TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER (PKPA) DI APOTEK KIMIA FARMA
PENYAKIT BIPOLAR
Nama Kelompok :
1. Clorida Shintanoferi
2. Zulpakor Oktoba
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
APOTEK KIMIA FARMA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mood adalah gambaran suasana perasaan pada seseorang yang tidak terlihat orang
lain dan bersifat subjektif. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang
ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Selain peningkatan mood atau yang sering disebut mania, ataupun mood yang terdepresi,
pasien dengan gangguan mood juga sering mengalami perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetative (seperti tidur, nafsu makan,
aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu
menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Gangguan mood terdiri dari gangguan depresi (depresi unipolar), gangguan bipolar,
dan dua kelainan berdasarkan etiologi. Gangguan mood akibat kondisi medis umum dan
gangguan mood akibat penyalahgunaan zat. Gangguan depresi (seperti gangguan depresif
berat, gangguan distimik, dan gangguan mood yang tak tergolongkan) dibedakan dengan
gangguan bipolar dengan melihat tidak adanya episode manik, episode campuran, atau
episode hipomanik. Gangguan bipolar memiliki riwayat episode manik, episode campuran,
atau episode hipomanik, yang biasanya disertai dengan riwayat episode depresif berat.
Pada referat ini, Penulis akan membahas mengenai gangguan bipolar, dimana
gangguan bipolar atau Maniac-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan
mood tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode
depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat
secara cepat dan atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala
mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang
cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat
yang mungkin tidak termasuk psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan
bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :
a. Sebagai tugas khusus yang diberikan dalam praktek kerja profesi apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma
b. Mengetahui patofisiologi penyakit bipolar dan terapi yang dipakai
c. Mengetahui cara pencegahan, pemeliharaan, dan perawatan pada pasien dengan
gangguan bipolar
d. Mengetahui perbedaan antara penyakit bipolar dengan penyakit gangguan jiwa yang
lain
e. Menganalisa resep dan data dalam terapi bipolar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan
proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi
periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
II.2 EPIDEMIOLOGI
Penderita depresi bipolar dapat mengalami bunuh diri 15 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang awam. Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika tekanan
pada pekerjaan, studi, tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang paling
berat. Risiko bunuh diri dapat meningkat selama menopause.
Gangguan bipolar I mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita. Lebih
banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan oleh pola komunikasi
wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada orang lain dan harapan untuk
mendapatkan bantuan atau dukungan sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan
masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya. Pada pengamatan universal,
prevalensi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih besar dari pada laki-laki.
Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan dewasa
awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-
tahap serta tugas perkembangan yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa
remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas ke
masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari depresi terjadi pada
usia 18-44 tahun. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan insidensi gangguan
depresif berat meningkat pada usia kurang dari 20 tahun. Penurunan kecenderungan depresi
pada usia dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring bertambahnya
usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman dan peristiwa hidup
yang dapat memicu stress.
Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan depresi. Onset
gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun. Laporan kasus gangguan bipolar I
diatas usia 50 tahun sangat jarang.
II.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Dianggap serangan
virus pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah
kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya
manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelejar timus dan pineal yang
memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%.
Sekarang, penyebab gangguan bipolar diketahui multifaktor. Mencakup aspek bio-
psikososial. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter
di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang
menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
II.3.1. FAKTOR BIOLOGIS
a. Herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya,
berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar memiliki satu orangtua dengan
gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika
seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko
mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar
maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan
pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita
gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi
terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah,
yakni 10-20%.
b. Genetik
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom
tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah
4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari
studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah
menderita gangguan bipolar2.
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini
yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF
adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan
perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam pengaturan mood. Gen
yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang
mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif.
c. Neurotransmitter
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,
peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.
Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang
berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-
Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).
d. Kelainan otak
Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.
Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang
berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam
Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan
hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari
otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
II.3.2. FAKTOR PSIKOSOSIAL
a. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
Satu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi adalah bahwa
peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode
pertama gangguan suasana perasaan daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut
telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar.
b. Faktor psikoanalitik dan psikodinamika
Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmund Freud mendalilkan suatu
hubungan antara kehilangan suatu objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa
kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi
dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan satu-
satunya cara bagi ego untuk melepaskan suatu objek. Ia membedakan melankolia atau
depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga
diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri
sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.
II.4 TANDA & GEJALA
Gangguan Bipolar bersifat episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang
menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya terganggu, dan
gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi dan aktivitas (depresi). Yang
khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode dan insidensi pada
kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood)
lainnya.
Episode manik biasanya dimulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Dimana pasien akan menunjukkan sikap meluap-
luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian
harga diri, dan gagasan kebesaran. Depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata
sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia, dimana
pasien merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Kedua
macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental
lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis. Episode pertama bisa
timbul pada setiap usia dari masa kanak sampai tua. Frekuensi episode dan pola remisi serta
kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi cenderung untuk menjadi
makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi lebih sering dan lebih lama
berlangsungnya setelah usia pertengahan.
Sekali pun konsep ”psikosis manik-depresif” semula meliputi juga pasien-pasien yang
menderita hanya depresi, sekarang istilah ”gangguan atau psikosis manik-depresif”
digunakan terutama untuk gangguan bipolar.
II.5 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
5.1 EPISODE DEPRESIF
• Deskripsi umum: Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum,
walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara
klasik, seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan
spontan, pandangan mata yang putus asa dan tidak terdapat kontak mata. Pada pemeriksaan
klinis, pasien depresi yang menunjukkan retardasi psikomotor mungkin tampak mirip dengan
pasien skizofrenia tipe katatonik.
• Mood, afek dan perasaan: Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota keluarganya
atau teman kerjanya karena menarik diri secara sosial dan penurunan aktifitas secara
menyeluruh.
• Bicara: Banyak pasien terdepresi menunjukkan kecepatan dan volume bicara yang
menurun, berespon terhadap pertanyaan denga nkata-kata tunggal dan menunjukkan respon
yang lambat terhadap suatu pertanyaan.
• Gangguan persepsi: Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah
perasaan bersalah bersalah, rasa berdosa, tidak berharga, kemiskinan, kegagalan, kejar dan
penyakit somatik.
• Pikiran: Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya
sendiri. Isi pikiran mereka seringkali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah,
bunuh diri, dan kematian. Kira-kira 10% memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya
penghambatan arus pikiran dan kemiskinan isi pikiran.
• Reliabilitas: Semua informasi dari pasien seringkali membesar-besarkan hal-hal yang
buruk dan menekan hal-hal yang baik
5.2 EPISODE MANIK
• Deskriksi umum: Pasien manik sangat penggembira, senang berbicara, kadang-kadang
lucu dan cenderung hiperaktif. Suatu waktu, mereka dapat menjadi psikotik, sulit diatur dan
memerlukan tahanan fisik dan injeksi intramuscular obat sedative.
• Mood, afek dan perasaan: Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka
memiliki toleransi yang rendah dan mudah frustasi yang dapat menyebabkan perasaan marah
dan permusuhan. Secara emosional mereka sangat labil, mereka dapat beralih dari tertawa
menjadi marah kemudian menjadi depresi dalam hitungan menit atau jam.
• Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara, sering kali rewel dan menjadi
pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Pembicaraan mereka penuh dengan gurauan,
sajak, permainan kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan. Pada tingkat yang lebih tinggi,
asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang menyebabkan gagasan yang
meloncat-loncat (flight of idea), clanging dan neologisme. Pada keadaan yang akut,
pembicaraan dapat menjadi inkoheren sama sekali dan sulit dibedakan dari pembicaraan
mereka yang skizofrenia.
• Gangguan persepsi: Waham ditemukan pada 75% pasien manik. Waham sesuai mood
seringkali melibatkan kekayaan, kemampuan atau kekuasaan yang luar biasa. Dapat juga
ditemukan waham dan halusinasi aneh yang tidak sesuai mood.
• Pikiran: Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali
perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak
terkendali.
• Reliabilitas: Pasien manik sulit untuk dipercaya karena kebohongan dan penyangkalan
merupakan hal yang umum ditemukan pada pasien mania
II.6 PENATALAKSANAAN
Bipolar merupakan suatu gangguan mood yang kronik progresif, maka dari itu
diperlukan rencana tatalaksana jangka panjang yang melibatkan multisistem antara lain
psikoterapi dan psikofarmaka.
6. 1 Penentuan Kegawatdaruratan7
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya,
seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan
depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan
pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat
bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.
6.2 Rawat Inap
a. Berbahaya untuk diri sendiri
Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat terlihat dengan resiko yang
signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan idea spesifik dengan
rencana menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan
pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit,
contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian.
b. Berbahaya bagi orang lain
Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa orang lain, contohnya seorang
penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap,
sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari
kesengsaraan dunia.
c. Kondisi medis yang harus dimonitor
Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di
lingkungan medis, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.
II.6.1 Rawat inap parsial atau program perawatan sehari
Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat
pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil. Contohnya, penderita dengan depresi berat
yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki
tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang
hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di
rumah setiap malam dan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga
menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan
seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi
dukungan dan hubungan interpersonal.
II.6.2 Rawat jalan
Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.
i. Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya. Stressor ini dapat berasal
dari keluarga atau pekerjaan, dan bila terkumpul dapat mendorong penderita menjadi
depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.
ii. Memonitor dan mendukung pemberian obat. Pengobatan membuat perubahan yang
luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping.
Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka
mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun
mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk
mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan
pengobatan.
iii. Membangun sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak
alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan.
Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu
mempertahankan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita
tinggal dan diterima di masyarakat.
iv. Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang
penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan
zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting.
Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat
luar biasa.
II.7 Psikoterapi
Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan dan
mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptive. Keadaan
kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi,
termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem
urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang professional antara
terapis dengan pasien. Terdapat beberapa jenis psikoterapi, yaitu:
II.7.1. Terapi Kognitif
Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang “belajar menjadi tak
berdaya”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman-pengalaman tentang kesuksesan. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan
simptom depresi melalui usaha untuk merubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada
pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-
kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat
menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirnya yang salah. Kemudian dia
harus belajar cara merespon cara pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif.
Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran
negatif dan harapan-harapan negatif. Cara ini dipraktikkan di luar sesi terapi dan ini menjadi
modal utama dalam merubah gejala. Terapi ini berlangsung lebih kurang 12 sampai 16 sesi.
Ada 3 fase yaitu:
1) Fase Awal (sesi 1-4) :
Membentuk hubungan terapeutik dengan pasien. Mengajarkan pasien tentang bentuk
kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap emosi dan fisik. Menentukan tujuan
terapi. Mengajarkan pasien untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang otomatis.
2) Fase pertengahan (Sesi 5-12) :
Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah. Membantu pasien
mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta mempraktikkan keterampilan
berespon terhadap hal-hal yang depresogenik dan memodifikasinya.
3) Fase Akhir (sesi 13-16) :
Menyiapkan pasien untuk terminasi dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang
relevan untuk terjadinya kekambuhan, dan mengkonsolidasikan pembelajaran melalui
tugas-tugas terapi sendiri.
II.7.2 Terapi Perilaku
Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari sosial dan
anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan terapi
perilaku adalah: meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-tugas yang
dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan.
Fase awal: pasien diminta untuk memantau aktivitas mereka, menilai derajat kesulitan
aktivitasnya, serta kepuasan terhadap aktivitasnya. Pasien diminta untuk melakukan sejumlah
aktivitas yang menyenangkan. Latihanvketerampilan sosial, asertif, dapat meningkatkan
hubungan interpersonal dan menurunkan interaksi submissive.
Fase akhir: Fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan latihan pemecahan masalah.
Diharapkan ilmu yang didapat di dalam terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan dalam
lingkungan pasien sendiri.
II.7.3 Psikoterapi Suportif
Psikoterapi Suportif memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistik.
Bantu pasien identifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi.
Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu memecahkan
problem eksternal (misal masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal
tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3
kali perminggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui
kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal).
II.7.4 Psikoterapi Dinamik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik, yaitu kerentanan psikologik terjadi akibat
konflik perkenbangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang.
Perhatian pada terapi ini adalah deficit psikologi yang menyeluruh yang diduga mendasari
gangguan depresi.Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri,
berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, pengaturan emosi yang buruk, defisit
interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan keluarga.
II.7.5 Psikoterapi Dinamik Singkat
Sesinya berlangsung lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman
buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat mengekspresikannya.
II.7.6 Terapi Kelompok
Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan terapi
kelompok :
1) Biaya lebih murah.
2) Ada destigmasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama.
3) Memberikan kesempatan untukmemainkan peran dan mempraktikkan keterampilan
perilaku interpersonal yang baru.
4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru.
Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Juga lebih
efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih berat, terapi individu lebih efektif.
II.8 TERAPI
II.8.1 Terapi depresan
Obat - Obatan Anti DepresanTrisiklik (TCAs) Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)
· Amitriptilin 75-150 mg / hari
· Imipramin 75-150 mg / hari
· Clomipramin 75-150 mg / hari
· Amineptin 100- 200 mg / hari
· Opipramol 50-150 mg / hari
· Elvatelin 20-40 mg / hari
· Protetin 20-40 mg / hari
· Setralin 50-100 mg / hari
· Fluvotamin 50-100 mg / hari
· Fluoxetin 10-20 mg/hari
Tetrasiklik Penghambat Mono Amine Okside (MAOIs)
· Maprotilin 75-150 mg / hari
· Amoxopin 200-300 mg / hari
· Mainserin 30-60 mg / hari
· Maclobemid 200-600 mg / hari
Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa
bulan, kemudian diturunkan. Beberapa pasien membutuhkan obat pemeliharaan untuk
periode jangka panjang. Antidepresan tunggal tidak dapat mengobati depresi.
Efek samping yang dapat diakibatkan oleh obat antidepresan antara lain :
1) Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll).
2) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardi, dll).
3) Efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi).
4) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).
5) Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2 – 3 minggu bila tetap
diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis / intoksikasi trisiklik dapat terjadi atropine toxic syndrome
dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic
konfusional state (confusion, delirium, disorientation). Untuk mengatasinya dapat dilakukan
gastric lavage, pemberian diazepam 10mg (im) untuk mengatasi konvulsi, Prostigmine 0,5-
1,0mg (im) untuk mengatasi efek anti-kolinergik, serta monitoring EKG untuk deteksi
kelainan jantung.
II.8.2 TERAPI MANIA
Pada terapi mania, digunakana Stabilisator Mood yang dapat berupa:
a. Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Sejumlah
kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk utuh hanya melalui
ginjal. Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi dosis
hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi
dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan akut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar
antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan.
Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan
berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula
terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel. Akibat intoksikasi
litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia, defisist memori, dan
gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis harus segera
dilakukan. Litium dapat merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah
intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang mengonsumsi
litium dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum
air. Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin. Kejadiannya
meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita dengan gangguan
bipolar yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan litium
selama kehamilan bila ada indikasi secara klinis. Kadar litium darahnya harus dipantau
dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau janin, harus dilakukan. Selama
kehamilannya, wanita tersebut harus disupervisi oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum
kehamilan terjadi, risiko litium terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus
didiskusikan.
b. Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium
valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang dapat
dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.
2. Preparat intravena
3. Preparat supositoria
Valproat terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.
Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua jam.
Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat
dengan protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet
mengandung tinggi lemak.
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum berkisar
antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan divalproat dengan konsentrasi
plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 –
500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL.
Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta
trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 mg/mL. Untuk terapi rumatan,
konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya
anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase,
sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan bekurang
dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu. Efek samping gastrointestinal lebih
sering terjadi pada penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan
tablet salut sodium divalproat.
c. Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal Na
+ Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. Lamotrigin oral diabsorbsi dengan
cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam.
Sebanyak 10% lamotrigin dieksresikan dalam bentuk utuh. Dosis berkisar antara 50-200
mg/hari. Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit kepala, mual, muntah, pusing,
mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk kemerahan di kulit.
Ada berbagai macam obat untuk gangguan bipolar.
Lithium (Lithobid, dll) merupakan obat untuk menstabilkan suasana hati (mood
stabilizer) yang efektif dan sudah dipergunakan selama bertahun-tahun. Pada
pemberian lithium, pemeriksaan darah secara periodik diperlukan karena lithium
dapat menyebabkan gangguan kelenjar thyroid atau ginjal. Efek samping yang sering
muncul adalah: mulut kering, gangguan pencernaan dan gelisah.
Anticonvulsants. Obat yang mentsabilkan suasana hati (mood stabilizer) dalam
kelompok ini antara lain: valproic acid (Depakene, Stavzor), divalproex (Depakote)
and lamotrigine (Lamictal). Obat asenapine (Saphris) bisa dipakai untuk mengobati
episode campuran (mixed episode). Efek samping tergantung obat yang diminum,
antara lain berupa: pusing, penambahan berat badan dan perasaan mengantuk
(drowsiness). Beberapa jenis anticonvulsant bisa mengakibatkan efek samping lebih
serius seperti bercak bercak merah di kulit, gangguan darah dan gangguan liver.
Antipsikotik. Beberapa obat antipsikotik seperti aripiprazole (Abilify), olanzapine
(Zyprexa), risperidone (Risperdal) dan quetiapine (Seroquel) bisa diberikan pada
penderita gangguan bipolar yang tidak cocok dengan obat dari kelompok
anticonvulsants. Satu satunya obat antipsikotik yang dianjurkan oleh FDA (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Amerika) untuk gangguan bipolar adalah quetiapine,
namun dokter tetap dapat meresepkan obat yang lain. Efek samping yang timbul
tergantung obat yang dipakai, namun yang sering muncul adalah: penambahan berat
badan, penglihatan kabur, gemetar (tremor), mengantuk dan detak jantung yang cepat.
Pada anak anak penambahan berat badan sering jadi keluhan. Obat antipsikotik sering
mengganggu kemampuan mengingat (memory) dan gangguan perhatian (atensi) dan
gerakan spontan otot wajah dan anggota badan.
Obat anti depresi. Tergantung gejala yang ada, dokter kemungkinan akan memberi
obat anti depresi. Pada beberapa kasus, pemberian anti depresi pada penderita
gangguan bipolar bisa memicu timbulnya gejala mania. Namun hal ini bisa dihindari
bila obat anti depresi diberikan bersamaan dengan obat penstabil suasana hati (mood
stabilizer). Efek samping paling sering dari anti depresi adalah menurunnya dorongan
seksual dan kesulitan orgasme. Beberapa obat anti depresi kuno, seperti golongan
tricyclic dan MAOI dapat menyebabkan efek samping yang fatal sehingga
memerlukan monitor yang ketat.
Symbiax. Merupakan campuran obat anti depresi fluoxetine dan obat anti psikotik
olanzapine. Campuran tersebut bekerja sebagai anti depresi dan mood stabilizer. Efek
sampingnya berupa penambahan berat badan, peningkatan nafsu makan, dan rasa
mengantuk. Obat ini juga menimbulkan efek samping berupa penurunan dorongan
seksual seperti pada obat anti depresi.
Benzodiazepine. Obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan memperbaiki
gangguan tidur. Obat dalam kelompok ini antara lain: clonazepam (Klonopin),
lorazepam (Ativan), diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam
(Niravam, Xanax). Obat kelompok benzodiazepine biasanya hanya dipakai sementara
untuk mengurangi kecemasan (anxiety). Efek sampingnya berupa mengantuk,
gangguan mengingat (memory), keseimbangan badan dan menurunnya koordinasi
otot.
Table 1 FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens
Nama Generik Nama Dagang Manik Mixed Maintenance Depresi
Valproate Depakote X
Carbamazepine extended release Equestro X X
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Combination Symbyax X
Terapi Non Farmakologi
a. Konsultasi
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita
tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.psikoterapi untuk
ganguan jiwa bipolar meliputi:
Cognitive behavior therapy (CBT) (terapi perilaku kognitif). CBT merupakan salah
stau model psikoterapi yang sering diterapkan pada penderita gangguan jiwa bipolar.
Fokus dari CBT adalah mengidentifikasi semua pola pikir dan perilaku negatif dan
menata ulang dengan pola pikir dan perilaku yang positif (sehat). CBT bisa
mengidentifikasi pemicu gangguan bipolar dan memperkuat kemampuan dalam
mengatasi stress dan hal hal yang tidak menyenangkan hati.
Psychoeducation. Penyuluhan tentang gangguan bipolar sehingga si penderita dan
keluarganya bisa memahami gangguan bipolar secara lebih baik sehingga bisa bekerja
sama dalam pemulihan penyakit dengan lebih baik pula.
Family therapy (terapi keluarga). Terapi keluarga diberikan kepada keluarga sebagai
keseluruhan utamanya untuk menciptakan suasana yang tidak menekan (stress).
Dalam terapi keluarga diajarkan bagaimana komunikasi yang baik, menyelesaikan
konflik dan memecahkan masalah.
Group therapy (terapi kelompok). Terapi dalam kelompok sesama penderita depresi.
Dalam terapi ini sesama penderita bisa saling belajar.
b. Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet
khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena
peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan
efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan
menyebabkan toksisitas.
Jangan menghindari makan. Perasaan lapar (karena tidak makan pagi atau makan
siang, misalnya) membuat seseorang mudah tersinggung, merasa capek. Usahakan
agar bisa makan sesuatu setiap 3-4 jam sekali, meskipun sedikit
Pilih karbohidrat kompleks, seperti kentang, pasta, pisang, nasi merah. Makanan
tersebut dapat meningkatkan kadar serotonin dalam darah yang akan dapat menaikkan
perasaan dan mengurangi depresi.
Tingkatkan konsumsi vitamin B. Kekurangan vitamin B seperti asam folat dan vit B-
12 akan dapat mencetuskan terjadinya depresi. Minumlah vitamin B complex sebagai
tambahan.Perbanyak konsumsi kacang-kacangan, buah buahan, ayam dan telur.
Konsumsi suplemen chromium. Penelitian tentang depresi menunjukkan bahwa
konsumsi chromium picolinate akan dapat mengurangi pergolakan perasaan dan
mengurangi depresi. Suplemen chromium terutama bagus pada penderita depresi yang
cenderung tidak mau makan atau makan terus ketika depresi.
Konsumsi makanan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 yang banyak di
ikan salmon, sardines, mackerel, herring, dll.Omega-3 juga banyak dalam bentuk
makanan suplemen.
c. Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas
fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang
reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini
berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan
menyebabkan toksisitas litium.
d. Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan
edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga
dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan
dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi
perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.
Memberi informasi tentang bagaimana cara me
II.9 KELAINAN MANIA DAN BIPOLAR
Berlawanan dengan gejala depresi yang timbul hampir di semua gangguan psikiatri,
gejala manik lebih terbatas walaupun dapat disebabkan oleh kondisi medis dan neurologist
maupun obat-obatan yang sangat luas. Pengobatan antidepresan juga sering dihubungkan
dengan terjadinya mania pada beberapa pasien.
II.9.1 Bipolar I Disorder
Ketika pasien dengan bipolar I mengalami episode depresi, diagnosis banding yang
didapatkan sama dengan mereka yang mengalami depresi mayor. Ketika pasien mengalami
manik, diagnosis banding meliputi bipolar I, bipolar II, siklotimik, gangguan mood akibat
kondisi medis dan akibat induksi obat. Untuk gejala manik, borderline, narsistik, histrionic
dan kepribadian anti social memerlukan pertimbangan khusus.
II.9.2 Bipolar II Disorder
Diagnosis banding untuk pasien yang dievaluasi akibat gangguan mood seharusnya
termasuk juga gangguan mood lainnya, psikotik dan borderline. Membedakan depresi mayor
dan bipolar I, dengan gangguan bipolar II bergantung pada evaluasi gejala-gejala klinis
terutama pada episode yang mirip mania. Klinisi seharusnya tidak salah membedakan eutimik
pada pasien depresi kronis dengan episode manik atau hipomanik. Pasien dengan kepribadian
borderline sering memiliki hidup yang terganggu, mirip dengan pasien bipolar II karena
terdapat banyak episode gejala gangguan mood yang significan.
II.9.3 Gangguan bipolar pada anak
Kriteria yang berlaku untuk penderita bipolar pada orang dewasa sama dengan kriteria
yang berlaku pada anak anak. Hanya saja, gangguan jiwa bipolar pada anak anak mempunyai
pola yang berbeda sehingga kriteria diatas tidak selalu benar. Bila pada orang dewasa terlihat
adanya episode yang jelas antara mania dan depresi, pada anak dan remaja polanya lebih
kearah tidak menentu (erratic), perubahan suasana hati (mood) dan etingkat nergi yang cepat.
Susah untuk membedakan dengan keadaan normal ketika lagi “up” dan “down”, akibat
dari stress atau trauma, atau tanda dan gejala gangguan jiwa lainnya. Anak dengan gangguan
bipolar juga sering mempunyai ADHD atau gangguan perilaku lain.
Meskipun gangguan bipolar dapat terjadi pada anak anak, diagnose pada anak umur
dibawah usia sekolah sangatlah sulit. Kriteria yang ada untuk menentukan diagnose belum
benar benar terbukti, dan banyak gangguan perasaan (mood) dan perilaku selain bipolar yang
dapat menyerang anak anak.
II.10 PROGNOSIS
Prognosis pada penderita dengan gangguan bipolar I lebih buruk daripada penderita
dengan depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita
mengalami serangan manik lain.8
Hanya 50 – 60 % penderita gangguan bipolar I dapat dikontrol dengan litium
terhadap gejalanya.
Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita
mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetap. Seringkali
perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan usia.
Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain :
i. Riwayat pekerjaan yang buruk
ii. Penggunaan alkohol
iii. Gambaran psikotik
iv. Gambaran depresif diantara episode manik dan depresi
v. Adanya bukti keadaan depresif
vi. Jenis kelamin laki-laki
Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut :
i. Fase manik (dalam durasi pendek)
ii. Onset terjadi pada usia yang lanjut
iii. Pemikiran untuk bunuh diri yang sedikit
iv. Gambaran psikotik yang sedikit
v. Masalah kesehatan (organik) yang sedikit
Gangguan bipolar sering menimbulkan komplikasi berupa:
i Masalah terkait kepada kecanduan alcohol atau narkoba.
ii Masalah hukum
iii Masalah keuangan.
iv Permasalahan hubungan sosial
v Isolasi dan hidup menyendiri
vi Kinerja buruk di sekolah atau ditempat kerja.
vii Sering bolos kerja atau sekolah.
viii Bunuh diri
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Pengambilan Resep
Resep diambil dari RSKJ Dharma Graha Serpong-Tangerang, yaitu :
1. Pro : Tn. Ardiyanto
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosis : Bipolar disorder
R/ Depakoat
S 3dd1 500 mg
R/ Neripros
S 2dd1
R/ Efexor
S2dd1
R/ Dumolud
S2dd5
2. Pro : Dewi
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa : Bipolar disorder
R/ Trimania 250 mg
S1dd1
R/ Noprenia
S2dd1
R/ THP
S2dd2
3. Pasien Rawat Inap
Pro : Ny. Corina
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis Awal : Bipolar dengan Psikotik
R/ Frimania 400 mg
S2dd1
R/ Depakoatt xr 50 mg
S1dd1
R/ Geroguel 400 mg
S2dd1
R/ Meslopan
S2dd1
Setelah pasien pulang dari rawat inap diberikan resep obat yang harus dikonsumsi
rutin di rumah.
R/ Depakoatt xr 500 mg
S2dd1
R/ ` Geroguel 400 mg
S2dd1
R/ Neripros
S2dd1
R/ Trixitas 0,5 mg
S1dd1
Terapi tambahan : - Frimania 200 mg, S 2dd1
- Clozapin 100 mg. S2dd1
- Meslopan S2dd2
III.2 Study Kasus
Pasien dibawa ke RSKJ Dharma Graha menggunakan mobil penjemput RS, dan
pasien mengatakan dibawa dengan cara dibohongi, pasien awalnya tidak terima namun
akhirnya pasien bisa menerima setelah 3 hari. Pasien mengatakan dirinya dibawa ke RS
Dharma Graha karena penyakit jiwa, yang diakui pasien adalah mood yg labil seperti roller
coaster yang sebentar emosi, tiba-tiba sedih hanya dalam hitungan jam. Pasien mengatakan
mood yang berubah-ubah itu dialami sejak SMA dan terasa sangat mengganggu karena
berpengaruh dalah hubungan sosial pasien.
Pasien mengatakan sebelum dibawa ke RS dharma Graha dia sudah menyadari kalau
dirinya sakit, oleh karena itu seak tahun 2000 pasien pernah konsultasi dengan teman nya
yang seorang psikolog dan didiagnosa depresi,namun karena ibu pasien mengatakan jangan
terlalu percaya dengan temannya dengan alasan temannya masih belum berpengalaman,
maka pasien mengabaikan nya. Lalu pasien berobat ke beberapa dokter namun tidak
continue dan putus obat dikarenakan pasien boarding school dan dikarenakan pasien tidak
tahu didiagnosa apa juga pasien merasa tidak enak meminum obat-obatan yang diberi oleh
dokter.
Menurut keterangan perawat dan catatan medis pasien mulai timbul gejala sejak
sekolah. Selama masa perawatan, kondisi psikiatri pasien stabil. Pada saat ini pasien terlihat
tenang, kooperatif dan emosi stabil. Pasien mau mengikuti kegiatan di pendopo,pasien sering
berkomunikasi dan mengobrol dengan pasien-pasien lainnya di RS bahkan punya beberapa
teman dekat dan pacar di RS.
Menurut catatan medis pasien keterangan ibu pasien mengatakan bahwa pasien
merasa mood swing. Mulai KDRT, pernah melempar ke pintu kamar ibunya, dan menyetel
lagu keras-keras lalu ibunya ketakutan sampai kabur dari rumah untuk kesekian kalinya.
Pasien juga punya 7 kartu kredit dan sering menggunakannya sampai ibunya harus
membayar hutang-hutang nya.
RENCANA TATA LAKSANA
A. PSIKOFARMAKA
Anti depresi atypical : Efeksor 75 mg
Antimania : depakode 3x250mg
Anti insomia : Dumolid 5 mg
Simvastatin 1x10 mg
B. NON PSIKOFARMAKA
1. Psikoterapi: Supportive Therapy
Memastikan pasien meminum obat secara teratur
Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur demi kesembuhannya
Memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien untuk dapat melakukan aktivitas
seoptimal mungkin
Terapi interpersonal: perbaiki masalah hub interpersonal yg berkaitan dengan orang
terdekat dalam idup pasienàmngurangi stress
2. Terapi Psikososial:
Konseling keluarga: memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai kondisi
penyakit yang diderita pasien dan pentingnya dukungan dan motivasi kepada pasien.
Terapi rekreasi: mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi dan kesenian yang
diadakan
Terapi keluarga: perbaiki masalah dan kembalikan suasana link rumah yang suportif
dan sehat
3. Terapi perilaku
mengajak pasien untuk mengembangkan hobinya
menghimbau pasien untuk rajin menunaikan ibadah sesuai kepercayaanya
terapi kognitif: mengidentifikasi pemikiran negatif àkembangkan pikiran positif
RENCANA TATA LAKSANA LAIN
Anjuran pemeriksaan:
Anjuran monitor tekanan darah rutin
Pemeriksaan laboratorium darah (anjuran pemeriksaan 6 bulan sekali):
o Fungsi ginjal: ureum, kreatinin
o Fungsi hati: SGOT, SGPT
o Pemeriksaan kadar gula darah (GDP, GD2PP dan HbA1C)
o Kadar kolestrol total, HDL, LDL, trigliserida
III.3 Study Literatur
Beberapa penelitian tentang penyakit bipolar yang telah dilakukan, diambil dari
sumber-sumber sebagai berikut :
a. detikhealth.com (13 maret 2012)
Gangguan bipolar (juga dikenal sebagai manik depresi) menyebabkan pergeseran
serius dalam suasana hati, energi, berpikir, dan perilaku yang ekstrim (di satu sisi sangat
bersemangat, di sisi lain sangat depresi). Lebih dari sekadar suasana hati yang berlangsung
sekilas, gangguan bipolar dapat berlangsung berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Dan tidak
seperti suasana hati biasa, perubahan suasana gangguan bipolar sangat hebat sehingga mereka
mengganggu kinerja. Selama episode manic, penderita begitu bersemangat bekerja, tidak
begitu tertekan dengan tagihan utang, atau merasa cukup sehat walaupun istrihat cuma dua
jam. Sedangkan selama episode depresi, penderita sangat malas bangun, penuh kebencian,
putus asa, dan begitu tertekan dengan masalah social yang dialami.
Tidak ada jenius besar yang pernah hidup tanpa memiliki suatu jenis kegilaan,” kata
Aristoteles. Sekarang psikiater telah menemukan nampaknya ucapan filsuf Yunani tersebut
ada benarnya.
Para peneliti mempelajari 300.000 orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit
mental dan menemukan pasien yang memiliki gangguan bipolar lebih cenderung bekerja
pada profesi kreatif. Keluarga pasien bipolar yang tidak memiliki gangguan mental juga lebih
mungkin terlibat dalam pekerjaan kreatif sebagai desainer, artis, musisi, penulis atau dosen
universitas. Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai gangguan manik depresi dan
mempengaruhi sekitar 1 persen dari populasi di AS. Bipolar ditandai dengan perubahan
suasana hati ekstrim yang sangat tidak stabil dari sangat senang kemudian tiba-tiba menjadi
sangat sedih atau depresif.
Gangguan bipolar dapat berlangsung berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Tidak
seperti perubahan suasana hati biasa, perubahan suasana hati pada penderita bipolar sangat
hebat sehingga mengganggu kinerja.
“Kebanyakan orang yang kreatif tidak memiliki penyakit mental, dan kebanyakan orang yang
sakit mental biasanya tidak kreatif. Namun ada tingkat yang tidak proporsional dari gangguan
jiwa, terutama gangguan bipolar, pada individu yang sangat kreatif,” kata peneliti Profesor
Kay Redfield dari Johns Hopkins University of Medicine seperti dukutip dari The
Independent.
“Tidak diketahui mengapa hal itu terjadi, tapi mungkin ada suatu gen kreativitas yang tidak
hanya berperan pada jenis profesi tertentu”, tetapi dalam bipolar juga,” kata Dr Lori Altshuler
dari UCLA Mood Disorders Research Program
“Pasien bipolar memiliki anatomi otak yang tidak biasa. Berkurangnya pengaturan otak
bagian frontal yang berperan dalam kemampuan afektif mempengaruhi amigdala dan striatum
sehingga meningkatkan ketidakstabilan afektif serta kompulsifitas. Gagasan mengenai
berkurangnya pengaturan tersebut nampaknya menyebabkan pasien bipolar lebih peka dan
reaktif terhadap rangsangan dari luar.Otak orang-orang kreatif tampaknya lebih terbuka
terhadap rangsangan yang masuk dari lingkungan sekitarnya,” kata Katherine P. Rankin,
Ph.D. dari University of California-San Francisco.
b. JAKARTA, KOMPAS.com (25 April 2012)
Orang dengan gangguan bipolar atau gangguan kejiwaan, ternyata lebih banyak
diderita oleh mereka yang berasal dari kelompok berpendidikan tinggi dan memiliki
kreativitas tinggi. "Orang bipolar bisa menghasilkan ide-ide fantastis dan aneh yang orang
lain tidak pernah pikirkan. Bahkan banyak diantara mereka yang jadi orang sukses," kata
Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) dr. Handoko
Daeng, SpKJ (K) saat acara seminar media. Handoko menyebutkan, banyak orang-orang
terkenal dan jenius yang justru memiliki penyakit kejiwaan. Sebut saja seperti Vincent van
Gogh, pelukis ternama ini diketahui mengidap bipolar dan karena tidak bisa mengatasi
gangguan mental yang dideritanya, dia akhirnya meninggal karena bunuh diri.
Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang
dalam rentang waktu tertentu) dan ditandai oleh gejala-gejala perubahan mood biasanya
rekuren dan berlangsung seumur hidup. Handoko mengatakan, sampai saat ini belum
diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan bipolar. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh banyak faktor. Keterlambatan dan misdiagnosis dapat memberikan dampak
meningkatnya risiko bunuh diri, perilaku merugikan. "Kenapa lebih sering dialami oleh orang
berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi? Sebetulnya itu merupakan suatu seleksi
alam," cetusnya.
Sementara itu, dr. Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), Kepala Departemen Psikiatri
RSCM menyampaikan, dari penelitian epidemiologi memang ditemukan bahwa kasus bipolar
banyak ditemukan pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tapi bukan berarti
mereka yang berpendidikan rendah tidak ada yang terkena."Di RSCM cukup banyak pasien
bipolar yang mendapatkan layanan Gakin dan SKTM. Jadi mereka ada juga dari kalangan
ini," terangnya. Lebih lanjut Handoko memaparkan, bipolar bukanlah sebuah sifat yang ada
pada diri seseorang, tetapi lebih kepada sebuah disorder atau gangguan yang dapat diatasi.
Penundaan dalam diagnosis akan mengakibatkan penderita mengalami depresi berat sehingga
dapat menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan tidak hanya untuk si penderita tetapi
juga orang disekitarnya. Sebagai contoh, kasus kekerasan dalam rumah tangga. Banyak orang
menduga bahwa kekerasan yang dilakukan suami kepada isri dikarenakan sifat pribadi
bawaan seseorang."Padahal ini bukanlah sifat kepribadian, melainkan gangguan yang dapat
diatasi," katanya.
c. TEMPO.CO (5 Juni 2012)
Sejumlah seniman yang jadi legenda dunia disebut-sebut mengalami sakit mental.
Misalnya pelukis Vincent van Gogh dan Frida Kahlo. Atau sastrawan Virginia Woolf dan
Edgar Allan Poe. Kini, kaitan antara genius dan kegilaan bukan lagi sekadar anekdot. Sebuah
penelitian menunjukkan kedua ekstrem pikiran manusia tersebut, benar-benar saling terkait.
Riset itu dipaparkan di depan panel ahli pada acara Festival Sains Dunia yang kelima di New
York, pekan lalu. Kay Redfield Jamison, psikolog klinis dan profesor di Johns Hopkins
University School of Medicine, memperlihatkan temuan 20 sampai 30 studi ilmiah yang
mendukung pandangan tentang "jenius yang tersiksa." Dari banyak jenis psikosis, kreativitas
tampaknya paling terkait dengan suasana hati, khususnya gangguan bipolar. Kesimpulan ini
merujuk pada penelitian yang menguji kecerdasan 700.000 warga Swedia yang berusia 16
tahun. Satu dekade kemudian, sebagian dari mereka menderita penyakit mental. "Orang yang
unggul saat berusia 16 tahun, ternyata empat kali lebih mungkin mengembangkan gangguan
bipolar," kata Jamison yang memaparkan penelitian yang diterbitkan tahun 2010. Gangguan
bipolar menyebabkan perubahan suasana hati yang dramatis antara kebahagiaan ekstrim
(dikenal sebagai "mania") dan depresi berat. Pertanyaannya, bagaimana mungkin siklus
brutal ini menimbulkan kreativitas ? Jawabannya ada pada penelitian yang disampaikan
panelis lain, James Fallon. "Orang-orang dengan bipolar cenderung menjadi kreatif ketika
mereka keluar dari depresi berat," kata Fallon, ahli neurobiologi dari Universitas California-
Irvine. Ketika suasana hati seorang pasien bipolar membaik, aktivitas otaknya bergeser.
Terjadi penurunan aktivitas pada bagian otak yang disebut lobus frontal dan penaikan pada
bagian yang lebih tinggi. Hebatnya, pergeseran yang sama terjadi pada orang yang memiliki
kreativitas. "Ada hubungan antara sirkuit bipolar dan kreativitas," kata Fallon. Bagaimana
pola-pola otak diterjemahkan ke dalam pikiran? Elyn Saks, profesor hukum kesehatan mental
University of Southern California, menjelaskan bahwa orang dengan psikosis tidak
menyaring rangsangan orang lain.
Sebaliknya, mereka dapat menghibur ide kontradiktif secara bersamaan. Selain itu
masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan mengganggu, "ini menjadi sangat kreatif," kata
Saks. Sebuah studi meminta peserta membuat daftar semua kata yang muncul dalam
pikirannya, dengan rangsangan kata (seperti "tulip"). Ternyata pasien yang memiliki bipolar
mania ringan, mampu menghasilkan tiga kali lebih banyak asosiasi kata, ketimbang warga
kebanyakan. "Saya pikir kreativitas hanyalah satu bagian dari sesuatu yang sebagian besar
buruk," kata Saks.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pro : Tn. Ardiyanto
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosis : Bipolar disorder
R/ Depakote SR
S 3dd1 500 mg
R/ Neripros
S 1dd1
R/ Efexor
S1dd1
R/ Dumolid 5 mg
S2dd1
Jawaban :
a. Depakote SR, Komposisi : Asam valproat
Indikasi : Pengobatan episode manik gangguan bipolar
Kontraindikasi :Hipersensitifitas penyakit hati
Efek samping : kegagalan fungsi hati, menstruasi tidak beraturan, kelelahan,
dan rambut rontok
Dosis awal 15 mg /kg bb per hari, dosis ditingkatkan sebesar 5-10 mg/kg bb
per hari dengan interval 1 minggu sampai serangan dapat
diatasi. Dosis maksimum adalah 60 mg/kg bb per hari. Jika
dosis total melebihi 250 mg perhari diberikan dalam dosis
terbagi dua.
SOAP ??
b. Neripros, komposisi : Risperidone
Indikasi : Psikosis akut dan kronik, mania
Kontraindikasi : Menyusui
Interaksi obat : Anestetik, antibakteri, alkohol, antitukak, litium, antiepilepsi
Efek samping : insomnia, agitasi, sakit kepala, dan ansietas
Dosis : Dosis awal 2 mg , 1 x 1 hari naikkan dosis secara bertahap sebanyak 1 mg per
hari
SOAP ???
c. Efexor, Komposisi : Venlafaksin
Indikasi : Depresi sedang sampai berat
Kontraindikasi : Penyakit jantung, gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal dan
hati, kehamilan dan menyusui
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, insomnia, sakit kepala
Dosis : Dosis awal 75 mg per hari dibagi dalam 2 dosis terbagi naikkan dosis jika
diperlukan setelah 3-4 minggu menjadi 150 mg. Obat sebaiknya diberikan
sekali sehari pada waktu yang sama misalnya, pagi hari atau sore hari.
SOAP ???
d. Dumolid, Komposisi : Nitrazepam
Indikasi : Insomnia, gangguan tidur
Kontraindikasi : Depresi pernapasan, psikosis kronik, dan gangguan hati berat
Efek samping : ataksia, bingun, vertigo, amnesia, dan ketergantungan
Dosis : 5-10 mg sebelum tidur
SOAP ???
2. Pro : Dewi
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa : Bipolar disorder
R/ Frimania 250 mg
S1dd1
R/ Noprenia
S2dd1
R/ THP
S2dd2
Jawaban :
a. Frimania, Komposisi : Litium karbonat
Indikasi : Depresi mania, terapi dan profilaksis kasus mania
Efek samping : Gangguan saluran cerna, tremor, edema
Interaksi obat : Analgesik, Antiaritmia, Antidepresan, diuretik, Penghambat
ACE, teofilin
Dosis : Dosis awal untuk terapi dan prifilaksis 0,4-1,2 gram per hari dalam
dosis tunggal atau dosis terbagi dua.
SOAP ???
b. Noprenia, Komposisi : Risperidone
Indikasi : Psikosis akut dan kronik, mania
Kontraindikasi : Menyusui
Interaksi obat : Anestetik, antibakteri, alkohol, antitukak, litium, antiepilepsi
Efek samping : insomnia, agitasi, sakit kepala, dan ansietas
Dosis : Dosis awal 2 mg , 1 x 1 hari naikkan dosis secara bertahap sebanyak 1 mg
per hari
SOAP ???
c. Thp
3. Pasien Rawat Inap
Pro : Ny. Corina
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis Awal : Bipolar dengan Psikotik
R/ Frimania 400 mg
S2dd1
R/ Depakote SR 500 mg
S3dd1
R/ Seroquel 300 mg
S2dd1
R/ Merlopam
S2dd1
Setelah pasien pulang dari rawat inap diberikan resep obat yang harus dikonsumsi
rutin di rumah.
R/ Depakote SR 500 mg
S3dd1
R/ ` Seroquel 300 mg
S2dd1
R/ Neripros 2 mg
S2dd1
R/ Trixitas 0,5 mg
S1dd1
Terapi tambahan : - Frimania 200 mg, S 2dd1
- Clozapin 100 mg. S2dd1
- Meslopan S2dd2
Jawaban :
a. Depakote SR, Komposisi : Asam valproat
Indikasi : Pengobatan episode manik gangguan bipolar
Kontraindikasi : Hipersensitifitas penyakit hati
Efek samping : kegagalan fungsi hati, menstruasi tidak beraturan,
kelelahan, dan rambut rontok
Dosis : Dosis awal 15 mg /kg bb per hari, dosis ditingkatkan sebesar 5-10
mg/kg bb per hari dengan interval 1 minggu sampai serangan
dapat diatasi. Dosis maksimum adalah 60 mg/kg bb per hari. Jika
dosis total melebihi 250 mg perhari diberikan dalam dosis terbagi
dua.
SOAP ???
b. Frimania, Komposisi : Litium karbonat
Indikasi : Depresi mania, terapi dan profilaksis kasus mania
Efek samping : Gangguan saluran cerna, tremor, edema
Interaksi obat : Analgesik, Antiaritmia, Antidepresan, diuretik, Penghambat
ACE, teofilin
Dosis : Dosis awal untuk terapi dan prifilaksis 0,4-1,2 gram per hari dalam
dosis tunggal atau dosis terbagi dua.
SOAP ???
c. Seroquel, Komposisi :Quetiapin
Indikasi : Skizoferenia, pengobatan episode mania gangguan bipolar
Kontraindikasi : Gangguan hati dan ginjal, penyakit sebrovaskuler dan
kardiovaskuler, menyusui
Efek samping : mengantuk, dispepnia, konstipasi, mulut kering
Interaksi obat : Alkohol, Antidepresan SSP, penghambat MAO, Antifungi, dan
Antibiotik
Dosis : 50 mg 2 kali sehari pada hari ke 1, 100 mg 2 kali sehari pada hari ke 2,
150 mg 2 kali sehari pada hari ketiga, 200 mg 2 kali sehari pada hari
keempat, lalu disesuaikan dengan respons secara bertahap sampai 200
mg per hari sampai 800 mg per hari.
SOAP ???
d. Merlopam, Komposisi : Lorazepam
Indikasi : Pengguna jangka pendek pada insomnia, dan status epileptikus
Kontraindikasi : Depresi pernapasan, gangguan hati berat, vertigo, hipotensi
Efek samping : Mengantuk, lemah otot, amnesia, ketergantungan, libido
Alergi obat : ada
Potensi penyalahgunaan jumlah obat : ada
Efek aditif : ada
Dosis : 12 mg/hari sebelum tidur
SOAP ????
e. Neripros, komposisi : Risperidone
Indikasi : Psikosis akut dan kronik, mania
Kontraindikasi : Menyusui
Interaksi obat : Anestetik, antibakteri, alkohol, antitukak, litium, antiepilepsi
Efek samping : insomnia, agitasi, sakit kepala, dan ansietas
Dosis : Dosis awal 2 mg , 1 x 1 hari naikkan dosis secara bertahap sebanyak 1 mg
per hari
SOAP ???
f. Trixitas ??
g. Frimania, Komposisi : Litium Karbonat
Indikasi : Terapi dan profilaksis mania, dan depresi
Efek samping : Gangguan saluran cerna, sakit kepala, tremor, polidipsi, poliuria
Interaksi obat :
Dosis : Pasien lansia dan pasien yang berat badan kurang dari 50 kg yaitu dosis
maksimal 400 mg, 2 kali sehari 1 tablet
Interaksi obat : Analgesik, Antiaritmia, Antidepresan, Metildopa, Teofilin
SOAP ???
h. Clozapin, Komposisi : Klozapin
Indikasi : Skizofrenia
Kontraindikasi : Kelainan jantung berat, kelainan sumsum tulang, kehamila,
menyusui
Efek Samping : Konstipasi, demam, takikardi, mual, muntah
Dosis : Dosis ditingkatkan hingga 12,5 mg tiap minggu sampai maksimal 100
mg sehari dalam 2 dosis terbagi.
SOAP ???
i. Merlopam, Komposisi : Lorazepam
Indikasi : Pengguna jangka pendek pada insomnia, dan status epileptikus
Kontraindikasi : Depresi pernapasan, gangguan hati berat, vertigo, hipotensi
Efek samping : Mengantuk, lemah otot, amnesia, ketergantungan, libido
Alergi obat : ada
Potensi penyalahgunaan jumlah obat : ada
Efek aditif : ada
Dosis : 12 mg/hari sebelum tidur
SOAP ????
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Saddock. Synopsis Of Psychiatry. Edisi Sepuluh.
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama.
1993. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
4. Amir, Nurmiati. 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
6. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
Bipolar merupakan gangguan mood yang bersifat episodik yang ditandai oleh gejala-
gejala manik, hipomanik, depresi atau campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung
seumur hidup. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)
yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya terganggu, dan
gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi dan aktivitas (depresi). Etiologi
dan patofisiologi nya tergantung dari beberapa faktor yaitu faktor biologi, genetik,
psikososial. Yang khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode dan
insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana
perasaan (mood) lainnya. Episode manik biasanya dimulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Dimana pasien akan
menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan
kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran.
Depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia, dimana pasien merasakan hilangnya energi-
energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan
pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Kedua macam episode itu sering kali menyusul
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak
esensial untuk penegakan diagnosis. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa
kanak sampai tua. Frekuensi episode dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat
bervariasi, meskipun remisi cenderung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan
depresinya menjadi lebih sering dan lebih lama berlangsungnya setelah usia pertengahan.
Sekali pun konsep ”psikosis manik-depresif” semula meliputi juga pasien-pasien yang
menderita hanya depresi, sekarang istilah ”gangguan atau psikosis manik-depresif”
digunakan terutama untuk gangguan bipolar. Untuk menegakkan diagnosa kita dapat
menggunakan criteria diagnostik dari PPDGJ III atau menggunakan DSM IV.
Gangguan bipolar ini dapat diberikan terapi psikoterapi dan farmakoterapi. Dimana
farmakoterapi yang digunakan biasanya berdasarkan diagnosis yang sudah ditegakkan
dengan memberikan : antidepresan, stabilator mood, antipsikosis, dan terapi lain yang
digunakan adala ECT. Prognosis dari gangguan bipolar ini masih belum dapat memberikan
hasil yang memuaskan walaupun sudah diberi terapi yang cukup adekuat, samapi saat ini
masih terus dilakukan penelitian untuk mendapatkan terapi yang lebih baik, sehingga dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Neripros
Komposisi : Risperidone
Farmakologi & Indikasi : Psikosis akut dan kronik, mania
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval pemakaian
: Dosis awal 2 mg , 1 x 1 hari naikkan dosis secara bertahap
sebanyak 1 mg per hari
Kontraindikasi : Menyusui
Efek samping :
Interaksi Obat : Anestetik, antibakteri, alkohol, antitukak, litium,
antiepilepsi
Saran KIE :
Frixitas
Komposisi : Alprazolam
Kelas Terapi/Sub.Kelas Terapi
: Psikofarmaka/Anti ansietas & anti insomnia
Farmakologi & Indikasi : Gangguan kecemasan, panik dengan atau tanpa
agorafobia (ketakutan di ruang terbuka), kecemasan yang
berkaitan dengan depresi.
Distribusi : Vd 0,9-1,2 l, masuk ke dalam ASI, ikatan
protein 80%.
Metabolisme di hati lewat CYP3A4, membentuk 2
metabolit aktif : 4 hidroksi alfazolam dan alfa hidroksi
alfazolam.
Bioavailabilitas 90%,
T½ eliminasi dewasa : 11.2 jam,
Orang tua : 16.3 jam,
Penyakit hati karena alkohol : 19,7 jam,
Obes: 21,8 jam. Tmaks : 1-2 jam, ekskresi urin sebagai
metabolit dan bentuk utuh.
Mekanisme Kerja Obat : Berikatan dengan reseptor benzodiasepin pada saraf post sinap GABA di beberapa tempat di SSP, termasuk sistem limbik dan formattio retikuler.Peningkatan efek inhibisi GABA menimbulkan peningkatan permiabilitas terhadap ion klorida yang menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi dan stabilisasi.
Perkembangan Obat Baru : Xanax; Alganax; Atarax; Calmiet; Feprax; Ziprax
Perhatian : Gejala putus obat (kejang) dapat terjadi 18 jam-3 hari setelah dihentikan tiba2. Gunakan hati-hati pada pasien debil, orang tua, dengan penyakit hati, gagal ginjal atau obesitas.Hati-hati dengan kegagalan kemampuan fisik/mental (pengemudi dan operator mesin).Benzodiazepin berkaitan dengan jatuh, luka trauma, hati-hati pada orang tua.Hati-hati pada pasien depresi kemungkinan terjadinya episode mania atau hipomania.Hati-hati pada pasien remaja/anak dan pasien psikiatri karena reaksi paradoks.Benzodiazepin berkaitan dengan amnesia retrograde.
Dosis/Aturan pakai, Interval : Pemberian secara oral. Lakukan evaluasi setelah terapi
pemakaian >4 bulan untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan kelanjutan terapi.
Oral ; dewasa ; ansietas dosis efektif 0,5-4 mg/hari dibagi
dalam 2 dosis, direkomendasikan mulai dengan 0,25-0,5
mg 3 kali sehari, naikkan dosis bertahap, maksimum 4
mg/hari.
Ansietas berkaitan dengan depresi; dosis rata-rata yang
dibutuhkan 2,5-3 mg/hari dibagi dalam 2 dosis.
Putus penggunaan alkohol : dosis lazim : 2-2,5 mg/hari
dibagi dalam 2 dosis.
Gangguan panik : Awal 0,5 mg sehari tiga kali, dosis dapat
ditingkatkan ≤1 mg/hari setiap 3-4 hari. Pemberian
dengan cara lepas lambat 0,5-1 mg sehari satu kali, dapat
ditingkatkan menjadi 1 mg/hari setiap 3-4 hari.
Hindari penurunan dosis secara tiba-tiba. Dosis harian
diturunkan 0.,5 mg/3 hari.
Anak-anak : ansietas : awal 0,005 mg/kg/dosis atau 0,125
mg/dosis 3 kali sehari. Tingkatkan sebanyak 0,125-0,25
mg, maksimum 0,02 mg/kg/dosis atau 0,06 mg/kg/hari
(0,375-3 mg/hari).
Geriatri : Karena pasien geriatri umumnya lebih sensitif
terhadap alprazolam maka sebaiknya digunakan dosis
efektif yang lebih kecil, dosis awal 0,25 mg 2-3 kali sehari.
Penyesuaian dosis pada gangguan hati : dosis diturunkan
50%-60%, hindari penggunaan pada sirosis hati.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap alprazolam atau komponen-
komponen lain dalam sediaan, kemungkinan sensitivitas
silang dengan benzodiazepin lain, glaukoma sudut
sempit, penggunaan bersama ketokenazol dan
itrakenazol, kehamilan
Efek samping : > 10%SSP : depresi, mengantuk, disartria (gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan, gangguan ingatan, sedasi;
Metabolisme-endokrin : penurunan libido, gangguan menstruasi;Saluran cerna : peningkatan/penurunan selera makan, penurunan salivasi, penurunan/peningkatan berat badan, mulut kering (xerostomia).1-10%Kardiovaskuler : hipotensi;SSP : gangguan koordinasi, akatisia (tidak bisa duduk tenang), gangguan konsentrasi, bingung, kehilangan perasaan terhadap realitas, disorientasi, disinhibisi, pusing, hipersomnia(tidur terus), mimpi buruk, vertigo
Interaksi Obat : Antifungi golongan azol, siprofloksasin, klaritromisin,
diklofenak, doksisiklin, eritromisin, isoniasid, nikardipin,
propofol, protease inhibitor, kuinidin, verapamil
meningkatkan efek alprazolam.
Kontraindikasi dengan itrakenazol dan ketokenazol.
Menguatkan efek depresi SSP analgetik narkotik, etanol,
barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-
sedatif.
Alprazolam dapat meningkatkan efek amfetamin, beta
bloker tertentu, dekstrometorfan, fluoksetin, lidokain,
paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik
dan substrat CYP2D6 lainnya.
Alprazolam meningkatkan konsentrasi plasma imipramin
dan desipiramin.
Aminoglutetimid, karbamasepin, nafsilin, nevirapin,
fenobarbital, fenitoin menurunkan efek alprazolam
Saran KIE : Obat ini untuk mengatasi kecemasan. Sampaikan ke dokter bila pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain.Gunakan obat sesuai anjuran dokter.Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh dicapai.Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan dokter.Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama
dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila merasakan reaksi yang tidak menyenangkan/menggangu karena memakan obat ini konsultasikan dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak.
Clozapine
Komposisi : Klozapin
Kelas Terapi/Sub. Kelas Terapi
: Psikofarmaka/ antipsikosis
Farmakologi & Indikasi : Terapi schizophrenia berulang, mengurangi risiko keinginan bunuh diri kambuhan pada pasien schizophrenia atau gangguan schizoaffective.
Ikatan protein: 97%, Metabolisme: melalui hati, Bioavailabilitas: 12-81%, tidak terpengaruh makanan. Waktu paro eliminasi: 2,5 jam. Eksresi: Urin 50%, feses 30%
Mekanisme Kerja Obat : Antagonis lemah reseptor dopamin subtipe d1, d2, d3, d5. Memiliki afinitas tinggi pd subtipe d4.
Menghalangi (blocking) serotonin alfa adrenergik, H1, kolinergik.
Perkembangan Obat Baru : Clorilex 25 mg; 100 mg, Clozaril 25: 100 mg; Luften 25 mg: 100 mg, Sizoril 25 mg: 100 mg
Perhatian : Risiko peningkatan kematian pada pasien dimensia terkait psikosis, peningkatan cedera cerebrovaskular.Hati-hati penggunaan bersama diuretik, meningkatkan efek dehidrasi.
Dosis/Aturan pakai, Interval pemakaian
: Dewasa: Schizophrenia: Dosis awal 12.5 mg sehari sekali atau sehari dua kali, ditingkatkan sesuai toleransi pasien, dengan kenaikan dosis 25-50 mg/hari sampai target dosis 300-450 mg/hari setelah 2-4 minggu, dengan kebutuhan dosis mencapai 600-900 mg/hari. Mengurangi risiko bunuh diri: dosis awal 12.5 mg sehari atau sehari dua kali, ditingkatkan sesuai toleransi dengan kenaikan dosis 25-50 mg/hari sampai target dosis 300-450 mg/hari setelah 2-4 minggu; dengan rata-rata dosis ≈300 mg/hari (rentang dosis 12.5-900 mg).
Lansia: Schizophrenia: pemilihan dan titrasi dosis harus dilakukan dengan hati-hati. Penghentian terapi : bila pemberian dosis terganggu/terputus ≥ 48 jam, terapi harus diulang dengan dosis 12.5-25 mg/hari, dosis dapat ditingkatkan lebih cepat dari titrasi awal, kecuali pada kasus cardiopulmonary arrest pada saat titrasi awal. Untuk penghentian terapi yang direncanakan, dilakukan penurunan dosis secara bertahap selama 1-2 minggu. Bila terapi dihentikan secara tiba-tiba (leukopenia), monitor terjadinya psikosis dan rebound cholinergic (pusing, mual, muntah, diare) pada pasien. Terapi clozapine tidak boleh diulang pada pasien dengan penghentian terapi karena WBC<2000/mm3 atau ANC<1000/mm3.Penyesuaian dosis untuk toksisitas: leukopenia tingkat sedang atau granulocytopenia (WBC<3000/mm3
dan/atau ANC<1500/mm3: hentikan terapi. Terapi dapat diulangi bila WBC> 3500 /mm3 dan ANC >2000/mm3.Leukopenia berat atau granulocytopenia: (WBC<2000/mm3 dan/atau ANC<1000/mm3): Hentikan terapi dan jangan diulangi.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas clozapine atau komponen lain dlm formulasi, riwayat agranulositosis atau granulositopenia karena klozapine, epilepsi tidak terkontrol, depresi sitem
saraf pusat berat atau status koma, ileus paralitik, gangguan myeloploriferatif, digunakan dengan obat lain yang mempunyai risiko menimbulkan agranulositosis atau penekanan sumsum tulang.
Efek samping : Takikardi, ngantuk, pusing, insomnia, konstipasi, penambahan berat badan, air liur berlebih, mual, muntah, angina, perubahan EKG, hipertensi, hipotensi, sinkope, kejang, gangguan penglihatan, sakit kepala, akathisia, bingung, anoreksia, tidak bisa tidur, ansietas, perasaan tidak enak pada perut, diare, sakit tenggorokan, abnormalitas urinary, eosionofila, leukopenia, tremor, hipokinesia.
Interaksi Obat : Meningkatkan efek/toksisitas: * Potensiasi efek antikolinergik dan hipotensi obat lain.* Kombinasi dgn benzodiazepin menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi, terutama minggu awal terapi.
* Meningkatkan efek risperidon. Konsentrasi serum clozapin dpt ditingkatkan oleh inhibitor CYP1A2 antara lain : ciprofloxasin, fluvoxamin, ketoconazole, norfloxacin, ofloxacin dan roficoxib.
* Clozapin meningkatkan efek amphetamine, beta bloker selektif, dextromethorphan, fluoxetin, lidocain, mirtazapin, nevazodon, paroxetin, risperidon, ritonavir, TCA,.
* Efek sedatif dapat ditingkatkan oleh depresan SSP (ethanol, barbiturat, benzodiazepi, analgetik opioid dan sedatif lain).
* Methoclopramid dpt meningkatkan efek risiko EPS (Extrapyramidal Symptoms).
* Inhibitor asetilkolinesterasi meningkatkan risiko antisikotik berhubungan dgn EPS. sitalopram meningkatkan efek clozapine. Omeprazole mempengaruhi konsentrasi klozapin. Menurunkan efek: klozapin menurukan efeksubstrat CYP2D6/prodrug :kodein, hydrocodon, oxycodon, tramadaol. Efek clozapin berkurang oleh carbamazepin, fenobarbital, pirimidon, rifampicin dan inducer CYP1A2.
* Klozapin dpt mengembalikan efek epinefrin (hindari dalam terapi obat yang menyebabkan hipertensi).
* Omeprazole mempengaruhi konsentrasi klozapin.
Saran KIE : Elektrolit, hematologi, EKG, status mental, tanda vital, peningkatan berat badan.
3. Pasien Rawat Inap
Pro : Ny. Corina
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis Awal : Bipolar dengan Psikotik
R/ Frimania 400 mg
S2dd1
R/ Depakoate XR 500 mg
S1dd1
R/ Seroguel 400 mg
S2dd1
R/ Merlopam
S2dd1
3. Data R
Pro : Ny. Corina Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa : Bipolar disorder dengan psikotik
R/ Frimania 400 mg
S2dd1
R/ Depakote XR 500 mg
S3dd1
R/ Seroquel 300 mg
S2dd1
R/ Merlopam
S2dd1
Frimania
Komposisi : Litium karbonat
Farmakologi & Indikasi : Depresi mania, terapi dan profilaksis kasus mania
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: Dosis awal untuk terapi dan prifilaksis 0,4-1,2 gram per
hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi dua.
Kontraindikasi :
Efek samping : Gangguan saluran cerna, tremor, edema
Interaksi Obat : Analgesik, Antiaritmia, Antidepresan, diuretik,
Penghambat ACE, teofilin
Saran KIE :
Seroquel®
Komposisi : Quetiapin
Kelas Terapi/Sub. Kelas
Terapi
: Psikofarmaka/Anti psikosis
Farmakologi & Indikasi : Skizoferenia, pengobatan episode mania gangguan
bipolar Shcizofrenia, mania akut yang berkaitan dengan
gangguan bipolar, autis dan psikosis pada anak
Mekanisme kerja belum diketahui pasti, mungkin bekerja
melalui kerja antogonis pada reseptor dopamin D2 dan
serotonin tipe 2 (5-HT2).
Obat ini mengantagonis beberapa reseptor di otak:
serotonin 5-HT1A, 5-HT2, dopamin D1 dan D2, histamin
H1, alfa 1 dan alfa2 adrenergik; tidak mempengaruhi
reseptor kholinergik dan benzodiasepin.
Kerja antagonis pada dopamin dan 5-HT2 menjelaskan
beberapa efek quetiapin, antagonis H1 mengakibatkan
somnolen. Sedangkan kerja antagonis pada alfa
adrenergik menimbulkan hipotensi ortostatik.
Absorpsi oral cepat, Vd 10±4 l/kg,
Ikatan protein 83%, metabolisme terutama di hati lewat
CYP3A4 membentuk metabolit yang tidak aktif.
Bioavailabilitas 9%±4%, bioavailabilitas relatif tablet
terhadap larutan 100%.
Waktu paruh eliminasi rata-rata sekitar 6 jam di akhir.
Tmaks. : 1,5 jam, ekskresi lewat urin; 73% sebagai
metabolit,
Mekanisme Kerja Obat : Mekanisme kerja belum diketahui pasti, mungkin bekerja
melalui kerja antogonis pada reseptor dopamin D2 dan
serotonin tipe 2 (5-HT2).
Obat ini mengantagonis beberapa reseptor di otak :
serotonin 5-HT1A, 5-HT2, dopamin D1 dan D2, histamin
H1, alfa 1 dan alfa2 adrenergik; tidak mempengaruhi
reseptor kholinergik dan benzodiasepin.
Kerja antagonis pada dopamin dan 5-HT2 menjelaskan
beberapa efek quetiapin, antagonis H1 mengakibatkan
somnolen. Sedangkan kerja antagonis pada alfa
adrenergik menimbulkan hipotensi ortostatik.
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: Anak dan remaja :
Autis : 100-350 mg/hari( 1,6-5,2 mg/kg/hari), psikosis dan
mania: awal; 25 mg sehari dua kali, naikkan bertahap
sampai 450 mg/hari.
Dewasa:
Shcizofrenia/psikosis : awal : 25 mg sehari 2 kali, naikkan
25-50 mg sehari 2-3 kali pada hari kedua dan ketiga, bila
dapat ditoleransi, naikkan sampai target dosis 300-400
mg dibagi dalam 2-3 dosis.
Buat penyesuaian berikutnya sebanyak 25-50 mg sehari 2
kali, Dosis lazim pemeliharaan berkisar 300-800 mg/hari.
Mania :
Awal : 50 mg sehari 2 kali pada hari pertama, naikkan
100mg/hari ke 200 mg sehari 2 kali pada hari ke 4, dapat
ditingkatkan sampai target dosis 800 mg/hari sampai hari
ke 6 dengan peningkatan sampai dengan 200 mg/hari
Rentang dosis lazim: 400-800 mg/hari.
Orang tua : Diperlukan penyesuaian dosis, dosis lazim :
50-200 mg/hari. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada
insufisiensi ginjal.
Diperlukan penyesuaian dosis pada gangguan hati, awal:
25 mg/hari naikkan 25-50 mg/hari sampai ke dosis efektif
berdasarkan respons klinik dan toleransi pasien.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap quetiapin atau komponen-
komponen lain formulasi; depresi SSP berat; penekanan
sumsum tulang; diskrasia darah; penyakit hati berat;
koma.
Efek samping : > 10% :
SSP : agitasi, pusing sakit kepala, somnolens;
Endokrin & metabolisme : peningkatan kolesterol,
peningkatan trigliserida
Saluran cerna: penambahan berat badan (bergantung
dosis), xerostomia (mulut kering).
1%-10% :
Kardiovaskular :hipotensi postural, takikardia, palpitasi,
udem perifer
SSP : cemas, demam, nyeri;
Kulit : rash ;
Saluran cerna : nyeri perut (bergantung dosis), konstipasi,
dispepsia (bergantung dosis), anoreksia, muntah,
gastroenteritis;
Darah : leukopenia;
Hati : peningkatan AST, ALT dan GGT
Otot-saraf : disartria, nyeri belakang, lemah, tremor,
hipertonia;
Mata: amblifobia (penglihatan kabur);
Pernafasan : rinitis, faringitis, batuk, dispnea;
Lain-lain : diaforesis (berkeringat), sindroma seperti flu.
< 1% (hanya yang berbahaya) :
Agranulositosis, anafilaksis, diabetes melitus,
hiperglikemia, hiperlipidemia, hiponatremia, hipotiroid,
peningkatan selera makan, peningkatan salivasi, gerakan
yang tidak disadari, leukositas, neutropenia,
fotosensitifitas, perpanjangan interval QT, rash,
rabdomiolosis (lisis otot skelet), SIADH (syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone ), sindroma Steven
Johnson, diskinesia tardif (gangguan gerakan yang
disadari yang tetap ada walau obat dihentikan), vertigo.
Interaksi Obat : Quetiapin, meningkatkan efek lorazepam, Efek obat-obat
yang bekerja di pusat, sedatif, etanol, anti hipertensi
dapat dikuatkan oleh quetiapin.
Antifungi golongan azol, siprofloksasin, klaritromisin,
diklofenak, doksisiklin, eritromisin, isoniasid, nikardipin,
propofol, protease inhibitor, kuinidin, verapamil
meningkatkan serum quetapin hingga 335%.
Asam valproat meningkatkan serum plasma maksimum
rata-rata 17%. Simetidin meningkatkan kadar quetapin di
darah. Metoklopramid dapat meningkatkan sindroma
ekstra piramidal.
Tioridfazin meningkatkan bersihan quetapin sehingga
kadar di serum menurun. Aminoglutetimid,
karbamasepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin
menurunkan efek quetiapin.
Saran KIE : Obat ini untuk mengobati gangguan psikosis seperti
sizoprenia. Sampaikan ke dokter bila pernah alergi
dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain.
Gunakan obat sesuai anjuran dokter.
Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu
sebelum efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini
yang aturan pakainya satu tablet pada malam hari,
jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah
berkonsultasi dengan dokter.
Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari,
segera minum obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat
dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama
dan mulai dengan dosis reguler.
Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan
dokter. Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat
lain. Bila merasakan reaksi yang tidak
menyenangkan/mengganggu karena memakan obat ini
konsultasikan dengan dokter.
Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak.
Merlopam®
Komposisi : Lorazepam
Kelas Terapi : Benzodiazepine,Anticonvulsants,
AntianxietyAnxiolytic agent, Antiepileptic agent
Antiemetic agent Hypnotic agent
Farmakologi & Indikasi : Pengguna jangka pendek pada insomnia, dan status
epileptikus,
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru : Ativan,
Perhatian : Alergi obat (+), Efek aditif (+), potensi penyalahgunaan
jumlah obat (+)
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: 12 mg/hari sebelum tidur
Dosis lazim: 2-6 mg/hr dim dosis terbagi. Dosis harian
bervariasi 1-10 mg. Ansietas Awal 2-3 mg/hr terbagi dim
2-3 dosis. Insomnia yg berhubungan dg ansietas atau
stres sementara 2-4 mg dosis tunggal sblm tidur. Usia
lanjut & pasien kondisi lemah Awal 1-2 mg/hr dim dosis
terbagi. Insomnia krn ansietas atau stres ringan 1-2 mg
dosis tunggal, menjelang tidur. Premedikasi 2-4 mg, sblm
tidur atau 1 -2 jam sblm op.
Kontraindikasi : Depresi pernapasan, gangguan hati berat, vertigo,
hipotensi
Efek samping : Mengantuk, lemah otot, amnesia, ketergantungan, libido
Interaksi Obat :
Saran KIE : Untuk menjamin penggunaan yang aman dan efektif
Lorazepam, pasien harus diberitahu bahwa, karena
benzodiazepin dapat menghasilkan ketergantungan
psikologis dan fisik, disarankan bahwa mereka
berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum baik
meningkatkan dosis atau penghentian tiba-tiba obat ini.
Frimania
Komposisi : Litium karbonat
Farmakologi & Indikasi : Depresi mania, terapi dan profilaksis kasus mania
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: Dosis awal untuk terapi dan prifilaksis 0,4-1,2 gram per
hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi dua.
Kontraindikasi :
Efek samping : Gangguan saluran cerna, tremor, edema
Interaksi Obat : Analgesik, Antiaritmia, Antidepresan, diuretik,
Penghambat ACE, teofilin
Saran KIE :
1. Data R
Pro : Tn. Ardiyanto Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Bipolar disorder
R/ Depakote XR 500 mg
S 3dd1
R/ Neripros
S 1dd1
R/ Efexor
S1dd1
R/ Dumolid 5 mg
S2dd1
Depakote XR
Komposisi : Asam valproat
Farmakologi & Indikasi : Pengobatan episode manik gangguan bipolar
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru : Depakene Syr,
Perhatian :
Aturan pakai, Interval
pemakaian
: Dosis awal 15 mg /kg bb per hari, dosis ditingkatkan
sebesar 5-10 mg/kg bb per hari dengan interval 1 minggu
sampai serangan dapat diatasi. Dosis maksimum adalah
60 mg/kg bb per hari. Jika dosis total melebihi 250 mg
perhari diberikan dalam dosis terbagi dua.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas penyakit hati
Efek samping : kegagalan fungsi hati, menstruasi tidak beraturan,
kelelahan, dan rambut rontok
Saran KIE :
Efexor
Komposisi : Venlafaksin
Farmakologi & Indikasi : Depresi sedang sampai berat
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: Dosis awal 75 mg per hari dibagi dalam 2 dosis terbagi
naikkan dosis jika diperlukan setelah 3-4 minggu menjadi
150 mg. Obat sebaiknya diberikan sekali sehari pada
waktu yang sama misalnya, pagi hari atau sore hari.
Kontraindikasi : Penyakit jantung, gangguan elektrolit, gangguan fungsi
ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, insomnia, sakit kepala
Interaksi Obat :
Saran KIE :
Dumolid
Komposisi : Nitrazepam
Farmakologi & Indikasi : Insomnia, gangguan tidur
Mekanisme Kerja Obat :
Perkembangan Obat Baru :
Perhatian :
Dosis/Aturan pakai, Interval
pemakaian
: 5-10 mg sebelum tidur
Kontraindikasi : Depresi pernapasan, psikosis kronik, dan gangguan hati
berat
Efek samping : ataksia, bingun, vertigo, amnesia, dan ketergantungan
Interaksi Obat :
Saran KIE :
3. Data R/ Kasus 3
Pro : Tn. Ardiyanto J.K : Laki-laki
Usia : 28
Dx : Bipolar disorder
R/ Depakoate XR 500 mg
S 3dd1
R/ Neripros
S 2dd1
R/ Efexor
Recommended