. Hal lainnya yang dapat disita diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Pencabutan sita dilakukan jika Wajib Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak atau berdasarkan putusan
pengadilan atau putusan Badan Peradilan Pajak atau ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Dasar
hukum penerbitan Surat Sita adalah Pasal 12 UU No. 19 Tahun 2000.
5. Lelang
Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dilakukan penyitaan
utang pajak belum dilunasi, maka akan dilakukan tindakan lelang. Dalam
hal Wajib Pajak belum membayar biaya atas penagihan paksa dan
28
pelaksanaan sita maka biaya tersebut akan digabungkan dengan biaya
iklan untuk pengumuman lelang dalam media massa dan biaya pada saat
pelelangan. Jika Wajib Pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum
melunasi biaya penagihan pajak maka penjualan lelang terhadap barang
yang telah disita tetap dapat dilakukan. Dasar hukum kegiatan lelang
barang sitaan adalah Pasal 26 UU No. 19 Tahun 2000 dan Pasal 28
Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.03/2008.
29
Gambar 3.1
Alur dan Jangka Waktu Penagihan Pajak
Sumber : Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
SKP
SKPKB
SKPKBT
dll
Surat Teguran
Surat Paksa
Penyitaan
Pengumuman Lelang
Pelaksanaan Lelang
7 Hari
21 Hari
2 X 24 Jam
Tidak Lunas
Lunas
Pencabutan Sita
14 Hari
14 Hari
30
3.3 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
3.3.1 UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP)
1. Falsafah UU PPSP No. 19/2000
a. Menampung perkembangan sistem hukum nasional perlunya
dipertegaskan perolehan hak karena waris dan hibah wasiat yang
merupakan objek pajak.
b. Mendorong peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
c. Adanya kepastian hukum dan menegakkan keadilan.
2. Tujuan perubahan UU PPSP NO. 19/2000
a. Banyaknya tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah
yang semakin besar, untuk itu perlu dilaksanakan tindakan penagihan
pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.
b. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi
strategis dalam peningkatan penerimaan pajak.
c. Penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan merupakan wujud Law Enforcement untuk
meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi
Wajib Pajak.
d. Memberikan perlindungan hukum, baik kepada Wajib Pajak maupun
kepada pihak ketiga berupa hak untuk mengajukan gugatan.
3. Hal-hal yang menjadi perhatian pada UU PPSP No. 19/2000
a. Mempertegas proses pelaksanaan penagihan pajak dengan
menambahkan ketentuan penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan,
dan surat lain sejenisnya sebelum Surat Paksa dilaksanakan.
b. Mempertegas jangka waktu pelaksanaan penagihan aktif.
c. Mempertegas pengertian Wajib Pajak yang meliputi komisaris,
pemegang saham, dan pemilik modal.
31
d. Menaikkan nilai peralatan usaha yang dikecualikan dari penyitaan
dalam rangka menjaga kelangsungan usaha Wajib Pajak.
e. Menambah jenis barang yang penjualannya dikecualikan dari lelang.
f. Mempertegas besarnya biaya penagihan pajak, yang didasarkan atas
persentase tertentu dari hasil penjualan.
g. Mempertegas bahwa pengajuan keberatan atau permohonan banding
oleh Wajib Pajak tidak menunda pembayaran dan pekalsanaan
penagihan pajak.
h. Memberi kemudahan pelaksanaan lelang dengan cara memberi batasan
nilai barang yang diumumkantidak melalui media massa dalam rangka
efisiensi.
i. Memperjelas hak Wajib Pajak untuk memperoleh ganti rugi dan
pemulihan nama baik dalam hal gugatannya dikabulkan.
j. Mempertegas pemberian sanksi pidana kepada pihak yang sengaja
mencegah, menghalangi, atau menggagalkan pelaksanaan penagihan
pajak.
3.3.2 Penerbitan Surat Paksa
Surat Paksa diterbitkan jika utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak
setelah 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal disampaikannya Surat Teguran, kecuali
apabila Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus telah diterbitkan kepada Wajib Pajak
maka Surat Paksa dapat segera diterbitkan. Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) UU PPSP,
Surat Paksa diterbitkan apabila:
1. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Wajib Pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan
sekaligus.
32
3. Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
3.3.3 Tata Cara Pemberitahuan Surat Paksa
Tata cara pemberitahuan Surat Paksa diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU PPSP
bahwa Surat Paksa diberitahukan oleh Juru Sita Pajak dengan pernyataan dan
penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Berdasarkan Pasal 10 UU
PPSP, yaitu:
1. Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Juru Sita Pajak
kepada:
a. Penangung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain
yang memungkinkan;
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja
di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang
bersangkutan tidak dapat dijumpai;
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus
harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan
harta warisan belum dibagi; atau
d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi.
2. Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Juru sita Pajak kepada:
a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di
tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan;
atau
b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila Juru sita Pajak tidak dapat menjumpai salah
seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
33
3.4 Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Pencairan Piutang Pajak
Tingkat efektivitas penagihan pajak dapat diketahui dengan menghitung rasio
efektivitas yaitu membandingkan realisasi penagihan pajak dengan Surat Paksa
dengan potensi pencairan piutang pajak. Efektivitas penagihan dengan Surat Paksa
dihitung dengan rasio sebagai berikut:
Efektivitas = Realisasi Penagihan x 100%
Potensi Pencairan
dalam hal ini, realisasi penagihan adalah jumlah pencairan piutang pajak yang telah
dibayarkan oleh Wajib Pajak setelah tindakan Surat Paksa, sedangkan potensi
pencairan adalah jumlah piutang pajak yang seharusnya diterima oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
Menurut Siagian, untuk mengukur tingkat efektivitas dari suatu sistem kerja
dapat juga dengan menggunakan skala peringkat sebagai berikut:
1. < 69 : Tidak Efektif
2. 70 – 79 : Kurang Efektif
3. 80 – 89 : Cukup Efektif
4. > 100 : Efektif
Tabel 3.1 merupakan hasil perhitungan rasio tingkat efektivitas dengan
menggunakan Surat Paksa.
Tabel 3.1
Tingkat Efektivitas Penagihan dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Pencairan Piutang Pajak
Tahun Realisasi Penagihan Potensi Pencairan Persentase
2014 2.845.745.033 103.116.500.933 2,76 %
2015 2.216.288.879 102.652.374.100 2,16 %
2016 1.105.546.482 100.609.385.848 1,10 %
Sumber : Seksi Penagihan, data diolah
34
Ditinjau dari segi nominalnya, potensi pencairan piutang pajak pada tahun
2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur tercatat sebesar
Rp103.116.500.933 dan realisasi penagihan piutang pajak dengan Surat Paksa sebesar
Rp2.845.745.033 atau sekitar 2,76 %. Dilihat dari indikator pengukuran tingkat
efektifitas, maka penagihan pajak dengan Surat Paksa tahun 2014 tergolong tidak
efektif.
Tahun 2015 mengalami penurunan nominal potensi pencairan piutang pajak
menjadi Rp102.652.374.100 dan realisasi penagihan piutang pajak sebesar
Rp2.216.288.879 atau sekitar 2,16 %. Dilihat dari indikator pengukuran tingkat
efektivitas, maka penagihan pajak dengan Surat Paksa tahun 2015 tergolong tidak
efektif.
Tahun 2016 mengalami penurunan nominal potensi pencairan piutang pajak
menjadi Rp100.609.385.848 dan realisasi penagihan piutang pajak sebesar
Rp1.105.546.482 atau sekitar 1,10 %. Dilihat dari indikator pengukuran tingkat
efektivitas, maka penagihan pajak dengan Surat Paksa tahun 2016 tergolong tidak
efektif.
Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh Surat Paksa yang diterbitkan
dilunasi oleh Penanggung Pajak, sehingga hasil pengukuran efektivitas menjadi tidak
efektif, antara lain:
1. Penanggung Pajak tidak mengakui adanya utang pajak.
2. Penanggung Pajak lalai dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Penanggung Pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.
4. Penanggung Pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena
kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayar sekaligus.
5. Penanggung Pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan
pajaknya.
35
Upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi hal-hal yang menyebabkan
hasil pengukuran efektivitas menjadi tidak efektif, antara lain:
1. Dilakukannya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang kepatuhan
dalam menjalankan kewajiban perpajakan.
2. Diadakannya Kelas Pajak yang terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya.
3. Berusaha meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan terhadap
masyarakat.
3.5 Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Pencairan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur
Keberhasilan seksi penagihan dapat diukur dengan melihat kemampuan seksi
penagihan dalam meningkatkan penerimaan yang berasal dari penagihan pajak.
Kontribusi penagihan pajak dapat diketahui dengan membandingkan realisasi
penagihan pajak dengan Surat Paksa terhadap realisasi penerimaan pajak. Kontribusi
penagihan pajak dihitung dengan rasio kontribusi sebagai berikut:
Kontribusi = Realisasi Penagihan x 100%
Realisasi Penerimaan
dalam hal ini, realisasi penagihan adalah jumlah pencairan piutang pajak setelah
tindakan Surat Paksa, sedangkan realisasi penerimaan adalah jumlah keseluruhan
penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. Hasil
perhitungan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat dilihat pada tabel
3.2
Tabel 3.2
Kontribusi Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat
Penerimaan Pajak
Tahun Realisasi
Penagihan
Realisasi
Penerimaan
Persentase
2014 2.845.745.033 306.017.380.662 0,93 %
36
2015 2.216.288.879 327.862.722.049 0,68 %
2016 1.105.546.482 250.441.866.722 0,44 %
Sumber : Seksi Penagihan, data diolah
Kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa selama tahun 2014 sampai
2016 mengalami penurunan, yaitu dari 0,93 % pada tahun 2014 menjadi 0,44 % pada
tahun 2016. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa selama
tahun 2014 sampai 2016,
1. Rasio efektivitas penagihan dengan Surat Paksa mengalami penurunan
setiap tahunnya sejak tahun 2014 sampai 2016. Berdasarkan indikator
tingkat efektivitas, bahwa indikator yang menunjukkan < 69 % adalah
tidak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa penagihan pajak dengan Surat
Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur tidak efektif
karena persentase di bawah 69 %.
2. Rasio kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa mengalami
penurunan. Hasil perhitungan rasio kontribusi di atas menunjukkan
bahwa penagihan pajak dengan Surat Paksa memberikan kontribusi yang
cukup kecil terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur.
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab III, maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah:
1. Penagihan pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Timur tergolong tidak efektif. Penyebabnya adalah pencairan
piutang pajak setelah tindakan Surat Paksa tidak mencapai 100% karena
penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak, penanggung pajak
lalai dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, penanggung pajak
tidak mampu melunasi utang pajaknya, penanggung pajak mengajukan
permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan tidak
memungkinkan jika dibayarkan sekaligus, serta penanggung pajak
mengajukan keberatan atas tunggakan pajaknya.
2. Rasio efektivitas penagihan dengan Surat Paksa mengalami penurunan
setiap tahunnya sejak tahun 2014 sampai 2016. Berdasarkan indikator
tingkat efektivitas, bahwa indikator yang menunjukkan < 69 % adalah
tidak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa penagihan pajak dengan Surat
Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur tidak efektif
karena persentase di bawah 69 %.
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa tidak memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya hasil
perhitungan rasio kontribusi yang di bawah 1 %.. Rasio kontribusi
penagihan pajak dengan Surat Paksa juga mengalami penurunan setiap
tahunnya sejak tahun 2014 sampai tahun 2016.
38
4.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Timur tersebut, maka saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Melakukan kegiatan sosialisasi kepada Wajib Pajak tentang hak dan
kewajibannya dalam mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.
2. Menambah jumlah Pejabat Juru sita pajak.
3. Memperbaiki sistem administrasi perpajakan untuk mempermudah
pengecekan data piutang pajak.
Diharapkan saran yang diberikan dapat menjadi masukan bagi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama sehingga pencairan piutang pajak dengan Surat Paksa
mampu terlaksana dengan lebih optimal serta dapat meningkatkan penerimaan pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur.
39
DAFTAR PUSTAKA
----------. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
----------. Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 19
Tahun 2000
Gulo, W. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Indonesia Edisi Revisi. Jogjakarta: Andi
Prakosa, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daedah Edisi Revisi. Jogjakarta:
UII Press
R. Raco, J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo
Rusdji, Muhammad. 2004. PPSP Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta:
Indeks
Santosa, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif dalam
Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta: Erlangga
Soemitro, Rochmad. 1996. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Jakarta: PT Eresco
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak