Upload
restie-amelia
View
154
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 1 INDRALAYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL
TIMSS KONTEN DATA DAN PELUANG
Oleh:
Restie Amelia
Nomor Induk Mahasiswa 06081181419020
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Kemampuan Penalaran Matematis.......................................................... 3
2.2 Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) ........... 5
BAB III GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK ............................................ 7
3.1 Hasil Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)
Indonesia 2011 ........................................................................................ 7
3.2 Jadwal Kerja Penelitian ........................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
4.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
i
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 INDRALAYA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TIMSS KONTEN
DATA DAN PELUANG
Restie Amelia
Pendidikan Matematika, Program S-1 Universitas Sriwijaya
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya dalam menyelesaikan
soal-soal TIMSS konten data dan peluang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Indralaya yang berjumlah 31 orang. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data berupa tes yaitu lembar soal-soal TIMSS domain kognitif penalaran konten data
dan peluang, dan wawancara untuk memperoleh data secara mendalam tentang kemampuan
penalaran matematis siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten data dan peluang.
Berdasarkan hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten data dan
peluang diketahui bahwa persentase kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Indralaya, dengan kategori sangat baik sebesar 6,452%, kemampuan penalaran matematis
terkategori baik sebesar 19,355%, kemampuan penalaran matematis terkategori cukup sebesar
9,677%, kemampuan penalaran matematis terkategori kurang 32,258%, dan kemampuan penalaran
matematis terkategori sangat kurang sebesar 32,258%. Dimana ketercapaian indikatornya yaitu
indikator kemampuan menganalisis (analyze) dengan persentase 61,29%, indikator kemampuan
mengeneralisasi (generalize) dengan persentase 45,16%, indikator kemampuan mengintegrasi
(integrate) dengan persentase 41,94%, indikator kemampuan memberi alasan (justify) dengan
persentase 29,03%, dan indikator kemampuan menyelesaikan masalah non-rutin (solve non-
routine problems) dengan persentase 12,9%.
Kata Kunci : Penalaran Matematis, Soal-soal TIMSS, Data dan Peluang.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor
58 Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah dijelaskan bahwa faktor eksternal dari kurikulum 2013 antara lain
terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Karena itulah keikutsertaan Indonesia di dalam studi TIMSS dan
Program for International Student Assessment (PISA) menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa TIMSS juga
merupakan hal yang sangat penting.
Hasil TIMSS juga menunjukkan sejauh mana perkembangan kualitas
pembelajaran matematika dan sains dari suatu negara dengan perbandingan
negara peserta di seluruh dunia. Berdasarkan data yang diperoleh melalui (Mullis,
Martin, Foy & Arora, 2012), pada TIMSS 2011 Indonesia memperoleh skor 386
dengan skor rata-rata 500, dan rata-rata persentase yang paling rendah yang
dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah pada dimensi kognitif domain
penalaran (reasoning) yaitu 17%.
Penalaran matematika merupakan pondasi atau dasar untuk membangun
pengetahuan matematika, dengan kemampuan penalaran, kemampuan tingkat
tinggi matematika lainnya akan dapat berkembang. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Ball, Lewis & Thamel, “Mathematical reasoning is the
foundation for the construction of mathematical knowledge” (Widjaya, 2010).
Menurut Keraf (Shadiq, 2004), penalaran merupakan proses berpikir yang
berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Dalam belajar dibutuhkan
1
kemampuan penalaran. Siswa yang daya nalarnya tinggi dia akan mudah
memahami dan menguasai pelajaran dengan baik, apalagi pada pelajaran
matematika yang sangat membutuhkan kemampuan penalaran matematis agar
mampu menguasai matematika dengan benar (Haerudin, 2014).
Oleh sebab itu kemampuan penalaran sangat dibutuhkan siswa, karena
kemampuan penalaran matematis merupakan aspek penting dan mendasar yang
harus dimiliki oleh siswa terutama pada kehidupan sehari-hari. Dengan penalaran
masyarakat dapat menilai sesuatu secara kritis dan objektif, dapat mengemukakan
pendapatnya secara runtut dan logis, serta dapat memecahkan masalah dengan
tepat. Selain itu kemampuan penalaran juga merupakan langkah awal untuk
mengembangkan segala macam kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti
kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Pentingnya kemampuan penalaran
matematis ini juga tertuang pada kurikulum 2013, dalam salinan lampiran
Permendikbud No 68 Tahun 2013 dijelaskan bahwa salah satu kompetensi inti
dalam pembelajaran SMP adalah mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Menurut TIMSS 2011 Assesment
framework (Mullis, Martin, Ruddock, O’Sullivan & Preuschoff, 2009:45) pada
dimensi penilaian kognitif domain penalaran, soal-soal TIMSS mencakup
kemampuan menganalisa (analyze), menggeneralisasi (generalize), mengintegrasi
(integrate), memberikan alasan (justify), dan menyelesaikan masalah non-rutin
(solve non-routine problems).
Penelitian mengenai kemampuan penalaran matematis siswa dan TIMSS
sebelumnya sudah banyak dilakukan, yaitu (Yurianti, Yusmin, dan Nurgangaji)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemampuan Penalaran Matematis
Dari beberapa pendapat disimpulkan bahwa penalaran
matematika adalah suatu proses berfikir logis dengan mengembangkan
beberapa fakta dan prinsip dalam masalah matematika dengan
mensyaratkan kemampuan untuk memilih apa yang penting dan tidak
penting berdasarkan sesuatu yang telah dibuktikan sebelumnya serta
mampu memberikan alasan atau gagasan dan menghubungkannya untuk
mencapai suatu kesimpulan.
Kemampuan penalaran matematika menurut National Council of
Teacher of Matematics atau NCTM (2014) ialah siswa memiliki
kemampuan memberi alasan yang masuk akal, belajar untuk bernalar dan
pembuktian adalah siswa mampu mengunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.
506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004), bahwa penalaran dan komunikasi
merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam melakukan
penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikator yang
menunjukkan penalaran dan komunikasi antara lain adalah :
1. Kemampuan mengajukan dugaan. Maksudnya adalah jika siswa
diberi pernyataan secara lisan atau tertulis, maka siswa mampu
menjawabnya.
2. Kemampuan melakukan manipulasi matematika. Manipulasi
adalah mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga
tercapai tujuan yang dikehendaki.
3
3. Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.
4. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen
5. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
untuk membuat generalisasi.
Menurut Principles and Standards NCTM (Walle John A. Van de,
2008:
Standar penalaran matematis maliputi:
a. Mengenal pemahaman sebagai aspek yang mendasar dalam
matematika;
b. Membuat dan menyelidiki dugaan matematis;
c. Mengembangkan dan mengevaluasi argumen matematis;
d. Memilih dan menggunakan berbagai tipe penalaran.
Menurut TIMSS 2011 Assesment framework (Mullis, Martin,
Ruddock, O’Sullivan & Preuschoff, 2009:45) Penalaran matematis
mencakup kemampuan berfikir logis dan sistematis. Pada domain
penalaran siswa diminta untuk:
a. Menganalisis (Analyze)
b. Mengeneralisasikan (Generalize)
c. Mengintegrasikan (Integrate)
d. Memberi alasan (Justify)
e. Menyelesaikan masalah non-rutin (Solve Non-Routine Problems).
Dari beberapa indikator yang telah dijelaskan sebelumnya,
indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada kemampuan penalaran pada TIMSS 2011
yaitu kemampuan menganalisis, mengeneralisasi, mengintegrasi,
memberikan alasan, dan menyelesaikan masalah non-rutin.
4
2.2 Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)
TIMSS adalah sebuah seri pengujian berskala Internasional yang
diselenggarakan oleh IEA (Internatonal Association for the Evaluation of
Education Achievement) yaitu sebuah asosiasi internasional untuk menilai
prestasi pendidikan yang berpusat di Lynch School of Education, Boston
Colleger, USA. TIMSS diadakan dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan kualitas pembelajaran matematika dan sains dari suatu
negara dengan perbandingan negara peserta di seluruh dunia pada
tingkatan siswa kelas IV atau kelas V Sekolah Dasar (SD), dan siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VIII. Frekuensi
penyelenggaraannya yaitu 4 tahun sekali dan telah dilaksanakan pada
tahun 1995, 1999, 2003, 2007, dan 2011 (Mullis, Martin, Ruddock,
O’Sullivan & Preuschoff,
2009).
Pada tahun 1964, IEA melakukan studi pelajaran matematika yang
diikuti oleh 12 negara dikenal sebagai the First International Mathematics
Study (FIMS). Pada tahun 1980 IEA menyelengarakan studi matematika
yang kedua yaitu the Second International Mathematics Study (SIMS)
yang diikuti oleh 20 negara. Pada tahun 1983-1984 IEA
menyelanggarakan study IPA kedua, the Second International Science
Study (SISS) yang diikuti oleh 24 negara. Tahun 1994-1995 IEA
menyelenggarakan studi matematika dan IPA secara bersamaan yang
dinamakan the Third International Mathematics and Science Study
(TIMSS) (Tjalla, 2010). TIMSS diulang pada tahun 1999 dengan nama
TIMSS.R 1999 dan Indonesia menjadi salah satu peserta dari 38 negara.
Pada tahun 2003, studi dilanjutkan dan dikenal dengan nama TIMSS
2003. Jumlah negara peserta semakin bertambah dan Indonesia kembali
5
berpartisipasi (Tjalla, 2010). Pada tahun 2011, terdiri dari 63 negara dan
14 negara bagian yang berpartisipasi dalam TIMSS. Dengan penjabaran
yakni 45 negara dan 14 negara bagian berpartisipasi pada pengujian kelas
VIII, dan 52 negara dan 7 negara bagian berpartisipasi pada pengujian
kelas IV. Serta beberapa negara peserta TIMSS mengemukakan
bahwasanya soal yang disajikan dalam pengujian TIMSS sangat sulit, pada
pengujian untuk tingkat kelas IV maupun VIII, sehingga pengujian ini
diatur juga untuk negara yang mendaftarkan siswa kelas VI dan kelas IX.
Secara keseluruhan, lebih dari 600.000 siswa yang berpartisipasi (Mullis,
Martin, Foy & Arora, 2012).
Soal yang diujikan pada TIMSS 2011 terdiri dari 60% merupakan
soal pengujian pada TIMSS 2003 dan TIMSS 2006. Sedangkan 40%
merupakan soal yang dikembangkan untuk TIMSS 2011. Pengembangan
soal TIMSS 2011 ini merupakan koordinasi secara internasional dan
bekerja dengan tim nasional, masing-masing negara yang ikut serta
menunjuk seseorang untuk menjadi National Research Coordinator
(NRC) atau Koordinator Penelitian Nasional. NRC memiliki tugas
memperbarui kerangka kerja pengujian dalam rangka menyeimbangkan
domain pengujian didalamnya, dengan meninjau kurikulum nasional
negara masing-masing. Hasil studi TIMSS ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber informasi pembuat kebijakan, untuk melakukan
perbandingan dan pengukuran kekuatan serta efektifitas kurikulum
matematika negara peserta pengujian TIMSS. dan dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk mengambil kebijakan, guna meningkatkan mutu pendidikan
oleh para ahli dan pengambil kebijakan di masing-masing negara peserta.
Sebab hasil dari studi TIMSS sangat valid dan dapat menggambarkan
kualitas atau mutu pendidikan di negara tersebut.
6
BAB III
GAMBAR, TABEL, dan GRAFIK
3.1 Hasil Trends International Mathemaics and Science Study (TIMSS)
Indonesia 2011
Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi dalam pengujian TIMSS
sejak tahun 1999 hingga tahun 2011, sehingga total sudah 4 kali Indonesia
berpartisipasi dalam pengujian TIMSS untuk pengujian kelas VIII. Hasil
TIMSS Indonesia yang telah dikuti khusus untuk mata pelajaran
matematika masih menempatkan Indonesia pada posisi papan bawah.
Tahun 1999 Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara dengan
skor 403, tahun 2003 peringkat 35 dari 45 negara dengan skor 411, tahun
2007 peringkat 36 dari 48 negara dengan skor 397 (Wardhani, Sri.
Rumiati, 2011), dan tahun 2011 peringkat 38 dari 43 negara dengan skor
386, bahkan dibawah 10egara Palestina (Mullis, Martin, Foy & Arora,
2012).
Gambar 1. Perbandingan Hasil Matematika TIMSS Indonesia
dengan 10egara lain untuk kelas VIII (Sumber : Kemendikbud
2013)
7
Gambar 2. Hasil TIMSS 2011 (sumber : TIMSS 2011 International
Result)
Sejak keikutsertaannya dalam TIMSS 1999 hingga TIMSS
2011, rata-rata skor Indonesia masih berada dibawah skor rata-rata
yaitu 500, dan hanya mencapai kategori standar Internasional
Benchmark kategori rendah (Benchmark Internasional (rata-rata
Internasional) dalam masing-masing kompetensi yang diakses dalam
TIMSS). Padahal negara kawasan Asia, terutama Asia Timur tetap
memimpin dunia pada pencapaian di bidang matematika yaitu negara
Korea, Singapura, Hongkong SAR, China dan Jepang yang berada
sebagai Top - Performing Countries TIMSS 2011 (Mullis, Martin, Foy
& Arora, 2012).
Lebih lanjut lagi bila dilihat dari persentase hasil pencapaian
peserta didik Indonesia dalam TIMSS 2011, untuk tiap-tiap domain
konten dan domain kognitif dibanding dengan negara lainnya yaitu
sebagai berikut :
8
Gambar 3. rata-rata persentase menjawab benar pada dimensi konten
dan kognitif Sumber: (Mullis, at all, 2012)
Kemampuan rata-rata peserta didik Indonesia pada tiap domain ini
masih jauh dibawah negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-
rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia
adalah pada dimensi kognitif domain penalaran yaitu 17%. Rendahnya
kemampuan matematika siswa pada domain penalaran ini perlu mendapat
perhatian, untuk itu dalam penelitian ini disajikan soal-soal TIMSS khusus
dimensi kognitif domain penalaran untuk mendeskripsikan tentang
kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS.
9
3.2 Jadwal Kerja Penelitian
(Diambil dari skiripsi Meta Apriani (06111008030) Tahun 2011)
Waktu Kegiatan
10 Febuari 2015
Menemui guru matematika kelas VIII.3
SMP Negeri 1 Indralaya untuk melakukan
studi awal tentang kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal-soal TIMSS konten
data dan peluang.
12Febuari -1Maret 2014 Pendesainan bahan ajar soal-soal TIMSS
konten data dan peluang.
2 Maret -28 Maret 2015
Pengurusan izin penelitian dari Dekanat
FKIP Unsri.
4 Maret 2015
Pengurusan izin penelitian dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir
6 Maret 2015
Pengambilan data subjek penelitian kelas
VIII.3 SMP Negeri 1 Indralaya.
13 Maret 2015 Pengambilan data subjek wawancara kelas
VIII.3 SMP Negeri 1 Indralaya.
27 April 2015 Pengurusan surat keterangan bahwa telah
melakukan penelitian di SMP Negeri 1
Indralaya .
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten
data dan peluang diketahui bahwa persentase kemampuan penalaran matematis siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya, dengan kategori sangat baik sebesar 6,452%,
kemampuan penalaran matematis terkategori baik sebesar 19,355%, kemampuan
penalaran matematis terkategori cukup sebesar 9,677%, kemampuan penalaran
matematis terkategori kurang 32,258%, dan kemampuan penalaran matematis
terkategori sangat kurang sebesar 32,258%. Dimana ketercapaian indikatornya yaitu
kemampuan menganalisis (analyze) dengan persentase 61,29%, indikator
kemampuan mengeneralisasi (generalize) dengan persentase 45,16%, indikator
kemampuan mengintegrasi (integrate) dengan persentase 41,94%, indikator
kemampuan memberi alasan (justify) dengan persentase 29,03%, dan indikator
kemampuan menyelesaikan masalah non-rutin (solve non-routine problems) dengan
persentase 12,9%.
4.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti menyarankan kepada:
1. Siswa agar lebih giat lagi untuk berlatih soal-soal matematika yang dapat
melatih kemampuan bernalar dan kemampuan tingkat tinggi lainnya.
11
2. Guru agar dapat memberikan soal yang lebih bervariatif atau soal-soal cerita
dengan konteks yang berbeda-beda dan dapat melatih kemampuan penalaran
serta kemampuan tingkat tinggi lainnya. Sehingga siswa memiliki
pengalaman yang lebih, dalam menghadapi berbagai macam soal. Selain itu
guru dapat lebih memperhatikan dan membimbing siswa pada setiap latihan
soal yang diberikan.
3. Peneliti lain agar dapat melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan soal-soal
TIMSS.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi
revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2004. Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal
11 November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen Dikdasmen
Depdiknas.
Djaali dan Pudji Muldjono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Georgius Rocki Agasi, M.Andy Rudhito. 2014. Kemampuan Siswa Kelas VIII
Dalam Menyelesaikan Soal-Soal TIMSS Tipe Penalaran. Salatiga:
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas
Sainsa dan Matematika, UKWS.
Gok. T. Silay. 2010. The effects Problem Solving Strategies an Students’
Achievment, Attitude, and Motivation. 4 (1) : 8.
Haerudin. 2014. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar.
Bandung: Prosiding seminar nasional pendidikan matematika STKIP
Siliwangi Bandung.
Hayat, B dan Yusuf, S. 2010. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan.
Jakarta: Bumi Akarsa.
13