24
AL-‘ÂM WA AL-KHÂSH AL-MUTHLAQ WA AL-MUQAYYAD AL-MANTHÛQ WA AL-MAFHÛM Oleh: Fida Durratul Habibah (1420410128)

Al ‘âm wa al-khâsh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Al ‘âm wa al-khâsh

AL-‘ÂM WA AL-KHÂSHAL-MUTHLAQ WA AL-MUQAYYAD

AL-MANTHÛQ WA AL-MAFHÛM

Oleh:

Fida Durratul Habibah

(1420410128)

Page 2: Al ‘âm wa al-khâsh

AL-‘ÂM WA AL-KHÂSH Definisi Pembagian al-am Bentuk-bentuk al khash

Page 3: Al ‘âm wa al-khâsh

DEFINISI AL-‘ÂM Secara bahasa ‘âm ( adalah (اْل�َع�اّم�

bentuk fâ’il (subyek) dari kata ‘umûm (ْو�ّم (اْل�َعُمyang secara bahasa berarti merata (menyeluruh) dan mengelilingi (mengepung).

Secara Istilah Menurut ulama mutaqaddimîn dan sebagian ulama mutaakhirîn âm didefinisikan sebagai: �ْي�َئ�ْي�ِن َش� َع�َّم� ا َم�ًد�ا اَع� َف�َص�Artinya: “Yang mencakup dua hal atau lebih.”

‘Am ialah suatu lafazh yang menunjukkan suatu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu.

Page 4: Al ‘âm wa al-khâsh

PEMBAGIAN ‘AM1. Pembagian ‘âm  berdasarkan maksudnya

âm  dibagi menjadi ‘âm yang memang dimaksudkan sebagai ‘âm 

âm yang dimaksukan sebagai khâsh walau bentuk lafalnya adalah ‘âm.

2.Pembagian ‘âm  berdasarkan keberadaan takhshîsh. ‘âm   yang tetap pada sifat ‘umûm-nya ‘âm yang di-takhshîsh.

3. Pembagian ‘âm  berdasarkan penggunaan sifat ‘umûm Âm  yang memang dimaksudkan sebagai ‘âm  dan

tidak menerima takhshîsh Âm  yang memang dimaksudkan sebagai ‘âm  dan

dapat menerima takhshîsh Âm  yang dimaksudkan sebagai khâsh.

Page 5: Al ‘âm wa al-khâsh

DEFINISI AL-KHÂSH secara etimologi bermakna munfarid (اْلُمنفرد) artinya

meyendiri, terpisah. Dan secara terminologi berarti lafal yang dari segi bahasanya menunjukkan individu tertentu secara menyendiri.

Menurut mana’ul Quthan, khâsh kebalikan dari ‘âm , yaitu yang tidak meliputi semua tanpa batas. Terkait dengan lafadz khas ini adalah perihal Takhshîsh yaitu (mengeluarkan sebagian apa yang diiputi oleh lafadz ‘âm) dan mukhasis yakni, lafadz yang menjadi dasar adanya pengeluaran dari ketentuan ‘âm  tersebut, atau lafadz atau dalil yang dijadikan untuk mengkhususkan.

suatu lafal yang telah jelas hukum yang terkandung di dalam nash, baik itu al-Qur’an maupun hadis Nabi sendiri, sebelum ada dalil yang menghendaki arti lain, hukum yang diambil dari khash ini adalah pasti (qath’i) bukan zhanny.

Page 6: Al ‘âm wa al-khâsh

BENTUK-BENTUK AL-KHASH1. Lafadz khash berbentuk mutlak, yaitu lafadz

khash yang tidak ditentukan dengan sesuatu. Contoh:

dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur:4)

Hukuman 80 kali cambuk bagi penuduh zina, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang.

Page 7: Al ‘âm wa al-khâsh

LANJUTAN…2. Lafadz khash berbentuk khash (muqayad), yaitu lafadz  yang

ditentukan dengan sesuatu.Contoh dalam Firman Allah Q. S. al- Maidah: 6 masalah bersuci, yaitu: Yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(Al Maidah: 6)

Ayat ini menjelaskan tentang hukum wudhu, sebabnya adalah bersuci dengan cara berwudhu, ayat ini menjelaskan tentang hukum bertayamum sebabnya adalah bersuci. Kalau tidak menemukan air untuk berwudhu.

Page 8: Al ‘âm wa al-khâsh

LANJUTAN…..3. Lafadz khash berbentuk Amr

Contoh dalam firman Allah Q. S. al-Maidah ayat 38:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al-Maidah:38)

Disini menjelaskan bahwa surat al-Maidah ayat 38 berbicara tentang pencuri baik laki-laki maupun perempuan dipotong kedua tanganya, sebagai pembalasan apa yang telah diperbuatnya.

Page 9: Al ‘âm wa al-khâsh

4. Lafadz khash berbentuk nahiy

Contoh terdapat dalam firman allah Q. S. al-Baqarah ayat 221.

Ayat ini menjelaskan bahwa Larangan pada ayat ini menunjukan hukum haram. Akan tetapi jika ada tanda yang menunjukan bahwa arti ayat tersebut harus dipalingkan ke arti majazi, maka pengertian hukumnya harus disesuaikan dengan tanda tersebut, sehingga memungkinkan mengandung arti makruh, do’a, irsyad, dan sebagainya.

Page 10: Al ‘âm wa al-khâsh

AL-MUTHLAQ WA AL-MUQAYYAD Definisi Hukum lafadz mutlaq wa al-muqayyad

Page 11: Al ‘âm wa al-khâsh

DEFINISI Secara bahasa muthlaq berarti lawan dari

muqayyad. Secara istilah berarti: “sesuatu yang menunjukkan hakikat tanpa adanya pengikat”

Contohnya adalah firman Allah ta’ala pada surat al Mujadilah ayat 3 yang artinya “ maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang hamba sahaya”. Ini berarti boleh membebaskan hamba sahaya yang tidak mukmin atau hamba sahaya yang mukmin.

muthlaq ialah lafal-lafal yang menunjukkan kepada pengertian dengan tidak ada ikatan (batas) yang tersendiri berupa perkataan.

Page 12: Al ‘âm wa al-khâsh

LANJUTAN….. Muqayyad secara bahasa yaitu lafadz yang

terkait,artinya secara istilahnya suatu lafadz yang dikaitkan dengan sesuatu pengait atau dengan kata lain lafadz muqoyyad, adalah lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu akan tetapi sudah dikaitkan dengan sesuatu yang lain

Muqayyad ialah suatu lafal yang menunjukkan atas pengertian yang mempunyai batas tertentu berupa perkataan.

Page 13: Al ‘âm wa al-khâsh

HUKUM LAFADZ MUTHLAQ DAN MUQAYYAD para ulama memberikan kaidah tentang

lafadz muthlaq itu dengan: lafadz muthlaq tetap dalam kemuthlaqannya sampai ada dalil yang membatasi kemuthlaqannya itu.

Sebaliknya para ulama juga merumuskan lafadz muqayyad dengan pernyataan: Lafadz muqayyad tetap dalam muqayyadannya, dan tidak boleh membatalkannya sebelum ada dalil yang menunjukkan pembatalan itu.

Page 14: Al ‘âm wa al-khâsh

LANJUTAN…. Tetapi sering ditemui ada dalil tentang suatu

masalah disebutkan dengan lafadz muthlaq, kemudian tempat lain dalam masalah yang serupa dinyatakan dengan lafadz muqayyad, begitupun sebaliknya.

Permasalahannya bukan pada dalil yang sama masalahnya akan tetapi kesamaan lafadznya. Hal tersebut bisa terjadi, sehingga ada empat kemungkinan:

Page 15: Al ‘âm wa al-khâsh

1. Sama hukum dan sebabnya. Contoh: “Diharamkan atasmu bangkai, darah, dan daging babi”. (al-maidah:3)

“Katakanlah: Tidaklah aku peroleh didalam wahyu yang diturunkan kepadaku, akan sesuatu makanan yang haram atas orang yang hendak memakannya, kecuali bangkai, darah yang mengalir, seperti hati (liver), limpa, tidak haram”. (al-an’am:145)

Page 16: Al ‘âm wa al-khâsh

2. Sama sama berbeda hukum dan sebabnya. Contoh:

Mutlaq

“ Pencuri lelaki dan perempuan potonglah tangannya” (al-maidah:38)

Dengan muqayyad

“wahai orang mukmin, apabila kamu hendak salat, hendaklah basuh mukamu dan tanganmu sampai siku” (al-maidah:6)

Page 17: Al ‘âm wa al-khâsh

3. Berbeda hukum, tetapi sebabnya sama. Contoh:

Muthlaq:

“ Tayamum ialah sekali mengusap debu untuk muka dan kedua tangan” (HR. Ammar)

Muqayyad:

“Basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku” (al-maidah:6)

Page 18: Al ‘âm wa al-khâsh

3. Berisi hukum yang sama, tetapi berlainan sebabnya

Contoh:

“Orang – orang yang menzihar istrinya kemudian mereka hendak menarik apa yang mereka ucapkan maka (wajib atasnya) memerdekakan hamba sahaya sebelum keduanya bercampur”. (al-mujadalah:3)

“ Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan tidak disengaja (karena kekeliruan) maka hendaklah membebaskan seorang hamba yang mukmin”. (an-nisa:92).

Page 19: Al ‘âm wa al-khâsh

AL-MANTHÛQ WA AL-MAFHÛM Definisi Pembagian manthuq Pembagian mafhum

Page 20: Al ‘âm wa al-khâsh

DEFINISI Mantuq adalah yang diucapkan, yang tersurat

atau teks, dan lain-lain. Al Mafhum artinya yang difaham, dan yang

tersirat. Dikatakan lafadz apabila maksud dari suatu

lafaz sesuai dengan yang terucap atau yang tersurat secara jelas, hal ini dinamakan mantuq.

Sedangkan yang dimaksudkan lafaz bukanlah yang terucap atau yang tersurat, tetapi yang dimaksudkan adalah yang tersirat, hal ini dinamakan mafhum.

Page 21: Al ‘âm wa al-khâsh

PEMBAGIAN MANTHUQ An-nash atau sarih artinya jelas atau tegas. Maksudnya

lafadz yang tidak memungkinkan untuk ditakwil (memalingkan arti asal kepada arti yang lain karena suatu sebab yang menghendaki demikian). Contohnya dalam surat Al-Maidah ayat 89 yang artinya: ….. Maka hendaklah berpuasa tiga hari,…..(Q.S. Al-Maidah:89). Ayat tersebut tidak memungkinkan pemalingan artinya kepada arti yang lain, karena jelas menunjukkan wajib puasa tiga hari.

Az Zahir artinya yang tampak atau yang nyata. Maksudnya adalah lafaz yang memungkinkan untuk ditakwil. Yang demikian ini sering juga disebut dengan nama gairu sarih artinya tidak jelas maksudnya. Sebagai contoh pada surat az-zariyat:47 yang artinya dan langit itu kami bangun dengan tangan…. (Q.S. Az-Zariyat: 47). Arti “tangan” diayat tersebut itu ditakwilkan artinya dengan kekuasaan atau kekuatan karena tidak mungkin Allah bertangan seperti manusia.

Page 22: Al ‘âm wa al-khâsh

PEMBAGIAN MAFHUM1. Mafhum mawafaqah yaitu mafhum yang sesuai dengan

mantuqnya. Mafhum muwafaqah sendiri dilihat dari bentuknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu

fakhwal Kitab, yakni yang mana kadar mafhumnya, lebih tinggi daripada mantuq-nya. Sebagai contoh firman Allah pada surat al-Isra ayat 23 yang artinya …. Janganlah berkata “ah” terhadap kedua ibu dan bapakmu… qadar mafhum pada ayat tersebut, yakni “tidak boleh memukul” adalah lebih tingi qadar menyakitkannya daripada mengucapkan “ah”.

lahnul kitab, yaitu mafhum yang mana kadar mafhumnya sama dengan kadar mantuq. Sebagai contoh firman Allah dalam surat an-nisa ayat 10 yang artinya: sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya…. (an-nisa: 10). Mantuq ayat ini melarang memakan harta anak yatim, mafhumnya adalah melarang membakar harta anak yatim. Dalam hal ini qadar mafhum dan mantuqnya yakni memakan dan membakar adalah sama, mengandung sifat menghabiskan.

Page 23: Al ‘âm wa al-khâsh

2. Mafhum mukhalafah, yakni mafhum yang didapati dengan jalan mengambil kebalikan dari mantuqnya. Mafhum sifat yakni hubungan hukum terhadap dalah

satu sifat sesuatu. Contoh: Maka hendaklah engkau memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman (QS. An-Nisa:92).

Mafhum adad, yakni hubungan hukum dengan bilangan tertentu. Contoh: dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Q.S. An-Nur:4).

Mafhum ghayah, yakni batas yang dijangkau oleh hukum. Contoh: Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku-sikumu… (Q.S. Al-Maidah:6).

Page 24: Al ‘âm wa al-khâsh

Mafhum hashar, yakni pengkhususan hukum denga memakai alat khusus (antara lain dengan kalimat naïf atau memindahkan, kemudian diiringi dengan istisna’ atau pengecualian). Contoh: Katakanlah “aku tidak peroleh dari wahyu yang diwahyukan kepada sesuatu yang diharamkannya bagi orang yang hendak memaknnya, kecuali makanan tiu bagkai atau darah yang mengalir atau daging babi…” (Q.S al-an’am:145).

Mafhum illat, yakni hubungan hukum dengan illat (sebab hukum). Contoh: ….sesungguhnya (meminum khammar)…. Adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu. (Q.S Al-Maidah:90).