LAPORAN PRAKTIKUM
KOMPONEN AGROEKOSISTEM PADA TANAMAN PANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OlehGolongan F/kelompok 3
Riwi Dwi Kris Mualifah (161510501219)
LABORATURIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan mahluk hidup yang pertumbuhan dan
perkembangannya sangat bergantung pada faktor biotik dan abiotik disekitar
tanaman. Faktor abiotik biasanya meliputi tanah, suhu, air, cahaya sedangkan
faktor biotik meliputi hama, patogen, mikroorganisme lain dan manusia. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara faktor biotik dan faktor abiotik disebut dengan
ekosistem. Peningkatan faktor biotik disuatu lingkungan bisa dipengaruhi oleh
faktor abiotik. Organisme dalam ekosistem berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran
suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat kisaran yang dapat
ditoleransi oleh spesies tersebut.
Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu kesatuan
lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan
dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian ekosistem pertanian yang
paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan timbal balik
antara komponen biotik dan abiotik serta manusia pada suatu lingkungan
pertanian. Pendekatan pertanian berwawasan lingkungan adalah pendekatan yang
dimulai dengan pendekatan ekosistem.
Komponen agroekosistem dan interaksinya terdiri dari Tanah, biota tanah ,
vegetasi, manusia, teknologi, nutrisi / pemupukan , pestisida, Hewan ternak,
Sungai / air. Dalam komponen agroekosistem di atas saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Tanah komponen sumberdaya alam yang mencakup semua
bagian atas permukaan bumi, termasuk yang di atas dan di dalamnya yang
terbentuk dari bahan induk yang dipengaruhi kinerja iklim dan biota tanah. Tanah
yang diberikan pestisida kimia yang berlebihan dapat membuat tanah kekurangan
nutrisi, musuh alami menjadi berkurang, dan ledakan hama.
Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling berinteraksi untuk mencapai keseimbangan ekosistem
pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan iklim yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama
terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah insekta (serangga), moluska (bekicot,
keong), rodenta (tikus), mamalia (babi), nematoda, dll. Vektor penyakit atau biasa
disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah organisme yang memberikan
gejala sakit, menurunkan imunitas, atau mengganggu metabolisme tanaman
sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut.
Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri, dan cendawan.
Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan
bersifat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada
pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan kematian. Gulma
bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran tanaman.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanamn inang, herbivora yang ada pada
tanaman inang, predator, polinator dan hama pada tanaman pangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui komponen agroekosistem yang ada pada tanaman
pangan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Komponen agroekosistem dan interaksinya terdiri dari tanah, biota tanah,
vegetasi, manusia dan teknologi, nutrisi atau pemupukan, OPT dan pestisida,
hewan ternak dan sumber-sumber energi. Agroekosistem termasuk semua elemen
lingkungan dan manusia. Suatu wilayah yang digunakan untuk produksi
pertanian, misalnya suatu lahan, dipandang sebagai suatu sistem yang kompleks
dimana proses ekologi yang terjadi dalam kondisi alami juga ditemukan, misalnya
daur unsur hara, interaksi pemangsa-mangsa, persaingan dan simbiosis (Siswanto
dan Elna Karmawati, 2012).
Keragaman dapat dilihat dari semua jenis tanaman, ternak, dan
mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu
agroekosistem, fauna penyerbukan, musuh alami, cacing tanah, dan
mikroorganisme semuanya merupakan kunci komponen keragaman yang
mempunyai peranan penting dalam proses introgesi genetika, pengendalian alami,
daur hara dan dekomposisi (Rahman, 2002).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sebagai
sumber energi yang umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hampir separuh
penduduk dunia, terutama di Asia menggantungkan hidupnya dari tanaman padi.
Begitu pentingnya arti padi sehingga kegagalan panen dapat mengakibatkan
gejolak social luas. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan
pada berbagai kendala dan masalah, antara lain kekeringan dan banjir (Supartha,
2012).
Padi adalah salah satu tanaman pangan yang banyak di budidayakan oleh
petani, karena sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia, jika kebutuhan bahan pangan tersebut tidak dapat di penuhi maka
dikhawatirkan masyarakat akan kekurangan bahan pangan yang berakibat
menurunnya gizi masyarakat. Munculnya serangan organisme pengganggu pada
tanaman padi mempengaruhi para petani untuk melakukan pengendalian
organisme pengganggu tanaman terutama hama dengan menggunakan pestisida
bahan kimia yang berlebihan, tidak perduli adanya serangga yang bermanfaat bagi
para petani yang ada di luasan pertanaman padi. Selain itu kurangnya para petani
mempraktekkan teknik pengendalian secara alami yaitu dengan musuh alami
seperti parasitoid, pathogen dan predator (Wadia, 2012).
Sistem jarak tanam merupakan cara untuk mengatur jarak tanam agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka sistem jarak tanam
yang baik akan mengatur suhu dan kelembapan udara untuk mengurangi
peledakan populasi hama . populasi tanaman yang tinggi dan jarak tanam yang
rapat akan mengakibatkan tanaman tumbuh yang sangat rimbun sehingga terjadi
iklim mikro pada pertanaman (suhu dan kelembapan udara yang tinggi). Sangat
rentan terhadap perkembangan populasi herbivora dan juga mempengaruhi
perkembangan predator (Nurindah 2006).
BAB 3. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “komponen agroekosistem pada tanaman pangan”
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 15.00-17.00 WIB
di Antirogo, Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat1. Kamera2. Alat penggali3. Lembar kerja praktikum4. Alat tulis 5. Papan dada6. Sweepnet7. Kuadran 8. Alat ukur/meteran9. Peralatan metode corong Berlese10. Peralatan metode ekstrasi nematode metode baerman
3.2.2 Bahan1. Komponen yang diamati2. Sampel tanah pada pertanaman padi3. Air4. cairan (alcohol dan air)
3.3 Cara kerja3.3.1 Metode hama, penyakit dan gulma1. Mengamati tanaman padi2. Mengidentifikasi morfologi tanaman padi. Bagian struktur
tanaman apa yang terkena hama penyakit.
3. Mendokumentasi hasil pengamatan.
3.3.2 Metode Corong Berlese1. Mengambil bahan kompos atau serasah pada pertanaman yang telah ditentukan sebanyak 250 gram pada kedalaman 1-10 cm2. Memepersiapkan peralatan metode corong Berlese3. Memasukkan tanah ke saringan4. Menuangkan cairan secukupnya (alcohol,air, dan sebagainya) ke dalam wadah tempat cairan5. Menyalakan lampu dan didiamkan sampai 24 jam6. Membiarkan serangga dan binatang lainnya jatuh ke wadah berisi cairan7. Mengamati serangga yang jatuh ke dalam wadah dengan menggunakan mikroskop8. Menentukan jenis serangga yang didapatkan 9. Mendokumentasikan serangga menggunakan kamera
3.3.3 Metode Baermann1. Membuat lubang dan mengambil contoh tanah pada pertanaman yang telah ditentukan sebanyak 250 gram pada kedalaman 10-20 cm2. Menyiapkan peralatan metode Baermann dan menuangkan air ke dalam corong atau piring sampai menyentuh saringan3. Mengambil tanah (bila perlu disaring) lalu menempatkannya di atas kain panas dalam saringan dan simpan selama 24 jam4. Membuka dan menuangkan larutan air dan nematode ke dalam cawan petri5. Mengamati nematode yang diperoleh di bawah mikroskop
6. menghitung jumlah nematode yang diperoleh dan menentukan jenis nematode yang diperoleh7. Mendokumentasikan nematode menggunakan kamera.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Aspek keberadaan parasit sebagai pathogen tanaman
No
.
Gejala sebagai
IndikatorHasil Observasi
Rumusan Hasil
Observasi(Nama
Penyakit(Tipe/Jenis
Gejala)
Pada
Tanaman/bag
ian Tanaman
Golongan
Patogen
Penyebab
Penyakit
(Patogen)
1
Bercak pada
daun berbentuk
belah ketupat
Padi/daun jamurRykularia
OryzaPenyakit Blas
2
Bercak
memanjang
oval bertepi
coklat
Padi/daun jamur DreschsleraPenyakit Bercak
Coklat
3
Bercak coklat
kehitaman pada
pangkal leher
Padi/leher
padijamur
Picularia
GrassGriseaj
4.1.2 Dokumentasi foto hasil pengamatan gejala penyakit
No. Nama PenyakitFoto Gejala Penyakit pada Bagian
Daun Batang Buah/Biji
1 Bercak daun pada
padi
Gejala :adanya
brcak berwarna
coklat tua berbentuk
oval, sampai bulat,
berukuran sebesar
biji wijen
2
Penyakit Blast
Gejala : adanya
becak daun
berbentuk belah
ketupat awalnya
hijau keabu-abuan,
kemudian putih dan
akhirnya abu-abu
dengan tepi
berwarna coklat
3
Penyakit Hawar
Seludang
Gejala : layu pada
tanaman muda atau
tanaman dewasa,
daun kuning pucat
4 Penyakit padi
hampa(kopong
padi/gabuk)
Gejala :
pertumbuhan
terhambat dan
tanaman kerdil, tepi
daun tidak rata,
daun kekuningan
hijaunya sedikit
4.1.3 Kelompok serangga pollinator
No. Foto Keterangan
1 Kupu-kupu Kingdom: animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : lepidoptera
Familia :Peridae
Genus : Leptosia
Spesies : L. ninu
2 Capung Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Neuroptera
Familia : Aesnidae
Genus : Anar
Spesies : Anar imperatur
3 Lalat Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Biftera
Familia : Caliphoridae
Genus : Stomorhina
Spesies : Stomorhina lunatu
4.1.4 Kelompok serangga predator, parasitoid dan simbiosis
No. Foto Keterangan
4. Semut Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda latrielle
Kelas : Insect
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Oecophylla
Spesies : Oecophylla sp.
Daur hidup :
Telur-larva-pupa-semut-semut muda- semut
dewasa
5. Anggang-anggang Klasifikasi :
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Cendarnae
Genus : Lymogonus
Spesies : Lymogonus sp.
4.1.5 kelompok serangga herbivore
No. Foto Keterangan
6 Belalang Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthopieta
Family : Acrididae
Genus : Dissoseteiria
Spesies : Dissosteiria Carolina
Daur hidup : telur-nimfa-belalang dewasa
7 Walang Sangit Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Daur hidup :
Telur- nimfa -imago
8 Penggerek daun
padi
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Scirpopaga
Spesies : S. innotate
Telur-larva- pupa imago
4.1.6 Kelompok Gulma (Tanaman Selain Tanaman Utama)
No
.
FotoKeterangan
9 Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : giranidae
Family : oxalidaceae
Genus : oxacis
Spesies : oxalis barrelieli
Pengendalian :
1. Dibabat atau dicabut
2. Pengaturan pohon pelindung
3. Menggunakan tumbuhan penutup tanah
4. Menggunakan herbisida
10 Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : liliopsida
Ordo : cyperales
Family : cyperaciae
Genus : cyperus
Spesies : cyperus kyllingia
Pengendalian :
1. Agen pengendali berupa organisme
2. Mencabut atau membabat
3. Menggunakan herbisida
11 Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : poales
Family : paceae
Genus : imperata
Spesies : imperata cylinadrica
Pengendalian :
1. Pencabutan
2. herbisida
4.2 Pembahasan
Penyakit pada tanaman padi yang ditemukan diantaranya adalah penyakit
hawar padi, penyakit bercak daun padi dan penyakit blast. Penyakit hawar adalah
penyakit utama pada tanaman padi sawah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas compestris pv oryzae yang menyerang pada bagian daun padi. Gejala
yang terjadi adalah adanya bercak berwarna kuning sampai putih (bercak bisa dari
salah satu atau kedua tepi daun, berkembang hingga tepi daun atau seluruh daun
menjadi kering), serangan pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering,
pertumbuhan tanaman terhambat, butir-butir padi kurang beras, kualitas beras rendah
dan presentase beras pecah tinggi. Pengendalian penyakit hawar daun padi ini dapat
dilakukan dengan menanam varietas padi yang tahan penyakit hawar daun dan
perbaikan cara bercocok tanam (persemaian, pemakaian pupuk, pebaikan system
pengairan, sanitasi pertanaman, pemberian unsur mikro seng dan penyemprotan
dengan bakterisida). Serangan penyakit hawar akan meningkat pada kelembaban
yang tinggi dan sel bakteri akan cepat tersebar dengan melarutnya embun-embun
pada permukaan daun (Suryanto, 2010).
Penyakit bercak daun padi adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan
Helminthusporium oryzae dan cercospora oryzae. Gejala serangan terlihat pada daun,
pelepah daun, malai dan butir padi. Tanaman yang terserang berat akan
mempengaruhi jumlah malai yang terbentuk. Bahkan kadang-kadang tanaman akan
mati. Pengendalian dilakukan dengan memotong dan membakar bagian tanaman yang
terserang, mengurangi kelembaban dengan membersihkan gulma disekitar tanaman
(Tjahjadi, 1989).
Penyakit blast adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan Pycularia
Oryzae. Gejala serangan dibagi menjadi tiga tahap yaitu busuk daun yang dimulai
dengan adanya bercak berbentuk belah ketupat kemudian bercak meluas mengikuti
urat tulang daun, busuk gelang buku yaitu gejala pada tanaman yang telah keluar
malai, busuk leher yaitu pangkal batang tanamn secara keseluruhan mengkerut,
berwarna coklat kehitaman, dan mudah rebah. Pengendalian diarahkan pada
penanaman yang lebih baik, pemupukan Nitrogen yang berlebihan dihindarkan,
menanam varietas yang tahan, dan membakar sisa tanaman yang terserang (Herman
et al., 2015).
Hama adalah salah satu factor penting dalam meningkatkan produksi padi
karena dapat menyebabkan rendahnya produksi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas bahkan kalau tidak segera diantisipasi atau ditanagani secara serius dapat
menyebabkan gagal panen. Perlu adanya upaya untuk melindungi tanaman padi dari
serangan hama (Tompunu, 2014). Serangga hama yang menyerang tanaman padi
cukup beragam dan salah satu serangga hama penting yang menyerang tanaman padi
adalah uret dan wereng.
Uret adalah larva berordo Cleoptera, uret yang merusak tanaman terdiri dari
spesies Exopholis hypoleuca, leucopholis rorida dan Phylophga helleri, (Ordo
Coleoptera, family Melolonthidae). E. hypoleuca, kumbang (imago) panjangnya 2,5
cm, kepala dan toraks hitam kecoklatan, sayap coklat, di Jawa Barat dikenal dengan
nama lege. Uret ditemukan pada kedalaman 3-10cm, pupa pada kedalaman 15-20cm.
uret merusak padi gogo, sereh, kacang tanah, dan karet. Imago betina bertelur 15-60
butir. E. rorida, kumbang (imago) panjangnya 2-3 cm, kepala dan toraks hitam
kecoklatan, sayap hitam, di Jawa Barat dikenal dengan nama lonte. Uret ditemukan
pada kedalaman 20-80 cm. Uret merusak padi, ubi kayu, karet, dan cabai. Imago
betina bertelur kira-kira 35 butir. P. helleri, panjang kumbang 1,2-1,4 cm, warna
kumbang merah kecoklatan, di Jawa Barat dikenal dengan nama putul, gambrengan,
atau katimumul. Uret ditemukan pada kedalaman 5-20 cm. Uret menetas dari telur
bersamaan waktunya dengan masa perkecambahan padi gogo. Uret muda mula-mula
dimakan humus, lalu merusak akar tanaman padi, jagung, tebu, bayem, dan
sebagainya. Perkembangan ketiga uret tersebut sama (karena satu ordo), yaitu telur-
larva (uret)-pupa-imago (kumbang). Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan
tidak begitu merusak disbanding uretnya. Pengendalian diarahkan pada system
bercocok tanam yang baik, seperti pemupukan yang seimbang agar vigor tanaman
baik. Tanaman yang vigornya baik toleran terhadap serangan hama ini(Tjahjadi
1989).
Wereng coklat (N. tugens) termasuk ordo Homoptera, family Delphacidae.
Perkembangan hidupnya telur-nimfa-imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago,
nimfa mengalami lima kali ganti kulit. Tanaman padi muda yang terserang akan
menguning dan mati, sedang pada tanaman tua pertumbuhan akan merana dan bulir
padi akan hampa. Wereng coklat menghisap cairan tanaman sehingga pada tanaman
padi yang terserang secara luas terlihat gejala terbakar yang sering pula disebut
puso.Pengendalian lebih diutamakan dengan menanam varietas yang resisten. Unsur
pengedalian lainnya yaitu mengatur pola tanam, menanam secara serentak, rotasi
tanaman secara serentak agar ada pemutusan siklus hidup wereng coklat. Pembakaran
sisa tanaman yang terserang penting dilakukan untuk mengurangi serangan pada
penanaman berikutnya (Tjahjadi, 1989).
Hamdan Pane dan Sigit Yuli Jatmiko(2013), menyatakan bahwa gulma dapat
diidentifikasi berdasarkan bentuk morfologi gulma yaitu gulma rumput, teki dan daun
lebar. Gulma rumput termasuk ke dalam family Graminae/Poaceae. Tumbuhan
tersebut memiliki batang berbentuk bulat kadang-kadang agak pipih, dan kebanyakan
berongga. Pada batang menjalar biasanya terjadi pembengkakan batang yang disebut
“buku”. Buku akan muncul secara regular pada panjang ruasan tertentu. Helai daun
akan muncul berselang-seling dari kedua sisi batang pada setiap buku. Daun terdiri
dari pelepah daun dan helai daun. Contohnya adalah Echinochloa crus-galli, Cynodon
dactylon, Leptochloa chinensis, dll. Gulma teki termasuk golongan Cyperacea.
Gulma ini mirip dengan gulma rumput. Batang berbentuk segitiga, kadang-kadang
bulat tak berongga. Tidak terdapat ligula. Pelepah daun menjadi satu membentuk
pembuluh pada pangkal batang. Daun-daun tersusun dalam tiga deretan. Teki yang
tumbuh tahunan mempunyai umbi atau rizom/rimpang di dalam tanah seperti teki
berumbi (Cyperus rotundus). Contoh lainnya adalah Cyperus iria. C. difformis,
Fimbristylis miliacea, dll. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu tahap pencegahan, pengolahan tanah, pengaturan air irigasi, pengelolaan
pupuk, pemilihan varietas dan pengelolaan tanaman.
Luasan lahan untuk tanaman padi pada daerah observasi yaitu seluas 200 m2
yang terpisah dari gedung perkantoran. Aspek pengelolaan tanaman yang dilakukan
pada daerah observasi meliputi jarak tanam, pemupukan, pemangkasan tanaman,
penyiraman, aplikasi pestisida dan kondisi tanaman. Jarak tanam tanaman padi di
daerah observasi adalah 15cm x 15cm dan untuk lahan yang memanjang yaitu 15cm x
30 cm. Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik setelah tanaman berumur 12 hari
setelah tanam, lalu dengan pupuk urea setelah tanaman padi berumur 15 hari, pupuk
ZA setelah tanaman berumur satu bulan dan pupuk ponska agar tanaman padi tidak
mudah rontok. Pengairan berasal dari gorong-gorong dan setelah setengah bulan air
dikurangi karena ditakutkan padi akan membusuk. Aspek keberadaan parasite sebagai
pathogen tanaman yaitu munculnya bercak pada daun berbentuk belah ketupat
awalnya hijau keabu-abuan kemudian putih dan akhirnya abu-abu dengan bagian tepi
berwarna coklat. Gejala ini terjadi pada bagian daun padi dan biasa disebut dengan
penyakit blast. Serangga polinator yang ditemukan adalah kupu-kupu, capung, dan
lalat, sedangkan kelompok predator dan parasitoid ditemukan semut dan anggang-
anggang.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyakit pada tanaman padi yang ditemukan diantaranya adalah penyakit hawar
padi, penyakit bercak daun padi dan penyakit blast.
2. Serangga hama yang menyerang tanaman padi cukup beragam dan salah satu
serangga hama penting yang menyerang tanaman padi adalah uret dan wereng.
3. Gulma dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk morfologi gulma yaitu gulma
rumput, teki dan daun lebar.
5.2 Saran
1. Perlu adanya perbaikan pengelolaan tanaman agar tanaman padi tidak mudah
terserang berbagai macam hama penyakit dan gulma.
2. Pengendalian OPT juga perlu dilakukan agar tanaman padi mempunyai
produktivitas yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Herman, T., E.H. Muchie and A.A. Warsi. 2015. Rice Production and Climate Change A Case Study of Malaysian Rice. Trop agric, 38(3) : 321-328.
Iqbal, M.F and M. Hussain. 2015. Impact of Pre and Post Emergence Herbicides.. Advanced Multidisciplinary Research, 2(9) : 17-20.
Jiang, L. 2014. Impact of Pay Interval on Sequential Infestations of the Rice Leaf Older. Insect Science, 1(6) : 23-32.
Suryanto. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta :Kanisius.
Tjahjadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta :Kanisius.
Suparth, I.N.Y., G. Wijena dan G.M. Adnyana. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik Pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Agroteknologi Tropika, 1(2) : 98-107.
Wadia, A.A., R. Lywati dan W. pembengoron. 2012. Musuh Alami Predator Tanaman Padi Agroekosistem Berbeda. Jurnal Crop Agro, 3(2) : 92-96.
Wanta, N.N. 2012. Serangga Predator Pada Ekosistem Padi Sawah di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara. Serangga Predator, 1(2) : 1-20.