107
ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X TESIS Oleh SAHRIAL ANGKAT 067010019/AKK S E K O L A H P A S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

  • Upload
    vancong

  • View
    243

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS

Oleh

SAHRIAL ANGKAT 067010019/AKK

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 2: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan

Kerja pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHRIAL ANGKAT 067010019/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 3: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Judul Tesis : ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

Nama Mahasiswa : Sahrial Angkat Nomor Pokok : 067010019 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi : Kekhususan Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (dr. Halinda, MKKK) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc) Tanggal lulus: 12 Nopember 2008

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 4: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Telah diuji pada Tanggal 12 Nopember 2008 PANITIA PENGUJI TESIS : Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

Anggota : 1. dr. Halinda, MKKK

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

3. Ir. Nazlina, MT

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 5: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

PERNYATAAN

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 28 Nopember 2008

(Sahrial Angkat)

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 6: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

ABSTRAK

Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X mencoba menjawab permasalahan upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan, bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja.

Populasi penelitian adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan X sebanyak 100 orang. Penganalisaan permasalahan dianalisis dengan Chi Kuadrat 2 x 2.

Hasil penelitian: Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X adalah telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor, serta pekerja, seperti dilakukannya penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja, dilengkapinya rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran, pemakaian alat pelindung diri, disediakannya peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan, serta ruangan istirahat pada pekerja yang mengalami kecekalaan dalam bekerja. Pelatihan K3 yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya angka kecelakaan kerja, status pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.

Untuk itu perlu disarankan adalah agar para pekerja yang akan bekerja sebagai pekerja bangunan hendaknya ditempatkan pada lokasi bekerja berdasarkan pengalaman masing-masing, demikian halnya status pekerja dalam bekerja hendaknya menjadi lebih baik, dengan cara menghilangkan status pekerja sebagai pekerja harian lepas maupun sebagai pekerja mingguan, pekerja-pekerja yang dipekerjakan hendaknya seluruhnya mengikuti pelatihan K3 baik yang dilakukan perusahaan maupun oleh pihak lain agar kecelakaan yang menimpa pekerja dapat diturunkan, pekerja yang bekerja di perusahaan konstruksi hendaknya berstatus pekerja tetap sehingga pekerja merasa lebih tenang dalam bekerja, rekruitmen pekerja hendaknya didasarkan pada pengalaman calon pekerja, penggunaan alat pelindung diri hendaknya menjadi suatu kewajiban bagi pekerja baik pekerja yang paling rendah hingga pada pekerja ahli, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari akibat fatal kecelakaan bekerja.

Kata kunci: Sentra Agribisnis Komoditi Jagung dan Pengembangan Wilayah.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 7: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

ABSTRACT

Analysis of Occupational Accident Avoidance of Construction Artisans of the Company X tries to respond to the problem of dealing with whatwill be done to avoid occupational accident of the construction artisans in Medan, what the effect of K3 training on occupational accident, what the effect of recruitment on occupational accident, what the effect of artisan status on occupational accident, and what the effect of using a self-protecting aid on occupational accident.

The population of the study included those artisans who worked for the company X of 100 persons. The analysis used chi square 2 x 2.

The result of the study; the Analysis of Occupational Accident Avoidance of Construction Artisans of the Company X has been used widely by contractors, businessmen, and workers such as extention of occupational security and health equipped with occupational accident signs, the fire extincting tools, using self-protecting aid, and equipment of first-aid on accident, and resting room for those workers who suffered with accident in working, training on K3 implemented by the company that has an effect on the relatively lower rate of accident, the worker status has effect on occupational accident, recruitment of the workers has effect on occupational accident, and use of self-protecting tool has effect on the occupational accident.

For the reason, it is suggested the the workers who will do their work as artisans of construction may be allocated based on their individual experience. Similarly, their status should be better in working by eliminating the status as daily workers or weekly workers. Those workers have to attend the training on K3 either internally or externally by thecompany that any possible occupational accident may be reduced. The workers who worked for any construction company should have permanent status so that they work more comfortly. Use of self-protecting tool should be an obligation or mandatory for those ranging the lower level until higher level or experts that all the workers can be avoided from fatal occupational accident. Keywords: Central Agribusiness of Corn Commodity and Regional Development.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 8: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas keyakinan, kesehatan

dan kesempatan yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan, dalam

rangka menempuh salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Kesehatan pada

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas

Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

USU Medan dan Bapak Wakil Direktur SPs USU yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi MKM. Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Ibu dr. Halinda, MKKK

yang bersedia menjadi ketua dan anggota komisi pembimbing serta telah

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 9: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

memberikan masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis

sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan

5. Buat orang tuaku, Ahmad Angkat dan Bertina br Sitanggang yang memberikan

dorongan dan bantuan baik dalam bentuk moral dan material selama penulis

mengikuti pendidikan.

6. Kawan-kawan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana

USU angkatan 2006 yang memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

7. Pegawai Administrasi Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah

memperlancar administrasi selama penulis menempuh pendidikan.

Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan, namun

penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, pengambilan

kebijakan dalam perencanaan kesehatan masyarakat serta untuk keperluan

pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2008

Sahrial Angkat Penulis

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 10: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

RIWAYAT HIDUP

Syahrial Angkat, lahir di Bantun Kerbo, 25 Agustus 1979, anak ke 6 (enam)

dari Bapak Ahmad Angkat dan Ibunda Bertina br Sitanggang.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Sidikalang tamat tahun

1993, Tsanawiyah Swasta Pematang Siantar tamat tahun 1996, MAN Sidikalang

tamat tahun 1999, Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun 2005. Tahun 2006

penulis mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana USU Medan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 11: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR TABEL............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................ 1 1.2. Permasalahan ................................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 7 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................... 8 1.5. Kerangka Konsep Penelitian .......................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

2.1. Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................... 10 2.2. Penyebab Kecelakaan...................................................... 17 2.3. Perusahaan Konstruksi ................................................... 19 2.4. Pekerja Bangunan .......................................................... 22 2.5. Aspek Sosial Ekonomi ................................................... 26 2.6. Aspek Sosial Budaya ...................................................... 31 2.7. Rekruitmen ..................................................................... 33 2.8. Status Pekerja ................................................................. 33 2.9. Pelatihan.......................................................................... 34 2.10. Alat Pelindung Diri ......................................................... 35 2.11. Pengawasan .................................................................... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................... 39

3.1. Jenis Penelitian .................................................................... 39 3.2. Tempat dan Waktu .............................................................. 39 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 40 3.4. Variabel Penelitian .............................................................. 40 3.5. Aspek Pengukuran .............................................................. 40 3.6 Definisi Operasional ............................................................ 41

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 12: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

3.7. Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 41 3.8. Analisa Data ........................................................................ 43

BAB 4 HASIL PENELITIAN................................................................. 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 45 4.2. Gambaran Umum Responden ........................................ 47 4.3. Pelatihan ......................................................................... 51 4.4. Rekruitmen ..................................................................... 52 4.5. Status Pekerja ................................................................. 53 4.6. Penggunaan Alat Pelindung Diri..................................... 54 4.7. Kecelakaan Kerja ........................................................... 56 4.8. Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen,

Alat Pelindung Diri terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja................................................................................ 58

BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................ 61

5.1. Responden ...................................................................... 61 5.2. Rekruitmen...................................................................... 64 5.3. Pelatihan ......................................................................... 66 5.4. Status Pekerja ................................................................. 67 5.5. Jam Kerja ....................................................................... 69 5.6. Pengawasan..................................................................... 70 5.7. Prosedur Kerja ................................................................ 71 5.8. Pencegahan Kecelakaan.................................................. 72 5.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri .................................... 73 5.10. Rambu-rambu Keselamatan Kerja ................................. 77 5.11. Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan .......... 79 5.12 Pengaruh Kecelakaan Kerja dengan Pelatihan, Status

Pekerja, Rekruitmen, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri .................................................................................. 80

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 84

6.1 Kesimpulan ..................................................................... 84 6.2 Saran ................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 13: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Penentuan Harga a, b , c -------------------------------------------------- 44

4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ----------------------- 46

4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------ 47

4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------ 48

4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja -------------------- 49

4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ----------------- 50

4.6. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------ 51

4.7. Rekruitmen Pekerja-------------------------------------------------------- 52

4.8. Status Pekerja Bangunan-------------------------------------------------- 53

4.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri ----------------------------------------- 54

4.10. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri -------------------- 55

4.11. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------ 56

4.12. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja ----------------------------------- 57

4.13 Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja --------------------- 58

4.14. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja ------------------ 59

4.15 Pengaruh Rekuitmen terhadap Kecelakaan Kerja --------------------- 59

4.16. Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja ---------------- 60

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 14: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kerangka Konsep Penelitian----------------------------------------------- 9

4.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------ 47

4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------ 48

4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja -------------------- 49

4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ----------------- 50

4.5. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------ 51

4.6. Rekruitmen Pekerja-------------------------------------------------------- 52

4.7. Status Pekerja Bangunan-------------------------------------------------- 53

4.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri ----------------------------------------- 54

4.9. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri -------------------- 55

4.10. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------ 56

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 15: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pelatihan K3 terhadap Kecelakaan ----------------------------------------------------------------- 88

2. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan------------------------------------------------------- 89

3. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan------------------------------------------------------------------ 90

4. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan ------------------------------------------------- 91

5. Kuesioner ------------------------------------------------------------------- 92

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 16: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan

pertanian ke industri hilir mengakibatkan meningkatnya pembangunan infrastruktur

seperti pengembangan daya dukung jalan, industri konstruksi perkantoran,

permukiman, perdagangan, pergudangan serta konstruksi pabrik. Pembangunan

infrastruktur khususnya bangunan bertingkat pada hakekatnya merupakan unsur

penting dalam usaha pengembangan pembangunan nasional. Dalam rangka

menyediakan bangunan konstruksi yang layak dan berkualitas, selalu terdapat

beberapa hambatan seperti kebutuhan modal, lahan yang sesuai peruntukan,

konsultan perencana, kontraktor yang melibatkan banyak pekerja bangunan

konstruksi, kepala tukang, tukang, dan kenek).

Perusahaan kontraktor berupaya menyelesaikan kontrak kerjanya sesuai

bestek (gambar dan perhitungan bangunan rencana) selalu dengan melibatkan banyak

pekerja bangunan. Pekerja bangunan yang sedang melakukan kegiatan pembangunan

tidak terlepas dari berbagai rintangan (resiko) seperti tidak dibayarnya upah,

penundaan pembayaran upah, dan kecelakaan kerja. Banyak pekerja bangunan yang

mengalami kecelakaan yang diakibatkan kelalaian kerja, dan beberapa diantaranya

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 17: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

diakibatkan kurangnya pengetahuan serta tidak dilengkapinya alat pelindung diri

dalam bekerja.

Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan bidang konstruksi, telah

melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah

tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan

pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis

seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan

Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan

penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi yang akan

dilaksanakan pada hari ini. Selain itu beberapa kebijakan umum pemerintah yang

dituangkan di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

Keselamatan dan Kesehatan pada Bidang peraturan pemerintahan. Keppres 80 Tahun

1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan pemerintahannya. Keppres 80 Tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Badan

Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).

Kota Medan yang berbenah diri dengan pengembangan infrastruktur

khususnya bangunan perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, apartemen,

permukiman, serta pusat-pusat hiburan. Beberapa pembangunan hotel bertingkat

tinggi yang sedang dilakukan di Kota Medan adalah, Hotel JW Marriot, Hotel Grand

Antares.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 18: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Beberapa kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja bangunan antara

lain seorang pekerja bangunan terjatuh saat bekerja membangun Kantor Pemerintah

Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, sehingga mengakibatkan kematian

(Sinar Indonesia Baru, 2008). Seorang buruh bangunan Jawa Barat Tewas terjatuh

dari lantai 8 Hotel JW Marriot Medan di duga karena di lokasi itu tidak tersedia

sistem keamanan dan keselamatan kerja yang baik. Sebelum kejadian ini ada juga

buruh bangunan yang tewas terjatuh sekira bulan Juni-Juli 2007, tapi bukan karena

terjatuh melainkan tertimpa kayu. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun

karena lukanya cukup serius, buruh itu akhirnya tewas (Admin, 2007). Korban

kecelakaan kerja lainnya adalah korban kecelakaan kerja yang menjalani proses

visum di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan antara lain, kasus tewasnya dua karyawan

PT. ACA di Pasar III, Desa Marindal, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli

Serdang. Kedua tewas menyusul terjadinya ledakan tabung gas di perusahaan

tersebut (Admin, 2007). Renovasi bangunan tua yang diperkirakan berusia 100 tahun

lebih, memakan jiwa. Bangunan di jalan Halat, Medan ini ambruk dan menimpa lima

pekerja. Satu tewas dan empat luka-luka. Pekerja ini tengah bekerja bersama

rekannya di sisi kanan bangunan yang memiliki tembok setinggi 9.5 meter, namun

tiba-tiba tembok itu ambruk dan menimpa mereka. Pekerja yang tewas akibat luka

parah di kepala. Sedangkan pekerja lainnya mengalami luka ringan di kaki, tangan

dan kepala (Karo-karo, 2007).

Kecelakaan kerja lainnya adalah seorang pekerja bangunan tewas seketika dan

satu orang lagi kritis akibat tersengat arus listrik di Jalan Pasar III Kecamatan Medan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 19: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Timur. Diduga kecelakaan tersebut akibat kelalaian keduanya saat bekerja, sebab

kedua pekerja ini tidak dilengkapi alat penunjang kerja yang memadai ketika

melakukan pemasangan canopy di lantai dua yang dilintasi oleh kabel listrik

berkekuatan tinggi.

Selanjutnya, dua korban tewas akibat ledakan tabung gas milik PT. AK

di Jalan. Pertahanan Pasar V, Desa Patumbak II, Kecamatan Patumbak, Kab. Deli

Serdang. Serta kasus tewasnya dua anggota Badan SAR Nasional diduga akibat

terhirup asap genset (Admin, 2007). Kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat

menurut dilaksanakannya upaya kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat

menuntut manejer hingga pada buruh bangunan harian, baik pekerja bangunan

dengan status pekerja tetap, pekerja borongan, maupun pekerja lepas harian.

Masih tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di tempat

kegiatan konstruksi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja,

diperlukan upaya-upaya ke depan untuk mewujudkan tercapainya “Zero accident”

di tempat kegiatan konstruksi. Pengguna jasa yang dalam hal ini adalah para kepala

satker/pemimpin pelaksana/pemilik bangunan selaku penanggung jawab langsung

pelaksanaan konstruksi di lapangan, menempati posisi kunci dalam penerapan sistem

manajemen kesehatan dan kecelakaan kerja (K3) pada kegiatan konstruksi. Maka

untuk dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada pekerja

bangunan dibutuhkan suatu penelitian yang komprehensif (Badan Pembinaan

Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 20: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Hasil evaluasi atasi kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat

disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah

menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut terjadinya kegagalan

konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,

penggunaan metoda pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan

konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau

peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan

penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas

ketersediaan alat pelindung diri (APD), faktor lingkungan sosial ekonomi dan

budaya pekerja dan kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi

ketentuan mengenai K3, antara lain pemakaian alat pelindung diri kecelakaan kerja

(Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).

Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja

dibutuhkan suatu manajemen terpadu dari keselamatan kerja yang dimenej pihak

pemborong utama, sehingga setiap pekerja baik pekerja tetap maupun pemborong-

pemborong sub harus mematuhi sistem manajemen keselamatan kerja yang

ditetapkan pemborong utama.

Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan di bidang konstruksi, telah

melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah

tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan

pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 21: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan

Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan

penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi. Selain itu beberapa

kebijakan umum pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan pada bidang Konstruksi

antara lain UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan

pemerintahnya, Kepres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia,

2007).

Berdasarkan survei awal para pekerja bangunan yang membangun bangunan

hotel, secara umum telah menggunakan beberapa jenis alat pengamanan diri seperti

topi proyek, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata hitam, jaring dan pengikat tubuh

untuk pekerjaan yang berada pada ketinggian.

Untuk lebih mengetahui pengaruh penerapan SMK 3 terhadap pekerja

bangunan, maka dibutuhkan suatu penelitian komprehensif dengan judul

“Bagaimanakah Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan

di Kota Medan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan besar jumlah pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan

kerja pada saat melaksanakan pekerjaannya, serta latar belakang penelitian di atas,

maka permasalahan penelitian ini adalah:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 22: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

1. Upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja

pada Pekerja Bangunan di Kota Medan.

2. Bagaimana Pengaruh Pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja.

3. Bagaimana Pengaruh Rekruitment terhadap kecelakaan kerja.

4. Bagaimana Pengaruh Status Pekerja terhadap kecelakaan kerja.

5. Bagaimana Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap kecelakaan kerja.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian maka tujuan

penelitian ini adalah, untuk mengkaji upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk

mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melihat hubungan karakteristik pekerja bangunan dengan pencegahan

kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.

2. Untuk melihat bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan pada

pekerja bangunan.

3. Untuk melihat bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan pada

pekerja bangunan.

4. Untuk melihat bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan pada

pekerja bangunan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 23: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

5. Untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap

kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah manfaat untuk:

1. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana

ilmu pengetahuan tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja

bangunan di Kota Medan.

2. Masyarakat, sebagai informasi tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja

pada pekerja bangunan di Kota Medan.

3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan tentang

upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan.

1.5. Kerangka Konsep Penelitian

Pembangunan konstruksi disadari sangat dibutuhkan dalam menggerakkan

roda perekonomian, di mana kegiatan perkembangan ekonomi akan menjadi

berkembang baik jika didukung dengan sarana prasarana yang baik.

Pembangunan konstruksi selain terkait dengan besarnya modal, investor,

lahan, bahan baku juga sangat dipengaruhi sumberdaya manusia yang

melaksanakannya. Di mana pelaksanaan tersebut akan banyak merekrut tenaga kerja

mulai dari studi kelayakan konstruksi, design engineering detail (DED), kontrak

kerja, pelaksana lapangan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 24: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pelaksana lapangan yang sering juga disebut dengan pekerja bangunan

meliputi site manajer, supervisi, mandor, kepala tukang, tukang, kenek serta

konsultan pengawas secara bersama bekerja untuk mewujudkan konstruksi yang

diinginkan.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut pekerja bangunan menjadi kelompok

yang sangat beresiko mengalami kecelakaan kerja. Sehingga dibutuhkan penerapan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi secara langsung akan mempengaruhi

kinerja dari pekerja bangunan tersebut.

Rekruitment

Alat Pelindung Diri

Status Pekerja

Rekruitment

Pelatihan K3

Kecelakaan Kerja (Ya/Tidak)

Alat Pelindung Diri

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 25: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas

kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat

kerja.

Menurut Suma’nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat

berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting

yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat

pekerjaan sedang dilakukan.

Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan

setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat

dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3

(Somaryanto, 2002).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 26: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien

(Sama’nur, 1992).

Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi

di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,

cacat kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan

kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

Menurut Suma’nur (1987) keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Di mana sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.

Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis

adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 27: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.

Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan

dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi

pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan

sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

Menurut Muhammad (2005) kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi

setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan

hubungan kerja.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996

disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu

pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil

tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad

melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan

operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.

Menurut Tunggal S. W (1996) tahapan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki

beberapa tahapan antara lain:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 28: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk

barang dan tanda jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana

untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus

dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.

2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi dan

pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan organisasi

yang bersangkutan manajemen organisasi juga harus menjelaskan peraturan

perundang-undangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

3. Tujuan dan Sasaran Manajemen

Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan ditetapkan oleh

organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:

a. Dapat diukur,

b. Satuan/indikator pengukuran,

c. Sasaran pencapaian,

d. Jangka waktu pencapaian.

4. Indikator Kerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan dan

kesehatan kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur

sebagai penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus

merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem manajemen K3.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 29: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang

mengakibatkan kerugian fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik

atau harta benda (property). Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak

dengan sumber energi (kinetik, kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas.

Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan

akibat dari kerja (Notoatmodjo S, 1996).

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan

yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich, 1980):

1. Ancestry dan Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,

penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerjasama, tidak

mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

2. Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada

beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:

a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,

b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

3. Unsafe actions anda unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya

mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak

aman (unsafe actions), yaitu:

a. Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa perintah,

b. Membuat alat pengaman yang bukan tugasnya,

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 30: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

c. Menjalankan mesin dengan kecepatan yang membahayakan,

d. Kurang pengetahuan dan keterampilan,

e. Tidak memakai salah satu alat pelindung diri,

f. Kesalahan memberikan peringatan atau keamanan,

g. Memakai peralatan yang rusak,

h. Menggunakan peralatan yang sesuai,

i. Mengangkat dengan cara yang salah,

j. Posisi kerja yang tidak sesuai,

k. Memperbaiki peralatan yang sedang bergerak,

l. Bekerja sambil bercanda,

m. Bekerja tidak konsentrasi,

n. Bekerja sambil merokok/makan,

o. Meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang,

p. Cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan,

q. Kelelahan dan kelesuan.

Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara

lain:

a. Mesin tidak diberi pagar pengaman,

b. Pagar pengaman tidak berfungsi,

c. Kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan,

d. Disain dan konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar,

e. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan,

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 31: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

f. Tidak ada ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,

g. Bahaya kebakaran dan ledakan,

h. Kemacetan alat/peralatan yang digunakan,

i. Pemeliharaan kebersihan di bawah standar,

j. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif (panas, bising, cahaya, tidak

memadai),

k. Cara penyimpanan yang berbahaya,

l. Tidak ada prosedur kerja,

m. Adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah terbakar,

n. Tata letak area kerja yang tidak baik.

4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh

berbagai kerugian.

5. Injuri, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/

parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh

dua faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor

manusia) yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan,

kecerobohan, ngantuk, kelelahan dan sebagainya. Menurut hasil penelitian 85 %

kecelakaan kerja terjadi karena faktor-faktor manusia. Kondisi-kondisi lingkungan

pekerjaan yang tidak aman misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau,

mesin yang terbuka, dan sebagainya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 32: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

2.2. Penyebab Kecelakaan

Terjadinya kecelakaan kerja umumnya disebabkan beberapa faktor antara lain faktor manusia, peralatan, manajemen dan lokasi kerja. Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni: (a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi

keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,

dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang

terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.

(b) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition

misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan

sebagainya.

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik

pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang

tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan

terhadap pekerja (Notoadmojo S, 1996).

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja

(kecelakaan kerja) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan,

b. Klasifikasi menurut penyebab,

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan,

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 33: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

H.W.Heinrich, 1980, mengatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja

merupakan suatu rangkaian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, antara lain:

1. Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,

penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak

mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada

beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:

a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,

b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

2. Unsafe actions an unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya

mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak

aman (unsafe actions) yaitu: mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa

perintah, membuat alat pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan mesin

dengan kecepatan yang membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan,

tidak memakai salah satu alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan

atau keamanan, memakai peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang

tidak sesuai, mengangkat dengan cara yang salah, posisi kerja yang tidak sesuai,

memperbaiki peralatan yang sedang bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja

tidak konsentrasi, bekerja sambil merokok/makan, meminum minuman keras dan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 34: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

obat-obatan terlarang, cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan

kelesuan.

3. Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara

lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,

kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan

konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak

memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,

bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang digunakan,

pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan yang tidak

kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan yang

berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah

terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.

4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh

berbagai kerugian.

5. Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/

parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

2.3. Perusahaan Konstruksi

Perusahaan konstruksi secara umum dikenal sebagai perusahaan yang

bergerak dalam bidang konstruksi bangunan, tower, jembatan, dermaga, lapangan

terbang dan sebagainya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 35: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pengertian perusahaan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

perusahaan adalah: “Setiap bentuk usaha yang menjalanan setiap jenis usaha yang

bersifat tetap dan terus menerus, bekerja serta berkedudukan di wilayah Indonesia

dengan tujuan utama mencari keuntungan. Pengertian lainnya tentang perusahaan

termaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.

150/MEN/2000 memberikan batasan perusahaan sebagai berikut “Perusahaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari

keuntungan atau tidak, (b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak

berbentuk perusahaan tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain

dengan membayar upah, kecuali usaha-usaha sosial yang pembiayaannya tergantung

subsidi pihak lain dan lembaga-lembaga sosial milik lembaga diplomatik.

Demikian halnya perusahaan konstruksi merupakan suatu perusahaan yang

bergerak dalam biang konstruksi. Konstruksi menurut Dipohusudo (1996) merupakan

upaya pembangunan yang tidak hanya ditekankan pada pelaksanaan pembangunan

fisiknya saja, tetapi juga mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap

sehingga dapat dioperasikan sesuai dengan tujuannya. Jenis-jenis perusahaan Jasa

Konstruksi terdiri dari beberapa perusahaan antara lain (1) perumahan untuk tempat

tinggal; (2) gedung perkantoran berlantai banyak; (3) bangunan industri;

(4) jembatan; (5) jalan; (6) lapangan terbang (7) pelabuhan (8) kilang minyak dan

sebagainya. Berdasarkan hal-hal di atas maka perusahaan jasa konstruksi dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 36: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

1. Perusahaan konstruksi rancang bangun

Konstruksi rancang bangun meliputi konstruksi bangunan gedung, jembatan jalan,

bangunan air, lapangan terbang dan sebagainya.

2. Perusahaan konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin

Konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin. Pemasangan

peralatan listrik meliputi instalasi penerangan, instalasi tenaga listrik, instalasi

telepon, pemasangan peralatan-peralatan mesin meliputi pintu-pintu air dan

katub-katub, saringan-saringan, tangki-tangki bahan/bakar air/gas dan

sebagainya.

3. Perusahaan konstruksi pengadaan barang

Konstruksi pengadaan barang yaitu konstruksi baik sebagian maupun seluruhnya

yang berhubungan dengan pengadaan (a) peralatan kerja (b) peralatan listrik

(c) peralatan mesin (c) peralatan laboratorium, (e) bahan bangunan.

4. Perusahaan konstruksi jasa

Konstruksi jasa yaitu konstruksi baik sebagian atau seluruhnya yang berhubungan

dengan bantuan-bantuan, nasehat-nasehat, rancangan-rancangan pemasangan

peralatan-peralatan dan sebagainya.

Bush (1983) membagi atau mengelompokkan industri menjadi 3 (tiga)

golongan besar, yaitu:

1. Konstruksi perteknikan yang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (a) konstruksi

jalan raya, misalnya penggalian, pengerasan jalan, jembatan dan sebagainya;

(b) konstruksi berat misalnya pembuatan bendungan, saluran air dan sebagainya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 37: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

2. Konstruksi industri, misalnya: pembuatan kilang minyak, peleburan biji besar dan

sebagainya.

3. Konstruksi bangunan, misalnya bangunan pabrik, tempat tinggal, gedung dan

sebagainya.

2.4. Pekerja Bangunan

Beberapa peristilahan mengenai tenaga kerja dipengaruhi oleh posisi dan

tempat tenaga kerja tersebut bekerja. Misalnya ada yang menyebut buruh, karyawan

atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua

peristilahan tersebut adalah sama, yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan

mendapat upah sebagai imbalannya. Maka berdasarkan rumusan tersebut, maka

yang dimaksud dengan tenaga kerja (pekerja/karyawan/buruh/buruh atau pegawai itu

mencakup pegawai swasta maupun pegawai negeri (Sipil dan Militer) (Prinst, 1994).

Maimun (2004) berpendapat pekerja/buruh dewasa (biasa disebut pekerja/

buruh) adalah tiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain. Di mana dalam definisi tersebut dua unsur yaitu unsur orang yang

bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Selanjutnya Maimun (2004) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pengertian tenaga kerja

mencakup pekerja/buruh, pegawai negeri, tentara, orang yang sedang mencari

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 38: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

pekerjaan, orang-orang yang berprofesi bebas seperti pengacara, dokter, pedagang,

penjahit dan lain-lain.

Menurut Anwar (1991) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna

menghasilkan barang-barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pengertian ini sangat luas karena meliputi juga pegawai negeri yang bekerja pada

Instansi pemerintah yang dilindungi undang-undangan kepegawaian. Sedangkan

buruh adalah pekerja di suatu perusahaan, dan dalam melakukan pekerjaannya harus

tunduk pada perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan)

yang bertanggung jawab dalam lingkungan perusahaannya, dan buruh/pekerja akan

memperoleh upah serta jaminan hidup lainnya yang wajar dari pengusaha (majikan).

Menurut Suprihanto (1986) tenaga kerja terbagi 2 jenis, yaitu: angkatan kerja

(labour force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang

bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan

angkatan kerja masih dibagi lagi yaitu golongan yang bersekolah, golongan yang

mengurus rumah tangga dan golongan yang lain atau penerima pendapatan atau

kelompok potensial alboruf force.

Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang

bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseroan,

pengusaha, dan hukum atau ada lainya, dan atas jasa dalam bekerja yang

bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, dengan kata lain

tenaga kerja disebut sebagai pekerja/buruh bila ia melakukan pekerjaan di dalam

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 39: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

hubungan kerja dan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja yang bekerja di bawah perintah orang lain

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak di dalam

hubungan kerja seperti tukang semir sepatu, bukan merupakan pekerja (Maimun,

2004).

Dalam Undang-Undang No. 33/1947 tentang Kecelakaan Kerja dan Undang-

Undang No. 2/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja memperluas pengertian

pekerja/buruh, sehingga meliputi:

1). Magang, murid dan sebagainya yang bekerja pada perusahaan yang diwajibkan

memberikan tunjangan dalam hal mereka menerima upah.

2). Mereka yang memborong pekerjaan yang dikerjakan di perusahaan yang

diwajibkan memberikan tunjangan kecuali jika mereka yang memborong

pekerjaan itu sendiri yang menjalankan perusahaan yang diwajibkan memberi

tunjangan.

3). Mereka yang bekerja pada seorang yang memborongkan pekerjaan yang biasanya

dikerjakan di perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan. Mereka itu

dianggap bekerja di perusahaan majikannya yang memborongkan itu sendiri

(menjalankan suatu perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan dalam

mana pekerjaan yang diborongkan itu dikerjakan).

4). Orang hukuman yang bekerja di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan,

tetapi mereka tidak berhak mendapat ganti kerugian karena kecelakaan selama

mereka menjalani hukuman.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 40: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Keperawatan. 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

di tempat kerja, menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan sangat sering mengalami kecelakaan

seperti terjatuh, tertimpa, terpeleset, terpotong, tertusuk oleh material bangunan, hal

ini disebabkan beberapa hal, yaitu:

1). Kurangnya pelatihan bangunan sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya

sering mengalami kendala.

2). Besar kecilnya pendapatan pekerja akan mempengaruhi ketenangan pekerja

dalam bekerja.

3). Sistem perekrutan pekerja bangunan tersebut, yang selalu mengutamakan

jumlah dibandingkan kualitas pekerja bangunan.

4). Lamanya jam kerja, akan berpengaruh dengan tingkat keletihan dari pekerja

tersebut.

5). Status pekerja bangunan yang kurang menjalani keberadaan pekerjaan tersebut,

sehingga banyak pekerja yang diberhentikan tanpa melalui prosedur yang layak.

6). Minimnya pengadaan keselamatan, dan kesehatan kerja pekerja bangunan,

sehingga pekerja tidak terbebas dari kecelakaan kerja.

7). Pengetahuan pekerja sangat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan

tugasnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 41: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

8). Banyaknya jumlah anggota akan mempengaruhi pekerja, karena pekerja

tersebut harus membiayai anggota keluarga.

9). Peralatan yang digunakan, di mana semakin baik peralatan yang digunakan

maka kecelakaan kerja juga akan semakin kecil.

10). Lancarnya penggajian, semakin lancar penggajian (tanpa penundaan gajian)

akan memberikan perasaan tenang bagi pekerja bangunan, lokasi tempat

bekerja, akan memberikan konstribusi pada keselamatan kerja, di mana pekerja

yang bekerja di tempat ketinggian selayaknya lebih ditingkatkan keselamatan

kerjanya, sistem komunikasi pekerjaan, sistem penggajian, jarak rumah dengan

proyek.

2.5. Aspek Sosial Ekonomi

Suatu pembangunan sering dipadang sebagai proses multi dimensional dari

berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek

budaya, aspek teknis dan aspek administrasif.

Namun dalam kenyataannya beberapa aspek tersebut, sering sekali diabaikan

sehingga setelah kegiatan dilakukan secara langsung membawa dampak negatif

terhadap kegiatan tersebut, aspek tersebut antara lain aspek sosial, aspek budaya

(Soemarwoto, 1997).

Salim (1995) mengatakan bahwa dalam kegiatan pembangunan

meningkatkan gerak mobilitas sehingga dapat mempermudah kelompok masyarakat

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 42: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

berhubungan satu dengan yang lain, bahkan kadang-kadang bisa berbenturan dengan

kelompok lainnya, sehingga dapat mengakibatkan nilai-nilai sosial satu dengan yang

lainnya menjadi berbeda. Dalam keadaan ini timbullah ketidakseimbangan

(disequilibrium) dalam sistem nilai sosial.

Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia No. 51 Tahun 1993 jo Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. Kep.14/MENHEL/3/1994, yang

perlu mendapat perhatian dalam analisis dampak sosial ekonomi adalah:

1. Karakteristik demografis (struktur, dinamikan, mobilitas, kepadatan, dan lain-

lain),

2. Kesempatan kerja dan berusaha,

3. Pola pemikiran dan penguasaan sumber daya alam,

4. Tinkat pendapatan penduduk,

5. Sarana dan prasarana perekonomian (lembaga perbankan, pasar pusat

perbelanjaan, pelabuhan/terminal, jalan dan lain-lain),

6. Pola pemanfaatan sumber daya.

Pembangunan dengan tujuan pengembangan ekonomi serta menciptakan

perubahan kearah yang lebih baik untuk mengejar ketertinggalan suatu daerah

dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengaruh sosial ekonomi yang cenderung

mengarah negatif akan memberikan pengaruh lain bagi keberlangsungan kegiatan

pembangunan tersebut, itulah sebabnya dalam mengendalikan dampak suatu kegiatan

harus dengan melibatkan masyarakat di sekitar proyek tersebut, karena secara

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 43: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

keseluruhan tujuan dari pembangunan adalah untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat (Salim, 1988).

Kegiatan pembangunan cenderung menimbulkan pengaruh terhap lingkungan

hidup, antara keselarasan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Namun

pembangunan mutlak diperlukan dalam mengembangkan kemampuan bertahap hidup

manusia, sehingga manusia tidak akan pernah terlepas dari pembangunan (Salim,

1988).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yang memberikan arti bahwa

kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun

spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman batin, yang

dimungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat serta

kewajiban manusia sesuai Pancasila.

Menurut Soeratmo (1991) komponen lingkungan sosial ekonomi yang

dianggap penting untuk diketahui:

1. Pola perkembangan penduduk (jumlah, umur, perbandingan kelamin dan lain

sebagainya). Pola perkembangan penduduk pada masa-masa yang lalu sampai

sekarang perlu diketahui.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 44: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

2. Pola perpindahan erat hubungannya dengan perkembangan penduduk, pola

perpindahan antara lain: perpindahan keluar masuk ke satu daerah secara umum,

serta pola perpindahan musiman dan tetap.

3. Pola perkembangan ekonomi, pola perkembangan ekonomi masyarakat erat

hubungannya pula dengan perkembangan penduduk, perpindahan, keadaan

sumber daya alam yang tersedia.

Soeratmo (1991) menjelaskan dalam memilih komponen-komponen tersebut

pula diprioritaskan komponen-komponen yang merupakan komponen kritis atau

sangat penting dalam menentukan kehidupan masyarakat setempat komponen

lingkungan sosial ekonomi kritis khususnya untuk negara berkembang antara lain:

a. Penyerapan tenaga kerja,

b. Berkembangnya struktur ekonomi,

c. Peningkatan pendapatan masyarakat,

d. Perubahan lapangan pekerjaan.

Kesehatan masyarakat dan masalah sumber daya yang sangat langka dan serta

sangat dibutuhkan masyarakat.

Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penting karena faktor

tersebut mengemukakan aspek khusus dari lingkungan manusia dan perubahan paling

kritis yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan

pembangunan yang sering mengakibatkan perubahan aspek fisik dan biologis akan

memberikan dampak pada aspek sosial. Perubahan yang terjadi pada aspek sosial dari

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 45: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

suatu pembangunan secara simultan akan diperkuat oleh perubahan yang terjadi pada

aspek-aspek fisik dan biologis (Pelly, 1991).

Selanjutnya kerangka pemikiran utama terhadap dampak sosial harus

dilaksanakan dengan membandingkan antara keadaan masa kini dan masa mendatang

dengan memperhitungkan:

a. Jika pembangunan dilakukan,

b. Jika kegiatan tidak dilakukan.

c. Bagaimana masa depan lebih baik dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan

(Pelly, 1991).

Menurut Mun dalam Fandeli (1992) cara pendugaan dampak komponen sosial

ekonomi dapat diklasifikasikan atas dasar dua kelompok, yaitu kelompok ekstrapolasi

dan kelompok normative. Kedua kelompok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kelompok ekstrapolasi yang dasarnya melakukan pendugaan yang didasarkan

pada kondisi masa yang lalu masa kini secara konsisten. Adanya dampak sosial

ekonomi dalam kurun waktu tertentu akan dapat dipergunakan untuk

memperkirakan kondisi yang akan datang secara linier atas dasar trend yang ada.

2. Kelompok Normative merupakan metode yang dilakanakan dengan cara

menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih dahulu, kemudian untuk

mencapai sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap perubahan kondisi sosial

ekonomi, pada saat ini dan waktu-waktu mendatang hingga kurun waktu yang

ditentukan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 46: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

2.6. Aspek Sosial Budaya

Pembangunan di tengah masyarakat yang telah berkembang secara umum

akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan perikehidupan masyarakat.

Keadaan ini secara lambat laun akan menghasilkan persesuaian budaya masyarakat

setempat dengan budaya pendatang, namun sering sekali budaya setempat tidak

mampu menyerap budaya yang datang.

Kemampuan suatu budaya untuk mempengaruhi budaya lainnya sangat

tergantung dari keluwesan budaya tersebut menyesuaikan dengan keadaan

lingkungannya. Budaya yang demikian akan bertumbuh kembang dan mempengaruhi

pola kehidupan masyarakat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut. Untuk

membuktikan besarnya pengaruh aspek sosial budaya terhadap laju pembangunan

masih sering dilupakan, sehingga aspek sosial budaya tersebut sering tidak diteliti

(Koentjaraningrat, 2000).

Soeratmo (1991) mengemukakan bahwa pengaruh sosial budaya terhadap

pembangunan masih sangat jarang dilakukan dengan prinsip analisis dampak dan

pendugaan dampaknya. Kenyataannya dampai sosial ekonomi akan terasa nyata, jika

dampak sosial budaya terasa lebih dahulu, di samping itu sering dijumpai dampak

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 47: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

suatu aktivitas proyek pada aspek sosial ekonomi tetapi negatif pada aspek sosial

budaya atau keadaan sebaliknya.

Dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan di Indonesia

mengisyaratkan secara nyata perlunya mempertimbangkan faktor adat-istiadat, tata

cara interaksi keanekaragaman tata nilai dan norma yang berkembang ditengah-

tengah masyarakat, maka dalam pembangunan kebudayaan masyarakat di sekitar

areal pembangunan harus menjadi acuan dalam pelaksanaan (Fandeli, 1992).

Berdasarkan Pedoman Penyusunan AMDAL di Indonesia menyebutkan

bahwa pengaruh pembangunan industri terhadap lingkungan sosial budaya adalah:

1. Keadaan struktur penduduk termasuk jumlah kepadatan penduduk termasuk

jumlah kepadatan, keanekaragaman penduduk, serta pola mobilitas penduduk.

2. Perikehidupan sehari-hari, adat-istiadat, tata cara interaksi keanekaragaman tata

nilai dan norma.

3. Sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungannya dan kehidupan lingkungannya.

4. Distribusi kekuasaan, sistem stratifikasi sosial, diversikan dalam masyarakat.

5. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.

6. Sejarah budaya yang patut dipelihara.

7. Keadaan dan sistem kekuasaan (Soeratno, 1991).

Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat harus menjadi pertimbangan

lainnya untuk mewujudkan suatu pembangunan bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu

dalam bidang analisis mengenai dampak lingkungan selalu dimintakan pendapat dan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 48: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

pandangan-pandangan lembaga swadaya masyarakat (organisasi masyarakat) untuk

mencarikan solusi yang baik dan dapat diterima berbagai pihak dalam pelaksanaan

pembangunan tersebut (Soeratmo, 1991).

Selaras dengan pendapat Salim, Koetjaraningrat (2000) mengatakan bahwa

unsur kebudayaan dapat ditinjau dari: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,

sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi

dan kesenian.

2.7. Rekruitmen

Rekruitmen pekerja merupakan pintu gerbang dalam peningkatan

keberhasilan suatu perusahaan, perusahaan akan mendapatkan para staf dan pekerja

yang handal dan mampu berproduksi optimal, jika rekruitmen pekerja tersebut sesuai

dengan yang dibutuhkan, penempatan pekerja tersebut disesuaikan dengan keahlian

masing-masing.

Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa rekruitmen adalah suatu sistem

penjaringan/pemilihan tenaga kerja dengan tujuan untuk mendapatkan tenaga kerja

yang sesuai dengan yang diinginkan, dengan mempertimbangkan harapan perusahaan

terhadap pekerja yang akan direkrut. Selanjutnya Simamora (1995) mengatakan

bahwa rekruitmen adalah tingkat persyaratan minimum yang dapat dipenuhi oleh

pekerja terhadap keinginan perusahaan untuk dapat diterima sebagai bagian dari

perusahaan yang merekrutnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 49: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

2.8. Status Pekerja

Status pekerja secara umum didefinisikan adalah sebagai kedudukan dan

posisi seseorang dalam suatu sistem organisasi perusahaan. Status seseorang menjadi

unsur penting dalam penentuan keterlibatannya dalam menumbuh kembangkan

organisasi yang dimasukinya.

Status pekerja selalu mempengaruhi seseorang dalam mencarikan solusi

dalam suatu kegiatan perusahaan, serta mampu membangkitkan perasaan nyaman

bagi pekerja yang telah mengetahui statusnya, serta mengakibatkan ketidak

nyamanan bagi pekerja lainnya.

Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa status pekerja dalam bekerja sangat

terkait erat kemampuannya dalam meningkatkan kinerja pekerjaannya, serta dapat

memberikan perasaan nyaman bagi pekerja tersebut.

2.9. Pelatihan

Program pelatihan bagi tenaga kerja diusahakan agar tenaga kerja mendengar,

memahami dan menghayati pekerjaannya dalam usaha untuk menaikkan kinerja serta

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam usaha menanamkan

kesadaran dan pemahaman cara kerja yang aman, sehat dan selamat. Pelatihan ini

dapat dilakukan berupa kursus, ceramah, diskusi, pemutaran slide, bulletin atau

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 50: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

majalah dan dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar perusahaan, bekerjasama

dengan lembaga dan instansi terkait lainnya.

Pelatihan yang diterima pekerja harus dapat diimplementasikan dalam sistem

kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat menghasilkan produk yang lebih baik

dari sebelumnya, serta mampu lebih meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja

para pekerja.

2.10. Alat Pelindung Diri

Menurut Suma’mur (1992) alat pelindung diri merupakan cara terakhir yang harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain tidak mungkin dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja hendaknya dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan akibat negatif terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainnya tidak dapat diefektifkan maka alat pelindung dirilah yang akan dilakukan.

Alat pelindung diri yang sering digunakan antara lain: 1. Helmet, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau

menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat,

2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah

kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan,

3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan dan

pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta

memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh

sinar las maka sarung tangan terbuat dari kulit,

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 51: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4. Masker, untuk melindungi wajah dari pengaruh sinar pada waktu bekerja,

5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.

Menurut Sama’mur (1986) syarat-syarat alat pelindung diri yang dipergunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,

2. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan

tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat

pelindung tersebut didesain,

4. Harus tahan lama,

5. Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,

6. Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai

standar.

2.11. Pengawasan

Yang dimaksud dengan pengawasan pada hakekatnya adalah suatu pembinaan

dengan kegiatan memeriksa, mengukur, mengevaluasi, dan menetapkan tindak lanjut

dari hasil pelaksanaan suatu fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Pengawasan

harus dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3

untuk mengetahui sampai berapa jauh penerapan K3 di unit kerja dengan obyek

pemeriksaan antara lain (1) kebersihan lingkungan kerja, (2) keadaan atau kondisi

yang dapat membahayakan, (3) sikap yang dapat membahayakan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 52: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Secara umum pengawasan dapat dilakuakan oleh pihak internal perusahaan

dan pengawasan yang dilakukan eksternal oleh pemerintah. Pengawasan internal

perusahaan ditujukan sejauhmana program-program K3 yang telah ditetapkan dapat

dilaksanakan. Sedangkan pengawasan eksternal oleh pemerintah ditujukan kepada

aturan perundang-undangan yang telah dilaksanakan perusahaan bersangkutan.

Pengawasan dalam arti lain merupakan pembinaan menurut peraturan

perundang-undangan yang perlu diketahui dan dilaksanakan di bidang keselamatan

dan kesehatan kerja, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pembinaan Operasional

Agar semua program dapat dilaksanakan maka diperlukan berbagai kegiatan yang

harus diikuti antara lain:

a. Jadwal waktu pelaksanaan suatu program apakah harian, mingguan, bulanan

atau tahunan,

b. Urutan prioritas pencapaian sasaran program,

c. Ukuran atau standar apa saja digunakan untuk mengukur dan menilai

keberhasilan pelaksanaan program,

d. Siapa penanggung jawab pelaksanaan program apakah perorangan anggota

P2K3 atau unit kerja tertentu,

e. Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu program,

f. Sumber dan besar biaya yang diperlukan.

2. Pembinaan Administratif

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 53: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Untuk memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3 maka perlu dilengkapi

dengan berbagai contoh bentuk blanko atau isian, antara lain:

a. Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat diperinci menjadi bulanan

dan mingguan,

b. Daftar akte izin dan pemeriksaan,

c. Data proses produksi,

d. Daftar alat-alat pelindung diri.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 54: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan metode

analitik. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan pengamatan

yang dibantu dengan kuesioner dan wawancara.

3.2. Tempat dan Waktu

3.2.1. Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan pada perusahaan X di Kota Medan ibukota

Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan memilih tempat penelitian adalah:

a. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota

terbesar ketiga di Indonesia.

b. Tingginya tingkat pertumbuhan infrastruktur kota, terutama bangunan bertingkat

banyak.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini akan membutuhkan waktu selama 6 bulan dimulai Januari 2008

hingga bulan Juni 2008. Penelitian dimulai dengan persiapan penelitian survey awal

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 55: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data melalui

pengamatan/wawancara/kuesioner analisis data serta penulisan tesis.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan

X sebanyak 100 orang.

3.3.2. Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan totaling sample, yaitu seluruh populasi

menjadi sampel. Sehingga sampel penelitian adalah sebanyak 100 responden.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah:

a. Pelatihan K3,

b. Status Pekerja,

c. Rekruitmen,

d. Alat Pelindung Diri.

3.5. Aspek Pengukuran

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 56: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Untuk variabel Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekuitment, Alat Pelindung Diri

diberikan pertanyaan. Dengan kategori jawaban ada atau tidak atau ya atau tidak,

masing-masing pertanyaan diberi skor. Untuk jawaban ada/ya/berpengalaman

diberikan nilai 2 dan untuk jawaban tidak diberi skor 1.

3.6. Definisi Operasional

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka diambil definisi operasional

dari variabel adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan adalah kegiatan pelatihan K3 yang pernah diikuti oleh pekerja bangunan

selama proses pembangunan bangunan.

2. Status pekerja adalah status pekerja dalam bekerja dalam pembangunan

bangunan.

3. Sistem rekruitmen adalah cara dan prosedur perekrutan pekerja bangunan

berdasarkan ada tidaknya pengalaman pekerja.

4. Alat pelindung diri adalah alat yang selalu dipakai pekerja guna mencegah

terjadinya kecelakaan kerja.

5. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh pekerja pada saat bekerja.

3.7. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 57: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

a. Tahap awal

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengamatan dan survey awal terhadap

beberapa lokasi tempat pekerja bangunan bekerja, sehingga diperoleh masukan

data-data awal tentang keberadaan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk

pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di lokasi pembangunan konstruksi,

pengumpulan bahan-bahan literatur serta penelitian-penelitian terdahulu,

selanjutnya mengadakan persiapan penelitian dan seminar untuk mendapatkan

informasi serta penilaian kelayakan penelitian.

b. Tahap Menjalin Komunikasi

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

1. Melaksanakan pendekatan intensif dengan pada pekerja bangunan secara

langsung di lapangan.

2. Mendata seluruh peralatan yang digunakan para pekerja bangunan dalam

melakukan kegiatan konstruksi di lokasi dan di sekitar proyek konstruksi.

3. Mengikuti jalur lintasan bahan baku sampai ke lokasi proyek konstruksi.

c. Tahap Penelitian Secara Umum

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

3. Memberikan penerapan tentang kegunaan dan tata cara menjawab kuesioner

yang akan diberikan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 58: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4. Memberikan penerangan tentang agar tidak terjadi kecelakaan kerja kepada

pekerja bangunan.

d. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

1. Mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan, wawancara dan

pengisian kuesioner terhadap responden. Wawancara dilakukan berdasarkan

keadaan lapangan, untuk memperkaya kandungan hasil penelitian, sehingga

hal-hal yang bersifat pribadi dapat terungkap.

2. Meminta kesediaan pekerja bangunan untuk diwawancarai dan mengisi

kuesioner.

3. Membuat data base dari penelitian berupa, umur, lama bekerja, pendidikan,

domisili, jumlah keluarga, keluhan kesehatan, gangguan yang dialami, dan

pendapatan.

3.8. Analisa Data

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Chi Square dengan persamaan

(Nazir, 1998).

k ( Oi – Ei)2 X2 = ∑ ------------- i=1 Ei

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 59: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Di mana:

Oi = nilai pengamatan yang diperoleh

Ei = nilai harapan k

∑ = Jumlah kategori yang diamati

i=1

Selanjutnya persamaan tersebut dikembangkan berdasarkan koreksi Yate

untuk chi square 2 x 2 (Saleh, 1985) dengan persamaan:

n (ad – bc)2 X2 = -------------------------------- (a + b)(c + d)(a + c)(b + d)

Di mana untuk harga-harga a, b, c, d ditentukan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.1. Penentuan Harga a, b, c, d

Ya Tidak Jumlah

Ya a b ( a + b )

Tidak c d ( c + d)

Jumlah ( a + c ) ( b + d ) (a + b + c + d)

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 60: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara berada diantara 20

27’ – 20 47’ Lintang Utara serta 980 35’ – 980 44’ Bujur Timur dengan ketinggian

antara 2,5 meter – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan

di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan salah satu dari 23 kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara, Kota

Medan memiliki luas daerah sekitar 26.510 km2. Sebahagian besar Kota Medan

merupakan daerah daratan rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai

yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Luas Kota Medan menurut kecamatan sangat bervariasi, yaitu Kecamatan

Medan Labuhan 36,37 km2 (13,83%) merupakan kecamatan yang terluas sedangkan

kecamatan terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun seluas 2,98 km2 (1,12%)

seperti tertera pada Tabel 4.1.

Pada umumnya Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum berkisar

antara 23,2o C – 23,3o dan suhu maksimum berkisar antara 30,8o C – 33, 2o C.

Kelembaban udara rata-rata berkisar 84% - 85,5%. Luas Kota Medan secara

keseluruhan seluas 265, 10 km2 seperti tabel berikut:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 61: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas Area (Km2) Persen (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Medan Tuntungan

Medan Johor

Medan Amplas

Medan Denai

Medan Area

Medan Kota

Medan Maimun

Medan Polonia

Medan Baru

Medan Selayang

Medan Sunggal

Medan Helvetia

Medan Petisah

Medan Barat

Medan Timur

Medan Perjuangan

Medan Tembung

Medan Deli

Medan Labuhan

Medan Marelan

Medan Belawan

20,68

14,58

11,19

9,05

5,52

5,84

2,98

9,01

5,84

12,81

15,44

13,16

5,33

6,82

7,76

4,09

7,99

20,84

36,67

23,82

26,25

7,80

5,50

4,22

3,41

2,08

2,20

1,12

3,40

2,20

4,83

5,82

4,96

2,01

2,57

2,93

1,54

3,01

7,86

13,83

8,99

9,90

Jumlah 265,10 100,0

Sumber: Medan Dalam Angka 2006

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 62: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Kecamatan terluas di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan seluas

36,67 km2 sama dengan 13,83 % dari luar seluruh Kota Medan, dan yang terkecil

adalah Kecamatan Medan Maimun dengan luas 2,98 km2 yang sama dengan 1,12 %

luas Kota Medan.

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden penelitian terdiri dari 100 orang yang berasal dari masyarakat

yang bekerja sebagai pekerja bangunan. Beberapa karakteristik dari responden, yaitu:

4.2.1. Umur

Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara < 35

tahun hingga > 50 tahun, seperti tertera pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Umur

No Umur (Tahun)

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 < 35 12 12,00

2 36 – 40 23 23,00

3 41-45 45 45.00

4 46-50 10 10.00

5 > 50 10 10.00

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 63: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Jumlah 100 100.00

12

23

45

10 10

0

10

20

30

40

50

< 35 36 – 40 41-45 46-50 > 50Tahun

Orang

Gambar 4.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan secara umum adalah

Sekolah Dasar hingga Strata-1, seperti tertera pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 SD 11 11,00

2 SLTP 42 42,00

3 SLTA 11 11,00

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 64: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4 Diploma 35 3500

5 Strata 1 1 1,00

Jumlah 100 100,0

11

42

11

35

10

10

20

30

40

50

SD SLTP SLTA Diploma Strata 1

Orang

Gambar 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

4.2.3. Lama Bekerja

Demikian halnya lama bekerja dari responden adalah sangat beragam, yaitu

antara 2 tahun hingga > 5 tahun, seperti pada Tabel 4.4.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 65: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No Lama Bekerja Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 2 tahun 12 12,00

2 3 tahun 5 5,00

3 4 tahun 38 38,00

4 5 tahun 31 31,00

5 > 5 tahun 14 14,00

Jumlah 100 100,0

12

5

38

31

14

05

10152025303540

2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun > 5tahun

Orang

Gambar 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 66: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.2.4. Jumlah Tanggungan

Komposisi responden berdasarkan jumlah tanggungan secara umum adalah

antara 1 orang hingga > 4 orang, seperti tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

No Lama Bermukim

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 2 7 7,00

2 3 10 10,00

3 4 38 38,00

4 5 31 31,00

5 > 5 14 14,00

Jumlah 100 100,0

710

38

31

14

05

10152025303540

2 3 4 5 > 5

Orang

Tahun

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 67: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Gambar 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

4.3. Pelatihan

Berdasarkan hasil kuesioner dengan para pekerja diperoleh hasil seperti tertera

pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan

No Pelatihan

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Pernah 38 38,00

2 Tidak Pernah 62 62,00

Jumlah 100 100,00

38

62

PernahTidak Pernah

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 68: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Gambar 4.5. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 69: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.4. Rekruitmen

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pekerja yang direkrut

sebahagian telah memiliki pengalaman, seperti tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rekruitmen Pekerja

No Pekerja

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Berpengalaman 64 64,00

2 Tidak Berpengalaman 36 36,00

Jumlah 100 100,0

64

36 Berpengalaman

TidakBepengalaman

Gambar 4.6. Rekruitmen Pekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 70: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.5. Status Pekerja

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa status pekerja bangunan seperti

tertera pada Tabel 4.8. berikut:

Tabel 4.8. Status Pekerja Bangunan

No Status Pekerja

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Pekerja tetap 72 72.00

2 Pekerja tidak tetap 28 28.00

Jumlah 100 100,00

72

28Pekerja tetap

Pekerja tidaktetap

Gambar 4.7. Status Pekerja Bangunan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 71: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.6. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui banyaknya para pekerja yang

menggunakan alat pelindung diri seperti pada Tabel 4.9:

Tabel 4.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri

No Penggunaan Alat Pelindung Diri

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Sangat lengkap 67 67,00

2 Lengkap 33 33,00

Jumlah 100 100,00

67

33

Sangat lengkapLengkap

Gambar 4.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh pekerja bangunan sehingga para

pekerja enggan memakai alat pelindung diri secara lengkap, seperti tertera pada tabel

berikut:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 72: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Tabel 4.10. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri

No Alasan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Tidak leluasa bekerja 18 54.55

2 Memberatkan 6 18.18

3 Pengeluaran tambahan 4 12.12

4 Status pekerja 3 9.09

5 Lokasi kerja 2 6.06

Jumlah 33 100,00

18

6

4

32

Tidak leluasabekerjaMemberatkan

Pengeluaran tambahanStatus pekerja

Lokasi kerja

Gambar 4.9. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 73: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.7. Kecelakaan Kerja

Pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sejak bekerja di dalam

proyek pembangunan bangunan yang menjadi obyek penelitian seperti tertera pada

tabel berikut:

Tabel 4.11. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan

No Pekerja

Jumlah (Responden)

Persen (%)

1 Pernah Mengalami Kecelakaan 43 43,00

2 Tidak Pernah Mengalami Kecelakaan 57 57,00

Jumlah 100 100,00

43

57

PernahMengalamiKecelakaanTidak PernahMengalamiKecelakaan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 74: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Gambar 4.10. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan

Jam kerja pekerja secara umum disesuaikan dengan jam kerja yang ditentukan

oleh Departemen Tenaga Kerja sebanyak 70 responden, sedangkan yang mengatakan

kurang sesuai sebanyak 13 responden, serta sebanyak 17 responden mengatakan jam

kerja tersebut adakalanya sesuai, dan terkadang tidak sesuai.

Upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan adalah:

Tabel 4.12. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Lokasi

No

Upaya Perusahaan X

1 Alat pelindung diri

Helm X

Sarung tangan X

Sepatu bot X

Penutup telinga -

Kaca mata las X

2 Rambu-rambu kecelakaan kerja

Pamplet X

Pemagaran sementara X

Lak ban -

3 Peralatan pemadam kebakaran

Anti api X

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 75: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Goni -

Ember X

Sumber air X

4 Peralatan P3 K

Alkohol X

Betadine/obat merah X

Plester/perban X

Tempat istirahat X

Thermos istirahat X

5 Pengawasan

Konsultan pengawas X

Pengawas kontraktor X

6 Supervisi X

Catatan: Tanda X menandakan pencegahan kecelakaan tersebut digunakan

4.8. Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen, Alat Pelindung Diri terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pengujian untuk melihat pengaruh dari pelatihan, rekruitmen, status kerja,

alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja memiliki hasil yang berbeda-beda.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 76: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4.81. Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja

Pengaruh pengarahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada

tabel berikut:

Tabel 4.13. Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah

Pelatihan K3 6 32 38

Tidak Pelatihan 37 25 62

Jumlah 43 57 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.13 yang dihitung dengan menggunakan chi

square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 22,7 (perhitungan pada

Lampiran 1) Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, α=0,05)

sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka

disimpulkan bahwa pengarahan berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan

kerja.

4.8.2. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja

Pengaruh status pekerja terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera

pada tabel berikut:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 77: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Tabel 4.14. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah

Pekerja Tetap 22 50 72

Pekerja Tidak Tetap 21 7 28

Jumlah 43 57 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 yang dihitung dengan menggunakan chi

square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 17,0 (perhitungan pada

Lampiran 2). Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, α=0,05)

sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka

disimpulkan bahwa status pekerja berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan

kerja.

4.8.3. Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja

Pengaruh rekruitmen terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada

tabel berikut:

Tabel 4.15 Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Tidak Kecelakaan

Jumlah

Berpengalaman 15 49 64

Tidak Berpengalaman 28 8 36

Jumlah 43 57 100

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 78: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Berdasarkan data pada Tabel 4.15 yang dihitung dengan menggunakan chi

square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 27,8 (perhitungan pada

lampiran 3). Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, α=0,05)

sebesar 2,706, dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka disimpulkan

bahwa rekruitmen berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan kerja.

4.8.4. Pengaruh Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan Kerja

Pengaruh pemakaian alat pelindung diri terhadap terjadinya kecelakaan kerja

seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.16. Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah

Memakai APD 22 45 67

Tidak Memakai APD 21 12 33

Jumlah 43 57 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.16 yang dihitung dengan chi square 2 x 2

diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 14,1 (perhitungan pada Lampiran 4).

Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, α=0,05) sebesar 2,706,

dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka disimpulkan bahwa

pemakaian alat pelindung diri berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan

kerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 79: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Responden

5.1.1. Umur

Umur dominan responden pada penelitian ini adalah kisaran 41-45 tahun

sebanyak 45 responden (45,00%), hal ini menunjukkan bahwa responden terdiri dari

masyarakat yang telah memiliki pengalaman hidup yang cukup, serta cukup matang

dalam menentukan pilihan.

Pada penelitian ini juga dijumpai responden dengan usia > 50 tahun sebanyak

10 responden (10,00%), serta responden dengan umur < 35 tahun sebanyak 12

responden (12,00%). Responden demikian adalah responden pendatang setelah

berkembang dan banyaknya pembangunan gedung di Kota Medan. Secara umum

umur responden berpengaruh terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan

kecelakaan kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri. Pekerja dengan usia > 45

tahun lebih taat menggunakan alat pelindung diri. Menurut Hana (1996) yang dikutip

Ikhwan (2004) menyatakan bahwa lama kerja juga terkait dengan usia seseorang.

Pada usia tertentu relatif ia sudah bekerja dalam waktu tertentu pula, usia 30-40 tahun

adalah usia peningkatan karir.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 80: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang dominan adalah tingkat pendidikan

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 42 responden (42,00%), pada

penelitian ini juga dijumpai responden dengan tingkat pendidikan strata 1 sebanyak 1

responden (1,00%) umumnya responden demikian bekerja sebagai pengawas

bangunan.

Demikian halnya pada penelitian juga dijumpai responden dengan tingkat

pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 responden (11,00%), responden yang

demikian pada umumnya adalah responden yang telah berusia > 50 tahun.

Dengan melihat keberagaman tingkat pendidikan responden penelitian maka

dapat disimpulkan bahwa responden secara pendidikan telah mewakili tingkat

pendidikan umum dari masyarakat yang menjadi responden. Pendidikan pekerja

bangunan sangat mempengaruhi upaya pencegahan kecelakaan kerja, semakin tinggi

pendidikan formal pekerja, semakin baik juga kepatuhannya dalam pencegahan

kecelakaan kerja. Menurut pendapat Kosa dan Robertson yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku kesehatan individu dipengaruhi oleh

kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan

dan kurang berdasarkan pengetahuan biologi. Pada umumnya tindakan diambilkan

berdasarkan penilaian individu berdasarkan pengetahuan umumnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 81: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pendapat lainnya adalah Ravianto (1990) menyatakan bahwa pendidikan

seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja

dan melaksanakan pekerjaannya.

5.1.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden yang dominan adalah jumlah tanggungan

sebanyak 4 orang, yaitu sebanyak 38 responden (38,00%) serta responden yang

memiliki jumlah tanggungan > 5 tahun sebanyak 14 responden (14,00%), hal ini

menunjukkan bahwa responden penelitian terdiri dari berbagai jenis jumlah

tanggungan. Jumlah tanggungan responden tidak memberikan pengaruh langsung

terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan kecelakaan kerja, hal ini dapat

dilihat bahwa pekerja yang menggunakan alat pelindung diri dan yang mengikuti

penyuluhan terdiri dari pekerja jumlah tanggungan 2 orang hingga > 5 orang.

5.1.4. Lama Bekerja

Lama bekerja responden yang dominan adalah selama 4 tahun yaitu sebanyak

38 responden (38,00%). Hal ini disebarkan semakin banyaknya pembangunan

bangunan bertingkat seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran di Kota Medan.

Selanjutnya responden dengan lama bekerja paling sedikit adalah lama

bekerja selama 3 tahun yaitu sebanyak 5 responden (5,00%), responden yang

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 82: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

demikian pada umumnya adalah responden pendatang dan bermukim di pinggiran

Kota Medan. Pekerja yang enggan menggunakan alat pelindung diri pada umumnya

adalah pekerja yang lama bekerja antara 2 – 3 tahun, sedangkan pekerja yang telah

bekerja > 3 tahun lebih menyadari perlunya menggunakan alat pelindung diri dalam

bekerja.

Menurut Dalyono yang dikutip Ikhwan (2004) menyatakan bahwa tenaga

kerja yang bekerja > 3 tahun diharapkan telah memiliki pengalaman dan keterampilan

yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang optimal dengan keamanan yang

lebih baik. Demikian halnya hasil penelitian Pandji (2001) dalam Ravianto (1990)

mengatakan bahwa tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih

terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil dan

keamanan bekerja lebih baik.

5.2. Rekruitmen

Sistem rekruitmen dari pekerja yang melamar sebagai pekerja bangunan pada

umumnya adalah melalui informasi lisan dari satu pekerja ke pekerja lain, sehingga

kualitas dan pengalaan dari pekerja tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan,

namun kualitas dan kemampuan kerjanya akan dibuktikan pada saat ianya

melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 83: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Namun bagi pekerja yang bertugas sebagai mandor, pengawas dan site

manajer secara umum memiliki latar belakang pendidikan teknik, baik yang

diperolehnya dari bangku sekolah maupun dari kursus-kursus singkat yang diikuti.

Untuk pekerjaan untuk tugas yang demikian secara umum rekruitmen dilakukan

dengan melakukan test kemampuan lapangan seperti pengenalan peralatan teknik,

penentuan campuran, teknik pemasangan cetakan beton dan sebagainya.

Para pekerja yang direkrut yang secara menjadi tanggung jawab dari pekerja

yang membawahinya, sehingga rekruitmen pekerja lebih banyak didasarkan pada

siapa yang membawa dan menjamin kemampuan pekerja tersebut. Pekerja yang

dijamini oleh pekerja yang senior akan lebih mudah menduduki posisi pekerja

sebagai tukang atau bahkan kedudukan yang lebih tinggi seperti kepala tukang atau

mandor.

Pekerja yang direkrut secara rekomendasi dari pekerja bangunan lainnya

sering membawa ekses pada pekerja yang membawanya. Setiap kesalahan dari

pekerja yang direkomendasikan akan memberikan penilaian tersendiri bagi pekerja

yang membawanya, sanksi yang diterima hanya berupa saksi moral berupa di lain

waktu tidak akan diizinkan lagi membawa teman atau keluarganya untuk bekerja

di proyek yang dikelola kontraktor dan konsultan pengawas tersebut.

Hasil penelitian terhadap kuesioner responden bahwa sistem perekrutan

pekerja secara umum adalah dengan merekrut pekerja yang telah memiliki

pengalaman sebanyak 64 responden (64%). Hal ini disebabkan sistem perekrutan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 84: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

yang mengandalkan kemampuan pekerja (pengalaman) dipandang lebih

menguntungkan untuk dipekerjakan sebagai tukang dan kepala tukang. Sehingga jika

yang direkrut itu adalah pekerja yang berpengalaman maka proses pembangunan

bangunan tersebut akan lebih lancar serta diharapkan sesuai dengan bestek dan akan

selesai tepat pada waktunya.

Namun diperoleh juga pendapat responden yang berpendapat bahwa sistem

perekrutan tersebut berasal dari pekerja yang tidak berpengalaman, yaitu pendapat

dari 36 responden (36 %), hal ini disebabkan pekerja tersebut masuk bekerja hanya

bekerja sebagai kenek (pembantu kenek).

5.3. Pelatihan

Pelatihan bagi para pekerja bangunan secara umum adalah sangat minim, hal

ini disebabkan pelatihan hanya dilakukan untuk pekerja tetap dari perusahaan pemilik

atau kontraktor/konsultan pengawas, sedang untuk pekerja bangunan seperti kenek,

tukang, kepala tukang, dan mandor sama sekali tidak pernah dilakukan pelatihan.

Keahlian dari para pekerja bangunan diperolehnya berdasarkan pengalaman bekerja

pada proyek lain yang diikutinya.

Keahlian dari seorang pekerja diperolehnya dengan cara melakukan hubungan

yang baik dengan pekerja lainnya, seperti seorang kenek tukang yang ingin belajar

menjadi tukang, maka ianya akan berusaha mendekatkan diri pada tukangnya

sehingga pada saat-saat tukang tersebut istirahat dianya diizinkan mencoba

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 85: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

menerapkan ilmu tukang yang telah dilihatnya selama membantu tukang tersebut,

namun adakalanya seorang tukang juga mengizinkan keneknya memasang batu/

memplester pasangan batu pada daerah-daerah yang tidak akan menimbulkan

kerusakan bangunan atau pada daerah yang terlindung (tidak terlihat).

Sebanyak 38 responden (38%) mengatakan bahwa pekerja bangunan tidak

pernah mengikuti pelatihan, baik yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor

tempatnya bekerja atau pelatihan teknik yang diikutinya di luar, berdasarkan hal

tersebut dapat dikatakan bahwa para pekerja bangunan memperoleh pengetahuan

tekniknya hanya dari pengalaman bekerja.

Selanjutnya sebanyak 62 responden (62%) mengatakan pernah mengikuti

pelatihan teknik, responden yang demikian adalah responden yang berasal dari

perusahaan kontraktor dan konsultan pengawas, serta pada awalnya juga berlatar

belakang pendidikan teknik sipil.

Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa pada saat tertentu pihak konsultan

pengawas adakalanya memberikan penyuluhan tentang pekerjaan yang akan

dilakukan, penyuluhan ini bebas diikuti oleh seluruh pekerja bangunan, namun karena

waktu penyuluhan umumnya dilakukan di luar jam kerja (pada jam istirahat makan

siang), sehingga sedikit sekali pekerja bangunan yang mau mengikutinya.

5.4. Status Pekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 86: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Status pekerja bangunan secara umum adalah pekerja harian lepas, yang

bekerja pada sub-sub kontraktor, sehingga secara umum pekerja akan bertanggung

jawab pada sub-sub kontraktor yang menggajinya, namun di samping itu juga ada

pekerja yang bekerja pada kontraktor utama (kontraktor pemenang tender pekerjaan),

namun jumlahnya sangat terbatas.

Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan group-group pekerja berdasarkan

borongan untuk pekerjaan tertentu, seperti pekerjaan pasangan batu bata, plesteran

batu bata, pengurungan lantai, pemasangan tegel, pekerjaan elektrikal, keseluruhan

pekerjaan tersebut akan diawasi oleh konsultan pengawas, untuk memastikan kualitas

teknik dan ketetapan waktu pembangunannya.

Pekerja bangunan lainnya adalah pemasok material bangunan, juga

dilaksanakan oleh sub kontraktor lainnya, sehingga bahan-bahan yang dinilai sesuai

spesifikasi dapat diterima dan material yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan

diterima (diganti sesuai spesifikasi). Pemasok material juga memiliki pekerja-pekerja

yang mengerti serta mengetahui tentang spesifikasi teknik bangunan, sehingga

material yang dipesan kontraktor utama atau sub kontraktor dapat dipenuhi.

Status bekerja dari pekerja bangunan secara umum terbagi dalam 2 (dua)

kategori yaitu pekerja tetap dan pekerja tidak tetap. Pekerja tetap adalah pekerja yang

digaji dan dikelola oleh kontraktor utama, sehingga pekerja ini secara umum

bertanggung jawab terhadap kontrakor utama, serta memberikan penjelasan pekerjaan

pada konsultan pengawas.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 87: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pekerja tidak tetap adalah pekerja yang melakukan pekerjaan sesuai dengan

kebutuhan kontraktor utama, sehingga pekerja tidak tetap ini dapat berupa pekerja

borongan, pekerja mingguan, pekerja dan pekerja lepas.

Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa pekerja bangunan yang bekerja

membangun bangunan bertingkat di Kota Medan secara umum (sebanyak 72 %)

merupakan pekerja tetap, yang direkrut oleh kontraktor utama dan sub kontraktor

yang menanganinya.

Namun hasil kuesioner juga menunjukkan adanya pekerja tidak tetap

sebanyak 28 responden (28,00%) pekerja ini secara umum adalah pekerja yang belum

memiliki keahlian tentang teknik bangunan, pekerja lepas ini akan digunakan jika

sub-sub kontraktor memerlukan tenaga ekstra untuk mengejar ketertinggalan jadwal

penyelesaian pekerjaannya.

5.5. Jam Kerja

Jam kerja pekerja bangunan secara umum dimulai jam 08.00-12,00 WIB, serta

jam 13.00-16.00 WIB yang jika diakumulasikan seluruhnya sebanyak 7 (tujuh) jam,

namun untuk pekerja borongan jumlah jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan

antara pekerja borongan dengan sub kontraktor yang memborongkan pekerjaan

tersebut. Sehingga jam kerja umum yang 7 jam sehari menjadi tidak berlaku, maka

jam kerja yang dilalui pekerja adalah berdasarkan selesainya pekerjaan tersebut.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 88: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Sebanyak 46 responden (46%) menyatakan jam kerja di lokasi penelitian

sangat sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja

(Depnaker) yaitu selama 7 (tujuh) jam sehari. Kontrol dari jam kerja ini dilakukan

dengan membunyikan sirene atau lonceng tanda dimulainya, istirahat, dan tanda

berakhirnya jam kerja, sehingga pekerja tidak ada yang merasa dirugikan dari segi

jam kerja. Sirene atau bunyi lonceng ini tidak berlaku pada pekerja borongan.

Namun dijumpai juga 4 responden (4,00%) pekerja bangunan yang

mengatakan jam kerja yang dialaminya sangat tidak sesuai dengan jam yang

ditetapkan oleh Depnaker, hal ini disebabkan adakalanya terdapat pekerjaan yang

gantung (tidak selesai) seperti campuran semen yang berlebih yang jika tidak

dipasang akan merusak campuran tersebut (membatu) atau coran yang terpasang

setengah tiang sehingga harus ditambahi coran untuk menyelesaikan tiang tersebut,

keadaan ini sangat dimungkinkan terjadi penambahan jam kerja sekitar 15-30 menit.

Namun penyebab lain adalah habisnya bahan material bangunan pada waktu 15-30

menit sebelum jam kerja berakhir sehingga oleh petugas sub kontraktor mengizinkan

para pekerja bangunan untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu bekerja

berakhir.

5.6. Pengawasan

Pengawasan secara umum dilakukan oleh interen kontraktor utama, sub

kontraktor serta pengawasan menyeluruh dilakukan oleh konsultan pengawasan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 89: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pengawasan sub kontraktor dilakukan oleh mandor masing-masing untuk memastikan

bahwa spesifikasi teknik telah dilakukan oleh kepala tukang/tukang masing-masing,

kegiatan ini dilakukan untuk menghindari komplain dari kontaktor utama atau

konsultan pengawas. Selanjutnya kontraktor utama juga melakukan dengan

spesifikasi teknik yang telah dirancang oleh konsultan perencana. Konsultan

pengawas akan mengawasi dan memastikan seluruh spesifikasi teknik serta jadwal

kerja telah dipenuhi oleh kontraktor utama. Konsultan pengawas akan mengevaluasi

dan memastikan seluruh spesifikasi teknik serta jadwal kerja telah dipenuhi oleh

kontraktor utama. Konsultan pengawas berhak memerintahkan kontraktor utama

untuk mengulangi pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, konsultan

pengawas dalam melakukan tugasnya sering melakukan konsultasi, teknik dengan

konsultan perencana untuk memastikan teknik konstruksi telah sesuai dengan yang

direncanakan konsultan perencana. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan

yang dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3

untuk mengetahui sampai sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut.

5.7. Prosedur Kerja

Prosedur pekerjaan secara umum dibagi berdasarkan kelompok dan jenis

pekerjaan masing-masing. Pada pekerja yang bekerja berdasarkan status pekerjaan

borongan, maka seluruh aktivitas dan prosedur pekerjaan ditentukan oleh pemborong

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 90: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

sub kontraktor tanpa mengurangi prosedur kerja yang telah ditentukan pemborong

utama.

Prosedur kerja baku yang diterapkan pemborong utama meliputi jam kerja

mulai jam 08.00 hingga jam 122.00 WIB, selanjutnya istirahat satu jam hingga jam

13.00 WIB, pada jam 13.00 WIB kembali bekerja hingga jam 16.00 WIB. Pekerja

sebelum bekerja diharuskan berganti pakaian di ruang ganti yang telah ditentukan

selanjutnya menggunakan alat pelindung diri dan melaporkan diri pada mandor

masing-masing.

Pada beberapa pekerja dilakukan brifing untuk menentukan alokasi dan target

pekerjaan yang harus diselesaikan sesuai dengan target pekerjaan, demikian halnya

saat mulai kerja setelah jam istirahat juga dilakukan pelaporan pada mandor masing-

masing untuk memastikan jumlah pekerja yang bekerja pada hari tersebut.

Sedangkan pada pekerja borongan, secara umum melakukan pekerjaannya

tidak berdasarkan prosedur yang ditetapkan pemborong utama, melainkan

disesuaikan dengan target pekerjaan yang dibebankan pada sub kontraktor tersebut,

sehingga banyak diantara pemborong sub kontraktor tersebut mulai bekerja lebih pagi

dari pekerja lain serta berhenti bekerja lebih lama dibandingkan dengan pekerja-

pekerja lainnya, serta adakalanya pekerja itu dilakukan hingga jam 24.00 WIB.

Berdasarkan pengamatan pekerjaan yang dikerjakan hingga tengah malam pada

umumnya adalah pengecoran bagian-bagian tertentu yang mengharuskan pekerjaan

itu diselesaikan secepat mungkin.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 91: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

5.8. Pencegahan Kecelakaan

Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan pada perusahaan konstruksi dapat

dibagi dalam faktor manusia dan upaya-upaya kecelakaan kerja telah dilaksanakan

oleh pemilih perusahaan melalui kontraktor utama dan konsultan pengawas, beberapa

upaya pencegahan tersebut dilakukan seperti pemakaian alat pelindung diri, rambu-

rambu kecelakaan kerja, peralatan pencegahan dan pemadam kebakaran, peralatan

pertolongan pertama pada kecelakaan.

Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan pada ketiga lokasi penelitian telah

dilengkapi antara lain alat pelindung diri, rambu-rambu kecelakaan kerja, peralatan

pemadam kebakaran, dan peralatan P3K. Pada lokasi penelitian alat pelindung diri

yang paling banyak digunakan adalah helm proyek, sedangkan kaca mata las hanya

digunakan pada area-area yang menggunakan las seperti pembuatan plafon,

pemasangan plat-plat baja, rangka canopy, maupun rangka atap. Penggunaan sarung

tangan dominan dikenakan oleh pekerja yang berhubungan dengan pembentukan besi

beton bertulang, para pekerja di bagian ini bekerja untuk membentuk/

membengkokkan besi rotan sesuai dengan kebutuhan besi untuk beton bertulang, area

lainnya adalah para pekerja yang bertugas pada bagian pengecoran batang, lantai

maupun bagian-bagian lain yang berhubungan langsung dengan campuran semen.

Peralatan untuk pemadam kebakaran secara umum terdiri dari ember dan sumber air

yang dilengkapi dengan selang.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 92: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

5.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dalam rangka untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja pihak

kontraktor utama sebelum memberikan pekerjaan kepada sub-sub kontraktor, pada

pekerjanya selalu memberikan penyuluhan tentang kegunaan dan fungsi dari alat

pelindung diri. Alat pelindung diri yang umum dikenakan pada pekerja bangunan

adalah helm pelindung kepala, sarung tangan, sepatu boot, kaca mata las.

Alat pelindung diri helm pelindung kepala digunakan menyeluruh pada

pekerja bangunan, baik yang bekerja di dalam bangunan maupun di luar bangunan,

helm pelindung kepada menjadi alat pelindung diri utama yang ditetapkan pekerja

bangunan. Alat pelindung diri sarung tangan umumnya digunakan para pekerja

pembentuk besi coran (tiang bangunan), yaitu untuk membengkokkan dan

meluruskan besi sesuai keperluan konstruksi. Adakalanya sarung tangan juga

dikenakan pekerja bangunan khususnya dibagian elektrikal.

Alat pelindung diri berupa sepatu boot secara umum digunakan oleh pekerja

yang berhubungan langsung dengan air serta campuran semen. Pekerja yang

mengerjakan campuran dapat mengakibatkan penipisan kulit kaki, bahkan pada

beberapa kejadian mengakibatkan luka-luka pada telapak kaki pekerja tersebut.

Kaca mata las secara umum hanya dikenakan oleh pekerja bangunan yang

mengerjakan bagian konstruksi las, seperti pengelasan baja profil, sambungan besi,

pembentukan besi, serta plumbing bangunan yang menggunakan bahan metal.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 93: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Berdasarkan hasil kuesioner di atas diperoleh bahwa sebanyak 67 responden

(67,00%) mengatakan selalu menggunakan alat pelindung diri dengan kategori sangat

lengkap, hal ini disebabkan perlunya perlindungan diri dalam melakukan pekerjaan

responden yang demikian pada umumnya adalah pekerjaan yang telah senior dan

berpengalaman bahkan telah penah mengalami kecelakaan kerja. Namun dijumpai

juga sebanyak 33 responden (33,00%) yang mengatakan tidak menggunakan alat

pelindung diri dalam bekerja, pekerja yang demikian pada umumnya adalah para

pekerja pemula, serta bekerja di luar gedung seperti melansir tanah timbun dari luar

ke dalam gedung.

Alat Pelindung Diri (APD) dibutuhkan untuk mengatasi bahaya yang dihadapi

pekerja pada kegiatan konstruksi dan alat pelindung diri wajib disediakan perusahaan

jasa konstruksi. Hal ini sesuai dengan standar pekerjaan umum antara lain: (1) alat

pelindung diri yang harus selalu dipakai, yaitu: (a) pelindung kepala, helm pengaman

standar bagi pekerja konstruksi yang melindungi tempurung kepala; (b) pelindung

kaki, sepatu pengaman atau sepatu boot pengaman; (c) pelindung kulit, pakaian kerja

yang cocok, (2) alat pelindung diri untuk pekerjaan khusus atau tugas yang harus

dilakukan, yaitu: (a) sarung tangan pelindung (b) respirator untuk paru-paru; (c) kaca

mata pelindung; (d) tali pengaman (safety belt); (e) pelindung telinga (Tim Pengelola

DPKK Sektor Pekerjaan Umum, 1997).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 94: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Penggunaan alat pelindung diri banyak mengalami hambatan yang

diakibatkan belum terbiasanya para pekerja menggunakan, serta kurangnya kesadaran

keselamatan diri dalam bekerja.

Menurut responden berdasarkan kuesioner bahwa sebanyak 54 responden

(54%) mengatakan bahwa keengganan mempergunakan alat pelindung diri adalah

karena saat bekerja alat pelindung diri dapat mengakibatkan tidak leluasanya

pergerakan pekerja, keadaan ini dapat menurunkan kinerja, dengan adanya alasan

yang demikian sehingga para mandor dan pengawas terkesan kurang menekankan

perlunya penggunaan alat pelindung diri tersebut.

Sebanyak 24 responden berpendapat bahwa penggunaan alat pelindung diri

mengakibatkan bertambahnya biaya pengeluaran, seperti membeli sarung tangan,

sepatu boot, sehingga berdasarkan alasan tersebut sebahagian pekerja merasa enggan

menggunakan, sebahagian pekerja merasa lebih nyaman menyimpan alat pelindung

diri tersebut dan akan digunakan pada saat dilakukan pemeriksaan atau berdasarkan

perintah mandor masing-masing.

Di samping itu juga status pekerjaan juga menjadi pertimbangan lain dalam

menggunakan alat pelindung diri, karena dengan mengeluarkan dana untuk membeli

alat pelindung diri, sedangkan pekerja tersebut hanya bekerja sambilan sebagai

pekerja bangunan, sebelum mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Dalam bekerja pada proyek konstruksi, pekerja diwajibkan untuk

menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kecelakaan yang dapat

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 95: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

terjadi di tempat kerja agar pekerja selalu menggunakan alat pelindung diri saat

bekerja, alat pelindung diri haruslah ergonomik, serta nyaman dipakai. Masalah

pemakaian alat pelindung diri yang umum dijumpai pada pekerja bangunan antara

lain:

1. Pekerja tidak mau memakai pelindung diri karena:

a. Tidak mengetahui (kurang kesadaran),

b. Panas,

c. Sesak,

d. Tidak enak dipakai,

e. Tidak enak dipandang,

f. Berat,

g. Mengganggu pekerjaan,

h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada,

i. Tidak ada sanksi,

j. Atasan juga tidak memakai.

2. Tidak disediakan oleh perusahaan:

a. Ketidak mengertian,

b. Pura-pura tidak mengerti,

c. Alasan bahaya,

d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 96: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Hal ini sependapat dengan pendapat Santoro (2004) yang menyatakan

masalah umum pemakaian alat pelindung diri (APD):

1. Tidak semua alat pelindung diri melalui pengujian laboratories, sehingga tidak

diketahui derajat perlindungannya.

2. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit bekerja.

3. Alat pelindung diri dapat menciptakan bahaya baru.

4. Perlindungan yang diberikan alat pelindung diri sulit untuk dimonitor.

5. Kewajiban pemeliharaan alat pelindung diri dialihkan dari pihak manajemen ke

pekerja.

6. Efektivitas alat pelindung diri sering tergantung good fit pada pekerja.

7. Kepercayaan pada alat pelindung diri akan menghambat pengembangan kontrol

teknologi yang baru.

5.10. Rambu-rambu Keselamatan Kerja

Di samping alat pelindung diri pada lokasi bangunan juga dilengkapi dengan

rambu-rambu pencegahan kecelakaan kerja, rambu-rambu pencegahan kecelakaan

kerja terdiri dari papan peringatan agar tidak menggunakan tangga tertentu karena

belum kering coran beton bertulangnya, peringatan akan kekuatan perancah yang

terbatas sehingga berpotensi menimbulkan bahaya jika digunakan melebihi

kekuatannya, pengelasan baja profil yang belum selesai, sokong-sokong besi profil

yang belum waktunya untuk dibongkar dan lain sebagainya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 97: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pemasangan rambu-rambu kecelakaan sangat dibutuhkan para pekerja,

khususnya pekerja yang telah selesai mengerjakan pekerjaan tertentu dan berpindah

pada lokasi kerja yang baru, seperti pekerja dari suatu lantai berpindah ke lantai

lainnya, tentu keadaan dan kondisi lantai yang baru tempatnya bekerja belum

diketahuinya. Demikian halnya rambu-rambu peringatan keselamatan kerja tersebut

juga akan menolong konsultan pengawas maupun kontraktor utama dalam peninjauan

lapangan, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari kecelakaan.

Rambu-rambu pengumuman lantai, rambu ini menunjukkan lantai kerja,

sehingga seluruh para pekerja mengetahui posisi lantai tempatnya bekerja, demikian

halnya masyarakat yang melintas dan berada di sekitar bangunan dapat mengetahui

banyaknya lantai dari bangunan tersebut yang telah selesai dibangun.

Rambu-rambu lainnya berupa lak ban berwarna yang menandai daerah-daerah

tertentu yang belum bisa dimasuki karena dalam tahap penyelesaian, pemasangan lak

ban ini selau dijumpai beberapa saat selesai pengecoran lantai maupun pada batang-

batang beton ring balok. Pada dinding beton yang baru dipasang juga selalu diberi

tanda bahwa pasangan batu bata tersebut belum dapat dipegang/disandari/diberi

beban karena masih basah atau kekuatan konstruksinya belum kuat, penggunaan

rambu-rambu pada bagian bangunan yang baru selesai di cat, (cat masih basah).

Rambu-rambu keselamatan kerja lainnya juga ditemui berupa peringatan-peringatan

agar berhati-hati bekerja untuk meminimalisasi kecelakaan yang terjadi.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 98: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

5.11. Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan juga dilengkapi pada

pembangunan bangunan, peralatan P3K tersebut secara umum ditempatkan di kantor

kontraktor dan konsultan pengawas, pekerja yang mengalami kecelakaan kerja yang

ringan akan ditangani terlebih dahulu dengan menggunakan peralatan P3K tersebut,

pekerja yang mengalami kecelakaan yang lebih serius selanjutnya akan di bawa

kepusat pelayanan kesehatan (puskesmas, dan/atau rumah sakit).

Penggunaan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan di lokasi

bangunan secara umum ditangani pegawai administrasi dari proyek bangunan

tersebut (tidak ada pelayanan medis secara khusus yang menanganinya), selanjutnya

akan menjadi tugas dari sistem manejer proyek bangunan untuk mengambil

kebijakan, apakah pekerja yang mengalami kecelakaan akan dirawat ke rumah sakit

atau pusat pelayanan kesehatan terdekat. Pada kantor administrasi juga dilengkapi

dengan tempat tidur, obat-obatan umum seperti, alkohol, betadine, minyak angin,

minyak kayu putih, balsem, perban, plester, thermos air panas, gula, obat merah,

parasetamol, serta obat-obatan yang dijual secara bebas di pasaran.

Pada proyek yang menjadi lokasi penelitian tidak dijumpai (dipersiapkan)

para medis yang akan menolong pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan

pelayanan kesehatan hanya dilakukan secara sederhana untuk selanjutnya pekerja

yang mengalami kecelakaan akan dirujuk (dibawa) ke pos kesehatan terdekat, baik

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 99: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

berupa puskemas pemerintah, balai pengobatan, praktek dokter bahkan untuk

kecelakaan yang lebih serius akan di bawah ke rumah sakit. Syamsi (1994)

mengemukakan salah satu tugas pimpinan adalah mengukur pelaksanaan kegiatan

mencapai tujuan. Sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap seluruh program K3

yang telah dilakukan.

5.12. Pengaruh Kecelakaan Kerja dengan Pelatihan, Status Pekerja, Rekruitmen, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan hasil statistik di atas maka diperoleh persamaan hubungan antara

upaya terjadinya kecelakaan kerja dengan pelatihan, status kerja, rekruitmen,

penggunaan alat pelindung diri.

5.12.1. Pengaruh Pelatihan terhadap Kecelakaan Kerja

Pelatihan K3 yang dilakukan pada perusahaan pembangun bangunan kepada

pekerja ternyata membawa pengaruh terhadap tingkat kejadian kecelakaan kerja. Dari

100 pekerja yang telah dilatik K3 adalah sebanyak 38 responden (38 %), dari ke 38

pekerja tersebut yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 6

responden (15,79%), serta sebanyak 32 responden tidak pernah mengalami

kecelakaan. Pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 62

responden dan yang mengalami kecelakaan sebanyak 37 responden (59,68 %).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 100: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Pekerja yang telah pernah dilatih K3 lebih mengetahui tata cara bekerja yang

lebih sehat serta tidak membahayakan, sehingga dalam penelitian ini kecenderungan

kecelakaan terjadi pada pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3. Keadaan

ini selaras dengan pendapat Hariandja (1993) yang mengemukakan bahwa perlunya

peningkatan kemampuan kerja sebagai persyaratan dalam peningkatan produktivitas,

maka perusahaan terus melakukan usaha-usaha peningkatan kemampuan,

pengetahuan dan keterampilan karyawan melalui training atau diklat kerja sehingga

memberikan hasil besar pada perilaku karyawan dalam bekerja.

5.12.2. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja

Status pekerja dari para pekerja yang bekerja membangun bangunan

memberikan dampak terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dari 100 pekerja yang

berstatus sebagai pekerja tetap adalah sebanyak 72 responden (72 %), dari ke 72

pekerja tersebut yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 22

responden (30,56%), serta sebanyak 50 responden tidak pernah mengalami

kecelakaan. Pekerja yang berstatus sebagai pekerja tidak tetap adalah sebanyak 28

responden dan yang mengalami kecelakaan sebanyak 21 responden (75,00 %).

5.12.3. Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja

Rekruitmen terhadap pekerja bangunan ternyata berpengaruh terhadap

terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan pekerja bangunan. Dari 100 pekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 101: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

bangunan, yang direkrut bekerja setelah memiliki pengalaman adalah sebanyak 64

responden (64 %), dari ke 64 pekerja bangunan tersebut yang pernah mengalami

kecelakaan kerja selama bekerja adalah sebanyak 15 responden (23,44 %), serta

sebanyak 49 responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Pekerja yang direkrut

dan tidak memiliki pengalaman adalah sebanyak 36 responden dan yang mengalami

kecelakaan sebanyak 28 responden (77,78 %).

Pengalaman dan pengetahuan tentang teknik bangunan merupakan modal

utama dalam bekerja sebagai pekerja bangunan, sehingga pekerja yang direkrut

setelah memiliki pengalaman akan lebih mudah dalam melaksanakan pekerjaannya

serta terhindar dari kecelakaan yang diakibatkan kerja. Hal ini selaras dengan

pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan pengetahuan merupakan hasil ”tau”

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran

(mata dan telinga). Beberapa pengalaman akan sangat menolong seseorang dalam

melakukan aktivitasnya.

Demikian halnya Pandji (2001) mengatakan bahwa tenaga kerja yang

mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di dalam

mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik dan terhindar dari

kecelakaan kerja.

5.12.4. Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan Kerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 102: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja berpengaruh terhadap

terjadi/tidaknya kecelakaan kerja. Dari 100 pekerja bangunan yang sedang

membangun bangunan, pekerja yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap

adalah sebanyak 67 responden (67 %), dari ke 67 pekerja tersebut yang mengalami

kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 22 responden (32,84 %), serta sebanyak 45

responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Pekerja yang tidak menggunakan alat

pelindung diri adalah sebanyak 33 responden dan yang mengalami kecelakaan

sebanyak 21 responden (63,64 %).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui beberapa alasan dari para pekerja

sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri, hal ini disebabkan bahwa para

pekerja menganggap alat pelindung diri mengakibatkan mereka tidak leluasa bergerak

pada saat melakukan aktivitasnya, sehingga alat pelindung diri tersebut seolah-olah

tidak membantu mereka dalam menjalankan pekerjaannya bahkan terkesan

menghambat. Menurut Notoatmodjo (2003) penggunaan alat pelindung diri akan

mampu menghindarkan pekerja dari kecelakaan kerja, sehingga pemakaian alat

pelindung diri merupakan kewajiban perusahaan untuk menerapkannya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 103: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:

1. Upaya-upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan

di perusahaan X telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor, serta

pekerja, seperti rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam

kebakaran, pemakaian alat pelindung diri, peralatan pertolongan pertama

pada kecelakaan.

2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelatihan, penyuluhan yang

dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya angka kecelakaan

kerja, dari 38 pekerja yang mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang pernah

mengalami kecelakaan, dan dari 62 pekerja yang tidak mengikuti pelatihan,

yang pernah kecelakaan 37 responden (59,68%).

3. Rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja. Sebanyak 64

pekerja yang berpengalaman, yang mengalami kecelakaan 15 orang (23,44

%). Pekerja yang direkrut tanpa berpengalaman sebanyak 36 responden, yang

pernah mengalami kecelakaan sebanyak 28 orang (77,78%).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 104: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

4. Penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.

Sebanyak 67 pekerja yang menggunakan alat pelindung diri, yang mengalami

kecelakaan 22 orang (32,84 %), sedangkan pekerja yang tidak menggunakan

alat pelindung diri sebanyak 33 responden dan yang pernah mengalami

kecelakaan sebanyak 21 orang (63,64%), maka disimpulkan bahwa

penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan

kerja.

6.2. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian di atas maka disarankan:

5. Hendaknya pihak perusahaan bekerjasama dengan pihak lain yang bergerak

dalam bidang pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan

pelatihan pada seluruh pekerjanya.

6. Penggunaan alat pelindung diri hendaknya menjadi suatu kewajiban bagi

seluruh pekerja, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari akibat fatal

kecelakaan bekerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 105: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Poltabes Usut Tewasnya Buruh Bangunan Hotel JW Marriott dalam http;//www.medaiklan.com/mod.php/mod=publisher&op=vieawarticl e&cid=7&atid=69, Diakses 29 Mei 2008.

Anwar S. 1991. Sendi-sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Rujukan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. Penerbit Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU. Medan.

Dipohusodo, I. 1969. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Harian Analisa. Senin 4 Pebruari 2008. 4 Pekerja Pembangunan Tower Pro XL di Kampar Tewas Kesetrum. Medan.

Harian Sinar Indonesia Baru. Marsianus Saragih Pekerja Bangunan Perkantoran Pemkab Simalunun di Raya Tewas Terjatuh, http/hariansib.com /2008/01/26/marsianus-saragih-pekerja-bangunan-pekantoran-pemkab-simalungun-di raya-tewas-terjatuh/, Medan 2008, Diakses 4 Pebruari 2008.

Ikhwan. 2004. Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap Perilaku Pengurus P2K3 di PT. Semen Andalas Belawan Tahun 2004. Skripsi. FKM USU Medan.

Karo-Karo R., Trijaya, Kem. 2007. Renovasi Bangunan 100 Tahun di Medan Makan Korban dalam http;//news.okezone.com/index.php/ReadStory/ 2008/03/01/1/88063/renovasi-bangunan-100-tahun-di-meda-makan-korban, Diakses 29 Mei 2008.

Maimun. 2004. Hukum Ketenagakerjaan, Suatu Pengantar. Penerbit PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 106: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Manchester Open Learning. 1997. Mengelola Sumber Daya Manusia dan Hubungan Karyawan Managing People and Employee. Relations. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. Salemba Empat. Jakarta.

Nazir. 1998. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta

Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Prinst. 1994. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Buku Pegangan Bagi Pekerja untuk Mempertahankan Hak-haknya. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Ravianto. 1990. Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas. Jakarta.

Saleh, Samsubar. 1985. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Siegel S. 1994. Statistik Nonprametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Simamora. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Sugiono. 2003. Statistik Non Parameterik untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.

Suprihanto, J. 1986. Hubungan Industrial, Sebuah Pengantar. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Page 107: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008 USU Repository © 2008

Tim Pengelola DPKK Sektor Pekerjaan Umum. 1997. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Bidang Konstruksi. Jakarta.

Triyanto D. 2004. Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi. Penerbit Mandar Maju. Bandung.