“Analisis konsistensi penerapan psak no 30 atas sewa guna usaha aktiva tetap dalam menentukan ketepatan penentuan pendapatan sewa pt inti (persero)”

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

79

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang PenelitianDalam proses kegiatan operasional, setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu, mencari laba. Selain itu juga untuk pertumbuhan yang terus-menerus (Growth), kelangsungan hidup (Survival), kesan positif di mata publik (Image).

Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang diserahi hak dan tanggung jawab memiliki atau menguasai faktor-faktor produksi yang digunakan seperti Money, Man, Material, dan Method. Proses ini sering juga disebut proses produksi. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produksi tersebut yang menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan Untuk menghasilkan produk ini maka aset tetap memegang peranan yang sangat besar, seperti lahan sebagai tempat berproduksi bagi usaha pertambangan pertanian, perkebunan dan perikanan. Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor dan kegiatan lainnya. Mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi. Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut produk atau hasil lainnya. Inventaris berupa inventaris kantor, perabot, meja, kursi lemari dan lain-lain sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan semuanya.Bahkan ada aset tetap yang tidak berwujud tetapi yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan tanpa aset ini barangkali perusahaan tidak dapat beroperasi misalnya, HPH (Hak Penguasaan Hutan), HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), Patent, Franchise, Hak Cipta, dan lain-lain.Peranan aset tetap ini sangat besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari pengolahannya yang melibatkan banyak orang, dari segi pembuataanya yang sering jangka panjang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit.Setiap perusahaan pasti memiliki aset tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Namun jenis aset tetap yang dimiliki suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya seperti perusahaan jasa, aset tetapnya berbeda dengan aset tetap perusahaan perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan dan lain-lain. Pada kenyataanya kegiatan utama yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam suatu perusahaan terkadang tidak terlalu memanfaatkan aset tetap yang dimiliki secara optimal sehingga ada aktiva tetap yang menganggur. Dengan berbagai pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut hal ini dianggap merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dirasa perlu untuk lebih mengoptimalkan aset berupa aset tetap yang dimilikinya salah satu diantaranya dengan meleasekan atau menyewagunausahakan aset tetap tersebut.Usaha leasing di luar negeri sudah mengalami perkembangan yang lama sekali. Di Indonesia leasing baru mulai berkembang sejak dikeluarkanya peraturan kegiatan usaha leasing yang sementara masih terbatas dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor 122/MK/IV/2/1979, nomor 32/M/SK/1974 dan nomor 30/Kpb/I/1974 tertanggal 7 Februari 1974 tentang Tentang Perjanjian Leasing. Kemudian keputusan ditindaklanjuti lagi antara lain oleh: Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri No. SE/499/MD/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penyampaian Laporan Perusahaan Leasing. Dan Kep.Menteri No.1251/KMK.013/88 tanggal 20 Desember 1988. Dan dari berbagai rujukan maka lahirlah PAI Pernyataan No.6 Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha tanggal 19 September 1990.Beberapa tahun terakhir ini khususnya di kota-kota besar, telah berkembang perusahaan-perusahaan leasing. Masalah leasing (Sewa Guna Usaha) ini semakin berkembang sebagai alternatif pembiayaan di Indonesia dimana lease mendatangkan keuntungan bagi pengusaha. Di Indonesia pembiayaan leasing meliputi pengadaan barang modal untuk tujuh sektor leasing. Ketujuh sektor tersebut antara lain: sektor transportasi, industri, pertanian, konstruksi, pertambangan, perkantoran dan kesehatan.Lease merupakan suatu cara untuk memperoleh hak untuk menggunakan aset berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu. Pihak yang memberikan asetnya untuk digunakan orang lain disebut lessor sedangkan pihak yang mendapatkan hak menggunakan aktiva tersebut disebut lessee.PT INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang industri telekomunikasi sebagi penyedia jasa dan penjualan peralatan telekomunikasi. Dalam menjalankan aktivitasnya, PT INTI memberikan pelayanan jasa dan penjualan peralatan telekomunikasi kepada instansi yang membutuhkan. Pelaksanaan kegiatan perusahaan ini dilakukan oleh beberapa Divisi (bagian) yang telah ditentukan sesuai dengan SK Direksi PT INTI (Persero) Bandung tentang struktur perusahaannya.Disamping kegiatan operasional utamanya dalam pelayanan jasa dan penjualan peralatan telekomunikasi, PT INTI juga melakukan lease terhadap properti yang dimiliki sebagai salah satu cara mengoptimalkan aset berupa aset berwujud yang dimilikinya untuk meningkatan pendapatan perusahaan.Namun jika melihat kondisi laporan keuangan lima tahun ke belakang, pendapatan khususnya pendapatan lain-lain (Sewa) yang diperoleh PT INTI (Persero) cenderung terus menurun dari tahun ke tahun (lampiran 1). Hal ini mungkin disebabkan adanya penurunan jumlah lessee yang berminat untuk menyewa asset yang dimiliki oleh PT INTI (Persero). Indikasi lain, adanya ketidaktepatan dalam penentuan komponen biaya-biaya yang dibebankan kepada lessee juga bisa menyebabkan pengurangan nilai pendapatan yang diterima oleh PT INTI (Persero)Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 30 (Revisi 2007) tentang Sewa telah menetapkan standar umum pengakuan pendapatan dan komponen-komponen biaya yang dapat dibebankan kepada lessee. Diharapkan dengan penerapan PSAK tersebut secara konsisten, maka penentuan pendapatan sewa yang akan diterima akan tepat dan terjadi peningkatan pendapatan sewa yang diperoleh PT INTI (Persero).Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian dengan judul: ANALISIS KONSISTENSI PENERAPAN PSAK NO 30 ATAS SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DALAM MENENTUKAN KETEPATAN PENENTUAN PENDAPATAN SEWA PT INTI (Persero)

Identifikasi MasalahBerdasakan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, penulis membatasi masalah yang akan diteliti dengan identifikasi masalah sebagai berikut:Bagaimana penentuan komponen biaya-biaya yang dibebankan kepada lessee dalam PSAK No 30 (Sewa)?Seberapa besar kosistensi PT INTI (Persero) dalam penerapan PSAK No 30?Apakah penerapan PSAK secara konsisten dapat menentukan pendapatan sewa PT INTI (Persero) yang tepat?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian1.3.1Maksud PenelitianMaksud penelitian yang penulis lakukan diantaranya untuk mengumpulkan data dan informasi baik secara ekstern maupun intern tentang sejauh mana penerapan PSAK No 30 (sewa) atas sewa guna usaha aktiva tetap secara konsisten di PT INTI (Persero) dapat menentukan pendapatan sewa yang tepat kemudian menganalisis data dan informasi tersebut yang dituangkan dalam bentuk laporan akhir sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III.

1.3.2Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini antara lain:Untuk mengetahui penentuan komponen biaya yang sesuai dengan PSAK No 30 (sewa)Untuk mengetahui sejauh mana konsistensi penerapan PSAK No 30 di PT INTI (Persero)Untuk mengetahui penerapan PSAK No.30 secara konsisten dapat menentukan pendapatan sewa PT INTI (Persero) yang tepat.

1.4Kegunaan Hasil PenelitianDengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan sebelumnya, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya:Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang penerapan PSAK No 30 atas sewa guna usaha aktiva tetapBagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan serta sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan Leasing Property yang dilaksanakan.Bagi Pembaca

Dengan adanya Laporan Tugas Akhir ini semoga dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan sebagai acuan serta tambahan informasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir selanjutnya dengan ruang lingkup yang sama.

Lokasi dan Jadwal PenelitianUntuk memperoleh data dalam rangka penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian pada PT INTI (Persero) Bandung Jl. Moch Toha No.77 Bandung dimulai pada bulan Agustus sampai selesai. Adapun jadwal penelitian, dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1Jadwal PenelitianNOKEGIATANAgustusSepteberOktober

1234123412341Penentuan Masalah dan Judul2Pengajuan Judul 4Pengumpulan Data5Menyusun Laporan6Bimbingan 7Sidang

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1Kajian Pustaka2.1.1BebanIstilah beban dapat dinyatakan sebagai biaya yang secara langsung maupun tidak langsung telah dimanfaatkan di dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode, atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa.Menurut Standar Akuntansi Keungan Bab Pendahuluan paragraf 70 (b) disebutkan bahwa:Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.Selanjutnya paragraf 78, 79, 80, menyebutkan:Paragraf 78Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya bebrbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aset tetap.Paragraf 79Kerugian mencerminkan pos yang lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda dari beban lain. Oleh karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dala kerangka dasar ini.Paragraf 80Kerugian dapat timbul, misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga yang timbul dari pelepasan aset tidak lancar. Definisi beban juga mencakup kerugian yang belum direalisasi, misalnya, kerugian yang timbul dari pengaruh kenaikan kurs valuta asing dalam hubungannya dengan pinjaman perusahaan dalam mata uang tersebut. Kalau kerugaian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi. Kerugian sering kali dilaporkan dalam jumlah bersih stelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan.Carl S Warren, et all (2005: 63) mendefinisikan beban sebagai aktiva atau jasa yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan. Contoh beban meliputi beban upah, beban sewa, beban perlengkapan, beban utilitas, dan beban rupa.Menurut Soemarso (2003: 234), beban adalah penurunan modal bruto, sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Penurunan modal bruto terjadi karena penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban.

Definisi beban menurut Suwardjono (2003: 73) adalah aliran keluar sumber daya atau asset yang melekat pada produk atau jasa yang diserahhkan perusahaan kepada konsumen dalam rangka menimbulkan pendapatanMenurut S. Munawir (2003: 230) Biaya adalah nilai kas atau setara dengan kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diperkirakan akan memberikan manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi (pengorbanan yang terjadi dalam rangkan untuk memperoleh suatu barang atau jasa yang bermanfaat). Pada perusahaan yang bertujuan mencari laba, manfaat masa depan berarti pendapatan. Cost atau harga perolehan yang digunakan untuk memperoleh pendapatan disebut beban.

Sedangkan Harnanto (2002: 92) menyatakan bahwaBeban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikan kewajiban (atau keduanya) dalam suatua periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas produksi dan penjualan barang, penyerahan jasa dan aktivitas lain yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan.

Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia, beban diartikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dilakukan dalam rangka memperoleh pendapatan. Konsep beban untuk tujuan pajak terbatas pada beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Untuk beban terdapat kemungkinan layak menurut akuntansi, namun tidak layak menurut pajak. (Soemarso, 2003: 257)Dari berbagai pendapat tentang definisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa beban adalah suatu aliran keluar sebagai pengorbanan ekonomis yang dilakukan baik berupa penggunaan aktiva atau penurunan kewajiban untuk memperoleh pendapatan

2.1.1.1. Pengakuan Beban.Dalam Peryataan Atandar Akuntansi Keuangan paragraf 94, 95, 96, 97, dan 98, menyebutkan bahwa:Paragraf 94Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap).Paragraf 95Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenue) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian, penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban.

Paragraf 96Jika manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan bebab yang berkaitan dengan penggunaan aset seperti aset tetap, goodwill, paten dan merek dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aset yang besangkutan.Paragraf 97Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebaga aset.Pargraf 98Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aset, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.

1.1.1.2 Penentuan Komponen BiayaBerbagai kegiatan, transaksi dan peristiwa menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap stabilitas, resiko dan prediksi. Pengungkapan unsur-unsur kinerja membantu memahami hasil yang dicapai dan menilai hasil yang akan diperoleh pada masa akan datang. Dalam rangka menyajikan laporan laba rugi secara wajar, dapat dilakukan penambahan pos dan perubahan istilah yang dipakai serta perubahan urutan dari pos-pos yang terdapat dalam laporan laba rugi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan penambahan dan perubahan tersebut meliputi materialistis, hakikat dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. (IAI, 2007: 1.11 paragraf 57)Perusahaan menyajikan, di Laporan Laba Rugi atau di Catat atas Laporan Keuangan, rincian beban dengan menggunakan kalsifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban dalam perusahaan. (IAI, 2007: 1.11 paragraf 58)Dalam penentuan komponen biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan, satu perusahaan dengan perusahaan lain akan berbeda tergantung sifat dan fungsi beban itu sendiri. Pos-pos beban disub-klasifikasikan lebih lanjut dalam rangka cakupan komponen kinerja keuangan yang mungkin berbeda dalam hal stabilitas, potensi menghasilkan laba atau rugi, dan prediksi.Adapun komponen biaya atau beban yang diakui dalam penentuan pendapatan sewa dalam PSAK No 30 (Sewa) untuk sewa operasi (operating lease) adalah sebagai berikut:Biaya penyusutan yang terjadi untuk memperoleh pendapatn sewa diakui sebagai beban. Beban penyusutan adalah beban yang timbul karena pemakaian aktiva berwujud. Kebijakan penyusutan untuk asset sewaan harus kosisten dengan kebijakan penyusutan normal untuk asset sejenis, dan penyusutan tersebut dihitung sesuai dengan PSAK No 16 dan PSAK No 19Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa. Beberapa komponen biaya langsung adalah sebagai berikut:Beban Bank, adalah beban yang timbul karena adanya transaksi melalui bank.Beban Pemeliharaan Gedung, adalah pengeluaran yang berhubungan dengan upaya perawatan gedung agar selalu dalam keadaan siap pakai.Beban Akte Notaris, adalah beban yang timbul karena pengeluaran atas kelengkapan legalitas yang berkaitan dengan objek sewa.Beban Fasilitas, adalah beban yang timbul karena pengeluaran atas penyediaan kelengkapan obejek sewa. Misalnya, beban listrik, telepon, air, pendingin ruangan, dan lain-lain

2.1.2Pengertian PendapatanKemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan adalah hal yang penting untuk dapat melanjutkan operasi perusahaan. Keuntungan yang dihasilkan oleh suatu badan usaha adalah suatu ukuran keberhasilan manajer, investor dan kreditor yang menggunakannya untuk mengevaluasi prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu salah satu bagian terpenting dalam proses akuntansi adalah penentuan, pengukuran dan pengakuan pendapatan serta pengukuran pencatatan ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan perusahaan. Dalam kaitannya dengan operasi perusahaan yang utama, pendapatan diklasifikasikan menjadi komponen-komponen, yaitu pendapatan operasi, pendapatan nonoperasi (pendapatan lain-lain), dan untung luar biasa.Menurut Suwardjono (2003: 82) Pendapatan nonoperasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan yang sifatnya insidental atau yang tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini sering disebut pendapatan lain-lain. Contohnya pendapatan yang berasal dari bunga, dividen, royalti dan lain-lain.

Menurut Harnanto (2002:100) Pendapatan di luar usaha sebagai pendapatan yang dapat diidentifikasi sebagai kegiatan periperal perusahaan. Contohnya pendapatan yang berasal dari kegiatan finansial perusahaan. Misalnya, sewa, bunga, dividen, dan lain-lain.

Menurut Soemarso S.R (2004: 227), pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan atau pendapatan non usaha, termasuk didalam kelompok ini adalah keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan pendapatan sewa.Carl S Warren, et all (2005:21) mendefinisikan pendapatan sewa sebagai uang yang diterima dari penyewaan. Sedangkan menurut Soemarso S.R (2003:230) Pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatn yang diperoleh dari kegiatan di luar kegiatan utama disebut pendapatan lain-lain.

Berdasarkan definisi-difinisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapatan lai-lain atau pendapatan luar usaha adalah arus masuk yang berasal dari penambahan atau penurunan kewajiban selain pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan sewa termasuk dalam pendapatan lain-lain apabila kegiatan utama perusahaan bukan bergerak dalam bidang sewa-menyewa atau rental.

2.1.3Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan salah satu bentuk kekayaan perusahaan berupa sumber ekonomi untuk menciptakan pendapatan. Kedudukannya sangat penting karena fungsinya sebagai alat produksi, karena itu aktiva tetap merupakan sarana mutlak untuk mencapai sasaran perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan No.16 tahun 2007:

Aset tetap adalah aset berwujud yang:dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dandiharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.(2007:16.2 paragraf 6)

Soemarso (2004: 226) mendefinisikan aktiva tetap sebagai aktiva bernilai besar yang digunakan untuk kegiatan perusahaan, bersifat tetap atau permanen dan tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal.Selanjutnya Harnanto (2002: 313) mendefinisikan aktiva tetap berwujud sebagai berikut:Aktiva tetap berwujud adalah setiap barang yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan yang diapakai atau digunakan secara aktif dalam operasional dan mempunyai umur atau masa kegunaan yang relatif permanen

Sedangkan definisi aktiva tetap menurut James O Gill (2006: 6) adalah sebagai berikut:Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan. Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan dan yang disusutkan.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian aktiva tetap berwujud tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu aktiva dapat disebut sebagai aktiva tetap apabila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Bersifat relatif permanen yang artinya aktiva-aktiva tersebut dapat digunakan untuk jangka panjang, biasanya dipakai lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi. 2. Aktiva tetap dipakai atau digunakan secara aktif di dalam kegiatan normal perusahaan atau dimiliki tidak sebagai suatu investasi dan atau untuk dijual kembali.3. Pengeluaran untuk memperoleh aktiva tetap biasanya merupakan pengeluaran yang cukup besar, sehigga perusahaan perlu mempunyai kebijaksanaan kapitalisasi yang menetapkan jumlah minimum pengeluaran yang dapat dikapitalisasi.

2.1.3.1 Klasifikasi Aktiva Tetap Berwujud Dari macam-macam bentuk aktiva tetap berwujud untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut : a) Aktiva tetap yang umurnya dan masa kegunaannya tidak terbatas dan dilaporkan berdasarkan harga perolehannva tanpa disusutkan atau dideplesi. Contoh : tanah untuk letak perusahaan. tempat berdirinya gedung, tanah pertanian, tanah peternakan tanah perkebunan. b) Aktiva tetap yang umur dan masa kegunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis atau disebut aktiva tetap yang dideplesi Contoh : sumber alam seperti pertambangan , hutan kayu. c) Aktiva tetap yang umurnya dan masa kegunaannva terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis atau disebut juga aktiva tetap yang disusutkan. Contoh : Bangunan, gedung , mesin dan peralatan , furniture , kendaraan.

2.1.4 Pengertian Leasing (Sewa Guna usaha) Dalam menjalankan operasinya perusahaan membutuhkan aktiva tetap dan untuk memperolehnya perusahaan dapat menggunakan cara yang berbeda-beda. Salah satu yang paling mudah adalah dengan cara membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan memerlukan berbagai pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang ada mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti ketinggalan zaman sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko kegagalan memakai serta kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.Cara lain dalam memperoleh aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara leasing. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sewa menyewa yaitu pembiayaa peralatan atau barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu pernsahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Industri leasing menciptakan konsep baru untuk mendapatkan barang modal serta menggunakannya sebaik mungkin tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut. Ditinjau dari sudut ekonomi, leasing dapat pula dikatakan sebagai salah satu cara untuk menghimpun dana yang terdapat didalam masyarakat dan menginvestasikannya kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Karena itu, sarana leasing merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan yang kurang modal atau hendak menghemat pemakaian tanpa harus kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa defenisi leasing yaitu sebagai berikut :Menurut Financial Accounting Standar Board (FASB) :..An agreement coonveying the right to use property, plant or equipment (land and/or depreciable assets) usulally for a stated period of time.Definisi diatas menjelaskan adanya kesepakatan antara dua pihak, lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (penyewa). Dalam perjanjian ini terdapat persetujuan penyerahan atau pengalihan hak guna atau hak pakai atas aktiva yang dimilikinya yang dapat disiapkan selama periode tertentu dari lessor pada lessee. Selama periode yang dimaksud dalam perjanjian sebagai balas jasa dari hak pakai yang diberikan lessor kepada lessee dituntut untuk membayar sejumlah uang sewa atau kompensasi yang lain sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Lamanya jangka waktu suatu perjanjian lease tergantung pada perjanjian yang dibuat oleh lessor dan lessee, sehingga jangka waktu perjanjian lease ini dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan bersama.International Accounting Standard Committee mendefenisikan leasing sebagai berikut :"Lease: An agreement where by the lessor conveys to the lessee in return forrent the right to use an asset for an agreed period of time. The definition of lease includes contracts for the heire of an asset whiech contain of provision giving the hirer an option to acquire title of the asset upon to the fufilment of agreed conditioons. These contracts are described as hire puchase contracts In some countries, different names are used for agreement which have the characteristic of a lease (e. g. baeboat characters).

Definisi dan pengertian leasing menurut IAS No. 17 hampir sama dengan pengertian leasing yang didefinisikan oleh FASB No. 13, tetapi IASC menambahkan dalam definisinya bahwa dalam pengertian leasing tersebut terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva yang dileasekan atau memperpanjang waktu leasing berdasarkan nilai yang disepakati bersama.Menurut hubungan dengan opsi ini, pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian Keputusan No. 122/MK/2/1974, No. 32/MSK/2/1974 dan No. 30/KPB/1/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing", menyatakan bahwa:Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka tertentu secara berkala, disertai dengan hak pilih (option) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.(Waluyo, 2008:280)

Definisi ini tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan, diartikan sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam penyediaan barang-barang modal atau aktiva yang disusutkan lainnya (depreciable assets) dan tidak selalu berakhir dengan pemilikan barang oleh si penyewa (hak pilih/opsi) dan adanya pembayaran secara berkala. Namun demikian dengan ditetapkannya keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.O13/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan 8013 telah diperluaskan sebagai mana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi sebagai berikut :Perusahaan sewa guna usaha (leasing company/lessor) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara financial lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. (Waluyo, 2008:280)

Definisi diatas menunjukkan perluasan batasan jenis kegiatan sewa guna usaha yang diikuti pula batasan untuk finance lease, operating lease, dan lessee (penyewa guna usaha) sebagai berikut:Sewa Pembiayaan (finance lease) adalah kegiatan sewa guna usaha di mana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha bedasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Sewa Opersai (operating lease) adalah kegiatan sewa guna usaha di mana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.Penyewa guna usaha (lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor)

Menurut Earl K Stice, dkk (2004: 13-14) mendefinisikan sewa guna usaha sebagai berikut:Sewa guna usaha adalah suatu kontrak di mana satu pihak (penyewa-lessee) diberikan hak untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu pihak yang menyewakan (lessor) untuk suatu periode waktu tertentu dan untuk suatu biaya periodic tertentu.

Menurut Harnanto (2002:315)Sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau perjanjian yang memberikan hak kepada penyewa untuk menggunakan aktiva tetap atau barang modal yang dimiliki oleh pihak yang menyewakan (lessor) dalam jangka waktu tertentu dan dengan pemabayaran sewa tertentu.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keungan No.30 tahun 2007 :Sewa (Lease) adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.(2007:30.1 paragraf 4)

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) mendefinisikan beberapa istilah yang sering dipakai dalam transaksi leasing sebagai berikut: a. Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala;b. Barang Modal adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva yang dimaksud merupakan satu kesatuan pemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan, atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee;c. Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna-usaha;d. Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari Lessor;e. Pembayaran sewa-guna-usaha (Lease Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar secara berkala oleh Lessee kepada Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha;f. Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha;g. Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal yang dilease ditambah dengan biaya langsung;h. Nilai Pembiayaan adalah jumlah pembiayaan untuk pengadaan barang modal yang secara riil dikeluarkan oleh Lessor;i. Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan;j. Imbalan jasa sewa-guna-usaha adalah bagian dari pembayaran sewa-guna- usaha yang diperhitungkan sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor.k. Nilai sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa-guna-usaha yang telah di sepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa sewa-guna-usaha.l. Simpanan Jaminan (Security Deposit) adalah jumlah uang yang diterima Lessor dari Lessee pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lease;m. Masa Sewa-guna-usaha(Lease term) adalah jangka waktu sewa-guna-usaha yang dimulai sejak diterimanya barang modal yang disewa-guna- usaha oleh Lessee sampai dengan perjanjian sewa-guna-usaha berakhir;n. Masa Sewa-guna-usaha pertama adalah jangka waktu sewa-guna-usaha barang modal untuk transaksi sewa-guna-usaha yang pertama kalinya;o. Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha.Dari definisi-definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan atau transaksi dalam bentuk penyediaan barang modal atau aktiva, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

2.1.4.1 Karakteristik Akuntansi Sewa (Lease) bagi LessorMenurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.30 tahun 2007 klasifikasi sewa antara lain: a. Sewa Pembiayaan b. Sewa Operasi.(2007:30,07)

Beberapa karakteristik yang mengarah pada sewa yang diklasifikasi sebagai sewa pembiayaan, antara lain:Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.

Lessee mempunyai hak opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah jika dibandingkan dengan dengan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan.Pada awal sewa, nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan.Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakan tanpa perlu modifikasi secara material.

Jika salah satu dari karakteristik diatas dan tiga indikator lain dibawah ini terpenuhi, maka sewa tersebut dapat diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Sedangkan bila tidak terpenuhi, maka diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Indikator tambahan tersebut adalah:Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee.Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee (contoh, dalam bentuk potongan harga rental dan yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa).

Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode selanjutnya dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar.

2.1.4.2 Perjanjian LeasingDalam Keputusan Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing) Bab III Pasal 9, memuat tentang ketentuan perjanjian sewa guna usaha, sebagai berikut: (1) Setiap transaksi sewa-guna-usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa-guna-usaha (lease agreement).(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :Jenis transaksi sewa-guna-usaha;Nama dan alamat masing-masing pihak;Nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal;Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa-guna-usaha angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa-guna-usaha, nilai sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang modal yang disewa-guna-usahakan;Masa sewa-guna-usaha;Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa-guna-usaha yang dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun;Opsi bagi penyewa guna usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi;Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-usaha.

(3) Perjanjian sewa-guna-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini wajib dibuat dalam bahasa Indonesia, dan apabila dipandang perlu dapat diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

2.1.4.3 Keuntungan dan Kerugian LeasingMenurut Sofyan Syafri Harahap (1995:171-173) beberapa keuntungan dan kerugian pembiayaan dengan menggunakan leasing adalah sebagai berikutKeuntungan bagi LesseeLessee akan terhindar dari kebutuhan dana besar dan biaya bunga yang tinggi

Lesee mengurangi resiko keusangan, karena ia dapat mengoperkan barang yang dilease kepada pihak lessor setelah pemakainnyaPerjanjian lease lebih fleksibel karena lebih bebas dibandingkan perjanjian utang lainnya Daya pembiayaannya jauh lebih murah dari pada pembiayaan sekaligus

Lease tidak menambah pos utang di neraca dan tidak mempengaruhi rasio leverage

Kerugian bagi lesseeLessee wajib memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan lessor untuk melindungi peralatannya

Lessee bisa saja kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan barang pada saat akhir lease untuk beberapa jenis barang

Lease khususnya financial lease mungkin kurang tepat bila lessee hanya membutuhkan aktiva dalam jangka pendek, karena jika dibatalkan sebelum perjanjian selesai, akan menimbulkan biaya yang cukup besar.Karena barang yang dilease tidak dapat dicatat sebagai asset maka tidak dapat dijadikan jaminan kredit di BankHak menggunakan barang lease merupakan intangable asset yang tidak dapat dimunculkan dalam neraca

Keuntungan bagi lessorHak kepemilikan masih di pihak lessor, sehingga merupakan faktor pengaman yang lebih kuat dibandingakan dengan barang jaminan berupa hipotek sekalipun

Lessor berhak secara hukum untuk menjual barang yang dilease dan biasanya lebih mudah dan lebih cepat dibandingakan dengan penjualan melalui lelangDalam operating lease, lessor secara akuntansi masih berhak untuk melakukan pembebanan penyusutan atas barang yang dilease untuk tujuan penghematan pajak

Kerugian bagi lessorSebagai pemilik, lessor memiliki risiko besar jika barang yang dilease mendapat tuntutan dari pihak ketigaDalam hal adanya complaint, lessor tidak bisa mengklaim pabrik atau suppliernya secara langsung, tindakan tersebut ahrus dilakukan oleh lessee sebagai pemakai barang tersebutWalaupun mempunyai hak secara hukum menjual barang lease, namun lessor belum tentu bebas dari berbagai ikatan seperti gadai atau kewajiban lain.

2.2 Kerangka PemikiranMenurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan No.16 tahun 2007:Aset tetap adalah aset berwujud yang:dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dandiharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.(2007:16.2 paragraf 6)

Aktiva tetap adalah sumber ekonomi yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, meliputi: tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan-peralatan, serta sumber-sumber alam. Aktiva tetap merupakan salah satu bentuk kekayaan perusahaan berupa sumber ekonomi untuk menciptakan pendapatan. Namun aktiva juga merupakan pengeluran yang besar bagi perusahaan. Selain membutuhkan dana yang besar pada saat perolehan aktiva, tetapi juga pascaperolehan. Selama umur ekonomis, timbul pengeluaran-pengeluaran reguler dan khusus. Pengeluaran tersebut diperlukan untuk memelihara dan memperbaiki aktiva, sementara pengeluaran lain untuk menambah umur ekonomis atau kapasitas aktiva. (Stice dan Skousen, 2004: 28) Kadang kala kegiatan utama yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam suatu perusahaan tidak terlalu memanfaatkan aset tetap yang dimiliki secara optimal sehingga ada aktiva tetap yang menganggur. Dengan berbagai pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut hal ini dianggap merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk lebih mengoptimalkan aset berupa aset tetap yang dimilikinya salah satu diantaranya dengan menyewagunausahakan atau meleasingkan aktiva tetap tersebut.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) mendefinisikan sewa guna usaha sebagai berikut:Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

Dalam kegiatan sewa guna usaha, pihak lessor menyediakan barang modal berupa aktiva tetap dan memberikan hak untuk menggunakan aktiva yang dimilikinya kepada pihak lessee untuk jangka waktu tertentu dan untuk suatu biaya periodik tertentu yang biasa disebut dengan operating leases. Atau dengan sewa guna usaha lain yang disebut capital leases yang secara secara ekonomis sama dengan penjualan aktiva yang disewagunausahakan dimana pemberi sewa mengizinkan penyewa untuk membayar aktiva tersebut dengan suatau rangkaian pembayaran sewa guna usaha selama beberapa waktu. (Stice dan Skousen, 2004: 14)Sewa guna usaha memberikan keuntungan yang menarik bagi lesee dan lessor. Salah satu keuntungan sewa guna usaha bagi lessor adalah dalam banyak perjanjian sewa guna usaha kepemilikan properti sewa guna usaha tidak pernah dialihkan kepada pihak lessee. Lessor dapat memperoleh keuntungan apabila kondisi ekonomi menghasilkan nilai sisa yang signifikan pada akhir masa sewa (Stice dan Skousen, 2004: 296). Selain itu, dengan sewa guna usaha perusahaan dapat kembali mengoptimalisasikan aktiva tetap yang dimilikinya sehingga dapat menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh dan menjadi salah satu sumber penerimaan di luar kegiatan utama perusahaan atau pendapatan lain-lain berupa pendapatan sewa yang dapat menambah keuntungan perusahaan.Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Soemarso S.R (2004: 227) yang menyatakan bahwa pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan atau pendapatan non usaha, termasuk didalam kelompok ini adalah keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan pendapatan sewa.Tujuan pokok dijalankannya suatu kegiatan usaha adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha. ( Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 36 ). Semakin besar pendapatan yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula keuntungan yang diperolehnya. Keuntungan yang dihasilkan perusahaan menjadi suatu ukuran untuk menentukan prospek kegiatan operasional perusahaan di masa yang akan datang.Dalam persamaan akuntansi dijelasakan bahwa transaksi-transaksi pendapatan dan beban dicatat sebagai penambah dan pengurang modal. Dalam sistem pencatatan dengan menggunakan akun transaksi. Akun transaksi tersebut dicatat dalam akun terpisah. Pendapatan dapat berasal dari bermacam-macam kegiatan, misalnya, penjualan barang, pemberian jasa, penyewaan aktiva, peminjaman uang atau kegiatan-kegiatan lain dalam rangaka usaha dan dengan tujuan memperoleh laba. (Soemarso, 2004: 54)Namun pengungkapan pendapatan dapat dilakukan setelah diketahui beban-beban yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suwardjono (2003: 73) bahwa beban adalah aliran keluar sumber daya atau asset yang melekat pada produk atau jasa yang diserahkan perusahaan kepada konsumen dalam rangka menimbulkan pendapatan.Pendapatan timbul setelah adanya pengakuan atau pengungkapan beban. Penentuan komponen beban yang akan dibebankan dapat mempengaruhi nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan. Di dalam PSAK No 30 terdapat kebijakan tentang komponen-kompen biaya yang dapat dibebankan kepada lessee dalam penentuan pendapatan sewa. Diharapkan dengan penerapan PSAK No 30 secara konsisten, perusahaan dapat menentukan pendapatan sewa dengan tepat.

2.3 HipotesisMenurut Sugiono (1999:39) dalam Metode Penelitian Administrasi mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitianSebagaimana jawaban sementara dari identifikasi masalah diatas dengan mengacu pada kerangka pemikiran. Maka penulis mengajukan hipotesis, semakin perusahaan konsisten dalam menerapkan PSAK No 30 (Sewa), maka penentuan pendapatan sewa yang diterima oleh perusahaan akan semakin tepat

BAB IIISUBJEK/OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek PenelitianPerusahaan yang menjadi subjek penelitian penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah PT INTI (Persero) yang berlokasi di Jalan Moh Toha No 77 Bandung dan objek yang akan diteliti adalah konsistensi penerapan PSAK No 30 atas sewa guna usaha aktiva tetap dalam menentukan ketepatan penentuan pendapatan sewa pada PT INTI (Persero)

Penulis memilih PT INTI (Persero) sebagai subjek penelitian, karena dalam upaya pengoptimalan aktiva tetap yang dimilikinya, PT INTI (Persero) meleasekan atau menyewagunausahaakan aktiva tetap tersebut dengan harapan dapat meningkatkan pendapatannya. Namun jika melihat kondisi laporan keuangan lima tahun ke belakang, pendapatan yang diperoleh khususnya pendapatan lain-lain dari tahun ke tahun cenderung menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam sejauh mana PT INTI (Persero) telah secara konsisten menerapkan PSAK No 30 dalam penentuan pendapatn sewanya khususnya dalam penentuan komponen-komponen biaya yang dibebankan kepada lesee.

Metode PenelitianMetode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, termasuk ke dalam metode penelitian studi kasus. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit

Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah (Husein Umar, 1999:81). Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Menurut Vredenbregt (1987: 38) Studi kasus ialah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, di mana tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif.

Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002).Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti tersebut (Nawawi, 2003).Pengertian yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Dalam konteks tulisan ini, penulis lebih memfokuskan pada pengertian yang pertama yaitu sebagai metode penelitian. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada intinya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya (Salim, 2001).Jadi dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah bagian keuangan yang bekerja di PT INTI (Persero)

Operasionalisasi VariableMenurut Sugiyono (1999:20) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dari tarik kesimpulan

Setiap variabel pada dasarnya bersumber dari konsep. Konsep sendiri bersifat abstrak, tetapi menunjuk pada obyek obyek tertentu yang konkret. Suatu konsep disebut variabel jika ia menampakkan variasi pada objek objek yang ditunjuknya pada tingkat realitas (empiris) sehingga dimungkinkan dilakukan pengukuran. Salah satu cara untuk mencapainya dengan membuat definisi operasionalisasi variabel, sebagaimana dinyatakan oleh Sekaran (2000: 178): operationalizing, or operationally defining a concept, to render it measurables, is done by looking at the behavioral dimensions, facets or properties denoted by the concept. Dengan demikian setiap variabel yang akan diteliti, diukur melalui operasionalisasi variabel dalam tabel sebagai berikut:Tabel 3.1Operasional Variabel PenelitianVariabelDefinisi KonsepIndikatorSkalaPenerapan PSAK No 30 atas sewa guna usaha aktiva tetapSuatu kebijakan yang mengantur perjanjian yang mengalihkan hak untuk menggunakan asset meskipun tetap diperlukan keterlibatan lessor dalam mengoperasikan atau memelihara asset tersebut (IAI, 2007: 30.1 paragraf 1)Beban PenyusutanBeban BankBeban Pemeliharaan gedungBeban Akte NotarisBeban Fasilitas

ordinalordinal

ordinalordinalordinal

Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel merupakan teknik untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh.

Teknik sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2004: 78).Kuesioner ini diberikan kepada bagianbagian yang terkait dengan objek penelitian di PT INTI (Persero) yaitu bagian keuangan.

3.2.4Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini data yang digunakan oleh penulis adalah data primer dan data skunder. Dimana, lebih jelas Nur dan Bambang (1999:147), menyebutkan bahwa:Sumber data terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer adalah data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli. Data primer secara khusus dikumpulkan peneliti untuk menjawab pertannyaan penelitian. Sedangkan data skunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat dari pihak luar).

Adapun data primer yang diperoleh dari responden melalui hasil penelitian dilapangan dengan melakukan penyebaran kuisioner secara langsung pada bagian keuangan PT INTI (Persero). Sedangkan data skunder diperoleh melalui studi pustaka, yaitu dengan cara melakukan penelitian perpustakaan yang meliputi berbagai teori yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, yaitu tentang teori yang bersangkutan dengan system informasi akuntansi.Teknik/ prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :Wawancara (Interview)

Sebagai teknik komunikasi langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan serta ditunjukan kepada pihak perusahaan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan denagn wawancara tidak trstruktur yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang pihak-pihak berwenang yang bertanggung jawab.Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakuakn denagn mengamati kegiatan perusahaan yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Penulis sekaligus melaksanakan Praktek Kerja di perusahaan ini untuk mengetahui dan membandingkan denagn hasil yang didapat dari teknik pengumpulan data melalui wawancara.Penyebaran Kuisioner (Field Research)

Teknik pengumpulan data melalui penebaran kuisioner pada penelitian ini adalah diberikan data-data berupa pertannyaaan yang bersifat tertutup dengan pertanyaan dan jawaban yang telah disediakan oleh penulis dan keterangan berupa pendapat-pendapat responden yang berkaitan denagn masalah yang akan diteliti. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat penyebaran kuisioner terdiri dari :Menentukan populasi dan sampelMembuat rancangan kuisionerMembagikan kuisioner kepada respondenMenarik kembali kuisioner yang telah diberikan pada respondenMengolah data yang telah ada dari jawaban kuisioner tersebut.

Penelitian Kepustakaan (Library Reseach)Penelitian kepustakaan penulis dilakukan denagn maksud untuk mendapatkan data skunder yaitu dengan cara mencari dan mempelajari berbagai teori yang berhubungan langsung dengan maslah yang sedang diteliti. Seperti mempelajari buku-buku (text book), majalah, koran, skripsi serta artikel dari internet.

3.2.5Rancangan Analisis Data3.2.5.1Transformasi Data Untuk analisis menggunakan statistic parametik diperlukan data denagn ukuran paling tidak interval. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data ordinal terlebih dahulu di transformasikan tingkat pengukurannya ke tingkat interval. Cara mentransformasikan data dari ordinal ke interval dengan Method Succesive Interval (Harun Al-Rasyid, 1994:134), langkah kerjanya sebagai berikut:berdasarkan hasil jawaban responden untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi setiap jawaban.Berdasarkan frekuansi yang diperoleh dari setiap pertanyaan, hitung proporsi setiap pilihan jawaban.Bedasarkan proporsi tersebut, untuk masing-masing pertanyaan, hitung proporsi kumulatif dan tentukan nilai batas-batas untuk setiap pilihan jawaban.Hitung nilai numeric penskalaan (scale Value) untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

SV= Densityatlower lim it densityatupper lim it Areaunderupper lim it areaunderlower lim itDimana:SV: Scale Value respon jawaban ke-1DLL: Kepadatan atas bawahDUL: Kepadatan batas atasAUUL: Daerah dibawah batas atasAULL: Daerah dibawah batas bawah

hitung skor nilai hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban denagn persamaan sebagai berikut :

Score= SV-SV minimum + 1Perhitungan transformasi data pada penelitian ini dilakukan denagn bantuan computer Microsoft excel 2003.

3.2.5.2Uji Kualitas DataUji kualitas data dilakukan agar data yang diproses sebagai sumber penentuan kesimpulan terjamin kualitasnya dimana uji ini terdiri dari 2 uji yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

3.2.5.2.1 Uji ValiditasSebelum pengumpulan data dilakukan, perlu dilakukan uji coba instrument terlebih dahulu guna mengetahui tingkat validitas da realiabilitasnya. Dan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka dapat diketahui apakan instrument tersebut layak atau tidak untuk digunakan.Moh nazir (2003:133) menyatakan bahwa : jika reliabilitas dan validitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberikan alas an terhadap hubungan-hubungan antar variable, bahkan secara luas reliabilitas dan validitas mencakup seluruh pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap untuk dianalisis.Menurut Sugiyono (1999;109), instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.Pengujian validitas instrument dilakukan dengan tingkat pengukuran likerts, dilakukan melalui teknik kolerasi antara masing-masing item pertanyaan/pernyataan dengan total item pertanyaan. Teknik kolerasi yang digunakan adalah teknik kolerasi product Moment dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Rxy= koefisien validitas item yang dicariX= skor yang diperoleh dari subjek dalam tiap itemY= skor total item instrumentX= jumlah skor dalam distribusi XY= jumlah skor ddalam distribusi YX2= jumlah kuadrat pada masing-masing skor XY2= jumlah kuadrat pada masing-masing skor Yn= jumlah responden.Setelah angka kolerasinya diketahui, kemudian dihitung nilai t dan r dengan rumus :

Setelah itu dibandingkan dengan nilai kritiknya. Jika rhitung > rtabel pada =0.05 berarti data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya jika rhitung < rtabel berarti data tersebut tidak signifikan (tidak valid) dan tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Pertanyaan-pertayaan yang valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

3.2.5.2.2 Uji ReliabilitasSetelah dilakukan pengujian validitas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian reliabilitas. Suharsimi (2002 : 154) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Sugiyono (2004 : 147) menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada dengan teknik tertentu.Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrument menggunakan internal consistency, dimana instrument dicobakan sekali saja. Data yang diperoleh kemudian di analisis, dalam hal ini digunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half). Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut :Membagi pernyataan-pernyataan menjadi dua belahSkor untuk masing-masing pernyataan pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. Mengkolerasikan skor total belahan pertama dengan belahan kedua, dengan menggunakan teknik kolerasi product moment.

Angka kolerasi yang diperoleh adalah angka kolerasi dari alat pengukur yang dibelah (split half), maka angka kolerasi yang lebih rendah daripada angka yang diperoleh jika alat ukur itu tidak dibelah seperti pada teknik test-retest. Oleh karena itu dicari angka reliabilitasnya untuk keseluruhan item tanpa dibelah dengan rumus Spearman BrownMenurut Sugiyono (2005 : 149), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Di mana :ri=reliabilitas internal seluruh instrumenrb=korelasi product moment antara belahan pertama dengan belahan keduaKeputusan uji reliabilitas ditentukan dengan menggunakan ketentuan : jika reliabilitas internal seluruh item (ri) rtab (taraf signifikan 5%) maka item instrumen dinyatakan reliabel. Tetapi jika reliabilitas internal seluruh item (ri) < rtab (taraf signifikan 5%) maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Sejarah Perusahaan Dari cikal bakal Laboratorium Penelitian & Pengembanagn Bidang Pos dan Telekomunikasi (LPPI-POSTEL), pada 30 Desember 1974 berdirilah PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan misi untuk menjadi basis dan tulang punggung pembangunan Sistem Telekomunikasi Nasional (SISTELNAS). Seiring waktu dan berbagai dinamika yang harus diadaptasi, seperti perkembangan teknologi, regulasi, dan pasar, maka selama lebih dari 30 tahun berkiprah dalam bidang telekomunikasi, INTI telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. 1. Periode 1974-1984. Kerjasama Teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain dengan Siemen, BTM, PRX, JRC, dan NEC. Pada era tersebut produk Pesawat Telepon Umum Koin (PTUK) INTI menjadi standar perumtel (sekarang Telkom).2. Periode 1984-1994. Kerjasama teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain : Bidang sentral dengan Siemens, Bidang transmisi dengan Siemens, NEC, dan JRC, Bidang CPE dengan Siemens, BTM, Tamura, Shapura dan Tatung TEL. Pada era ini, PT INTI memiliki reputasi dan prestasi yang signifikan yaitu : Menjadi pionir dalam proses digitalisasi sistem dan jaringan telekomunikasi di Indonesia & Bersama Telkom telah berhasil dalam proyek otomatisasi telepon di hampir seluruh ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan di seluruh Indonesia.3. Periode 1994-2000. Selama 20 tahun sejak berdiri, kegiatan inti adalah murni manufaktur. Namun dengan adanya perubahan dan perkembangan kebutuhan teknologi, regulasi, dan pasar, PT INTI mulai melakukan transisi ke bidang jasa engineering. Pada masa ini aktivitas manufaktur di bidang switching, transmisi, CPE dan mekanik-plastik masih dilakukan. Namun situasi pasar yang berubah, kompetensi yang semakin ketat dan regulasi telekomunikasi yang makin terbuka menjadikan posisi INTI di pasar bergeser sehingga tidak lagi sebagai market leader. Kondisi ini mengharuskan INTI memiliki kemampuan sales force dan networking yang lebih baik. 4. Periode 2000-2004. Pada era ini kerjasama teknologi tidak lagi bersifat single suorce, tetapi dilakukan secara multi sorce dengan beberapa perusahaan multinasional dari Eropa dan Asia. Aktivitas manufaktur tidak lagi ditangani sendiri oleh INTI, tetapi secara spin-of dengan mendirikan anak-anak perusahaan dan usaha patungan.5. Periode 2005 Sekarang. PT INTI bertekad untuk menjadi mitra terpercaya di bidang penyediaan jasa proffesional dan solusi total yang fokus pada Infocom System & Technology Integration (ISTI).

4.1.2Gambaran Umum RespondenDalam penelitian ini penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada 20 responden yang bekerja di PT INTI (Persero) pada bagian keuangan dan jumlah yang terkumpul sebanyak 20 kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh, maka gambaran umum responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia dan jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:Tabel 4.1Gambaran RespondenBerdasarkan Jenis KelaminNoJenis KelaminJumlahPresentase1Laki-Laki16 Orang80%2Perempuan4 Orang20%Jumlah20 Orang100%Sumber: hasil pengolahan kuesionerDari tabel 4.1 dapat terlihat bahwa mayoritas responden yang bekerja di bagian keuangan berjenis kelamin laki-laki yakni 16 orang atau 80% dari jumlah keseluruhan, sedangkan jumlah perempuan jauh lebih sedikit yakni hanya 4 orang atau 20% dari jumlah keseluruhan responden.Tabel 4.2Gambaran RespondenBerdasarkan UsiaNoJenis KelaminJumlahPresentase121-303 Orang15%231-405 Orang25%3>4012 Orang60%Jumlah20 Orang100%Sumber: hasil pengolahan kuesionerDari tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa usia responden mayoritas di atas 40 tahun yakni sebanyak 12 orang atau 60% dari jumlah keseluruhan responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja di bagian keuangan rata-rata telah memiliki pengalaman dan skill yang matang.Tabel 4.3Gambaran RespondenBerdasarkan Jenjang PendidikanNoJenis KelaminJumlahPresentase1D35 Orang25%2S111 Orang55%3S24 Orang20%Jumlah20 Orang100%Sumber: hasil pengolahan kuesionerDari tabel 4.3 kita dapat melihat bahwa responden yang bekerja pada bagian keuangan telah memiliki jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Jenjang pendidikan terendah yaitu D3 yakni sebanyak 5 orang, sedangkan jenjang pendidikan tertinggi yaitu S2 yakni sebanyak 4 orang. Namun mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan S1 yaitu sebanyak 11 orang.4.1.3Analisis Tanggapan RespondenUntuk menganalisis tanggapan responden, jawaban responden akan dibobotkan yaitu dengan mengalikan jumlah responden yang menjawab dengan nilai skala likert dari jawaban tersebut. Setelah itu, nilai bobot tersebut dibandingkan dengan nilai bobot standar untuk mengetahui kinerjanya. Nilai bobot standar ini dibagi ke dalam tiga (3) rentang penilaian yaitu konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten.Untuk mencari nilai bobot stanar dilakukan dengan mencari panjang rentang bobot ketiga pengklasifikasian di atas. Adapun rumusnya sebagai berikut:

R = 13Keterangan:R= panjang rentangBmaks= bobot jawaban maksimum (3)Bmin= bobot jawaban minimum (1)Setelah itu pembobotan dibagi ke dalam tiga (3) tingkatan berdasarkan pengklasifikasian di atas yang dimulai dari 20. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:Tabel 4.4Nilai Bobot StandarNilai BobotKategori20-32Tidak Konsisten33-45Cukup Konsisten46-58Konsisten Sumber: hasil perhitunganDengan membandingkan nilai bobot jawaban responden dengan nilai bobot stnadar tersebut di atas, maka dapat diketahui mengenai bobot Penerapan PSAK No 30 Atas Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap pada PT INTI (Persero) apakah tergolong Tidak Konsisten, Cukup Konsisten, Konsisten. Hal ini dapat diketahui dengan melihat bobot jawaban berada di golongan yang mana sesuai dengan kategori pada table 4.4 di atas. Adapun rinciannya sebagai berikut:

4.1.3.1Penerapan PSAK No 30 Atasa Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Pada Tahun 2003PSAK No 30 (Sewa) merupakan suatu peryataan yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessor maupun lessee dalam hubungannya dengan sewa (lease). Peryataan ini digunakan sebagai panduan bagi penyusun laporan keuangan di dalam menyusun laporan keuangannya khususnya mengenai sewa. Variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diambil dari standar penentuan pendapatan sewa operasi pada PSAK No 30. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:Tabel 4.5Item peryataan 1Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban penyusutanJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31785%51Kadang-kadang2315%6Tidak Pernah100%0Total

20100%57KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.5 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 1 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutan, mayoritas responden menjawab selalu yakni sebesar 85%. Item ini mempunyai bobot sebesar 57. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya PT INTI (Persero) telah memasukkan beban penyusutan dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.Tabel 4.6Item peryataan 2Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban bankJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31785%51Kadang-kadang2315%6Tidak Pernah100%0Total

20100%57KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Untuk item peryataan 2 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban bank, mayoritas dari responden menjawab selalu yakni sebesar 85%. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 57. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (tabel 4.4). artinya dalam setiap penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) selalu memasukkan beban bank secara konsisten.Tabel 4.7Item peryataan 3Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban pemeliharaan gedungJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31575%45Kadang-kadang2315%6Tidak Pernah1210%2Total

20100%53KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.7 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 3 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedung, 75% dari keseluruhan responden menjawab selalu, sedangkan 10% dari keseluruhan responden menjawab tidak pernah. Item ini mempunyai bobot sebesar 53. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya PT INTI (Persero) memasukkan beban pemeliharaan gedung dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.

Tabel 4.8Item peryataan 4Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)JawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31155%33Kadang-kadang2945%18Tidak Pernah100%0Total

20100%51KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesionerUntuk item peryataan 4 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan), sebesar 55% responden menyatakan selalu. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 51. Bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) memasukkan beban fasilitas secara konsisten.Tabel 4.9Item peryataan 5Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban akte notarisJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu3840%24Kadang-kadang21260%24Tidak Pernah100%0Total

20100%48KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.9 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 5 menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendaptan sewa Saudara memasukkan beban akte notaris, lebih dari setengah dari keseluruhan responden menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 60%, item ini mempunyai bobot sebesar 48. bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya beban akte notaris secara konsisten dimasukkan dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero).Tabel 4.10Bobot Total Penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003IndikatorBobot Rata-rataPersentaseKategoriBeban Penyusutan5721,43%KonsistenBeban Bank5721,43%KonsistenBeban Pemeliharaan Gedung5319,92%KonsistenBeban Fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)5119,17%KonsistenBeban Akte Notaris4818,05%KonsistenJumlah266100,00%

Rata-rata53,220%Konsisten Sumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.10 di atas dapat kita lihat bahwa bobot rata-rata variabel Penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 adalah sebesar 53,2. bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Indikator yang sangat berpengaruh terhadap konsistensi penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 yaitu beban penyusutan dan beban bank yakni sebesar 21,43%. Sedangkan indikator yang memiliki persentase terkecil yakni beban akte notaris yakni sebesar 18,05%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero) telah dilakukan secara konsisten.

4.1.3.1Penerapan PSAK No 30 Atasa Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Pada Tahun 2004PSAK No 30 (Sewa) merupakan suatu peryataan yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessor maupun lessee dalam hubungannya dengan sewa (lease). Peryataan ini digunakan sebagai panduan bagi penyusun laporan keuangan di dalam menyusun laporan keuangannya khususnya mengenai sewa. Variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diambil dari standar penentuan pendapatan sewa operasi pada PSAK No 30. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:Tabel 4.5Item peryataan 6Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban penyusutanJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31785%51Kadang-kadang2315%6Tidak Pernah100%0Total

20100%57KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.11 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 6 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutan, mayoritas responden menjawab selalu yakni sebesar 85%. Item ini mempunyai bobot sebesar 57. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam tahun 2004 PT INTI (Persero) telah memasukkan beban penyusutan dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten

Tabel 4.12Item peryataan 7Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban bankJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31365%39Kadang-kadang2735%14Tidak Pernah100%0Total

20100%53KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Untuk item peryataan 7 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban bank, mayoritas dari responden menjawab selalu yakni sebesar 85%. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 53. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (tabel 4.4). artinya dalam setiap penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) selalu memasukkan beban bank secara konsisten.Tabel 4.13Item peryataan 8Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban pemeliharaan gedungJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah100%0Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.13 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 8 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedung. Item ini mempunyai bobot sebesar 52. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya PT INTI (Persero) memasukkan beban pemeliharaan gedung dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.Tabel 4.14Item peryataan 9Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)JawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah100%0Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Untuk item peryataan 9 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan), sebesar 60% responden menyatakan selalu. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 52. Bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) memasukkan beban fasilitas secara konsisten.Tabel 4.15Item peryataan 10Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkanbeban akte notarisJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31050%30Kadang-kadang2945%18Tidak Pernah115%1Total

20100%49KategoriKonsistenSumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.15 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 10 menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendaptan sewa Saudara memasukkan beban akte notaris, item ini mempunyai bobot sebesar 49. bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya beban akte notaris secara konsisten dimasukkan dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero).Tabel 4.10Bobot Total Penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003IndikatorBobot Rata-rataPersentaseKategoriBeban Penyusutan5721,43%KonsistenBeban Bank5721,43%KonsistenBeban Pemeliharaan Gedung5319,92%KonsistenBeban Fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)5119,17%KonsistenBeban Akte Notaris4818,05%KonsistenJumlah266100,00%

Rata-rata53,220%Konsisten Sumber: data dioleh dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.10 di atas dapat kita lihat bahwa bobot rata-rata variabel Penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 adalah sebesar 53,2. bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Indikator yang sangat berpengaruh terhadap konsistensi penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 yaitu beban penyusutan dan beban bank yakni sebesar 21,43%. Sedangkan indikator yang memiliki persentase terkecil yakni beban akte notaris yakni sebesar 18,05%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PSAK No 30 pada tahun 2003 dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero) telah dilakukan secara konsisten.

Penerapan PSAK No. 30 Atas Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Pada Tahun 2004PSAK No. 30 (Sewa) merupakan suatu peryataan yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessor maupun lesse dalam hubungannya dengan sewa (lease). Peryataan ini digunakan sebagai panduan bagi penyusun laporan keuangan di dalam menyusun laporan keuangannya khususnya mengenai sewa. Variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diambil dari standar penentuan pendepatan sewa operasi pada PSAK No. 30. Adupun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11Item Peryataan 6Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutanJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31785%51Kadang-kadang2315%6Tidak Pernah100%0Total

20100%57KategoriKonsistenSumber: data olahan dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.11 diatas dapat kita lihat bahwa item peryataan 6 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutan. Mayoritas responden menjawab selalu yaitu sebesar 85%. Item ini mempunyai bobot sebesar 57. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya dalam tahun 2004 PT INTI (Persero) telah memasukkan beban penyusutan dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.

Tabel 4.12 Item Peryataan 7Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban bankJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31365%39Kadang-kadang2735%14Tidak Pernah100%0Total

20100%53KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesionerUntuk item peryataan 7 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban bank. Mayoritas dari responden menjawab selalu yakni sebesar 65%. Item ini juga mempunyai bobot yang besar yaitu 53. bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam setiap penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) selalu memasukkan beban bank dengan konsisten.Tabel 4.13Item peryataan 8Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedungJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah100%0Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner.

Dari tabel 4.13 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 8 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedung, item ini mempunyai bobot sebesar 52. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya PT INTI (Persero) memasukkan beban pemeliharaan gedung dalam penentuan pendapatn sewa secara konsisten.Tabel 4.14Item peryataan 9Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)JawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah100%0Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Untuk item peryataan 9 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan), sebesar 60% responden menyatakan selalu. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 52. boot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya dalam penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) memasukkan fasilitas secara konsisten.Tabel 4.15Item peryataan 10Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara emmasukkan beban akte notarisJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31050%30Kadang-kadang2945%18Tidak Pernah115%1Total

20100%49KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.15 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 10 yang menyataka tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara emmasukkan beban akte notaris, item ini mempunyai bobot sebesar 49. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya beban akten notaris secara konsisten dimasukkan dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero).Tabel 4.16Bobot Total Penerapan PSAK No. 30 pada tahun 2004IndikatorBobot Rata-rataPersentaseKategoriBeban Penyusutan5721,67%KonsistenBeban Bank5320,15%KonsistenBeban Pemeliharaan Gedung5219,77%KonsistenBeban Fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)5219,77%KonsistenBeban Akte Notaris4918,64%KonsistenJumlah263100,00%

Rata-rata52,620%KonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.16 di atas dapat kita lihat bahwa bobot rata-rata variabel penerapan PSAK No. 30 pada tahun 2004 adalah sebesar 52,6. Bobot ini beraada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (tabel 4.4). Artinya penerapan PSAK No 30 pada tahun 2004 dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero) telah dilakukan dengan konsisten. Indikator yang mempunyai bobot terbesar yaitu beban penyusutan yakni sebesar 21,67%, sedangkan indikator terkecil yakni beban akte notaris yaitu sebesar 18,64%. Dari kelima indikator yang dikategprikan konsisten, maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 PT INTI (Persero) menerapkan PSAK No. 30 dalam penentuan pendapatan sewa yang diterimanya secara konsisten.

Penerapan PSAK No. 30 Atas Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Pada Tahun 2005PSAK No. 30 (Sewa) merupakan suatu peryataan yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessor maupun lesse dalam hubungannya dengan sewa (lease). Peryataan ini digunakan sebagai panduan bagi penyusun laporan keuangan di dalam menyusun laporan keuangannya khususnya mengenai sewa. Variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diambil dari standar penentuan pendepatan sewa operasi pada PSAK No. 30. Adupun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17Item Peryataan 6Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutanJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31365%39Kadang-kadang2735%14Tidak Pernah100%0Total

20100%53KategoriKonsistenSumber: data olahan dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.17 diatas dapat kita lihat bahwa item peryataan 11 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutan. Item ini mempunyai bobot sebesar 53. bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya dalam tahun 2005 PT INTI (Persero) telah memasukkan beban penyusutan dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.

Tabel 4.18Item Peryataan 12Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban bankJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31575%45Kadang-kadang2525%10Tidak Pernah100%0Total

20100%55KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesionerUntuk item peryataan 12 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban bank, sebesar 75% responden menjawab selalu. Item ini juga mempunyai bobot yang besar yaitu 55. Bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam setiap penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) selalu memasukkan beban bank secara konsisten.Tabel 4.19Item peryataan 13Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedungJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31680%48Kadang-kadang2420%8Tidak Pernah100%0Total

20100%56KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner.

Dari tabel 4.19 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 8 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedung, mayoritas responden menjawab selalu yakni sebesar 80%. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya PT INTI (Persero) memasukkan beban pemeliharaan gedung dalam penentuan pendapatn sewa secara konsisten.Tabel 4.20Item peryataan 14Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)JawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31470%42Kadang-kadang2420%8Tidak Pernah1210%2Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Untuk item peryataan 14 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan), mayoritas responden menyatakan selalu yakni sebesar 70%. Item ini juga mempunyai bobot yang cukup besar yaitu 52. Bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya dalam penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) memasukkan fasilitas secara konsisten.Tabel 4.21Item peryataan 15Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara emmasukkan beban akte notarisJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu3525%15Kadang-kadang21260%24Tidak Pernah1315%3Total

20100%42KategoriCukup KonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.21 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 15 yang menyataka tentang Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara emmasukkan beban akte notaris, item ini mempunyai bobot sebesar 42. Bobot ini berada pada rentang 33-55, dengan kategori cukup konsisten (Tabel 4.4). artinya beban akten notaris dengan cukup konsisten dimasukkan dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero).Tabel 4.22Bobot Total Penerapan PSAK No. 30 pada tahun 2005IndikatorBobot Rata-rataPersentaseKategoriBeban Penyusutan5320,54%KonsistenBeban Bank5521,32%KonsistenBeban Pemeliharaan Gedung5621,70%KonsistenBeban Fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)5220,16%KonsistenBeban Akte Notaris4216,28%Cukup KonsistenJumlah258100,00%

Rata-rata51,620%KonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.22 di atas dapat kita lihat bahwa bobot rata-rata variabel penerapan PSAK No. 30 pada tahun 2005 adalah sebesar 51,6. Bobot ini beraada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (tabel 4.4). Indikator yang sangat berpengaruh terhadap konsistensi penerapan PSAK No. 30 pada tahun 2005 yaitu beban penyusutan yakni sebesar 21,70%. Sedangkan indikator yang memiliki presentasi terkecil yakni beban akte notaris yakni sebesar 16,28%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PSAK pada tahun 2005 dalam penentuan pendapatan sewa oleh PT INTI (Persero) telah dilakukan secara konsisten.

Penerapan PSAK No. 30 Atas Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Pada Tahun 2006PSAK No. 30 (Sewa) merupakan suatu peryataan yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessor maupun lesse dalam hubungannya dengan sewa (lease). Peryataan ini digunakan sebagai panduan bagi penyusun laporan keuangan di dalam menyusun laporan keuangannya khususnya mengenai sewa. Variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diambil dari standar penentuan pendepatan sewa operasi pada PSAK No. 30. Adupun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.23Item Peryataan 16Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutanJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31470%42Kadang-kadang2630%12Tidak Pernah100%0Total

20100%54KategoriKonsistenSumber: data olahan dari hasil kuesioner

Dari tabel 4.23 diatas dapat kita lihat bahwa item peryataan 16 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban penyusutan. Item ini mempunyai bobot sebesar 54. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya dalam tahun 2006 PT INTI (Persero) telah memasukkan beban penyusutan dalam penentuan pendapatan sewa secara konsisten.

Tabel 4.24Item Peryataan 17Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban bankJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah100%0Total

20100%52KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesionerUntuk item peryataan 17 yang menyatakan Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban bank. Mayoritas dari responden menjawab selalu yakni sebesar 60%. Item ini juga mempunyai bobot yang besar yaitu 52. Bobot ini berada pada rentang 46-58 dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). artinya dalam setiap penentuan pendapatan sewa PT INTI (Persero) selalu memasukkan beban bank dengan konsisten.Tabel 4.25Item peryataan 18Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedungJawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31260%36Kadang-kadang2735%14Tidak Pernah115%1Total

20100%51KategoriKonsistenSumber: data diolah dari hasil kuesioner.

Dari tabel 4.25 di atas dapat kita lihat bahwa item peryataan 18 yang menyatakan tentang Apakah dalam penentuan pendapatn sewa Saudara memasukkan beban pemeliharaan gedung, item ini mempunyai bobot sebesar 51. Bobot ini berada pada rentang 46-58, dengan kategori konsisten (Tabel 4.4). Artinya PT INTI (Persero) memasukkan beban pemeliharaan gedung dalam penentuan pendapatn sewa secara konsisten.Tabel 4.26Item peryataan 19Apakah dalam penentuan pendapatan sewa Saudara memasukkan beban fasilitas (air, telepon, pendingin ruangan)JawabanSkorFrekuensiPersentaseBobotSelalu31155%33Kadang-kadang2840%16Tidak Pernah115%1Total

20100%50KategoriKonsistenSumber: data dio