BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Industri dewasa ini mengalami perubahan yang sangat
cepat, semua perusahaan berlomba-lomba untuk terus memperbaiki kualitas
perusahaannya maupun usahanya agar tetap eksis dan mampu bersaing baik
dengan perusahaan lain yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk
masa yang akan datang, siap atau tidak siap dunia industri Indonesia harus
memasuki perdagangan bebas untuk merebut pasar global.
Untuk dapat bersaing dan ikut dalam perdagangan bebas, tidak ada
alternatif lain bagi dunia usaha selain meningkatkan daya saing melalui efisiensi
dan kualitas hasil industri pada semua sektor, dampak dari hasil industri yang
berdaya saing tersebut tentu akan meningkatkan penjualan yang akhirnya akan
memperoleh pendapatan yang optimal yang merupakan salah satu tujuan
perusahaan.
Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, diperlukan pengelolaan
perusahaan yang baik. Pengelolaan suatu perusahaan dilaksanakan melalui
penerapan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengkoordinasian (actuating) dan pengendalian (controlling), sehingga
perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimum dan dapat bersaing dengan
perusahaan lain.
1
Daya saing suatu usaha merupakan faktor yang sangat penting yang akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kerasnya tingkat
persaingan, adanya inovasi dan pengembangan produk baru serta adanya
pengembangan wilayah pemasaran yang baru akan berpengaruh terhadap biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Salah satu biaya yang akan terpengaruh
oleh kegiatan pemasaran adalah biaya distribusi.
Dalam bidang perencanaan, dengan ditetapkannya biaya distribusi maka
perusahaan dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan secara terperinci
biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Perencanaan biaya distribusi bermanfaat
sebagai alat pengawasan. Penyimpangan biaya distribusi dari rencana (misal
menjadi terlalu besar) kadang-kadang mengakibatkan kenaikan harga jual. Dilain
pihak perencanaan biaya distribusi dapat dipakai sebagai alat koordinasi bagian
penjualan dalam kegiatan Pemasaran.
Kegiatan distribusi barang tidak terlepas dari kegiatan pemasaran yang
dilakukan. Salah satu cara yang ditempuh untuk berhasil dalam persaingan adalah
meningkatkan strategi pemasaran. Dalam usaha untuk memenangkan persaingan,
perusahaan harus memperhatikan kebutuhan serta kepuasan pelanggan dalam
mengkonsumsi/menggunakan produk-produk tersebut.
Salah satu perusahaan yang bergerak xxxxxxxxx(dibikin cerita satu
faragraf sebelum ke objek)
Koperasi peternak garut selatan (KPGS) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha peternakan sapi penghasil susu yang dibutuhkan
2
dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan koperasi peternak garut selatan juga tidak
terlepas dari kegiatan pendistribusian barang dalam menyalurkan barang-barang
hasil produksinya. Kegiatan distribusi inilah yang merupakan salah satu unsur
kegiatan pemasaran yang akan berpengaruh terhadap peningkatan volume
penjualan yang tentu saja diharapkan akan meningkatkan laba perusahaan.
Tabel 1.1
Laba koperasi unit susu
Periode Laba perusahaan Selisih Keterangan
Thn 2008 Rp.93.875.768,45 Rp. - -
Thn 2009 Rp.162.676.135,54 Rp. 68.800.367,09 Melebihi target
Thn 2010 Rp.108.832.888,26 Rp. 53.843.247,28 Tidak sesuai target
Thn 2011 Rp.69.617.981,90 Rp. 39.214.906,36 Tidak sesuai target
Thn 2012 Rp.70.679.476,80 Rp. 1.061.484,90 Melebihi target
Sumber : KPGS KAB.GARUT 2012 Catatan laporan laba Koperasi 2013 belum diterbitkan
Berdasarkan hasil observasi awal (diperjelas informasi) permasalahan
yaitu terjadi fluktuasi realisasi pencapaian laba(apa penyebabnya). Dalam
kaitannya dengan peningkatan laba perusahaan, perlu mengendalikan unsur-unsur
yang mempengaruhi laba tersebut. Salah satu unsur laba tersebut adalah volume
penjualan. Seperti halnya pada Koperasi peternak garut selatan telah menetapkan
biaya distribusi untuk meningkatkan penjualannya dan menekan biaya-biaya yang
mempengaruhi penjualan tersebut, maka direncanakan biaya distribusi dalam
suatu anggaran perusahaan dalam menjalankan perusahaannya.
3
Berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti terdorong untuk mengetahui
sejauhmana Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan Pada Koperasi
peternak garut selatan (KPGS).
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah
penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana perkembangan Biaya Distribusi di Koperasi peternak Garut
selatan (KPGS).
2. Bagaimana perkembangan Laba Perusahaan di Koperasi peternak Garut
selatan (KPGS).
3. Bagaimana pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan di
Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud diadakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya distribusi
terhadap Laba perusahaan di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perkembangan Biaya Distribusi di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS).
4
2. Perkembangan Laba Perusahaan di Koperasi peternak Garut selatan
(KPGS).
3. Pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan di Koperasi peternak
Garut selatan (KPGS).
1.4 Kegunaan Penelitiaan
1.4.1 Kegunaan ilmiah
Bagi Penulis sendiri
Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah yang sedang diteliti.
Bagi Akademisi
Untuk menambah referensi serta memperkuat teori yang sudah ada khusunya
mengenai pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan
Bagi Pihak lain
Khususnya bagi para peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan dan referensi tambahan dalam membahas masalah
yang sama.
1.4.2 Kegunaan praktis
Penelitian ini semoga dapat menghasilkan mamfaat dan kegunaan secara
praktis bagi perusahaan, untuk dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan
manajemen dalam menentukan kebijakan dimasa yang akan datang
5
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Biaya Distribusi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memasarkan barang atau menyampaikan barang ke pasar.
Menurut Ardiyos (2000:333) mengatakan bahwa biaya Distribusi adalah :
”Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk”
Biaya distribusi menurut Warren J Keegan yang diterjemahkan oleh Alexander
Sindoro (2005:213) meliputi:
1. Biaya langsung penjualan (Direct Selling Exspanse) yaitu : Semua biaya penjualan langsung yang berhubungan dengan salesman, kantor cabang, supervisi penjualan. Dengan kata lain semua biaya langsung yang berhubungan dengan timbulnya order penjualan.
2. Biaya promosi penjualan dan Advertensi (Advertising and Sales Promotion Exspense) yaitu : Semua pengeluaran media periklanan, biaya-biaya yng berhubungan dengan promosi penjualan.
3. Biaya Distribusi (Transportation Expense) yaitu : Semua biaya pengangkutan barang sampai ketangan konsumen termasuk juga biaya untuk mengelola dan memelihara fasilitas-fasilitas transfortasi.
4. Biaya pergudangan dan penyimpanan (Werehousing and Storage Exspense) yaitu : Semua biaya yang dikeluarkan untuk pergudangan, penyimpanan, penanganan persediaan, pemenuhan order, pembukuan serta penyiapan gudang.
5. Biaya Distribusi umum (General Distribution Expense) yaitu : Semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi distribusi dibawah manajemen penjualan yang tidak termasuk dalam klasifikasi biaya umum, pelatihan, riset pasar dan fungsi-fungsi staf seperti akutansi”.
Menurut Henry Simamora (2010:321) biaya distribusi digolongkan menjadi dua :
1. Order Getting Cost yaitu : Pengeluaran yang terjadi untuk mencari atau menimbulkan pesanan dari pembeli kepada perusahaan. Berdasarkan fungsinya biaya ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu biaya promosi dan advertensi serta biaya penjualan.
6
2. Order Filling Cost yaitu : Biaya yang terjadi dalam rangka memenuhi atau melayani pesanan yang diterima dari pembeli. Berdasarkan fungsinya order filling cost dapat digolongkan menjadi empat yaitu biaya pergudangan dan penyimpanan, biaya pengepakan dan pengiriman, Biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang.”
Ada tiga sasaran yang harus dicapai dari biaya distribusi, yaitu:
Penetapan Biaya
Pengendalian Biaya
Perencanaan dan pengarahan upaya distribusi
Perusahaan dapat dipandang sebagai sutu sistem yang memproses masukan
untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan berusaha menghasilkan keluaran
yang nilainnya lebih tinggi daripada nilai masukannya agar menghasilkan
laba. Dengan laba yang diperoleh perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya.
Menurut Soemarso (2005:230) mengemukakan bahwa: ”Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”.
Berdasarkan definisi diatas bahwa laba merupakan selisih antara
pendapatan setelah dikurangi beban. Apabila pendapatan melebihi beban maka
hasilnya laba bersih. Informasi laba diperlukan untuk mengetahui kontribusi
produk dalam menutupi biaya non produksi.
Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:
1. Komponen operasi dan non operasi
Klasifikasi operasi dan non operasi terutama bergantung pada sumber
pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi
perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan)
7
laba operasi (operating income), merupakan suatu pengukuran laba
perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung
laba non operasi (non operating income), mencakup seluruh komponen
laba yang tidak termasuk dalam laba operasi.
2. Komponen berulang dan tidak berulang
Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah
pos tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.
Adapun Hubungan antara Biaya Distribusi dengan Laba Perusahaan
Seperti yang dikemukakan oleh Wels, Hilton, Gordon (2000:270) mengemukakan
bahwa:
“Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan penjualan, distribusi, dan pengantaran barang kepada pelanggan. Perencanaan biaya distribusi secara cermat akan mempengaruhi laba perusahaan”.(Sebelum ke paradigma dijelaskan bagaimana biaya distribusi mempengaruhi laba berdasarkan pemikiran sendiri)
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini adalah sebagai berikut :
GAMBAR 1.2
Paradigma Penelitian
Variabel X Variabel Y
8
Biaya Distribusi Laba Perusahaan
1.6 HIPOTESIS
Menurut Sugiyono (2012:51) menyatakan bahwa : Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu
rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Terdapat pengaruh signifikan biaya distribusi terhadap Laba Perusahaan.”
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Pengertian Biaya menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2002:8)
mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai berikut:
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Selain itu Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya(2002:10) mendefinisikan biaya
dalam arti sempit sebagai berikut:
“Biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva.” Sedangkan pengertian biaya menurut Sunarto dalam buku Akuntansi
Biaya (2003:4) mengemukakan bahwa:
“Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”.
Dari definisi di atas 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
2.1.2 Penggolongan Biaya
10
Agar informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen dengan baik maka
biaya harus dicatat dan digolongkan. Umumnya penggolongan biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut,
Biaya menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2002:14-17) dapat
digolongkan sebagai berikut:
“ 1. Objek pengeluaran 2. Fungsi pokok dalam perusahaan
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan5. Jangka waktu manfaatnya”.
Masing-masing penggolongan biaya diatas diuraikan sebagai berikut:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluarannya
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalkan nama objek pengeluaran bahan bakar, maka
semua biaya pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya
bahan bakar.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, biaya dikelompokkan menjadi 3 kelompok:
a. Biaya Produksi
b. Biaya Pemasaran
c.Biaya Administrasi dan Umum
Kelompok biaya diatas diuraikan sebagai berikut:
Biaya produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek
11
pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi:
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik
Biaya pemasaran Merupakan biaya biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh:biaya disrtibusi,
biaya iklan, biaya promosi, biaya contoh (sample).
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh:
biaya gaji bagian keuangan, akuntansi, personalia, biaya fotocopy, dan
lain-lain. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi sering pula
disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Sesuatu yang dibiaya dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi 2 golongan:
*) Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi, karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
*) Biaya tidak langsung (indirect cost), merupakan biaya yang terjadi tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut istilah biaya produksi tidak langsung
atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).
12
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan
menjadi:
1. Biaya variabel
2. Biaya semivariabel
3. Biaya semifixed
4. Biaya tetap
Biaya di atas diuraikan sebagai berikut:
Biaya variabel : adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan
Biaya semi variabel : adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel.
Biaya semifixed : adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
Biaya tetap : adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan
tertentu.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi
dua, yaitu:
13
1. Pengeluaran modal (capital expenditure), merupakan biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimana pengeluaran
untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan
memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh: biaya depresiasi,
biaya amortisasi
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), merupakan biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran
tersebut. Contoh: Biaya iklan.
2.1.3 Pengukuran Biaya
Perhitungan biaya sebenarnya
Mengharuskan perusahaan untuk menggunakan biaya sebenarnya dari semua
sumber daya yang digunakan dalam produksi untuk menentukan biaya unit.
Perhitungan biaya normal
Mengharuskan perusahaan menggunakan biaya sebenarnya dari bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung pada unit yang diproduksi.
2.2 Distribusi
2.2.1 Pengertian Distribusi
14
Menurut Philip Kotler dan Amstrong dalam buku Principle Of Marketing
(2000:205) mengemukakan bahwa:
”Aktivitas perusahaan agar produk atau jasa mudah didapatkan oleh
konsumen sasarannya”.
Menurut Sumorangkir dalam buku Masalah Pokok Pemasaran (2000:43)
mengemukakan bahwa:
”Distribusi merupakan kegiatan untuk mentransfer barang dari pabrik ke
pelanggan”.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya distribusi
adalah kegiatan menyalurkan barang (produk) dari produsen ke konsumen.
2.2.2 Fungsi Saluran Distribusi
Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Ronny A, Rusli dan
Hendra dalam buku Manajemen Pemasaran (2000:431) fungsi saluran distribusi
adalah sebagai berikut:
”1. InformasiPengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran mengenai pelanggan, pesaing serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan pemasaran.
2. PromosiPengembangan dan penyebaran komunikasi yang dirancang untuk menarik pelanggan pada penawaran tersebut.
3. NegosiasiUsaha untuk mencapai persetujuan ahir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.
4. PemesananKomunikasi dari para anggota saluran pemasaran ke produsen mengenai minat untuk membeli.
15
5. PembiayaanPerolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada berbagai tingkat saluran.
6. Pengambilan ResikoPenggunaan resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.
7. Pemilikan FisikKesinambungan penyimpanan dan penggerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.
8. PembayaranPembeli membayar tagihannya ke penjual lewat bank dan institusi keuangan lainnya.
9. Hak MilikTrasfer kepemilikan sebenarnya dari suatu organisasi atau orang ke orang atau orang lain”.
2.3 Biaya Distribusi
2.3.1 Pengertian Biaya Distribusi
Biaya Distribusi menurut Ardiyoso dalam Kamus Besar Akuntansi
(2009:333) adalah:
”Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk. Biaya yang dapat digolongkan ke dalam distribution cost adalah biaya untuk fasilitas pergudangan, pengangkutan, pengepakan, pengemasan untuk memasukkan ke petikemas”.
Biaya distribusi menurut Warren J Keegan yang diterjemahkan oleh
Alexander Sindoro dalam buku Manajemen Pemasaran Global (2005:213)
meliputi:
”1. Biaya Langsung Penjualan (Direct Selling Exspanse)Yaitu semua biaya penjualan langsung yang berhubungan dengan salesman, kantor cabang, supervisi penjualan. Dengan kata lain semua biaya langsung yang berhubungan dengan timbulnya order penjualan.
2. Biaya Promosi penjualan dan Advertensi (Advertising and Sales Promotion Exspense)Yaitu semua pengeluaran media periklanan, biaya-biaya yang berhubungan dengan promosi penjualan.
16
3. Biaya Transportasi (Trasportation Expense)Yaitu semua biaya pengangkutan barang sampai ketangan konsumen termasuk juga biaya untuk mengelola dan memelihara fasilitas-fasilitas transportasi.
4. Biaya Pergudangan dan Penyimpanan (Werehousing and Storage Exspense)Yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk pergudangan, penyimpanan, penanganan persediaan, pemenuhan order, pembukuan serta penyiapan gudang.
5. Biaya Distribusi Umum (General Distribution Expense)Yaitu semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi distribusi di bawah manajemen penjualan yang tidak termasuk dalam klasifikasi biaya umum, pelatihan, riset pasar dan fungsi-fungsi staf seperti akuntansi”.
Berdasarkan beberapa pengertian seperti yang telah disebutkan diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa biaya distribusi adalah semua biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk menggerakan hati calon
konsumen agar melakukan transaksi pembelian, dimana barang dalam keadan siap
jual, menyerahkan barang ketangan konsumen, dan berahir dengan penerimaan
tunai penjualan barang tersebut.
2.3.2 Penggolongan Biaya Distribusi
Menurut Henry Simamora dalam buku Manajemen Pemasaran
Internasional (2000:321) biaya distribusi digolongkan menjadi dua, yaitu:
”1. Order Getting CostPengeluaran yang terjadi untuk mencari atau menimbulkan pesanan dari pembeli kepada perusahaan. Berdasarkan fungsinya biaya ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu biaya promosi dan advertensi serta biaya penjualan.
2. Order Filling Cost
17
Biaya yang terjadi balam rangka memenuhi atau melayani pesanan yang diterima dari pembeli. Berdasarkan fungsinya order filling cost dapat digolongkan menjadi empat yaitu biaya pergudangan dan penyimpanan, biaya pengepakan dan pengiriman, biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang”.
Perbedaan antara Order Getting Cost dan Order Filling Cost diantaranya:
1. Dalam Order Getting Cost tidak terdapat hubungan antara kegiatan distribusi
dengan biaya, sedangkan Order Filling Cost memiliki hubungan antara
kegiatan dengan biaya
2 Order Filling Cost memiliki sifat seperti biaya produksi dimana terjadi
berulang-ulang, semivariabel dan tetap
2.3.3 Karakteristik Biaya Distribusi
Karakteristik yang dikemukakan oleh Warren J Keegan yang
diterjemehkan oleh Alexander Sindoro dalam buku Manajemen Pemasaran Global
(2005:523) adalah sebagai berikut:
”1. faktor-faktor Psikologis 2. Adanya berbagai macam metode distribusi serta sifat fleksibel dalam
penerapannya. Misal karena adanya perubahan kondisi pasar, maka bila perlu metode distribusi dapat dirubah dan disesuaikan.
3. Perubahan-perubahan yang berkesinambungan dalam metode penjualan. Sifat kegiatannya memerlukan jenis biaya yang berbeda dengan biaya produksi. Pada biaya distribusi sulit untuk mengetahui hubungan sebab akibat sehingga akan mempengaruhi ketepatan antara membandingkan pendapatan dengan beban. Umumnya biaya langsung dibandingkan dengan penjualan pada periode terjadinya biaya meskipun mungkin sebagai biaya mempunyai manfaat untuk periode berikutnya, namun akan sulit diukur hubungan sebab akibatnya.”
Ada tiga sasaran yang harus dicapai dari biaya distribusi, yaitu:
18
Penetapan Biaya
Pengendalian Biaya
Perencanaan dan pengarahan upaya distribusi
Butir ke dua dan tiga merupakan hal yang terpenting karena analisis
tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi manajemen untuk tujuan
perencanaan pengarahan dan pengendalian upaya-upaya distribusi.
2.3.4 Pengukuran dan Pengakuan Biaya Distribusi
Pengukuran biaya distribusi menggunakan harga perolehan historis karena
dapat menggambarkan pengeluaran tunai biaya distribusi perusahaan sekaligus
dapat menunjang nilai tukar perolehan barang dan jasa. Pengakuan biaya
distribusi menggunakan pendekatan akrual, dimana biaya distribusi harus
dilaporkan pada saat biaya dikeluarkan dan diakui secara periodik. Sedangkan
dasar perbandingan biaya distribusi adalah alokasi sistematis.
2.4 Laba
2.4.1 Pengertian Laba
Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses
masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan berusaha menghasilkan
keluaran yang nilainya lebih tinggi daripada nilai masukannya agar menghasilkan
laba. Dengan laba yang diperoleh perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya.
19
Menurut Soemarso dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar (2005:230)
mengemukakan bahwa: ”Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode
tertentu”.
Menurut Henry Simamora dalam buku Akuntansi Basis Pengambilan
Keputusan Bisnis (2010:25) mengemukakan bahwa: “Laba adalah perbedaan
antara pendapatan dengan beban jika pendapatan melebihi beban maka hasilnya
adalah laba bersih”.
Sedangkan menurut J Wild yang diterjemahkan oleh KR Subramanyan
dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2010:407) mengemukakan bahwa:
“Laba merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan salah satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas dasar akuntansi akrual”.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laba
merupakan selisih antara pendapatan setelah dikurangi beban. Apabila pendapatan
melebihi beban maka hasilnya laba bersih. Informasi laba diperlukan untuk
mengetahui kontribusi produk dalam menutupi biaya nonproduksi.
2.4.2 Jenis-Jenis Laba
Laba terdiri dari beberapa jenis yaitu:
20
1.Laba kotor, adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan pengorbanan
dengan harga pokok penjualan
2. Laba dari operasi, adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi
3. Laba bersih, adalah angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk
mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan
beban lain-lain.
2.4.3 Pengklasifikasian Laba
Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:
1. Komponen operasi dan nonoperasi
Klasifikasi operasi dan nonoperasi terutama bergantung pada sumber
pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi
perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan)
laba operasi (operating income), merupakan suatu pengukuran laba
perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung
laba nonoprasi (nonoperating income), mencakup seluruh komponen laba
yang tercakup dalam laba operasi.
2. Komponen berulang dan tidak berulang
Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos
tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.
2.4.4 Pengukuran Laba Akuntansi
Laporan laba rugi biasanya menyajikan 3 alternatif pengukuran laba, yaitu:
21
1 Laba bersih (net income), dianggap sebagai pengukuran laba baris
terbawah, meskipun pada kenyataannya bukan.
2 Pendapatan komperhensif (comperhensive income), mencerminkan hampir
seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas pemilik
(seperti deviden atau pengeluaran saham).
3 Laba dari operasi yang berlanjut (continuing income), merupakan suatu
pengukuran yang tidak mencakup pos luar biasa, dampak kumulatif perubahan
akuntansi.
2.4.5 Konsep Laba
1. Konsep laba ekonomi
Pengukuran laba yang penting yaitu laba ekonomi dan laba permanen.
Laba ekonomi, biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan
nilai wajar aktiva.
Laba permanen, disebut laba berkelanjutan (sustainable) atau laba yang
dinormalkan (normalized) merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir
dapat diperoleh perusahaan sepanjang umurnya.
2. Konsep laba akuntansi
Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba
operasi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen, namun
laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung seperti kedua laba
lainnya.
22
2.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi laba
Faktor faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2. Harga jual
Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Volume penjualan dan produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar
kecilnya biaya produksi.
2.5 Hubungan antara Biaya distribusi dengan Laba perusahaan
Adapun hubungan antara Biaya distribusi dengan laba perusahaan seperti
yang dikemukakan oleh Wels, Hilton, Gordon dalam buku Anggaran
perencanaan dan pengendalian Laba yang diterjemahkan oleh Purwatiningsih
dan Maudi Warau (2000:270) bahwa :
Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan
penjualan,distribusi, dan pengantaran barang kepada pelanggan. Di banyak
perusahaan, biaya ini merupakan sebuah persentase yang besar dari biaya total.
23
Perencanaan yang cermat atas biaya-biaya tersebut akan menghasilkan
keuntungan yang potensial bagi perusahaan.
Pada dasarnya puncak pimpinan atau eksekutif pemasaran mempunyai
tanggung jawab langsung untuk merencanakan keseimbangan ekonomi
optimum (laba potensial) antara anggara penjualan, anggaran periklanan dan
anggaran biaya distribusi. Untuk itu perencanaan laba dan pengendalian
penjualan, periklanan dan biaya distribusi lebih dipandang sebagai satu
masalah mendasar dan bukan tiga masalah terpisah.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan menggambarkan pembahasan yang lebih banyak berhubungan
dengan rumus yang bersumber dari laporan keuangan. Tujuannya yaitu membuat
suatu uraian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang
diteliti kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat di
dalamnya. Selain itu penelitian ini juga memperoleh pemecahan masalah tentang
cara pengalokasian dana agar diperoleh rentabilitas ekonomi yang baik. Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data analisisnya adalah
sebagai berikut
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh biaya saluran distribusi terhadap
laba perusahaan , digunakan data dengan metode statistik regresi korelasi.
Metode penelitian yang digunakan dalam rangka penyusunan skripsi ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan menggunakan jenis metode studi kasus yaitu
metode untuk memahami masalah berdasarkan fenomena atau gejala pada saat
penelitian berlangsung dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan mendetail.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai metode deskriptif
studi kasus, berikut dikemukakan beberapa pendapat yang antara lain Husein
Umar,(2007:47), mengemukakan pendapat dari Travers dan Gay sebagai berikut:
25
“Menurut Travers (1978), metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan menurut Gay (1976) metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu berlangsungnya proses penelitian. Adapun cirri-ciri metode deskriptif :
“Pertama, memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang actual. Kedua data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa”. (Winarno Surakhmad, 1994:140)
3.2. Operasionalisasi Variabel
Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengambil dua variable:
1. Variabel Independen, yaitu biaya saluran distribusi (variabel X)
2. Variabel dependen, yaitu Laba perusahaan (variabel Y)
Tabel 3.1Operasioanalisasi variabel
Variabel Konsep Variabel Sub Variabel IndikatorVariabel
skala
Biaya distribusi
(X)
Biaya distribusi menurut Adiyos (2009:333) adalah :“Biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk
1.Order getting cost2.Order filling cost
-Biaya transport pengiriman susu-Biaya perawatan kendaraan-Biaya promosi(indicator di cek bagaimana dgn biaya pegawai pengantar barang biaya promosi tdk termasuk karena bukan operasional tetapi ke pemasaran
Rasio
Laba perusahaan (Y)
Laba perusahaan menurut Soemarso (2005:230) adalah : “Laba adalah : selisih lebih pendapatan
1. laba operasi -Laba bersih Rasio
26
atas beban sehubungan dengan usaha unuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”.
3.3. Jenis Data
3.3.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang
berhubungan dengan penelitian, data diperoleh dari dokumentasi dari perusahaan.
3.3.2 Data Sekunder
Sumber data yang telah tersedia sebelumnya, dimana subjeknya tidak
berhubungan secara langsung dengan objek penelitian, data diperoleh dari artikel,
tulisan- tulisan ilmiah, serta situs- situs di internet.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik
pengumpulan data Field Research (penelitian lapangan), yaitu penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan dengan mendatangi objek penelitian secara
langsung.
Dalam studi lapangan ini penyusun langsung mendatangi lokasi yang
bersangkutan untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data menurut
Sugiyono (2012:137) adalah :
a. Wawancara.Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
27
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
b. Observasi.Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
c. Dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
3.5 Teknik Analisis
Untuk menganalisis pengaruh Biaya distribusi terhadap laba perusahaan di
Koperasi peternak Garut selatan dipergunakan analisis sebagai berikut :
Analisis Biaya distribusi
Pengelolaan biaya distribusi sangat penting. Maksud utama dilakukan
analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengendalikan biaya
distibusi.
Analisis laba perusahaan
Peningkatan penjualan untuk memperoleh pendapatan yang optimal adalah
salah satu tujuan perusahaan. Dengan dilakukan analisis ini untuk
mengetahui peningkatan laba perusahaan.
Untuk mengetahui pengaruh biaya saluran distribusi terhadap laba perusahaan
digunakan analisis data dengan metode statistik. Data yang digunakan dalam
analisis statistik ini adalah biaya saluran distribusi sebagai variabel bebas dan laba
perusahaan sebagai variabel terikat. Metode statistik yang digunakan antara lain :
1. Analisis Regresi
28
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh besarnya
biaya distribusi terhadap laba perusahaan.
Persamaan regresi linier sederhana adalah :
Y = a + bX
Dimana :
X = Biaya distribusi.
Y = Laba perusahaan
a = nilai laba perusahaan bila biaya distribusi = 0 (konstan)
b = Kecenderungan perubahan tingkat laba perusahaan akibat biaya distribusi.
Untuk menghitung a dan b digunakan rumus sebagai berikut :
a =
b =
2. Analisis Koefisien Korelasi Linier sederhana (produk moment)
Analisis Koefisien Korelasi Linier sederhana (produk moment) digunakan
untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan (derajat korelasi) antara kedua
variabel tersebut. Rumus koefisien korelasi dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
29
n = Jumlah data
X = Biaya distribusi
Y = Laba perusahaan
Nilai korelasi mempunyai nilai antara –1≤ r ≤+1 dimana :
a. Apabila r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variable
dikatakan sangat kuat atau searah, apabila X naik maka Y juga naik atau
sebaliknya.
b. Apabila r = 0 atau mendekati 0 maka hubungan antara kedua variable
dikatakan sangat lebar atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
c. Apabila r = -1 atau mendekati -1 maka hubungan antara kedua variable
dikatakan sangat lemah atau berlawanan arah, ap[abila X naik maka Y
akan turun atau sebaliknya.
Hasil dari koefisien korelasi tersebut lalu dihubungkan dengan
interprestasi nilai koefisien korelasi dari Sugiyono, yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
TABEL 3.2PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
30
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2012:184)
3. Uji Determinasi
Dihitung koefisien determinasinya, hal ini digunakan untuk mengukur
besarnya prosentase kontribusi penentu variable X yang mempengaruhi variable
Y. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r) dengan
rumus :
Kd = x 100%
Dimana:
Kd = koefisien determinasi
= koefisien korelasi
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Koperasi peternak Garut selatan (KPGS)
di jalan Cibodas cikajang Garut.
3.6.2 Jadwal Penelitian
Adapun jadwal peneltian yang telah dilakukan oleh penulis sebagai berikut :
Tabel 3.3
31
NO KEGIATAN
BULAN
NOV DES JAN FEB MAR
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penelitian
pendahuluan
2 Studi literature
3 Penulisan proposal
4 Perbaikan proposal
5 Pengumpulan dan
pengolahan data
6 Penulisan laporan
7 Penyelesaian
administrasi
8 Ujian sidang
9 Perbaikan
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGS-Cikajang) pada
awalnya dibentuk dan didirikan sebagai koperasi Pertanian (Koperta) Desa
Cikajang, Desa Cikandang dan Desa Cigedug pada tanggal 29 Juli 1974 dengan
nama KUD Cikajang I dan memperoleh badan hukum Nomor :
6093/BH/DK.10/22 tanggal 21 Desember 1974.
KUD Cikajang I tersebut diawali dengan jumlah anggota 60 orang dan
mempunyai modal berupa simpanan anggota sebesar Rp. 25.000,00.
Bidang usaha yang dikelola oleh KUD Cikajang I tersebut berupa sektor
pertanian antara lain menyalurkan saprotan kepada anggota, pembibitan,
pengumpulan, pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian kepada
anggota dan masyarakat, simpan pinjam serta usaha – usaha lain tetapi belum
menangani bidang usaha sapi perah.
Adapun daerah kerja terbatas pada Desa Cikajang dan Desa Cikandang di
Wilayah Kecamatan Cikajang serta Desa Cigedug di wilayah Kecamatan
Bayongbong.
33
Perkembangan selanjutnya sejalan dengan kebijakkan Pemerintah melalui
kredit program sapi perah pada tahun 1979, KUD Cikajang I merupakan KUD
Pertama di Kabupaten Garut yang menangani usaha susu sapi perah.
Sejalan dengan perkembangan usaha sapi perah, jumlah anggota dan
pelayanan kepada anggota maka KUD Cikajang I melalui rapat anggotanya
memandang perlu untuk mengadakan perubahan anggaran dasar. Hal tersebut
dilaksanakan melalui rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar yang
pertama kali pada tanggal 31 Maret 1988 serta mendapat pengesahan dengan
badan hukum Nomor : 6093 A/BH/KWK.10/14 tanggal 17 Oktober 1988.
Selanjutnya melalui rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar yang
kedua kalinya yang dilaksanakan pada tanggal 27 Pebruari 1992 serta mendapat
pengesahan dengan badan hukum Nomor : 6093 B/BH/KWK.10/14 tanggal 23
maret 1992 nama KUD Cikajang I dirubah menjadi KUD mandiri Cikajang.
Kemudian dengan diberlakukannya Undang – undang Perkoperasian
Nomor 25 Tahun 1992 maka untuk ketiga kalinya dilaksanakan rapat anggota
khusus perubahan anggaran dasar pada tanggal 30 April 1996 serta mendapat
pengesahan dengan badan hukum Nomor : 6093/BH/PAD/KWK.10/VII/1996
tanggal 17 Juli 1996 memutuskan penggantian nama KUD Mandiri Cikajang
menjadi KUD “Karya Utama Sejahtera”.
Selanjutnya rapat anggota khusus perubahan Anggaran Dasar yang
dilaksanakan pada tanggal 28 April 2005 dengan badan hukum yang sama yaitu
bernomor : 6093/BH/PAD/KWK.10/VII/1996 tanggal 17 Juli 1996, maka KUD
34
“Karya Utama Sejahtera” mengalami perubahan Anggaran Dasar dan nama
koperasi menjadi “Koperasi Peternak Garut Selatan” dengan nama singkatan
KPGS Cikajang.
4.2 Organisasi KPGS Cikajang
4.2.1 Struktur Organisasi
Susunan pengurus KPGS Cikajang periode tahun 2013 s/d 2017 adalah
sebagai berikut:
1. Ketua : H. E. Suherman
2. Sekretaris : Tjutju Tjukanda
3. Bendahara : H. Enceng Supriyatna
Susunan pengawas
Susunan pengawas KPGS Cikajang Garut tahun 2012 s/d 2014 adalah
sebagai berikut :
1.Pjs Ketua : H. Suherman,S.Pd. MMPd
2.Anggota : Teteng Haelani
Manajer
1.Manajer Utama : Anang Suryana, W.
2.Mandiv. Peternakan dan kendaraan : drh. H. A. Hikmat Buana
3.Mandiv. Perdagangan-Usaha dan Umum : Winarni
4.Mandiv. Akuntansi-Perbankan dan UUO : Dikeu B. Taufan,SE
35
Bidang Usaha
1. Usaha Sapi Perah / Susu Segar
2. Usaha Makanan Ternak
3. Usaha Simpan Pinjam
4. Warung Serba Ada
5. Pasteurisasi Susu dan Yoghurt.
4.2.2 Uraian Jabatan
Berdasarkan keputusan rapat anggota yang disampaikan pada RAT tahun
buku 2003 tanggal 8 mei 2004, bahwa perangkat organisasi koperasi telah
dilengkapi dengan terpilihnya pengawas, kemudian melalui keputusan rapat
pengurus, pengawas dan manajemen tanggal 18 mei 2004 salah satu keputusannya
berupa pembuatan struktur organisasi dan uraian tugas / jabatan ( job description).
Atas dasar hal tersebut diatas dengan ini disusun uraian tugas / jabatan
bagi segenap jajaran koperasi berdasarkan struktur organisasi, sebagai berikut:
1. Rapat Anggota
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
pada pasal 22 ayat (1), rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam koperasi
2. Pengurus
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, maka pengurus
36
bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya
kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa. Sedangkan tugas pokok
masing-masing anggota pengurus ditetapkan dalam peraturan khusus yang
disyahkan dalam rapat pengurus, sebagaimana tertuang dalam angaran dasar pasal
22 ayat (1).
3 .Pengawas
Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi mempunyai
kedudukan yang sejajar dengan pengurus sebab selain keberadaannya dipilih dari
dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota juga bertanggung jawab kepada
rapat anggota.
4 .Pengurus kelompok Anggota
Pengurus kelompok anggota sebagai perwakilan anggota pada kelompok
yang bersangkutan dipilih dari dan oleh anggota kelompoknya, serta merupakan
kepanjangan tangan baik antara pengurus terhadap anggota maupun sebaliknya
antara anggota terhadap pengurus.
Adapun pengurus kelompok anggota yang terdiri dari ketua, sekretaris dan
pembantu umum, mengenai tugas dan kewenangannya akan diatur dalam
peraturan khusus.
5 .Manajer Utama
Lembaga manajer utama, manajer divisi dan karyawan merupakan
pelaksana kebijakan pengurus dalam operasional tugas sehari-hari berdasarkan
rencana kerja pengurus yang telah disyahkan oleh rapat anggota, sesuai dengan
37
anggaran dasar pasal 32 keberadaan lembaga ini didasarkan pada pengangkatan
dan pemberhentian oleh pengurus serta untuk mengatur hubungan kerjanya
dituangkan dalam kontrak kerja.
Secara garis besar tugas dan kewenangan manajer utama adalah sebagai
berikut:
1. Mengkoordinir, memimpin dan mengawasi segenap karyawan dalam
pelaksanaan tugasnya masing-masing melalui manajer divisi yang
bersangkutan.
2. Memelihara dan mengamankan serta mempertanggungjawabkan kekayaan
koperasi.
3. Menerima pendelegasian wewenang dari pengurus secara tertulis baik yang
menyangkut bidang usaha, keuangan, organisasi maupun dalam berhubungan
dengan pihak ketiga.
4. Sebagai pelaksana harian atas kebijakan pengurus, manajer utama ikut
bertanggung jawab untuk memajukan koperasi sehingga memperoleh
keuntungan yang layak dan pelayanan yang maksimal bagi anggota.
5. Menyelenggarakan rapat kerja baik dengan para manajer divisi maupun
karyawan pada umumnya.
6 .Manajer Divisi Peternakan dan kendaraan
Manajer divisi peternakan dan kendaraan selaku pembantu operasional
manajer utama dalam bidang peternakan sapi dan persusuan, makanan ternak serta
kendaraan membawahi bagian-bagian sebagai berikut:
38
1. Bagian Persusuan ( MC ), yang terdiri dari:
- Produksi/pembelian dan pemasaran susu.
- Laboratorium Susu.
- Staf tester Susu.
- Staf penerimaan susu.
- Staf teknisi peralatan susu.
- Staf pengepakan susu.
- Sub bagian administrasi susu.
- Staf simpanan anggota.
- Staf pengemudi jemputan susu dari lapangan dan pengemudi
pengantar susu ke IPS (Industri Pengolahan Susu)
- Sub bagian sanitasi.
2. Bagian Populasi Sapi, yang terdiri dari:
- Sub bagian keswan (Kesehatan Hewan)
- Sub bagian IB (Inseminasi Buatan).
- Staf recording dan pendataan sapi.
- Sub bagian pengembangan usaha sapi perah.
- Tim pengamanan sapi perah bantuan menegkop dan UKM RI (Usaha
Kecil Menengah Republik Indonesia)
3. Bagian makanan ternak, yang terdiri dari:
- Staf produksi / pemasaran.
- Staf administrasi.
39
Adapun tugas dan wewenang manajer divisi peternakan dan kendaraan
adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab kepada manajer utama.
2. Mengadakan koordinasi dengan manajer lainnya dalam hal pelaksanaan
operasional bidang garapannya.
3. Menyelenggarakan rapat kerja dengan bagian-bagian yang ada dibawah
kewenangannya.
4. Bersama Kabag. MC mengatur penjadwalan tugas staf lapangan baik
personilnya maupun kendaraannya, baik dalam jemputan susu maupun
pengantaran susu ke IPS (Industri Pengolahan Susu).
5. Bersama Kabag. MC mempertanggung-jawabkan kualitas dan kuantitas susu
yang diterima dari anggota / non anggota serta yang dijual baik lokal maupun
ke IPS (Industri Pengolahan Susu).
6. Bersama-sama dengan manajer utama mengusahakan untuk memajukan
bagian/unit yang ada dibawah kewenangannya agar memperoleh keuntungan
yang layak bagi koperasi dan senantiasa meningkatkan efisiensi.
7. Mempersiapkan bahan laporan pengurus pada akhir tahun buku.
4.3 Visi KPGS Cikajang
Mulai tahun 2004 Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGS
Cikajang), mempunyai visi :
40
“Iman dan Taqwa melandasi segala aspek dan kegiatan “Koperasi Peternak Garut
Selatan Cikajang (KPGS – Cikajang)”.
4.3.1 Penghargaan Yang Pernah Diperoleh
1.Tahun 1986 : KUD terbaik I Tingkat Kab. DT.II Garut
2.Tahun 1987 : Juara Terbaik Kelompok Tani se-Jawa Barat
3.Tahun 1988 : KUD Teladan “Prestasi Kencana” Kab. DT. II Garut
4.Tahun 1989 : KUD Teladan Terbaik III Tingkat Jawa Barat
5.Tahun 1989 : Juara Terbaik Kelompok Peternak Sapi Pedet Kab. DT. II
Garut
6.Tahun 1989 : KUD Pertama di Jawa Barat yang memberikan
pelayanan DUKM bagi anggotanya
7.Tahun 1990 : Mendapat piagam penghargaan KUD Mandiri
8.Tahun 1991 : KUD Terbaik I Tingkat Jawa Barat
9.Tahun 1991 : KUD Mandiri Tingkat Nasional
10.Tahun 1996: KUD Mandiri Teladan Nasional
11.Tahun 1997: KUD Teladan Utama Tingkat Nasional Sektor Peternakan
12.Tahun 2003: KUD Produsen berprestasi tingkat Kab. Garut
13.Tahun 2003:Koperasi Aneka Usaha Berprestasi tingkat Provinsi Jawa
Barat
14.Tahun 2003: Koperasi Berprestasi tingkat Nasional
41
15.Tahun 2005: Koperasi Unit Desa Terbaik I Tingkat Kabupaten Garut
Tahun 2005
16.Tahun 2005:Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2005
17.Tahun 2007: Koperasi Produsen Berprestasi Tingkat Nasional
18.Tahun 2011: Koperasi Penerima Award Tahun 2011
4.4 Pembahasan
4.4.1 Perkembangan Biaya Distribusi Pada KPGS Cikajang
Biaya Distribusi pada KPGS Cikajang dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
1. Keteraturan dan volume angkutan
Untuk angkutan susu biasanya dilakukan setiap hari dan tergantung kepada
jumlah produksi susu bila produksi susus melimpah maka jumlah angkutan setiap
hari mencapai tiga kali angkutan. Kalau ada tiga kali angkutan, dua kali angkutan
atau dua tangki dilakukan pagi hari dan satu angkutan atau satu tangki sore hari.
Jadi biaya Distribusi setiap hari tidak tetap tetapi berubah-ubah tergantung
jumlah produksi susu dan akan berpengaruh pada laba.
2. Jarak Angkutan
Jarak angkutan juga mempengaruhi biaya distribusi karena kalau dulu tidak
terlalu besar karena BBM harganya masih murah namun setelah BBM naik
mengakibatkan biaya operasional meningkat dan mengurangi pendapatan KPGS.
42
3. Biaya yang berhubungan dengan Distribusi
Biaya yang berhubungan dengan Distribusi juga berpengaruh pada Biaya
Distribusi. Adapun biaya itu antara lain :
a.Biaya transport Pengiriman Susu
b.Biaya Perawatan Kendaraan
c.Biaya Promosi
4. Perbandingan antara bobot dan volume barang
Perbandingan antara bobot dan volume barang juga berpengaruh terhadap
biaya distribusi, karena berhubungan dengan jumlah yang diangkut oleh tangki di
mana setiap tangki maksimal memuat 8 ton jadi bila ada produksi sebesar 24 ton
maka yang berangkat tiga tangki.
Biaya Distribusi yang di teliti pada KPGS Cikajang ini terdiri dari biaya
distribusi yang menjadi biaya operasional yaitu biaya transport pengiriman susu,
pemeliharaan kendaraan dan biaya promosi.
Tabel 4.1Perkembangan Biaya Transportasi Pengiriman Susu Pada KPGS Cikajang
Periode Total Biaya Angkutan (Rupiah) selisih31 Des 2008 1.217.131.110 -31 Des 2009 1.282.343.410 65.212.30031 Des 2010 1.310.850.350 28.506.94031 Des 2011 1.368.171.900 57.321.55031 Des 2012 1.146.709.000 221.462.900
Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang
43
Berdasarkan tabel 4.1 dapat kita lihat perkembangan biaya angkutan
dimana pada akhir tahun 2008 biaya angkutan sebesar Rp.1.217.131.110,- dan
pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp. 65.212.300 menjadi Rp.1.282.343.410,-.
Kemudian pada akhir tahun 2010 naik sebesar Rp. 28.506.940 menjadi Rp.
1.310.850.350,-. Pada akhir tahun 2011 naik lagi sebesar 57.321.550,-. Menjadi
Rp. 1.368.171.900 sedangkan Pada akhir tahun 2012 mengalami penurunan biaya
angkutan sebesar Rp.221.462.900 menjadi Rp. 1.146.709.000,- .(dijelaskan
alasanya)
Tabel 4.2Perkembangan Biaya Pemeliharaan Kendaraan Pada KPGS Cikajang
(Rupiah)
Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang
Berdasarkan tabel 4.2 dapat kita lihat perkembangan biaya pemeliharaan
kendaraan dimana pada akhir tahun 2008 biaya angkutan sebesar
Rp.547.209.100,- dan pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp.185.697.400,-
menjadi Rp. 732.906.500,-. Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp.17.314.500
menjadi Rp. 750.221.000,-. Pada akhir tahun 2011 naik Rp.116.250.755 menjadi
866.471.755,-. Pada akhir tahun 2012 biaya pemeliharaan kendaraan turun
Rp.95.550.334 menjadi Rp. 670.881.421,- (dijelaskan penyebanya).
44
Periode Biaya Pemeliharaan Kendaraan selisih31 Des 2008 547.209.100 -31 Des 2009 732.906.500 185.697.40031 Des 2010 750.221.000 17.314.50031 Des 2011 866.471.755 116.250.75531 Des 2012 670.881.421 95.550.334
Tabel 4.3(diganti indikatornya pa biaya promosi tdk termasuk)Perkembangan Biaya Promosi Pada KPGS Cikajang (Rupiah)
Periode Biaya promosi Selisih31 Des 2008 22.928.700 -31 Des 2009 9.432.000 13.496.70031 Des 2010 22.124.580 12.692.58031 Des 2011 90.100.650 67.976.07031 Des 2012 41.759.875 48.340.775
Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang
Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita lihat perkembangan biaya promosi
dimana pada akhir tahun 2008 biaya promosi sebesar Rp. 22.928.700,- dan pada
akhir tahun 2009 turun sebesar Rp.13.496.700.- menjadi Rp. 9.432.000,-.
Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp. 12.692.580,-. Menjadi
Rp.22.124.580,- Pada akhir tahun 2011 naik lagi Rp.67.976.070 menjadi
Rp.90.100.650,-. Pada akhir tahun 2012 biaya promosi turun Rp.48.340.775
menjadi Rp. 41.759.875,-
Tabel 4.4Perkembangan Biaya Distribusi Pada KPGS Cikajang (Rupiah)
Periode Total Biaya Distribusi selisih Perkembangan %31 Des 2008 1.787.268.910 - -31 Des 2009 2.024.681.910 237.413.000 13,28 %31 Des 2010 2.083.195.930 58.514.020 2,89 %31 Des 2011 2.324.744.305 241.548.375 11,60 %31 Des 2012 1.859.350.296 465.394.009 -20,02 %Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang
Berdasarkan tabel 4.5 dapat kita lihat perkembangan biaya Distribusi
dimana pada akhir tahun 2008 biaya Distribusi sebesar Rp.1.787.268.910,- dan
pada akhir tahun 2009 naik sebesar Rp. 237.431.000,- menjadi Rp.
45
2.024.681.910,-. Kemudian pada akhir tahun 2010 naik Rp.58.514.020menjadi
Rp. 2.083.195.930,-. Pada akhir tahun 2011 naik Rp.241.548.375 menjadi Rp.
2.324.744.305,-. Pada akhir tahun 2012 mengalami penurunan sebesar
Rp.465.394.009 menjadi Rp.1.859.350.296.
4.4.2 Perkembangan Laba Perusahaan KPGS Cikajang
4.4.2.1 Laba Perusaahaan Pada KPGS Cikajang
Ada beberapa hal-hal yang diperhatikan dalam Laba Perusahaan di KPGS
Cikajang antara lain :
1. Adanya jumlah penjualan/ Pendapatan penjualan susu dalam periode
tertentu
2. Adanya jumlah harga pokok produksi atau pembelian barang
3. Adanya jumlah beban operasional
Dengan ketiga komponen tersebut maka akan didapatkan apakah perusahaan
tersebut mendapat laba atau rugi dalam menjalankan usahanya.
4.4.2.2 Perkembangan Laba Perusahaan Pada KPGS Cikajang
Perkembangan laba perusahaan di KPGS Cikajang mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun disebabkan menurunya populasi sapi perah penghasil susu
dikarenakan semakin tingginya harga pakan ternak sedangkan hasil yang didapat
dari tahun ke tahun harga yang ditawarkan tidak mengalami kenaikan .
46
Terlepas dari itu dari biaya operasional dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang disebabkan naiknya harga BBM setiap tahun sehingga ikut
menaikan harga spart part kendaraan sebagai alat transportasi kendaraan dalam
pendistribusin barang dari mulai pengangkutan susu dari peternak hingga sampai
ke konsumen dan Industri pengolahan susu.
Tabel 4.5Perkembangan Laba Perusahaan Pada KPGS Cikajang
Periode Laba Perusahaan (Rupiah) Selisih Perkembangan %31 Des 2008 93.875.768,45 - -31 Des 2009 162.676.135,54 68.800.367,09 73,29 %31 Des 2010 108.832.888,26 53.843.247,28 -33,09 %31 Des 2011 69.617.981,90 39.214.906,36 -36,03 %31 Des 2012 70.679.476,80 1.061.484,90 1,52 %Sumber : Laporan Petanggungjawaban Pengurus dan Pengawas KPGS Cikajang
(dijelaskan penyebab dari tahun ke tahun fluktuatif laba)Berdasarkan tabel
4.6 dapat kita lihat perkembangan laba perusahaan dimana pada akhir tahun 2008
laba perusahaan sebesar Rp. 93.875.768,45 pada akhir tahun 2009 naik sebesar
Rp.68.800.367,09 menjadi Rp. 162.676.135,54. Kemudian pada akhir tahun 2010
turun sebesar Rp.53.843.247,28 menjadi Rp. 108.832.888,26 ini disebabkan
karena mutu susu atau Total Solid (TS) dibawah standar yang telah ditetapkan
yaitu minimal 11,3%, maka laba yang dihasilkan mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2009. Pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp.39.214.906,36
menjadi Rp. 69.617.981,90. Pada akhir tahun 2012 naik lagi sebesar
Rp.1.061.484,90 menjadi Rp. 70.679.476,80.
4.4.3 Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba Perusahaan
47
Dalam bagian ini penulis mencoba untuk meneliti sampai sejauhmana
tingkat persentase peranan biaya Distribusi (variabel X) dalam menetapkan laba
perusahaan (variabel Y). Untuk hal tersebut, maka dilakukan uji statistik.
Adapun data-data yang dimiliki KPGS Cikajang yang akan di hitung
berdasarkan ketentuan yang telah di tetapkan, berikut datanya:
Tabel 4.6Data Biaya Distribusi Dan Laba Perusahaan
Tahun 2008-2012Tahun Total Biaya Distribusi Laba Perusahaan
2008 1.787.268.910 93.875.768,45
2009 2.024.681.910 162.676.135,54
2010 2.083.195.930 108.832.888,26
2011 2.324.744.305 69.617.981,90
2012 1.859.350.296 70.679.476,80
Dari data-data yang diperoleh dari tabel 4.6 , maka perhitungan variabel X
dan variabel Y adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7Perhitungan Variabel X dan Variabel Y
Tahun 2008 – 2012 (Dalam jutaan rupiah)Tahun Total Biaya
Distribusi Laba
( X2 ) ( Y2 ) XY
2008 1.787 93 3.193.369 8.649 166.191
2009 2.024 162 4.096.576 26.244 327.888
2010 2.083 108 4.338.889 11.664 224.964
2011 2.324 69 5.400.976 4.761 160.356
2012 1.859 70 3.455.881 4.900 130.130
Jumlah ∑ X = 10.077 ∑Y = 502 ∑X2=20.485.691 ∑Y2= 56.218 ∑XY= 1.009.529
48
Berdasarkan tabel di atas maka pada tahun 2008 biaya Distribusi sebesar Rp.
896.861.250,- dan tingkat rata-rata harga sebesar Rp. 1.622,041. Dan dapat di
lihat pada tahun 2005 dengan biaya Distribusi yang naik menjadi Rp.
1.500.714.560,- dan tingkat rata-rata harga juga naik menjadi Rp. 1.952,89.
Hal ini dapat dibuktikan dengan biaya Distribusi naik akan mengakibatkan
rata-rata harga juga akan naik. Ini memerlukan perhatian karena kalau harga terus
naik bisa mengakibatkan pasar menurun kalau ada pesaing yang mempunyai
harga yang lebih rendah sedangkan mutu produk sama.
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah antar variabel,
berikut jumlahnya:
∑ X = 10.077, ∑Y = 502, ∑X2= 20.485.691, ∑Y2= 56.218,
∑XY= 1.009.529.
Untuk mengetahui seberapa besar peranan biaya Distribusi dalam
menetapkan harga, maka penulis menggunakan analisa metode statistik
diantaranya sebagai berikut:
1. Menghitung analisa kolerasi Product moment yang dinyatakan dalam rumus :
r=
Data – data yang dimiliki KPGS Cikajang didapat dari hasil pembahasan
terdahulu dapat penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut :
49
Tabel 4.8Data perkembangan Biaya distribusi dan Laba perusahaan
Tahun Biaya Distribusi Laba perusahaan
2008 0 % 0 %
2009 13,28 % 73,29 %
2010 2,89 % -33,09 %
2011 11,60 % -36,03 %
2012 -20,02 % 1,52 %
Dari data yang diperoleh dri tabel 4.9 diatas, maka perhitungan Koefisien Korelasi
product moment adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9Hasil perhitungan nilai kuadrat dan perkalian antar variable
(Tabulasi Data X dan Y)Tahun X Y X² Y² XY
2008 0 0 0 0 0
2009 13,28 73,29 176,36 5.371,42 973,29
2010 2,89 -33,09 8,35 1.094,95 -95,63
2011 11,60 -36,03 134,56 1.298,16 -417,95
2012 -20,02 1,52 400,80 2,31 -30,43
∑ 7,75 5,69 720,07 7.766,84 429,28
Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui sebagai berikut :
50
∑X = 7,75
∑Y = 5,69
∑X² = 720,07
∑Y² = 7.766,84
∑XY = 429,28
Sehingga akan menghasilkan perhitungan sebagai berikut :
r =
r =
r =
r =
r =
r =
r = 0.179
Dengan demikian derajat hubungan antara biaya distribusi terhadap laba
perusahaan mencapai 0,179 dimana angka tersebut jika dilihat pada tabel
51
interprestasi koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa
hubungan kedua variable X dan Y adalah rendah.
2. Menghitung Koefisien Regresi
Regresi ini dimaksudkan untuk melihat besarnya pengaruh Biaya Distribusi
terhadap Laba perusahaan, dapat dicari dengan rumus :
Y = a + bX
Sebelum diketahui persamaan tersebut terlebih dahulu harus di cari a dan b.
perhitungannya sebagai berikut:
a =
a =
a =
a =
a = 0,27
maka didapat nilai a = 0,27
sedangkan untuk mencari nilai b dapat dicari berikut ini :
b =
52
b =
b =
b =
b = 0,59
maka didapat nilai b = 0,59
Sehingga didapat persamaan koefisien regresinya adalah :
Y = 0,27 + 0,59 X
Artinya bahwa jika biaya distribusi nilai X = 0 maka akan berakibat Laba
perusahaan naik sebesar 0,27 % atau setiap ada kenaikan biaya distribusi sebesar
1 % maka Laba perusahaan akan mengalami kenaikan 0,86 %
3. Menghitung Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi memberikan penafsiran besar kecilnya pengaruh kedua
variable yang merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dengan mengetahui
koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,179 dapat dihitung koefisien determinasinya
sebagai berikut :
Kd = r² x 100 %
Kd = (0,179)² x 100 %
Kd = 0,032 x 100 %
Kd = 3,24 %
53
Hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 3,24 % berarti bahwa tingkat laba
perusahaan sebesar 3,24 % dipengaruhi oleh biaya distribusi sedangkan 96,76 %
sisanya dipengaruhi oleh faktor –faktor lain yang tidak diteliti lebih lanjut oleh
penulis.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penulis melakukan pembahasan pokok permasalahan berdasarkan data dari
KPGS CIKAJANG Garut dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Dari hasil
penelitian dan pembahasan tentang pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba
perusahaan dapat ditarik kesimpulan.
1. Perkembangan biaya distribusi dari tahun 2008 sampai tahun 2011
mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan
biaya distribusi.
2. Seperti halnya biaya distribusi, maka laba perusahaan mengalami fluktuasi
antara tahun 2008 sampai 2012 dimana pada
3. Secara statistik terdapat hubungan antara biaya distribusi terhadap laba
perusahaan yaitu sebesar 30,25 % sementara sisanya 69,75 % dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dengan tingkat keeratan
hubungan antara kedua variable sebesar 0,55 % dimana tingkat hubungan
tersebut adalah sedang.
55
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dikemukakan
adalah :
1. Untuk biaya Distribusi maka perusahaan dituntut untuk dapat
mengendalikan biaya distribusi secara cermat karena bila biaya
tersebut terlalu besar maka akan mempengaruhi harga penjualan dan
laba yang diharapkan.
2. Dalam upaya peningkatan laba perusahaan dimasa yang akan datang
maka perusahaan diharapkan pada efisiensi pengeluaran yang dapat
dikendalikan sehingga tujuan perusahaan dalam pencapaian
keuntungan dapat berjalan dengan optimal.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyos , S.E., Kamus besar Akutansi ; Citra harta prima 2009
Henry simamora, Akutansi I : Basis pengambilan keputusan bisnis ; Salemba, 2010
Kr Subramanyan, Analisis laporan keuangan 2010
Moh. Nasir , Metode penelitian ; Ghalia Indonesia 2005
Mulyadi, Akutansi biaya 2002
Philip Kotler, manajemen pemasaran ; Erlangga 2012
Prof.Dr.Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D ; Alfabeta edisi 2012
Soemarso, Akutansi suatu pengantar ; PT. Rineka cipta 2005
Sunarto, Akutansi biaya 2003
Warren J keegan / Alexander Sindoro, Manajemen pemasaran Global ; PT. Indeks puri media kembangan 2005
Wels, Hilton, Gordon diterjemahkan Purwatiningsih dan Maudi Warau, Anggaran perencanaan dan pengendalian laba ; Salemba 2000
57
PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP LABA
PERUSAHAAN STUDI PADA KOPERASI PETERNAK
GARUT SELATAN (KPGS) UNIT SUSU
SKRIPSI
Konsentrasi Manajemen Keuangan
Diajukan untuk mengikuti ujian siding Skripsi
Disusun oleh :
HENDRA IRAWAN
NPM : 101100036
PROGRAM STUDI MANAJEMEN S I
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIR)
“YASA ANGGANA”
GARUT
2014
58
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN
Judul skripsi : Pengaruh Biaya Distribusi terhadap Laba Perusahaan
Nama : Hendra Irawan
NPM : 10.110.0036
Program Studi : Manajemen
Jenjang : Strata 1
Garut, 25 Febuari 2014
Mengetahui
Pembimbing Utama Pembimbing pendamping
(H.Nia Gania Karyana,Drs.,M.Ec.Dev) (Deni Rustandi,SE.,MM)
Mengetahui
Ketua
STIE”Yasa Anggana Garut” Pembantu ketua 1
(Siti Aminah.Dra.,Mpd) (Jajang Sugiat.SE.,Mpd)
59
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Hendra Irawan
NPM : 10.110.0036
Tahun Angkatan : 2010/2011
Indeks Prestasi Komulatif :
Program Studi / Jenjang : MANAJEMEN / STRATA – I ( SATU )
Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Laba
Perusahaan Pada KOPERASI PETERNAK
GARUT SELATAN (KPGS) unit Susu
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Usulan Penelitian ini adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil rekayasa maupun karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan tanpa ada paksaaan dari pihak manapun dan apabila ternyata dikemudian hari ternyata saya membuat pernyataan palsu, maka saya siap diproses sesuai peraturan yang berlaku.
Garut, 25 Febuari 2014
Yang membuat pernyataan
Mahasiswa
Mat Rp. 6.000
( Hendra Irawan)
60