16
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 INDRALAYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TIMSS KONTEN DATA DAN PELUANG Oleh: Restie Amelia Nomor Induk Mahasiswa 06081181419020 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2015

aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia

Embed Size (px)

Citation preview

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 1 INDRALAYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL

TIMSS KONTEN DATA DAN PELUANG

Oleh:

Restie Amelia

Nomor Induk Mahasiswa 06081181419020

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1 Kemampuan Penalaran Matematis.......................................................... 3

2.2 Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) ........... 5

BAB III GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK ............................................ 7

3.1 Hasil Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)

Indonesia 2011 ........................................................................................ 7

3.2 Jadwal Kerja Penelitian ........................................................................... 10

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 11

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11

4.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

i

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 1 INDRALAYA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TIMSS KONTEN

DATA DAN PELUANG

Restie Amelia

Pendidikan Matematika, Program S-1 Universitas Sriwijaya

¹[email protected]

²[email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya dalam menyelesaikan

soal-soal TIMSS konten data dan peluang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Indralaya yang berjumlah 31 orang. Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data berupa tes yaitu lembar soal-soal TIMSS domain kognitif penalaran konten data

dan peluang, dan wawancara untuk memperoleh data secara mendalam tentang kemampuan

penalaran matematis siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten data dan peluang.

Berdasarkan hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten data dan

peluang diketahui bahwa persentase kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Indralaya, dengan kategori sangat baik sebesar 6,452%, kemampuan penalaran matematis

terkategori baik sebesar 19,355%, kemampuan penalaran matematis terkategori cukup sebesar

9,677%, kemampuan penalaran matematis terkategori kurang 32,258%, dan kemampuan penalaran

matematis terkategori sangat kurang sebesar 32,258%. Dimana ketercapaian indikatornya yaitu

indikator kemampuan menganalisis (analyze) dengan persentase 61,29%, indikator kemampuan

mengeneralisasi (generalize) dengan persentase 45,16%, indikator kemampuan mengintegrasi

(integrate) dengan persentase 41,94%, indikator kemampuan memberi alasan (justify) dengan

persentase 29,03%, dan indikator kemampuan menyelesaikan masalah non-rutin (solve non-

routine problems) dengan persentase 12,9%.

Kata Kunci : Penalaran Matematis, Soal-soal TIMSS, Data dan Peluang.

ii

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor

58 Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah dijelaskan bahwa faktor eksternal dari kurikulum 2013 antara lain

terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,

kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat

internasional. Karena itulah keikutsertaan Indonesia di dalam studi TIMSS dan

Program for International Student Assessment (PISA) menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa TIMSS juga

merupakan hal yang sangat penting.

Hasil TIMSS juga menunjukkan sejauh mana perkembangan kualitas

pembelajaran matematika dan sains dari suatu negara dengan perbandingan

negara peserta di seluruh dunia. Berdasarkan data yang diperoleh melalui (Mullis,

Martin, Foy & Arora, 2012), pada TIMSS 2011 Indonesia memperoleh skor 386

dengan skor rata-rata 500, dan rata-rata persentase yang paling rendah yang

dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah pada dimensi kognitif domain

penalaran (reasoning) yaitu 17%.

Penalaran matematika merupakan pondasi atau dasar untuk membangun

pengetahuan matematika, dengan kemampuan penalaran, kemampuan tingkat

tinggi matematika lainnya akan dapat berkembang. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Ball, Lewis & Thamel, “Mathematical reasoning is the

foundation for the construction of mathematical knowledge” (Widjaya, 2010).

Menurut Keraf (Shadiq, 2004), penalaran merupakan proses berpikir yang

berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang

diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Dalam belajar dibutuhkan

1

kemampuan penalaran. Siswa yang daya nalarnya tinggi dia akan mudah

memahami dan menguasai pelajaran dengan baik, apalagi pada pelajaran

matematika yang sangat membutuhkan kemampuan penalaran matematis agar

mampu menguasai matematika dengan benar (Haerudin, 2014).

Oleh sebab itu kemampuan penalaran sangat dibutuhkan siswa, karena

kemampuan penalaran matematis merupakan aspek penting dan mendasar yang

harus dimiliki oleh siswa terutama pada kehidupan sehari-hari. Dengan penalaran

masyarakat dapat menilai sesuatu secara kritis dan objektif, dapat mengemukakan

pendapatnya secara runtut dan logis, serta dapat memecahkan masalah dengan

tepat. Selain itu kemampuan penalaran juga merupakan langkah awal untuk

mengembangkan segala macam kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti

kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Pentingnya kemampuan penalaran

matematis ini juga tertuang pada kurikulum 2013, dalam salinan lampiran

Permendikbud No 68 Tahun 2013 dijelaskan bahwa salah satu kompetensi inti

dalam pembelajaran SMP adalah mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah

konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Menurut TIMSS 2011 Assesment

framework (Mullis, Martin, Ruddock, O’Sullivan & Preuschoff, 2009:45) pada

dimensi penilaian kognitif domain penalaran, soal-soal TIMSS mencakup

kemampuan menganalisa (analyze), menggeneralisasi (generalize), mengintegrasi

(integrate), memberikan alasan (justify), dan menyelesaikan masalah non-rutin

(solve non-routine problems).

Penelitian mengenai kemampuan penalaran matematis siswa dan TIMSS

sebelumnya sudah banyak dilakukan, yaitu (Yurianti, Yusmin, dan Nurgangaji)

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Penalaran Matematis

Dari beberapa pendapat disimpulkan bahwa penalaran

matematika adalah suatu proses berfikir logis dengan mengembangkan

beberapa fakta dan prinsip dalam masalah matematika dengan

mensyaratkan kemampuan untuk memilih apa yang penting dan tidak

penting berdasarkan sesuatu yang telah dibuktikan sebelumnya serta

mampu memberikan alasan atau gagasan dan menghubungkannya untuk

mencapai suatu kesimpulan.

Kemampuan penalaran matematika menurut National Council of

Teacher of Matematics atau NCTM (2014) ialah siswa memiliki

kemampuan memberi alasan yang masuk akal, belajar untuk bernalar dan

pembuktian adalah siswa mampu mengunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004), bahwa penalaran dan komunikasi

merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam melakukan

penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikator yang

menunjukkan penalaran dan komunikasi antara lain adalah :

1. Kemampuan mengajukan dugaan. Maksudnya adalah jika siswa

diberi pernyataan secara lisan atau tertulis, maka siswa mampu

menjawabnya.

2. Kemampuan melakukan manipulasi matematika. Manipulasi

adalah mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga

tercapai tujuan yang dikehendaki.

3

3. Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan

alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.

4. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen

5. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis

untuk membuat generalisasi.

Menurut Principles and Standards NCTM (Walle John A. Van de,

2008:

Standar penalaran matematis maliputi:

a. Mengenal pemahaman sebagai aspek yang mendasar dalam

matematika;

b. Membuat dan menyelidiki dugaan matematis;

c. Mengembangkan dan mengevaluasi argumen matematis;

d. Memilih dan menggunakan berbagai tipe penalaran.

Menurut TIMSS 2011 Assesment framework (Mullis, Martin,

Ruddock, O’Sullivan & Preuschoff, 2009:45) Penalaran matematis

mencakup kemampuan berfikir logis dan sistematis. Pada domain

penalaran siswa diminta untuk:

a. Menganalisis (Analyze)

b. Mengeneralisasikan (Generalize)

c. Mengintegrasikan (Integrate)

d. Memberi alasan (Justify)

e. Menyelesaikan masalah non-rutin (Solve Non-Routine Problems).

Dari beberapa indikator yang telah dijelaskan sebelumnya,

indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada kemampuan penalaran pada TIMSS 2011

yaitu kemampuan menganalisis, mengeneralisasi, mengintegrasi,

memberikan alasan, dan menyelesaikan masalah non-rutin.

4

2.2 Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)

TIMSS adalah sebuah seri pengujian berskala Internasional yang

diselenggarakan oleh IEA (Internatonal Association for the Evaluation of

Education Achievement) yaitu sebuah asosiasi internasional untuk menilai

prestasi pendidikan yang berpusat di Lynch School of Education, Boston

Colleger, USA. TIMSS diadakan dengan tujuan untuk mengetahui

perkembangan kualitas pembelajaran matematika dan sains dari suatu

negara dengan perbandingan negara peserta di seluruh dunia pada

tingkatan siswa kelas IV atau kelas V Sekolah Dasar (SD), dan siswa

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VIII. Frekuensi

penyelenggaraannya yaitu 4 tahun sekali dan telah dilaksanakan pada

tahun 1995, 1999, 2003, 2007, dan 2011 (Mullis, Martin, Ruddock,

O’Sullivan & Preuschoff,

2009).

Pada tahun 1964, IEA melakukan studi pelajaran matematika yang

diikuti oleh 12 negara dikenal sebagai the First International Mathematics

Study (FIMS). Pada tahun 1980 IEA menyelengarakan studi matematika

yang kedua yaitu the Second International Mathematics Study (SIMS)

yang diikuti oleh 20 negara. Pada tahun 1983-1984 IEA

menyelanggarakan study IPA kedua, the Second International Science

Study (SISS) yang diikuti oleh 24 negara. Tahun 1994-1995 IEA

menyelenggarakan studi matematika dan IPA secara bersamaan yang

dinamakan the Third International Mathematics and Science Study

(TIMSS) (Tjalla, 2010). TIMSS diulang pada tahun 1999 dengan nama

TIMSS.R 1999 dan Indonesia menjadi salah satu peserta dari 38 negara.

Pada tahun 2003, studi dilanjutkan dan dikenal dengan nama TIMSS

2003. Jumlah negara peserta semakin bertambah dan Indonesia kembali

5

berpartisipasi (Tjalla, 2010). Pada tahun 2011, terdiri dari 63 negara dan

14 negara bagian yang berpartisipasi dalam TIMSS. Dengan penjabaran

yakni 45 negara dan 14 negara bagian berpartisipasi pada pengujian kelas

VIII, dan 52 negara dan 7 negara bagian berpartisipasi pada pengujian

kelas IV. Serta beberapa negara peserta TIMSS mengemukakan

bahwasanya soal yang disajikan dalam pengujian TIMSS sangat sulit, pada

pengujian untuk tingkat kelas IV maupun VIII, sehingga pengujian ini

diatur juga untuk negara yang mendaftarkan siswa kelas VI dan kelas IX.

Secara keseluruhan, lebih dari 600.000 siswa yang berpartisipasi (Mullis,

Martin, Foy & Arora, 2012).

Soal yang diujikan pada TIMSS 2011 terdiri dari 60% merupakan

soal pengujian pada TIMSS 2003 dan TIMSS 2006. Sedangkan 40%

merupakan soal yang dikembangkan untuk TIMSS 2011. Pengembangan

soal TIMSS 2011 ini merupakan koordinasi secara internasional dan

bekerja dengan tim nasional, masing-masing negara yang ikut serta

menunjuk seseorang untuk menjadi National Research Coordinator

(NRC) atau Koordinator Penelitian Nasional. NRC memiliki tugas

memperbarui kerangka kerja pengujian dalam rangka menyeimbangkan

domain pengujian didalamnya, dengan meninjau kurikulum nasional

negara masing-masing. Hasil studi TIMSS ini diharapkan dapat digunakan

sebagai sumber informasi pembuat kebijakan, untuk melakukan

perbandingan dan pengukuran kekuatan serta efektifitas kurikulum

matematika negara peserta pengujian TIMSS. dan dapat dijadikan bahan

evaluasi untuk mengambil kebijakan, guna meningkatkan mutu pendidikan

oleh para ahli dan pengambil kebijakan di masing-masing negara peserta.

Sebab hasil dari studi TIMSS sangat valid dan dapat menggambarkan

kualitas atau mutu pendidikan di negara tersebut.

6

BAB III

GAMBAR, TABEL, dan GRAFIK

3.1 Hasil Trends International Mathemaics and Science Study (TIMSS)

Indonesia 2011

Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi dalam pengujian TIMSS

sejak tahun 1999 hingga tahun 2011, sehingga total sudah 4 kali Indonesia

berpartisipasi dalam pengujian TIMSS untuk pengujian kelas VIII. Hasil

TIMSS Indonesia yang telah dikuti khusus untuk mata pelajaran

matematika masih menempatkan Indonesia pada posisi papan bawah.

Tahun 1999 Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara dengan

skor 403, tahun 2003 peringkat 35 dari 45 negara dengan skor 411, tahun

2007 peringkat 36 dari 48 negara dengan skor 397 (Wardhani, Sri.

Rumiati, 2011), dan tahun 2011 peringkat 38 dari 43 negara dengan skor

386, bahkan dibawah 10egara Palestina (Mullis, Martin, Foy & Arora,

2012).

Gambar 1. Perbandingan Hasil Matematika TIMSS Indonesia

dengan 10egara lain untuk kelas VIII (Sumber : Kemendikbud

2013)

7

Gambar 2. Hasil TIMSS 2011 (sumber : TIMSS 2011 International

Result)

Sejak keikutsertaannya dalam TIMSS 1999 hingga TIMSS

2011, rata-rata skor Indonesia masih berada dibawah skor rata-rata

yaitu 500, dan hanya mencapai kategori standar Internasional

Benchmark kategori rendah (Benchmark Internasional (rata-rata

Internasional) dalam masing-masing kompetensi yang diakses dalam

TIMSS). Padahal negara kawasan Asia, terutama Asia Timur tetap

memimpin dunia pada pencapaian di bidang matematika yaitu negara

Korea, Singapura, Hongkong SAR, China dan Jepang yang berada

sebagai Top - Performing Countries TIMSS 2011 (Mullis, Martin, Foy

& Arora, 2012).

Lebih lanjut lagi bila dilihat dari persentase hasil pencapaian

peserta didik Indonesia dalam TIMSS 2011, untuk tiap-tiap domain

konten dan domain kognitif dibanding dengan negara lainnya yaitu

sebagai berikut :

8

Gambar 3. rata-rata persentase menjawab benar pada dimensi konten

dan kognitif Sumber: (Mullis, at all, 2012)

Kemampuan rata-rata peserta didik Indonesia pada tiap domain ini

masih jauh dibawah negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-

rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia

adalah pada dimensi kognitif domain penalaran yaitu 17%. Rendahnya

kemampuan matematika siswa pada domain penalaran ini perlu mendapat

perhatian, untuk itu dalam penelitian ini disajikan soal-soal TIMSS khusus

dimensi kognitif domain penalaran untuk mendeskripsikan tentang

kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS.

9

3.2 Jadwal Kerja Penelitian

(Diambil dari skiripsi Meta Apriani (06111008030) Tahun 2011)

Waktu Kegiatan

10 Febuari 2015

Menemui guru matematika kelas VIII.3

SMP Negeri 1 Indralaya untuk melakukan

studi awal tentang kemampuan penalaran

matematis siswa kelas VIII dalam

menyelesaikan soal-soal TIMSS konten

data dan peluang.

12Febuari -1Maret 2014 Pendesainan bahan ajar soal-soal TIMSS

konten data dan peluang.

2 Maret -28 Maret 2015

Pengurusan izin penelitian dari Dekanat

FKIP Unsri.

4 Maret 2015

Pengurusan izin penelitian dari Dinas

Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir

6 Maret 2015

Pengambilan data subjek penelitian kelas

VIII.3 SMP Negeri 1 Indralaya.

13 Maret 2015 Pengambilan data subjek wawancara kelas

VIII.3 SMP Negeri 1 Indralaya.

27 April 2015 Pengurusan surat keterangan bahwa telah

melakukan penelitian di SMP Negeri 1

Indralaya .

10

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS konten

data dan peluang diketahui bahwa persentase kemampuan penalaran matematis siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya, dengan kategori sangat baik sebesar 6,452%,

kemampuan penalaran matematis terkategori baik sebesar 19,355%, kemampuan

penalaran matematis terkategori cukup sebesar 9,677%, kemampuan penalaran

matematis terkategori kurang 32,258%, dan kemampuan penalaran matematis

terkategori sangat kurang sebesar 32,258%. Dimana ketercapaian indikatornya yaitu

kemampuan menganalisis (analyze) dengan persentase 61,29%, indikator

kemampuan mengeneralisasi (generalize) dengan persentase 45,16%, indikator

kemampuan mengintegrasi (integrate) dengan persentase 41,94%, indikator

kemampuan memberi alasan (justify) dengan persentase 29,03%, dan indikator

kemampuan menyelesaikan masalah non-rutin (solve non-routine problems) dengan

persentase 12,9%.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti menyarankan kepada:

1. Siswa agar lebih giat lagi untuk berlatih soal-soal matematika yang dapat

melatih kemampuan bernalar dan kemampuan tingkat tinggi lainnya.

11

2. Guru agar dapat memberikan soal yang lebih bervariatif atau soal-soal cerita

dengan konteks yang berbeda-beda dan dapat melatih kemampuan penalaran

serta kemampuan tingkat tinggi lainnya. Sehingga siswa memiliki

pengalaman yang lebih, dalam menghadapi berbagai macam soal. Selain itu

guru dapat lebih memperhatikan dan membimbing siswa pada setiap latihan

soal yang diberikan.

3. Peneliti lain agar dapat melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan

kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan soal-soal

TIMSS.

12

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi

revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2004. Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal

11 November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen Dikdasmen

Depdiknas.

Djaali dan Pudji Muldjono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.

Jakarta: Grasindo.

Georgius Rocki Agasi, M.Andy Rudhito. 2014. Kemampuan Siswa Kelas VIII

Dalam Menyelesaikan Soal-Soal TIMSS Tipe Penalaran. Salatiga:

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas

Sainsa dan Matematika, UKWS.

Gok. T. Silay. 2010. The effects Problem Solving Strategies an Students’

Achievment, Attitude, and Motivation. 4 (1) : 8.

Haerudin. 2014. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan

Penalaran dan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar.

Bandung: Prosiding seminar nasional pendidikan matematika STKIP

Siliwangi Bandung.

Hayat, B dan Yusuf, S. 2010. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan.

Jakarta: Bumi Akarsa.

13