Upload
ifwhar-yuhono
View
3.722
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
APRESIASI DRAMA
Disusun untuk memenuhi Uji Kompetensi IV
Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar
Dosen Pengampu : Drs. Muhamammad Ismail Sriyanto, M.Pd
Oleh :
I’if Zuraifah
K7111099
5B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
UNSUR INTRINSIK DRAMA
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur
yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau
bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya
drama juga merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul
isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan
cabang seni tergolong sebagai karya fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004)
menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari
nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya
melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok
pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan
dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran
didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau
menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai
premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan
tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu
tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema
minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).
Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca naskah atau penonton drama. Pesan ini tidak disampaikan secara
langsung, tapi lewat naskah drama yang ditulisnya atau lakon drama itu
sendiri. Penonton atau pembaca harus menyimpulkan sendiri pesan moral apa
yang diperoleh dari membaca naskah atau menonton drama tersebut.
Plot/Alur
Alur/plot cerita atau jalan cerita ialah rangkaian peristiwa yang
membentuk suatu kesatuan cerita. Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur
dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi.
Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan
permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan
peleraian, dan tahapan akhir.
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau
rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga
akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai
oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang
ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.
Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa, pengenalan,
pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, penyelesaian.
1. Pengenalan/Eksposisi. Pengenalan adalah bagian yang mengantarkan atau
memaparkan tokoh, menjelaskan latar cerita, dan gambaran peristiwa yang
akan terjadi. Pada tahap ini penonton diperkenalkan dengan tokoh-tokoh
drama beserta wataknya, dan fakta-fakta tertentu, baik secara eksplisit
maupun implisit
2. Konflik. Konflik adalah persoalan-persoalan pokok yang mulai melibatkan
para pemain drama. Dalam tahap ini mulai ada kejadian (insiden) atau
peristiwa yang merupakan dasar dari drama tersebut.
3. Komplikasi. Komplikasi merupakan tahap dimana insiden yang terjadi
mulai berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin
banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi semuanya
masih menimbulkan tanda tanya.
4. Klimaks. Klimaks adalah tahapan puncak dari berbagai konflik yang
terjadi dalam drama tersebut. Bila dilihat dari sudut pembaca naskah atau
penonton drama maka klimaks adalah puncak ketegangan. Bila dilihat dari
sudut konflik maka klimaks adalah titik pertikaian paling ujung antar
pemain drama.
5. Resolusi/Peleraian. Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan
keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.
6. Penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir dari sebuah drama.
Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita selesai.
Perwatakan/Karakter Tokoh
Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa
seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon
untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-tokoh drama disertai
penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan
keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan
catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis
kalimat, dan ungkapan yang digunakan.
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di
dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat
2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan
fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam
juga, yaitu:
1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita
2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau
protagonis
3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita
dalam alur cerita.
Tokoh-tokoh drama biasanya disertai penjelasan mengenai nama,
umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak
tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan samping. Watak tokoh
dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang
digunakan.
Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan
atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang
akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog antartokoh merupakan ragam
lisan yang komunikatif.
Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran
tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog
merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog
berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog
juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh
cerita.
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi
(percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog
berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran
utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama
untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.
Latar/Setting
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 66), latar adalah tempat terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk
kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian,
sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat
terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.
Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar
memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Petunjuk Laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca
atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau
perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat
diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang
tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras
lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan
menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam
dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di
belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.
Bahasa
Menurut Akhmad Saliman (1996: 68), bahasa yang digunakan dalam
drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana
komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah
kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan
pemilihan gaya bahasa (style).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah
drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti
(bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya,
dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di
antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang
pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada
dalam tata bahasa baku.
Interpretasi
Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat
sebagai sumber gagasan dalam menulis naskah drama. Naskah yang
ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara nalar. Artinya
ketika naskah drama tersebut dipentaskan akan terasa wajar, logis, tidak
janggal dan tidak aneh. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan
yang sebenarnya dalam masyarakat.
1.
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “KAMPUNG KARDUS”
A. Deskripsi Drama
“Kampung Kardus” merupakan drama pertama yang dipertunjukkan
oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014
di Taman Budaya Jawa Tengah Kota Surakarta. Dihadiri hampir mencapai
seratus penonton, drama ini mengangkat kisah para orang pinggiran yang
termarjinalkan. Menonjolkan kontradiksi kehidupan modern yang serba
mudah namun tidak berbanding lurus dengan kondisi ekonomi dan
kesejahteraan yang serba kurang. Kombinasi tata panggung, tata cahaya dan
tata musik menjadi daya tarik tersendiri bagi drama ini. Tak dipungkiri,
drama yang memiliki durasi satu jam ini pun membuat para penonton
berdecak kagum.
B. Unsur Intrinsik Drama
Judul
Drama yang dipentaskan oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP
UNS ini berjudul “Kampung Kardus”. Singkat dan menarik. Sebuah judul
yang mampu menyentuh hati. Mengangkat kehidupan orang-orang yang
jauh dari sentuhan modernisasi.
Tema
Tema dari drama ini adalah kehidupan sosial para kaum pinggiran,
yaitu kehidupan para warga kampung kardus.
Plot/Alur
Drama “Kampung Kardus” menggunakan alur maju. Bisa
disimpulkan dari jalannya cerita/drama tersebut, yaitu :
a. Pengenalan/Eksposisi.
Pengenalan tokoh dalam drama “Kampung Kardus” diawali dengan
prolog lalu dengan dialog yang dipaparkan para pemainnya. Drama ini
dibuka dengan percakapan dua orang saudara yaitu Siti yang duduk di
sekolah dasar dan kakaknya, Ijah yang bekerja sebagai pemulung.
Dilanjutkan dengan keluh kesah Ijah dengan kehidupaannya yang
disambut ketidaksetujuan ibunya. Lalu percakapan tokoh lain yakni
Denok, Ijah dan dua orang temannya. Disusul munculnya tokoh-tokoh
lain yaitu seorang kontraktor, Pak Carik, Pak Lurah, Pak Paijo dan
istrinya dan Ibu Denok.
b. Konflik.
Berikut ini adalah konflik-konflik yang muncul pada drama
“Kampung Kardus” :
(a) Konflik bermula saat Denok berkeluh kesah tentang
kehidupannya yang tidak menunjukkan perubahan. Dia bersama
Ijah bertekad untuk merantau ke luar negeri. Namun hal tersebut
tidak mendapat persetujuan dari Ibu Denok dan Ibu Ijah.
(b) Surti, yang sudah lama berpacaran jarak jauh mendapat surat dari
kekasihnya yang merantau. Berhubung Surti tidak bisa membaca,
Surti meminta Ijah membacakan isi surat tersebut. Surti menduga
bahwa isi surat tersebut adalah ungkapan kasih sayang kekasihnya
dan niat untuk melamar Surti. Namun, Surti terkejut dan
menangis saat Ijah membacakan isi surat tersebut. Kekasih Surti
meminta putus hubungan karena sudah mempunyai sosok lain
pengganti Surti.
(c) Seorang kontraktor berniat membangun real estate di atas tanah
Kampung Kardus. Lalu, sang kontraktor melakukan negosiasi
dengan Pak Carik (sekretaris desa). Pak Carik tertarik karena
jumlah nominal ganti rugi yang ditawarkan sangat menggiurkan.
c. Komplikasi
Konflik berlanjut ketika Pak Carik bercerita tentang rencana
pembangunan real estate tersebut kepada Pak Lurah. Pak Lurah
ternyata ingin mengambil keuntungan dari pembangunan real estate
itu dengan mengurangi nominal yang akan diberikan kepada
penduduk Kampung Kardus. Di sisi lain, Denok pergi dari rumah
hanya dengan meninggalkan sepucuk surat untuk ibunya. Dia berkata
keluar negeri untuk mencari kerja. Mengetahui hal itu, Ijah justru
melakukan hal yang sama. Pergi keluar negeri bermodal nekat.
d. Klimaks.
Klimaks dari drama ini saat Pak Lurah mengumpulkan penduduk
Kampung Kardus sehubungan dengan pengosongan Kampung Kardus
yang akan dibangun real estate. Karena ganti rugi yang dijanjikan
tidak sesuai, penduduk menolaknya. Karena satu-satunya penduduk
Kampung Kardus yang mengenyam pendidikan adalah Siti, Ibu Siti
mempercayakan Siti sebagai wakil penduduk Kampung Kardus untuk
menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas kebijakan Pak Lurah.
Ternyata Siti justru berkonspirasi kepada Pak Lurah yang
menyebabkan Kampung Kardus digusur. Siti pun dimarahi oleh
ibunya.
e. Resolusi/Peleraian
Resolusi ini terlihat pada adegan saat Denok pulang dari Korea,
Kampung Kardus tempat tinggalnya dulu kini hanyalah sebuah tanah
kosong. Yang tersisa hanya puing-puing bangunan semi permanen
mereka. Denok bertemu Siti. Siti pun menceritakan kronologi
penggusuran kampung mereka.
f. Penyelesaian.
Pada tahap ini, Siti merasa ditipu oleh janji manis Pak Lurah.
Akhirnya, Siti pun menyesali perbuatannya. Tinggalah dia dan Denok
yang menangis tersedu di atas tanah lapang bekas kampung mereka.
Perwatakan/Karakter Tokoh
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya
di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
1. Antagonis, tokoh utama berperilaku jahat. Dalam drama ini yang
menjadi tokoh antagonis adalah Siti dan Pak Lurah
2. Protagonis, tokoh utama berperilaku baik. Protagonis dalam drama ini
adalah Ibu Ijah.
3. Tritagonis, tokoh yang berperan sebagai tokoh pembantu. Dalam
drama ini yang menjadi tokoh tritagonis adalah Denok, Ibu Denok,
Surti dan Neneng, serta Pak Paijo dan istrinya.
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27)
berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi
menjadi 3 macam juga, yaitu:
1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.
Dalam drama “Rumah Kardus” dibawakan Siti.
2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau
protagonis. Dalam drama tersebut adalah Pak Lurah dan Ibu Siti.
3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita
dalam alur cerita. Di dalam drama ini ada Denok, Ibu Denok, Surti
dan Neneng, serta Pak Paijo dan istrinya.
Tokoh-tokoh drama tersebut memberikan penjelasan mengenai
identitasnya. Selain itu, watak tokoh drama terbaca dalam dialog, gerak-
gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang digunakan.
Dialog
Ada dua macam teknik dialog yag digunakan dalam drama ini,
yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam
bentuk prolog dan epilog. Prolog dalam drama ini disajikan dalam bentuk
gerak dan lagu berupa gambaran tentang warga kampung kardus. Epilog
berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau
menafsirkan maksud karya drama tersebut, dalam drama ini berupa kisah
akhir dari cerita yang berupa luapan perasaan bersalahnya Siti, kesedihan
Denok dan kewarasan Surti yang hilang. Drama ini menggunakan prolog
dan epilog yang dikemas secara menarik.
Latar/Setting
Latar tempatnya adalah pemukiman kumuh di Kampung Kardus.
Sedangkan latar waktunya kmayoritas pada siang hari.
Bahasa
Bahasa yang dipilih pada umumnya adalah bahasa yang mudah
dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam
kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan,
sosial budaya, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi
di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini
seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan
yang ada dalam tata bahasa baku. Hal tersebut juga berlaku dalam drama
“Rumah Kardus”. Dengan dialek Jawa yang kental serta kata-kata yang
tidak baku justru menjadi daya tarik tersendiri, tanpa mengesampingkan
pokok cerita.
Interpretasi
Dalam pementasan drama tersebut telah diperlihatkan bahwa akar
dari drama tersebut mengandung unsur cerita yang diangkat dari masalah
sosial yang kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Amanat
Menurut penulis, drama “Kampung Kardus” memberikan banyak
nasihat yang tersirat, diantaranya :
1) Hidup bukan hanya semata untuk mengejar harta.
2) Keserakahan akan merugikan diri sendiri dan sesama.
3) Untuk mencapai sebuah kesuksesan, memang banyak pengorbanan
yang dilakukan. Akan tetapi, ujung dari sebuah usaha dan doa adalah
takdir. Maka, bersyukur dengan nikmat-Nya adalah yang utama.
2.
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “PETUALANGAN SHERUNI”
A. Deskripsi drama
“Petualangan Sheruni” merupakan drama kedua yang dipertunjukkan
oleh mahasiswa kelas 7B PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014
di Taman Budaya Jawa Tengah Kota Surakarta. Drama ini mengusung cerita
rakyat dari Jawa lengkap dengan logat dan atribut Jawa. Tata panggung,
lighting, tata suara dan tata busana sudah bagus. Berbeda dengan drama
sebelumnya yang mengantarkan penikmat drama pada jaman modern, drama
kedua ini justru membawa penonton ke masa lampau dan mengajak penonton
membayangkan kejadian tersebut dalam kenyataan. Drama “Petualangan
Sheruni” sukses mengundang tawa dan respon penonton. Cerita dikemas ke
dalam bentuk yang komunikatif dengan perpaduan yang pas.
B. Unsur Intrinsik Drama
Judul : Petualangan Sheruni
Seorang bayi perempuan yang ditemukan bocah gemblung di sungai
yang kemudian oleh Mbok Kedah diangkat menjadi anak dan diberi nama
Sheruni.
Tema : Kesabaran
Selama hidupnya, Sheruni selalu sabar menghadapi perlakuan buruk
teman-temannya. Ia selalu sabar dan menerima bahkan tetap bersikap baik
kepada mereka dan akhirnya kejadian tersebut membawa ia pada kedua
orang tua kandung yang telah mencarinya selama 10 tahun.
Amanat
a. Konsisten dalam bersabar maka akan berbuah kebahagiaan.
b. Kawan bisa menjadi lawan dan lawan bisa pula menjadi kawan.
Siapapun mereka, tetaplah bersikap baik.
c. Persahabatan bukan tentang perbedaan namun penerimaan.
d. Penyesalan dan permintaan maaf selalu muncul di akhir.
Alur : Maju
Drama menceritakan mulai dari Sheruni saat masih bayi yang
ditemukan di sungai lalu 10 tahun kemudian belajar di padepokan desa
Suka Makmur. Ia bersama teman-temannya yang selalu bersikap kurang
baik mengikuti sayembara dari utusan untuk mencari buah kesemak emas.
Akhirnya Sheruni yang memenangkan dan mengantarkan ia pada kedua
orang tua kandungnya. Alur dibagi menjadi beberapa babak dan adegan :
babak yaitu yang ditandai oleh perubahan setting atau latar.
adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh.
Setiap pergantian babak biasanya di iringi musik dan lampu
dimatikan. Para pemain berada di sisi kiri atau kanan panggung untuk
memudahkan mereka masuk ke panggung. Pada pembukaan dan
penutupan drama, selalu ada tarian yang diiringi musik serta nyanyian oleh
pemain.
a. Pengenalan
Pengenalan tokoh dalam drama “Sheruni” diawali dengan
ditemukannya seorang bayi oleh bocah gemblung yang akhirnya bayi
tersebut diasuh oleh Mbok Kedah. 10 tahun berlalu, bayi kecil tumbuh
menjadi anak gadis bernama Sheruni yang berteman dengan Kumara,
Gendis, Kinanthi dan Sekar yang berperilaku buruk terhadapnya.
Mereka diajar seorang guru. Muncul tokoh lain yaitu Utusan, Bu broto,
Pak Broto dan Ibu Peri.
b. Konflik
1. Konflik berawal dari ditemukan seorang bayi yang diberi nama
Seruni. Bu Broto dan Pak Broto sedih karena kehilangan anak.
2. Sheruni dihadapkan pada perlakuan buruk dari teman-temannya
se-padepokan.
c. Komplikasi
1. Saat Sheruni memimpin latihan atas perintah gurunya, ia selalu
diabaikan oleh teman-temannya bahkan ditinggalkan begitu saja.
2. Sheruni selalu disuruh ini dan itu oleh teman-temannya layaknya
pesuruh. Sempat ia menolak tapi dia diancam oleh Kumara yang
akan memecat Mbok Kedah jika Sheruni menolak menuruti
permintaannya.
d. Klimaks
Saat menjalankan tugas bersama teman-temannya yaitu mencari
buah kesemak emas, Kumara bersama Gendis dan Kinanthi
merencanakan untuk mencelakai Sheruni. Gendis dan Kinanthi
bersembunyi sedangkan Kumara pura-pura terluka dan tidak bisa
berjalan. Sheruni membantunya dan saat mereka berdua berjalan
tertatih, Gendis melesatkan anak panah kearah mereka berdua,
bukannya Sheruni yang celaka namun justru Kumara-lah yang terkena.
Saat semua sudah berkumpul, satu sama lain saling menyalahkan dan
bertengkar.
e. Resolusi
Kumara, Gendis, Sekar dan Kinanthi meminta maaf pada
Sheruni dan mereka mendapatkan buah kesemak yang mereka cari.
f. Penyelesaian
Mereka kembali ke padepokan dan memberikan buah kesemak
emas kepada gurunya. Di padepokan telah hadir utusan, Mbok Kedah,
Pak Broto dan Bu Broto. Utusan mengumumkan bahwa Sheruni telah
memenangkan sayembara. Mbok Kedah memberitahu Sheruni bahwa
Bu Broto dan Pak Broto adalah orang tua kandungnya. Sheruni kaget
dan tak percaya begitu pula teman-temannya yang mengetahui ternyata
Sheruni anak dari orang terpandang. Mbok Kedah menceritakan
kejadian sebenarnya dan akhirnya Sheruni kembali pada orang tua
kandungnya.
Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh
1) Antagonis : Kumara, Gendis, Sekar, Kinanthi
2) Protagonis : Sheruni, Mbok Kedah, Bu Broto, Pak Broto
3) Tritagonis : Bocah Gemblung, Guru, Ibu Peri, Utusan
b. Penokohan
1) Sheruni : penyabar, ikhlas menerima, pandai, tulus suka menolong
dan sayang Mbok Kedah. Sheruni tetap baik terhadap teman-
temannya yang bersikap buruk terhadapnya, ia tetap menyayangi
Mbok Kedah walaupun ia sudah tahu orang tua kandungnya.
2) Mbok Kedah : sayang terhadap Sheruni, ikhlas, baik. Mbok Kedah
mengasuh Sheruni sejak bayi dan menganggap Sheruni layaknya
anak kandung. Ia tetap menganggap Sheruni sebagai anaknya
walalupun harus mengembalikan Sheruni pada orang tua
kandungnya.
3) Bu Broto : rapuh, taat dan percaya pada suami. Bu Broto selalu
menangis merindukan anaknya yang hilang namun ia menuruti dan
mempercayai kata-kata Pak Broto agar selalu berdoa dan yakin
anaknya akan segera ditemukan.
4) Pak Broto : Tawakal, teguh dan yakin, berwibawa,
bertanggungjawab. Pak Broto bersemedi mencari wangsit atau
petunjuk mengenai anaknya dan meyakini anaknya segera
ditemukan.
5) Kumara : iri, dengki, jahat dan egois. Kumara memperlakukan
Sheruni dengan seenaknya bahkan ia berusaha mencelakai Seruni.
6) Gendis : kemayu, feminin dan jahat. Gendis selalu bersolek dan
bertingkah kemayu namun dibalik sifat femininnya ia membantu
Kumara dalam mencelakai Sheruni.
7) Sekar : acuh tak acuh. Sekar tidak begitu peduli dengan Sheruni
maupun sikap temannya yang lain. Ia bertindak semaunya sendiri.
8) Kinanthi : konyol, jahat dan ceroboh. Kinanthi membantu Kumara
dalam mencelakai Sheruni. Tingkahnya konyol dan ceroboh.
9) Bocah Gemblung : gila. Gadis tersebut mengalami gangguan jiwa.
10) Guru : pandai dan peduli terhadap murid. Guru di padepokan
tempat Sheruni belajar sangat perhatian pada murid-muridnya,
beliau telaten dalam mengajarkan ilmu.
11) Utusan : lucu, konyol dan netral. Utusan dengan logat dan gayanya
yang lucu dan tidak memihak siapapun.
12) Ibu peri : peduli terhadap kesedihan hati pak Broto. Ibu peri
memberi petunjuk kepada Pak Broto mengenai anaknya yang
hilang.
Dialog
a. Prolog (Percakapan Pembuka)
Sebelum masuk ke cerita, seseorang menceritakan suasana dan
tempat cerita serta beberapa potong bagian cerita.
b. Epilog (Percakapan Akhir)
Di akhir drama, ibu peri memberi kesimpulan akhir cerita.
c. Monolog (Percakapan Satu Orang)
Monolog ada di setiap babak. Misalnya saat Pak Broto
bersemedi, Kumara yang berencana jahat atau saat Mbok Kedah
mencuci di sungai.
d. Dialog (Percakapan Antar 2 Orang atau Lebih)
Percakapan anatara dua orang atau lebih terjadi dalam setiap
babak dan sebagian merupakan dialog.
Latar
a. Tempat : Desa Suka Makmur
b. Waktu : Suatu jaman yang tidak diketahui keberadaannya,
10 tahun kemudian.
c. Suasana :
Membingungkan : ketika Mbok Kedah mengambil bayi dari bocah
gemblung dan tidak tahu bayi itu milik siapa,
akhirnya dianggapnya sebagai anak.
Menyedihkan : Bu Broto menangis merindukan anaknya yang
hilang.
Lucu : Utusan datang dengan membawa pengumuman
penting dengan gaya nyentriknya dan setiap ibu
peri muncul dengan logat dan gaya bicara yang
konyol.
Menyeramkan : Sheruni dan teman-temannya masuk ke dalam
hutan dengan mengendap-endap waspada.
Mengharukan : Sheruni bertemu dengan orang tua kandungnya.
Membahagiakan : Sheruni memenangkan lomba sebagai murid
teladan.
Bahasa
Bahasa yang digunakan para pemain dalam drama adalah bahasa
Indonesia, bahasa dengan istilah gaul jaman sekarang dan bahasa Jawa.
Bahasa Indonesia yang digunakanpun tidak sepenuhnya baku, ada
beberapa bagian cerita yang pemainnya menggunakan bahasa Indonesia
tidak baku.
Interpretasi
Drama mengusung cerita rakyat yang berlatar budaya Jawa
beserta kehidupan orang Jawa dengan segala atribut serta unggah-ungguh
orang Jawa.
3.
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “I NEED YOU”
A. Deskripsi Drama
“I Need You” adalah drama ketiga yang dipertunjukkan oleh
mahasiswa kelas 7C PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014 di
Gedung Arena Teater Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta.
Pertunjukan drama terseut dihadiri oleh banyak penonton, terlihat dari kursi
penonton yang hanya sangat sedikit sekali terlihat kosong. Drama ini
mengangkat kisah tentang para hewan yang berkontroversi tentang keadaan
hutan, pemerintahan, dan masalah dengan pemburu.
B. Unsur Intrinsik Drama
Judul
Drama yang dipentaskan oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP
UNS ini berjudul “Rumah Kardus”. Singkat dan menarik. Sebuah judul
yang mampu menyentuh hati. Mengangkat kehidupan orang-orang yang
jauh dari sentuhan modernisasi.
Tema
Tema yang dari drama ini adalah kesetiakawanan. Tercermin
dalam usaha keras para hewan dalam menyelamatkan hewan-hewan
lainnya dari tangkapan para pemburu, meskipun hewan tersebut juga
merupakan hewan yang ingkar janji.
Plot/Alur
Pada umumnya, alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa yaitu
pengenalan, pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan,
penyelesaian. Drama “I Need You” menggunakan alur maju.
a. Pengenalan/Eksposisi.
Pengenalan tokoh dalam drama “I Need You” diawali dengan prolog
yang diucapkan oleh seseorang seolah-olah tokoh sedang membaca
buku cerita, yang kemudian tertidur hingga bermimpi tentang cerita
yang sedang dibacanya. Kemudian dilanjutkan dengan dialog para
pemainnya. Drama ini dibuka dengan pidato dari Sang Raja Hutan
(singa) di depan para hewan, yaitu 2 ekor kera, 2 ekor penguin, zebra,
jerapah dan kuda nil, atas terpilihnya singa menjadi raja yang ke
sekian kali, kemudian disusul janji sang raja untuk tidak memakan
daging karena hal tersebut termasuk memakan rakyatnya sendiri.
b. Konflik.
Konflik bermula saat sang Raja Singa tiba-tiba menerkam zebra ketika
terjadi kemelut antara para hewan. Namun tiba-tiba singa dan zebra
ditembak oleh pemburu hingga terkapar dan kemudian dibawa oleh
para pemburu.
c. Komplikasi.
Konflik berlanjut ketika setelah kejadian hilangnya Sang Raja
diketahui ternyata Raja Singa menerkam zebra, lantas rakyatpun
marah, mereka marah karena Raja Singa telah melanggar janjinya
sendiri yaitu dengan tidak memakan daging. Kemudian para rakyat
berunding dan saling mencalonkan diri untuk menjadi pengganti Raja
Singa sebagai pemimpin hutan. Akhirnya dipilihlah Kera Unyuk
sebagai pengganti raja dengan beberapa pertimbangan dan dipilih oleh
Burung Hantu sebagai penasehat kerajaan hutan.
d. Klimaks.
Klimaks dari drama ini dimulai ketika Jerapah marah karena Kera-lah
yang terpilih sebagai pemimpin hutan, padahal Jerapah merasa dirinya
lebih baik dari pada Kera. Lalu Jerapahpun pergi ke tengah hutan.
Tiba-tiba ia ditembak oleh pemburu dan dibawa pergi. Para hewan
yang mengetahui hal tersebut segera bergegas untuk menyelamatkan
Jerapah, namun Kera Unyuk bersikeras untuk berusaha sendirian
menyelamatkan Jerapah. Saat Kera pergi sendirian ke tengah hutan,
tiba-tiba ia juga ditembak oleh para pemburu.
e. Resolusi/Peleraian.
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar
penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.
Resolusi dari drama ini saat para hewan berkumpul untuk membangun
strategi dalam menghadapi para pemburu. Setelah rencana selesai,
para hewan memulai aksinya, mereka menjebak salah satu pemburu
dan dibawa ke tengah hutan. Kemudian pemburu lainnya diserang
beramai-ramai oleh para hewan hingga akhirnya kalah.
f. Penyelesaian.
Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita selesai.
Pada tahap ini, para hewan akhirnya bebas dari para pemburu.
Merekapun membebaskan teman-teman mereka satu per satu dan
bergembira. Sang Raja Singa mengakui perbuatannya dan berjanji
untuk tidak memakan daging lagi.
Perwatakan/Karakter Tokoh
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya
di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
1) Antagonis, tokoh utama berperilaku jahat. Dalam drama ini yang
menjadi tokoh antagonis adalah Para Pemburu.
2) Protagonis, tokoh utama berperilaku baik. Protagonis dalam drama
ini adalah Raja Singa.
3) Tritagonis, tokoh yang berperan sebagai tokoh pembantu. Dalam
drama ini yang menjadi tokoh tritagonis adalah Burung Hantu,
Kuda Nil, Jerapah, Zebra, 2 ekor kera, dan 2 ekor penguin.
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27)
berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi
menjadi 3 macam juga, yaitu:
1) Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.
Dalam drama “ I Need You”, tokoh sentral diperankan oleh
Singa dan Burung Hantu.
2) Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis
atau protagonis. Dalam drama tersebut adalah para pemburu serta
Jerapah.
3) Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap
penderita dalam alur cerita. Di dalam drama ini adalah Zebra, Kuda
Nil, 2 ekor Kera, dan 2 ekor Penguin.
Dialog
Drama ini menggunakan prolog dan epilog yang menarik, karena
dikemas dalam penyampaian yang berbeda seolah-olah drama tersebut
terjadi di dalam mimpi sang anak.
Latar/Setting
Latar tempat dari drama “I Need You” adalah sebuah hutan
belantara. Sedangkan latar waktunya mayoritas terjadi pada siang hari.
Bahasa
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi
di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini
seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan
yang ada dalam tata bahasa baku. Hal tersebut juga berlaku dalam drama
“I Need You”. Dengan dialek Jawa yang ercampur dengan bahasa
Indonesia yang cenderung medok serta menggunakan beberapa kosa kata
yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun tidak
mengesampingkan pokok cerita.
Interpretasi
Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat
sebagai sumber gagasan dalam menulis naskah drama. Naskah yang
ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara nalar. Artinya
ketika naskah drama tersebut dipentaskan akan terasa wajar, logis, tidak
janggal dan tidak aneh. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan
yang sebenarnya dalam masyarakat.
Jadi meskipun drama “I Need You” termasuk fabel, namun cerita
yang disajikan tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Amanat
Menurut penulis, drama “I Need You” memberikan banyak nasihat
yang tersirat, yaitu :
1. Tindakan melanggar janji akan berakibat buruk di kemudian hari.
2. Rakyat harus tetap setia kepada pemimpinnya meskipun pemimpinnya
pernah berbuat kesalahan.
3. Harus saling memaafkan.
4. Saling tolong menolong untuk mencapai hasil yang lebih baik.
5. Menerima keputusan bersama dan tidak menganggap terbaik keputusan
sendiri.
6. Saling menghargai dan toleransi.