Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
1
Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan
Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas
asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon
kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan
Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,
Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil
evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan
kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3
II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 6
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 6
Neraca Pembayaran Indonesia ..................................................... 8
Inflasi .......................................................................................... 9
Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 11
Perkembangan Suku Bunga Domestik ....................................... 12
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ................................................ 13
Pasar Saham .............................................................................. 14
Pasar Surat Berharga Negara ..................................................... 16
Pasar Reksadana ........................................................................ 17
Kondisi Perbankan ..................................................................... 18
III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 19
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
3
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETERKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik di
tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapai
6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi. Ekspor diprakirakan
masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan prakiraan masih tingginya
realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas internasional. Namun
selanjutnya pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global
diprakirakan akan mulai terasa pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain,
konsumsi masih tetap kuat sejalan dengan optimisme konsumen dan
prakiraan peningkatan belanja Pemerintah sebagaimana pola historisnya.
Sementara itu, kegiatan investasi juga meningkat, didukung oleh
perkembangan proyek infrastruktur dan kebijakan Pemerintah
mendukung investasi. Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan, hotel &
restoran, sektor transportasi & komunikasi, dan sektor industri.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakan
mengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Impor
diperkirakan akan terus terakselerasi seiring dengan kegiatan ekonomi
domestik yang meningkat, sehingga tekanan terhadap transaksi berjalan
cenderung meningkat. Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh
surplus transaksi modal dan finansial, meskipun sempat mengalami
tekanan akibat perkembangan situasi global. Sejalan dengan itu,
cadangan devisa pada akhir Agustus 2011 tercatat sebesar 124,6 miliar
dolar AS, atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri Pemerintah.
Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas. Pada
bulan Agustus 2011, nilai tukar Rupiah secara rata-rata menguat tipis
0,05% ke level Rp 8.525 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun,
meskipun sempat tertekan oleh faktor sentimen global terkait
kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan Eropa. Penguatan
Rupiah masih ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat
dan imbal hasil yang menarik. Bank Indonesia terus memonitor
perkembangan nilai tukar Rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas
Rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar
domestik.
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
4
Tekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendali. Inflasi IHK pada bulan Agustus 2011 tercatat
sebesar 0,93% (mtm) atau 4,79% (yoy). Melihat perkembangan ke depan,
inflasi IHK hingga akhir tahun 2011 diperkirakan akan lebih rendah dari
perkiraan sebelumnya. Tekanan inflasi pada bulan Agustus berasal dari
inflasi inti yang terkait dengan harga komoditas global, terutama emas,
yang mengalami peningkatan, serta harga komoditas yang meningkat
sejalan dengan faktor musiman, seperti biaya pendidikan dan angkutan
udara. Sementara itu, inflasi volatile foods relatif terkendali di tengah
meningkatnya permintaan seiring dengan hari raya Idul Fitri. Hal ini
didukung oleh pasokan bahan makanan yang terjaga dengan baik. Di sisi
lain, inflasi kelompok administered prices tercatat minimal karena tidak
adanya kebijakan harga Pemerintah untuk komoditas strategis. Proyeksi
inflasi kelompok volatile foods dan administered prices hingga akhir tahun
2011 cenderung lebih rendah, masing-masing karena perbaikan pasokan
yang ditunjang oleh impor dan kecenderungan harga minyak dunia yang
menurun. Berbagai kecenderungan pada kelompok volatile foods dan
administered prices tersebut diperkirakan dapat meredam tekanan inflasi
IHK secara keseluruhan tahun 2011.
Stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang
membaik.membaik.membaik.membaik.membaik. Stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik,
sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan rendahnya
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
Sementara itu, penyaluran kredit hingga akhir Agustus 2011 mencapai
24,2% (yoy) yang sebagian besar disalurkan untuk pembiayaan kegiatan
perekonomian yang produktif. Namun, Bank Indonesia tetap mencermati
perkembangan kredit pada beberapa sektor yang cenderung konsumtif.
Bank Indonesia berupaya mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan
dalam mendukung ekspansi perekonomian nasional dengan tetap
menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September
2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam
rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya
ekses likuiditas selama ini,Bank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawah
koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150
bps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan
perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya
ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
5
Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian
global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak
penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan
mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja
perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan
pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan
4,5%±1% pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi
dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
6
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER
Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPerbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011
yang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutama
bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.
Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga akan tumbuh lebih
tinggi didorong oleh optimisme konsumen dan belanja yang lebih besar
pada momen hari raya Idul Fitri. Sementara itu, sesuai dengan tren
penyerapan anggaran memasuki semester kedua yang mulai meningkat,
realisasi belanja pemerintah diperkirakan tumbuh tinggi. Konsumsi
pemerintah juga didukung oleh realisasi rapel gaji PNS, TNI dan pensiunan
pada awal triwulan III. Investasi diperkirakan tumbuh menguat seiring
meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah dan tingkat penggunaan
kapasitas utilisasi yang meningkat. Di sisi permintaan eksternal,
perlambatan ekonomi global berpotensi mendorong kinerja ekspor
tumbuh melambat.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011
diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh keyakinan
konsumen yang menunjukkan optimisme yang tetap tinggi. Berdasarkan
survei Konsumen BI bulan Agustus 2011, Indeks Keyakinan Konsumen
tercatat pada level yang tinggi sebesar 110,6. Optimisme tersebut
didukung oleh persepsi konsumen atas kondisi ekonomi saat ini maupun
ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang yang masih baik (Grafik 2.1).
Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan masih tetap
kuat di tengah tren harga yang diperkirakan masih meningkat dalam tiga
dan enam bulan mendatang. Perkiraan kondisi penghasilan saat ini dan
ketersediaan lapangan kerja yang stabil merupakan faktor lain yang turut
mendukung optimisme konsumen (Grafik 2.2). Hasil Survei Tendensi
Konsumen (Grafik 2.3) juga menunjukkan optimisme konsumen yang
meningkat pada triwulan II 2011 dan diperkirakan berlanjut pada
triwulan III 2011.
Perkiraan konsumsi rumah tangga yang meningkat juga didukung oleh
masih berlangsungnya apresiasi rupiah, yang mendorong meningkatnya
impor barang konsumsi. Peningkatan impor barang konsumsi tersebut
Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.2 Indeks Penghasilan dan KetersediaanLapangan Kerja Saat Ini
Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen √ BPS
Grafik 2.4 Upah Riil
Indeks
Sumber : Survei Konsumen - DSM
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
110,0
120,0
130,0
140,0
2008 2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8*
Optimis
Pesimis
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Keyakinan Konsumen
IEK (Weighted)
Indeks
Sumber : Survei Konsumen - DSM
0
20
40
60
80
100
120
140
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8*2009 2010 2011
%, yoy
Sumber : CEIC & BPS, Data Tw III-2011 berdasarkan data Juli 2011
-10
-5
0
5
10
15
20
2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III*
PertanianBangunanHotel
IndustriPertambangan
Indeks
Sumber : Survei Tendensi Konsumen - BPS
Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
2008 2009 2010 2011
80
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
Pendapatan Rumah Tangga Tk. Konsumsi Beberapa Kom. MakananKaitan Inflasi dgn Kons. Sehari-hari Indeks Tendensi Konsumen
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
7
didukung meningkatnya daya beli konsumen khususnya PNS/TNI/Polri/
Pensiunan sejalan dengan pembayaran gaji ke-13 mulai Juli 2011. Namun,
perkembangan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah cenderung
tertahan sehingga berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga. Upah riil buruh sektor industri, tambang dan bangunan naik
terbatas sedangkan upah riil buruh tani dan hotel masih mengalami deflasi
(Grafik 2.4).
Peningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisi
perekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatan
pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. Pertumbuhan investasi
ditopang baik oleh investasi bangunan maupun nonbangunan. Investasi
bangunan diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan kegiatan
konstruksi sektor properti yang meningkat. Indikator dini sektor bangunan
seperti impor bahan bangunan menunjukkan peningkatan pada triwulan II
2011 (Grafik 2.5), dan konsumsi semen pada bulan Juli 2011 tumbuh
17,3% (yoy). Meningkatnya volume impor barang modal dan alat angkut
untuk bisnis pada akhir triwulan II 2011 mendukung prospek
pertumbuhan investasi nonbangunan tersebut (Grafik 2.6). Peningkatan
pertumbuhan investasi juga tercermin pada optimisme para pelaku usaha.
Optimisme tersebut terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang menunjukkan adanya peningkatan nilai investasi pada triwulan III
2011 (Grafik 2.7). Membaiknya iklim investasi juga dikonfirmasi oleh
Indeks Tendensi Bisnis, yang menunjukkan peningkatan untuk prakiraan
triwulan III 2011 (Grafik 2.8).
Pada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi
meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.
Pertumbuhan ekspor yang tetap tinggi didukung oleh volume
perdagangan dunia yang masih tumbuh tinggi. Kinerja ekspor yang
cukup baik tersebut terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yaitu dari
sektor pertambangan dan pertanian (Grafik 2.9). Namun, perkembangan
ekspor menghadapi risiko perlambatan terkait dengan moderasi
perekonomian Amerika dan Eropa akibat krisis utang yang dialami oleh
kawasan tersebut. Berdasarkan komponennya, risiko perlambatan
pertumbuhan ekspor diperkirakan berdampak pada ekspor barang-
barang industri. Sementara itu, ekspor pertambangan dan pertanian
diperkirakan masih cukup tinggi sejalan dengan masih kuatnya
pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Negara-negara Asia
merupakan tujuan utama bagi kegiatan ekspor untuk jenis barang
Grafik 2.5 Investasi Bangunan & Indikatornya
Grafik 2.6 Investasi Non-Bangunan &Indikatornya
Grafik 2.7 Nilai Investasi (Saldo Bersih)
Grafik 2.8 Indeks Tendensi Bisnis
%
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha, DSM
10,015,020,025,030,035,040,045,050,055,060,0
2007 2008 2009 2010 2011H I H II H I H II H I H II H I H II H I H II*
39,0341,06 43,95
28,5428,09
33,58
45,9248,05
49,37
54,17
% yoy % yoy
*) berdasarkan data Juli 2011Sumber : BPS, CEIC, Buletin Eksim-DSM, data diolah
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
Investasi Bangunan (sk. kanan)
Industri Kaca dan Produknya
Industri non-metallicmineral products
Konsumsi Semen (sk. kanan)
Konsumsi Listrik Industri-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
% yoy % yoy
Sumber : DSM, BPS, CEIC, diolah
-80-60-40-20
020406080
100120
2008 2009 2010 2011
5
6
7
8
9
10
11
12Investasi Mesin dan Peralatan
IPI Machinery andEquipments Impor Mesin & Peralatan
Impor Mesin (Tanpa Impor Transportasi)
Konsumsi Listrik Bisnis (skala kanan)
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Indeks Indeks
Sumber : Indeks Tendensi Bisnis, BPS
80
90
100
110
120
130
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
85
90
95
100
105
110
115
ITB (skala kanan)Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas ProduksiJumlah Jam Kerja
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
8
primer. Selain itu, dengan harga komoditas yang masih cukup tinggi
kinerja ekspor diperkirakan dapat tetap terjaga (Grafik 2.10).
Sebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor pada
triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi. Impor bahan baku
dan barang modal masih meningkat di triwulan II 2011 ditopang oleh
kenaikan pertumbuhan bahan baku untuk industri serta perlengkapan alat
angkut untuk industri (Grafik 2.11). Hal ini terkait dengan peningkatan
arus mobilitas terkait Idul Fitri serta berangsur membaiknya kemampuan
Jepang dalam memproduksi komoditas alat angkut. Beberapa faktor
pendorong lain diperkirakan dapat menopang kegiatan impor seperti
kenaikan permintaan domestik, meningkatnya konsumsi BBM di dalam
negeri, serta stabilitas nilai tukar rupiah.
Berdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternal
yang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riil
baik baik baik baik baik tradablestradablestradablestradablestradables maupun maupun maupun maupun maupun nontradablesnontradablesnontradablesnontradablesnontradables..... Kegiatan sektor tradables yang
diperkirakan tumbuh tinggi antara lain sektor pertanian terutama pada
subsektor perkebunan dan subsektor perikanan yang didukung cuaca
yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Selain itu, kegiatan sektor industri
juga diperkirakan tumbuh cukup tinggi untuk memenuhi peningkatan
permintaan domestik. Pada sektor nontradables, sektor bangunan
diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan kegiatan investasi yang
meningkat. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
diperkirakan juga cukup kuat ditopang oleh kinerja subsektor
pengangkutan (terutama angkutan udara) dan subsektor komunikasi.
Neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011
diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus. Sumber dari surplus tersebut
berasal dari neraca Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang diprakirakan
dapat mengimbangi defisit pada Transaksi Berjalan (TB). Pada akhir
Agustus 2011, cadangan devisa tercatat sebesar 124,6 miliar dolar AS
atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus. Sumber
utama surplus tersebut berasal dari adanya perkiraan aliran masuk modal
portofolio sektor swasta terkait dengan rencana penerbitan obligasi
korporasi global di akhir triwulan III. Selain itu, kuatnya fundamental
Grafik 2.9 Pertumbuhan Ekspor Non-Migas
Grafik 2.10 Indeks Harga Komoditas EksporNon-Migas
Grafik 2.11 Impor Non-Migas
% yoy % yoy
-20
-10
0
10
20
30
40
2008 2009 2010 2011
-10
0
10
20
30
40
50Total Ekspor
PertanianIndustri Manufaktur
Pertambangan (skala kanan)
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
% yoy
Sumber : DSM
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II
Total Impor
Barang KonsumsiBahan Baku
Barang Modal
%yoy
Sumber : DSM
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
2008.0 2009.0 2010.0 2011.0
-25,0-20,0-15,0-10,0-5,00,05,010,015,020,025,030,0
%yoy
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Total Ekspor - SITC (skala kanan)
Pertanian
Pertambangan
Industri Manufaktur
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
9
domestik serta prospek ekonomi yang tetap positif manarik aliran dana
dalam bentuk investasi yang lebih bersifat jangka panjang. Peran investasi
langsung (Foreign Direct Investment) yang lebih besar menjadikan struktur
aliran modal lebih baik dan menopang perekonomian Indonesia.
Ekspektasi perbaikan ekonomi Indonesia dan iklim investasi menyebabkan
arus modal jangka panjang diperkirakan tetap akan tinggi.
Neraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisit
sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian. Kondisi defisit tersebut terutama
bersumber dari impor yang masih tinggi sejalan dengan aktivitas
perekonomian yang meningkat, penurunan ekspor gas, serta
membesarnya defisit pada neraca pendapatan dan neraca jasa. Impor
nonmigas menunjukkan peningkatan sesuai pola musimannya sehubungan
dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Kinerja ekspor nonmigas masih cukup
baik kendati berpotensi lebih rendah dengan adanya risiko moderasi
perekonomian global yang diiringi dengan koreksi harga komoditas dunia.
I n f l a s iInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada Agustus
2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman. Inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2011 tercatat sebesar 0,93% (mtm)
atau 4,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang
mencatat inflasi IHK sebesar 0,67% (mtm) atau 4,61% (yoy) (Grafik 2.12).
Meningkatnya inflasi pada Agustus 2011 terutama bersumber dari inflasi
inti yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas global yaitu emas
serta beberapa komoditas domestik seperti biaya pendidikan dan angkutan
udara. Di sisi lain, inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak
(volatile food) relatif lebih terkendali di tengah meningkatnya permintaan
terkait perayaan hari raya Idul Fitri, didukung oleh pasokan yang memadai,
terutama komoditas bumbu-bumbuan dan beras. Sementara itu, inflasi
kelompok harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah (administeredprices) tercatat cukup rendah, yang disebabkan tidak adanya kebijakan
Pemerintah terkait barang dan jasa yang bersifat strategis. Dengan
perkembangan inflasi hingga Agustus 2011 yang tercatat 2,69% (ytd) dan
perkiraan pasokan bahan kebutuhan masyarakat yang akan tetap terjaga
serta tidak adanya kebijakan Pemerintah terkait harga barang dan jasa
yang bersifat strategis hingga akhir tahun, inflasi tahun 2011 diprakirakan
akan berada pada kisaran sasaran yang ditetapkan yaitu 5%±1%.
Grafik 2.13 Inflasi Menurut Kelompok Barangdan Jasa
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi
%, yoy
-7
-1
6
12
18
24
2007 2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
I H KIntiVolatile Food
Administered Prices
0,00
0,50
1,00
1,50
1,09
0,73
1,00
0,06
0,29
0,63
Agustus '11(mtm,%)
Rata-rataInflasi Ags2003-2010
Agustus '11(mtm,%)
Rata-rataInflasi Ags2003-2010
Agustus '11(mtm,%)
Rata-rataInflasi Ags2003-2010(excl. 2009)
Inti Vol.Food Adm.Prices
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
10
Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (volatile food)volatile food)volatile food)volatile food)volatile food) pada pada pada pada pada
Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Inflasi kelompok voletile food pada
Agustus 2011 tercatat sebesar 1,00% (mtm) atau 5,64% (yoy),
malambat dari bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 2,05% (mtm)
atau 5,07% (yoy). Melambatnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh
pasokan yang memadai, baik dari impor maupun dari domestik.
Beberapa komoditas seperti bawang merah, bawang putih dan telur
ayam bahkan mengalami deflasi terkait dengan besarnya pasokan
komoditas-komoditas tersebut di pasar domestik. Sebagian besar daerah
sentra produksi pangan, terutama di Jawa, mengalami masa panen
gadu. Seiring dengan masa panen gadu disertai kebijakan impor beras,
pasokan beras tersedia cukup memadai bagi kebutuhan masyarakat dan
membawa inflasi beras yang relatif moderat. Pasokan komoditas pangan
lain antara lain minyak goreng, daging, dan terlur ayam serta bumbu-
bumbuan juga terjaga.
Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices)))))
pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. Inflasi kelompok administered prices
pada Agustus 2011 tercatat sebesar 0,29% (mtm) atau 2,69% (yoy),
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi
sebesar 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada kelompok ini bersumber dari
peningkatan tarif angkutan kereta api dan harga komoditas rokok.
Namun, secara umum tidak terdapat perubahan signifikan dari inflasi
administered prices, mengingat tidak ada rencana kebijakan Pemerintah
terkait harga barang dan jasa yang bersifat strategis hingga akhir tahun
2011.
Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.
Laju inflasi inti pada Agustus 2011 mencapai 1,09% (mtm), atau 5,15%
(yoy), meningkat relatif tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi
sebsar 0,42% (mtm) atau 4,55% (yoy. Kenaikan inflasi inti pada Agustus
2011 diperkirakan bersifat temporer, karena disebabkan oleh faktor
musiman dan kejutan eksternal (external shock). Dari sisi domestik,
kenaikan inflasi inti terutama berasal dari faktor musiman (nonpangan)
antara lain angkutan udara dan biaya pendidikan. Peningkatan tarif
angkutan udara terkait dengan pola musiman perayaan hari besar
keagamaan, sementara inflasi pendidikan terkait dengan musim tahun
ajaran baru. Dari sisi eksternal, kenaikan harga komoditas global,
terutama emas (nonpangan), ditransmisikan pada kenaikan harga emas
perhiasan di pasar domestik. Selain karena pengaruh harga global,
permintaan yang cukup tinggi menjelang hari raya Idul Fitri, mendorong
Grafik 2.14 Inflasi Inti Pangan dan Nonpangan
Grafik 2.15 Ekspektasi Inflasi √ ConsensusForecast
Grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Pedagangan (SPE)
Grafik 2.17 Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK)
%, yoy
2
3
4
5
6
7
8
9
2010 2011
IntiInti - PanganInti - Non-PanganInti - Non-Pangan kec. emas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber : Consensus Forecast
%, yoy
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8
CF 2011
CF 2012
5,96,05,95,7
Sumber : BI- SPE
200190180170160150
140130
120110100
20
15
10
5
0
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
IHK (%,yoy), skala kanan
Survei Pedagang Eceran (3 bulan)
Survei Pedagang Eceran (6 bulan)
Sumber : BI - Survei Konsumen
140
160
180
200
220
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
0
5
10
15
20IHK (%,yoy), skala kanan
Suveri Konsumen (3 bulan)
Survei Konsumen (6 bulan)
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
11
kenaikan harga emas di sejumlah daerah. Dengan bobot emas yang cukup
besar dalam inflasi inti, kenaikan harga emas yang cukup besar
mendorong peningkatan inflasi inti. Selain itu, ekspektasi inflasi pada
Agustus 2011 membaik. Ekspektasi inflasi berdasarkan hasil survei
Consensus Forecast turun dari 5,9%(yoy) menjadi 5,7% (yoy) (Grafik 2.15),
walaupun ekspektasi di sektor riil, yaitu dari sisi pedagang dan konsumen,
masih menunjukkan tren yang meningkat, akibat faktor musiman
perayaan hari keagamaan (Grafik 2.16 dan 2.17).
Nilai Tukar RupiahProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopang
penguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomian
global. global. global. global. global. Selama Agustus 2011, rupiah mengalami penguatan secara rata-
rata sebesar 0,05% ke level Rp8.525 per dolar AS dan ditutup pada level
Rp8.533 per dolar AS. Apresiasi rupiah tersebut disertai oleh penurunan
rata-rata volatilitas dari 0,29% di bulan sebelumnya menjadi 0,25% pada
Agustus 2011 (Grafik 2.18 dan 2.19). Tren penguatan nilai tukar rupiah
tersebut sejalan dengan pergerakan mata uang di negara-negara kawasan.
Dari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian global
membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah. Perkiraan moderasi
pertumbuhan perekonomian global terkait dengan dampak penurunan
peringkat utang Amerika Serikat serta krisis utang di kawasan Eropa yang
menyebabkan adanya peralihan alokasi investasi ke aset-aset yang lebih
aman.
Dari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetap
kuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopang
tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. Prospek neraca pembayaran Indonesia
yang cukup solid menjadi kekuatan nilai tukar rupiah terhadap berbagai
tekanan eksternal. Walaupun persepsi risiko (indikator CDS) sempat
meningkat akibat prospek perekonomian global yang negatif, daya tarik
investasi dalam rupiah tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor
risiko di sebagian besar negara-negara kawasan juga mengalami
peningkatan seiring dengan melambatnya perekonomian global.
Indikator imbal hasil investasi pada aset rupiah, yang tercermin dari selisih
suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity)
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan
regional Asia.
Grafik 2.18 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.19 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.20 UIP (Uncovered Interest Parity)
IDR/USD
8400
8500
8600
8700
8800
8900
9000
9100
9200
9300
2Ags
4Ags
8Ags
10Ags
12Ags
16Ags
19Ags
23Ags
25Ags
29Ags2010
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2011Jan Mar Mei Jul
9335
9175
8949
9048
8708
85648533
% IDR/USD
-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0
Volatilitas HarianRata-rata Volatilitas
Nilai Tukar Harian
84008500860087008800890090009100920093009400
2010 2011Jan FebMarAprMei Jun Jul Ags SepOkt NovDes Jan FebMarApr Mei Jun Jul Ags
%
-3,0
-1,0
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
11,0
Malaysia
Korea
Filipina
Indonesia
2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
12
Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86Base Lending Rate 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08Kredit Modal Kerja (KMK) 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55Kredit Investasi (KI) 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11Kredit Konsumsi (KK) 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32
Suku Bunga (%)2 0 1 0 2 0 1 1
Daya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapa
negara kawasannegara kawasannegara kawasannegara kawasannegara kawasan. Dampak penguatan nilai tukar rupiah terhadap kinerja
ekspor ditengarai masih terbatas. Pertumbuhan ekspor masih cukup tinggi
yakni sekitar 34,2% (yoy) sampai dengan Juli 2011.
Perkembangan Suku Bunga DomestikSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkait
likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada
Agustus 2011 menurun sebesar 9 bps dibandingkan dengan akhir bulan
Juli yang tercatat sebesar 5,91% menjadi 5,82%. Sementara itu, rata-rata
suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang bergerak sejalan dengan
suku bunga PUAB O/N. Rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor di atas
3 bulan berada pada kisaran kisaran 5,86% - 6,30%, lebih rendah
dibandingkan dengan bulan sebelumnya (6,07% - 7,95%). Di sisi risiko,
persepsi risiko likuiditas di PUAB selama Agustus 2011 tetap terjaga
sejalan dengan kondisi pasar uang yang likuid. Hal tersebut tercermin
pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang
menurun menjadin14bps dibandingkan dengan Juli (24bps).
Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masih
bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. Sampai
dengan Juli 2011, bunga kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI)
dan kredit konsumsi (KK) masing-masing turun masing-masing sebesar 5,
2 dan 5 bps dibandingkan dengan Juni 2011 menjadi 12,55%, 12,11%
dan 14,32%. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan relatif stabil
pada level 6,86%, meningkat 4 bps dari kondisi Juni 2011. Pergerakan
suku bunga giro rupiah pada Juli 2011 relatif stabil dibandingkan dengan
Juni 2011 yaitu pada level 2,51%, sementara suku bunga tabungan
rupiah pada Juli 2011 turun menjadi 2,68% dari sebelumnya 2,79% pada
Grafik 2.21 CIP (Covered Interest Parity)
Grafik 2.22 Indikator Risiko (CDS danYield Spread)
%
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
2008 2009 2010 20112007Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs
Indonesia
Filipina
Malaysia
Korea
Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga
%
3,02,82,62,4
2,22,0
1,81,61,41,21,0
bps
400
250
100
Sumber : Bloomberg2010 2011
Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)
MeiJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Jun Jul Ags
Risiko Memburuk Risiko Memburuk
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
13
Juni 2011. Dengan perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit
terhadap deposito menjadi 6,13%, sedangkan selisih antara suku bunga
kredit dengan rata-rata tertimbang suku bunga giro dan tabungan menjadi
10,37%.
Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.
Berdasarkan data laporan harian bank umum (LHBU), suku bunga KI dan
KK masing-masing naik 17 dan 16 bps, sementara suku bunga KMK
meningkat relatif minimal dibandingkan dengan suku bunga kredit lain
yaitu sebesar 9 bps.
Dana, Kredit, dan Uang BeredarDana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif. Berdasarkan
data Laporan Bank Umum (LBU) DPK bank pada Juli 2011 mencapai Rp
2.464 triliun atau tumbuh 18,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,3% (yoy).
Pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh meningkatnya peran
pertumbuhan deposito dan giro pada pertumbuhan total DPK. Dari data
LHBU, perkembangan DPK pada Agustus 2011 diindikasi meningkat
20,2% (yoy), ditopang oleh giro, tabungan dan deposito yang meningkat
masing-masing sebesar 14,4%, 26,5% dan 19,0% (yoy).
Penyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalan
dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik. Pada Juli 2011,
pertumbuhan total kredit (termasuk channeling) tercatat sebesar 23,0%
(yoy) menjadi Rp 2.002,3 triliun. Tren peningkatan penyaluran kredit
diperkirakan masih berlanjut sebagaimana diindikasikan oleh
perkembangan kredit LHBU sampai dengan Agustus yang mencatat
pertumbuhan sebesar 24,6% (yoy
Ekspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMK
dan KI.dan KI.dan KI.dan KI.dan KI. Pada Juli 2011 pertumbuhan KMK dan KI meningkat menjadi
25,3% dan 21,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 23,8% dan 20,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KK
melambat menjadi 21,9% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan bulan
sebelumnya sebesar 23,2% (yoy). Dengan perkembangan tersebut pangsa
KMK dan KI terus meningkat, sementara KK cenderung turun. Meskipun
demikian pangsa KK terhadap total kredit masih cukup besar yaitu 30,4%.
Secara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktif
menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan. Pada Juli 2011 sumbangan kredit ke sektor-
Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan
Grafik 2.24 Pertumbuhan Kredit Sektoral
% yoy
Data per Juli 2011-10
0
10
20
30
40
50
25,3
21,921,9
2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
K M KK IK K
17,914,0
42,1
28,4
11,8
Industri Pengolahan
Perdagangan
Jasa Dunia Usaha
Lainnya
Pertanian
%, yoy
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
2010Jan Feb MarApr Mei Jun Jul AgsSep Okt Nov Des
2011Jan Feb MarApr Mei Jun Jul
Pangsa (%)Industri
PengolahanPertanian Perdagangan Jasa DuniaUsaha Lainnya Total
4,8 15,5 17,9 10,3 35,2 83,7
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
14
sektor seperti jasa dunia usaha, sektor LAG (listrik, air dan gas) dan sektor
industri pengolahan meningkat. Kredit sektor jasa dunia usaha, sektor
LAG dan sektor industri pengolahan masing-masing tumbuh 42,1%,
92,4% dan 17,94 % (yoy), meningkat dibandingkan dengan
pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 34,5%, 59,1% dan 13,3% (yoy).
Namun penyaluran kredit di sektor perdagangan dan pertanian tumbuh
melambat masing masing sebesar 14,0% dan 11,8%, lebih rendah dari
bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar
23,6% dan 18,5% (yoy).
Likuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiring
dengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan dana
pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. Uang
primer menunjukkan peningkatan, sejalan dengan meningkatnya
aktivitas ekonomi, terutama konsumsi menjelang hari raya Idul Fitri.
Pertumbuhan uang primer pada Juli 2011 sebesar 46,6% (yoy),
meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya
sebesar 35,7% (yoy).ƒSama halnya dengan uang primer,
perkembangan M1 dan M2 juga masih berada dalam tren meningkat.
Petumbuhan M1 pada Juli 2011 tercatat 18,5% (yoy) menjadi Rp 639,7
triliun. Pertumbuhan M1 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan pada Juni 2011 yang mencapai 16,6% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan M1 terutama didorong oleh kontribusi uang kartal yang
meningkat, sejalan dengan persiapan menyambut hari raya Idul Fitri. Di
sisi lain, kontribusi giro relatif stabil terhadap pertumbuhan M1.
Sementara itu, pertumbuhan M2 juga meningkat sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan M1 dan deposito.
Pasar SahamKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solid
mampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadap
pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. Pada Agustus 2011 IHSG mengalami pelemahan,
sejalan dengan peningkatan faktor risiko eksternal antara lain (i) potensi
gejolak harga minyak (oil shock), (ii) dampak rambatan krisis keuangan AS
dan Eropa, (iii) potensi demand shock AS dan Eropa, (iv) kekhawatiran
terjadi koreksi (bubble burst) di bursa saham serta, (v) pemburukan
sentimen pasar. Meski demikian, kondisi fundamental makroekonomi dan
mikro emiten yang cukup solid mampu menahan gejolak yang berlebih,
sehingga koreksi yang terjadi relatif minimal jika dibandingkan dengan
Grafik 2.26 Pertumbuhan LikuiditasPerekonomian
Grafik 2.27 IHSG dan BI Rate
Grafik 2.25 Pertumbuhan Kartal dan BaseMoney
% yoy
data perAgs. 2011
-20
-10
0
10
20
30
40
50
2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
M0 (GWM 5%)
M0
CurrencyGWM SR
GWM 8%GWM LDR
%, yoy
Per Juni 2011Rata-rata periode sebelum krisisMei 2006 - Sept. 2008M1: 21,5%; M2: 15,7%
%, yoy
0
5
10
15
20
25
30
2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
4
6
8
10
12
14M2M1BI Rate (RHS)
15,7
18,5
15,68
21,53
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
IHSG
BI RATE
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul
4
5
6
7
8
9
10
11
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
15
koreksi bursa global. Dari sisi makroekonomi, indikator yang kondusif
untuk mendorong kinerja bursa antara lain kebijakan Bank Indonesia
mempertahankan BI Rate pada level 6,75%, inflasi yang terkendali,
prospek pertumbuhan ekonomi yang positif serta nilai tukar yang relatif
stabil. Sementara itu, dari sisi mikro, kondisi fundamental emiten yang
cukup kokoh tercermin dari kondisi neraca yang cukup sehat serta
pertumbuhan laba yang positif dalam laporan keuangan emiten. Dengan
perkembangan tersebut IHSG ditutup pada level sebesar 3.847 atau
melemah 6,9% dibandingkan dengan Juli 2011. Di sisi global, koreksi
indeks bursa global berkisar antara 2,2% sampai dengan 14,7%.
Rambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestik
lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar. Transmisi potensi demandshock di AS dan Eropa (PIIGS) melalui jalur perdagangan relatif minimal. Di
samping itu, kepemilikan institusi keuangan domestik terhadap bondmaupun equity di AS dan Eropa juga relatif terbatas. Demikian pula halnya
dengan kepemilikan asing, berkebangsaan Eropa (PIIGS), terhadap aset
domestik lebih rendah jika dibandingkan dengan negara kawasan. Dengan
demikian, koreksi yang terjadi pada bursa saham domestik lebih
dipengaruhi oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat kredit AS1,
kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis Eropa, penurunan
proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia2, rilis beberapa data ekonomi AS
yang lebih buruk dari ekspektasi, dan adanya potensi krisis likuiditas bank-
bank di Eropa.
Dari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeks
sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. Sektor
pertambangan mengalami penurunan tertinggi yaitu mencapai 14,2%,
diikuti oleh sektor perdagangan yang menurun sebesar 10,3%, sebagian
sektor lainnya menurun dengan kisaran 1,4%-8,8%. Di tengah tekanan
yang dialami bursa saham, sektor konsumsi masih mampu membukukan
penguatan sebesar 2,5%. Selain karena sektor tersebut banyak diminati
oleh investor asing, karena Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup
besar, kenaikan sektor konsumsi sejalan dengan polanya yang cenderung
meningkat pada hari raya keagamaan.
Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011
menyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa saham
Grafik 2.28 IHSG dan EBITDA Index
Grafik 2.29 Pertumbuhan Sektoral
Grafik 2.30 Pertumbuhan Indeks Dunia1 oleh S&P dari AAA menjadi AA+ dengan outlook negative seiring dengan meningkatnya risiko
utang AS dan risiko politik2 menjadi 3,9% di 2011 oleh Morgan Stanley
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
JCI
Indeks Ebitda (Skala kanan)
2007 2008 2009 2010 2011Mar Jun Sep Des Mar Jun SepDes Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
050100150200250300350400450500
Infrastruktur
Pertambangan
Keuangan
Industri Dasar
Industri Lain
Konsumsi
Perdagangan
Pertanian
Properti
Perubahan Bulanan
-20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
-8,8%
-14,2%
-6,6%
-3,6%
-6,8%
2,5%
-10,3%
-8,5%
-1,4%
Indonesia (IHSG)Vietnam
Thailand (SET)Filipina
Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI)
Shanghai (SHCOMP)Hong Kong (Hang Seng)
India (SENSEX)Inggris (FTSE)
Jepang (Nikkei)US (Dow Jones)
EM ASIADunia
PerubahanBulanan
-5%-20% -17% -14% -11% -8% -2% 1% 4% 7%
-7,0%-0,3%
-8,5%-4,4%
-6,7%-13,8%
-3,3%-12,7%-12,9%
-11,8%-10,5%
-7,1%-13,9%
-10,6%
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
16
domestik.domestik.domestik.domestik.domestik. Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 8,45 triliun,
setelah membukukan beli neto sebesar Rp 5,19 triliun pada bulan
sebelumnya. Tekanan jual terbesar terutama dialami oleh emiten di sektor
pertambangan dan properti.
Pasar Surat Berharga NegaraKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampu
mengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelah
sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. Peningkatan risiko eksternal, yang
antara lain didorong oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat
kredit AS, kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis eropa,
penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, serta penurunan
peringkat Jepang yang lebih rendah, menekan kinerja SBN pada
pertengahan Agustus 2011. Sejalan dengan meredanya faktor sentimen
serta cukup kondusifnya kondisi makro, imbal hasil SBN kembali turun dan
bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Juli 2011. Dengan
perkembangan tersebut, secara bulanan imbal hasil SBN untuk tenor
jangka pendek, menengah dan panjang masing masing turun sebesar
5,39 bps, 6,62 bps dan 7,86 bps, atau secara rata-rata imbal hasil turun
sebesar 6,53 bps menjadi 7,42%.
Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Investor
nonresiden pada Agustus 2011 mencatat jual neto sebesar Rp 1,5 triliun,
setelah pada bulan sebelumnya membukukan beli neto sebesar Rp 13,8
triliun. Dalam perkembangannya, investor asing kembali masuk ke pasar
SBN meski dalam jumlah yang relatif terbatas. Hal tersebut antara lain
didorong oleh faktor imbal hasil yang masih menarik. SBN masih
memberikan imbal hasil yang kompetitf baik secara nominal maupun riil
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan.
Grafik 2.31 Imbal Hasil SBN dan BI Rate
Grafik 2.32 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan
Grafik 2.33 Imbal HasilSBN dan Net Beli/Jual Asing
Grafik 2.34 Imbal Hasil Negara Kawasan
0
5
10
15
20
25
2007 2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
BI RATE (Skala Kanan)
Imbal Hasil SBN
0
2
4
6
8
10
12
14
1thn 2thn 3thn 4thn 5thn 6thn 7thn 8thn 9thn 10thn 15thn 20thn 30thn-0,60
-0,40
-0,20
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00Deviasi Agustus dan Juli26 Agustus 2011
31 Desember 2011
31 Juli 2011
Imbal Hasil SBNInflasi
3,5
12,7
5,93,6
6,8
%25
20
15
10
5
0Thailand Vietnam Filipina Malaysia Indonesia
%Rp, Triliun
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
20
2008 2009 2010 2011
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
Beli /Jual Asing NetoImbal Hasil SUN
AgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFeb
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
17
Pasar ReksadanaPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yang
positif. positif. positif. positif. positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB
tumbuh terbatas sekitar 0,4% dibandingkan dengan Juni 2011.
Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana
berbasis pasar uang dan pendapatan tetap. Sementara itu, produk
reksadana campuran dan indeks justru mengalami koreksi. Dalam hal ini,
portofolio asset untuk produk reksadana membukukan kinerja di atas
kinerja IHSG (Tabel 2.2). Gejolak yang terjadi di pasar saham tidak
berdampak signifikan terhadap kinerja reksadana. Gejolak di paar saham
tidak memicu pencairan dana (redemption) pada industri reksadana.
Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1111122222333334444455555
20102010201020102010 666667777788888999991010101010111111111112121212121111122222
20112011201120112011 3333344444555556666677777
SahamMTMPasarUang Campuran
PendapatanTetap Terproteksi Indeks
ETF-Saham
ETF-Pendapatan
TetapSyariah Total
Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Des 2010Des 2010Des 2010Des 2010Des 2010
-2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%
-1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%-4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%-1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%-1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5%1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7%0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4%
25,1% 11,2% 13,5% -0,9% 1,3% 21,0% -7,8% 9,1% -9,3% 10,1%
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
18
Kondisi PerbankanDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisis
utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,
dengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjaga. Berbagai
indikator utama perbankan seperti seperti rasio kecukupan modal (CapitalAdequacy Ratio √ CAR), rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan √
NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) menunjukkan
perkembangan yang tetap solid. CAR pada Juli 2011 sebesar 17,2%, jauh
berada di atas level minimal yang ditetapkan Bank Indonesia. Sementara
itu, kualitas kredit cukup terkendali, tercermin dari kondisi kredit
bermasalah (NPL gross) pada Juli 2011 yang relatif rendah yaitu 2,8%.
Indikator kinerja perbankan lain yaitu ROA relatif masih tinggi yaitu
mencapai 3,0% pada Juli 2011, dengan NIM tetap stabil pada level 0,5%
(Tabel 2.3).
Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 3.065,8 3.069,1 3.136,4 3.195,1 3.216,8DPK (T Rp) 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 2.351,4 2.340,2 2.397,2 2.438,0 2.464,1Kredit * (T Rp) 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 1.844,2 1.872,6 1.918,6 1.979,6 2.002,3LDR* (%) 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4 80,0 80,0 81,2 81,3NPLs Gross* (%) 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 3,0 3,1NPLs Net * (%) 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9 0,9 1,1 0,9 0,9CAR (%) 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6 17,8 17,4 17,0 17,2NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5ROA (%) 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1 3,0 3.0 3,1 3,0
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2 0 10IndikatorUtama
* dengan channeling
2 0 11
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
19
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETERRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September
2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam
rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya
ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawah
koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150
bps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan
perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya
ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan
Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian
global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak
penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan
mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja
perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan
pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1%
pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak
penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja
ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
Dewan Gubernur melihat kecenderungan menurunnya pertumbuhan
ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia, dan
menurunnya harga komoditas global. Sementara itu, tingginya ekses
likuiditas global dan persepsi risiko investor masih akan mendorong tetap
derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emergingeconomies, termasuk Indonesia, baik dalam bentuk PMA maupun investasi
portofolio. Secara keseluruhan kecenderungan ini berpotensi akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi Indonesia
pada 2012, sementara aliran masuk modal asing dan apresiasi Rupiah
diprakirakan akan berlanjut meskipun dengan volatilitas yang lebih tinggi.
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta
bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi
potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap
mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan
4,5%4,5%4,5%4,5%4,5%±1% pada 20121% pada 20121% pada 20121% pada 20121% pada 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak
penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.
Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011
20
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
Indikator Terkini
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
SUKU BUNGA & SAHAM
Suku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2)
Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)
Uang Kartal (C)Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)
M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum
Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)
Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)
Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor
INDIKATOR KUARTALAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
- - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,726,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,836,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 6,916,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 6,21 6,27 6,49
2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679
401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785545.405 539.732 555.495 549.941 555.549 571.337 605.411 604.169 585.890 580.601222.828 228.237 241.166 229.825 235.709 238.500 260.227 247.481 245.327 241.618322.577 311.495 314.328 320.117 319.840 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984
2.082.394 2.069.905 2.097.385 2.132.476 2.170.484 2.206.509 2.322.951 2.290.381 2.260.031 2.291.4241.536.988 1.530.173 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.8221.412.917 1.402.561 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.582.184
808.099 792.848 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 885.197604.818 609.712 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.987124.072 127.612 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639
1.958.322 1.942.292 1.966.248 2.000.426 2.035.616 2.072.227 2.192.818 2.166.252 2.135.911 2.162.785
1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.964.4901.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.727.537
0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,325,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65
9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.70910.538 10.815 11.841 10.106 11.924 12.439 13.482 11.824 11.677 13.472
9.045 10.067 9.939 7.478 9.315 10.051 10.723 9.468 9.276 11.44569,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61
2 0 1 0
2010 2011
2 0 1 1
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
7,18 7,36 7,366,80 6,85 6,826,96 6,91 6,956,48 6,50 6,45
3.820 3.837 3.889
520.673 525.857 541.624584.634 611.791 636.206252.013 254.066 261.504332.621 357.725 374.702
2.281.904 2.322.081 2.372.0691.697.270 1.710.291 1.735.8631.575.325 1.590.187 1.618.287
869.445 878.771 887.394705.880 711.416 730.893121.945 120.104 117.576
2.159.959 2.201.977 2.254.493
1.993.307 2.045.007 2.109.1381.762.032 1.809.801 1.864.834
-0,31 0,12 0,556,16 5,98 5,54
8.574 8.537 8.59712.532 14.616 14.84310.707 10.959 11.610
92,87 96,95 96,56
6,1 5,8 6,9 6,5 6,53,4 5,1 4,9 4,3 4,68,0 9,2 8,7 7,3 9,2
254,0 59,7 -28,7 91,3 151,114,6 9,6 16,1 12,3 17,418,4 12,2 16,9 15,6 16,0
7,286,856,886,37
4.131
555.008639.718275.467364.251
2.410.3341.770.6161.646.294
908.841737.454124.321
2.286.012
2.139.5641.887.492
0,674,67
8.508nana
99,32