PERPUSTAKAAN KPK
Xenoglosofilia
“Eh eh cerita dong gimana rasanya musim dingin di
Rusia.”
“Waahh sumpah yaa dingin banget di sana. But
luckily gue nggak ngerasain badai salju even gue juga ke
Tomsk. Dan saljunya itu loh, tebel bangeet. Literally tebel,
which is kalo lo jalan ni kaki lo akan tenggelem setengah
betis.”
Kata-kata seperti luckily, even, literally, hingga which
is saat ini semakin akrab di telinga kita sebagai kata yang
kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Tidak
heran apabila muncul pula julukan “Bahasa Anak Jak-
Sel” atau Bahasa Anak Jakarta Selatan yang kerap
mencampurkan antara Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Inggris. Dunia yang sekarang tampak tak
memiliki sekat akibat berkembangnya internet menjadi
pemicu penggunaan bahasa ‘gado-gado’ in i .
Masyarakat Indonesia dibuat merasa serba salah
dengan perkembangan tersebut. Hingga terjadi
xenoglosofilia di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu
kecendrungan untuk lebih senang menggunakan
bahasa asing dibanding Bahasa ibu-nya.
Sejatinya, tidak ada yang salah dengan kemampuan
berbahasa lebih dari bahasa ibu, selama dilakukan
dalam kaidah yang tepat. Misal, menggunakan Bahasa
Indonesia ketika berbicara dengan orang Indonesia dan
menggunakan Bahasa Inggr is da lam forum
internasional. Tidak berusaha untuk mencampurkan
kedua bahasa di forum yang kurang tepat. Perilaku
bahasa ‘gado-gado’ ini sedikit banyak memengaruhi
kemampuan berbahasa kita. Akibatnya kita setengah-
setengah dalam memahami bahasa, pun dalam
menggunakan bahasa ibu, kita hanya mengetahui
bahasa yang standar digunakan saja.
Bahasa adalah sarana komunikasi dalam
menyampaikan suatu pesan atau ide dengan baik
sehingga dapat diterima maksudnya oleh lawan bicara.
Bahasa yang d ip i l ih untuk d igunakan dalam
berkomunikasi ini kembali lagi kepada penyampai pesan
itu. Selama mayoritas yang menerima pesan
memahami bahasa yang digunakan oleh komunikator
maka sah-sah saja menggunakan bahasa lain.
Ivan Lanin dalam bukunya “Xenoglosofilia: Kenapa
Harus Nginggris?”, berusaha mengajak kita untuk
mencintai Bahasa Indonesia lebih dalam. Meskipun
Bahasa Indonesia menjadi bahasa ibu, namun belum
tentu kita memahami dengan tepat penggunaan
Bahasa tersebut. Tidak sedikit dari kita yang belum
dapat membedakan beberapa kata dalam Bahasa
Indonesia padahal sehari-hari digunakan seperti kata
lajur dan jalur yang memiliki makna berbeda. Selain itu,
banyak juga yang tidak dapat membedakan antara di
sebagai kata depan dan di- sebagai awalan. Fatal ketika
membuat tulisan bersifat ilmiah dalam Bahasa
Indonesia, kita tidak dapat membedakan hal-hal
tersebut.
Dalam buku ini, Ivan membagi tiga bagian, yakni
bagian satu mengenai xenoglosofilia yang menjelaskan
mengenai padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia.
Seperti bon yang merupakan padanan dari bill, pranala
s e b a g a i p a d a n a n d a r i h y p e r l i n k , m a u p u n
terhubung/terputus padanan dari online/offline. Bagian
dua adalah Tanja. Pernah dengar istilah tanja? Tuh kan,
orang Indonesia saja tidak tahu apa itu tanja. Tanja
merupakan akronim dari tanya jawab atau saat ini orang
Indonesia sendiri justru lebih akrab dengan FAQ
(Frequently Asked Question) atau QnA (Question and
Answer). Indonesia sekali bukan? Pada bagian ini, Ivan
berusaha menjawab dari pertanyaan-pertanyaan
seputar berbahasa Indonesia. Tidak terbatas pada
padanan kata tetapi juga perbedaan penulisan,
perbedaan makna, asal suatu kata Bahasa Indonesia,
dan lain-lain. Bagian tiga, penulis sedikit menguji
pengetahuan kita sebagai pembaca dalam mengenal
kata-kata Bahasa Indonesia seperti jalur atau lajur, ke
luar atau keluar, maupun praktik atau praktek.
Ah, aneh, tidak biasa, tidak enak didengar.
Barangkali itu reaksi yang muncul ketika mendengar
padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia. Namun
ketika orang Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia
dengan baik, benar, dan sesuai dengan tempatnya, ini
dapat menjadi penyebab dari berkembangnya Bahasa
Indonesia itu sendiri.
Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan
Bahasa Ibu sendiri?
BUKU PILIHAN
¢ Ocean Melody
¢ Blakanis
¢ Crazy and It Was
¢ Makamkan Dirimu Di Tanah Tak Dikenal
¢ Istana Bla Bla Bla
¢ Negeri Di Ujung Tanduk
¢ Busted
¢ Revolution 2020
“Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri.”
– Pramoedya Ananta Toer–
E-NEWSLETTER EDISI 09 VOL.IV | SEPTEMBER 2018
Penulis: Bambang Joko SusiloPenerbit: Bestari
Penulis: Suryaning Wulan & Yul CPenerbit: Bestari
PenulisPenerbit
: Ivan Lanin: Kompas
Sebuah Ajakan Kembali Berbahasa Indonesia
inong dan bemonya mengunjungi sekolah Kdasar, taman kanak-kanak atau sekolah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua kali dalam
sepekan. Eits, ini bukan bemo sembarangan.
Bemo ini telah dimodifikasi, berisi ratusan koleksi
buku dan layar untuk menonton film. Ia
menyambangi sekolah-sekolah secara random di
wilayah Tanah Abang dan Pejompongan.
Kunjungan bemo pintar, menjadi momen
yang ditunggu anak-anak. Menurut para guru
sekolah yang disambangi, bemo pintar milik
Kinong, telah memberi pengaruh positif pada
anak.
“Kegiatan Pak Kinong mempengaruhi
perilaku anak-anak. Mereka jadi suka baca
daripada bermain saat waktu istirahat,” ujar Guru
PAUD Nusantara, Aisyah.
Yang menarik, tugas Kinong tak hanya
menyediakan buku saja. Dia juga menjelaskan
buku-buku mana saja yang bisa dibaca anak
sesuai usianya.
Tak terasa, Kinong telah berkeliling bersama
bemo pintar dalam enam tahun terakhir.
Mengapa bemo? Kendaraan roda tiga itu memiliki
bentuk ramping sehingga memudahkan akses
keluar masuk jalan-jalan kecil di Jakarta. Selain
itu, bemo juga memiliki kapasitas yang bisa
menampung banyak buku.
Untuk biaya operasional bemo, ia sisihkan
dari hasil narik bemo. Dalam sehari, Kinong
mendapatkan penghasilan bersih sekitar 70-80
ribu rupiah dari hasil narik bemo. Dari jumlah ini, ia
bagi dua, separuh untuk nafkah anak dan istrinya,
separuh lagi untuk operasional bemo pintar.
“Kalau di rumah, yang penting dapur
mengepul. Biar makan tak kenyang, asal tak
lapar,” katanya.
Meski hidup dalam kesederhanaan, Kinong
tak mengeluh dengan jalan pengabdian yang ia
pilih. “Hidup kan cuma sekali, saya ingin ketika
saya mati, saya meninggalkan dunia sudah
berjasa bagi orang lain, bermanfaat bagi orang
lain, juga untuk keluarga saya,” katanya.
Dari berbagai sumber
Inspirasi Literasi
Ü Indonesia memiliki 442 bahasa daerah yang telah diidentifikasi oleh Peta Bahasa Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Ü Bahasa Indonesia merupakan Bahasa resmi kedua di Vietnam. Hal ini ditandai dengan
diresmikannya penggunaan Bahasa Indonesia oleh Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City pada Bulan
Desember 2007. Sehingga Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sama dengan Bahasa
Inggris, Prancis, dan Jepang.
Ü Bahasa Indonesia telah dipelajari oleh lebih dari 45 negara di dunia, termasuk di 500 sekolah di
Australia.
tahukah kamu?
Artikel Korupsi
Asset Recovery and Mutual Legal Assistance
Bribery
Fraud
Indeks
Persepsi
Korupsi
Pemberantasan
Korupsi
di Indonesia
Kasus Korupsi
Korupsi dan Agama
Korupsi
di Wilayah
Lain
Korupsi Khusus
Money Laundering
Novel
Korupsi Pendidikan Antikorupsi
Peradilan
Peraturan
Korupsi
Prosiding
Korupsi
Teori Korupsi
Whis
tleblo
win
g
Direktori Subjek Korupsi Perpustakaan KPK
Kunjungi dan manfaatkan koleksi Perpustakaan KPK untuk mencari referensi dan rekreasi!
perpustakaan.kpk.go.id
Bemo Pustaka, Berkeliling untuk Mencerdaskan