TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Gambar Kulit : BPS Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya publikasi
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013. Saya menyambut
gembira atas terbitnya publikasi ini.
Publikasi “Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013”
merupakan salah satu bentuk penyajian data indikator ekonomi yang
menggambarkan perkembangan perekonomian Kabupaten Pulau Morotai.
Penyusunan publikasi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi
sebagai bahan perencanaan yang memadai.
Publikasi ini berisi beberapa indikator makro ekonomi Kabupaten
Pulau Morotai seperti pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, pendapatan
perkapita, produksi pertanian, serta transportasi dan komunikasi. Selain itu
sebagai bahan perbandingan disajikan pula data indikator ekonomi makro
Provinsi Maluku Utara seperti inflasi, indeks kemahalan konstruksi, serta
nilai tukar rupiah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya penyusunan publikasi ini. Semoga publikasi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Morotai, September 2014 Kepala BAPPEDA
Kabupaten Pulau Morotai
Ir. Welhelmus Sahuleka, M.Si
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 ii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
1.1 Pertumbuhan Ekonomi 2
1.2 Struktur Ekonomi 3
II. INDEKS HARGA KONSUMEN & INFLASI
2.1 Indeks Harga Konsumen 9
2.2 Laju Inflasi 10
2.3 Inflasi Ternate & Nasional 17
III. PRODUKSI PERTANIAN
3.1 Produksi Tanaman Pangan 19
3.2 Tanaman Perkebunan 20
3.3 Populasi Ternak & Unggas 21
3.4 Produksi Perikanan 21
IV. NILAI TUKAR PETANI
4.1 Nilai Tukar Petani Maluku Utara 24
4.2 NTP Maluku Utara Tahun Dasar 2012 32
V. PERHUBUNGAN & KOMUNIKASI
5.1 Perhubungan Darat 38
5.2 Perhubungan Laut 39
5.3 Komunikasi 40
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 iii
VI. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI
6.1 Latar Belakang 42
6.2 Konsep Pemikiran 43
LAMPIRAN 45
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Pulau
Morotai Tahun 2011-2013 (Persen)
3
Tabel 2.1 IHK dan Laju Inflasi Kota Ternate Tahun 2011-2013 11
Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Ternate
Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2012-2013
16
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Distribusi PDRB Menurut Sektor Tahun 2011
(Persen)
4
Gambar 1.2 Distribusi PDRB Menurut Sektor Tahun 2013
(Persen)
5
Gambar 1.3 PDRB Perkapita Kabupaten Pulau Morotai 2011-2013 6
Gambar 2.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Ternate Menurut
Kelompok Pengeluaran, Tahun 2013
10
Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate Menurut Bulan,
Tahun 2013
12
Gambar 2.3 Inflasi Kota Ternate Menurut Kelompok Pengeluaran,
Tahun 2013
14
Gambar 2.4 Andil Inflasi Kota Ternate Menurut Kelompok
Pengeluaran, Tahun 2013
15
Gambar 2.5 Laju Inflasi Kota IHK di Kawasan Timur Indonesia,
Tahun 2013
17
Gambar 3.1 Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan di
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013
20
Gambar 3.2 Produksi Kelapa Menurut Kecamatan di Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2013
21
Gambar 3.3 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2013
22
Gambar 4.1
Rata-rata NTP Per subsektor Provinsi Maluku
Utara Tahun 2012-2013
26
Gambar 4.2 Indeks yang diterima petani (It) Provinsi Maluku
Utara persubsektor Tahun 2013
26
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 vi
Gambar 4.3 Perkembangan Ib, IKRT, dan BPPBM Provinsi
Maluku Utara Tahun 2013
27
Gambar 4.4 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut
Kelompok Pengeluaran Provinsi Maluku Utara
Tahun 2013
28
Gambar 4.5 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang
Modal Menurut kelompok Pembentuknya
Provinsi Maluku Utara Tahun 2013
29
Gambar 4.6
Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Per
Subsektor Tahun 2013
30
Gambar 4.7 Rata-rata Nilai Tukar Petani Menurut Provinsi di
Kawasan Timur Indonesia, Tahun 2013
31
Gambar 4.8 Rata-rata Nilai Tukar Petani menurut Provinsi di
Kawasan Timur Indonesia dan Subsektor, Tahun
2013
32
Gambar 4.9 Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara
Menurut Subsektor, November-Desember 2013
34
Gambar 4.10 Perubahan IKRT/Inflasi Perdesaan Maluku Utara,
Desember 2013
35
Gambar 4.11 Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Provinsi
Maluku Utara Menurut Subsektor, November-
Desember 2013
36
Gambar 6.1 Indeks Kemahalan Konstruksi Provinsi Maluku
Utara dan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-
2013
44
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 2
I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN PULAU MOROTAI
Gambaran tentang kondisi perekonomian suatu wilayah sangat
diperlukan, antara lain melalui kajian terhadap data dan indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Karena keberhasilan
pembangunan ekonomi dapat tercermin dari meningkatnya
pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka kemiskinan dan
pengangguran. Berikut diuraikan kondisi perekonomian Kabupaten
Pulau Morotai serta perkembangannya dalam kurun 2011-2013.
1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat
menunjukkan perubahan kinerja ekonomi wilayah. Dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi diharapkan produktifitas dan
pendapatan masyarakat akan meningkat melalui penciptaan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha.
Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di Pulau Morotai
sebesar 6,31 persen mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan
tahun 2012 dengan laju pertumbuhan ekonomi 7,83 persen. Laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2012 di Kabupaten
Pulau Morotai hal ini terkait dengan diselenggarakannya Sail Indonesia
di Morotai. Sehingga membawa dampak yang positif untuk
pertumbuhan di semua sektor pada tahun 2012. Pada tahun 2013 laju
pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor perdagangan, hotel, &
restoran (9,31 persen) dan beberapa sektor lainnya yang juga memiliki
pertumbuhan cukup baik pada tahun ini seperti sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan (8,14 persen), sektor pertambangan dan
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 3
penggalian (7,35 persen), serta sektor listrik, gas dan air bersih (7,05
persen).
Selengkapnya pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Pulau
Morotai dalam kurun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut
ini:
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011 - 2013 (Persen)
Sektor Tahun
2011 2012*) 2013**)
(1) (2) (3) (4)
Pertanian 6,02 6,10 5,54
Pertambangan & Penggalian 8,91 9,03 7,35
Industri 4,34 5,13 4,80
Listrik, Gas, Air Bersih 10,45 13,13 7,05
Bangunan 17,02 22,47 6,55
Perdagangan, Hotel,
Restoran
8,20 13,02 9,31
Transportasi & Komunikasi 6,44 7,66 4,13
Keuangan, Persewaan, Jasa
Usaha
7,41 7,67 8,14
Jasa-jasa 3,86 4,18 4,63
PDRB 6,28 7,83 6,33
Sumber : BPS Kabupaten Pulau Morotai
Dalam kurun waktu 2011-2013 kondisi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pulau Morotai berada pada kisaran 6,28 persen hingga 7,83
persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 (7,83
persen), sedang yang terendah terjadi di tahun 2011 (6,28 persen).
1.2 Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu wilayah dapat terlihat dari besarnya
kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 4
Pengamatan terhadap struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu
tertentu akan memberikan gambaran kepada kita apakah perubahan
struktur ekonomi yang terjadi mengakibatkan pergeseran struktur
ekonomi dari primer ke sekunder ataukah dari sekunder ke tersier.
Pergeseran strukutur ekonomi mendorong peningkatan produktivitas
secara makro ekonomi, yang tentunya disertai dengan peningkatan
pendapatan wilayah tersebut. Dengan demikian pergeseran struktur
ekonomi sesuai dengan potensi wilayah dan struktur ekonomi ideal
yang dicita-citakan masyarakat.
Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai didominasi oleh 3 (tiga)
sektor ekonomi yang utama, yakni sektor pertanian,
perdagangan/hotel/restoran, serta industri. Kontribusi ketiga sektor ini
dalam perekonomian Kabupaten Pulau Morotai mencapai kisaran 84
persen.
Gambar 1.1 Distribusi PDRB Menurut Sektor Tahun 2011 (Persen)
Melalui Gambar 1.1 dan 1.2 terlihat sektor pertanian dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir tetap memberikan kontribusi terbesar
bagi PDRB Pulau Morotai meskipun terjadi penurunan dari 44,54
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 5
persen di tahun 2011 menjadi 43,49 persen di tahun 2013. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebagai kontributor terbesar kedua,
sumbangannya relatif meningkat yakni dari 21,29 persen di tahun 2011
menjadi 23,46 persen di tahun 2013. Sektor industri yang menempati
posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 18,32 persen di tahun 2011,
turun menjadi 17,28 persen di tahun 2013.
Gambar 1.2 Distribusi PDRB Menurut Sektor Tahun 2013 (Persen)
Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar di tahun
2013 adalah sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor Jasa-Jasa.
Kedua Sektor ini memberikan kontribusi masing-masing sebesar 6,28
persen dan 4,17 persen. Sektor kegiatan ekonomi yang memberikan
kontribusi paling rendah adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yakni
sebesar 0,55 persen.
1.3 PDRB Per Kapita
Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum bisa
ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita suatu
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 6
wilayah. Semakin tinggi tingkat perolehan pendapatan per kapita
menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya.
Sebaliknya penurunan pada tingkat pendapatan per kapita
menunjukkan tingkat kesejahteraan yang semakin menurun. Dengan
asumsi bahwa pendapatan faktor dan transfer yang mengalir ke luar
(transfer out) sama dengan yang masuk (transfer in), maka pendapatan
per kapita dapat ditunjukkan melalui tingkat PDRB per kapita.
Gambar 1.3 PDRB perkapita Kabupaten Pulau Morotai 2011-2013
(Rupiah)
PDRB per kapita penduduk Kabupaten Pulau Morotai
berdasarkan harga berlaku dalam kurun 2011-2013 naik dari Rp 4,24
juta menjadi Rp 4,74 juta ditahun 2012 dan menjadi Rp 5,22 juta di
tahun 2013. Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, kenaikan itu bukan
nilai riil. Kenaikan yang terjadi lebih disebabkan oleh pengaruh
kenaikan tingkat harga barang dan jasa atau inflasi. Kenyataan
tersebut tercermin dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan,
di mana dalam kurun waktu yang sama perolehannya hanya naik dari
Rp 2,04 juta di tahun 2011 menjadi Rp 2,21 juta di tahun 2013.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 7
Perlu diketahui bahwa indikator PDRB per kapita tidak
sepenuhnya menggambarkan tingkat pendapatan per kapita penduduk.
Indikator ini lebih tepat digunakan untuk menilai apakah upaya
pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan
capaian nilai tambah bagi masyarakat melalui hasil kreatifitas usaha
dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Namun dengan
segala keterbatasannya, indikator PDRB per kapita dapat menunjukkan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 9
II. INDEKS HARGA KONSUMEN & INFLASI
2.1 Indeka Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 66 kota merupakan
hasil penghitungan dari gabungan indeks masing-masing kota yang
ditimbang dengan banyaknya rumah tangga di kota yang bersangkutan.
Mulai bulan Januari 2007, IHK mencakup sekitar 284 – 441 komoditas
yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup
(SBH) 2007. Sedangkan untuk kota Ternate sebanyak 350 komoditas
yang dipantau harganya secara berkala. Pengeluaran masyarakat
dikelompokkan ke dalam tujuh jenis kelompok pengeluaran
barang/jasa yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi,
minuman rokok dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar; kelompok sandang; kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga; serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
IHK Kota Ternate pada Desember 2013 adalah sebesar 150,25
yang artinya bahwa secara umum rata-rata harga komoditas di Kota
Ternate pada tahun 2013 telah mengalami kenaikan sebesar 50,25
persen sejak tahun 2007 (tahun dasar). Berdasarkan kelompok
pengeluaran, IHK tertinggi berada pada kelompok bahan makanan
yaitu sebesar 178,57. Disusul kemudian kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 149,68; dan kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga sebesar 149,33. Sedangkan IHK terendah berada
pada kelompok kesehatan yaitu sebesar 119,79.
Adapun IHK masing-masing kelompok pengeluaran adalah,
kelompok bahan makanan 178,57; kelompok makanan jadi, minuman,
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 10
rokok dan tembakau 145,62; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar 149,68; kelompok sandang 146,14; kelompok kesehatan
119,79; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 149,33; serta
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 125,27.
Gambar 2.1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Ternate Menurut
Kelompok Pengeluaran, Tahun 2013
2.2 Laju Inflasi
Salah satu indikator ekonomi yang menunjukkan baik buruknya
perekonomian suatu negara/daerah adalah besaran inflasi yang terjadi.
Apabila inflasi tinggi akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, meskipun perekonomian secara menyeluruh semakin baik
tidak berarti bahwa inflasi tidak terjadi. Demikian juga dengan
terjadinya deflasi tidak selalu menunjukkan hal yang positif. Dapat
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 11
dikatakan bahwa yang menjadi indikator perekonomian semakin baik
adalah stabilnya angka inflasi.
Inflasi yang kemudian diidentikkan atau dianalogkan dengan
naiknya harga-harga dipasaran dapat membuat masyarakat maupun
pemerintah resah. Selama tiga tahun terakhir (2011-2013), laju inflasi
Kota Ternate mengalami pergerakan yang cukup bervariasi. Pada
tahun 2011 Kota Ternate mengalami laju inflasi sebesar 4.52 persen,
kemudian pada tahun 2012 menurun menjadi 3,29 persen dan pada
tahun 2013 meningkat menjadi 9,78 persen. Laju inflasi tahun 2013
tersebut mengalami peningkatan yang sangat tinggi jika dibandingkan
dengan laju inflasi tahun 2012. Faktor utama meningkatnya laju inflasi
Kota Ternate dari tahun 2012 ke tahun 2013 tersebut adalah kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Juli 2013 sekaligus
bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1434 H.
Tabel 2.1. IHK dan Laju Inflasi Kota Ternate Tahun 2011-2013
(Persen)
Uraian Tahun
2011 2012 2013
Indeks Harga Konsumen 132,51 136,87 150,25
Laju Inflasi 4,52 3,29 9,78
Jika dilihat perkembangan inflasi secara bulanan di tahun
2013, Kota Ternate mengalami inflasi sebanyak delapan kali dan
mengalami deflasi sebanyak empat kali. Inflasi tertinggi terjadi pada
bulan Juli sebesar 6,04 persen dan bulan Agustus sebesar 3,66 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 2,39
persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 12
Gambar 2.2. Perkembangan Inflasi Kota Ternate Menurut Bulan,
Tahun 2013
Inflasi tertinggi yang terjadi pada bulan Juli 2013 tersebut
disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang
bertepatan dengan bulan Ramadhan 1434 H. Fenomena tersebut
memicu kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok yang cukup
tinggi sehingga menjadikan Kota Ternate sebagai kota dengan inflasi
tertinggi se-Indonesia.
Pada bulan Juli 2013, kelompok bahan makanan mengalami
perubahan nilai indeks tertinggi yaitu mencapai 14,49 persen, lalu
diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
6,92 persen. Sedangkan menurut andil/sumbangan inflasi, kelompok
bahan makanan memberikan andil inflasi terbesar yaitu sebesar 4,02
persen, lalu diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan sebesar 1,02 persen; serta kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar sebesar 0,55 persen
Sedangkan inflasi tertinggi kedua sebesar 3,66 persen terjadi
pada bulan Agustus 2013 merupakan residual effect dari kenaikan
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 13
harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan sebelumnya dan dipicu
oleh kenaikan biaya pendidikan memasuki tahun ajaran baru. Selain itu
pada bulan ini, Kota Ternate merupakan kota dengan inflasi tertinggi
ke-tiga di Indonesia setelah Kota Sorong (6,47 persen) dan Kota
Ambon (4,79 persen).
Pada bulan Agustus 2013, kelompok bahan makanan
mengalami perubahan nilai indeks tertinggi yaitu mencapai 5,21
persen, lalu diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
sebesar 4,72 persen. Sedangkan menurut andil/sumbangan inflasi,
kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi terbesar yaitu
sebesar 1,56 persen, lalu diikuti oleh kelompok perumahan, air listrik,
gas dan bahan bakar 1,16 persen; serta kelompok tranpor, komunikasi
dan jasa keuangan sebesar 0,43 persen.
Deflasi tertinggi sebesar 2,39 persen pada bulan September
2013 disebabkan oleh menurunnya harga barang-barang kebutuhan
pokok pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Hari
Raya Idul Fitri 1434 H. Pada bulan ini, Kota Ternate merupakan kota
dengan deflasi tertinggi ke-empat di Indonesia setelah Kota Sorong
(4,28 persen), Kota Gorontalo (3,43 persen) dan Kota Manokwari
(2,97 persen).
Pada bulan September 2013, kelompok bahan makanan
mengalami deflasi tertinggi yaitu mencapai 9,73 persen, lalu diikuti
oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,04 persen.
Sedangkan menurut andil/sumbangan inflasi, kelompok bahan
makanan memberikan andil deflasi terbesar yaitu sebesar 2,96 persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 14
Gambar 2.3. Inflasi Kota Ternate Menurut Kelompok Pengeluaran,
Tahun 2013
Berdasarkan kelompok pengeluaran, pada tahun 2013
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami laju
inflasi tertinggi yaitu sebesar 13,98 persen. Selanjutnya, disusul
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 12,47
persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 9,56
persen; kelompok bahan makanan sebesar 9,32 persen; kelompok
sandang sebesar 6,31 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 4,96 persen; serta yang terendah kelompok
kesehatan sebesar 2,59 persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 15
Gambar 2.4. Andil Inflasi Kota Ternate Menurut Kelompok
Pengeluaran, Tahun 2013
Berdasarkan besarnya sumbangan/andil terhadap inflasi tahun
2013, kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar
memberikan sumbangan/andil tertinggi yaitu sebesar 3,35 persen.
Selanjutnya, disusul kelompok bahan makanan sebesar 2,71 persen;
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,00 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,72
persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,51
persen; kelompok sandang sebesar 0,39 persen; serta yang terendah
kelompok kesehatan sebesar 0,10 persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 16
Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Ternate
Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2012-2013
Sementara itu dibandingkan dengan tahun 2012, dari tujuh
kelompok pengeluaran, empat kelompok mengalami kenaikan laju
inflasi sedangkan tiga kelompok lainnya mengalami penurunan laju
inflasi. Perubahan laju inflasi masing-masing kelompok yaitu
kelompok bahan makanan (dari 1,11 persen menjadi 9,32 persen);
kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau (dari 5,47 menjadi 4,96
persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (dari
3,15 persen manjadi 12,47 persen); kelompok sandang (dari 6,38
persen menjadi 6,31 persen); kelompok kesehatan (dari 4,55 persen
menjadi 2,59 persen); kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
(dari 4,35 persen menjadi 9,56 persen); serta kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan (dari 3,89 persen menjadi 13,98
persen).
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 17
2.3. Laju Inflasi Kota Ternate dan Laju Inflasi Nasional
Pada tahun 2013 laju inflasi Kota Ternate sebesar 9,78 persen
berada pada peringkat ke-12 tertinggi dari 66 kota IHK dan berada di
atas laju inflasi nasional yang sebesar 8,38 persen. Laju inflasi tertinggi
terjadi di Kota Pematang Siantar 12,02 persen, kemudian disusul oleh
Kota Depok 10,97 persen dan Kota Padang 10,87 persen. Selanjutnya,
laju inflasi terendah terjadi di Kota Manokwari yaitu sebesar 4,63
persen.
Dari empat belas kota IHK di Kawasan Timur Indonesia, Kota
Ternate mengalami laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 9,78 persen dan
laju inflasi terendah terjadi di Kota Manokwari yaitu sebesar 4,63
persen. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, dua kota yang
berada di atas inflasi nasional yaitu Kota Ternate 9,78 persen dan Kota
Ambon 8,81 persen. Sedangkan dua belas kota lainnya berada dibawah
inflasi nasional.
Gambar 2.5. Laju Inflasi Kota IHK di Kawasan Timur Indonesia,
Tahun 2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 19
III. PRODUKSI PERTANIAN
3.1. Produksi Tanaman Pangan
Subsektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu
subsektor pada sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman
padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah, kacang hijau dan kedelai.
Produksi padi sawah selama tahun 2013 tercatat sebesar 1728
ton, mengalami peningkatan bila dibanding tahun sebelumnya yang
berproduksi sebesar 1665 ton. Bila dirinci menurut kecamatan terlihat
produksi padi sawah terbesar di Kabupaten Pulau Morotai berada di
Kecamatan Morotai Selatan. Pada tahun 2013 produksi padi yang
dihasilkan Kecamatan Morotai Selatan mencapai 31,25 persen dari
total produksi padi sawah Kabupaten Pulau Morotai. Selain padi
sawah, di Kabupaten Pulau Morotai terdapat juga tanaman padi
ladang. Produksi tanaman ini pada tahun 2013 mencapai 1130 ton,
mengalami peningkatan sebesar 41,60 persen bila dibanding tahun
2012. Untuk tanaman jagung, selama tahun 2013 produksi tanaman ini
mencapai 231 ton, mengalami penurunan sebesar 30 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi jagung di Kabupaten Pulau
Morotai disumbang oleh seluruh kecamatan, dengan produksi terbesar
berada di Kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Timur. Produksi
ubi kayu pada tahun 2013 mencapai 320 ton, mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Sama halnya seperti tanaman
jagung, tanaman ubi kayu juga di hasilkan di seluruh kecamatan di
Pulau Morotai.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 20
3.2. Tanaman Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan terluas di Kabupaten Pulau Morotai
adalah kelapa. Luas lahan yang ditanami jenis tanaman ini mencapai
12.374 hektare, dengan jumlah pemilik tanaman kelapa sebanyak
7.918 kepala keluarga. Produksi tanaman kelapa pada tahun 2013
mencapai 11.166 ton. Tanaman ini terdapat di seluruh wilayah
Kabupaten Pulau Morotai, dimana produksi kelapa terbesar berada di
Kecamatan Morotai Selatan. Jenis tanaman perkebunan lainnya yang
terdapat di Kabupaten Pulau Morotai adalah cengkeh, pala dan kakao.
Untuk tanaman cengkeh, produksi tanaman ini pada tahun 2013
mencapai 207 ton, mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012
yang berproduksi sebesar 140 ton. Bila dirinci menurut kecamatan,
produksi terbesar berada di kecamatan Morotai Selatan Barat,
kemudian diikuti Kecamatan Morotai Selatan. Sedangkan tanaman
pala dan kakao produksinya pada tahun 2013 masing-masing sebesar
101 ton dan 217 ton.
Gambar 3.1. Produksi padi sawah menurut kecamatan di
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 21
3.3. Populasi Ternak dan Unggas
Secara umum, perkembangan populasi unggas di Kabupaten
Pulau Morotai pada tahun 2013 menunjukkan kecenderungan
meningkat dibandingkan dengan tahun 2012. Jenis unggas yang
mengalami peningkatan populasi adalah ayam ras petelur, ayam buras,
serta itik.
Disamping itu, peningkatan juga terjadi pada jumlah
pemotongan hewan ternak dan unggas. Selama tahun 2013 terjadi
peningkatan pemotongan pada jenis ternak sapi, kambing, babi, serta
unggas. Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemotongan, jumlah
produksi daging ternak dan unggas juga mengalami peningkatan.
3.4. Produksi Perikanan
Ikan sebagai salah satu bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani merupakan komoditas yang secara umum
tersedia di Kabupaten Pulau Morotai. Dari segi produksi, hasil
Gambar 3.2. Produksi kelapa menurut kecamatan di
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 22
perikanan Kabupaten Pulau Morotai didominasi oleh perikanan laut.
Secara umum produksi perikanan pada tahun 2013 menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012. Produksi perikanan
Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2012 sebesar 13.381 ton, naik
menjadi 16.198 ton pada tahun 2013 atau naik sebesar 21,05 persen.
Bila dilihat menurut kecamatan, produksi perikanan terbesar
berasal dari Kecamatan Morotai Selatan yaitu sebesar 6.032 ton atau
37,24 persen dari total produksi perikanan di Kabupaten Pulau
Morotai. Kecamatan Morotai Jaya merupakan kecamatan yang paling
kecil dalam hal produksi perikanan yaitu sebesar 1.515 ton.
Gambar 3.3. Produksi perikanan menurut kecamatan di
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 24
IV. NILAI TUKAR PETANI
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang
diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib).
Secara Konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar produk
pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang
dikonsumsi oleh rumahtangga petani dan keperluan mereka dalam
menghasilkan produk pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It)
digunakan untuk melihat fluktuasi harga komoditi pertanian yang
dihasilkan petani, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib)
digunakan untuk melihat fluktuasi harga komoditi/jasa yang
dikonsumsi oleh petani serta fluktuasi harga barang yang diperlukan
untuk memproduksi hasil pertanian.
Secara umum penghitungan NTP akan menghasilkan 3 (tiga)
kemungkinan berikut :
1. NTP > 100 : Kesejahteraan petani periode tertentu lebih baik
dibandingkan dengan keadaan pada tahun dasar
2. NTP = 100 : Kesejahteraan petani periode tertentu sama jika
dibandingkan dengan keadaan pada tahun dasar
3. NTP < 100 : Kesejahteraan petani periode tertentu lebih
buruk dibandingkan dengan keadaan pada tahun dasar
4.1 Nilai Tukar Petani Maluku Utara
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP), sering dikaitkan dengan
kondisi ekonomi petani. Angka indeks ini menjadi salah satu indikator
proksi untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar
Petani (NTP) yang diperoleh dari hasil perbandingan antara indeks
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 25
harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani,
merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau
daya beli petani di pedesaan.
NTP juga menggambarkan nilai tukar (term of trade) dari
produk pertanian terhadap barang/jasa yang dikonsumsi rumah tangga
petani dan biaya produksi serta pembentukan barang modal. Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin tinggi kemampuan atau daya beli
petani di pedesaan.
Selama 2013, NTP Provinsi Maluku Utara mengalami
penurunan sebesar 0,21 persen dibanding NTP tahun sebelumnya. Hal
ini dipengaruhi oleh Ib yang mengalami kenaikan sebesar 5,12 persen,
sedangkan It hanya naik 4,88 persen. Penurunan NTP terutama
disebabkan oleh turunnya NTP Subsektor Tanaman Holtikultura,
Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan dimana masing-masing
turun sebesar 0,06 persen, 0,88 persen, dan 0,57 persen. Sementara itu
Subsektor Tanaman Pangan dan Peternakan mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 0,91 persen dan 0,62 persen.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan
cukup besar dibanding dua subsektor lainnya. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya Ib sebesar 5,28 persen sementara peningkatan It
hanya mencapai 4,29 persen. Sebaliknya peningkatan NTP Subsektor
Tanaman Pangan sebesar 0,91 persen disebabkan karena peningkatan
It sebesar 6,19 persen lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib yang
hanya sebesar 5,27 persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 26
Gambar 4.1. Rata- Rata NTP Per Subsektor Provinsi Maluku Utara
Tahun 2012-2013 (2007=100)
Selama 2013, It Maluku Utara mengalami peningkatan sebesar
4,88 persen. Kenaikan indeks ini disebabkan It menunjukkan tren
peningkatan di setiap bulannya, kecuali April 2013.
Gambar 4.2. Indeks yang Diterima Petani (It) Provinsi Maluku Utara
Per Subsektor, Tahun2013 (2007=100)
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 27
Kenaikan It Maluku Utara tertinggi terjadi pada Juli 2013
sebesar 1,45 persen yang disebabkan naiknya It di seluruh subsektor,
yaitu Subsektor Tanaman Pangan 1,70 persen, Subsektor Tanaman
Holtikultura 1,29 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 0,62
persen, Subsektor Peternakan 1,94 persen dan Subsektor Perikanan
2,29 persen.
April 2013 It Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 0,23
persen yang disebabkan oleh turunnya It di tiga subsektor, yakni
Subsektor Tanaman Pangan turun 0,80 persen, Subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat turun 0,17 persen, dan Subsektor Perikanan turun
0,03 persen.
Gambar 4.3. Perkembangan Ib, IKRT dan BPPBM Provinsi Maluku
Utara Tahun 2013 (2007=100)
Selama 2013, Ib Maluku Utara mengalami peningkatan sebesar
5,12 persen. Kenaikan indeks ini disebabkan naiknya Indeks Konsumsi
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 28
Rumah Tangga (IKRT) sebesar 6,25 persen dan Indeks Biaya Produksi
dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 1,55 persen. Selama
tahun 2013 Ib Maluku Utara cenderung mengalami fluktuasi. Kenaikan
Ib terbesar terjadi pada Juli 2013, yaitu sebesar 2,80 persen.
Sebaliknya pada Oktober 2013 terjadi penurunan Ib terbesar, yaitu
sebesar -0,44 persen yang disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar
0,60 persen.
Gambar 4.4. Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Menurut
Kelompok Pengeluaran Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013
(2007=100)
Perubahan IKRT yang terjadi di daerah perdesaan
mencerminkan inflasi yang terjadi di wilayah perdesaan. Selama 2013
terjadi kenaikan IKRT atau inflasi perdesaan di Provinsi Maluku Utara
sebesar 6,25 persen. Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh naiknya
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 29
seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu bahan makanan 8,72
persen; makanan jadi 4,40 persen; perumahan 2,73 persen, sandang
3,73 persen; kesehatan 2,01 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga
0,98 persen; serta transportasi dan komunikasi 5,88 persen.
Kenaikan IKRT Maluku Utara tertinggi terjadi pada Juli 2013,
yaitu sebesar 3,20 persen yang disebabkan oleh naiknya seluruh indeks
kelompok pengeluaran terutama kelompok bahan makanan serta
Transportasi dan Komunikasi sebesar 5,04 persen dan 5,18 persen.
Sebaliknya penurunan IKRT terjadi pada bulan Januari, Juni dan
Oktober 2013 masing-masing sebesar 0,11 persen, 0,18 persen dan
0,60 persen yang terutama dipengaruhi oleh turunnya indeks kelompok
bahan makanan.
Gambar 4.5. Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
(BPPBM) Menurut Kelompok Pembentuknya Provinsi Maluku Utara,
Tahun 2013 (2007=100)
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 30
BPPBM secara rata-rata mengalami kenaikan selama tahun
2013 sebesar 1,55 persen, dimana indeks BPPBM selalu mengalami
kenaikan setiap bulannya kecuali Januari dan April 2013 yang
mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,06 dan 0,04 persen.
Kenaikan tertinggi terjadi pada Juli 2013, yaitu sebesar 1,27 persen.
Selama periode Januari-Desember 2013 perkembangan NTP
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat selalu lebih tinggi
dibandingkan subsektor lainnya dan nilainya di atas 100. Sementara
itu, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Tanaman Pangan, Holtikultura,
dan Peternakan masih di bawah 100. Adapun NTP Subsektor
Perikanan berada pada kisaran nilai 100.
Gambar 4.6. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Per
Subsektor, Tahun 2013 (2007=100)
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 31
Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa petani tanaman
perkebunan rakyat di Maluku Utara mengalami peningkatan
kesejahteraan jauh lebih tinggi daripada peningkatan kesejahteraan
petani pada subsektor lainnya dan jika dibandingkan dengan kondisi
pada tahun dasar.
Gambar 4.7. Rata-Rata Nilai Tukar Petani Menurut Provinsi di
Kawasan Timur Indonesia, Tahun 2013 (2007=100)
Jika dibadingkan antar provinsi di Kawasan Timur Indonesia,
maka Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan nilai rata-rata NTP
tahun 2013 tertinggi yaitu sebesar 107,52. Sementara itu, Maluku
Utara termasuk provinsi yang mempunyai nilai rata-rata NTP tahun
2013 yang cukup rendah, yaitu hanya sebesar 100,45.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 32
Gambar 4.8. Rata-Rata Nilai Tukar Petani Menurut Provinsi di
Kawasan Timur Indonesia dan Subsektor, Tahun 2013 (2007=100)
Dilihat menurut subsektor, rata-rata NTP Tanaman Perkebunan
Rakyat merupakan yang tertinggi diantara subsektor lainnya pada
enam provinsi di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua Barat).
Sementara itu, secara rata-rata NTP Subsektor Perikanan unggul di tiga
provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku.
Adapun NTP Subsektor Holtikultura secara rata-rata merupakan yang
tertinggi di Provinsi Papua.
4.2 NTP Maluku Utara Desember 2013, Tahun Dasar 2012=100
Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam
penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar
2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan
perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 33
rumah tangga pertanian di perdesaan, serta perluasan cakupan
subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar
penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP
tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah
komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan
NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada subsektor
Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung, Nilai
Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga
disajikan secara terpisah.
Selain itu, juga dihitung Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga
Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang
diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib),
dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan
Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya
konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP
dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang
dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di tujuh
kabupaten se-Provinsi Maluku Utara pada Desember 2013 (2012=100),
NTP Provinsi Maluku Utara naik 0,61 persen dibandingkan NTP
November 2013, yaitu dari 99,98 menjadi 100,59. Kenaikan NTP pada
Desember 2013 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi
pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 34
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk
keperluan produksi pertanian.
Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara Desember 2013
disebabkan oleh naiknya NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
yang naik sebesar 1,91 persen, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar
0,72 persen, dan NTP Subsektor Perikanan naik 1,24 persen.
Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor
Hortikultura turun masing-masing sebesar 0,71 persen dan 0,55 persen.
Gambar 4.9. Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Menurut
Subsektor, November-Desember 2013 (2012=100)
Provinsi Maluku Utara, pada Desember 2013 (2012=100)
terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,84 persen yang utamanya
disebabkan oleh naiknya indeks Kelompok Bahan Makanan sebesar
1,21 persen; Kelompok Makanan Jadi naik 0,83 persen; Kelompok
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 35
Sandang naik 0,75 persen; Kelompok Kesehatan naik 0,58 persen,
Kelompok Perumahan naik 0,27 persen; dan Kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olah Raga naik 0,07 persen.
Gambar 4.10. Perubahan IKRT/Inflasi Perdesaan Maluku Utara,
Desember 2013 (2012=100)
Pada Desember 2013 terjadi kenaikan NTUP sebesar 1,15
persen. Hal ini karena kenaikan It sebesar 1,30 persen lebih besar
dibandingkan kenaikan Indeks BPBBM yang hanya sebesar 0,15
persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di 4
subsektor penyusun NTUP, yaitu Subsektor Hortikultura naik sebesar
0,14 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 2,42
persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,10 persen, dan Subsektor
Perikanan sebesar 1,35 persen. Di sisi lain, Subsektor Tanaman Pangan
mengalami penurunan NTUP sebesar 0,04 persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 36
Gambar 4.11. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku
Utara Menurut Subsektor, November-Desember 2013 (2012=100)
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 38
V. PERHUBUNGAN & KOMUNIKASI
Sektor perhubungan merupakan sektor yang mempunyai peran
penting bagi kegiatan ekonomi lainnya. Sebagai sarana penunjang,
sektor perhubungan dituntut mampu memberikan dukungan bagi
perkembangan sektor lainnya. Distribusi barang dan jasa sangat
membutuhkan sarana perhubungan untuk menjangkau wilayah
pemasaran yang ingin dicapai. Tanpa sarana perhubungan yang
memadai, roda perputaran ekonomi akan sulit bergerak stabil, yang
akhirnya berdampak lambatnya pertumbuhan ekonomi yang bisa
dicapai.
5.1. Perhubungan Darat
Kelancaran perhubungan darat banyak bergantung pada
tersedianya ruas jalan yang memadai. Panjang jalan Kabupaten Pulau
Morotai tahun 2013 sekitar 95,65 km yang terdiri dari 65,00 km jalan
beraspal serta 30,65 km jalan tanah. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, panjang jalan Kabupaten Pulau Morotai mengalami
penambahan yang cukup signifikan terutama dari sisi kualitas jalan.
Dari catatan UPTD Samsat Morotai, jumlah kendaraan yang
menggunakan premium sebanyak 685 sepeda motor, 12 mobil plat
kuning, serta 45 mobil plat hitam. Sedangkan kendaraan yang
menggunakan solar sebanyak 18 mobil plat kuning, serta 42 mobil plat
hitam.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 39
5.2. Perhubungan Laut
Angkutan laut merupakan salah satu sarana angkutan antar pulau
yang sangat penting apalagi di Kabupaten Pulau Morotai yang
merupakan daerah kepulauan, perhubungan laut sangat memegang
peranan yang besar untuk mengantar barang maupun memperlancar
arus pergerakan (mobilitas) penduduk. Adanya kunjungan kapal ke
pelabuhan Imam Lastori Morotai, maka tentu saja ada penumpang
turun ataupun yang naik melaui pelabuhan tersebut. Jumlah
penumpang yang berangkat (naik) memanfaatkan jasa perhubungan
laut melalui pelabuhan Imam Lastori pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 23.361 orang, sedangkan penumpang yang datang sebanyak
18.429 orang. Bila dirinci menurut bulan, penumpang yang berangkat
menggunakan jasa angkutan laut terbanyak pada bulan September
yaitu sebanyak 3.554 orang penumpang, dan terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebanyak 120 orang penumpang.
Sedangkan bongkar muat barang angkutan dalam negeri yang
terjadi di Pelabuhan Imam lastori pada tahun 2013 sebanyak 4.058 ton
(muat) dan 35.528 ton (bongkar). Kegiatan bongkar di Pelabuhan
Imam Lastori paling banyak terjadi pada bulan Mei sebanyak 10.824
ton. Sedangkan kegiatan muat paling banyak juga terjadi pada bulan
Desember yaitu sebesar 908 ton.
Selain melalui angkutan laut, jalur transportasi di Morotai juga
menggunakan angkutan penyeberangan lintasan Morotai-Tobelo yang
dilayani oleh PT ASDP. Selama tahun 2013 jumlah penumpang yang
menggunakan fasilitas PT ASDP sebanyak 2.711 orang, mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3.411
orang penumpang.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 40
5.3. Komunikasi
Walaupun teknologi komunikasi sudah semakin berkembang
yang ditandai dengan semakin meluasnya penggunaan telepon
genggam, internet, namun komunikasi melalui surat tetap memiliki
tempat tersendiri.
Jumlah surat dalam negeri yang dikirim oleh PT. Pos Indonesia
Morotai selama tahun 2013 sebagian besar atau 90,00 persen
merupakan layanan Pos Kilat Khusus, sisanya melalui Pos Kilat 10,00
persen.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 42
VI. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI
6.1 Latar Belakang
Kebijakan otonomi daerah (Otda) yang diundangkan pada tahun
2000 diarahkan untuk mendorong percepatan dan pemerataan
pembangunan di semua daerah. Dengan penerapan kebijakan ini
diharapkan tujuan nasional yakni meningkatkan kesejahteraan rakyat
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Tujuan lain dari kebijakan
Otda adalah pemerataan kemampuan keuangan antar daerah sehingga
ketimpangan antar daerah dapat teratasi. Pemerintah daerah terutama
yang masih tertinggal diharapkan mampu mengelola keuangan daerah
dan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di daerahnya
sehingga Pendapatan Asli daerah (PAD) meningkat. Kebijakan
otonomi daerah yang dikeluarkan pemerintah sejak tanggal 1 januari
2001 dilandasi oleh Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Pembangunan terdesentralisasi yang telah diterapkan selama ini
membutuhkan suatu indikator guna perimbangan keuangan daerah
otonom. Salah satu dana perimbangan tersebut ialah Dana Alokasi
Umum (DAU). DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan UU. No 33 tahun
2004 pasal 1 ayat 21. DAU merupakan instrumen transfer yang
dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah,
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 43
sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah. Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK) menjadi komponen penting dalam perumusan Dana
Alokasi Umum (DAU) disamping jumlah penduduk, indeks
pembangunan manusia, luas wilayah, dan produk domestik regional
bruto perkapita.
6.2 Konsep Pemikiran
Tidak ada dua gedung kantor yang identik atau jembatan yang
sama persis, karena masing-masing memiliki karakter dan desain yang
dibuat khusus untuk ditempatkan pada lokasi masing-masing.
Penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), karenanya
didasarkan atas suatu pendekatan. Misalnya yang menjadi objek adalah
bangunan tempat tinggal, maka bangunan tempat tinggal tersebut harus
mengakomodir berbagai macam rancangan dan model.
Untuk tujuan membandingkan harga konstruksi antar
wilayah/daerah, dikenal ada dua metode penghitungan, yaitu pertama
dengan pendekatan input, dan kedua dengan pendekatan harga output.
Pendekatan harga input yaitu dengan mencatat semua material penting
yang digunakan digabung dengan upah dan sewa peralatan sesuai
dengan bobotnya masing-masing. Kelemahan metode ini adalah bahwa
kegiatan konstruksi dianggap mempunyai produktivitas yang sama dan
tidak mempertimbangkan overhead cost. Pendekatan output dilakukan
dengan cara menanyakan harga konstruksi yang sudah jadi. Pada
pendekatan output kelemahannya adalah bahwa dalam harga bangunan
sudah termasuk manajemen cost dan keuntungan kontraktor yang
bervariasi antar daerah dan antar proyek sehingga tidak memadai untuk
tujuan membandingkan kemahalan konstruksi antar wilayah.
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 44
Alternatifnya adalah mengumpulkan harga konstruksi yang bisa
mencakup Overhead cost dan produkstivitas pekerja tanpa memasukan
manajemen cost dan keuntungan kontraktor. Caranya adalah dengan
mengumpulkan harga komponen bangunan seperti harga dinding, atap,
dan sebagainya. Apabila harga-harga komponen tersebut digabungkan
maka akan didapatkan harga total proyek yang besarannya berada
diatas harga input tetapi di bawah harga output karena sudah
memasukan overhead cost dan upah tetapi mengeluarkan biaya
manajemen dan keuntungan kontraktor. Data seperti ini bisa
didapatkan dari dokumen Bill of Quantity (BoQ) satu proyek yang
sudah selesai.
Dengan digunakannya realisasi APBD pembentukan modal
tetap sebagai salah satu penimbang IKK, maka setiap tahun IKK satu
kabupaten/kota relatif terhadap kabupaten/kota berubah-ubah
tergantung dari realisasi APBD masing-masing kabupaten/kota.
Gambar 6.1 Indeks Kemahalan Konstruksi Provinsi Maluku Utara dan
Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 46
Lampiran 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 102,844.14 116,214.72 130,691.07
a. Tanaman Bahan Makanan 25,363.56 28,789.00 32,587.14
b. Tanaman Perkebunan 34,197.45 39,312.38 44,845.33
c. Peternakan & Hasilnya 3,161.98 3,497.41 3,878.37
d. Kehutanan 21,544.26 23,211.46 24,616.13
e. Perikanan 18,576.89 21,404.47 24,764.10
2. Pertambangan & Penggalian 798.26 908.01 1,005.03
a. Minyak & Gas Bumi - - -
b. Pertambangan Non Migas - - -
C. Penggalian 798.26 908.01 1,005.03
3. Industri Pengolahan 42,308.67 46,792.28 51,913.70
a. Industri Migas - - -
b. Industri Non Migas 42,308.67 46,792.28 51,913.70
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,202.00 1,457.42 1,646.32
a. Listrik 304.25 371.12 423.67
b. Gas - - -
c. Air Bersih 897.75 1,086.30 1,222.65
5. Bangunan 3,699.33 4,933.46 5,543.61
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 49,149.80 60,035.95 70,488.41
a. Perdagangan Besar & Eceran 47,329.06 57,871.68 68,104.70
b. Hotel 616.16 744.11 823.63
c. Restoran 1,204.58 1,420.16 1,560.08
7. Transportasi & Komunikasi 14,946.01 17,017.31 18,881.61
7.1 Transportasi 7,812.90 8,984.09 9,919.27
a. Angkutan Rel - - -
b. Angkutan Jalan Raya 2,703.41 3,175.28 3,637.37
c. Angkutan laut 4,120.96 4,655.27 4,953.15
d. Angkutan Penyeberangan 451.32 542.38 632.38
e. Angkutan udara - - -
f. Jasa Penunjang Angkutan 537.21 611.16 696.37
7.2 Komunikasi 7,133.10 8,033.22 8,962.33
a. Pos & Telekomunikasi 7,133.10 8,033.22 8,962.33
b. Penunjang Komunikasi - - -
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 47
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 5,990.06 6,840.13 7,798.40
a. Bank 1,198.68 1,372.54 1,602.87
b. Lembaga Keuangan Bukan
Bank 336.12 378.81 421.37
c. Jasa Penunjang Keuangan - - -
d. Sewa Bangunan 4,342.04 4,963.57 5,637.87
e. Jasa Perusahaan 113.22 125.21 136.28
9. Jasa-jasa 9,957.03 11,233.32 12,544.40
9.1 Pemerintahan Umum 6,604.86 7,511.39 8,356.42
a. Adm. Pemerintahan 6,604.86 7,511.39 8,356.42
b. Jasa Pemerintahan Lainnya - - -
9.2 Swasta 3,352.17 3,721.93 4,187.98
a. Sosial Kemasyarakatan 1,986.25 2,145.68 2,407.26
b. Hiburan & Rekreasi 163.02 190.36 213.37
c. Perorangan & Rumahtangga 1,202.90 1,385.89 1,567.35
P D R B 230,895.29 265,432.59 300,512.56
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 48
Lampiran 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 45,806.45 48,598.95 51,289.23
a. Tanaman Bahan Makanan 11,308.74 12,110.64 12,853.57
b. Tanaman Perkebunan 20,022.97 21,453.79 22,850.57
c. Peternakan & Hasilnya 965.32 992.08 1,034.37
d. Kehutanan 6,998.37 7,169.02 7,274.34
e. Perikanan 6,511.05 6,873.42 7,276.38
2. Pertambangan & Penggalian 259.96 283.43 304.27
a. Minyak & Gas Bumi 0.00 0.00 0.00
b. Pertambangan Non Migas 0.00 0.00 0.00
c. Penggalian 259.96 283.43 304.27
3. Industri Pengolahan 22,263.88 23,405.66 24,529.94
a. Industri Migas - - -
b. Industri Non Migas 22,263.88 23,405.66 24,529.94
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 402.39 455.23 487.31
a. Listrik 123.95 142.24 154.03
b. Gas - - -
c. Air Bersih 278.44 312.99 333.28
5. Bangunan 1,180.05 1,445.21 1,539.87
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 27,152.89 30,687.07 33,545.49
a. Perdagangan Besar & Eceran 26,361.51 29,809.02 32,632.37
b. Hotel 210.07 237.42 249.87
c. Restoran 581.31 640.63 663.25
7. Transportasi & Komunikasi 5,761.96 6,203.17 6,459.34
7.2 Transportasi 3,974.21 4,287.48 4,429.98
a. Angkutan Rel - - -
b. Angkutan Jalan Raya 1,257.28 1,381.77 1,478.85
c. Angkutan laut 2,300.67 2,448.32 2,456.27
d. Angkutan Penyeberangan 187.35 211.71 232.37
e. Angkutan udara - - -
f. Jasa Penunjang Angkutan 228.91 245.68 262.49
7.2 Komunikasi 1,787.75 1,915.69 2,029.36
a. Pos & Telekomunikasi 1,787.75 1,915.69 2,029.36
b. Penunjang Komunikasi - - -
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 49
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 2,805.49 3,020.76 3,266.67
a. Bank 511.29 549.35 602.78
b. Lembaga Keuangan Bukan
Bank 158.65 169.38 178.64
c. Jasa Penunjang Keuangan - - -
d. Sewa Bangunan 2,091.28 2,254.79 2,435.87
e. Jasa Perusahaan 44.27 47.24 49.38
9. Jasa-jasa 5,362.71 5,586.92 5,845.85
9.1 Pemerintahan Umum 3,808.55 3,985.26 4,168.65
a. Adm. Pemerintahan 3,808.55 3,985.26 4,168.65
b. Jasa Pemerintahan Lainnya - - -
9.2 Swasta 1,554.16 1,601.66 1,677.20
a. Sosial Kemasyarakatan 924.42 954.69 1,001.47
b. Hiburan & Rekreasi 65.39 68.02 70.37
c. Perorangan & Rumahtangga 564.35 578.95 605.36
P D R B 110,995.78 119,686.40 127,267.99
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 50
Lampiran 1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2011-2013 (Persen)
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 44.54 43.78 43.49
a. Tanaman Bahan Makanan 10.98 10.85 10.84
b. Tanaman Perkebunan 14.81 14.81 14.92
c. Peternakan & Hasilnya 1.37 1.32 1.29
d. Kehutanan 9.33 8.74 8.19
e. Perikanan 8.05 8.06 8.24
2. Pertambangan & Penggalian 0.35 0.34 0.33
a. Minyak & Gas Bumi - - -
b. Pertambangan Non Migas - - -
c. Penggalian 0.35 0.34 0.33
3. Industri Pengolahan 18.32 17.63 17.28
a. Industri Migas - - -
b. Industri Non Migas 18.32 17.63 17.28
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.52 0.55 0.55
a. Listrik 0.13 0.14 0.14
b. Gas - - -
c. Air Bersih 0.39 0.41 0.41
5. Bangunan 1.60 1.86 1.84
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21.29 22.62 23.46
a. Perdagangan Besar & Eceran 20.50 21.80 22.66
b. Hotel 0.27 0.28 0.27
c. Restoran 0.52 0.54 0.52
7. Transportasi & Komunikasi 6.47 6.41 6.28
7.3 Transportasi 3.38 3.38 3.30
a. Angkutan Rel - - -
b. Angkutan Jalan Raya 1.17 1.20 1.21
c. Angkutan laut 1.78 1.75 1.65
d. Angkutan Penyeberangan 0.20 0.20 0.21
e. Angkutan udara - - -
f. Jasa Penunjang Angkutan 0.23 0.23 0.23
7.2 Komunikasi 3.09 3.03 2.98
a. Pos & Telekomunikasi 3.09 3.03 2.98
b. Penunjang Komunikasi - - -
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 51
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 2.59 2.58 2.60
a. Bank 0.52 0.52 0.53
b. Lembaga Keuangan Bukan
Bank 0.15 0.14 0.14
c. Jasa Penunjang Keuangan - - -
d. Sewa Bangunan 1.88 1.87 1.88
e. Jasa Perusahaan 0.05 0.05 0.05
9. Jasa-jasa 4.31 4.23 4.17
9.1 Pemerintahan Umum 2.86 2.83 2.78
a. Adm. Pemerintahan 2.86 2.83 2.78
b. Jasa Pemerintahan Lainnya - - -
9.2 Swasta 1.45 1.40 1.39
a. Sosial Kemasyarakatan 0.86 0.81 0.80
b. Hiburan & Rekreasi 0.07 0.07 0.07
c. Perorangan & Rumahtangga 0.52 0.52 0.52
P D R B 100.00 100.00 100.00
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 52
Lampiran 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2011-2013 (Persen)
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 6.02 6.10 5.54
a. Tanaman Bahan Makanan 6.71 7.09 6.13
b. Tanaman Perkebunan 7.32 7.15 6.51
c. Peternakan & Hasilnya 2.55 2.77 4.26
d. Kehutanan 2.76 2.44 1.47
e. Perikanan 5.05 5.57 5.86
2. Pertambangan & Penggalian 8.91 9.03 7.35
a. Minyak & Gas Bumi - - -
b. Pertambangan Non Migas - - -
c. Penggalian 8.91 9.03 7.35
3. Industri Pengolahan 4.34 5.13 4.80
a. Industri Migas - - -
b. Industri Non Migas 4.34 5.13 4.80
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.45 13.13 7.05
a. Listrik 11.84 14.76 8.29
b. Gas - - -
c. Air Bersih 9.84 12.41 6.48
5. Bangunan 17.02 22.47 6.55
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8.20 13.02 9.31
a. Perdagangan Besar & Eceran 8.21 13.08 9.47
b. Hotel 8.03 13.02 5.25
c. Restoran 7.91 10.20 3.53
7. Transportasi & Komunikasi 6.44 7.66 4.13
7.4 Transportasi 6.78 7.88 3.32
a. Angkutan Rel - - -
b. Angkutan Jalan Raya 9.49 9.90 7.03
c. Angkutan laut 5.18 6.42 0.32
d. Angkutan Penyeberangan 9.16 13.00 9.76
e. Angkutan udara - - -
f. Jasa Penunjang Angkutan 6.64 7.33 6.84
7.2 Komunikasi 5.69 7.16 5.93
a. Pos & Telekomunikasi 5.69 7.16 5.93
b. Penunjang Komunikasi - - -
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 53
SEKTOR/SUB SEKTOR TAHUN
2011 2012*) 2013**)
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 7.41 7.67 8.14
a. Bank 6.97 7.44 9.73
b. Lembaga Keuangan Bukan
Bank 6.61 6.76 5.46
c. Jasa Penunjang Keuangan - - -
d. Sewa Bangunan 7.60 7.82 8.03
e. Jasa Perusahaan 6.29 6.71 4.53
9. Jasa-jasa 3.86 4.18 4.63
9.1 Pemerintahan Umum 4.38 4.64 4.60
a. Adm. Pemerintahan 4.38 4.64 4.60
b. Jasa Pemerintahan Lainnya - - -
9.2 Swasta 2.62 3.06 4.72
a. Sosial Kemasyarakatan 2.79 3.27 4.90
b. Hiburan & Rekreasi 3.83 4.02 3.45
c. Perorangan & Rumahtangga 2.20 2.59 4.56
P D R B 6.28 7.83 6.33
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 54
Lampiran 2.1. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Gabungan 66 Kota
dan Nasional (2007=100), Tahun 2012-2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 58
Lampiran 2.2 Andil/Sumbangan Inflasi Kota Ternate Menurut Bulan,
Tahun 2013
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 62
Lampiran 3.1. Luas Lahan, Luas Panen dan Produksi Padi Sawah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 348 180 540
Morotai Selatan Barat 153 65 195
Morotai Utara 111 50 150
Morotai Jaya - - -
Morotai Timur 420 45 135
Jumlah
2013 1.317 576 1.728
2012 1.217 555 1.665
2011 1.005 253 759
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 63
Lampiran 3.2. Luas Lahan, Luas Panen dan Produksi Padi Ladang
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 175 163 326
Morotai Selatan Barat 140 137 274
Morotai Utara 125 115 230
Morotai Jaya 100 25 50
Morotai Timur 150 125 250
Jumlah
2013 690 601 1.130
2012 460 399 798
2011 132 108 216
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 64
Lampiran 3.3. Luas Lahan, Luas Panen dan Produksi Jagung Menurut
Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 25 20 60
Morotai Selatan Barat 25 17 51
Morotai Utara 25 15 30
Morotai Jaya 25 15 30
Morotai Timur 25 20 60
Jumlah
2013 125 87 231
2012 110 110 330
2011 102 102 306
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 65
Lampiran 3.4. Luas Lahan, Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 32 25 100
Morotai Selatan Barat 18 15 60
Morotai Utara 10 10 40
Morotai Jaya 25 20 80
Morotai Timur 15 10 40
Jumlah
2013 100 80 320
2012 90 90 360
2011 42 42 252
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 66
Lampiran 3.5. Luas Lahan, Produksi, dan Jumlah Petani Pemilik
Kelapa Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Produksi
(Ton)
Petani
(KK)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 2.970 2.715 1.785
Morotai Selatan Barat 2.480 2.342 1.657
Morotai Utara 2.480 2.318 1.548
Morotai Jaya 2.283 2.020 1.533
Morotai Timur 2.140 1.801 1.395
Jumlah
2013 12.374 11.166 7.918
2012 12.353 11.195 7.918
2011 12.353 11.166 7.918
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 67
Lampiran 3.6. Luas Lahan, Produksi, dan Jumlah Petani Pemilik
Cengkeh Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Produksi
(Ton)
Petani
(KK)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 489 45 221
Morotai Selatan Barat 478 73 219
Morotai Utara 441 34 165
Morotai Jaya 377 31 165
Morotai Timur 334 42 137
Jumlah
2013 2.124 207 892
2012 2.074 140 892
2011 2.074 140 892
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 68
Lampiran 3.7. Luas Lahan, Produksi, dan Jumlah Petani Pemilik Pala
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Produksi
(Ton)
Petani
(KK)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 753 28 541
Morotai Selatan Barat 731 28 372
Morotai Utara 347 26 168
Morotai Jaya 336 15 187
Morotai Timur 700 18 308
Jumlah
2013 2.966 101 1.537
2012 2.887 103 1.576
2011 2.587 103 1.471
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 69
Lampiran 3.8. Luas Lahan, Produksi, dan Jumlah Petani Pemilik
Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai
Tahun 2011-2013
Kecamatan Luas Lahan
(Ha)
Produksi
(Ton)
Petani
(KK)
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 354 30 595
Morotai Selatan Barat 343 31 543
Morotai Utara 370 34 575
Morotai Jaya 259 25 504
Morotai Timur 304 25 565
Jumlah
2013 1.630 217 2.782
2012 1.630 145 2.782
2011 1.630 145 2.782
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 70
Lampiran 3.9. Jumlah pemotongan Ternak/Unggas Menurut Jenis di
Kabupaten Pulau Morotai (Ekor) Tahun 2011-2013
Kecamatan 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Sapi 76 22 96
Kambing 164 156 141
Babi 131 561 505
Unggas 1.296 3.993 4.113
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 71
Lampiran 3.10. Populasi Unggas Menurut Jenis di Kabupaten Pulau
Morotai (Ekor) Tahun 2011-2013
Kecamatan 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Ayam ras petelur - 1.880 5.144
Itik - 4.732 5.107
Ayam buras - 28.413 30.396
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 72
Lampiran 3.11. Perkembangan Hasil Produksi Perikanan Laut di rinci
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2011-2013
Kecamatan 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Morotai Selatan 3.135 4.643 6.032
Morotai Selatan Barat 2.332 3.148 3.620
Morotai Utara 1.431 1.932 2.222
Morotai Jaya 976 1.318 1.515
Morotai Timur 1.672 2.341 1.809
Jumlah 9.546 13.381 16.198
Sumber : Dinas Kelautan & Perikanan Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 73
Lampiran 4.1. Rata-Rata Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara,
Tahun 2011-2013 (2007=100)
Rincian 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Indeks Harga yang Diterima Petani 132,20 135,35 141,95
Indeks Harga yang Dibayar Petani 130,80 134,47 141,35
Konsumsi Rumah Tangga 133,16 137,57 146,17
Bahan Makanan 142,99 148,22 161,15
Makanan Jadi 120,68 127,07 132,66
Perumahan 125,50 128,72 132,24
Sandang 129,97 132,77 137,72
Kesehatan 130,92 132,59 135,25
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 116,33 116,94 118,09
Transportasi dan Komunikasi 127,37 129,05 136,64
Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal 126,08 126,96 128,93
Bibit 111,78 112,05 112,26
Pupuk dan Obat-obatan 150,38 151,00 151,38
Transportasi 127,25 127,68 128,02
Biaya Sewa & Lainnya 123,91 125,32 130,71
Penambahan Barang Modal 121,73 122,95 124,91
Upah Buruh Tani 98,25 98,34 98,94
Nilai Tukar Petani 101,07 100,66 100,45
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 74
Lampiran 5.1. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten
Pulau Morotai Tahun 2011-2013 (Km)
Keadaan
Description 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Jenis Permukaan
Type of Surface
Aspal
Asphalt
35,93 45,00 65,00
Kerikil
Gravel - - -
Tanah
Earth 50,29 46,29 30,65
Jumlah
Total 86,22 91,29 95,65
Sumber :
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 75
Lampiran 5.2. Daftar Fisik Jumlah Kendaraan Menurut BBM yang
digunakan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2013
Jumlah Kendaraan BBM Premium Jumlah Kendaraan BBM Solar
Sepeda Motor Mobil Plat
Kuning
Mobil Plat
Hitam
Mobil Plat
Kuning Mobil Plat Hitam
(1) (2) (3) (4) (5)
685 12 45 18 42
Sumber :
UPTD Samsat Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 76
Lampiran 5.3. Produksi PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Morotai,
Lintasan Morotai-Tobelo Tahun 2011- 2013
Keadaan
Description 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Penumpang (Orang)
Passengers (Persons)
2 705 3 411 2 711
Kendaraan
Vehicles (Unit) 518 616 498
- Roda 2 353 412 342
- Roda 4 / lebih 165 204 156
Barang (Ton/M3) 201 211 214
Sumber :
PT (Persero) ASDP Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 77
Lampiran 5.4. Lalu Lintas Penumpang dan Brang Angkutan Laut
Menurut Bulan di Pelabuhan Imam Lastori Morotai Tahun 2013
Bulan
Penumpang
(Orang)
Barang
(Ton)
Berangkat
Datang
Bongkar
Muat
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari/January 195 278 85 60
Pebruari/Pebruary 1 793 1 668 3 721 280
Maret/March 1 954 1 080 3 824 742
April/April 1 899 1 759 2 638 291
Mei/May 1 902 1 556 10 824 302
Juni/June 2 083 1 902 3 021 281
Juli/July 2 418 2 120 4 464 196
Agustus/August 120 120 12 28
September/September 3 554 2 439 1 545 352
Oktober/October 2 382 2 400 994 404
Nopember/November 2 903 1 783 1 449 214
Desember/December 2 158 1 324 2 951 908
Jumlah
Total 23 361 18 429 35 528 4 058
Sumber :
KPLP Kabupaten Pulau Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 78
Lampiran 5.5. Surat Dalam Negeri yang dikirim dan diterima Kantor
Pos dan Giro Morotai Tahun 2013
Jenis Surat
Kinds of Mail
Terima
Received
(Lembar/Set)
Kirim
Sent
(Lembar/Set)
(1) (2) (3)
Surat Kilat Khusus
Special Mail
1 420 540
Surat Kilat
Express Mail
650 60
Surat Biasa
Ordinary Mail
315 -
Jumlah
Total
2 385 610
Sumber :
PT (Persero) Pos Indonesia Morotai
Tinjauan Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 2013 79
Lampiran 6.1 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2013
Kabupaten/Kota Tahun
2011 2012 2013
Halmahera Barat 119,95 118,47 121,72
Halmahera Tengah 119,17 135,27 138,28
Kepulauan Sula 118,34 127,65 146,45
Halmahera Selatan 117,83 99,41 90,69
Halmahera Utara 104,82 109,46 126,87
Halmahera Timur 121,99 122,20 120,93
Pulau Morotai 116,27 123,94 123,87
Ternate 112,44 117,35 133,88
Tidore Kepulauan 115,09 123,64 137,90
Maluku Utara 111,42 108,58 115,12