MAKALAHPENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN KTSP
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan PembelajaranDosen : Akhmad Sudrajat, M.Pd
Disusun Oleh :Kelompok V
Anngota:Ida Parida
Iyan RosdianaRika SeptianiTanto Sutanto
II D
PENDIDIKAN EKONOMIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis bias menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran, yang
berjudul”Pendekatan dan Pengembangan KTSP”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sampaikan ucapan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada Dosen
pembimbing Akhmad Sudrajat, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran serta rekan-rekan kuliah dan juga keluarga.
Makalah ini semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak
umumnya serta dapat membantu dalam perkuliahan Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran.
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran atas makalah ini
dapat membantu penulis dalam pembelajaran.
Kuningan, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II ANALISIS
2.1 Pengertian KTSP
2.2 Pendekatan dan Pengembangan KTSP
2.3 Keunggulan dan Kelemahan KTSP
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DESKRIPSI
1.1 Sejak tahun 2006, Pusat Kurikulum telah melakukan kegiatan pendampingan
ter-hadap satuan pendidikan (sekolah) agar mampu mengembangkan dan
mengimplementasikan KTSP yang mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan serta Pelaksanaan kedua standar tersebut. Pada tahun 2008, Pusat Kurikulum
sudah memprogramkan untuk melakukan pendampingan di 441 kabupaten dan kota,
namun program tersebut hanya bisa dilaksanakan di sebagian besar kabupaten dan
kota dan diutamakan yang letaknya jauh dan terpencil. Hal itu mengingat adanya
pemotongan yang cukup besar terhadap anggaran kegiatan Pusat Kurikulum. Oleh
karena itu penulis akan membahas mengenai Pendekatan dan Pengembangan KTSP.
1.2 Dalam penyusunan makalah ini penulis merumuskan tentang:
Apakah definisi dari KTSP?
Bagaimana Pendekatan dan Pengembangan dari KTSP itu ?
Apa saja keunggulan dan kelemahan dari KTSP ?
1.3 Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Untuk mengetahui definisi tentang KTSP
Untuk mengetahui pendekatan dan Pengembangan KTSP
Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari KTSP
BAB II
ANALISIS
2.1 Pengertian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan, dan
kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan
oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah.
Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam
arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite
sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan
komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah
dengan diluncurkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur
pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas
No 24 tahun 2006.
Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian
dipopulerkan dengan istilah KTSP.
2.2 Pendekatan dan Pengembangan KTSP
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan
pendampingan yaitu sebagai berikut:
(1) Pendekatan Hirarkhi Birokrasi (Bureaucratic Hierarchies Approach):
pendampingan yang dilakukan berdasarkan pada tingkatan kebijakan birokrasi mulai
dari pusat, dinas, sampai ke sekolah;
(2) Pendekatan Keahlian (Expertise Approach): pendampingan yang dilakukan oleh
para ahli dari perguruan tinggi yang memiliki kapasitas konsepsi dan substansi
kurikulum;
(3) Pendekatan Model (Modeling Approach): pendampingan yang dilakukan dengan
menggunakan sekolah yang sudah memiliki KTSP sebagai model; dan
(4) Pendekatan Kolegial(Colleague Approach): pendampingan yang dilakukan
melalui teman sejawat seperti MKKS, KKG, dan MGMP.
Pendekatan-pendekatan pendampingan tersebut dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri atau secara eklektik. Dalam kaitan tersebut, Pusat Kurikulum memilih
pendekatan yang bersifat eklektik karena hal tersebut tampak lebih baik jika hanya
menggunakan salah satu pendekatan.
Terdapat beberapa Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan
berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta
memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk
pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan
berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun
oleh BSNP .
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Beragam dan terpadu
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Menyeluruh dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Di dalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga
komponen yaitu:
Mata Pelajaran;
Muatan Lokal dan
Pengembangan Diri.
2.3. Keunggulan Dan Kelemahan KTSP
KTSP yang juga. merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan konsep ini:
1. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP
bisa 'diandalkan' menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan
pembekalan keterampilan pada peserta didik.
2. KTSP memiliki kemampuan beradaptasi dengan daerah ,setempat, karena
keterampilan yang diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan
peserta didik.
3. Adanya penghargaan bagi pribadi peserta didik. Peserta didik yang mampu
menyerap materi dengan cepat akan diberi tambahan materi sebagai
pengayaan, dan peserta didik yang kurang akan ditangani oleh guru dengan
penuh kesabaran dengan mengulang materinya atau memberi remedial.
4. Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas masalah-
masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang diperlukan
sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya
karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
5. Peserta. didik tidak hanya dituntut untuk menghafal namun yang lebih penting
sudah adalah belajar proses sehingga men dorong peserta didik untuk meneliti
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kelemahan yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan KTSP ini
adalah :
1. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pendidik dalam membina
perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik yang berkemampuan
di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan ekonomi yang
menghimpit kesejahteraan hidup para guru,
2. Kurang berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat
kualitas guru yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP
menghadapi kendala daya kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk
membuat. kurikulum sendiri.
3. KTSP menuntut kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis
kompetensi dengan merencanakan sendiri bagaimana strategi yang tepat
diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat.
4. Di samping masalah fasilitas pendidikan di sekolah yang masih sangat minim.
Padahal konsep ini lebih menitikberatkan pada praktek di lapangan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori semata.
5. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini
mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-
ulangan yang cognitive-based semata.
6. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat
para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses
peningkatan kegiatan belajar mengararnya.
7. Berkenaan dengan tidak adanya target materi dalam KTSP, di satu pihak
KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses belajar harus
diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi meskipun tidak diprioritaskan
tetapi akhirnya harus diselesaikan juga.
Dengan demikian guru harus berpacu dengan waktu, sementara proses belajar
tidak dapat dipastikan keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil
belajar peserta didik yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan
pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan
peserta didiknya.
Guru Sebagai Fasilitator Dalam Membantu Peserta Didik Membangun
Pengetahuan
Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003).
Ciri inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran KTSP dan berkaitan dengan
filsafat konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah
membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama
memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu
merupakan "proses menjadi", yang pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan benar.
Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang
membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan
tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik
untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi
apakah gagasan peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak.
Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan
sebelumnya. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran
peserta didik aktif dan kritis. Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada pengertian
awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang. Maka modelnya adalah model
dialogis, model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat
mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang
tepat, dapat mengungkapkan jalan pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi
diktator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis.
Dalam KTSP, pendidikan yang benar harus membebaskan peserta didik untuk
berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan
yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru,
mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya
pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktor atau selalu memberi
instruksi dan kini menjadi fasilitator pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-
upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik
atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang
kompeten.
Perlunya Perubahan Paradigma Mengajar
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan
dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk
memahami alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah
sehari-hari. Kegiatan mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan
jawaban tes sewaktu ujian. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu
memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan
sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara
bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil belajamya.
Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses
pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma "mengajar" (teaching) menjadi
"membelajarkan" (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung
dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu: pengembangan
proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk
menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar,
bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah
sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif,
berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk
melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengembangkan
kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama,
memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses
pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent
study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru,
spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan
pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang
berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu
mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahamannya pengetahuannya.
Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk
digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam pendidikan perlunya melakukan perubahan/ pergeseran paradigma dari
paradigma mengajar ke paradigma belajar. Lebih lanjut harus memerinci karakteristik
paradigma belajar, yaitu:
peserta didik aktif guru aktif,
pengetahuan dikonstruksi,
menekankan proses dan produk,
pembelajaran luwes dan menyenangkan,
sinergi pikiran dan tubuh,
berorientasi pada peserta didik,
asesmen bersifat realistik, dan
kemampuan sebagai suatu penguasaan hubungan antar pengetahuan yang
tersusun dalam suatu jaringan.
Untuk itu dituntut komitmen guru untuk berubah, bersikap sabar, bersikap positif,
ramah dan memiliki kompetensi tinggi. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat
digunakan oleh guru tidak hanya berupa penilaian "tradisional" yaitu hanya
melakukan kegiatan ulangan harian tetapi perlu dikembangkan penilaian
"alternatif", antara lain adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan
laporan tertulis.
Portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik
dalam konteks belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif.
Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memperoleh
kesempatan luas untuk berkembang serta merekapun termotivasi.
Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan
melihat pada proses peserta didik sebagai pembelajaran aktif. Sebagai
contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-
jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok, dalam pembelajaran kontekstual berbentuk
pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai
tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar,
minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek
akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu
tugas ini dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Sebagai contoh,
peserta didik diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki
penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta didik.
Demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan
kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai.
Demonstrasi ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Di dalam
kelas antara lain dapat dilakukan dalam kegiatan laboratorium IPA, di
lapangan olahraga untuk pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Di luar kelas antara lain peserta didik diminta membentuk kelompok
untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam
pertunjukan, para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukan
peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru adalah komponen pokok dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu
suksesnya pelaksanaan KTSP sangat tergantung pada sikap guru dalam mengajar.
Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas guru kurang
terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. Menggunakan
paradigma lama dalam mengajar untuk menghadapi tantangan baru dan situasi baru
jelas kurang efektif. Agar kualitas pendidikan kita meningkat, guru perlu melakukan
introspeksi dan mau mengubah paradigma mengajar, cara berpikir serta
mempraktekkan pembelajaran dengan menggunakan paradigma belajar. Guru sebagai
ujung tombak pembelajaran sudah sekian lama menggunakan metode lama, ia
menjadi sumber belajar utama. Paradigma mengajar tersebut itu harus diubah dengan
menggiatkan peserta didik agar dapat mencapai komepetensinya melalui penguasaan
materi ajar.
3.2 Saran
Bagi para pendidik yang namanya KTSP itu haruslah dibuat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dinamis dan efektif. Agar mutu
pendidikan dan mutu guru lebih optimal dan guru bisa mengerti tentang seluk beluk
KTSP.Sehingga terjadi pemahaman yang lebih terhadap yang namanya KTSP dan
bisa mencapai tujuan yang diharapkan oleh peserta didik dan tuntutan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhamad.2004.Pengembangan Kurikulum di Sekolah.Bandung: Sinar baru.
www.geogle.com
Recommended