14
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu Tasawuf merupakan rumusan tentang teoritis terhadap wahyu- wahyu yang berkenaan dengan hubungan antara Tuhan dengan manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar dapat berhubungan sedekat mungkin dengan Tuhan baik dengan pensucian jiwa dan latihan-latihan spiritual. Sedangkan ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan aqidah dan adapun filsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu tersebut bagi manusia mengenai keberadaan (esensi), proses dan sebagainya, seperti proses penciptaan alam dan manusia. Sedangkan ilmu jiwa adalah ilmu yang membahas tentang gejala- gejala dan aktifitas kejiwaan manusia. Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya mempunyai hubungan- hubungan yang terkait dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan konstribusi ilmu tasawuf terhadap ilmu-ilmu tersebut dan begitu sebaliknya bagaimana konstribusi ilmu keislaman yang lain terhadap ilmu tasawuf. Maka dalam makalah kami ini kami membahas ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu keislaman lainnya, diantaranya : ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih. 1.2. Tujuan a) Mengkorelasikan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu 1

Ahlak tasawuf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ahlak tasawuf

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ilmu Tasawuf merupakan rumusan tentang teoritis terhadap wahyu-wahyu yang berkenaan

dengan hubungan antara Tuhan dengan manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar

dapat berhubungan sedekat mungkin dengan Tuhan baik dengan pensucian jiwa dan latihan-latihan

spiritual. Sedangkan ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan

pembicaraan tentang persoalan aqidah dan adapun filsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu

tersebut bagi manusia mengenai keberadaan (esensi), proses dan sebagainya, seperti proses

penciptaan alam dan manusia. Sedangkan ilmu jiwa adalah ilmu yang membahas tentang gejala-

gejala dan aktifitas kejiwaan manusia.

Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan

ilmu-ilmu keislaman lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan konstribusi ilmu tasawuf terhadap

ilmu-ilmu tersebut dan begitu sebaliknya bagaimana konstribusi ilmu keislaman yang lain terhadap

ilmu tasawuf. Maka dalam makalah kami ini kami membahas ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu

keislaman lainnya, diantaranya : ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih.

1.2. Tujuan

a) Mengkorelasikan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf

dan membandingkannya.

b) Peranan ilmu tasawuf terhadap ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih.

c) Rumusan masalah

d) Bagaimana hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu

fiqih?

e) Mengetahui pengertian dan pentingnya Akhlak Berpakaian

f) Mengidentifikasi bentuk Akhlak Berpakaian

g) Menunjukkan nilai – nilai positif dari Akhlak Berpakaian fenomena kehidupan sehari – hari

1

Page 2: Ahlak tasawuf

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. HUBUNGAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA

2.1.1. Pengertian

Tasawuf merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan dengan ilmu lainnya.

Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut pandang,

persamaan sumber dan lain sebagainya. Terkadang satu ilmu menjadi pelengkap ilmu yang lain

dan bisa juga suatu ilmu lebih memberikan warna baru untuk ilmu yang lain, sehingga bila

digabungkan maka akan memberikan pemahaman yang lain bagi materi ilmu yang

bersangkutan. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan keterkaitan ilmu tasawuf dengan

beberapa disiplin ilmu keislaman.

2.1.2. Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Kalam

Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan

pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan kalam membahas secara

mendalam dengan mengemukakan argumentasi, baik secara aqli maupun naqli. Argumentasi

secara aqli merupakan argumentasi rasional dengan landasn pemahaman yang cenderung

menggunakan metode berfikir filosofis. Sebaliknya, argumentasi naqli merupakan corak

pemberian argumentasi denga mengendepankan dalil-dalil dari al-qur’an maupun sunnah[1].

Ilmu tauhid merupakan pokok ajaran syari’at islam, karena didalamnya dibahas masalah

ketuhanan. Seseorang tidak dinamakan beragama kalau tidak bertuhan. Masalah ketuhanan atau

ilahiyat adalah masalah yang pertama harus dipelajari oleh orang yang mengaku menganut

suatu agama. Tauhid (mengesakan Allah) adalah masalah yang membedakan antara kafir

dengan mukmin. Seseorang tidak dinamakan mukmin kalau dia mengingkari adanya Allah

SWT. Orang yang mengingkari adanya Allah disebut kafir. Tetapi bila ia mengakui adanya

Allah tetapi ia sekutukan dengan sesuatu yang lain, orang yang demikian itu dinamakan

musyrik.[2]

Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan

spiritual dalam pemahaan kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu

2

Page 3: Ahlak tasawuf

tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam

perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari

sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Selain itu,

ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan ilmu

kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi

sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan naqliah. Jika tidak di imbangi oleh

kesadaran rohaniah ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah

ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai

dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara

qalbiyah(hati).[3]

Tasawuf islam tidak akan ada kalau tidak ada tauhid, tegasnya tiada guna pembersihan

hati kalau tidak beriman. Tasawuf islam yang sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang

murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-nya. Perlu diingat bahwa

lapangan tasawuf itu adalah hati.[4]

Beberapa hal yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan ilmu tasawuf

dengan ilmu kalam menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan :

Dilihat dari materi, ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah sedangkan ilmu tasawuf

dapat menyentuh rasa rohaniah seorang hamba.

Dalam ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan

manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu tasawuf di temukan

pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya

untuk menyelamatkan diri dari kemunafikan.

Selain itu, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan kalam.

2.1.3 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Filsafat

Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan dari sumbangan

pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang

jiwa. Secara jujur harus diakui bahwa terminology jiwa dan roh itu sendiri sesungguhnya

terminology yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat.

3

Page 4: Ahlak tasawuf

Kajian-kajian tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak

memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia

islam. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam

tasawuf menurut sebagian ahli tasawuf jiwa adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan

roh dan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-

pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun roh.[6]

Ilmu tasawuf sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat menurut Tiswani dalam bukunya

Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan :

Ilmu filsafat memberikan penjelasan terhadap terminologi-terminologi yang digunakan dalam

tasawuf.

Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati

atau kebenaran tertinggi.

Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu tasawuf pada aplikasi.

Tasawuf landasannya berpijak dan bertolak dari perasaan sedangkan filsafat landasannya

berpijak pada rasio dan kepandaian menggunakan akal pikiran.

Filsafat turut mempengaruhi materi-materi dalam tasawuf.

2.1.4 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Fiqih

Ilmu tasawuf dan ilmu fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap

orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap

kedua disiplin ilmu sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya. Dari sini dapat

dipahami bahwa ilmu fiqih, yang terkesan sangat formalistic-lahiriah, menjadi sangat kering

atau kaku dan tidak mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan

muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki oleh tasawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf akan

terhindar dari sikap-sikap merasa suci sehingga tidak perlu lagi memperhatikan kesucian lahir

yag diatur dalam fiqih.[8]

Keterkaitan antara ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf :

4

Page 5: Ahlak tasawuf

Ilmu tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum

fiqih.

Ilmu fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin mendalami ajaran

tasawuf.

2.1.5 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Psikologi

Tasawuf selalu membicarakan persoalan yang berkaisar pada jiwa manusia. Hanya saja

jiwa yang dimaksud adalah jiwa muslim, yang tentunya tidak lepas dari sentuhan-sentuhan

keislaman. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsur kejiwaan manusia muslim.

Mengingat adanya hubungan dan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas (tasawuf) dan

ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak dapat terlepas dari kajian

tantang kejiwaan manusia itu sendiri. Yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara

jiwa dan badan dalam Tasawuf tersebut adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya.

Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh

mana hubungan perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan

jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori perbuatan

manusia, apakah dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan baik. Jika perbuatan yang

ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan

yang ditampilkannya jelek, ia disebut sebagai orang yang berakhlak jelek. Dalalm pandangan

kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya

Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Dengan

demikian tujuan yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam

tasawuf adalah terciptanya keserasian antara keduanya.[10]

Keterkaitan antara ilmu psikologi dengan ilmu tasawuf :

Ilmu tasawuf dalam pembahasannya menekankan unsur jiwa atau bathin manusia, begitu juga

ilmu psikologi.

Ilmu psikologi membahas masalah kesehatan mental, dan hal-hal apa saja yang

membuat kerusakan pada mental sedangkan ilmu tasawuf memberikan langkah-langkah praktis

agar orang senantiasa dapat memiliki mental yang sehat dan bathin yang suci.

5

Page 6: Ahlak tasawuf

Ilmu tasawuf memberikan obat bagi penyakit-penyakit mental manusia. Mental menjadi

sakit bila manusia tidak tenang bathinnya dan jauh dari allah. Ketidaktenangan ini membuat

manusia menjadi sakit mental, dan akhirnya akan bermuara pada prilaku yang tidak normal dan

selalu melanggar norma-norma akhlak yang berlaku.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa tasawuf dan psikologi memiliki hubungan yang

erat sekali, karena melalui jiwa yang benar orang bisa mendapatkan hubungan yang baik dengan

penciptaan-Nya, seperti yang secara luas oleh Al-Ghazali melalui tahapan tasawuf takhalli,

tahlli dan tajalli. Usaha mencapai tahapan ini melalui suatu proses pendidikan dari segi

kejiwaan dengan arti takhiliyah al-nafs dan tahliyan al-nafs. Takhilliyah al-nafs, usaha

penyesuian diri dengan melalui pengosongan diri dengan sifat-sifat tercela, dan tahliyah al-nafs

penghiasan diri dengan sifat dan akhlak terpuji.

2.2. AKHLAK MENUTUP AURAT

Pakaian adalah salah satu alat pelindung fisik manusia. Tentunya pakaian tak lepas dari

kehidupan manusia. Semua kehidupan manusia haruslah sesuai syari’at Islam, yang mana telah

diatur oleh Al – Qur’an. Maka dari itu, manusia haruslah berpakaian sesuai dengan yang telah

diatur oleh Allah SWT. Berpakaian sesuai dengan syari’at Islam, akan membuat kita merasa itu

adalah sebuah kewajiban untuk menjaganya agar tetap dengan aturan yang ada.

2.2.1 Pengertian Akhlak Berpakaian

Pakaian adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang sesuai dengan situasi dan kondisi

dimana seorang berada. Pakaian termasuk salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari

kehidupan. Karena pakaian mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita.

Melindungi tubuh kita agar tidak mengalami dan mendapatkan bahaya dari luar. Dalam bahasa

Arabg pakaian disebut dengan kata “Libaasun-tsiyaabun”. Dan salam kamus besar Bahasa

Indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa yang biasa dipakaioleh seorang baik berupa

jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, surban dll.

Secara isltilah, pakaian adalah segala sesuatuyang dikenakan seseorang dalam berbagai

ukuran dan modenya berupa (baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain), yang disesuaikan

dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus artinya pakaian yang

digunakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

pemakaian.

6

Page 7: Ahlak tasawuf

Pakaian mempunyai tujuan umum untuk melindungi ataupun menutup tubuh manusia

agar terhindar dari bahaya yang dapat merusak tubuh kita secara langsung melalui kontak fisik.

Sedangkan menurut agama lebih mengarah kepada menutup aurat tubuh manusia, agar tidak

melanggar ketentuan syariat.

2.2.2. Bentuk akhlak berpakaian

Didalam pandangan IslamDalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi 2 bentuk

pertama pakaian untuk menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah bagi wanita

seluruh tubuhnya kecuali tangan dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan

diatas pusar. Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah ini melahirkan kebudayaan yang

sopan dan enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan tenang karena pakaian kita yang

memenuhi kewajaran pikiran manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan

yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia.

Apabila berpakaian dalam tujuan menutup aurat dalam Islam, memiliki ketentuan –

ketentuan yang jelas, baik dalam hal ukuran pakaian maupun jenis pakaian yang akan dipakai.

Maka dari itu, sebagai muslim kita harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah

SWT.

Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan menyatakan identitas diri, sesuai dengan adat

dan tradisi dalam berpakaian, yang menjadi kebutuhan untuk menjaga dan mengaktualisasi

dirinya dalam perkembangan zaman. Setiap manusia berhak mengekspresikan dirinya lewat

pakaian yang dipakainya, tetapi tidaklah sembarangan. Tetap harus mengikuti syari’at Islam.

Didalam Islam, kita mengenal salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu

aurat wanita yaitu Jilbab. Jilbab mempunyai berbagai ragam jenisnya, tetapi walaupun banyak

ragamnya Jilbab boleh dikatakan Jilbab apabila dapat menutup aurat, dari atas kepala manusia

sampai dengan dada manusia,menutupi bagian – bagian yang harus ditutupi terkecuali muka.

Bagi wanita, aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan, yang

lainnya haram untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Kecuali bagi mahram atau

maharimnya. Bagi suaminya, wanita tidak mempunyai batasan aurat.

Busana Muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut:

7

Page 8: Ahlak tasawuf

1. Tidak jarang dan Ketat

2. Tidak menyerupai laki – laki

3. Tidak menyerupai busana khusus non-muslim

4. Pantas dan sederhana (Roli A. Rahman dan M. Khamzah, 2008:30)

2.2.3 Nilai positif Akhlak Berpakaian

Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita.

Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian, langsung terkena pancaran sinar ultra violet,

maka kulit kita akan terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit.

Pakaian juga menjaga suhu tubuh menusia agar tetap stabil, dengan menggunakan jenis

bahan pakaian tertentu, kita bisa menjaga suhu tubuh kita. Pakaian juga bisa menjadi identitas

diri kita, apabila kita menggunakan pakaian yang bagus dan kelihatan nyaman, berarti kita

sudah memenuhi kriteria berpakaian yang sopan, dan kita pun bisa melakukan ibadah tanpa

harus khawatir, apakah baju kita suci dan pantas untuk dipakai.

2.2.4 Membiasakan akhlak berpakaian

Agama Islam memerintahkan pemeluknya agara berpakaian yang baik dan bagus, sesuai

dengan kemampuan masing – masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat

memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutup aurat dan keindahan.

Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT didalam Al – Qur’an

dan Hadits. Didalam Islam, kita sebagai umat Allah tidak diperbolehkan memakai pakaian yang

melanggar aturan Islam, tetap harus mengikuti aturan itu sampai kita meninggal. Jika kita

melanggar, dan tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, maka sama saja

kita orang munafiq. Zaman semakin berkembang bukan berarti kita harus mengikuti

perkembangan yang ada secara keseluruhan. Pakaian merupakan pengaruh yang besar bagi

perkembangan zaman. Karena, akibat dari perkembangan zaman yang datangnya dari Dunia

Barat, sangat mempengaruhi mode pakaian kita sebagai umat muslim. Maka dari itu

biasakanlah berpakaian sesuai syari’at Islam, agar tidak terpengaruh oleh pengaruh – pengaruh

negatif, yang membuat kita lupa akan Allah serta aturanNya.

8

Page 9: Ahlak tasawuf

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pada pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Akhlak tasawuf sangat perlu kita

pelajari, karena hal ini membahas tentang tujuan tasawuf yaitu sebagai berikut:

bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar

bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya

komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan

berkontemplasi.

Lebih menetahui tentang Tasawuf, yang merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan

dengan ilmu lainnya. Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut

pandang, persamaan sumber dan lain sebagainya.

3.2. SARAN

Didalam berpakaian, kita sebagai muslim haruslah tetap berpakaian dengan mengikuti syari’at

Islam, dengan menutup aurat, tidak menggunakan pakaian yang ketat atau membentuk lekukan tubuh

9