SOAL MID SEMESTER FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
Jelaskan dengan detail dan berikan analisis tentang 3 pembahasan di bawah ini!
1. Teori Pengetahuan (Theory of Knowledge)
Hakikat kebenaran merupakan garapan epistemologi, yang disebut teori pengetahuan.
Epistemologi sangat memerhatikan kebenaran dari sesuatu yang dapat diketahui dan usaha
untuk mengetahuinya dan mendapatkan pengetahuan dengan metode tertentu, selain itu
semuanya harus jelas kebenarannya.
2. Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya ada dua sumber pengetahuan utama yang berbeda yaitu berdasarkan rasio dan
indera (pengalaman manusia).
3. Batas-Batas Ilmu
Ketika ilmu mulai berkembang pada tahap ontologis, manusia mulai mengambil jarak dari
obyek sekitar. Manusia mulai memberikan batas-batas yang jelas kepada obyek tertentu yang
terpisah dengan eksistensi manusia sebagai subyek yang mengamati dan yang menelaah
obyek tersebut. Dalam menghadapi masalah tertentu, dalam tahap ontologis manusia mulai
menentukan batas-batas eksistensi masalah tersebut, yang memungkinkan manusia mengenal
wujud masalah itu, untuk kemudian menelaah dan mencari pemecahan jawabannya.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 1
PEMBAHASAN SOAL MID SEMESTER FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
1. Teori Pengetahuan (Theory of Knowledge)
Munculnya keraguan terhadap adanya kemungkinan dari pernyataan bahwa
Epistimologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya, serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki (Bachtiar : 2004 : 148), maka
mengakibatkan munculnya epistemologi.
Pengetahuan/epistemology itu sendiri berasal dari bahasa Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan atau ilmu). Jadi pengetahuan
(epistemologi) berarti kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
1.1. Pengertian Pengetahuan
1.1.1.Pengertian pengetahuan berdasarkan bahasa
Pengetahuan/epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan
logos (kata, pikiran, percakapan atau ilmu). Jadi pengetahuan (epistemologi) berarti kata,
pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
1.1.2. Pengertian pengetahuan menurut para ahli
Berikut akan dipaparkan pengertian pengetahuan menurut pandangan para ahli:
1) The Liang Gie
The Liang Gie menafsirkan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan
keterangan dan ide yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat
mengenai peristiwa baik yang bersifat alamiah, sosial maupun individu.
(1998:120)
2) Menurut Suparlan Suhartono
pengetahuan adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia.
Keberadaannya diawali dari kecendrungan psikis manusia sebagai bawaan
kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau
kemauan. (2008:48)
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 2
3) Jujun S. Suriasumantri
Jujun S. Suriasumantri mendefinisikan pengetahuan dengan segenap apa
yang diketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk didalamnya ilmu.
(2005:104)
4) Surajiyo
Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya. Atau hasil
usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Selanjutnya Surajiyo membagi pengetahuan dalam dua jenis, antara lain :
a) Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.
b) Pengetahuan non-ilmiah
Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk kategori metode ilmiah.
(2007:26)
5) Prasetyo
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain
pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.
Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi. (2007, hlm.3-4).
6) Notoatmojo
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003, hlm. 121).
7) Hidayat
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 3
8) Istiarti
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.
Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang
berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut ( Istiari, 2000).
9) Plato
Ada dua macam pengetahuan yang dikemukakan oleh Plato. Pengetahuan
yang pertama adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman atau
indera (pengetahuan pengalaman) dan yang kedua adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui akal (pengetahuan akal). Plato membandingkan kedua
pengetahuan tersebut dan mempertimbangkan mana yang benar dari antara
keduanya.
Dari uraian diatas dapatlah dipahami dan disimpulkan bahwa pengetahuan itu
adalah sesuatu yang diperoleh manusia atau hasil tahu manusia terhadap suatu objek,
melalui proses dengan dan tanpa menggunakan metode ilmiah serta dirasakan melalui
pengalaman indrawi.
1.2. Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, maka cara mendapatkan pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan
metode ilmiah, yang meliputi :
1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba
kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 4
Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
4) Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan fikiran.
b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo,
2005, hlm. 11-14).
1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001, hlm. 25).
Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses–proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berusia belasan
tahun.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 5
Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992,
yang dikutip Nursalam, 2001). Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 1993). Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, menurut IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
a). Pendidikan tinggi: akademi/ PT
b).Pendidikan menengah: SLTP/SLTA
c).Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya
tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip
Nursalam, 2001). Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah,
seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan,
mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan (Effendi, 1998, hlm. 14).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher),
pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa
lalu (Notoatmodjo, 2002 : 13).
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 6
Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu,
maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang
mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan (Cherin, 2009).
1.4. Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh
kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan
terdiri atas 5 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena
itu, “Tahu“ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk
mengukur bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang
diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari
pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 7
2. Sumber Pengetahuan
Sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagaia asal. Sebagai
contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian
sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Jika
membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan,
karena dalam sumber pengetahuan juga terdapat sumber ilmu pengetahuan.
Dr. Mulyadi Kartanegara mendefinisikan sumber pengetahuan adalah alat atau
sesuatu darimana manusia bisa memperoleh informasi tentang objek ilmu yang berbeda-
beda sifat dasarnya. Karena sumber pengetahuan adalah alat, maka Ia menyebut indera, akal
dan hati sebagai sumber pengetahuan.
Amsal Bakhtiar berpendapat tidak jauh berbeda. Menurutnya sumber pengetahuan
merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan istilah yang berbeda ia
menyebutkan empat macam sumber pengetahuan, yaitu: emperisme, rasionalisme, intuisi
dan wahyu. Begitu juga dengan Jujun Surya Sumantri, ia menyebutkan empat sumber
pengetahuan tersebut.
Sedangkan John Hospers dalam bukunya yang berjudul An Intruction to Filosofical
Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh Surajiyo menyebutkan beberapa alat untuk
memperoleh pengetahuan, antara lain: pengalaman indera, nalar, otoritas, intuisi, wahyu dan
keyakinan. Sedangkan Amin Abdullah menyebutkan dua aliran besar, idealisme dan
imperisme.
Dari pemaparan di atas, penulis lebih condong kepada pendapat Mulyadi
Kertanegara yang menyebutkan indra, akal dan hati sebagai sumber pengetahuan. Hanya
saja ketiga sumber tersebut perlu ditambah dengan intuisi dan wahyu. Pengetahuan yang
diperoleh intuisi berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh hati. Intiusi bagi para filsofi
barat lebih dipahami sebagai pengembangan insting yang dapat memperoleh pengetahuan
secara langsung dan bersifat mutlak
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu
pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Menurut Sumarna
sumber ilmu pengetahuan terdapatperbedaan antara pandangan filosof dan ilmuwan Barat
dengan filosofot dan ilmuwan muslim. (dalam Susanto, 2011: 186)
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 8
Menurut filosof dan ilmuwan muslim, sumber utama ilmu pengetahuan adalah wahyu
yang termanifestasikan dalam Alquran dan As-sunnah, selain empiris dan rasional.
Sedangkan menurut filosof dan ilmuwan Barat sumber ilmu pengetahuan hanya dibatasi
pada sumber utama yaitu pengetahuan yang lahir dari pertimbangan rasio (akal atau deduksi)
dan pengetahuan yang
dihasilkan melalui pengalaman (empiris dan induksi).
Pengetahun yang ada pada diri kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang
merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang
sumber pengetahuan antara lain :
a. Empirisme
Berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahun melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman inderawi.
Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik
dan masuk ke dalam medan internasional, walaupun masih sangat sederhana. Indera
menghubungkan manusia dengan hal – hal konkret material.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut
perbedaan indera dan terbatas pada sesnsibilitas organ-organ tertentu. “Bagaiman orang
bisa mengetahui es itu dingin ?” Seorang empiris akan mengatakan, “karena saya
merasakan hal itu atau karena seorang ilmuwan telah merasakan seperti itu”. Dalam
pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek), yang
diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana dia
mengetahui es itu dingin ? Dengan menyentuh langsung dengan alat peraba. Dengan kata
lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat
pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
John Locke (1632 – 1704 ), bapak empiris Britania mengemukakan teori tabula rasa
(sejenis buku catata kosong). Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong
dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki
pengetahuan. Jadi bagaimanapun kompleks pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari
ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 9
bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi pengalaman indera itulah sumber pengetahuan
yang benar.
David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak
membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impression) dan
pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud kesan-kesan adalah
pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman , seperti merasakan tangan terbakar.
Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang
dihasilkan dengan merenungkan kembali atau merefleksikan dalam kesan-kesan yang
diterima dari pengalaman.
Jadi, gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah konkret dan
dapat dinyatakan lewat pancaindera. Berdasarkan teori ini, hanya mengelola konsep
gagasan inderawi. Hal itu dilakukannya dengan menyusun konsep tersebut atau
membagi-baginya. Kaum empiris juga menganggap akal sebagai jenis tempat
penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengideraan tersebut. Akal
berfungsi untuk memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut padahal
hubungan yang demikian itu bersifat kemungkinan belaka dan pengetahuan kita tentang
hubungan peristiwa tersebut sesungguhnya berasal dari pengalaman . karena itu, semua
eksprimen selanjutnya seharusnya berdasarkan pada perkiraan, bukan kepastian bahwa
peristiwa yang akan datang kemungkinan cocok dengan yang lewat.
Dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data
empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada,
itupun sebatas ide yang kabur.
Kelemahan dari aliran empirisme adalah :
Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil ?
Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini
akan terbentuk pengetahuan yang salah.
Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa
dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
Objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya tidak
sebagaiman ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 10
Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu
melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau juga tidak bisa memperlihatkan
badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah empisme lemah karena
keterbatasan indera manusia.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.
Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan
yang menyebabkan akal dapat bekerja , tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah
semata-mata akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum
jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir.
Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi
fungsi panca indera hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya
menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.
Dalam penyusunan akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide universal.
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda
konkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi
empirisme hukum tersebut tidak diakui.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam
ide dan bukunya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna
mengandung makna yang mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk
kepada kenyataan, kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.
Descartes, seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu kebenaran
yang tidak dapat diragukan lagi, kebenaran itu, menurutnya adalah dia tidak ragu bahwa
ia ragu. Ia yakin kebenaran-kebenaran semacam itu ada dan kebenaran tersebut dikenal
dengan cahaya yang terang dari akal budi sebagai hal yang tidak dapat diragukan lagi.
Dengan demikian, akal budi dipahamkan sebagai jenis perantara suatu teknik deduktif
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 11
yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran, artinya dengan
melakukan penalaran yang akhirnya tersusunlah pengetahuan.
Spioniza mmeberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusun sistem
rasionalisme atas dasar ilmu ukur. Menurutnya, dalil ilmu ukur merupakan dalil
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Artinya, Spioniza yakin jika seseorang
memahami makna yang terkandung oleh pernyaan, “ sebuah garis lurus merupakan jaran
terdekat di antara dua buah titik”.
Tetapi rasionalisme juga mempunyai kelemahan, seperti mengenai kriteria untuk
mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat
dipercaya tetapi menurut orang lain tidak. Jadi masalah utama yang dihadapi oleh kaum
rasionalisme adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis ini semuanya bersumber pada
penalaran rasional yang bersifat abstrak.
Dari dua aliran tersebut (empirisme dan rasionalisme) terlahirlah metode ilmiah
atau pengetahuan sains. Adanya problem pada empirisme dan rasionalisme yang
menghasilkan metode ilmiah melahirkan aliran positivisme oleh August Comte dan
Immanuel Kant. August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam
memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen dan eksperimen
itu sendiri memerlukan ukuran-ukuran yang jelas seperti panas yang diukur dengan
derajat panas.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan
kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga
mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan
bukan pengetahuan yang nisbi. Menurunya, intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu
dengan penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika.analisis atau pengetahuan yang diperoleh lewat
pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 12
Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya
dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Bag Nietzchen intuisi
merupakan “intelegensi yang palin tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan
“pengalaman puncak (peak experience).
Ada sebuah isme lagi yang mirip dengan intuisionisme, yaitu iluminasionisme.
Aliran ini berkembang di kalangan tokoh agama, yang didalam agama Islam disebut
Ma’rifah, yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.
Pengetahuan tersebut akan diperoleh oleh orang yang hatinya telah bersih, telah siap, dan
sanggup menerima pengetahuan tersebut.
Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara
latihan, yang dalam Islam disebut Riyadhah. Metode ini yang secara umum dipakai
dalam Thariqat atau Tasawuf. Kemampu orang-orang itu sampai bisa melihat Tuhan,
berbincang dengan Tuhan, melihat Surga, Neraka, dan alam gaib lainnya. Dari
kemampuan ini dapat dipahami bahwa mereka tentu mempunyai pengetahuan tingkat
tinggi yang banyak sekali dan meyakinkan pengetahuan itu diperoleh bukan lewat indera
dan bukan lewat akal, melainkan lewat hati.
Menurut ajaran tasawuf, manusia itu dipengaruhi (ditutupi) oleh hal-hal material,
dipengaruhi oleh nafsu. Perbedaan antara intuisi dalam filsafat Barat dengan makrifat
dalam Islam adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang
konsisten, sedangkan dalam Islam makrifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran
dari Tuhan.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuannya terjadi
atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula
jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti
latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan
di akhirat nanti.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 13
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian
selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset, pengalaman, dan
percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
Amsal Bakhtiar mengungkapkan ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan,
antara lain:
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudkan ialah pengalaman inderawi.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan
melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera
dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan
kebebasannya.Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang
langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh ALLAH kepada manusia lewat
perantaraan para nabi.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang
terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental, seperti latar
belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya serta kehidupan
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 14
diakhirat nanti.
Kemudian Salam (1997) berpendapat juga bahwa ada beberapa macam sumber pengetahuan,
yakni :
1) Penalaran
Penalaran merupakan rangkaian berpikir secara teratur ,secara terkonsep, secara
sistematis hingga mendapatkan pengetahuan sedangkan perasaan berbeda, menggunakan
hatinya, tidak secara teratur , terkonsep maupun sistematis. Meskipun demikian, dengan
perasaan pun, hasilnya juga akan mendapatkan pengetahuan. Misal pelukis, tidak
menggunakan penalaran, namun perasaan. Pengetahuannya adalah lukisannya tersebut.
Dikatakan bahwa penalaran merupakan rangkaian berpikir. Oleh karena itu, apabila
hanya berpikir satu kali saja atau satu bagian saja, maka itu tidak dikatakan penalran.
Sehingga penalaran adalah kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
nememukan kebenaran.
Adapun ciri dari penalaran lainnya antara lain:
a. Adanya suatu pola berpikir luas yang disebut logika, tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya sendiri. Misalkan, apabila kita punya 1 dos rokok, ditujukan kepada sejawat
medis, dokter berkomentar didalam kotak ini ada rokok yang megnandung tembakau
ada kandungan nikotin, klo dibakar dihisap dalam jumlah kecil merangsang otak, dan
jika kebyakaan bisa paralisis. Sehingga sejawat medis itu akan memberikan sebuah
kesimpulan jangan merokok. Sekarang, barang sama, namun diberikan kepada
pedagang rokok. Maka pedagang rokok akan membuat logika yang berbeda, misalnya
Barang ini luar biasa sekali. Ini klo dirokok, nikmat, dan itu ternyata sangat berguna,
justru dengan berdagang, anak saya lulus, pedagang rokok ini akan membuat sebuah
kesimpulan bahwa barang berguna sekali. Inilah yagn disebut logika yang digunakan
berbeda.
b. Penalaran adalah proses berfikir yang logis (menrutu pola/logika tetentu), Suatu
kegiatan bisa dikatan logis dari suatu logika tertentu dan dapat dianggap tidak logis
apabila ditinjau dari logika lainnya. Contoh gelas ada air dikasih gula. Kemudian gelas
diberikan seorang farmasi. Ini air, didalam ada gula yang bsia larut karena kelaratuasn
sekian gram, mestinya taadi kruang dari sekian gram, setelah itu ddialam gelas ada
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 15
dispersi molekuler itu rumusnya seperti ini. Klo hal ini diterangkan masyarakat awam,
pasti dianggap orang gila. Inilah yang disebut suatu kegiatan bisa dikatakan logis dari
suatu logika tertentu dan bisa dikatakan tidak logis apabila ditinjau dari logika lain.
c. Adanya sifat analitis dari proses berpikir pada saat melakukan penalaran. Analisis
adalah kegiatan berfikir berdasarkan langkah - langkah tertentu. Penalaraan ilmiah
merupakan kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah, jika kita
menyelesaikan tehsis harus sesuai dengan logika ilmiah, dalam arti sesuai dengan
bidang yang kita kerjakan dalam peneltiiant ersebut, makanya kenapa kita harus di iuji
oleh penguji penguji yagn sesuai dengan bdiangnya,, agar analisis yang kita tulis dapat
diterjemahkan secara logika ilmiah, bayangkan saja, jika pengujinya dosen sejarah.
Penalaran secara ilmiah itu ada dua yaitu deduktif, dan penalaran secara induktif.
Dengan pendekatan logika yang ilmiah harus menggunakan penalaran gabungan,
deduktif dan induktif. Penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme sedangkan
penalaran induktif terkait dengan empirisme. Penarikan kesimpulan dianggap valid bila
dikeluarkan dengan cara tertentu yang disebut logika, dan logika ada dua macam yakni
logika induktif, dan logika deduktif. Dalam melakukan rencana penelitian kita harus
menggunakan logika induktif disatu sisi, dan menggunakan logika deduktif di sisi yang
lain. Logika induktif berdasarkan apa yang diketahui, dari kesimpulan yang besifat
individu kemudian disimpulan menjadi kesimpulan yang bersifa menyeluruh. Logika
deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus umum menjadi kasus yang
bersifat special. Contoh apabila kita pergi ke pasar, secara umum dipasar mangga
manis, ditempat satu wadah pasti manis. Dicoba manis, manis, manis, ternayta semua
manis, berarti betul bahwa mangga manis.
2) Perasaan. Kita merasakan sesuatu, pelukis, untuk mewujudkan ekspresi
3) Intuisi/instink, sumber pengetahuan, tetapi bukan penalaran
4) Wahyu
Jika pengetahuan yang bersumber dari penalaran, perasaan, dan instink manusia
merupakan sumber pengetahuan yang dapat dikembangkan dari hasil aktifitas manuisa,
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 16
namun sumber pengetahuan yang berupa wahyu merupakan bersifat pemberian, tidak
sembarang orang yang diberikan.
Intuisi, perasaan, dan penalaran didapat sebagai usaha aktif manusia. Sedangkan
Wahyu diperoleh sebagai pemberiann dari Tuhan. Didalam wahyu dan intuisi mencakup
materi pengetahuan dan sumber pengetahuan yang benar. Bukan berarti wahyu itu menipu,
dan instink bukan pengetahuan yang benar, asalkan benar bukan mengada – ada, maka instik
tersebut merupakan pengetahuan yang benar.
Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar. Yang pertama,
mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum
rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum
rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang
dipakai dari ide yang dianggapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan
ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya
(idelisme).
Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau
wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran,
bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Masalah yang muncul dalam sumber pengetahuan adalah dikotomi gap antara sumber
ilmu umum dan ilmu agama. Bagi agama Islam sumber ilmu yang paling otoritatif adalah
Alquran dan Hadis. Bagi ilmu umum (imuwan sekuler) satunya-satunya yang valid adalah
pengalaman empiris yang didukung oleh indrawi melalui metode induksi. Sedangkan metode
deduksi yang ditempuh oleh akal dan nalar sering dicurigai secara apriopri (yakni tidak
melalui pengalaman). Menurut mereka, setinggi-tingginya pencapaian akal adalah filsafat.
Filsafat masih dipandang terlalu spekulatif untuk bisa mengkonstruksi bangunan ilmiah
seperti yang diminta kaum positivis. Adapun pengalaman intuitif sering dianggap hanya
sebuah halusinasi atau ilusi belaka. Sedangkan menurut agamawan pengalaman intuitif
dianggap sebagai sumber ilmu, seperti para nabi memperoleh wahyu ilahi atau mistikus
memperoleh limpahan cahaya Ilahi.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 17
Masalah berikutnya adalah pengamatan. Sains modern menentukan obyek ilmu yang
sah adalah segala sesuatu sejauh ia dapat diobservasi (the observables) atau diamati oleh
indra. Akibatnya muncul penolakan dari filosof logika positivisme yang menganggap segala
pernyataan yang tidak ada hubungan obyek empirisnya sebagai nonsens. Perbedaan ini
melahirkan metafisik (dianggap gaib) dan fisik (dianggap science).
Masalah lainnya adalah munculnya disintegrasi pada tatananklasifikasi ilmu.
Penekanan sains modern pada obyek empiris (ilmu-ilmu fisika) membuat cabang ilmu
nonfisik bergeser secara signifikan ke pinggiran. Akibatnya timbul pandangan negatif bahwa
bidang kajian agama hanya menghambat kemajuan. Seperti dalam anggapan Freud yang
menyatakan agama dan terutama pendukungnya yang fanatic bertanggung jawab terhadap
pemiskinan pengetahuan karena melarang anak didik untuk bertanya secara kritis.
Kemudian selanjutnya adalah masalah yang muncul menyangkut metodologi ilmiah.
Sains pada dasarnya hanya mengenal metode observasi atau eksperimen. Sedangkan
agamawan mengembangkan metode lainnya seperti metode intuitif. Masalah terakhir adalah
sulitnya mengintegrasikan ilmu dan agama terutama indra, intektual dan intuisi sebagai
pengalaman legitimate dan riil dari manusia.
Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli tentang sumber pengetahuan, secara keseluruhan
(garis besar) semua sama, bahwa sumber pengetahuan itu ada empat yakni empirisme
(indera), rasionalisme (akal), intuisionisme (intuisi), ilmunasionalisme (hati), dan wahyu.
Dalam sumber penalaran belum mencakup materi dan sumber pengetahuan. Sumber
pengetahuan dari penalaran adalah rasio dan fakta. Rasio disebut rasionalisme, sedangkan
berdasarkan data - data yagn ada (fakta) disebut empirisme.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 18
3. Batas-Batas Ilmu
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang
apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan
keyakinan kita masing masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana
manifestasi kebenaran yang kita cari.
Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia, seperti batua-batuan, binatang, tumbuhan, atau manusia itu sendiri;
berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan
empiris. Inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu yakni orientasi terhadap dunia empiris.
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek-obyek empiris ini pada dasarnya merupakan
abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu, sebab kejadian alam yang
sesungguhnya begitu kompleks, dengan sampel dari berbagai faktor yang terlibat di
dalamnya. Ilmu tidak bermaksud “memotret” atau “memproduksikan” suatu kejadian tertentu
dan mengabstraksikan dalam bahasa keilmuan.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan
dengan kenyataan. Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris.
Ontologi merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan
batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-
Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah) selain itu Ontologi merupakan hakikat
ilmu itu sendiri dan apa hakikat kebenaran serta kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah tidak terlepas dari persepektif filsafat tentang apa yang dikaji atau hakikat realitas
yang ada yang memiliki sifat universal.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 19
Ontologi dalam bahasa Inggris “ontology”; dari bahasa Yunani on, ontos (ada,
keberadaan) dan logos (studi, ilmu tentang). Ada beberapa pengertian dasar mengenai apa itu
“ontologi”. Pertama, ontologi merupakan studi tentang ciri-ciri “esensial” dari Yang Ada
dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus.
mengenai yang ada (philosophia entis) digunakan untuk hall yang sama.
Menurut akar kata Yunani, ontologi berarti ‘teori mengenai ada yang berada’. Oleh
sebab itu, orang bisa menggunakan ontologi dengan filsafat pertama Aristoteles, yang
kemudian disebut sebagai metafisika. Namun pada kenyataannya, ontologi hanya merupakan
bagian pertama metafisika, yakni teori mengenai yang ada, yang berada secara terbatas
sebagaimana adanya dan apa yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut.
Ontologi merupakan ‘ilmu pengetahuan’ yang paling universal dan paling
menyeluruh. Penyelidikannya meliputi segala pertanyaan dan penelitian lainnya yang lebih
bersifat ‘bagian’. Ia merupakan konteks untuk semua konteks lainnya, cakrawala yang
merangkum semua cakrawala lainnya, pendirian yang meliputi segala pendirian lainnya.
Sebagai tugasnya memang ‘ontologi’ selalu mengajukan pertanyaan tentang bagaimana
proses ‘mengada’ ini muncul.
3.1 Asumsi-asumsi Ilmu
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di
gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas
tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens
Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
a. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 20
Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang
terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di
belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De
Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari
alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
b. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik
menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi
metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan
menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a
priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan
pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah
realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan
dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata
silogistik.
3.2. batas Penjelajahan Ilmu
Secara sederhana objek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pacaindera
manusia. Dalam batas-batas tersebut maka ilmu mempelajari objek-objek empiris seperti
batu-batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan , hewan atau manusia itu sendiri.
Berdasarkan hal itu maka ilmu ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan
empiris, di mana objek-objek yang berbeda di luar jangkaun manusia tidak termasuk di
dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai objek-
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 21
objek empiris. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima
asumsi yang dikemukakannya.
Secara lebih terperinsi ilmu mempunyai tiga asumsi yang dasar. Asumsi pertama,
menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya
dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Asumsi kedua, ilmu menganggap bahwa
suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu . Kegiatan keilmuan
bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Asumsi
ketiga, ilmu menganggap bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang
bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai suatu hubungan pola-pola tertentu yang
bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Dalam penegartian ini ilmu mempunyai
sifat deterministik. Namun demikian dalam determinisme dalam pengertian ilmu
mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik).
Secara ontologis, ilmu membatasi masalah yang dikajinya hanya pada masalah
yang terdapat pada ruang jangkauan pengalaman manusia. Istilah yang dipakai untuk
menunjukkan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman manusia disebut dengan
dunia empiris.
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas
pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari ikhwal surga dan neraka. Sebab ikhwal
surga dan neraka berada diluar Jangkauan pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari
sebab musabab terciptanya manusia sebab kejadian itu terjadi diluar jangkauan
pengalamann manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum hidup kita, maupun hal-hal
yang terjadi setelah kematian manusia, semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
Ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman kita
karena fungsi ilmu sendiri dalam hidup manusia yaitu sebagai alat bantu manusia dalam
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Persoalan mengenai hari
kemudian tidak akan kita tanyakan pada ilmu, melainkan kepada agama. Sebab agamalah
pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.
Ilmu membatasi batas penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga
disebabkan pada metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah diuji
kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah di luar batas
pengalaman empirisnya, maka pembuktian metodologis tidak dapat dilakukan.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 22
Ruang penjelajahan keilmuan kemudian kita menjadi “kapling kapling” berbagai
disiplin keilmuan. Kapling ini makin lama makin sempit sesuai dengn perkembangan
kuantitatif disiplin keilmuan. Dahulu ilmu dibagi menjadi dua, ilmu alam dan ilmu sosial.
Kini telah terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan. Oleh karena itu, seorang ilmuwan
harus tahu benar batas-batas penjelajahan cabang keilmuan maing-masing.
Mengenai batas-batas kapling ini, disamping menunjukkan kematangan keilmuan
dan profesional kita, juga dimaksudkan agar kita mengenal tetangga-tetangga kita.
Dengan makin sempitnya daerah penjelajahan suatu bidang keilmuan, maka sering sekali
diperlukan “pandangan” dari disiplin-disiplin yang lain. Saling pandang memandang ini
atau pendekatan multi disipliner, membutuhkan pengetahuan tentang tetangga-tetangga
yang berdekatan. Artinya harus jelas bagi semua, dimana disiplin seseorang berhenti dan
dimana disiplin orang lain mulai. Tanpa kejelasan batas-batas ini maka pendekatan multi
disipliner akan berubah menjadi sengketa kapling.
3.2.1. Batas-batas Kerja Ilmu
Jika kita mempertanyakan apa batas kerja ilmu atau batas penjelajahan ilmu maka
bisa dijelaskan bahwa ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan dan
berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari sesuatu yang bukan dari
pengalaman manusia, maka ilmu tidak bekerja di luar batas kerjanya seperti keyakinan
surga dan neraka. Pada prinsipnya ilmu sendiri dalam kehidupan manusia sebagai alat
pembantu untuk bisa membongkar berbagai problem manusia dalam batas
pengalamannya
Ilmu membatasi lingkup penjelajahan pada batas pengalaman manusia. Metode
yang dipergunakan dalam menyusun ilmu telah teruji kebenarannya secara empiris.
Dalam perkembangannya kemudian maka muncul banyak cabang ilmu yang diakibatkan
karena proses kemajuan dan penjelajahan ilmu yang tidak pernah berhenti. Dari sinilah
kemudian lahir konsep “kemajuan” dan “modernisme” sebagai anak kandung dari cara
kerja berpikir keilmuan.
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 23
Daftar Pustaka
http://blog.unsri.ac.id/lea2010/bunga-rampai/batas-batas-penjelajahan-ilmu/mrdetail/11291/, 3 Desember 2012
http://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/ontologi-beberapa-asumsi-dalam-ilmu-dan-batas-penjelajahan-ilmu/, di akses 1 Desember 2012
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2172174-batas-batas-penjelajahan-ilmu/#ixzz2E351Xzk8, di akses 2 Desember 2012
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2130960-sumber-sumber-pengetahuan/#ixzz2E2zGbu7s, di akses 2 Desember 2012
http://petanitangguh.blogspot.com/2010/07/batasan-ilmu.html, di akses 2 Desember 2012
http://riak-riak-gelombang.blogspot.com/2011/12/sumber-sumber-pengetahuan.html, di akses 2 Desember 2012
http://swifty-mcsulvivan.blogspot.com/2011/03/sumber-pengetahuan.html, di akses 2 Desember 2012
http://teorionline.wordpress.com/2012/04/04/sumber-pengetahuan/, di akses 3 Desember 2012
http://theologyphilosophy07.blogspot.com/p/teori-pengetahuan-menurut-plato_29.html, di akses 3 Desember 2012
http://www.komunitasfilsafat.net/2011/12/4-jenis-sumber-pengetahuan.html, di akses 4 Desember 2012
Tugas Mid Filsafat Pendidikan Page 24
Recommended