UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
DENGAN INSTALASI HIDRAN SEBAGAI BAGIAN DARI BIDANG
KESELAMATAN KERJA PADA PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI KENDAL
Sukeksi Ristiyani
Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kerangka pikir penelitian ini adalah dengan adanya perkembangan industri terutama indsutri kayu
lapis mempunyai potensi bahaya kecelakaan, salah satunya adalah potensi bahaya kebakaran.
Potensi bahaya kebakaran yang terdapat di PT. KAYU LAPIS INDONESIA adalah berasal dari
bahan-bahan mudah terbakar (kayu, debu kayu, veneer, metanol, solar), mesin-mesin pengering,
pengelasan. Dengan adanya potensi bahaya kebakaran tersebut maka perlu upaya pencegahan
dengan harapan tercipta keselamatan kerja, antara lain dengan penyimpanan bahan mudah terbakar
dengan baik, pengawasan terhadap pekerjaan pengelasan dan perawatan terhadap instalasi listrik
serta mesin-mesin pengering. Namun apabila bahaya kebakaran tidak dapat dihindari maka perlu
upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan antara lain dengan alat pemadam api ringan
(APAR), alat pemadam api bersoda serta hidran. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian
adalah instalasi hidran yang mempunyai kelebihan efektif untuk pemadam kebakaran yang besar
dan jangkauannya luas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan instalasi hidran dan
pasukan pemadam kebakaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di
PT. KAYU LAPIS INDONESIA.
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dimana data dikumpulkan melalui observasi dan
pengukuran secara langsung terhadap obyek yang diteliti serta wawancara dengan anggota pasukan
pemadam kebakaran.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hidran yang ada di PT. KAYU LAPIS INDONESIA
adalah hidran jenis box. Box hidran yang terpasang berjumlah 141 buah, dengan komponen-
komponen meliputi slang kebakaran dengan ukuran 2 inchi, panjang 30 meter, pompa dan bak
penampungan (1450 m3), nozzle, kopling dan mempunyai pasukan pemadam kebakaran sebanyak
31 (tiga puluh satu) personil.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 dan panduan
instalasi/pemasangan hidran untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada
bangunan dan gedung dapat dikatakan bahwa peralatan dan kondisi instalasi hidran secara umum
telah memenuhi persyaratan.
Kata kunci : Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dengan Instalasi Hidran
Pendahuluan Kemajuan pembangunan di sektor
indsutri dewasa ini berlangsung sangat cepat
dan membawa perubahan-perubahan yang besar
dalam tata kehidupan negara dan masyarakat.
Kemajuan tersebut selain membawa dampak
positip juga membawa dampak negatif.
Dampak yang ditimbulkan oleh
teknologi maju salah satunya adalah resiko
kebakaran. Bahaya kebakaran tidak harus
disebabkan oleh kemajuan industri. Namun di
sektor ini terdapat potensi bahaya kebakaran
yang lebih besar dibanding dengan sektor yang
lain (Sudarjatmo, 1988).
1
Kebakaran di perusahaan merupakan
suatu hal yang tidak diinginkan oleh tenaga
kerja maupun pengusaha, dan masalah
kebakaran banyak terjadi di sana sini, hal ini
menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan
pencegahan terhadap kebakaran perlu
ditingkatkan. Banyak kebakaran terjadi di luar
jam kerja, dalam hal ini tenaga kerja tidak
terkena kecelakaan atau cidera sebagai
akibatnya, tetapi biasanya musnahnya atau
terbakarnya sebagian perusahaan beserta mesin
atau peralatannya berakibat pula hilangnya
kesempatan kerja. Kebakaran di perusahaan
mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang
cukup besar. (Suma’mur, 1984).
Salah satu bentuk teknologi
pengendalian terhadap bahaya kebakaran adalah
penanggulangan kebakaran dengan sistim
hidran. Dibanding alat pemadam api yang lain
seperti peralatan pemadam kebakaran
tradisional (pasir, karung, ember, sekop),
APAR, splinker, hidran mempunyai beberapa
kelebihan. Peralatan pemadam tradisional
hanya efektif untuk pemadam kebakaran yang
masih kecil, APAR digunakan sesuai dengan
jenis apinya.
Kelebihan hidran dari alat pemadam api
yang lain adalah hidran dapat digunakan secara
efektif pada pemadam kebakaran yang sudah
besar, bentuk perlindungannya dapat
menyeluruh serta memiliki jangkauan yang
jauh.
PT. KAYU LAPIS INDONESIA (KLI)
adalah perusahaan terpadu dengan produk
utama plywood mempunyai resiko bahaya
kebakaran yang tinggi. Hal ini karena di PT.
KLI banyak menggunakan bahan yang mudah
terbakar yaitu kayu dan metanol. Selain itu juga
banyak menggunakan mesin yang bisa
menimbulkan bahaya kebakaran yaitu mesin
pengeringan (dry kiln), pengelasan.
Berangkat dari pemikiran di atas,
pengusaha dan penanam modal hendaknya
mempertimbang-kan untuk pemasangan
instalasi hidran yang memenuhi syarat.
Oleh karena itu penulis mencoba
mengetahui pemasangan instalasi hidran di PT.
KLI dengan mengadakan penelitian yang
berjudul ‘UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN BAHAYA
KEBAKARAN DENGAN ISNTALASI
HIDRAN SEBAGAI BAGIAN BIDANG
KESELAMATAN KERJA PADA PT. KAYU
LAPIS INDONESIA DI KENDAL.
Rumusan Masalah
Bagaimana kemampuan dan kesiapan instalasi
hidran dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran di PT. Kayu
Lapis Indonesia.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan
instalasi hidran dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran di PT. Kayu
Lapis Indonesia
Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam
rangka kewaspadaan terhadap bahaya
kebakaran dan penyebarluasan atau
pemasyarakatan keselamatan kerja di
lingkungan perusahaan terutama tentang
bahaya kebakaran.
2. Sebagai masukan bagi pekerja agar lebih
waspada terhadap bahaya kebakaran
terutama bagi pekerja di bagian yang
potensial terhadap bahaya kebakaran.
Tinjaun Pustaka
A. Pengertian
Istilah yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 158 tahun 1972
antara lain :
1. Kebakaran adalah timbulnya api yang
tidak dikehendaki, akibat kebakaran
adalah kerugian materiil dan moril
yang berupa harta benda dan jiwa
raga.
2. Pencegahan kebakaran adalah segala
daya upaya secara berencana untuk
mencegah timbulnya serta terjadinya
kebakaran.
3. Pemberantasan kebakaran adalah
semua kegiatan usaha untuk
mendeteksi, memadamkan,
menyelamatkan jiwa raga, memberi
2
pertolongan pada kecelakaan,
mengamankan harta benda serta
wilayah, penyelidikan sebab musabab,
pengusutan serta penyelidikan
kebakaran sampai pengajuan ke
pengadilan dan rehabilitasinya.
4. Kesiapsiagaan pemberantasan
kebakaran adalah segala daya upaya
secara berencana untuk memberantas
kebakaran.
5. Penanggulangan kebakaran adalah
kegiatan untuk melakdanakan
pencegahan dan pemberantasan
kebakaran.
B. Prinsip terjadinya kebakaran
Api/kebakaran dapat terjadi jika dapat
bertemunya ketiga unsur menjadi satu
dalam kedudukan konsentrasi unsur-unsur
yang tepat. Ketiga unsur tadi adalah :
1. Udara/oksigen
Oksigen atau gas O2 terdapat di udara
bebas, dalam keadaan normal
prosentase di udara adalah 21 %.
Karena oksigen sebenarnya adalah
suatu gas pembakar maka sangat
menentukan kadar keaktifan dan
pembakaran. Suatu tempat dinyatakan
masih mempunyai keaktifan
pembakaran bila kadar oksigennya
lebih dari 15%, sedangkan
pembakaran tidak akan terjadi bila
kadar oksigen di udara kurang dari
12%.
2. Panas
Panas adalah salah satu penyebab
timbulnya kebakaran. Dengan adanya
panas maka suatu bahan akan
mengalami perubahan temperatur
sehingga akhirnya mencapai titik nyala
menjadi mudah sekali terbakar.
3. Bahan
Bahan yang mudah terbakar
dimaksudkan bahan dapat berbentuk
padat, cair dan gas. Bahan inilah yang
sangat menentukan untuk mendeteksi
mula kebakaran harus hati-hati dan
harus benar benar tepat.
Rekasi ketiga unsur tersebut dalam
suatu segitiga yang disebut segitiga api
(Gatot Soedharto, 1983).
C. Klasifikasi Kebakaran
Klasfikasi kebakaran adalah penggolongan
kebakaran didasarkan atas jenis-jenis
apinya. Hal ini dimaksudkan agar dapat
ditentukan sistem pemadam api yang tepat,
sehingga dapat dipilih alat-alat atau bahan
pemadam yang cocok untuk klas
kebakaran tersebut.
Klasifikasi kebakaran dapat dibagi menjadi
empat klas yaitu :
1. Klas A : adalah kebakaran dari bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti
kayu, kertas, plastik, tekstil dan
sebagainya.
2. Klas B : adalah kebakaran dari bahan
cair atau gas, seperti bensin, solar,
bensol, butane dan sebagainya.
3. Klas C : adalah kebakaran yang
disebabkan oleh arus listrik pada
peralatan-peralatan, permesinan,
genarator, panel lsitrik dan sebagainya.
4. Klas D : adalah kebakaran dari bahan-
bahan logam, seperti titanium, sodium,
aluminium, dan sebagainya.
D. Faktor penyebab kebakaran
Menurut menurut Suma’mur (1994)
peristiwa yang dapat mengakibatkan
terjadinya kebakaran adalah sebagai
berikut :
1. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar
2. Penyinaran
3. Peledakan uap atau gas
4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat
cair
5. Percikan api
6. Terbakar sendiri
7. Reaksi kimiwai
8. Peristiwa alam
E. Akibat kebakaran
Kebakaran dapat menimbulkan korban
manusia, harta, benda, kerusakan
lingkungan, terganggunya proses produksi,
barang dan jasa, secara mental dapat
3
mengganggu stabilitas keamanan dan
ketenangan masyarakat.
F. Sistem pemadam kebakaran
Dasar-dasar dari pemadam kebakaran ada
tiga macam, yaitu :
1. Cara penguraian
Adalah sistem pemadaman dengan cara
memisahkan atau menjauhkan benda-
benda yang dapat terbakar.
2. Cara pendinginan
Adalah cara pendinginan dengan cara
menurunkan panas, dalam hal ini air
adalah merupakan bahan pemadam
yang pokok.
3. Cara isolasi
Adalah cara pemadaman dengan cara
mengurangi kadar oksigen pada lokasi
sekitar benda-benda yang terbakar.
Cara ini disebut juga cara lokalisasi
yaitu membatasi atau menutup benda-
benda yang terbakar agar tidak bereaksi
dengan oksigen.
Dengan mengetahui sistem pemadaman,
maka tiap-tiap klas kebakaran dapat
ditentukan bahan-bahan pemadaman yang
tepat.
Untuk klas A bahan pemadam yang tepat
adalah air, pasir, tanah, alat pemadam
CO2.
Untuk klas B bahan pemadam yang tepat
adalah foam, ppwder dry chemical.
Untuk klas C bahan pemadam yang paling
baik adalah CO2, dry chemical, BCF.
Penggunaan air atau busa sangat berbahaya
karena air atau busa yang mengandung air
merupakan penghantar lsitrik.
Untuk klas D bahan pemadam yang paling
tepat adalah dry chemical, bahan yang lain
tidak boleh digunakan.
(Gatot Soedharto, 1983).
4. Hidran
1. Pengertian
Dalam Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
02/KPTS/1985 menyebutkan bahwa
hidran adalah alat pemadam kebakaran
yang dilengkapi dengan slang gulung
dan mulut pancar untuk mengalirkan air
bertekanan. Sedangkan yang dimaksud
dengan instalasi hidran adalah
rangkaian peralatan yang digunakan
untuk pemadaman kebakaran dengan
bahan pemadam utama adalah air. Dan
hidran adalah peralatan pemadam yang
unsur terbanyaknya adalah air (Suharto,
1988).
2. Klasifikasi hidran
Berdasarkan letaknya, hidran dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu :
a). Hidran gedung, adalah hidran yang
terletak di dalam suatu
bangunan/gedung dan instalasi serta
peralatannya disediakan dan dimiliki
oleh gedung tersebut.
b). Hidran halaman adalah hidran yang
terletak di luar bangunan, sedangkan
instalasi dan peralatannya
disediakan dan dimiliki oleh
bangunan tersebut.
Sedangkan menurut besarnya ukuran
pipa hidran yang dipakai, maka
hidran dibagi dalam tiga klas yaitu :
1) Hidran klas I : ukuran pipa slang
6,25 cm
2) Hidran klas II : ukuran pipa slang
3,75 cm
3) Hidran klas III ukuran klas III
(gabungan hidran klas I dan klas II)
3. Komponen hidran
Terdiri dari :
a). Sumber penyediaan air
Adalah sejumlah air yang ditampung
di suatu tempat untuk keperluan
pemadaman kebakaran dengan
sistem hidran (Suharto, 1988).
Persediaan air tersebut dapat diambil
dari tangki-tangki, sumur, kolam
renang, sungai maupun danau.
b) Pompa hidran
Adalah pompa air yang digunakan
untuk menghisap dari penampungan
dengan tekanan tertentu dan
mempertahankan tekanan pada
instalasi hidran (Suharto, 1988).
c). Peralatan penyalur air
4
Merupakan alat yang berfungsi
untuk menyalurkan air dari sumber
air ke arah api dalam bentuk aliran
tertentu sehingga diperoleh efisiensi
pemadaman yang optimal.
Macam-macam peralatan penyalur
air antara lain :
1). Slang kebakaran, untuk
meyalurkan air dari sumber ke
nozzle.
2). Alat penyambung slang (hose
filting) antara lain :
- Kopling berfungsi menyam-
bung dua buah slang.
- Penyemprot (nozzle) berfungsi
mempercepat aliran air yang
keluar dari ujung slang dan
membentuk aliran tertentu.
4. Tehnik penggunaan media pemadam air
Air sebagai media pemadam dapat
digunakan dalam berbagai bentuk
sesuai kebutuhan yaitu :
a. Zet, digunakan apabila jumlah air
besar, jarak cukup jauh, pada
kebakaran klas A dengan
pengarahan langsung atau tidak
langsung.
b. Spray, digunakan apabila jumlah
jarak dekat, pada kebakaran klas A,
B dan dapat dipakai usaha perisai.
c. Fog/embun digunakan apabila
jumlah air relatif berkurang, jarak
dekat, pada kebakaran klas A,B,C
dapat dipakai sebagai perisai.
(Jhonny Hutabarat, 1990).
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan jenis
penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
melakukan pengamatan dan penelitian
terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran dengan
sistem hidran serta terhadap keberadaan
dan keadaan hidran beserta peralatannya,
kemudian hasil pengamatan dan penelitian
dibandingkan dengan peraturan yang
berlaku.
B. Obyek dan Lokasi Penelitian
Obyek penelitian yang akan diamati
meliputi : jenis hidran, jarak antar hidran,
kotak hidran, slang, penyediaan air serta
peralatan yang lain di PT. KAYU LAPIS
INDONESIA.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan
antara ain, meteran, jangka sorong, SK.
MENPU No. 02/KPTS/1985 dan Panduan
Pemasangan/Instalasi hidran untuk
Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
D. Tehnik Pengambilan Data
Dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan pengukuran
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan dan penelitian
kemudian dianalisis dengan cara
membandingkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02/KPTS/1985 dan Panduan
Instalasi/Pemasangan Hidran untuk
pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Komponen Instalasi Hidran
a. Persediaan Air dan Pompa Air
Ditangani oleh bagian Water Pool.
Sumber air yang digunakan berasal
dari sumur artesis. Air dipompa
dan ditampung dibak penampung-
an yang berada di water pool
terdiri dari :
1). Water pool I : mensuplai
kebutuhan air ke bagian glue
plant, gudang metanol, ruang
konsesi, ruang bengkel umum,
ruang boiler, plywood I s/d V (
A s.d E line) terdiri dari 2 bak
penampungan dengan kapasitas
masing-masing 90 m3 dan 600
m3.
2). Water Pool II : mensuplai
kebutuhan air ke bagian ruang
5
polyester, shin-hung, gudang
lokal, limha ganesa, block
board, samwill I dan II, klin dry
dengan kapasitas penampungan
600 m3.
Pipa penghisap berdiameter 3 inchi,
sedangkan pipa-pipa yang
digunakan sebagai pipa penyalur
pada instalasi hidran mempunyai
ukuran 6 inchi (pipa induk), 4
inchi, 3 inchi dan 2 inchi (output).
Pompa-pompa yang digunakan
untuk menghisap air dan
menyalurkan ke bak penampungan
mempunyai spesifikasi sendiri-
sendiri yaitu :
a. Pompa Utama
Di water pool I terdapat 3
pompa utama yaitu :
1). Merk : Ebara
Type : 80 SQGM
Kapasitas :0,4 m3/mnt
Total head : 21 meter
Daya : 7,5 KW
Kec. Putaran : 1.450 rpm
Besar arus : 10 A
Diameter pipa : 2 inchi
b. Merk : Kansus Pump
Type : 80 CSHS
Kapasitas : 35 m3/jam
Total head : 80 meter
Daya : 18,5 HP
Kec. Putaran : 2.900 rpm
Diameter pipa : 2 inchi
c. Merk : Submersible
Type : 506 LXLS
Kapasitas : 400 l/mnt
Total head : 65 meter
Daya : 5 HP
Besar arus : 9 A
Diameter pipa : 2 inchi
Sedangkan pompa utama di water
pool II berjumlah satu buah
dengan spesifikasi :
Merk : Bhosan Pump
Type : 2 BA-6
Kapasitas : 20 m3/jam
Total head : 32 meter
Daya : 4 KW
Kec. Putaran : 2.856 rpm
Diameter pipa : 2 inchi
Untuk pompa utama semuanya
termasuk electric pump dimana
tenaga yang digunakan berasal dari
listrik (PLN dan genset).
Selain pompa utama juga
disediakan pompa-pompa
cadangan dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a. Lokasi : Water Pool I
Merk : Ebara
Type : 80 TMSGM
Kapasitas: 560 liter/menit
Total head: 84 meter
Daya : diesel Isuzu 15 PK
Kec putaran : 3.100 rpm
b. Lokasi : Water Pool II
Merk : Ebara Pump
Type : 80 TMSGM
Kapasitas: 560 liter/menit
Total head : 84 meter
Daya : diesel 605 70 A
Mitsubishi Japan
Kec putaran : 3.100 rpm
2. Pemipaan
Pemipaan pada instalasi hidran
yang ada di PT. KLI dicat merah
dan terpisah dari pipa-pipa lain
serta mempunyai beberapa ukuran,
diantaranya :
a. Pipa berdiameter 6 inchi
sebagai pipa induk
b. Pipa berdiameter 4 inchi
sebagai pipa cabang
c. Pipa berdiameter 3 inchi
sebagai pipa cabang
d. Pipa berdiameter 2 inchi
sebagai output dari hidran/kran
Pipa-pipa tersebut terbuat dari besi
terpasang horisontal diberi
penggantung yang terbuat dari besi
setiap 2,5 meter dan terpisah dari
penggantung lain.
3. Slang pemadam kebakaran
Slang pemadam kebakaran yang
ada di PT. KLI berukuran diameter
2 inchi, panjang 30 meter
ditempatkan di dalam bok hidran,
6
di kantor tiap bagian dan ada yang
disimpan di kantor pos PMK. Hasil
pemeriksaan terhadap slang di bok
hidran terlihat pada Tabel 1
(lampiran). Dari tabel terlihat
bahwa masih ada box hidran yang
belum terisi slang yaitu sebanyak
58 buah bok hidran (0,4%) sedang
yang terpasang ada 83 buah (0,6%),
selain itu juga masih ada slang
yang tersimpan di kantor bagian
yaitu 6 buah slang di kantor bagian
KPI dan 2 buah di kantor Plywood
III.
4. Bok Hidran
Semua bok hidran yang terpasang
terbuat dari bahan kayu, dicat
merah sebanyak 141 buah kotak
yang tersebar di seluruh ruangan
produksi, berukuran panjang 57
cm, lebar 23 cm dan tinggi 60 cm.
Jumlah bok gedung sebanyak 62
buah dan 79 buah hidran halaman,
pemasangan yang tidak terhalang
berjumlah 103 buah, terhalang
benda dan pagar sebanyak 8 buah
dan yang sulit dicapai karena
terhalang selokan sebanyak 30
buah.
5. Nozzle
Nozzle yang tersedia di setiap bok
berukuran panjang 54,5 cm, dan
diameter pengeluaran 1,6 cm
terbuat dari besi. Pemeriksaan
pemancar dapat dilihat pada tabel
1. Dari tabel didapatkan bahwa
masih banyak bok hidran yang
belum terisi oleh nozzle yaitu
sebanyak 101 bok (0,7%) dan yang
sudah terisi baru berjumlah 40 buah
(0,3%) sedang yang tersimpan di
kantor bagian ada 8 buah di bagian
Plywood III dan 5 buah di KPI.
B. Pembahasan
1. Persediaan air
Berdasarkan penelitian didapat-kan
bahwa persediaan air untuk hidran
terdiri dari empat bak
penampungan dengan kapasitas 90
m3, 600 m3, 600 m3 dan 160 m3. Air
yang digunakan bersumber dari
sumur artesis. Dalam surat
keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 02/KPTS/1985 bab
II Pasal 2 menyebutkan bahwa air
yang tersedia setiap saat sekurang-
kurangnya 10.000 liter, sedangkan
dalam Buku Panduan Pemasangan
Hidran untuk Bangunan dan
Gedung dari Departemen Pekerjaan
Umum bab II.2.1.2 disebutkan
bahwa :
a. Sumber air untuk keperluan
hidran dapat berasal dari
PDAM, BPAM , sumur artesis,
sumur gali.
b. Persediaan air untuk hidran
setiap saat 30.000 liter dan
mudah dicapai oleh mobil
pemadam kebakaran.
Jadi secara umum perseidaan air
untuk instalasi hidran sudah
memenuhi dan sesuai persyaratan.
2. Pompa
Pompa yang digunakan berjumlah
6 pompa utama dan 2 pompa
cadangan yang masing-masing
pompa mempunyai spesifikasi
sendiri-sendiri. Tenaga penggerak-
nya dari listrik yang berasal dari
PLN dan genset. Dalam panduan
pemasangan hidran bab III.3.10
dijelaskan bahwa :
a. Untuk mendapatkan air yang
bertekanan harus menggunakan
pompa bertekanan yang
mempunyai spesidikasi sesuai
persyaratan hidran.
b. Banyaknya pompa hydan
minimal 1 buah yang bekerja
secara otomatis dan manual
dimana start secara otomatis
dan stop secara manual.
c. Sumber motor untuk penggerak
pompa harus dibuat dari
generator yang dapat bekerja
secara otomatis dan dalam
7
waktu kurang dari 10 menit
bila sumber listrik dari PLN
padam.
Berdasarkan panduan tersebut,
maka pompa yang adai di PT. KLI
telah memenuhi dan mencukupi.
3. Slang
Slang yang digunakan di PT. KLI
baik yang terpasang maupun yang
tidak terpasang di bok hidran
termasuk jenis slang tekan yang
terbuat dari kanfas dengan panjang
20 meter dan diameter 2 inchi.
Dalam panduan pemasangan hidran
bab II.2.5 dijelaskan diameter
minimum slang 1,5 inchi dan dalam
bab III.2.9.3.b. disebutkan bahwa
slang gulung dapat berupa kanfas,
polyester dan karet.
Sehingga dikatakan bahwa slang
gulung telah memenuhi
persyaratan.
4. Bok hidran
Dalam bab II 2.9.3.a dan bab
III.3.9.3.a. tentang bahan kotak
hidran menyebutkan bahwa kotak
hidran terbuat dari besi, baja atau
tembaga, sedangkan bok hidran
yang terpasang semuanya terbuat
dari kayu, dengan demikian
persyaratan bahan untuk bok hidran
tidak terpenuhi. Dimensi bok
hidran yang terpasang berukuran
panjang 57 cm, lebar 23 cm dan
tinggi 60 cm. Dalam buku panduan
pemasangan hidran Bab II tentang
cara pemasangan instalasi hidran
gedung pada point 2.7
menyebutkan bahwa dimensi kotak
hidran minimum adalah panjang 62
cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm.
Sedangkan untuk dimensi kotak
hidran halaman minimum panjang
66 cm, lebar 20 cm dan tinggi 95
cm. Berdasarkan pada panduan
tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk bok hidran yang ada di PT.
KLI sesuai untuk sistem hidran
gedung tetapi tidak sesuai dengan
persyaratan untuk hidran halaman.
Jumlah bok hidran sebanyak 141
buah terdiri dari 44% hidran
gedung (62 buah) dan 56% hidran
halaman (79 buah). Sesuai
panduan pemasangan hidran bab
II.2.2 disebutkan bahwa untuk
bangunan klas A minimal 1
buah/10.000 m2.
Dari hasil penelitian dapat
dibahas sebagai berikut pada Tabel 2
:
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Bok Hidran dan Luas Area
No Lokasi Luas (m2) Jml Bok Syarat Keterangan
1. Gudang Eksport 28.800 22 29 Kurang 7
2. Shin-hung 16.800 16 17 Kurang 1
3. Glue plant 7.200 11 8 Cukup
4. KPI 21.600 14 22 Kurang 8
5. Gudang lokal 12.000 9 12 Kurang 3
6. Limbah Ganesa 11.200 7 12 Kurang 5
7. BB - SM 11.200 6 12 Kurang 6
8. Klin-dry 3.200 7 4 Cukup
9. Metanol 2.000 6 2 Cukup 10
10. Inf - room 6.000 6 6 Cukup
11. Polyester 7.200 6 8 Kurang 2
12. Plywood I-II 14.400 13 15 Kurang 2
13. Plywood III 14.400 7 15 Kurang 8
14. Plywood IV-V 7.500 11 8 Cukup
8
Dengan adanya kekurangan bok
hidran pada area tertentu, maka
apabila ada kebakaran pada suatu
area tersebut akan kesulitan dalam
menanganinya. Hal ini dapat diatasi
dengan menambahkan bok hidran
dan perlengkapanya atau dengan
penempatan bok hidran sesuai
ketentuan sehingga setiap bok
hidran bisa menjangkau 1.000 m2.
Sementara di bagian lain ada
kelebihan bok hidran, hal ini
dikarenakan di daerah tersebut
mempunyai resiko kebakaran yang
besar seperti glue plant dan
metanol.
Jarak antar hidran rata-rata 45
meter, sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam SK Menteri
Pekerjaan Umum No. 2 Tahun
1985 Bab II pasal 2 ayat (5) yang
menyebutkan bahwa jarak antar
hidran maksimum 200 meter.
Dalam SK Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 02/KPTS/1985 pasal
20 ayat (4) a menyebutkan bahwa
alat pemancar harus terpasang pada
slang kebakaran serta dalam Bab
II.2.1.1.a dan bab III 3.1.1.1 Buku
Panduan Pemasangan Instalasi
Hidran menyebutkan bahwa kotak
hidran berisi slang gulung,
pemancar/sprayer, dan kran
pembuka/penutup. Dari hasil
penelitian dapat dibahas dalam
bentuk Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Jumlah Bok dengan Jumlah Slang (SL) dan Nozzle (NZ)
No Lokasi Jml Bok Jumlah Syarat Keterangan
SL NZ SL NZ
1. Gudang Eksport 22 12 3 22 -10 -19
2. Shin-hung 16 6 3 16 -10 -13
3. Glue plant 11 5 5 11 -6 -6
4. KPI 14 10 2 14 -4 -12
5. Gudang lokal 9 9 7 9 CKP -2
6. Limbah Ganesa 7 6 5 7 -1 -2
7. BB - SM 6 5 1 6 -1 -5
8. Klin-dry 7 0 0 7 -7 -7
9. Metanol 6 5 4 6 -1 -2
10. Inf - room 6 5 1 6 -1 -5
11. Polyester 6 6 5 6 CKP -1
12. Plywood I-II 13 2 1 13 -11 -12
13. Plywood III 7 5 0 7 -7 -12
14. Plywood IV-V 11 4 2 1 -3 -5
Pemasangan kran pembuka/
penutup berada di luar berjumlah
139 buah. Dengan demikian
masih ada kekurangan pengisian
slang dan sprayer. Apabila salah
satu komponen tersebut tidak ada
maka apabila sewaktu waktu
terjadi kebakaran akan
mengalami kesulitan dan
keadaan ini apat dikatakan belum
siap sedangkan penempatan kran
pembuka / penutup berada di luar
bok hidran, ini dapat berakibat
kerusakan pada kran dan
penyalahgunaan fungsi kran
tersebut untuk keperluan lain.
Dari hasil penelitian didapatkan
data bahwa dari 62 hidran
gedung 100% penempatannya
9
lebih dari 75 cm dan dari 79
hidran halaman yang
penempatannya dibawah 50 cm
berjumlah 6 buah dan 73 buah
penempatannya berada diatas 50
cm. Berdasarkan panduan
pemasangan instalasi hidran Bab
II 2.10 menyebutkan bahwa
kotak hidran gedung dipasang
dengan ketinggian 75 cm dari
permukaan lantai mudah terlihat,
mudah dicapai, tidak terhalang
oleh benda-benda lain dan dicat
warna merah. Sedangkan dalam
Bab. III 3.3 dijelaskan bahwa
pemasangan bok hidran
maksimum 50 cm dari
permukaan tanah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
sebagian besar penempatannya
masih belum memenuhi
persyaratan.
Dari 141 bok hidran didapatkan
hasil bahwa 73% tidak terhalang
(103 buah), 21% sulit dicapai
karena terhalang selokan (30
buah) dan 6% terhalang oleh
tumpukan kayu dan benda
lainnya. Semua bok hidran telah
dicat merah. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa secara
umum telah memenuhi syarat,
namum demikian masih perlu
diperhatikan penempatan kotak
hidran karena masih ada
beberapa kotak hidran yang
terhalang maupun sulit untuk
dicapai.
5. Nozzle
Nozzle yang ada di setiap bok
hidran dan di kantor merupakan
nozzle jenis jet yang terbuat dari
besi. Menurut panduan
pemasangan hidran bab
III.8.83.a. disebutkan bahwa pipa
pemancar dapat dari baja
galvanis, besi galvanis, kuningan
atau perunggu, sehingga nozzle
yang ada telah memenuhi
persyaratan.
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari pembahasan data diperoleh
kesimpulan bahwa :
1. Persediaan air untuk kebutuhan
instalasi hidran sudah memenuhi
persyaratan.
2. Pompa-pompa yang tersedia untuk
menghisap air telah memenuhi
syarat.
3. Slang gulung yang disediakan
kondisinya masih baik dan secara
umum telah memenuhi persyaratan
namun jumlahnya masih ada yang
kurang yaitu dari 141 bok yang
terpasang masih ada 58 yang belum
terisi.
4. Bok hidran
a. Bahan, kurang sesuai dengan
yang dianjurkan dalam panduan
b. Jarak antar hidran sudah
memenuhi persyaratan
c. Dimensi bok hidran yang
terpasang sudah sesuai untuk
hidran gedung sedangkan untuk
hidran halaman belum
memenuhi persyaratan.
d. Ketinggian pemasangan bok
hidran yang memenuhi syarat
berjumlah enam buah (di bagian
metanol) dan lainnya kurang
memenuhi ketentuan.
e. Lokasi pemasangan sudah
memenuhi persyaratan,
namun masih ada yang
belum yaitu sejumlah 8 buah
bok hidran terhalang
tumpukan kayu dan benda
lainnya serta 30 bok sulit
tercapai karena terhalang
selokan.
10
f. Pemasangan kran pembuka /
penutup air masih banyak
yang berada di luar bok
hidran. (139 buah).
g. Pemberian tulisan/petunjuk
sudah dilakukan namum
masih belum semua diberi
tulisan/petunjuk.
5. Nozzle
Nozzle scara umum kondisinya
masih baik dan secara umum
sudah memenuhi persyaratan
namun jumlahnya masih ada
yang kurang yaitu dari 141 bok
terdapat 101 bok yang belum
terisi nozzle.
B. Saran
1. Pengawasan dan kewaspadaan
terhadap bahaya kebakaran perlu
dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Komponen hidran :
a. Jumlah slang gulung perlu
ditambahkan dan
ditempatkan pada bok-bok
hidran yang masih kosong.
b. Jumlah nozzle perlu
ditambahkan dan ditempat-
kan pada bok-bok hidran
yang masih kosong.
c. Bok hidran :
1) benda-benda yang
menghalanginya perlu
dihilangkan dan
pemberian jalan atau
jembatan yang dapat
dilewati dengan mudah
pada selokan yang ada
bok hidran.
2) Penambahan bok hidran
di bagian yang masih
kurang dan belum
terjangkau oleh hidran
perlu ditambahkan.
3) Tinggi pemasangan bok
hidran dan dimensi bok
hidran perlu diperbaiki
sesuai ketentuan.
4) Perlu adanya petunjuk
atau tulisan yang
menunjukkan eberadaan
hidran tersebut.
5) Bok hidran yang
memenuhi syarat adalah
yang terbuat dari besi,
maka untuk lebih
baiknya bok hidran yang
ada diganti dengan besi.
6) Penempatan/pemasangan
kran pembuka/penutup
supaya berada di dalam
bok dengan tujuan untuk
menghindari penyalah-
gunaan kran tersebut.
DAFTAR PUTAKA
Anonim. (1987). Departemen Pekerjaan
Umum. Panduan Instalasi Pemasangan
Hidran untuk pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung. Bandung
DEPNAKER-UN.DP-ILO. (1987). Bahan
Training Keselamatan Kerja Penang-
gulangan Kebakaran. Jakarta.
Gatot Soedharto. (1983). Pencegaham dan
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta
Grafindo Utama.
Jhonny Hutabarat. (1990). Penanggulangan
dan Pencegahan Kebakaran dengan APAR
dan Hidran. Denpasar Bali.
Sudarjatmo. (1988). Pengetahuan Pokok
Penanggulangan Kebakaran. Dinas
Pemadam Kebakaran.
Suharto. (1988). Penanggulangan dengan
Sistim Hidran. Majalah Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Volume XX nomor 2 dan
volume XXI nomor 1. Jakarta Pusat Hiperkes
Departemen Tenaga Kerja RI.
Suma’mur. (1994). Keselamatan dan
Pencegaham Kecelakaan. Jakarta. Haji Mas
Agung.
11
Supandiyantoro (1989). Plaporan Penelitian
Usaha Pencegahan Kebakran di Kuta Palace
Hotel Bali. Surakarta. tidak diterbitkan.
Suyono (1989). Laporan Penelitian Instalasi
Hidran sebagai Sarana Penanggulangan
Bahaya Kebakaran di Hotel Mutiara
Yogyakarta. Surakarta. tidak diterbtkan
12
Lampiran : Tabel 1 . Pemeriksaan Bok, Selang dan Nozzle Hidran Kebakaran *)
NO BAGIAN Nb
KONDISI
S1
KONDISI
Nz
KONDISI
KETERANGAN A J C
T
(cm)
ST
(cm) L P Gs Ks Bs Bn Kn
I. KPI 1 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
Luas dalam meter
persegi = 21600
2 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
3 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
4 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
5 b H m 110 50 tt + 0 r 1 Tbk Tmc
6 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
7 b G m 110 75 tt + 0 r 1 Tbk Tmc Di Kantor :
Slang : 6 buah 8 b H m 110 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
9 b G m 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
10 b G m 105 75 tt + 0 r Tbc 0
11 b G m 105 75 tt + 0 r Tbc 0
Nozzle : 8 buah 12 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
13 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
14 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
II. GLUE PLANT 1 b H m 120 50 tt + 0 Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
Luas dalam meter
persegi = 21600
2 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
4 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
5 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Tmc
6 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di Kantor :
7 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Slang : 5 buah
8 b H m 120 50 tt + 0 0
9 b H m 120 50 tt + 0 0 Nozzle : 5 buah
10 b H m 120 50 tt + 0 0
III. GUDANG
EKSPORT
1 b H m 105 50 tt + 0
Luas dalam meter
persegi = 21600
2 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc 0
3 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
4 b H m 105 50 tt + 0 0
5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
6 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
7 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Di Kantor :
Slang : 12 buah 8 b G m 105 75 tt + 0 0
9 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
10 b H m 105 50 tt + 0 0
11 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Nozzle : 3 buah
12 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
13 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
14 b H m 105 50 tt + 0 0
15 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
16 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
17 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
18 b H m 105 50 tt + 0 0
19 b G m 105 75 tt + 0 0
20 b H m 105 50 tt + 0 0
21 b H m 105 50 tt + 0 0
22 b H m 105 50 tt + 0 0
IV. GUDANG
LOKAL
1 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
Luas dalam meter
persegi = 12000
2 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b H m 105 50 tt x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
4 b H m 105 50 ts x 1 r Tmc Tbc 0
5 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
6 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di Kantor :
Slang : 9 buah 7 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
8 b H m 105 50 t + 1 r Tmc Tbc 0
9 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 7 buah
V. SHIN-HUNG 1 b H m 105 50 tt + 0 0 Luas dalam meter
persegi = 16.800 2 b H m 105 50 tt + 0 0
3 b H m 105 50 tt x 1 r Tmc Tbc 0
4 b G m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
6 b H m 105 50 tt + 0 0
7 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
8 b G m 110 50 tt + 0 r Tmc Tbc 0
9 b G m 110 50 ts + 1 r Tmc Tbc 0
10 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0
11 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
12 b G m 110 75 tt + 0 0
13 b G m 110 75 tt + 2 r Tmc Tbc 0
14 b G m 110 75 tt + 2 r Tmc Tbc 0
15 b G m 110 75 ts + 0 0
16 b H m 110 50 tt + 0 0
VI METHANOL 1 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Luas dalam meter
persegi = 2000 2 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
4 b H m 50 50 t x 1 r Tmc Tbc 0 Di kantor :
5 b H m 50 50 t x 0 Tmc Tbc 0 Slang : 5 buah
6 b H m 50 50 t x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 4 buah
VII Inf Room 1 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
Tbk Tmc
Luas dalam meter
persegi = 6000 2 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
3 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0
4 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Di kantor :
5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Slang :.5 buah
6 b H m 105 50 tt + 0 0 Nozzle : 1 buah
VIII Limbah
Ganesa 1 b H m 100 50 t + 1 r Tmc Tbc 0
Luas dalam meter
persegi = 11200 2 b H m 100 50 t + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b H m 100 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
4 b H m 100 50 tt + 0 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :
5 b H m 100 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Slang :.6..buah
6 b G m 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Nozzle : 6..buah
7 b G M 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
IX BB & SM I - II 1 b H m 150 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Luas dalam meter
persegi = 11200 2 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
4 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :
5 b G n 150 75 tt + 0 1 Tbk Tmc Slang : 5..buah
6 b H m 150 50 ts + 1 0 Tbk Tmc Nozzle : 4..buah
X klin dry 1 b H m 110 50 tt x 0 0 Luas dalam meter
persegi = 3200 2 b H m 110 50 ts x 0 0 Tbk Tmc
3 b H m 110 50 ts x 0 0
4 b H m 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Di kantor :
5 b H n 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Slang :.....buah
6 b H m 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Nozzle : .......buah
7 b H m 110 50 tt x 0 0
XI Polyster 1 b H m 105 50 ts x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Luas dalam meter
persegi = 7200 2 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
3 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
4 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :
5 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 0 Slang :6...buah
6 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 5...buah
XII Plywood III 1 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Luas dalam meter
persegi = 144000 2 b H m 105 50 tt + 0 0
3 b H m 105 50 tt + 0 0
4 b H m 105 75 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :
5 b H m 105 75 tt + 0 0 Slang :.5..buah
6 b H m 110 75 ts + 2 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 3..buah
7 b H m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Tbk Tmc
XIII PLYWOOD
IV-V
1 b H m 105 50 tt + 0 0
Luas dalam meter
persegi = 7500
2 b H m 110 50 tt + 0 0
3 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
4 b G m 110 75 tt + 0 0
5 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0
6 b G m 110 75 ts + 2 r Tmc Tbc 0 Di Kantor :
Slang : 4 buah 7 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
8 b G m 105 75 ts x 0 r Tmc Tbc 0
9 b G m 105 75 tt + 0 0 Nozzle : buah
10 b G m 105 75 tt + 0 0
11 b G m 105 75 ts + 0 0
12 b G m 105 75 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc
XIV. PLYWOOD
I-II
1 b H m 105 50 ts + 0 0
Luas dalam meter
persegi = 14400
2 b H m 105 50 tt + 0 0
3 b H m 105 50 tt + 0 0
4 b G m 105 75 tt + 0 0
5 b G m 110 75 tt + 0 0
6 b G m 110 75 ts + 0 0 Di Kantor :
Slang : 2 buah 7 b G m 110 75 tt + 0 0
8 b G m 110 75 tt + 0 0
9 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0 Nozzle : buah
10 b G m 110 75 t + 0 0
11 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0
12 b G m 110 75 ts + 0 0
13 b G m 110 75 tt + 0 0
Keterangan :
*) seumber
pemeriksaan
lansgung
Nb : Nomor bok
Sl : jumlah slang
A : bodi/cat bok
Gs : gulungan slang
b : baik
r rapi
J : jenis hidran
ST : standar
H : hidran halaman
Bs : bodi slang
G : hidran gedung
Tbc : tidak bocor
C : pintu bok
Ks : kopling slang
m : mudah dibuka
Tmc : tidak macet
s : sulit dibuka
Nz : jumlah nozzle
T : tinggi bok
Tbk : tidak berkarat
L : letak bok
Kn : kopling nozzle
tt : tidak terhalang
P : tulisan/petunjuk
ts : terhalang selokan
+ : ada
- : tidak ada