Ujian tengah semester Dosen Pengampu
Manajemen PR Atjih Sukaesih, M.Si
Studi Kasus Gas LPG
DI SUSUN OLEH:
RIKI RIKARDO
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU – RIAU
2013
KATA PENGANTAR
Puji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami kepada Ibu Atjih Sukaesih
selaku dosen Manajemen PR, dan semua pihak yang telah berperan serta
membantu dari awal sampai akhir.
Dalam makalah ini kami jabarkan tentang peran humas dalam
mengembalikan kepercayaan masyarakat/publik oleh PT.Pertamina.
Dan apasaja langkah yang dilakukan oleh seorang humas untuk
menyakinkan masyarakat/publik untuk mendapatkan kembali citra yang positif.
Dan peran humas dari PT.Pertamina, dan solusi dalam memecahkan
masalah yang terjadi didalam permasalahan PT.Pertamina.
Dalam makalah ini kami juga menjelaskan bagaimana bentuk pendekatan
manajerial.
Tentu dalam pengulasan makalah ini belum sepurna jika tidak ada
masukkan dari berbagai pihak untuk memantapkan materi untuk kedepannya
menjadi lebih baik tentunya. Maka daripada itu kami berharap saran, masukan dan
kritik dari pembaca.
Pekanbaru, 28 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................
A. Mengembalikan Citra Positif PT. PERTAMINA
B. Solusi dari permasalahan yang ada di PT. PERTAMINA
BAB III PENUTUP ..................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah dalam melakukan konversi penggunaan energi dari
minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) telah banyak mendorong
orang untuk memakai kompor gas LPG sebagai bahan bakar kompor yang
digunakan. Seiring kebijakan pemerintah tersebut ternyata banyak menimbulkan
masalah. Meskipun kompor gas LPG memiliki kelebihan lebih praktis
penggunaannya dari kompor minyak tanah, tetapi masih memiliki kekurangan
yaitu bahaya yang ditimbulkannya jika terjadi kebocoran gas yang berakibat pada
ledakan dan menimbulkan kebakaran bahkan korban jiwa.
Dalam permasalahan ini timbul berbagai macam spekulasi dari masyarakat.
Apakah kompor gas LPG benar-benar bisa menggantikan kompor minyak tanah,
atau hanya untuk membunuh mereka. Dengan berbagai macam kasus ledakan
yang ditimbulkan dan begitu banyak kerugian yang mereka dapatkan, membuat
mereka mulai enggan untuk menggunakan kompor gas LPG tersebut.
Permasalahan ledakan biasanya ditimbulkan akibat kelalaian dari pengguna
dan tabung yang mengalami kerusakan atau sudah tidak layak pakai.
proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh beberapa
agen. Pemerintah mulai cekatan dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat
dengan bekerjasama dengan pihak perusahaan swasta. Dalam makalah ini akan
menjelaskan proses pengembalian citra positif dari masyarakat, dan peran humas
yang berkontribusi besar dalam prosesnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengembalikan Citra Positif PT. Pertamina
Konversi minyak tanah ke gas dimulai sejak tahun 2007 hingga sekarang.
Kegiatan konversi ini telah mampu diterima oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Namun, dalam perkembangannya beberapa kasus telah terjadi akibat
tabung gas elpiji. Beberapa Tabung gas elpiji mengakibatkan kecelakaan dan ledakan
yang menimbulkan beberapa korban. Baik korban yang mengalami luka ringan
hingga luka berat sampai mengalami kerugian yang berjumlah puluhan hingga
ratusan juta rupiah. Kecelakaan yang terjadi di sebabkan oleh beberapa faktor antara
lain, akibat kelalaian dari pengguna dan tabung yang mengalami kerusakan atau
sudah tidak layak pakai.
Berdasarkan data BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional) hingga
bulan Juni 2010, kasus kecelakaan gas LPG terlihat melonjak dari tahun 2007 hingga
tahun 2010 seperti yang terlihat pada gambar
Grafik Data Kasus Ledakan Tabung Gas LPG Menurut BPKN Juni 2010
Beberapa kecelakaan yang terjadi adalah dikarenakan kelalaian pemakaian,
proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh beberapa agen
yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti yang telah banyak diberitakan di
media.
Humas mempunyai keterlibatan penuh untuk memperkuat komunikasi dengan
kalangan eksternal dan internal suatu instansi baik pemerintahan maupun swasta.
Begitu pula dengan Humas PT. Pertamina, beliau harus selalu dilibatkan dalam
segala hal yang berhubungan dengan menjaga reputasi perusahaan dimata khalayak
internal pada umumnya, dan eksternal pada khususnya, disesuaikan dengan ruang
lingkup pekerjaan dan tanggung jawab beliau sebagai praktisi humas.
Peranan humas PT. Pertamina (Persero) adalah :
1. Sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Humas PT.Pertamina membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan public. Misalnya dalam kasus ledakan elpiji,
Humas PT.Pertamina (Persero) BBM bekerja sama dengan divisi Gas Domestik
untuk menyelesaikan kasus ledakan gas elpiji yang terjadi.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu
medengar apa yang menjadi keinginan dan harapan publik. Biasanya dilakukan
melalui contact pertamina maupun surat dari publik.
3. Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)
Humas bertindak sebagai membantu proses pemecahan masalah. Mulai dari
ide sampai pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus.
Langkah – langkah tersebut sebagai kontribusi PT. Pertamina (Persero) dalam
memberikan manfaat terhadap perusahaan dan publik, sesuai dengan visi perusahaan,
yaitu menjadi unit usaha terbaik, tanggung jawab, dan terpercaya. Visi ini erat
kaitannya dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan publik sekitar karena
publik adalah bagian yang penting untuk menunjang kelangsungan suatu perusahaan.
Terutama adalah saat perusahaan mengalami suatu krisis dalam mempertahankan
citranya dimata masyarakat karena suatu kasus yang berkaitan dengan produk dan
hubungan perusahaan dengan publik secara langsung.
Dalam hal inilah seorang Humas harus memberikan perannya secara
maksimal dalam menyelesaikan kasus tersebut agar citra perusahaan tetap terjaga.
B. Solusi dari permasalahan yang ada di PT. PERTAMINA
1. Program PR (publiEc relation)
a. komunikasi krisis
Parahnya masalah yang melanda PT.Pertamina ini terkait masalah citra
lembaga yang sedang hancur terkait beberapa masalah yang terjadi maka hal yang
perlu dilakukan seorang PR adalah Komunikasi dengan publik yang dikenal dengan
komunikasi krisis.
Komunikasi krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan public
sebelumnya, selama, dan setelah kejadian krisis. Komunikasi ini dirancang melalui
program-program untuk meminimalisir kerusakan terhadap citra organisasi (Frearn
Banks, dalam Prayudi 1998: 38).
Ketika organisasi mengalami krisis maka kebutuhan akan informasi seputar
krisis terus meningkat. Hal ini karena berkaitan dengan berbagai kepentingan publik
organisasi tersebut. Publik organisasi yang memiliki kepentingan akan merasa
khawatir ketika organisasi mengalami krisis. Kekhawatiran ini dapat mengarah pada
tindakan-tindakan yang mungkin merugikan organisasi, Menurut Coombs (1994)
(dalam Prayudi, 1998: 39) ada lima strategi yang biasanya digunakan dalam
komunikasi krisis, yaitu:
1. Non – existence strategies. Strategi ini diterapkan oleh organisasi yang
kenyataanya tidak mengalami krisis, namun ada rumor bahwa organisasi sedang
menghadapi krisis. Bentuk pesan bisa berupa penyangkalan (denial), penjelasan
disertai alasan (clarification),menyerang pihak penyebar rumor (attack), dan
mengancamberdasarkan hukum (intimidation).
2.Distance strategies. Digunakan organisasi yang mengakui adanya krisis dan
berusaha untuk memperlemah hubungan antara organisasi dengan krisis yang terjadi.
Bentuk pesan bisa berupa penolakan bahwa organisasi tidak bermaksud melakukan
hal-hal negatif dan penyangkalan kemauan (excuse) dan melakukan klaim bahwa
kerusakan yang terjadi tidak serius (justification).
3.Ingratiation strategies. Strategi ini digunakan organisasi dalam upaya mencari
dukungan publik. Bentuk pesan bisa berupa pengingatan kepada publik akan hal-hal
positif yang dilakukan organisasi, menempatkan krisis dalam konteks yang lebih
besar, dan mengatakan hal-hal baik yang dilakukan publik (praising others).
4.Mortification strategies. Organisasi berusaha meminta maaf dan menerima
kenyataan bahwa memang benar terjadi krisis. Bentuknya bisa berupa kompensasi
kepada kepada korban, meminta maaf kepada publik, dan mengambil tindakan untuk
mengurangi krisis.
5.Surffering strategies. Organisasi menunjukkan bahwa ia jugamenderita
sebagaimana korban dan berusaha memperoleh dukungan dan simpati publik.
Sebuah rencana komunikasi krisis yang baik paling tidak mempertimbangkan
publik organisasi, model komunikasi yang mencakup tujuan untuk masing-masing
publik, pesan yang harus disampaikan, juru bicara, dan upaya mendapatkan dukungan
pihak ketiga. Dalam upaya komunikasi krisis,bentuk modis yang biasa digunakan
oleh public relations akan banyak membantu seperti:
a)Press release, merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan bagaimana
organisasi menangani krisis dan pimpinan yang berwenang.
b) Press kits, merupakan map yang berisi beberapa press release yang memiliki nilai
berita bagi media massa. Biasanya perusahaan juga melampirkan profil organisasi,
atau daftar telepon juru bicara perusahaan.
c) Konferensi pers, merupakan upaya agar media massa menerima informasi yang
tepat dari juru bicara organisasi dan menghindari mis-informasi seandainya
wawancara dilakukan secara terpisah.
d) Newsletter, merupakan publikasi perusahaan yang berisi berita dan perkembangan
terbaru perusahaan (Prayudi, 1998: 39-40)
Walaupun ada media lain seperti aktivitas sosial yang dijalankan organisasi,
keempat media diatas termasuk yang sering dilakukan. Pendekatan dengan
komunikasi interpersonal dan dua arah biasanya akan mendapatkan dukungan dari
publik. Komunikasi krisis perlu disusun dengan mempertimbangkan model
komunikasi, strategi pesan, publik organisasi dan tujuan perusahaan secara
luas.Upaya membina hubungan dengan publik sejak dini merupakan faktor
pendukungkrusial ketika perusahaan mengalami krisis.
Organisasi harus menyadari bahwa kerusakan yang mungkin ditimbulkan
oleh krisis adakalanya tidak terduga, karena dapat mengakibatkan kebangkrutan,
pengambilalihan kendali dan usaha jatuhnya nama baik (good image), menurunnya
permintaan atas produk dan jasa, dan rusaknya kinerja organisasi.
b. Tindakan PR di masa krisis
Public Relations memiliki peran penting dalam merencanakan program
persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi
setelah krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi public
relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan yang
terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan. Ada beberapa
tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis antara lain:
1) Pendalaman data dan fakta
Melakukan riset mendalam mengenai isu yang berkembang. Riset yang
dikembangkan secara kualitatif.
2) Menyiapkan paket informasi
Menyiapkan information sheets standar yang berisi berbagai informasi yang
diberikan oleh Public Relations kepada semua stakeholders.
3) Membuat batasan isu dan dampaknya
Menganalisis dan membuat batasan setiap isu tentang dampak yang mungkin
ditimbulkan bagi masyarakat atau konsumen pengguna produk.
4) Posisikan citra perusahaan
Pastikan bagaimana citra perusahaan akan diposisikan dihadapan public berkaitan
dengan isu yang sedang berkembang.
5) Siapkan Tim Crisis Centre
Siapkan tim yang siap dipakai ketika krisis benar-benar terjadi, serta buat simulasi
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
6) Menunjuk Unofficial Spoke Persons
Crisis Center sebaiknya tidak hanya melibatkan internal perusahaan (official
person) tapi juga pihak lain atau pihak ketiga yang direkrut untuk membantu
menyelesaikan krisis (Agung 2005: 38)
Peranan Humas PT.Pertamina dalam menangani kasus ledakan gas elpiji 3 kg.
Sebagai seorang Humas dalam menghadapi kasus ini melakukan beberapa
tindakan. Tindakan yang di lakukan telah sesuai dengan teori yang ada yaitu teori dari
(Cutlip dan Center, Iriantara,2007:14) mengenai pendekatan manajerial. Pendekatan
itu dengan cara:
1. Mencari penyebab kejadian
Humas biasanya mengetahui berita kecelakaan gas elpiji 3 kg dari pengaduan
warga, media dan juga dari pemberitahuan karyawan PT.Pertamina sendiri. Setelah
mendengar berita tersebut, Humas bekerjasama dengan pihak Gas Domestik yang
merupakan penanggung jawab kegiatan konversi gas elpiji 3 kg turun kelapangan
langsung untuk mengetahui fakta yang ada. Kegiatan pencarian fakta untuk
menanyakan tentang seluk beluk kejadian di lakukan dengan turun langsung ke
lapangan dan dengan melakukan pendekatan persuasive melalui wawancara kepada
korban langung maupun dengan tetangga-tetangga korban. Kegiatan tersebut
biasanya dilakukan langung ke rumah korban dan apabila ada korban jiwa dalam
kecelakaan ini, maka kegiatan
wawancara dilakukan di rumah sakit tempat korban dilarikan untuk mendapatkan
pertolongan.
2. Memberikan bantuan kepada korban
Mencari penelusuran fakta yang ada, harus dapat diketahui jumlah korban dan
kerugian material yang harus ditanggung baik itu fisik rumah maupun perawatan
kesembuhan korban. Dari hasil penilaian itulah, maka Pertamina harus merencanakan
untuk memberikan suatu asuransi yang mana semua orang yang mendapatkan
kompor dan tabung gas elpiji telah mendapatkan asuransi jiwa dari
PT.Pertamina.Sedangkan jumlah dan saratnya telah ditentukan dan proses pemberian
asuransinya harus sesuai dengan prosedur. Bantuan yang disebut dengan tali asih ini
merupakan program dari PT.Pertamina sebagai rencana yang telah diperhitungkan
apabila suatu saat akan terjadi kecelakaan akibat pemakaian gas elpiji.
Perencanaan yang telah ditetapkan dan di ukur sesuai dengan jumlah kerugian
segera diberikan langsung kepada korban agar mereka bisa langsung mendapatkan
perawatan dan tidak merasa dirugikan atau merasa tidak mendapatkan perhatian dari
pihak Pertamina. Tindakan berikutnya setelah perencanaan tentang jumlah bantuan
dana tali asih ditentukan, maka pihak Pertamina dengan segera memberikannya
kepada korban. Selain itu, tidak lupa diberikan pengetahuan tambahan cara
penggunaan elpiji yang aman agar tidak terjadi lagi hal yang serupa. Serta, korban
diberikan surat pernyataan yang isinya tidak melakukan penuntutan terhadap
PT.Pertamina setelah proses tali asih dari PT.Pertamina telah berakhir.
Untuk membantu mengkomunikasikan kepada publik luar, Humas PT.Pertamina
juga bekerjasama dengan pihak media untuk melakukan pemberitaan kepada publik
mengenai kasus ledakan gas elpiji dan tindakan penyelesaian kasus kecelakaan
3. Melakukan tindakan evaluasi
Tahap terakhir adalah evaluating. Setelah selesai pemberian bantuan kepada
korban, pihak Pertamina mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan, apakah sudah
bisa diterima baik oleh korban dan tindakan tersebut apakah telah mampu
mengembalikan lagi citra perusahaan di mata korban.
4. Melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi.
Dengan beberapa jumlah kasus kecelakaan akibat gas elpiji yang terjadi maka
PT.Pertamina harus melakukan upaya guna mencegah kasus kecelakaan gas elpiji
terjadi kembali. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan resosialisasi. Proses
resosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada pihak-
pihak konsumen agar lebih mengerti bagaimana cara pemakaian dan perawatan yang
benar sesuai prosedur yang ada.
Selain itu dilakukan pula Quality Control setiap harinya dengan melakukan
pengecekan terhadap tabung elpiji, mulai dari proses kelayakan pakai tabung gas,
perlengkapan dan aksesoris tabung hingga proses pendistribusian ke agen-agen.
Proses ini dilakukan untuk mengurangi kelalaian agar tidak mendistribusikan tabung
yang tidak layak pakai dan dapat mengakibatkan kecelakaan terjadi lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan pemerintah dalam melakukan konversi penggunaan energi dari
minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) telah banyak mendorong
orang untuk memakai kompor gas LPG sebagai bahan bakar kompor yang
digunakan. Seiring kebijakan pemerintah tersebut ternyata banyak menimbulkan
masalah. Meskipun kompor gas LPG memiliki kelebihan lebih praktis
penggunaannya dari kompor minyak tanah, tetapi masih memiliki kekurangan
yaitu bahaya yang ditimbulkannya jika terjadi kebocoran gas yang berakibat pada
ledakan dan menimbulkan kebakaran bahkan korban jiwa.
Dibalik permasalahan yang muncul dalam hal ini pihak Humas sudah
melakukan berbagai macam tindakan untuk memulihkan citra positif dimata
masyarakat dengan penjelasan sebagaimana dipaparkan diatas diantaranya:
Melakukan pendekatan manajerial, dengan cara,
1. Mencari penyebab kejadian
2. Memberikan bantuan kepada korban
3. Melakukan tindakan evaluasi
4. Melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi.
B. Saran
Dengan adanya langkah dalam memperbaiki citra positif dari
masyarakat/publik, maka akan dapat berproduksi kembali dari PT. Pertamina.
Dan akan terealisasi kembali wacana pemerintah dalam hal menggalakan
masyarakat dalam peralihan dari penggunaan kompor minyak tanah ke kompor
gas elpiji.
Dengan demikian masyarakat/publik tidak ada yang perlu dikuatirkan, jika
dalam pemasangan ada sifat kehati-hatian dan dalam menggunakannya harus
selalu waspada.
Dengan adanya bentuk dari sikap pemerintah yang mau untuk peduli terhadap
masyarakatnya, maka dengan demikian masyarakat hendaknya juga dapat
membantu pemerintah, dan mau menggunakan kembali dari kompor gas elpiji
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nur fitriani, arimbi. 2013. Analisa tentang mengembalikan citra. (online),
(http://arimbinurfitriani.blogspot.com/2013/02/analisa-tentang-mengembalikan-
citra_6364.html, diakses tanggal 27 november 2013)
Fahmi. 2013. Grafik Data Kasus Ledakan Tabung Gas. (online),
(http://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/grafik-data-kasus-ledakan-tabung-gas-
lpg/, diakses tanggal 27 november 2013)