ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN LOKASI DAN ANTENA
STASIUN PEMANCAR RADIO SIARAN FM FREKUENSI 88 - 107,7 MHz
TERHADAP PERFORMANSI DI WILAYAH D.I. YOGYAKARTA
SKRIPSI
TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
HARYO WIDAGDO
NIM. 145060309111005
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN LOKASI DAN ANTENA
STASIUN PEMANCAR RADIO SIARAN FM FREKUENSI 88-107,7
MHz TERHADAP PERFORMANSI DI D.I YOGYAKARTA
SKRIPSI
EKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
HARYO WIDAGDO
NIM: 145060309111005
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing
pada tanggal 4 juli 2017
Pembimbing I
Ir. Erfan Achmad Dahlan, M.T.
NIP. 19530714 198203 1 001
Pembimbing II
Gaguk Asmungi, S.T., M.T.
NIP. 19670627 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Muhammad Aziz Muslim, S,T., M.T., PhD.
NIP. 19741203 200012 1 001
JUDUL SKRIPSI :
ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN LOKASI DAN ANTENA STASIUN
PEMANCAR RADIO SIARAN FM FREKUENSI 88 - 107,7 MHz TERHADAP
PERFORMANSI DI WILAYAH D.I. YOGYAKARTA.
Nama Mahasiswa : Haryo Widagdo
Nomer Induk Mahasiswa : 145060309111005
Program Studi : Teknik Elektro
Minat : Teknik Telekomunikasi
KOMISI PEMBIMBING
Ketua : Ir. Erfan Achmad Dahlan, M.T. .................................
Anggota : Gaguk Asmungi, S.T., M.T. .................................
TIM DOSEN PENGUJI
Dosen Penguji 1 : Ali Mustofa, S.T., M.T .................................
Dosen Penguji 2 : Rusmi Ambarwati, S.T.,M.T .................................
Dosen penguji 3 : Rudy Yuwono, S.T., M.T .................................
Dosen Saksi : Ir. Sigit Kusmaryanto, M.Eng
Tangal Ujian : 9 Juni 2017
SK penguji : 698/UN10.F07/SK/2017
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya
dan berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah
yang diteliti dan diulas di dalam Naskah Skripsi ini adalah asli dari pemikiran saya.
Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal
70).
Malang , 4 Juli 2017
Haryo Widagdo NIM. 145060309111005
MOTTO
Keberhasilan hidup kita hanya kita yang bisa menentukan, fokus adalah kuncinya.
Seseorang yang telah mempunyai tujuan yang pasti dan bisa membangun kehidupan
secara matang, maka orang itu adalah orang yang bisa berfikir serta berjiwa dan
berkarakter yang jelas dan pasti.
Keyakinan dan ketaatan KepadaNya lah yang membuat kita tetap berada pada titik
kebahagiaan dan keberhasilan.
Kadang- kadang kita harus berjalan kedepan walaupun kita tidak akan melupakan
yang dibelakang.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ditengah lemahnya raga dan tubuh ini, letihnya tapak demi
tapak yang kujalani, hanya doa dan asa yang selalu
mengiringiku, berkat pertolongan Allah SWT akhirnya aku
dapat menyelesaikan studiku ini. Maha besar Engkau Ya
Allah.
Setitik karya ini kupersembahkan kepada Bapak saya
H.Widarto dan Ibu saya tercinta Hj.Arief Dwi Marheniati,
inilah sebuah karyaku yang menyimpan banyak kisah dan
peristiwa. Buat Kakak perempuanku Dewi Widowati,
semua Sahabat-sahabatku dan Seluruh keluarga besarku
Terima Kasih perhatian kalian selama ini kepadaku.
Mohon maaf dan terima kasih.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan
lancar. Laporan ini disusun untuk menyelesaikan penulisan skripsi dan pendadaran yang
merupakan salah satu mata kuliah wajib dengan total SKS sebanyak 6 SKS dalam
kurikulum pendidikan di Program Sarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang.
Dalam laporan Skripsi ini, diambil judul laporan :
“Analisis Pengaruh Ketinggian Lokasi Dan Antena Stasiun Pemancar Radio
Siaran FM Frekuensi 88 – 107,7 MHz Terhadap Performansi di D.I Yogyakarta”
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
bermaksud mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberiku kekuatan dan semangat untuk menjalani hidup.
2. Bapak Muhammad Aziz Muslim, S.T., M.T.,PhD., selaku Ketua Program Teknik
Elektro Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Hadi Suyono,ST.,MT.,Ph.D. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
4. Bapak Ali Mustofa, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro.
5. Ibu Rusmi Ambarwati, S.T., M.T., Selaku KKDK konsentrasi Telekomunikasi
Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang.
6. Bapak Ir. Erfan Achmad Dahlan, M.T.., selaku dosen pembimbing I dalam
penulisan Laporan Skripsi di Program Sarjana Teknik Elektro Universitas
Brawijaya Malang.
7. Bapak Gaguk Asmungi, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
Laporan Skripsi di Program Sarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya
Malang.
8. Seluruh dosen dan karyawan Program Sarjana Teknik Elektro Universitas
Brawijaya Malang.
9. Bapak saya H.Widarto dan Ibu saya tercinta Hj.Arief Dwi Marheniati yang tidak
henti-hentinya memberikan dukungan moril maupun materil dan kasih sayang
kepada penulis selama ini. I Love You Orang Tua yang telah membesarkanku.
ii
10. Kepada Kakak saya Dewi Widowati, yang sudah memotivasi saya untuk tetap
semangat.
11. Keluarga besar yang selalu bertanya “kapan lulus?”itu adalah salah satu support
saya.
12. Teman-teman fakultas Teknik Elektro Brawijaya Malang terutama dicky dan
anggidira.
13. Teman-teman dekat fakultas teknik elektro yang selalu mensupport saya untuk
segera lulus.
14. Seorang wanita “wahyu wulan ramadhani” yang selalu mengingatkanku dan
selalu mendukung dalam pembuatan antena ini dan juga meneliti refisi laporan.
15. Sahabat pena yang selalu mendukung dan mengingatkan.
16. Pegawai Balai Monitor Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit Kelas II D.I Yogyakarta
yang membantu saat pengambilan data di lapangan ataupun data radio.
17. Seluruh sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada.
18. Komputerku yang sudah menjadi teman perjuangan sejatiku, tetap semangat
walau begadang.
19. Semua pihak yang tidak kami sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan.
Penulis sadar bahwa Laporan Proyek Akhir ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Laporan Proyek Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umunya.
Malang, Juli 2017
Haryo Widagdo
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
DAFTAR SIMBOL........................................................................................ xi
RINGKASAN ................................................................................................ x
SUMMARY.................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Skripsi ............................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.5 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 5
2.1 Pengenalan Tentang Radio FM ................................................... 5
2.1.1 Umum ............................................................................. 5
2.1.2 Fitur dari Sinyal FM ........................................................ 6
2.1.3 Cara Kerja Pemancar Radio FM...................................... 7
2.1.4 Cara Kerja Penerima Radio FM...................................... 9
2.2 Antena ......................................................................................... 12
2.3 Parameter Umum Antena............................................................. 13
2.3.1 Pola radiasi ....................................................................... 13
2.3.2 Lobus Dan Nulls .............................................................. 14
2.3.3 Gain.................................................................................. 15
2.3.4 Pathloss............................................................................ 15
2.3.5 Standing Wave Ratio (SWR)........................................... 16
2.4 Tipe-tpe Antena. ......................................................................... 17
2.4.1 Antena Yagi-Uda ............................................................. 17
iv
2.4.2 Antena Parabolik dan Grid Parabolik .............................. 17
2.4.3 Antena Circular MS-1.......................................................... 18
2.4.4 Antena Omnidirectional....................................................... 19
2.4.5 Antena Helix........................................................................ 20
2.5 Pemetaan Pemancar Radio Siaran FM.................. ................... ...... 21
2.5.1 ERP (Effective Radiated Power) .................................. ....... 21
2.5.2 EHAAT ( Effective Hight Above Average Terrain ).... ........ 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... ......... 23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. ......... 24
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian ............................................. .......... 26
3.2.1 Alat-alat Penelitian ................................................... ............ 26
3.2.2 Cara Pengukuran Dengan Menggunakan Spektrum analyer.. 29
3.2.3 Pengukuran Jangkuan Pemancar............................................ 32
3.2.4 Pengukuran Karakteristik Pemancar...................................... 32
3.2.5 Pengukuran Daya................................................................... 34
3.2.6 Pengukuran Field Strength (FS).............................................. 35
3.2.7 Pengukuran Spurious Radiasi................................................. 36
3.3 Pengukuran Jangkauan Pemancar Radio Siaran ..................... ........... 37
3.3.1 Syarat – Syarat Pengukuran .......................................... ........... 38
3.4 Data Radio Siaran FM sebagai Radio penelitian ................... .......... 41
3.4.1 Tata Cara Penelitian ...................................................... .......... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... .......... 43
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... .......... 43
4.1.1 Parameter Radio Siaran .............................................. ........ 43
4.1.2 Pengukuran Kuat Medan ............................................ ........ 45
4.1.3 Pengukuran EHAAT Lokasi Pemancar ....................... ....... 49
4.2 Pembahasan ............................................................................ ...... 55
4.2.1 Parameter pembahasan ERP ........................................... ...... 55
4.2.2 Pengukuran Kuat Medan ................................................ ...... 56
4.2.3 EHAAT ............................................................................ ..... 57
4.3 Analisa hubungan antara ERP dengan EHAAT bahwa .......... ..... 59
BAB V. PENUTUP............................................................................................. 60
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 60
v
5.2 Saran................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 62
LAMPIRAN...................................................................................................... 63
vi
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 3.1 Faktor Koreksi......................................................................................... 39
Tabel 3.2 Data radio DIY................................................................................... .... 40
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran parameter teknis Radio di stasiun pemancari............ 44
Tabel 4.2 Obyek penelitian dalam pengukuran parameter teknis kuat medan....... 46
Tabel 4.3 Wilayah layanan Radio TS FM.............................................................. 47
Tabel 4.4 Wilayah Layanan Radio FJ FM.............................................................. 48
Tabel 4.5 Hasil ukur tinggi rata- rata radius 15 km dari lokasi Radio JF FM..... 51
Tabel 4.6 Hasil ukur tinggi rata- rata radius 15 km dari lokasi Radio TS FM..... 53
vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Sinyal Modulasi Sinyal FM.............................................................. 5
Gambar 2.2 Jaringan Stasiun Pemancar Radio FM.............................................. 8
Gambar 2.3 Blok diagram Radio FM.................................................................... 10
Gambar 2.4 Gambar Tanggapan LPF................................................................... 11
Gambar 2.5 Horizontal-Vertikal Pesawat Dan Pesawat-Pola Dari Half Wave
Length Dipol Vertical....................................................................... 13
Gambar 2.6 Vertikal-Plain Pola Radiasi Menunjukkan Meningkatnya
Kompleksitas Lobus Dan Nulls......................................................... 14
Gambar 2.7 Antena Yagi-Uda.............................................................................. 17
Gambar 2.8 Antena Grid dan Antena Parabolik................................................... 18
Gambar 2.9 Antena Circilar MS-1........................................................................ 18
Gambar 2.10 Antena Omnidirectional.................................................................... 19
Gambar 2.11 Antena Helix..................................................................................... 20
Gambar 2.12 Pemetaan Radio Siaran FM di D.I. Yogyakarta................................ 21
Gambar 3.1 Diagram Alur..................................................................................... 23
Gambar 3.2 Gambar Peta Propinsi D.I. Yogyakarta dan Radio Siaran FM.......... 24
Gambar 3.3 Lokasi Radio Yang Telah Di Tentukan............................................. 25
Gambar 3.4 GPS.................................................................................................... 27
Gambar 3.5 Spectrum Analyzer............................................................................. 28
Gambar 3.6 Reicever Yaesu VR 5000................................................................... 29
Gambar 3.7 Fieldstrenght meter............................................................................. 29
Gambar 3.8 contoh frekuensi modulasi SPA......................................................... 30
Gambar 3.9 Max Hold............................................................................................ 31
Gambar 3.10 konversi FM ke AM............................................................................ 31
Gambar 4.1 Simulasi Cover area Radio TS FM.................................................... 49
Gambar 4.2 Simulasi Cover area Radio JF FM...................................................... 50
Gambar 4.3 Kurva maksimum fungsi hubungan ERP dengan EHAAT................. 55
Gambar 4.4 Grafik Hasil ERP dengan EHAAT....................................................... 58
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Data pengukuran karakteristik Sindo FM..................................... 63
Lampiran 2 Hasil 1 pengukuran bandwidth radio Sindo FM.......................... 64
Lampiran 3 Hasil 2 pengukuran bandwidth radio Sindo FM.......................... 65
Lampiran 4 Hasil 4 pengukuran bandwidth radio Sindo FM.................. ....... 66
Lampiran 5 Hasil pengukuran fieldstrength radio Sindo FM.......................... 67
Lampiran 6 Data pengukuran karakteristik jogja Family FM......................... 68
Lampiran 7 Hasil 1 pengukuran bandwidth radio Jogja Family FM.............. 69
Lampiran 8 Hasil 3 pengukuran bandwidth radio Jogja Family FM.............. 70
Lampiran 9 Hasil 1 pengukuran fundamental radio jogja Family FM........... 71
Lampiran 10 Hasil 3 pengukuran fundamental radio jogja Family FM........... 72
Lampiran 11 Hasil Foto saat pengukuran Radio FM....................................... 73
Lampiran 12 Hasil Foto saat Pemasangan Antena alat ukur Radio FM ......... 74
Lampiran 13 Height Above Average Terrain Sindo FM................................. 75
Lampiran 14 Height Above Average Terrain Jogja Family FM...................... 80
ix
DAFTAR SIMBOL
Besaran dasar Satuan dan Singkatannya Simbol
Frekuensi Hertz atau Hz f
Daya, Panacaran Fluks Watt atau W P
Panjang Meter atau m l
x
RINGKASAN
HARYO WIDAGDO, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,
September 2016, Analisis Pengaruh Ketinggian Lokasi Dan Antena Stasiun Pemancar
Radio Siaran FM Frekuensi 88 – 107,7 MHz Terhadap Performasi Di Wilayah D.I
Yogyakarta , Dosen Pembimbing Ir. Erfan Achmad Dahlan, M.T. dan Gaguk Asmungi,
S.T., M.T.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 4 Kabupaten dan satu Kota
Yogyakarta . Secara fisiografis dikelompokkan menjadi 4 area yaitu : Gunung Merapi,
Pegunungan Sewu, Pegunungan Kulonprogo dan Dataran rendah, jumlah penyelenggara
radio siaran FM kurang lebih 42. Pemantauan Kinerja (performa) radio siaran FM
sebagai antisipasi untuk meminimalisir pelanggaran ketentuan teknis yang ditetapkan
Pemerintah seperti parameter teknis dan wilayah layanan. Parameter teknis yang
dimaksud adalah frekuensi pembawa dan pengkanalan sesuai perijinan yang dimiliki, daya
pancar, lebar pita dan deviasi frekuensi, sedangkan jangkauan pemancar adalah kuat
medan (Field Strength)< 66 dBµV/m, Effective Height Above Average Terrsin (EHAAT),
wilayah layanan pemancar radio siaran FM dipengaruhi tinggi lokasi dan tinggi antena
pemancar. Pengukuran menggunakan beberapa alat ukur dan alat bantu yaitu Spectrum
Analyzer (SPA), Antena, Field Strength Meter, GPS serta Applicasi Radio Mobile,
sebagai obyek penelitian adalah radio “TS” FM dan Radio “JF’ FM yang mempunyai
karakteristik berbeda ditinjau dari lokasi pemancar. Radio “JF “ FM mempunyai performa
frekuensi kerja : 100,9 MHz, lebar pita : 208,7 KHz, ERP : 6,3 kilowatt , tinggi lokasi :
291 mdpl , tinggi antena : 36 meter, EHAAT : 127,19 meter sedangkan Radio “ TS “
FM mempunyai performa frekuensi kerja : 97 MHz, lebar pita : 194,18 KHz, ERP : 5,9
kilowatt , tinggi lokasi : 132,7 mdpl, tinggi antena : 32 meter, EHAAT : 2,8 meter.
Analisa performa radio siaran dengan menggunakan applikasi radio mobile bahwa
Radio “ JF “ FM mempunyai tinggi lokasi 291 m dpl dan tinggi antena : 36 meter
menghasilkan Daya Pancar ERP (effective radiated power) : 6,3 kilo watt dan Effective
Height Above Average Terrsin (EHAAT) : 127,19 meter, melebihi jarak jangkauan yang
ditetapkan Pemerintah yaitu 12 km dan berpeluang menyebabkan interferensi kepada
radio FM lainnya.
Kata Kunci: Performa Radio FM, Ketinggian Antena, Pengaruh Lokasi Pemancar
Radio Siaran FM, EHAAT, ERP.
xi
SUMMARY
HARYO WIDAGDO, Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering
Brawijaya university, September 2016, Influence Analysis of Location Location And
Antenna Transmitter Station Radio FM Radio Frequency 88 - 107.7 MHz Against
Performation In D.I Yogyakarta, Supervisor Lecturer Ir. Erfan Achmad Dahlan, M.T. And
Guntuk Asmungi, S.T., M.T.
Yogyakarta Special Province has 4 districts and one city of Yogyakarta.
Physiographically divided into 4 areas: Mount Merapi, Sewu Mountains, Kulonprogo
Mountains and Lowlands, the number of FM radio broadcast organizer is approximately
42. FM Radio broadcast performance monitoring as an anticipation to minimize violation
of technical provisions set by the Government such as technical parameters And service
areas. The technical parameters in question are the carrier and permit frequencies
according to the licensing, transmit power, bandwidth and frequency deviation, while the
transmitter range is Field Strength < 66 dBμV / m, Effective Height Above Average
Terrsin (EHAAT), service area FM radio broadcast transmitter is influenced high location
and high transmitter antenna. Measurements using several measuring tools and aids are
Spectrum Analyzer (SPA), Antenna, Field Strength Meter, GPS and Mobile Radio
Application, as research object is radio "TS" FM and Radio "JF 'FM which has different
characteristics from the location of the transmitter . Radio "JF" FM has a working
frequency performance: 100.9 MHz, bandwidth: 208.7 KHz, ERP: 6.3 kilowatts, high
location: 291 mdpl, antenna height: 36 meters, EHAAT: 127.19 meters while Radio "TS"
FM has a working frequency performance: 97 MHz, bandwidth: 194.18 KHz, ERP: 5.9
kilowatts, high location: 132.7 mdpl, antenna height: 32 meters, EHAAT: 2.8 meters.
Analysis of radio broadcast performance using mobile radio applications that Radio "JF"
FM has a high location of 291 m asl and antenna height: 36 meters produces ERP Power
(effective radiated power): 6.3 kilo watt and Effective Height Above Average Terrsin
(EHAAT ): 127.19 meters, exceeding the Government's specified range of 12 km and
potentially causing interference to other FM radios.
Keywords: FM Radio Performance, Elevation of Antenna, Influence of Radio
Transmitter Location of FM Broadcast, EHAAT, ERP.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak ditengah selatan Pulau Jawa dan
letak geografis pada 7⁰ 33 “ sampai dengan 8⁰ 12 ‘ Lintang Selatan (LS) dan bujur
Timur 110 ⁰ 0’ sampai dengan 110 ⁰50’ (BT). Secara fisiografis dikelompokkan
menjadi 4 yaitu : Gunung Merapi, Pegunungan Sewu, Pegunungan Kulonprogo dan
Dataran rendah. Batas Propinsi Jawa Tengah yaitu bagian Tenggara Kabupaten
Wonogiri, bagian timur laut kabupaten Magelang, bagian barat Kabupaten Purworejo.
Luas Wilayah Propinsi Yogyakarta 3185,80 km, dengan jumlah Pemeritah Daerah
tingkat II ada 4 Kabupaten dan 1 kota Yogyakarta, terkenal sebagai kota budaya,
pariwisata dan kota pelajar. Predikat sebagai kota pelajar para pengusaha bisnis hotel
juga bisnis media broadcast tertarik untuk usaha di bidang penyiaran, penyelenggara
radio siaran jumlahnya banyak, dalam hal ini perlunya penataan terkait keberadaan
radio siaran oleh Pemerintah.
Saat ini Radio siaran FM yang telah on air dan berijin kurang lebih 40 radio
siaran, dengan range frekuensi dari 87 sampai dengan 107.6 MHz. Kategori kelas ada 2
yaitu kelas B dan C, selain kategori kelas juga ketentuan lain misalnya ERP kelas B
antara 2 kW sampai dengan 15 kW, wilayah layanan maksimum 20 km dari pusat
pemancar radio, sedangkan untuk kelas C dengan Effective Radiated Power (ERP)
maksimum 4 kW, wilayah layanan maksimum 12 km dari pusat pemancar radio.
Karakteristik Radio siaran merupakan daya guna (performance) dari radio tersebut,
performance terkait dengan wilayah layanan terjauh, lebar pita, kuat medan dan juga
faktor tinggi antena.
Propinsi D.I. Yogyakarta memiliki kondisi alam datar (flat) dan dikelilingi
perbukitan memiliki jumlah radio yang tergolong banyak, dan salah satu permasalahan
misalnya antara radio siaran berlomba untuk dapat bersaing memuaskan penerimanya
dengan memperbaiki kualitas siaran maupun jarak jangkauannya yang akan melebihi
ketentuan. Menaikan tinggi, power antena dan juga ketinggian lokasi pemancar antena
radio adalah cara menambah layanan menjadi lebih baik, tetapi ada beberapa radio yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah secara administrasi maupun teknis.
2
Permasalahan teknis juga dapat menyebabkan gangguan layanan ke wilayah diluar
Propinsi DIY (Jawa tengah yang berdekatan dengan Wilayah Propinsi DIY) juga akan
mengganggu ke radio lain yang memiliki kanal frekuensi berdekatan, karena lebar pita
yang diizinkan tidak melebihi dari ketentuan bandwidth 372 KHz. Penelitian ini
menggunakan beberapa parameter sebagai obyek pengujian dan analisis, yaitu
pengukuran lokasi pemancar dan ketinggian antena. Dengan menggunakan aplikasi
Radio Mobile Network akan membuktikan bahwa antara lokasi pemancar berada di
dataran yang lebih tinggi memiliki daya pancar yang bagus dan Effective Height Above
Average Terrain (EHAAT) dari pemancar di dataran yang lebih rendah akan
mempengaruhi aspek kualias layanan, dan penelitian ini di harapkan akan dapat
membuktikan aspek tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Penyelenggaraan radio siaran FM saat ini di propinsi D.I Yogyakarta sangat padat
jika dilihat dari luas wilayah propinsi D.I Yogyakarta 3185,80 km yang terdiri dari 4
kabupaten (Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul, Bantul) dan 1 kota Yogyakarta
memiliki bentuk geografis berbeda-beda di setiap kabupaten dan kota dengan jumlah
radio siaran FM kurang lebih 40 radio siaran.
Perbedaan kontur di setiap kabupaten di kelilingi perbukitan maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah pemancar yang kelasnya sama namun beda
konturnya antara daerah yang dikelilingi perbukitan atau di pedesaan dengan di
perkotaan banyak pantulan dari gedung tinggi maupun kondisi alam yang obstacle
(halangan). Hubungan karakteristik kuat medan, faktor antena, Effective Radiated
Power (ERP), perhitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) terhadap
wilayah layanan terjauh.
1.3. Tujuan Penulisan Skripsi :
Adapun tujuan dalam penulisan Skripsi ini sebagai berikut :
1. Menampilkan data pengukuran karakteristik stasiun pemancar.
2. Memvisualisasikan pengukuran dengan menggunakan Aplikasi Radio Mobile
Network.
3. Menghasilkan data pengukuran Effective Height Above Average Terrain
(EHAAT).
3
4. Menganalisis pengaruh Effective Radiated Power (ERP) dan Effective Height
Above Average Terrain (EHAAT) .
1.4. Batasan Masalah
Mengingat jumlah radio siaran FM sebanyak 40 Radio serta wilayah Propinsi
DIY maka penulis membatasi masalah pada :
1. Radio FM sebagai obyek penelitian Radio Family (Radio Prima Amanat
Nusantara) kanal 134, lokasi pemancaran di dataran tinggi, frekuensi 100,9
MHz dan Radio Efkindo ( Trijaya Sindo FM) kanal 95, lokasi pemancar
didataran rendah, frekuensi 97 MHz.
2. Pengukuran karakteristik stasiun radio dengan menggunakan Spectrum
analyzer untuk membatasi pengukuran kanal frekuensi, lebar pita untuk
meminimalisir terjadinya interferensi.
3. Analisis dengan cara menghitung Effective Height Above Average Terrain
(EHAAT) dan Aplikasi Radio Mobile Network hasil perhitungan dibuktikan
dengan pengukuran kuat medan dengan perangkat Field Strength meter.
1.5 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat di angkat dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapakah nilai Path Loss, (Effective Height Above Average Terrain) EHAAT
pada radio siatan FM yang di amati ?
2. Pengaruh apakah jika Effective Radiated Power (ERP) dan (Effective Height
Above Average Terrain) EHAAT melebihi batas yang telah di tentukan ?
(Keputusan Mentri Perhubungan, No : KM. 15 Tahun 2003 BAB I Pasal 1
nomer 9 & 10).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara ringkas latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
4
BAB II : Dasar Teori Bab ini menjelaskan konsep dasar Antenna, sistem
broadcasting, Radio FM, dan parameter - parameter yang digunakan
sebagai parameter analisis.
BAB III : Bab ini berisi penjelasan tentang data-data hasil pengamatan, pengukuran
dan kualitas audio radio siaran FM di kota Yogyakarta.
BAB IV : Hasil Pengujian dan Pembahasan Bab ini memberikan penjelasan dan
analisis atas setiap proses pengamatan, pengukuran dan kualitas audio
siaran FM .
BAB V : Kesimpulan dan Saran Bagian ini memberikan kesimpulan dan saran dari
hasil yang diperoleh.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Tentang Radio FM
2.1.1 Umum
Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation = FM) adalah proses
menumpangkan sinyal informasi pada sinyal pembawa (carrier) sehingga frekuensi
gelombang pembawa (carrier) berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan)
gelombang sinyal informasi. Sinyal informasi yang dimodulasikan (ditumpangkan) pada
gelombang pembawa menyebabkan perubahan frekuensi gelombang pembawa sesuai
dengan perubahan tegangan (simpangan) sinyal informasi. Pada modulasi frekuensi
sinyal informasi mengubah-ubah frekuensi gelombang pembawa, sedangkan
amplitudanya konstan selama proses modulasi. Proses modulasi frekuensi ditampilkan
pada Gambar 2.1 .
Gambar 2.1 Sinyal Modulasi Sinyal FM.
Sumber: http://electrical.blogspot.com/2013/04/sinyal-am-vs-sinyal-fm.html
Untuk menghasilkan sinyal FM, frekuensi radio pembawa harus diubah searah
dengan amplitudo dari sinyal audio yang masuk. Ketika sinyal audio dimodulasi ke
frekuensi pembawa gelombang radio, frekuensi gelombang radio akan bergerak naik
dan turun. Tingkat di mana gelombang bergerak naik dan turun ini dikenal sebagai
“Penyimpangan” dan direpresentasikan sebagai penyimpangan Kilohertz. Misalnya, jika
6
gelombang sinyal memiliki penyimpangan dari 4 kHz, maka gelombang pembawa
dibuat untuk bergerak di 4 transmisi kHz. FM umumnya menggunakan band antara 88
sampai 108 MHz dengan penyimpangan sekitar 75 kHz. Sinyal ini memiliki bandwidth
yang besar dan mendukung untuk penyiaran dengan kualitas yang baik. Lebar
band (bandwidth) kurang digunakan dalam sistem komunikasi FM. Pada sistem
komunikasi dua arah (seperti HT) menggunakan FM band yang sempit dengan deviasi
dari 3 kHz. Transmisi FM umumnya digunakan pada frekuensi radio VHF untuk
menyiarkan musik dan percakapan dengan kualitas tinggi. Suara dari siaran TV normal
juga disiarkan menggunakan FM. Band FM digunakan dalam siaran umumnya disebut
lebar FM (wideband FM) atau W-FM. Dalam radio dua arah, Narrowband FM (N-FM)
digunakan untuk menghemat bandwidth. Selain itu, FM juga digunakan untuk mengirim
sinyal ke ruang angkasa. Wideband FM (W-FM) membutuhkan bandwidth yang lebih
lebar daripada sistem modulasi amplitudo (AM) dengan sinyal modulasi yang setara,
tetapi sinyal Wideband FM lebih tahan terhadap noise dan interferensi.
Frekuensi modulasi juga lebih tahan dari efek suara yang kurang jelas. Radio
penerima FM menggunakan detektor khusus untuk sinyal FM dan terkadang detektor ini
menunjukkan fenomena yang disebut efek Capture, yang mana tuner dapat dengan jelas
menerima sinyal dari dua stasiun disiarkan pada frekuensi yang sama. Sebuah sinyal
FM juga dapat digunakan untuk membawa sinyal stereo, dengan menggunakan
multiplexing dan demultiplexing sebelum dan setelah proses FM.
2.1.2. Fitur dari Sinyal FM
Fitur yang paling penting dari frekuensi modulasi (FM) adalah ketahanannya
pada gangguan sinyal amplitudo. Modulasi ini dilakukan dengan mengubah variasi
dalam frekuensi. Artinya, amplitudo gelombang sinyal apapun tidak akan memengaruhi
output audio, asalkan sinyal dari pemancar radio masih dalam jangkauan radio
penerima.
1. Gelombang FM memiliki sifat ketahanan terhadap noise dan interferensi.
2. Digunakan untuk transmisi siaran berkualitas tinggi.
3. Fitur lain yang penting dan berkaitan dengan transmisi FM. Modulasi
audio dapat diterapkan pada tahap pemancar berdaya rendah, dan tidak perlu
7
menggunakan bentuk penguatan linear untuk meningkatkan tingkat
daya sinyal .
4. TransmisiFM dapat menggunakan amplifier RF non-linear untuk memperkuat
sinyal FM di pemancar. Ini lebih efisien daripada penguat RF linear. Oleh
karena itu, untuk keluaran daya pancar yang sama, pemancar FM lebih hemat
energi dibandingkan dengan pemancar lain.
2.1.3 Cara Kerja Pemancar Radio FM
Pemancar radio terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
1. Mikropon mempunyai fungsi mengubah bunyi menjadi sinyal listrik,
2. Dua rangkaian pemancar berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi
gelombang elektromagnetik.
3. Antena berfungsi memancarkan gelombang elektromagnetik sebagai akses
menyebarkan sinyal ketempat yang jauh.
Rangkaian pemancar terdiri dari osilator, penguat frekuensi radio, penguat
frekuensi audio, dan modulator. Penguat frekuensi berguna untuk memerkuat sinyal-
sinyal yang datang dari mikropon. Selain itu, terdapat osilator frekuensi tinggi yang
menyebabkan arus elektron bergetar bolak-balik sampai beberapa megahertz.
Gelombang radio frekuensi tinggi ini, bekerja sebagai gelombang pembawa untuk
membawa sinyal frekuensi audio yang berasal dari suara penyiar atau musik yang
disiarkan. Perpaduan gelombang radio dengan gelombang audio dinamakan modulasi
audio. Gelombang yang telah dimodulasikan ini nantinya akan dipancarkan oleh antena
pemancar. Pemancar radio memancarkan gabungan sinyal listrik frekuensi radio (RF)
dan sinyal listrik frekuensi audio (AF). Sinyal frekuensi radio (FR) yang dibangkitkan
osilator diperkuat oleh penguat RF, sedangkan sinyal frekuensi radio (AF) yang di
bangkitkan mikropon diperkuat oleh penguat AF. Penggabungan (modulasi) kedua jenis
frekuensi tersebut terjadi dalam modulator. Modulator menghasilkan gelombang radio
termodulasi yang merupakan gabungan dari sinyal RF (gelombang pembawa) dan
sinyal AF (gelombang informasi). Gelombang radio termodulasi ini, kemudian
diumpankan ke antena untuk dipancarkan ke seluruh penjuru dalam bentuk gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi tertentu, dan dapat dijelaskan pada bagan gambar
jaringan stasiun pemancar radio pada Gambar 2.2
8
Gambar 2.2 Jaringan Stasiun Pemancar Radio FM
Sumber : http://id.fmuser.net/content/?1068.html
Cara Kerja Pemancar Radio FM :
Pemancar FM terdiri atas rangkaian blok subsistem yang memiliki fungsi tersendiri,
yaitu:
a. FM Exciter
FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah termodulasi.
Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari exciter
adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa dengan
satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC.
Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband
amplifier ke level yang dibutuhkan.
b. Penguat / Amplifier
Adalah komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan daya (atau tenaga
secara umum). Dalam bidang audio, amplifier akan menguatkan signal suara
9
(yang telah dinyatakan dalam bentuk arus listrik) pada bagian input-nya menjadi
arus listrik yang lebih kuat di bagian output-nya.
c. Catu daya (power supply)
Merubah input power dari sumber AC menjadi tegangan dan arus DC atau AC
yang dibutuhkan oleh tiap subsistem.
d. Transmitter Control System memonitor,
Melindungi dan memberikan perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka
dapat bekerja sama dan memberikan hasil yang diinginkan.
e. RF lowpass filter
Membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output pemancar.
f. Directional coupler
Mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem
antena.
2.1.4 Cara Kerja Penerima Radio FM
Cara Kerja Radio Penerima FM. Modulasi FM punya banyak kelebihan
dibanding AM. Salah satunya adalah reproduksi audio musik yang sangat
memungkinkan kualitas audio Hi-Fi dapat dicapai. Penggunaan sistem pada radio
pemancar atau radio penerima FM mambuat hampir semua frekuensi dalam jangkauan
audio dapat diproduksi dan direproduksi dengan baik.
Di Indonesia siaran radio FM komersial dialokasikan pada jalur VHF antara 88
sampai 108 MHz. Dalam jalur ini frekuensi-frekuensi yang ditentukan diberi jarak 200
kHz, dan deviasi frekuensi yang diizinkan maksimal sebesar kurang lebih 75 kHz di
sekitar frekuensi pembawa dengan radius pancaran sekitar 80 km. Lebar bidang
frekuensi modulasi dasar pada pemancar FM adalah 15 kHz, jauh lebih lebar
dibandingkan modulasi dasar pemancar komersil AM yang hanya 5 kHz.
Berikut Cara Kerja Radio FM dan Skema Blok dari sebuah radio penerima
FM stereosuperheterodyne dengan penguat RF tertala pada Gambar 2.3 :
10
Gambar 2.3 Blok Diagram Radio FM
Sumber : http://laporan-7-blok-penerima-fm.html
Cara Kerja Penerima Radio FM :
Rangkaian tingkat penguat RF dan osilator lokal pada radio penerima FM ditala
oleh sebuah kapasitor variabel 3 kolom satu poros. Pada Radio penerima FM komersial,
digunakan bakuan :
𝑓𝑐 = 𝑓𝐿0 − 𝑓𝐼𝐹 Persaman (2.1)
Dimana :
fc = Frekuensi sinyal pembawa dari pemancar (Hz)
fL0 = Frekuensi Osilator Lokal (Hz)
fIF = Frekuensi Antara (Intermediate Frequency) (Hz)
Dengan demikian, frekuensi osilator lokal dapat diubah dari 98,7 MHz sampai
118,7 MHz, sehingga dari pencampur menghasilkan suatu frekuensi IF 10,7 MHz.
Bagian Penguat IF terdiri dari beberapa tingkat dengan gain tinggi dimana satu atau
beberapa darinya adalah pembatas amplitudo yang biasanya diatur agar mempunyai
suatu ambang permukaan kira-kira 1 mV pada input tingkat pembatas. Seluruh tingkat
di tala sedemikian rupa dengan frekuensi tengah 10,7 MHz dengan bandwidth 150 kHz.
Diskriminator yang umum digunakan adalah detektor Reaktif (Quadratur
Detector) atau yang lebih dikenal dengan Diskriminator Fasa yang bergantung juga
pada hubungan frekuensi atau sudut dari suatu rangkaian tala. Cara kerja detektor radio
FM jenis ini pada dasarnya merupakan rangkaian yang tegangan keluarannya sebanding
11
dengan beda antara frekuensi acuan dan frekuensi sinyal masuk. Kelebihan dari detektor
ini adalah dalam hal rangkaian tala yang diperlukan yaitu hanya satu saja.
AFC (Automatic Frequency Control). AFC pada Radio Penerima FM adalah
untuk menstabilkan penerimaan. Cara kerja AFC pada radio FM adalah penerapan dari
feedback negatif. Untuk ini diturunkan sebuah sinyal yang besarnya sebanding dengan
deviasi rata-rata dari frekuensi tengah yang diterima pada titik tengah Bandpass IF
penerima. Sinyal ini digunakan untuk mengubah reaktansi sebuah dioda
tala (varaktor) pada rangkaian osilator untuk menggeser frekuensinya, sehingga cukup
untuk mengimbangi deviasi dan membawa sinyal tersebut kembali ke tengah Bandpass
IF. Pada pemancar FM, untuk mengantisipasi penurunan deviasi frekuensi pemancar
akibat dari penurunan amplitudo sinyal modulasi pada frekuensi tinggi sinyal
pemodulasi digunakan rangkaian pre-emphasis. Cara kerja rangkaian ini akan
meningkatkan dengan 6 dB/Oktaf untuk frekuensi sinyal modulasi di atas 2,1 kHz.
Penerapan pre-emphasis pada pemancar FM secara langsung juga mengakibatkan
deviasi frekuensi FM akan lebih lebar pada nada-nada tinggi audio sinyal pemodulasi
(treble). Akibatnya, pada radio penerima FM, kebisingan sinyal keluaran yang
disebabkan oleh modulasi fasa meningkat langsung sebanding dengan frekuensi atau
dengan 6 bB/Oktaf. Sebuah filter yang dinamakan jaringan De-emphasis akan
memperlemah kebisingan dengan 6 dB/Oktaf, dengan demikian jaringan kebisingan
dapat diratakan pada sisi keluarannya. Rangkaian de-emphasis secara sederhana dapat
diwujudkan oleh sebuah jaringan RC yang membentuk rangkaian LPF (Low Pass
Filter) dengan frekuensi cut-off = 2,1 kHz. Di gambarkan pada gambar 2.4 .
Gambar 2.4 Gambar Tanggpan LPF
Sumber : http://laporan-2-tanggapanLPF-fm.html
12
Pengatur volume dan nada serta sebuah penguat audio digunakan untuk
memperkuat daya sinyal tegangan keluaran dari rangkaian diskriminator fasa setelah
melalui rangkaian de-emphasis. Cara kerja nya adalah dengan menguatkan arus dan
tegangan sinyal audio dari taraf mili-Watt sedemikian hingga dapat menggetarkan
membran Loudspeaker.
Penguat audio yang digunakan pada radio penerima FM adalah penguat audio
yang memiliki jangkauan frekuensi minimal sampai dengan 15 kHz sesuai lebar bidang
modulasi pemancar FM untuk mendapatkan karakteristik kualitas Hifi pada reproduksi
audio (musik).
2.2 Antena
Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran
transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi adalah
alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi gelombang
elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak
berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang uniform sepanjang
saluran itu. Jika saluran ini dihubung singkat maka akan muncul gelombang berdiri
yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang yang
dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang dipantulkan
akan dihasilkan gelombang berdiri murni. Konsentrasi-konsentrasi energi pada
gelombang berdiri ini berosilasi dari energi listrik seluruhnya ke energi magnet total dua
kali setiap periode gelombang itu. Antena merupakan sebuah perangkat yang digunakan
memancar dan atau menerima gelombang elektromagnetik secara efisien. Sebagai
contoh penggunaan antena yaitu;
A. Komunikasi Tanpa Kabel
(Wireless Communication) berupa sistem komunikasi personal (PCS), sistem
Global Positioning Satellite (GPS), Wireless Local Area Netrworks (WLAN),
Direct Broadcast Satellite (DBS) Television, Mobile Communications, Telephone
Microwave/Satellite Links, Broadcast Television, Radio, dan lainnya.
13
B. Penginderaan jauh (Remote Sensing)
Berupa Radar (Penginderaan jauh aktif yang bekerja meradiasi dan menerima
gelombang), pemakaian untuk militer sebagai pencari target dan tracking, radar
cuaca, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan mobil, pengatur lalu lintas
(magnetometer), Ground Penetrating Radar (GPR), pemakaian untuk pertanian.
Radiometry adalah Penginderaan jauh pasif yang bekerja dengan cara menerima emisi
gelombang. Penggunaan militer dalam bentuk perlakuan gelombang dan penggabungan
sinyal.
2.3 Parameter Umum Antena
2.3.1 Pola Radiasi
Pola radiasi (juga disebut pola antena) merupakan representasi dari gain dari
antena untuk semua arah. Karena ini adalah deskripsi tiga dimensi dari rapat daya, sulit
untuk menampilkan atau menggunakan. Hal ini umum untuk menampilkan atau
merencanakan lintas-bagian dari itu. Gambar 1 menunjukkan pola radiasi dari dipole
setengah panjang gelombang vertikal pada bidang horisontal dan vertikal pesawat.
Seperti yang dapat dilihat dalam gambar ini, patten pada bidang horisontal tidak
memiliki struktur. Antena ini memiliki gain konstan dibandingkan azimuth. Di sisi lain,
pola pada bidang vertikal menunjukkan bahwa antena memiliki keuntungan maksimum
pada bidang horisontal dan tidak ada radiasi dalam arah bertepatan dengan sumbu
antena. Oleh karena itu, satu sekarang dapat memvisualisasikan pola tiga dimensi
sebagai torus (berbentuk donat), yang di tunjukan pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Horizontal-vertikal pesawat dan pesawat-pola dari half wave length dipol
vertikal
Sumber :http://karakteristik-antena/
14
Seringkali, arah tidak ditentukan ketika mengacu pada gain antena itu. Dalam
hal ini, di asumsikan bahwa arah gain adalah arah radiasi keuntungan maksimum
maksimum untuk antena. Pola terkait kemudian akan menyajikan nilai-nilai relatif
terhadap keuntungan maksimum.
2.3.2 Lobus dan Nulls
Daerah pola di mana keuntungan memiliki maxima lokal disebut lobus, dan
tempat-tempat di mana keuntungan memiliki minimum lokal disebut nulls. Bidang
vertikal “cut” untuk dipole setengah gelombang memiliki dua lobus dan dua nulls.
Gambar 2.6 menunjukkan beberapa contoh lain. Sebuah pola antena yang kompleks
mungkin memiliki banyak lobus dan nulls di kedua horisontal dan vertikal-pesawat-
pesawat pola. Lobus dengan gain terbesar disebut main lobe atau main beam antenna.
Jika nilai tunggal keuntungan diberikan untuk antena, diasumsikan menjadi main lobe
atau main beam gain, yang di tunjukan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Vertikal-plain Pola Radiasi Menunjukkan Meningkatnya Kompleksitas
Lobus dan Nulls
Sumber :http://karakteristik-antena/
2.3.3 Gain
Gain adalah perbandingan antara rapat daya per satuan unit antena terhadap
rapat daya antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Gain suatu antena
berlainan dengan gain kutub empat, gain diperhatikan daya masukan ke terminal
antena. Ada dua jenis parameter penguatan (Gain) yaitu absolute gain dan relative
gain. Absolute gain pada sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan antara
intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang
diterima oleh antena teradiasi secara isotropik. Intensitas radiasi yang berhubungan
15
dengan daya yang diradiasikan secara tropik sama dengan daya yang diterima oleh
antena (Pin) dibagi 4π. Selain absoulute gain juga ada relative gain. Relative gain
didifeinisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan
perolehan daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga. Daya
mauskan harus sama di antara kedua antena itu. Akan tetapi, antena referensi
merupakan sumber isotropik yang lossles (Pin (lossles) )
2.3.4 Pathloss
Path loss (atau atenuasi path) adalah pengurangan rapat daya ( atenuasi ) dari
gelombang elektromagnetik yang merambat melalui ruang. Path rugi merupakan
komponen utama dalam analisis dan desain link budget sistem telekomunikasi. Istilah
ini umumnya digunakan dalam komunikasi nirkabel dan sinyal propagasi. Jalur
kerugian mungkin karena banyak efek, seperti-ruang rugi bebas, refraksi, difraksi,
refleksi, aperture-menengah rugi kopling, dan penyerapan. Path rugi juga dipengaruhi
oleh kontur medan, lingkungan (perkotaan atau pedesaan, vegetasi dan dedaunan),
medium propagasi (udara kering atau lembab), jarak antara pemancar dan penerima, dan
tingginya dan lokasi antena.
Penyebab Jalur rugi propagasi biasanya mencakup kerugian yang disebabkan
oleh perluasan alami dari gelombang radio di depan ruang bebas (yang biasanya
mengambil bentuk sebuah bola yang pernah meningkat), penyerapan kerugian (kadang-
kadang disebut kerugian penetrasi), ketika sinyal melewati media tidak transparan untuk
gelombang elektromagnetik, difraksi kerugian ketika bagian dari gelombang radio
depan terhambat dengan adanya kendala opak, dan kerugian yang disebabkan oleh
fenomena lain.
Sinyal dipancarkan oleh pemancar juga mungkin berjalan bersama dan berbeda
banyak jalan ke penerima secara bersamaan, efek ini disebut multipath. Multipath
gelombang menggabungkan di antena penerima, sehingga sinyal yang diterima yang
sangat bervariasi, tergantung pada distribusi intensitas dan waktu relatif propagasi dari
gelombang dan bandwidth dari sinyal yang ditransmisikan. Daya total mengganggu
gelombang dalam Rayleigh fading cepat skenario bervariasi sebagai fungsi ruang (yang
dikenal sebagai skala kecil fading ). Kecil memudar mengacu pada perubahan yang
cepat dalam amplitudo sinyal radio dalam waktu singkat atau jarak perjalanan.
16
2.3.5 Standing Wave Ratio (SWR)
Standing Wave Ratio (SWR), juga dikenal sebagai Voltage Standing Wave Ratio
(VSWR), tidak sepenuhnya untuk karakteristik antena, tetapi digunakan untuk
menggambarkan kinerja antena ketika terhubung pada saluran transmisi. Ini adalah
ukuran dari seberapa baik antena terminal impedansi cocok dengan impedansi
karakteristik saluran transmisi. Secara khusus, VSWR adalah rasio maksimum untuk
tegangan RF minimum sepanjang saluran transmisi. Maxima dan minima sepanjang
garis disebabkan oleh penguatan parsial dan pembatalan forward moving sinyal RF
pada saluran transmisi dan refleksi dari terminal antena.
Jika impedansi terminal bagian antena tidak reaktif (imajiner) dan jika resistif
(real) bagian adalah sama dengan impedansi karakteristik saluran transmisi, maka
antena dan saluran transmisi dikatakan cocok. Jika ini benar, maka tidak ada sinyal RF
dikirim ke antena akan terlihat di terminal. Tidak ada gelombang berdiri pada saluran
transmisi dan VSWR memiliki nilai satu. Namun, jika antena dan saluran transmisi
tidak cocok, maka beberapa fraksi dari sinyal RF yang dikirim ke antena terlihat
kembali di sepanjang saluran transmisi. Hal ini menyebabkan gelombang berdiri,
ditandai dengan maxima dan minima, ada di telepon. Dalam kasus ini, VSWR memiliki
nilai lebih besardari VSWR ini mudah diukur dengan alat yang disebut SWR meter. Hal
ini dimasukkan ke dalam saluran transmisi dan langsung memberikan nilai VSWR.
Pada nilai VSWR 1,5, sekitar 4% dari insiden di terminal antena. Pada nilai 2,0, sekitar
11% dari daya datang dipantulkan. Nilai VSWR dari 1,1-1,5 dianggap sangat baik, nilai
1,5 hingga 2,0 dianggap baik, dan nilai-nilai yang lebih tinggi dari 2,0 mungkin tidak
dapat diterima.
Sebagaimana dinyatakan di atas dan dipertandingan yang ideal antara antena dan
saluran transmisi yang diinginkan; tetapi hal ini sering dapat dicapai hanya untuk satu
frekuensi. Dalam prakteknya, antena dapat digunakan untuk seluruh pita frekuensi, dan
impedansi terminal akan berbeda-beda di band. Dalam spesifikasi antena, baik
impedansi terhadap frekuensi di band diberikan atau VSWR terhadap frekuensi yang
diberikan.
17
2.4 Tipe-tipe Antena
Beberapa tipe antena yang bisa digunakan pada jaringan Wireless adalah antena-
antena berikut:
2.4.1 Antena Yagi-Uda
Antena yagi-uda dikembangkan pertama kali oleh seorang ahli antena
berkebangsaan Jepang bersama seorang asistennya. Nama Yagi-Uda diambil dari nama
keduanya. Antena yagi-uda sebenarnya merupakan pengembangan dari antena dipole.
Yagi-Uda mencoba menambahkan beberapa elemen di depan dan di belakang antena
dipole dengan jarak antarelemen tertentu.
Hasilnya, ternyata performansi dan efektifitas antena meningkat. Di samping itu,
pola pancar (pattern) dapat diarahkan/difokuskan pada satu arah dan menghasilkan
power (daya) yang lebih besar dari sebelumnya sehingga menghasilkan sinyal yang
lebih kuat, baik pada saat memancarkan maupun menerima, ditunjukan pada Gambar
2.7
Gambar 2.7 Antena Yagi-Uda
Sumber : http://4896/explain-the-working-principle-of-yagi-uda-antenna-/
2.4.2 Antena Parabolik dan Grid Parabolik
Antena ini terdiri dari sebuah dipole sebagai drive elen yang di pasang di muka
reflektor yang berbentuk element. Reflektor antena ini berupa solid dish dan grid
parabolic. Posisi driven elemen tersebut berada di titik fokal (titik api) reflektor
18
parabolik tersebut. Waveguide dan dua elemen yagi juga dipasang untuk dipole biasa, di
tunjukan pada Gambar 2.8
( a ) ( b )
Gambar 2.8 Antena Grid ( a ), Antena Parabolik ( b )
Sumber : http://48/explain-the-working-principle-of-Grid-Parabolik-antenna-/
2.4.3 Antena Circular MS 1
Biasanya antena ini sering digunakan pada pemancar radio FM sebab antena ini
berpolarisasi vertikal dan horizontal. Antena circular Ms-1 ini yang sering kali di
gunakan untuk pemancar radio siaran FM karena memiliki polarisasi circular. Lebih
efisien untuk pemancar radio FM, yang di tunjukan pada Gambar 2.9
Gambar 2.9 Antena Circular MS-1
Sumber : http://www.antena.co.id /31/406/circular-single-ring-omb-type
19
2.4.4 Antena Omnidedirectional
Sebuah antena Omnidirectional adalah antena daya sistem yang memancar
secara seragam dalam satu pesawat dengan bentuk pola arahan dalam bidang tegak
lurus. Pola ini sering digambarkan sebagai “donat berbentuk”. Antena Omnidirectional
dapat digunakan untuk menghubungkan beberapa antena directional di outdoor point-
to-multipoint komunikasi systems termasuk sambungan telepon selular dan siaran TV.
Antena omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran sinyal 360-derajat
yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional antena secara normal mempunyai gain sekitar
3-12 dBi, yang digunakan untuk hubungan Point-To-Multi-Point ( P2Mp) atau satu titik
ke banyak titik di sekitar daerah pancaran. Baik yang bekerja dari jarak 1-5 km, akan
menguntungkan jika client atau penerima menggunakan directional antenna atau
antenna yang ter arah, yang ditunjukkan di bawah adalah pola pancaran khas RFDG
140 omnidirectional antena. Radiasi yang horisontal dengan pancaran 360-derjat.
Radiasi yang horisontal pada dasarnya E-Field. Yang berbeda dengan, polarisasi yang
vertikal adalah sangat membatasi potongan sinyal yang di pancarkan.
Antena ini akan melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada
sekelilingnya atau 360 derjat, sedangkan pada bagian atas antena tidak memiliki sinyal
radiasi, yang ditunjukan pada gambar 2.10
Gambar 2.10 Antena Omnidirectional
Sumber : http://www.sieragolf.com/2016/05/kategori-antena-dan-jenis-jenis-
antena.html
20
2.4.5 Antena helix
Antena Helix atau Helical adalah suatu antena yang terdiri dari 'conducting wire'
yang dililitkan pada media penyangga berbentuk helix. Antena helix, ditemukan oleh
John Kraus (W8JK), dapat dianggap sebagai akhir kesederhanaan genius sejauh desain
antena yang bersangkutan. Khusus untuk frekuensi di kisaran 2-5 GHz desain ini sangat
mudah, dan praktis. Kontribusi ini menjelaskan cara untuk menghasilkan heliks antena
untuk frekuensi sekitar 2,4 GHz yang dapat digunakan untuk misalnya packet radio
kecepatan tinggi (S5-PSK, 1,288 Mbit / s), 2,4 GHz wavelans, dan, satelit amatir
(AO40). Perkembangan dalam hasil WaveLan peralatan kemungkinan mudah untuk
akses internet kecepatan tinggi nirkabel menggunakan 802.11b (alias WiFi) standar.
Antena yang terdiri dari kawat luka melakukan dalam bentuk heliks. Dalam
kebanyakan kasus, antena heliks dipasang selama pesawat tanah. Para feed line
terhubung antara bawah helix dan bidang tanah. Antena heliks dapat beroperasi dalam
satu dari dua mode utama: modus normal atau mode aksial. Heliks mode atau selebaran
normal, dimensi helix (jika diameter dan lapangan) adalah kecil dibandingkan dengan
panjang gelombang. Antena bertindak mirip dengan sebuah elektrik pendek dipol atau
monopol, dan pola radiasi, mirip dengan antena ini adalah omnidirectional, dengan
radiasi maksimum pada sudut kanan terhadap sumbu heliks. Radiasi adalah terpolarisasi
linier sejajar dengan sumbu heliks. Dalam modus heliks atau end-api aksial, dimensi
helix sebanding dengan panjang gelombang. Fungsi antena sebagai antena directional
memancarkan balok dari ujung helix, sepanjang sumbu antena. Dapat memancarkan
polarisasi sirkuler gelombang radio, dan ditunjukan pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Antena Helix
Sumber : https://teknikelektronikansp.wordpress.com/2014/01/03/antena-helix-2/
21
2.5 Pemetaan Pemancar Radio Siaran FM.
Dalam memetakan Stasiun Radio Siaran FM untuk meminimalisir interferensi
atau gangguan frekuensi radio, serta sebagai pengaturan wilayah layanan dalam hal ini
dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti lebar pita, medan dan lingkungan stasiun
pemancar yang berkaitan dengan wilayah layanan maksimum dari lokasi stasiun
pemancar, ketinggian antena dapat mempengaruhi Pathloss / rugi path dalam satuan
dB. Lebar pita dapat diukur dengan Spectrum analyzer (SPA) dalam ketentuan/standard
372 kHz, medan lingkungan dan lokasi stasiun pemancar pengukuran menggunakan
GPS sebagai parameter teknis koordinat lokasi pemancar berbeda antara dataran tinggi
/ pegungan / pedesaan dengan dataran rendah. Pemetaan Radio Siaran FM dapat
digambarkan seperti Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Pemetaan Radio Siaran FM di Yogyakarta
Sumber : Buku Panduan Pemetaan Radio FM Balai monitor Kelas II D.I. Yogyakarta
Dari pemetaan radio di wilayah D.I Yogyakarta yang terlalu padat ini maka
harus seringkali dibutuhkan pengamatan yang baik agar tidak ada penyalahgunaan
frekensi yang terjadi, dan pengukuran frekuensi di bantu dengan alat Spectrum analyzer,
juga global Positionong System (GPS)
2.5.1 (Effective Radiated Power) ERP
ERP (Effective Radiated Power) adalah hasil dari daya yang di berikan ke
antenna dengan penguatan (gain) relatif terhadap antenna dipole setengah gelombang.
22
2.5.2 EHAAT ( Effective Height Above Average Terrain )
EHAAT (Effective Hight Above Average Terrain ) adalah ketinggian efektif
suatau antenna pemancar yang dihitung dari rata-rata permukaan tanah berada diantara
3 sampai dengan 15 kilometer titik maksimal dari lokasi pemancar.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna
mendapatkan data yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang telah dirumuskan, hal ini berkaitan dengan langkah-langkah yang
akan digunakan dalam proses pengerjaan skripsi nantinya. Penulis dalam melakukan
penelitian ini ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan dapat di lihat pada
Gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram Alur metodelogi penelitian EHAAT dan ERP
24
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Balai Monitor Spektrum frekuensi radio
Kelas II Yogyakarta selama 3 bulan dimulai pada bulan juli 2016 sampai dengan
september 2016. Dengan ruang lingkup meliputi kota Yogyakarta dengan kondisi
wilayah yang mempunyai dataran tinggi dan dataran rendah dan berbagai perbukitan
yang menjadikan kondisi letak geografis dari kota D.I Yogyakarta yang mempunyai
berbagai ketinggian lokasi, yang akan mempengaruhi optimalisasi dari Effective Height
Above Average Terrain (EHAAT) dari ketinggian antenna.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak ditengah selatan Pulau Jawa dan
letak geografis pada 7⁰ 33 “ sampai dengan 8⁰ 12 ‘ Lintang Selatan (LS) dan bujur
Timur 110 ⁰ 0’ sampai dengan 110 ⁰50’ (BT). Secara fisiografis dikelompokkan
menjadi 4 yaitu : Gunung Merapi, Pegunungan Sewu , Pegunungan Kulonprogo dan
Dataran rendah. Batas dengan propinsi Jawa Tengah yaitu bagian Tenggara Kabupaten
Wonogiri , bagian timur laut kabupaten Magelang, bagian barat Kabupaten Purworejo,
yang di tunjukan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2. Gambar peta Proipinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Radio siaran FM
Sumber : Dokument Balai Monitor Frekuensi Radio Kelas II D.I Yogyakarta.
25
Dengan menaikkan tinggi antena dan menambah jumlah bay serta menaikkan
power maupun ketinggian lokasi pemancar di pegunungan (dpl tinggi) dengan maksud
jarak jangkaun lebih bagus dan kualitas suara lebih jernih, untuk pengambilan data ini
menggunakan dua parameter radio yang memiliki tinggi lokasi yang berbeda dengan
melihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Lokasi radio yang telah di tentukan.
Sumber : Capture dari Aplikasi Radio Mobile Networks.
Dengan mengambil sampel dua radio yang memiliki tinggi daerah pemancar
yang berbeda diatas permukaan laut (dpl), radio Sindo Trijaya dengan koordinat 7⁰46’
37,8” S dan 110⁰ 24’56,5” T dengan ketinggian 140 mdpl di daerah Babarsari sleman
Yogyakarta dan radio Jogja Family dengan koordinat 7⁰56’0,5” S dan 110 ⁰ 24’ 15,5” T
dengan pemancar di daerah mangunan bantul Yogyakarta, dengan ketinggian lokasi 291
meter diatas permuakaan laut (mdpl). Dengan mengacu pengambilan data dengan
menarik 4 garis lintang utara, selatan, timur, dan barat di setiap garis tersebut memiliki
panjang 15 kilomater, 12 kilometer, 9 kilometer, 6 kilometer, dan 3 kilometer. Dari
setiap titik tersebut dicatat ketinggian lokasi meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan
menggunakan bantuan aplikasi radio mobile networks.
26
3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan penelitihan harus melihat unsur kegunaan alat yang akan
digunakan di lapangan untuk memimalisir muatan yang berlebih karena terdapat lokasi
yang memiliki medan jalan tanjakan yang berat, maka aspek berikut alat dan bahan
yang kami pakai.
3.2.1. Alat – Alat Penelitian.
A. GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Position System) adalah suatu konstelasi satelit yang memancarkan
informasi tentang waktu dan posisi keseluruhan permukaan bumi selama 24 jam sehari.
Alat ini dilengkapi kemampuan monitor, Tracing, telemetri, dan uploading data dari
satelit dan data-data navigasi. Sinyal yang dihasilkan oleh satelit ada 2 macam yaitu
sinyal SPS ( Standart Position System) dan PPS ( Precise Position System). Yang
digunakan untuk pelayanan umum adalah sinyal SPS, sedangkan sinyal PPS untuk
keperluan militer.
Akurasi atau ketepatan perlu mendapat perhatian bagi penentuan koordinat titik
atau lokasi. Koordinat posisi mempunyai 'faktor kesalahan', dikenal dengan 'tingkat
akurasi'. Ada perbedaan pengukuran koordinat menggunakan GPS di kontur lembah
dengan di dataran yang lapang. Perbedaan nilai koordinat dikarenakan peneriman
sinyal dari Satelit yang dapat diterima oleh perangkat GPS. Nilai Koordinat lokasi
pengukuran dapat di tampilkan dalam satuan derajad maupun dalam angka desimal.
Konversi nilai koordinat dari derajat ke desimal dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
-7 + menit/60 + detik/360
110 + menit/60 + detik/360
Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh
alat navigasi secara teratur. Data almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate
location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh satelit. Penerima GPS menangkap
sinyal dari tiga sampai empat satelit pada saat yang sama. Tiga satelit diperlukan untuk
menghitung pada dua dimensi yaitu hanya menentukan posisi, sedangkan empat satelit
27
untuk menentukan tiga dimensi (posisi dan ketinggian) lokasi daerah, alat yang kami
pakai saat pengukuran di tunjukan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 GPS (Global Positioning System).
Sumber : Foto alat-alat uji Balai Monitor Frekuensi Radio Kelas II D.I Yogyakarta.
B. Spectrum Analyzer advantest U3772
Spectrum Analyzer (SPA) adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur spektrum frekuensi sinyal gelombang elektromagnetik yang sedang
memancar, juga lebar bidang spektrum frekuensi radio (bandwidth), kuat sinyal dari
frekuensi yang diukur, emisi – emisi tersebar yang muncul seperti sporius, harmonisa.
Alat ukur ini juga banyak manfaatnya yaitu untuk melakukan pengetesan performa alat
transmisi satellit, quality dan control, tampilan Spectrum analyzer berupa spektrum
frekuensi radio.
Analisis Spektrum menurut Hawlett-Packard, dalam General Principle and
Measurment Application Are Treated In Practical Manner, didefinisikan sebagai
penyelidikan mengenai distribusi energi sepanjang spektrum frekuensi dari sebuah
sinyal listrik yang diketahui. Analyzer spectrum sacara grafis menyajikan hubungan
antara amplitude dan frekuensi dari sebagian spektrum yang dipilih dari spektrum
frekuensi yang diselidiki, pada dasarnya peralatan ini terdiri dari sebuah penerima jenis
super heterodyne dengan bidang frekuensi yang sempit (Narrow Band Super
Heterodyne Receiver) dengan sebuah CRT (Cathode Ray Tube). Secara elektronik
penerima disetarakan dengan mengubah frekuensi osilator lokal.
28
Spectrum analyzer untuk melihat pola signal yang diterima, pengguna mampu
membuat acuan (referensi) untuk setiap satelit yang ada, umumnya orang
memanfaatkan signal beacon untuk membedakan satelite satu dengan lainnya.
Kesulitan dalam mengarahkan antena ke satelit yang benar dikarenakan letak orbit
satelit di angkasa sangat berdekatan, oleh karena itu kita memerlukan Spectrum
analyzer untuk memonitor signal yang diterima, di tunjukan pada Gambar 3.5
Gambar 3.5 Spectrum analyzer
Sumber : Foto alat-alat uji Balai Monitor Frekuensi Radio Kelas II D.I Yogyakarta.
C. Reicever Yaesu VR 5000
Reicever atau disebut penerima berfungsi mengubah kembali sinyal-sinyal
elektromagnet yang diterimanya menjadi bentuk informasi aslinya seperti pengeras
suara. Perangkat yang memiliki fasilitas sebagai penerima diantaranya radar, sensor
elektronika, telepon, televisi, Radio yang perangkat monitor yang fungsinya sebagai
reicever.
Penerima merk Yaesu VR 5000 digunakan sebagai perangkat monitor untuk
memonitor frekuensi radio yang mancar. Penerima fungsinya sebagai alat ukur untuk
mengukur frekuensi kerja, level sinyal serta modulasi. Modulasi sinyal frekuensi
disesuaikan seperti AM,WFM, LSB,USB,CW,AM. Alat tersebut ditunjukan pada
Gambar 3.6
29
Gambar 3.6 Reicever Yaesu VR 5000
Sumber : Foto alat-alat uji Balai Monitor Frekuensi Radio Kelas II D.I Yogyakarta.
D. Field Strength Meter
Field Strength Meter atau disebut pengukur kuat medan berfungsi sebagai
perangkat penerima untuk mengukur kuat medan pancaran sinyal frekuensi radio
dengan satuan dBµV/m konversi nya ke dBm, di tunjukan pada Gambar 3.7
Gambar 3.7 Field strength meter
Sumber : Foto alat-alat uji Balai Monitor Frekuensi Radio Kelas II D.I Yogyakarta.
3.2.2 Cara pengukuran dengan menggunakan spectrum analyzer
1. pengukuran frekuensi FM dengan sebuah spectrum analyzer
Spectrum analyzer adalah sebuah alat yang sangat bermanfaaat untuk
mengukur delta Fpk dan “m” serta untuk adjustment pemancar FM yang akurat
dan cepat, dan sering kali juga di gunakan untuk kalibrasi meter frekuensi
deviasi. Sebuah sinyal generator atau pemancar di adjust pada suatu frekuensi
30
deviasi yang tepat dengan bantuan sebuah spectrum analyzer menggunakan
salah satu dari carrier zero dan memilih frekuensi modulasi yang appropriate.
Pada gambar 3.8, frekuensi modulasi 1 Khz dan indek modulasi 2,4 (carrier nol
pertama) memerlukan peak frekuensi deviasi 2,4 Khz.
Ketika kita dapat secara akurat menala frekuensi modulasi
menggunakan spectrum analyzer atau, bila diperlukan frekuensi counter dan
ketika indek modulasi juga di ketahui secara akurat frekuensi deviasi yang
ditimbulkan akan juga akurat, yang dapat di lihat pada Gambar 3.8
Gambar 3.8 Contoh frekuensi modulasi Spectrum analyzer
Sumber : Buku Manual penyusunan standard prosedur pengukuran
spektrum frekuensi radio kementrian Komunikasi dan informatika.
Spectrum analyzer juga dapat di gunakan untuk memonitor FM
transmitter untuk mengukur bandwidht. Disini secara statistik dasar dari
modulasi harus di pertimbangkan. Sinyal harus diamati cukup lama untuk
penangkapan peak frekuensi deviasi dimungkinkan. Kemampuan MAX-HOLD,
tersedia pada Spectrum analyzer dengan digitalisasi jejak (trace), kemudian
digunakan untuk mendapatkan sinyal. Untuk lebih memahami apa yang terjadi,
kita dapat mengambil keuntungan bahwa biasanya sebagian besar Spectrum
analyzer tipe ini memilik dua atau lebih trace memori, yang dapat di lihat pada
Gambar 3.9
31
Gambar 3.9 Max hold
Sumber : Buku Manual penyusunan standard prosedur pengukuran
spektrum frekuensi radio kementrian Komunikasi dan informatika.
Pilih mode MAX-HOLD untuk satu “trace”, sedangkan trace yang
lainnya “live”. Analyzer digunakan sebagai reciver yang di tune secara manual
(zero span) dengan IF bandwidht yang lebar. Bagaimanapun, berbeda dengan
AM, sinyal tidak di tune pada pusat passband tetapi pada satu slope pada kurva
filter seperti pada gambar 3.10. Disini perubahan frekuensi dari sinyal FM
dikonversi pada perubahan aplitude (konversi FM ke AM), yang dapat dilihat
pada gambar 3.10
Gambar 3.10 Konversi FM ke AM
Sumber : Buku Manual penyusunan standard prosedur pengukuran
spektrum frekuensi radio kementrian Komunikasi dan informatika.
32
Hasil sinyal AM kemudian dideteksi dengan detector envelop. Output
decetor di perlihatkan dalam domain waktu dan juga tersedia pada output video
untuk penggunaan headphone atau speaker. Kelemahan dari metode ini adalah
bahwa detector juga merespon perubahan amplitude sinyal.
3.2.3 Pengukuran Jangkuan Pemancar
Pengukuran jangkuan pemancar adalah pengukuran yang dilakukan untuk
memonitor atau mengawasi jangkauan suatu pemancar agar tidak melampaui batas yang
telah ditetapkan. Pengukuran jangkauan pemancar dapat dilakukan dalam dua metode.
Metode pertama adalah pengukuran field strength yang dilakukan di beberapa test poin
yang telah ditentukan dan hasil ukurnya tidak boleh melewati batas yang telah
ditentukan. Pengukuran pada metode ini test point terletak pada garis batas wilayah
jangkauan yang diijinkan dan telah ditetapkan lokasi serta batas maksimum level field
strength.
Metode kedua digunakan untuk pengukuran jangkauan pemancar yang tidak
dapat dilakukan dengan metode pertama yaitu belum ditetapkannya lokasi test poin dan
maksimum level field strength yang diijinkan. Metode kedua dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Membuat wilayah jengkauan berdasarkan kelas stasiun pemancar yang
diijinkan dari titik nol kilometer wilayah bersangkutan,
2. Menetapkan empat test point yang terletak di garis batas wilayah jangkuan di
delapan arah mata angin dan line of sight dari lokasi pemancar bersangkutan,
3. Menetapkan level field strength maksimum yang diijinkan dengan minimal
level field strength yang di syaratkan pada masing-masing layanan siaran,
4. Melakukan pengukuran field strength seperti pada metode pertama.
3.2.4 Pengukuran Karakteristrik Pemancar
Pengukuran karakteristik pemancar adalah pengukuran beberapa parameter
teknis pemancar yang dilakukan di stasiun pemancar yang diukur.
Parameter yang di evaluasi pada pengukuran karakteristik pemancar meliputi
beberapa parameter sebagai berikut
1. Frekuensi Pembawa ( frequency carrier)
33
2. Daya Output Pemancar
3. Lebar Pita FM (bandwidthI)
4. Maksimum Frekuensi Deviasi (FM)
Daya Pancar ERP (effective radiated power)
Dasar pemikiran kenapa parameter-parameter teknis tersebut perlu diukur antara
lain sebagai berikut :
a. Frekuensi Pembawa ( frequency carrier)
Pengukuran frekuensi dari frekuensi pembawa dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana penggeseran frekuensi yang terjadi pada peralatan
pemancar. Pergeseran frekuensi akan dapat mengganggu pengguna frekuensi
lainnya.
b. Pengukuran Daya Output Pemancar
Pengukuran daya output pemancar diperlukan untuk menjaga agar daya output
pemancar yang dioperasikan tidak melampaui batas daya output pemancar yang
telah ditetapkan (diijinkan). Pengukuran ini harus dilakukan secara langsung di
pemancar, untuk mendapatkan daya outpot yang benar.
c. Pengukuran Pita Lebar
Pengukuran pita lebar diperlukan untuk menjaga agar tidak melampaui lebar
pita yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat,
pemancar harus dimodulasi dengan sinyal yang berasal dari sweep generator.
d. Pengukuran Maksimum Frekuensi Deviasi (FM)
Pengukuran frekuensi deviasi pada pemancar FM dimaksudkan untuk
mengetahui lebar dari pemancar. Pada pemancar FM parameter lebar pita dapat
diukur dengan mudah menggunakan Spectrum analyzer. Dengan pengukuran
frekuensi deviasi yang sederhana dapat diperoleh hasil lebar pita melalui rumus
BW = 2 x (F mod + max d F). Dimana F mod adalah frekuensi dari modulasi
yang tertinggi misalnya untuk radio siaran FM adalah 15 kHz dan d F adalah
deviasi maksimum. Untuk radio saran FM dF dibatasi tidak boleh melebihi 75
kHz.
34
e. Perhitungan Daya ERP
Daya ERP tidak dapat secara langsung diukur, melainkan dihitung dengan
data hasil pengukuran daya output pemancar dan data gain maksimum dari
system antenna pemancar. Daya ERP adalah daya keluaran (output) system
antenna pemancar. Sedangkan keluaran system antenna pemancar tidak
dimungkinkan adanya konector yang dapat digunakan sebagai terminal
pengukuran untuk mengukur ERP.
Pengukuran field strenght yang diharapkan dapat memperoleh nilai ERP dengan
menambahkan hasil pengukuran field strength dengan path loss antara antenna
pemancar dengan antena alat ukur field strenght, tidak sepenuhnya dapat memberikan
hasil yang akurat, nilai atau level “path loss” dimaksud tidak dapat secara pasti dihitung
atau di ukur karena hanya merupakan prediksi. Path loss yang dapat di hitung hanya
path loss pada ruang hampa (free soace loss).
3.2.5. Pengukuran Daya
Pengukuran daya dapat di lakukan dalam dua metode yaitu metode pengukuran
langsung dan metode sampel.
1. Metode Pengukuran Langsung
Metode pengukuran daya output pemancar secara langsung biasanya
dilakukan dengan power meter yang terdapat di dummy load. Pemancar tidak
dihubungkan ke antenna, melainkan dihubungkan ke dummy load, dan di
dummy load tersebut terdapat power meter yang mampu menunjukan secara
langsung power output pemancar. Biasanya ini di lakukan untuk daya output
yang tidak terlalu besar, biasanya dummy load pun didinginkan dengan air pada
tekanan tertentu, dan daya output dihitung melalui besarnya panas yang diserap
oleh air pendingin dan kemudian di konversi ke daya listrik.
Metode langsung ini sudah banyak ditinggalkan karena kurang praktis
dan juga cukup mahal. Sehubungan dengan kemajuan teknologi dimana banyak
power meter yang dapat diandalkan akurasinya, metode sempel yang sering di
gunakan.
35
2. Metode Tak Langsung (sampel)
Pengukuran daya output pemancar dengan metode sampel dikenal dengan
mengukur melalui “Directional Coupler”. Directional coupler seperti tertera
pada gambar dibawah ini berfungsi menyalurkan daya output pemancar ke
antenna ataupun dummy load, dan mengambil sempel dari daya yang di salurkan
untuk keperluan pengukuran. Daya output yang akan keluar dari semple
directional coupler cukup kecil sehingga aman untuk alat ukur, dan pengukuran
daya dapat digunakan “millimeter watt” . dengan kemajuan teknologi, melalui
perkembangan alat ukur semakin akurat, pengukuran daya output pemancar
dapat dilakukan melalui Spectrum analyzer.
Po tx (dBm) = Pspl (dBm) + A dc (dB) Persamaan(3.1)
Catatan
Po tx = power output pemancar (dBm)
Pspl = power sempel (dBm) (power yang ditunjukan alat ukur)
Adc = Attenuasi directional coupler
3.2.6 Pengukuran Field Strength (FS)
Metode pengukuran field strength berdasarkan Rec. ITU-R SM 378 untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, alat ukur field strength harus dirakit dan
dioperasikan sebagai berikut :
1. Pengukuran FS untuk pemancar radio (frekuensi dibawah 30 Mhz ) di
rekomendasikan untuk menggunakan antenna vertikal atau loop antenna.
2. Pengukuran FS untuk pemancar radio FM (frekuensi antara 88 Mhz sampai
dengan 107.9 MHz), antenna untuk pengukuran field strength pada frekuensi
88 Mhz sampai dengan 107.9 MHz di rekomendasikan memenuhi kondisi
sebagai berikut :
a. Polarisasi antenna receiver harus sama dengan polarisasi antenna
pemancar yang diukur. Jenis antenna yang tepat antara lain, short
monopole antenna, hal-wave dipole dan high-gain antenna.
b. Ketinggian antenna direkomendasikan 10 meter diatas tanah, apabila
pengukuran dibawah 10 meter tidak dapat dihindarkan, harus diambil
36
tindakan khusus untuk menghindari saling gabung dengan tanah atau
menggunakan atap mobil dengan system monitoring mobil.
c. Lokasi pengukuran dipertimbangkan ditanah lapang, tanpa halangan
disekitarnya, obyek metal dan lain sebagainya, untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang akurat. Bila dimungkinkan pengukuran dilakukan pada
beberapa lokasi bersebelahan, menggunakan nilai rata-rata atau
melakukan rekaman pengukuran secara kontinyu semantara bergerak ke
arah radial untuk mencatat pengaruh lapangan dan untuk memungkinkan
peningkatan hasil pengukuran secara statistik.
3. Faktor antenna
Faktor antenna meliputi gain antena dan redaman feeder antenna. Toleransi
kesalahan untuk faktor antena agar tidak lebih dari 1 dB
4. Receiver
Spectrum analyzer dapat digunakan sebagai receiver, bila di set pada (Zero
Span) , ( Maksimum Hold) pada setiap frekuensi dan jejaknya di mungkinkan
untuk membangun beberapa kali pengukuran. Beberapa kali pengukuran serupa
dilakukan secara reguler (2 menit) interval kemudian dibuat rata-rata untuk
menghasilkan pembacaan field strenght.
3.2.7 Pengukuran Spurious Radiasi
Spurious radiasi meliputi Harmonisa Radiasi dan Intermodulasi Radiasi dalam
hal ini dicontohkan pengukuran harmonisa radiasi sebagi berikut :
A. Tekan tombol marker ; atau tekan titik tombol normal yang ada disisi layar
pindahkan marker pada puncak frekuensi carrier (fc) , baca nilai level pada
sudut kanan atas (pada layar display). Atur attenuator sedemikian sehingga
level menunjuk kurang dari -30 dBm,
B. Selanjutnya tekan tombol span , setting span lebih dari 3 kali frekuensi kanal.
Sebagai contoh untuk frekuensi kanal 9500 kHz setting span sebesar 3000
kHz,
C. Pilih menu resolution bandwidth ( RBW) dan video bandwidth (VBW), pada
sisi layar ;
37
D. Catatan : untuk pengukuran radio siaran SW , RBW di setting maksimum 3%
dari pan maka dalam hal ini RBW di setting pada 300 kHz.
E. VBW sesuai dengan rekomendasi ITU-R SM 443-4 adalah 3x RBW, maka
dapat dipilih 1Mhz ,
F. Tekan tombol marker ; atau tekan tombol normal yang ada disisi layar ,
pindahkan marker ke puncak frekuensi carrier (fc), baca nilai level pada sudut
kanan atas ( pada layar display ),
G. Tekan tombol marker , atur posisi marker 2 agar berada pada posisi puncak
frekuensi harmonisa 1 yaitu 2 kali frekuensi kanal, dalam hal ini 2 x 9500
=19000 kHz,
H. Tekan tombol marker, atur posisi marker 3 agar pada posisi puncak Frekuensi
harmonisa 2 yaitu 3 kali frekuensi kanal, dalam hal ini 3 x 9500 = 28500 kHz.
I. Tekan tombol trace, kemudian tekan tombol max-hold yang ada pada menu
yang ada disisi layar, kemudian tekan tombol single untuk menghentikan scan
time pada layar.
J. Baca hasil pengukuran pada sudut kanan atas dan baca pula frekuensi
harmonisa pada sisi kiri bawah (Center).
3.3 Pengukuran Jangkauan Pemancar Radio Siaran
Apabila kita berbicara mengenai jangkauan stasiun maka yang kita maksud
adalah jarak maksimum dari antena pemancar ke tempat-tempat dimana siaran masih
dapat diterima dengan baik oleh kebanyakan pendengar setiap saat. Jangkauan ini bukan
hanya tergantung pada daya pemancar, bentuk permukaan tanah, rancangan antena dan
pesawat penerima.
Sinyal-sinyal radio menjadi melemah saat berada lebih jauh dari pemancar, oleh
karenanya ketentuan-ketentuan minimal ini harus dicapai pada batas wilayah liputan.
Kemudian para pendengar yang berada berdekatan dengan pemancar mungkin akan
memperoleh sinyal yang memadai apabila tidak ada “bayangan-bayangan” karena
adanya gangguan-gangguan.
38
3.3.1 Syarat – Syarat Pengukuran
Pada pengukuran ini harus memperhatikan beberapa Syarat Operasional yang
telah di tetapkan kantor Balmon kelas II D.I. Yogyakarta agar mengurangi hal-hal yang
tidak di inginkan.
I. Lokasi Pengukuran .
Pengukuran jangkuan pemancar radio siaran FM dilakukan di test point yang
telah ditetapkan. Jenis pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran field
strength atau kuat medan. Di setiap Test point dilakukan pengukuran tambahan
a. Lima langkah ke depan ,
b. Lima langkah ke belakang,
c. Lima langkah ke samping kiri dan,
d. Lima langkah ke samping kanan.
II. Polarisasi Antenna .
Polarisasi antenna receiver harus sama dengan polarisasi antenna pemancar
yang diukur. Untuk radio siaran FM gunakan antena vertikal.
III. Tinggi Antenna .
Tinggi antenna alat ukur field strength meter ataupun spectrum analyzer
adalah 10 meter. Apabila pengukuran tidak dilakukan pada ketinggian 10 meter
maka hasil pengukuran harus ditambah dengan faktor koreksi.
IV. Faktor Koreksi Ketinggian Antenna Ditetapkan Sebagai Berikut
Dalam kasus hasil pengukuran lapangan, dimana tinggi antenna penerima
kurang dari 10 meter maka supaya jadi 10 meter ada penambahan hasil
pengukuran. Penambahan tersebut bersifat positif, disebut “Height Gain”, dan
diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Height Gain = 𝑐
6 .20 log (
10
ℎ) [ dB ] Persamaan (3.2)
Catatan :
h = Tinggi antenna ( m )
c = Faktor koreksi untuk penguatan tinggi antenna sesuai dengan tabel
dibawah
39
Tabel 3.1 faktor koreksi
V. Metode Pengukuran.
a. Metode pengukuran dengan field strength meter
Peralatan field strength meter dilengkapi dengan antenna standar,
penunjukan meter dengan satuan dBµV/m dan diukur dengan menggunakan
ketinggian antenna 10 meter merupakan hasil pengukuran field strength yang
sudah final. Apabila pengukuran dilakukan pada ketinggian antenna tidak pada
10 meter, maka hasil pengukuran harus di konversi dengan faktor ketinggian
antenna.
b. Metode pengukuran dengan Spectrum analyzer.
Pengukuran field strength dapat menggunakan Spectrum analyzer sebagai
receiver, bila diset pada “Zero Span” dan “Maksimum Hold” antenna yang
digunakan untuk pengukuran adalah antenna yang diketahui dengan pasti
sepsifikasinya, antara lain gain antenna dan attenuation loss dari kabel feeder-
nya. Hasil pengukuran yang diperoleh dengan Spectrum analyzer adalah
terminal voltage ( dB µV) yang kemudian setelah dikompensasi dengan faktor
antenna menjadi field strength dengan satuan dB µ V/m. Ketinggian antenna
yang tidak 10 meter harus dikompensasi dengan faktor ketinggian antenna.
VI. Antenna Faktor
Tegangan output antenna atau level tegangan terminal yang merupakan
input level spectrum analyzer apabila ditambahkan dengan faktor antenna sama
dengan field strength. Hal ini dapat dijelaskan dengan rumus berikut
𝑒 [𝑑𝐵𝜇𝑉
𝑚] = 𝑣0[𝑑𝐵𝜇𝑉] + 𝑘𝑒 [
𝑑𝐵
𝑚] Persamaan (3.3)
Catatan :
e : Field Strength [ dBµV/m ]
V0 : Voltage Output Antenna Receiver [ dBµV ]
Zne VHF [ dB ] UHF [ dB ]
Rural 4 4
Suburband 5 6
Urban 6 8
40
ke : Antenna Faktor [ dB/m ]
Antenna faktor ke dengan unit dB/m dapat diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
𝑘𝑒 (𝑑𝐵
𝑚) = −29.77
𝑑𝐵
𝑚− 𝑔(𝑑𝐵) + 20 log(𝑓𝑀𝐻𝑧) + 𝑎𝑐 [𝑑𝐵] Persamaan (3.4)
Catatan :
Ke : Antenna faktor (dB/m)
G : Antenna gain (dB)
f : Frekuensi (MHz)
ac : Attenuasi kabel feeder dari antenna kealat ukur [dB]
3.4 Data Radio Siaran FM sebagai Radio penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis terhadap 2 Radio Siaran FM yang memiliki 2
jenis radio jaringan dan radio lokal dan memancar di frekuensi 88-107,7 MHz di
Wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta. Nama Radio Siaran FM dan alamat lokasi pemancar
sebagai mana dalam tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.2 Data radio DIY
Nomer Nama Radio Frekuensi
(MHZ)
Kanal Kelas Alamat Keterangan
1 Trijaya Sindo
FM
97 95 C Jln. Babarsari
No.21
Tambakbayan,
Glendongan,
Depok, Sleman,
D.IYogyakarta
Jaringan
2 Jogja Family
FM
100,9 134 C Cempluk 2,
Mangunan,
Delingo,
Bantul,
D.I.Yogyakarta
Lokal
41
3.4.1 Tata Cara Penelitian
A. Tahap Persiapan.
Penulis dalam melakukan penelitian dengan melakukan persiapan antara lain :
1. Menyusun rencana penelitian sebagai acuan untuk pembuatan proposal
penelitian.
2. Mengiventarisir referensi data dukung, leteratur sebagai landasan teori.
3. Menentukan lokasi penelitian dan pengambilan data-data penelitian.
4. Mengajukan surat permohonan penelitian ke Kantor Balai Monitor Spektrum
frekuensi Radio Kelas II Propinsi DIY.
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian.
Pelaksanaan penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan dari tempat
penelitian, selama 2 bulan mulai bulan Juli sampai dengan September 2016.
C. Tahap Pengukuran dilapangan ketinggian lokasi dan ketinggian antenna
Pengukuran dilapangan dengan menggunakan alat ukur Global Positioning
Position (GPS) untuk menghitung koordinat dan ketinggian lokasi dari permukaan
laut (dpl) dilakukan terhadap dua Radio Siaran FM yang telah ditetapkan sebagai
sasaran yang akan diteliti atau diamati.
Mengukur ketinggian antena didapatkan dari data parameter teknis yang harus
diisi oleh teknisi radio Siaran FM tersebut. Juga menggunakan alat ukur Spectrum
analyzer (SPA) untuk mengukur frekuensi kerja dan data parameter teknis lainnya.
D. Tata Cara Penelitian
1) Tahap Persiapan
1. Mempersiapakan data radio yang akan di teliti,
2. Mengetahui Frekuensi yang akan di pakai pada masing-masing radio
yang akan di ambil,
3. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pengukuran
4. Menyiapkan peralatan pendukung alat utama seperti antena penerima dan
penyangga,
5. Membuat struktur pengambilan data dengan menggunakan tabel untuk
mempermudah perhitungan data yang telah di ambil di lapangan,
42
6. Pmasangan alat utama dengan alat pembantu agar dapat berfungsi
dengan baik.
2) Tahap Pelaksanaan
1. Mempersiapkan alat yang di gunakan,
2. Menentukan koordinat lokasi radio,
3. Pengambilan data radio dengan alat Global Positioning Position (GPS),
Spectrum analyzer (SPA), Flied strength Meter.
4. Pengolahan data yang telah di peroleh dengan menggunakan software
Radio Mobile Network,
5. Pengolahan data yang di hasilkan,
6. Menganalisa data dan perhitungan yang telah di peroleh.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Parameter Radio Siaran
Parameter Radio siaran FM merupakan karakteristik pemancar yang terdiri dari
beberapa parameter teknis stasiun pemancar radio siaran FM, parameter teknis
pemancar tersebut dapat mempengaruhi kualitas radio siaran FM, parameter teknis
meliputi :
I. Frekuensi fundamental ( Frekuensi pembawa)
II. Lebar pita (bandwidth)
III. Daya Pancar ERP ( effective radiated power)
IV. Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
Frekuensi Fundamental ( frekuensi pembawa) dan lebar pita ( bandwidth )
diperoleh dari pengukuran menggunakan perangkat Spectrum analyzer.
Sedangkan untuk ERP dihitung dengan persamaan 1 sebagai berikut :
ERP = Po x G ant Persamaan ( 4.1 )
Persamaan diatas turunan dari
Gain (dB) = 10 log Po/Pi = 20 Log Eo/Ei Persamaan ( 4.2 )
Keterangan
Po atau Eo adalah Power output
Pi atau Ei adalah Power input
G ant adalah Gain antena dalam satuan dB
Untuk mendapatkan besarnya effective radiated power ( ERP) maka data-data
antena meliputi Gain antena, Beam Antena dan Bay didapatkan dari pengamatan di
stasiun pemancar dan juga pengambilan data dari aspek yang dibutuhkan untuk
penelitian tersebut. Penghitungan radio siaran Jogja Family FM dan Tiijaya FM
sebagai radio yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini, hasil pengukuran dan
pengambilan data dari dua radio tersebut ditunjukkan dalam Tabel 4.1.
44
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran parameter teknis Radio di stasiun pemancar
Nama
Radio
Frek
Terukur
( MHz )
Lebar
pita Data Antena
Power
Maximal
(KHz)
Gain
( dB) Beam Bay (KW)
JF FM 100,9 285,09 3 Utara 6 3
TS FM 97 192 3,2 Selatan 4 3
Berdasarkan Rumus :
Effective Radiated Power (ERP)= Po x G ant Persamaan (4.3)
Rumus diatas turunan dari
Gain (dB) = 10 log Po/Pi = 20 Log Eo/Ei Persamaan (4.4)
Dimana
Po atau Eo adalah Power output
Pi atau Ei adalah Power input
G ant adalah Gain antena dalam satuan dB
1) Radio TS FM dengan frekuensi 97 MHz
Diketahui :
Gain = 3,2 dB
Maksimal Power = 3 Kilowatt
1. Menghitung ERP dengan satuan Kw, watt atau Miliwatt
ERP ( kilowatt ) =Po ( Kilowatt) X Gain (dB)
Gain Antena = 3,2 = 10 3,2 / 10 = 2,1 Kali
Jadi ERP = 3Kw X 2,1 kali = 6,3 Kw
= 6,3 X 103 watt
= 6,3 X 106 miliwatt
45
2. Menghitung Effective Radiated Power (ERP) dengan satuan dBm , dBw
atau dBk
ERP ( dBk ) = Po ( dBk ) + Gain ( dB)
Po = 3 Kw = 10 log 3kw/1kw = 10 log 3 = 4, 971 dBk
ERP = 4,771 dBk + 3,2 dB = 7,971 dBk
= 37,971 dBw
= 67,971 Dbm
2) JF FM dengan frekuensi 100.9 MHz
Diketahui :
Gain = 3 dB
Maksimal Power = 3 Kilowatt
1. Menghitung Effective Radiated Power (ERP) dengan satuan Kw, watt
atau Miliwatt
ERP ( kilowatt ) =Po ( Kilowatt) X Gain (dB)
Gain Antena = 3 = 10 3 / 10 = 1,995 Kali
Jadi ERP = 3Kw X 1,995 kali = 5,98 Kw
= 5,98 X 103 watt
= 5,98 X 106 miliwatt
2. Menghitung Effective Radiated Power (ERP) dengan satuan dBm , dBw
atau dBk
ERP ( dBk ) = Po ( dBk ) + Gain ( dB)
Po = 3 Kw = 10 log 3kw/1kw = 10 log 3 = 4, 971 dBk
ERP = 4,771 dBk + 3 dB = 7,771 dBk
= 37,771 dBw
= 67,771 Dbm
4.1.2. Pengukuran Kuat Medan
Data hasil pengukuran Kuat Medan (Field strength) dilakukan dengan
menggunakan perangkat Field strength meter di 4 titik, titik tersebut dari arah Utara,
46
Selatan, Barat, Timur masing-masing jarak pengukuran dari titik pusat kota (0 km)
sampai dengan 12 km.
Data yang diperoleh dari konversi koordinat ke dalam satuan desimal untuk
menghitung jarak dari masing – masing titik pengukuran kurang lebih 12 km dari 4
penjuru mata angin dengan menggunakan google earth. Hasil pengukuran terlampir
dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4, dengan cara tersebut akan dapat dihasilkan perhitungan
untuk mengetahui karakteristik daya pancar dari radio tersebut. Pengukuran terhadap
obyek penelitian pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Obyek penelitian dalam pengukuran parameter teknis kuat medan
NO Nama
Penyelenggara Alamat stasiun Koordinat dpl (m)
Tinggi
Antena (m)
1 TJS FM
Jl. Babarsari Tb
XI.No.21, Tambak
Bayan, Catur
Tunggal , Depok,
Sleman
7 ° 46' 38"
132,7 32
110 ° 24 '
57"
2 JF FM
Cempluk 2,
Mangunan,Dlingo
, Bantul
7 ° 56' 0,5
"
291 36
110 ° 24 '
15,5"
47
Tabel 4.3. Wilayah layanan Radio TS FM ( frekuensi 97 MHz)
Kode Lokasi
Pengukuran
Jarak
(Km)
Field
strength
(dBµV/m)
Level
(dB)
Leba
r Pita
(
KHz)
Arah
Mata
Angin
Keter
a
ngan
H0
Pusat Kota/
Seturan, Depok,
Sleman / -7,768
S 110,409 E
(159 )
0 65,05 -51,14 236 Pusat
Kota Jelas
H1
Pakem, Sleman ,
-7,661 S
110,411 E
( 273 )
11,9 65,2 -53,02 237,
39 Utara Jelas
H2
Kemudo ,
Prambanan,
Klaten / -7,741
S ; 110,518 E
( 137 ) 12,5 68,9 -50,37 372
Timur Jelas
H3
Pleret, Bantul / -
7,877 S ;
110,409 E
(25,6 )
12 59,6 -103,87 224 Selata
n
Kura
ng
Jelas
H4
Godean, Sleman
/ -7,769 S;
110,299 E
( 131 )
12,2 63,7 -52,52 224 Barat
Kura
ng
Jelas
*Sumber data Balai Monitor Frekuensi Radio kelas 2 D.I.Y
48
Tabel 4.4.Wilayah Layanan Radio FJ FM (Frekuensi 100.9 MHz)
Ko
de
Lokasi
Pengukuran
Jarak
( Km )
Field
strength
(dBµV/
m)
Level
(dB)
Lebar Pita
(KHz)
Arah
Mata
Angin
Keteran
gan
C0
Pusat
Kota/Bantu
l -7,869 S /
110,361 E
( 167 m)
0 76,2 -43,13 372,5 Pusat
Kota Jelas
C1
Kutu
Dukuh,
Mlati,
Sleman /-
7,762 S
/110,362 E
( 169 m)
11,9 56 -49,92 337,8 Utara Jelas
C2
Piyungan,
Bantul / -
7,863 S ;
110,470 E
(413m )
12,1 53,8 -73,69 199,20 Timur Jelas
C3
Pundong,
Bantul /-
7,977 S ;
110,344 E
(245m)
12,1 59,1 -56,62 289 Selata
n Jelas
C4
Sentolo,
Kulonprog
o / -7,865 S
110,252 E
( 60 m )
12,2 54,8 -69,75 368,261 Barat Jelas
*Sumber data Balai monitor Frekuensi Radio kelas 2 D.I.Y
49
4.1.3 Pengukuran Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)Lokasi
Pemancar
Penghitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) secara visual
dengan menggunakan perangkat GPS Garmin dibantu dengan aplikasi radio mobile
mengukur ketinggian lokasi terhadap laut dari 3 km sampai dengan 15 km dari 4
penjuru arah mata angin dari lokasi pemancar. Data pengukuran ketinggian lokasi diatas
permukaan laut (DPL) dari lokasi pemancar 3km, 6km, 9km, 12 km, dan 15 km, ke 4
arah penjuru mata angin Radio TS FM.
Gambar 4.1 Simulasi Cover area Radio T S FM
Sumber : Capture aplikasi radio mobile networks
Pada gambar 4.1 ditunjukkan sebuah gambar peta Yogyakarta dengan
menggunakan bantuan software radio mobile networks dapat dilihat lingkaran cincin
berwarna hitam yang menunjukkan 4 penjuru mata angin dan range pengukuran 3
kilometer dengan penambahan sejauh 3 kilometer secara konstan sejauh 15 kilometer
agar mendapatkan data peformasi dari radio TS FM tersebut, dan memeroleh data yang
dihasilkan dari software radio mobile networks.
50
Gambar 4.2 Simulasi Cover area Radio JF FM
Sumber : Capture aplikasi radio mobile networks
Pada gambar 4.2 ditunjukkan sebuah gambar peta Yogyakarta dengan
menggunakan bantuan software radio mobile networks dapat dilihat lingkaran cincin
berwarna merah muda yang menunjukkan 4 penjuru mata angin dan range pengukuran 3
kilometer dengan penambahan sejauh 3 kilometer secara konstan sejauh 15 kilometer
agar mendapatkan data peformasi dari radio JF FM tersebut.
Penghitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) disini memerlukan
data pengukuran tinggi lokasi dari 3km sampai dengan 15 km dari segala penjuru arah
mata angin dari lokasi pemancar dan tinggi lokasi pemancar serta data ketinggian
antena, persamaan penghitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
sebagai berikut :
EHAAT = dpl pemancar -∑ 𝑑𝑝𝑙 (3 − 15𝑘𝑚 ) + 𝐻 𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛𝑎 Persamaan (4.5)
Dimana :
Dpl pemancar : ketinggian lokasi tanah diatas permukaan laut (m)
∑ dpl(3-15km) : Rata – rata dpl radius 3km, 6km, 9km, 12km, 15km
H antena : Tinggi antena yang terpasang distasiun pemancar
51
a) Perhitungan dengan persamaan diatas untuk Radio JF FM
Diketahui
Tinggi Lokasi pemancar Radio JF FM : 242,6 m
Tinggi Antena Radio FM : 32 m
Tinggi Rata - Rata Radius 3-15 km arah 0/360 : 74,26 m
EHAAT TS pada sudut 0/360 = dpl pemancar -∑ 𝑑𝑝𝑙 + 𝐻 𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛𝑎
= 200,3 meter
Perhitungan untuk semua arah mata angin dan semua jarak yang telah ditentukan
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil ukur tinggi rata- rata radius 15 km dari lokasi Radio JF FM
No
Arah
sudut
3 km 6 km 9 km 12 km 15 km Rata 2 EHAAT
(m) (m) (m) (m) (m)
1 0/360 58,6 52,9 66,6 86,5 106,7 74,26 200,3
2 10 80,8 58,1 62,9 81 107,1 77,98 196,62
3 20 11,6 63,6 65,8 76,1 96,5 83,32 191,28
4 30 127,3 74,9 240,3 119,9 95,9 131,66 142,94
5 40 251,2 231,5 389 323 87 256,4 18
6 50 327,1 351,4 292,2 225,7 305,2 300,3 -25,71
7 60 428,7 353 188,9 105,8 144,7 244,22 30,38
8 70 493,5 189,9 228,2 184,1 148,9 248,9 25,68
9 80 420,6 209,3 196,2 188,4 215,1 245,9 28,68
10 90 344,4 188,2 153 181 195,8 212,4 62,12
11 100 303,8 113,7 121,9 158,7 176 174,8 99,78
12 110 250,3 138,4 117,6 160,5 172,6 167,8 106,7
13 120 104,1 126,5 124,8 132,4 165,4 130,6 143,9
14 130 77,6 69,9 121,7 138,6 240,2 129,6 145
15 140 127,6 209,2 220,5 307,7 301 233,2 41,4
16 150 254,7 339,4 324 306,4 275,9 300 -25,47
17 160 231,8 349,9 299,1 292,5 254,6 285,58 -10,97
18 170 237,7 369,6 319,5 304 188,5 283,8 -9,25
19 180 221 379,3 289,2 252 170,6 262,4 12,18
20 190 173 371,9 300,7 236,4 139,1 244,2 30,38
52
21 200 87,3 396,5 323,2 226,5 0 206,7 67,9
22 210 28,8 397,1 357,8 212,5 0 199,2 75,3
23 220 29,2 372,1 374,6 117,4 0 178,6 95,94
24 230 29,9 175,4 82,8 135,8 0 84,78 189,8
25 240 26,3 25,9 17,7 10,5 3,5 16,78 257,82
26 250 32,2 22,2 21,4 12,99 9 19,54 255,06
27 260 26,3 27,6 25,9 24,8 23,3 25,58 249,02
28 270 25,3 28,2 25,6 27,2 30,4 27,34 247,26
29 280 28,3 33,9 31 35,1 20,6 29,78 244,82
30 290 32,5 36,4 37,7 43,2 43,5 38,66 235,9
31 300 37,2 35,8 45,7 54,3 84,3 51,4 223,14
32 310 44,5 41,1 51,8 59,1 115,4 62,38 212,2
33 320 61,9 44,3 60,8 69,3 81,7 63,6 211
34 330 37,6 46 61,7 72,6 89,7 61,52 213
35 340 41,2 46,9 64 82,8 101 67,34 207,26
36 350 106 62,1 63 82,5 109 84,78 189,8
4579,16
Maka perhitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) Radio JF
FM = 4579,16/36 = 127,19 m
b). Perhitungan dengan persamaan diatas untuk Radio TS FM
Diketahui
Tinggi Lokasi pemancar Radio TS FM : 131,5 m
Tinggi Antena Radio FM : 40 m
Tinggi Rata - Rata Radius 3-15 km arah 0/360 : 327,8 m
EHAAT T S pada sudut 0/360 = dpl pemancar -∑ 𝑑𝑝𝑙 + 𝐻 𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛𝑎
= -156,36 meter
Perhitungan untuk semua arah mata angin dan semua jarak yang telah
ditentukan pada Tabel 4.6.
53
Tabel 4.6. Hasil ukur tinggi rata- rata radius 15 km dari lokasi Radio TS FM
No
Arah
sudut
3 km 6 km 9 km 12 km 15 km Rata 2 EHAAT
(m) (m) (m) (m) (m)
1 0/360 174,3 229 305 399 532 327,8 -156,36
2 10 173,7 226 305,6 395,5 522,9 324,74 -153,24
3 20 171,6 221,4 287,6 366,4 491,7 307,7 -136,24
4 30 165,4 207,5 257,2 323,3 423,9 275,4 -103,96
5 40 161,6 194,4 228,2 275,8 339 239,8 -68,3
6 50 151,5 182,7 196,6 236,5 264,3 206,3 -34,82
7 60 150,3 162,6 172 195,8 211,4 178,4 -6,91
8 70 142,9 141,7 156,9 166,1 167,6 155,04 16,46
9 80 136,5 133,2 143,7 145,9 140,3 139,92 31,58
10 90 130,8 120,7 148,9 133,4 127,2 132,2 39,3
11 100 127 114,1 120,7 266,4 15 182,68 -11,18
12 110 117,5 107,2 104 236,5 265,2 166,08 5,4
13 120 112 101,6 97,3 135,3 393,1 167,86 3,63
14 130 112,9 95,4 89,5 265,9 168,9 146,52 24,98
15 140 110,6 86,7 77,3 271,1 97,1 128,5 42,94
16 150 108,8 82,1 142,5 330,7 119,2 156,6 14,8
17 160 104,8 82 125,9 373,5 201,4 177,52 -6
18 170 103,9 81,4 64,8 74,2 396,2 144,1 27,4
19 180 102,2 82,3 60,4 73,4 223,9 108,44 63,06
20 190 102,6 80,9 61,6 71,2 39,2 71,1 100,4
21 200 102,5 85 63,6 48,8 37,6 67,5 104
22 210 109,1 88,6 74,1 56,9 48 75,34 96,16
23 220 109 91 76,4 64,2 51,2 78,36 93,14
24 230 110 91,5 82,6 65,7 105,1 90,98 80,52
25 240 115,9 108,7 89 79,6 114,5 101,5 69,96
26 250 123,6 116,4 98,4 90,7 120 109,82 61,68
27 260 130,2 119,6 108,8 105,4 88 110,4 61,1
28 270 134,9 125 123 113,6 13 119,9 51,6
29 280 140,6 138,5 135,5 134,1 144,4 138,62 32,88
54
30 290 144,2 150,9 154 152,9 143,6 149,12 22,38
31 300 150,1 159,4 164,2 187,5 173,1 166,86 4,6
32 310 157,2 174,6 189,6 212,7 218,8 190,58 -19,08
33 320 161,5 194,9 215,6 250,2 280 220,4 -48,94
34 330 165,5 207,7 245 291 349 251,76 -80,26
35 340 169,4 215 271,5 338,1 411,9 281,1 -109,6
36 350 132,6 176,7 199 201.3 223 182,8 -11
102,08
Jadi perhitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) Radio TS
FM = 102,08/36 = 2,8 m
Hubungan fungsi antara Effective Radiated Power (ERP) dengan Effective Height
Above Average Terrain (EHAAT) dalam pengukuran ini mempengaruhi jangkauan
pancaran sinyal terjauh, Effective Radiated Power (ERP) dan Effective Height Above
Average Terrain (EHAAT) maksimal dibatasi oleh Pemerintah untuk pengawasan
performance radio siaran FM, Besaran nilai Effective Radiated Power (ERP) dan
Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) mengacu Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 15 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Kominfo nomor 13 Tahun
2010 tentang Rencana Induk (MASTER PLAN) Frekuensi Radio Penyelenggra Khusus
untuk Keperluan Radio Siaran FM.
Apabila Effective Radiated Power (ERP) dan Effective Height Above Average
Terrain (EHAAT) melebihi ketentuan, pengaruhnya dapat menyebabkan interferensi
(gangguan) pada radio siaran lainnya yang berdekatan maupun diluar wilayah layanan
(Jawa Tengah, Jawa Timur). Sifat pancaran sinyal radio siaran omniderectional,
Melingkar ke segala arah dan pancaran sinyal radio siaran lokasinya dengan dpl yang
tinggi maka pancarannya akan jauh ( tanpa halangan / line of signt), sifat spektrum
frekuensi radio tidak mengenal batas wilayah di ruang angkasa.
Kurva fungsi hubungan Effective Radiated Power (ERP) dengan Effective Height
Above Average Terrain (EHAAT) sebagai acuan dalam menganalisa hasil pengukuran
radio siaran FM pada Gambar 4.3
55
Gambar 4.3 Kurva maksimum fungsi hubungan Effective Radiated Power (ERP)
dengan dengan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
4.2. Pembahasan
4.2.1 Parameter pembahasan Effective Radiated Power (ERP)
a. Radio TS FM dengan frekuensi siaran 97 MHz memiliki lebar pita (bandwidth)
192 Khz, di area urban Kota Yogyakarta memiliki ketinggian lokasi pemancar
131,5 meter diatas permukaan laut dengan data antena memiliki gain 3,2 dB ,
maksimal power yang dihasilkan antena 3 Kw dengan arah antena selatan, 4
beam antena dengan hasil perhitungan yang sudah dihasilkan pada parameter
sebelumnya didapat 2,1 kali gain antena, jadi Effective Radiated Power (ERP)
yang dihasilkan 6,3 kilowatt, konversi satuan dBm yang menghasilkan nilai
7,971 dBk.
b. Radio JF FM berlokasi di daerah pedesaan yang memiliki kepadatan penduduk
lebih sedikit tetapi memiliki ketinggian yang lebih tinggi karena pemancar
terletak di daerah perbukitan di propinsi D.I Yogyakarta, dimana memiliki
ketinggiaan lokasi 242,6 meter diatas permukaan laut dimana sangat berbeda
dengan radio sebelumnya terukur lebar pita yang lebih besar dimana memiliki
nilai terukur 285,09 Khz dan memiliki spesifikasi gain antena yang lebih kecil
dengan gain antena 3db antena diarahkan ke utara untuk menjangkau
persebaran beam di daerah padat penduduk di Kota Yogyakarta dengan jumlah 6
Bay Antena dimana lebih banyak daripada radio TS FM dengan menggunakan
56
power maksimal 3 Kilowatt. Dari data yang didapat ini menghasilkan nilai
perhitungan gain antena 1,995 kali sehingga Effective Radiated Power (ERP)
dihasilkan adalah 5,98 Kilowatt, konversi satuan dalam dBm dan nilai terhitung
7,771 dBk.
4.2.2 Pengukuran Kuat Medan
Pada penelitian pengukuran kuat medan ini mengambil data dari kantor balai
monitor frekuensi radio kelas II D.I Yogyakarta dengan cara langsung pengamatan di
lapangan untuk melakukan pengamatan kuat medan dengan menggunakan alat field
strength meter untuk mengetahui hasil ukur kuat medan yang dibutuhkan dan suara
yang akan dihasilkan, dibantu alat Global positioning System (GPS) untuk menentukan
koordinat yang telah ditentukan, dan menggunakan alat Spectrum analyzer agar bisa
mengetahui lebar bandwidth disuatu lokasi, hasil pengukuran radio yang diamati, di
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 analisa hasil pengukuran sebagai berikut :
A. Radio TS FM (97 MHz)
1. H0 terletak di 0 kilomater dari pemancar radio terdengar jelas, dengan lebar
pita 236 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan level yang terukur -
51,14 dB dan field stength terukur 65,05 dBµV/m tidak melebihi ketentuan.
2. H1 terletak di 11,9 kilomater utara dari pemancar radio terdengar jelas ,
dengan lebar pita 237,39 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan level
yang terukur -53,02 dB dan field stength terukur 65,2 dBµV/m m tidak
melebihi ketentuan.
3. H2 terletak di 12,5 kilomater timur dari pemancar radio terdengar jelas,
dengan lebar pita 372 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan level
yang terukur -50,39 dB dan field stength terukur 64,9 dBµV/m tidak
melebihi ketentuan < 66 dBµV/m .
4. H3 terletak di 12 kilomater selatan dari pemancar radio terdengar kurang
jelas, dengan lebar pita 224 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan
level yang terukur -103,87 dB dan field stength terukur 59,6 dBµV/m tidak
melebihi ketentuan.
5. H4 terletak di 12,2 kilomater barat dari pemancar radio terdengar kurang
jelas, dengan lebar pita 224 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan
57
level yang terukur -52,52 dB dan field stength terukur 63,7 dBµV/m tidak
melebihi ketentuan.
B. Radio J F FM (100,9 MHz)
1. C0 terletak di 0 kilomater dari pemancar radio terdengar jelas, dengan lebar
pita 372,5 kHz ( melebihi ketentuan 372 KHz) dan level yang terukur -43,13
dB dan field stength terukur 56,2 dBµV/m tidak melebihi ketentuan < 66
dBµV/m.
2. C1 terletak di 11,9 kilomater utara dari pemancar radio terdengar jelas,
dengan lebar pita 337,8 kHz kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan
level yang terukur -49,92 dB dan field stength terukur 53,8dBµV/m tidak
melebihi ketentuan.
3. C2 terletak di 12,1 kilomater timur dari pemancar radio terdengar jelas,
dengan lebar pita 199,202 kHz kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan
level yang terukur -73,69 dB dan field strength terukur 62,9 dBµV/m tidak
melebihi ketentuan < 66 dBµV/m.
4. C3 terletak di 12,1 kilomater selatan dari pemancar radio terdengar jelas,
dengan lebar pita 289 kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz) dan level
yang terukur -56,62 dB dan field stength terukur 59,1dBµV/m tidak
melebihi ketentuan.
5. C4 terletak di 12,2 kilomater barat dari pemancar radio terdengar jelas,
dengan lebar pita 368,261 kHz kHz (tidak melebihi ketentuan 372 KHz)
dan level yang terukur -69,75 dB dan field strength terukur 54,8dBµV/m
tidak melebihi ketentuan.
6. Dari hasil pengamatan diatas terlihat radio JF FM lebar pita sesuai ketentuan
yang nilai pengukuran lebih besar dari radio TS FM .
4.2.3 Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
➢ Perhitungan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) menggunakan
Path Loss Aplikasi Radio Mobile kedua radio sebagai obyek penelitian yaitu
Radio TS FM dan Radio FJ FM hasilnya :
• Radio TS FM mempunyai Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
2,8 m dan ERP 6,3 Kilo Watt. Analisa menggunakan Kurva fungsi hubungan
58
REP dengan Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) sebagai
berikut :
Analisa menggunakan kurva fungsi ketentuan untuk radio FM kurva
fungsi menunjukkan sumbu X = nilai Effective Height Above Average Terrain
(EHAAT) dan sumbu Y = nilai Effective Radiated Power (ERP) nilai tersebut
sebagai berikut :
Jika nilai ERP (Y) = 1 maka EHAAT (X) = 70 ( 70,1)
ERP (Y) = 1,3 maka EHAAT (X) = 60 ( 60,1,3)
ERP (Y) = 1,9 maka EHAAT (X) = 50 (50,1,9)
ERP (Y) = 2,5 maka EHAAT (X) = 40 (40,2,5)
ERP (Y) = 4 maka EHAAT (X) =30, 20, 10, 0 (30,4); (20,4)
; (10,4) ; (0,4)
Gambar 4.4 Gafik Hasil Perbandingan Effective Radiated Power (ERP) Dengan
Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
➢ Analisa fungsi hubungan Effective Radiated Power (ERP) dengan Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) untuk radio TS FM dan FJ FM
sebagai berikut :
• TS FM hasil perhitungan Effective Radiated Power (ERP) dan Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) ( 6.3, 2,8) artinya tidak melebihi
ketentuan, jika Effective Radiated Power (ERP) 2,8 Kwatt maksimal Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) 40 m hasil ukur Effective Height
Above Average Terrain (EHAAT) 6,3 m, hasil ukur kuat medan dan pita lebar
radio TS FM tidak melebihi ketentuan yang diijinkan.
0
1
2
3
4
5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
iER
P /
Kw
EHAAT /m
Kurva fungsi hubungan ERP Dengan EHAAT
59
• FJ FM hasil perhitungan Effective Radiated Power (ERP) dan Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) (127.19, 5.98) artinya melebihi
ketentuan yaitu Effective Radiated Power (ERP) maksimal 4 KW dan
Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) 70 m hasil ukur Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) 127,19 m. Hasil ukur kuat medan
dan pita lebar tidak melebihi ketentuan yang diijinkan.
4.3 Analisa Hubungan Antara Effective Radiated Power (ERP) Dengan Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT)
➢ Jika Effective Radiated Power (ERP) dan Effective Height Above Average
Terrain (EHAAT) sesuai ketentuan, jarak jangkauan maksimal daerah terluar 12
km kuat medan < 66 dBµV/m, Effective Radiated Power (ERP) Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) tidak melebihi ketentuan maximal
diijinkan kuat medan > 66 dBµV/m .
➢ Pengaruh Effective Radiated Power (ERP) dan Effective Height Above Average
Terrain (EHAAT) melebihi ketentuan jarak jangkauan melebihi 12 km, pita
lebar melebihi 372 KHz akan mengganggu radio lainnya, karena Effective
Height Above Average Terrain (EHAAT) 127,19 m jarak jangkauannya line of
sight (tanpa halangan), sifat pancaran frekuensi tidak mengenal batas maka
pancaran sinyal sangat jauh.
➢ Faktor yang menyebabkan interferensi/gangguan pancaran sinyal radio siaran FM
adalah :
1. Effective Radiated Power (ERP).
2. Effective Height Above Average Terrain (EHAAT).
3. Kuat Medan. (field strength)
4. Lebar Pita (bandwidth)
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penulisan penelitian skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Radio TS FM lokasi tinggi pemancar 131,5 m dpl dan tinggi antena 40 m dan
Radio JF FM lokasi tinggi pemancar 242,6 m dpl dan tinggi antena pemancar 32
m.
2. Radio TS FM 97 Mhz mempunyai hasil hitung kilowatt yang lebih besar
daripada radio JF FM. Nilai radio TS FM 6.3 kilowatt > radio JF FM 5.98
kilowatt.
3. Hasil hitung ERP dengan satuan dbm antara radio JF FM dengan radio TS FM
memiliki power output yang sama, karena masuk kelas yang sama dengan nilai
4.771 dBk dengan mengacu keputusan mentri perhubungan nomer 15 tahun
2003 dan peraturan menteri nomer 13 tahun 2010 agar tidak melebihi ketentuan.
4. Pengambilan data untuk Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
dengan menggunakan simulasi radio mobile network. Metode yang dilakukan
menarik segala penjuru dan range yang digunakan 3 km dan jarak maksimalnya
adalah 15 km dari pemancar. Hasil perhitungan menunjukkan radio FJ FM
memiliki Effective Height Above Average Terrain (EHAAT) yang lebih besar
dari radio TS FM, nilai hasil perhitungan Effective Height Above Average
Terrain (EHAAT) radio JF 127,19 > hasil perhitungan Effective Height Above
Average Terrain (EHAAT) radio TS 2,8 m.
5. Maka dapat disimpulkan jika Effective Height Above Average Terrain (EHAAT)
semakin besar maka letak pemancar di daerah perbukitan atau daerah tinggi
diatas permuakan laut.
6. Dari radio Jogja Family mempunyai lebar pita yang berlebih saat pengukuran di
lapangan dengan nilai 372,5 kHz dan jika melebihi dari ketentuan 372 kHz akan
berdampak mengganggu radio yang mempunyai frekuensi dan kanal yang
berdekatan.
61
5.2 Saran.
1. Agar tidak terjadi gangguan antar radio yang memiliki kanal frekuensi yang
bersebelahan harus memperhatikan tinggi dari lokasi pemancar dan tinggi antena
pemancarnya.
2. Untuk mendapatkan peforma yang baik tidak harus merugikan radio lainnya
agar tidak terjadi interfrensi antar radio yang akan merugikan salah satu pihak.
3. Untuk radio JF FM lebih baik mengurangi ketinggian lokasi pemancar dan
antena karena wilayah layanannya sudah melebihi ketentuan yang berlaku dan
bisa berdampak terganggunya radio dari kota lain karena wilayah layanan JF FM
yang terlalu lebar.
4. Untuk mendapatkan performasi yang baik dapat mengikuti dari parameter-
parameter yang ada pada peraturan pemerintah.
62
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hill, McGraw. 2007. The book (Antenna Engineering Handbook, Fourth Edition)
[2] Budi Setianto, 2010, Dasar Dasar Telekomunikasi. Yogyakarta : Sakti
[3] Suhartini, S., 2007. Peran Lapisan E Ionosfer dalam Komunikasi Radio HF, Berita Dirgantara
[4] Vol. 8 No.1.Mc Namara, L., 1991. The Ionosphere: Communications, Surveillance, and Direction finding,
[5] Krieger Publishing Company.Sunarto, Amien (1994), Bikin Sendiri Radio Transmiter Receiver, CV Aneka: Solo.
[6] Daryanto (2001), Pengetahuan Praktis Teknik Radio, PT Bumi Angkasa: Jakarta.
[7] Herman Judawisastra, 1997, Antena dan Propagsi, ITB, Bandung
[8] Haykin, Simon, 1983, Communication System, Second Edition, John Wiley and Sons, Inc, New York.
[9] Krauss, Antenas , 2008, Mc. Graw Hill.
[10] Basic Antenna Theory, Great YarmouthRadio Club, download 6 Juni 2016.
[11] Carr, Joseph J., 2001. Practical Antenna Handbook, fourth edition, Mc Graw hill.