28
ASWAJA (AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH) M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Manajemen Pendidikan Islam" Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : KHUSNUL KOTIMAH 2013471928/ 2013.4.047.0001.1.001683 PAI – Smt 6/ Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMMUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG

Aswaja tugas uts khusnul kotimah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

ASWAJA (AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH)

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Manajemen Pendidikan Islam"

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

KHUSNUL KOTIMAH

2013471928/ 2013.4.047.0001.1.001683

PAI – Smt 6/ Sawo

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMMUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

April 2016

Page 2: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

ii

Page 3: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii

Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

ASWAJA (AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)

A. Pengertian Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) ………….. 3

B. Hakikat dan Dinamika Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)

………………………………………………….……………. 5

C. Peran Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) Terhadap

Pendidikan ………………………………………………….. 7

D. Peranan Pendidikan Terhadap Aswaja (Ahlus sunnah Wal

Jama’ah) ……………………………………………………. 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….……. 14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 15

iii

Page 4: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa Rasulullah SAW. masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah ada

tetapi tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud

dengan Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang Islam secara keseluruhan.

Ada sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu, Rasulullah

SAW bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan dan ummatku terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Para Shohabat bertanya : Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW. menjawab : yaitu golongan dimana Aku dan Shahabatku berada.”

Ahlus sunnah wal jama’ah adalah suatu golongan yang menganut syariat islam

yang berdasarkan pada al qur`an dan al hadis dan beri`tikad apabila tidak ada

dasar hukum pada alqur`an dan hadis

Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita

melihat ijtihadnya para ulama-ulama merasionalkan dan memecahkan masalah

jika didalam alqur`an dan hadis tidak menerangkanya. Definisi kedua adalah

(melihat cara berpikir dari berbagai kelompok aliran yang bertentangan); orang-

orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup aspek

kehidupan yang berlandaskan atas dasar moderasi menjaga keseimbangan dan

toleransi. Ahlus sunnah wal Jama’ah ini tidak mengecam Jabariyah, Qodariyah

maupun Mu’tazilah akan tetapi berada di tengah-tengah dengan mengembalikan

pada ma anna alaihi wa ashabihi. Nah itulah latar belakang sosial dan latar

belakang politik munculnya paham Aswaja. Jadi tidak muncul tiba-tiba tetapi

karena ada sebab, ada ekstrim mu’tazilah yang serba akal, ada ekstrim jabariyah

yang serba taqdir, aswaja ini di tengah-tengah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Aswaja sebagai sebuah paham keagamaan (ajaran) maupun

1

Page 5: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

2

sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr) kemunculannya tidak bisa dilepaskan

dari pengaruh dinamika sosial politik pada waktu itu, lebih khusus sejak peristiwa

Tahqim yang melibatkan Sahabat Ali dan sahabat Muawiyyah sekitar akhir tahun

40 H.

Ahli sunnah wal jamaah pemikiranya menggunakan pemikiran al asyari

dan hukum fiqihnya menggunakan imam madzhab sehingga golongan aswaja

inilah golongan yang sifatnya luas. Dari uraian diatas maka penulis tertarik

mengangkat tema ASWAJA (Ahlus sunnah wal jama’ah).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)?

2. Apa Hakikat dan Dinamika Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)?

3. Bagaimana Peran Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) Terhadap

Pendidikan?

4. Bagaimana Peranan Pendidikan Terhadap Aswaja (Ahlus sunnah Wal

Jama’ah)?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).

2. Untuk Mengetahui Hakikat dan Dinamika Aswaja (Ahlus Sunnah Wal

Jama’ah).

3. Untuk Mengetahui Peran Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) Terhadap

Pendidikan.

4. Untuk Mengetahui Peranan Pendidikan Terhadap Aswaja (Ahlus sunnah Wal

Jama’ah).

Page 6: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)

Pengertian Ahlu Sunnah wal Jama‘ah (Aswaja) dapat dilihat dari dua

aspek penting, pertama dari segi bahasa atau etimologi, kedua dari segi

peristilahan atau terminologi. Secara etimologi, Aswaja berasal dari bahasa Arab

ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan, tabi‘at dan perilaku kehidupan.

Sedangkan al-jama‘ah, berarti sekumpulan.1

ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “Ahlus sunnah wal jama’ah”.

Ahlus sunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi

Muhammad SAW, dan Wal Jama’ah berarti mayoritas umat atau mayoritas

sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlus sunnah wal jama’ah yaitu; “

Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas

sahabat (maa ana alaihi waashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun

akidah dan tasawuf.

Definisi Ahlus sunnah Wal jama’ah ada dua bagian yaitu: definisi secara

umum dan definisi secara khusus:

1. Definisi Aswaja Secara umum adalah satu kelompok atau golongan yang

senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para

shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqih) dan hakikat (Tasawwuf

dan Akhlaq).

2. Definisi Aswaja secara khusus adalah Golongan yang mempunyai I’tikad/

keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asya’iroh dan

Maturidiyah.

Menurut pengertian istilah (terminologi) al-sunnah, berarti penganut

sunnah Nabi Muhammad saw, yaitu mengikuti apa-apa yang datang dari Nabi

1Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, cet. 14), hlm. 46.

3

Page 7: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

4

Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan (taqri’r).

Sedangkan al-jama‘ah berarti penganut i‘tiqad para sahabat Nabi, yakni apa yang

telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada masa khulafaur’ al-rashidin

(Abu Bakr al-Siddiq, ‘Umar, Ustman, dan ‘Ali). Jadi, yang dimaksud dengan

Aswaja adalah kaum yang mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw dan para

sahabatnya.

Menurut Imam Asy’ari, Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang

berpegang teguh kepada al-Qur’an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat,

tabi’in, imam-imam hadis, dan apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah Ahmad

ibn Muhammad ibn Hanbal.2

Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah

golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan mengikuti

warisan para wali dan ulama. Secara spesifik, Ahlus sunnah Wal Jama’ah yang

berkembang di Jawa adalah mereka yang dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i,

dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan dalam tasawuf

mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili.3

Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlus sunnah Wal Jama’ah

adalah para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan siapa saja yang berjalan menurut

pendirian imam-imam yang memberi petunjuk dan orang-orang yang

mengikutinya dari seluruh umat semuanya.4

Shaykh ‘Abd al-Qadir al-Jaylani (471-561 H/1077-1166 M) seorang tokoh

besar sufi legendaris menjelaskan “Al-Sunnah adalah apa yang telah dianjurkan

oleh Rasulullah saw. (meliputi ucapan, perilaku, serta ketetapan beliau).

Sedangkan al-Jama‘ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para

2Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari, Al-Ibanah An Ushul Al-Diyanah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t), hlm. 14.

3Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi Keumatan Dan Kebangsaan (Jakarta: Kompas, 2010, cet. 1), hlm. 107.

4Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta: Rajawali Press, 2010, cet. 1), hlm. 190.

Page 8: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

5

sahabat Nabi saw. pada masa khulafaur ar-rashidin yang empat, yang telah diberi

hidayah (mudah mudahan Allah memberi rahmat kepada mereka semua)”.5

Dengan demikian yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang

konsisten mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, tidak

mendistorsi ajaran Nabi Muhammad saw. dan tidak mendiskreditkan sebagian

sahabat atau seluruh sahabat Nabi. Pengertian ini dapat diperkuat dengan beberapa

hadisth Nabi yang diriwayatkan beberapa perawi dengan redaksi hadisth.

Secara substantif, Ahlus sunnah wal Jama'ah itu meliputi tiga aspek Islam,

yakni aspek akidah, fikih dan akhlak. Meskipun diskursus para ulama sering

hanya membicarakan aspek akidah dan syari'ah (fiqh), hal itu bukan berarti tidak

ada aspek akhlak. Menurut pandangan ini, pengalaman (practice) dari dua aspek

(yang disebut pertama) itu mengandung aspek akhlak atau tashawuf.6

B. Hakikat dan Dinamika Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)

Pada hakikatnya, Ahlus sunnah wal Jama’ah, adalah ajaran Islam yang

murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. bersama para

sahabatnya. Ketika Rasulullah saw. menerangkan bahwa umatnya akan tergolong

menjadi banyak sekali (73) golongan, beliau menegaskan bahwa yang benar dan

selamat dari sekian banyak golongan itu hanyalah Ahlus sunnah wa Jama’ah.

Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah golongan pengikut setia pada al-Sunnah wa al-

Jamaah, yaitu ajaran Islam yang diajarkan dan diamalkan Oleh Rasulullah saw.

bersama para sahabatnya pada zamanya itu.

Kemunculan pemikiran Aswaja tidak lepas dari dinamika pendapat umat

Islam itu sendiri. Dimulai ketika zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib, adalah

Muawiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syiria waktu itu melakukan manuver untuk

menggoyang pemerintahan Ali. Alhasil, perang pun terjadi. Beberapa kali perang 5Shaykh ‘Abd al-Qadir al-Jailani, Al-Ghunyah li Talib Tariq al-Haq (Beirut: Maktabat al

Shab‘iyyah, tt.), hlm. 5.6Kang Mousir, Resume Aswaja, dalam

http://lifeonthemotivation.blogspot.co.id/2014/11/resume-aswaja.html, diunggah pada Senin, 10 November 2014, pukul 11.05 WIB

Page 9: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

6

kubu Muawiyah mengalami kekalahan. Hingga pada akhirnya diputuskan

mengakhiri perselisihan dengan melakukan suatu kesepakatan.

Kubu Muawiyah mendelegasikan Amru bin Ash dan kubu Ali diwakili

Abu Musa al Asy'ari. Amru bin Ash adalah seorang politisi, pada saat forum ia

menyarankan agar perundingan dimulai dengan pemerintahan yang kosong.

Maksud dari Amru bin Ash ia menginginkan kubu Ali secara simbolik

meletakkan jabatannya terlebih dahulu. Abu musa yang notabene adalah ulama

langsung mengiyakan tawaran dari Amru bin Ash. Dengan cerdik Amru bin Ash

mempersilahkan Abu Musa untuk mendeklarasikan peletakan jabatan karena

dirasa ia lebih tua dan alim.

Setelah Abu Musa memproklamirkan peletakan jabatan Ali, Amru bin Ash

bukannya malah bergantian mengatakan sama, tetapi malah menyatakan jabatan

yang dilepas dari kubu Ali kini menjadi milik Muawiyah. "Saudara-saudara kaum

muslimin yang berbahagia, Abu Musa al Asyari mewakili khalifah Ali telah

meletakan jabatan. Maka dengan ini jabatan khalifah saya ambil untuk diserahkan

pada Muawiyah bin Abu Sofyan". Maka pada detik itu Muawiyah yang kalah

perang fisik dengan kubu Ali, giliran menang ketika taktik politik. Kekhalifahan

Ali pun berpindah ke tangan Muawiyah.

Efek dari peristiwa itu umat islam terpecah menjadi 3 kubu. Kubu Ali

terbelah menjadi 2; kubu Syiah dan Khawarij. Dan satu lagi adalah kubu

Muawiyah. Kelompok Syiah adalah pendukung Ali, kelompok Muawiyah

pendukung Muawiyah, dan kelompok Khawarij yakni kubu yang tidak pada pihak

Ali maupun Muawiyah. Kelompok menilai kesepakatan yang dibuat oleh kedua

belah pihak tidak sah karena tidak menggunakan hukum Allah atau Al-Qur'an

sehingga mereka memutuskan Khawarij (Kharaja: keluar).

Sebagian besar masyarakat saat itu (kecuali kelompok Muawiyah) menilai

perpindahan kekuasan dari Ali ke Muawiyah berjalan dengan tidak sah dan licik.

Untuk mengatasi pandangan itu maka khalifah membuat aliran bernama

Jabariyah. Kemunculan aliran ini dalam rangka melegitimasi kekuasaan

Page 10: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

7

Muawiyah yang menyatakan bahwa manusia tidak punya kekuasaan untuk

berkehendak. Inti dari aliran Jabariyah, semua yang dilakukan oleh manusia

sudah dikehendaki oleh Allah. Termasuk ketika Muawiyah dapat mengambil

kekuasaan dari tangan Ali itu juga kehendak Allah.

Setelah itu selama masa pemerintahan Bani Umayah muncul aliran

bernama Qodariyah yang diusung oleh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin

Ali bin Abi Thalib (cucu Ali bin Abi Thalib). Aliran ini mengajarkan sebaliknya

dari aliran Jabariyah. Bahwa ketika manusia berkehendak, Allah tidak ikut

campur, maka manusia harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Ketika masa

Bani Umayah paham ini hanya sebagai kritik atas paham Jabariyah. Namun

ketika memasuki pemerintahan Bani Abasiyah, paham Qadariyah dijadikan spirit

pembangunan. Kemudian turunan dari paham ini dengan sedikit modifikasi

mengatasnamakan paham Mu'tazilah.

Pada akhirnya lahirlah ulama bernama Abu Hasan al Asyari. Ia

sebelumnya pengikut Mu'tazilah setelah itu keluar. Abu Hasan menyatakan tidak

mengikuti kedua kubu ekstrem dan berdiri di tengah-tengah. Ia memproklamirkan

paham dimana rasulullah dan sahabat berada di dalamnya, dan menyebut paham

dengan sebutan Ahlus sunnah wal Jama’ah. Titik tekan pada paham ini yakni

manusia berkehendak tetapi kehendak itu diketahui Allah. Manusia mempunyai

kehendak tapi kehendak itu dibatasi dengan takdir Allah.7

C. Peran Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) Terhadap Pendidikan

Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/ penting sekali

dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu

pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu

pendidikan agama dan moral.

7Moch. Ari Nasichuddin, Aswaja Sejarah Dinamika Umat Islam Dan Analisis Sosial http://www.kmnu.or.id/konten-291-aswaja-sejarah-dinamika-umat-islam-dan-analisis-sosial.html, diunggah pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 08.47 WIB

Page 11: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

8

Hal diatas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan

sekarang, dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya barat, misalnya,

berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan bebas dll. Hal itu

membuktikan bahwasannya nilai agama dan nilai moral generasi penerus bangsa

ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut adalah bagaimana jika para

orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas, Sehingga tak ada contoh

bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral?

Pendidikan Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan diatas.

Pendidikan aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan aswaja tidak

hanya ditujukan ke lembaga pendidikan saja namun juga di tujukan kepada

masyarakat luas, hal ini dapat memperkuat aspek agama maupun moralitas

masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin yang diisi oleh ulama’ , hal itu sangat

baik untuk meningkatkan nilai-nilai agama dalam masyarakat.

Hal lain yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah: pendidikan yang

lebih dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat disebut pondok

pesantren. Hal itu dapat membantu kita selaku orang tua supaya anak cucu kita

dapat mengenal nilai-nilai agama dan moral.8

D. Peranan Pendidikan Terhadap Aswaja (Ahlus sunnah Wal Jama’ah)

Sekolah/ madrasah memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar, sebab

di madrasah-lah seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Madrasah

merupakan tempat kedua setelah rumah, sebagaimana di dalamnya berkumpul

dengan berbagai anak dari berbagai latar belakang lingkungan dan sosial,

sehingga mereka membawa berbagai macam pemikiran, adat kebiasaan dan

karakter kepribadian juga menjelaskan dan mentransformasikan sesuatu yang

sebelumnya tidak diketahuinya.

8Miftahudin aic, Peranan Aswaja Dalam Melestarikan Nilai Nilai Pendidikan, dalam http://miftahudinaic.blogspot.co.id/2015/06/peran-aswaja-dalam-melestarikan-nilai.html, diunggah pada Jumat, 12 Juni 2015 pukul 07.35 WIB

Page 12: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

9

Yang merupakan tugas atau peranan penting yang paling mendasar oleh

sebuah madrasah adalah mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga

meluruskan pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta

untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji. Serta mengosongkan seorang

pembelajar dari kejahiliyahan dan pembangkangan baik itu dari segi akidah,

ibadah, akhlaq dan pemikirannya, menghiasinya dengan pendidikan yang benar

baik dari segi akidah, ibadah, akhlaq, dan pemikirannya bukan sekedar teori tetapi

dengan implementasi yang nyata.

Madrasah juga memiliki komponen-komponen yang mesti ada di dalamnya,

seperti: mu’alim (pendidik), metode pembelajaran, kegiatan belajar, serta idaroh

madrasah.9

Macam- pendidikan antara lain:

1. Pendidikan Akidah

Pendidikan pertama yang harus diterima setiap pemuda muslim ialah

pendidikan akidah yang benar. Yaitu akidah Salafiyah yang dianut oleh

generasi salaf umat ini. Sebab Allah SWT telah menjadikan akidah para

sahabat sebagai standar akidah yang benar. Allah Ta’ala berfirman yang

artinya:

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman

kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka

berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu).

Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha

mendengar lagi Maha mengetahui.10

Ibn Al-Qoyyim rohimahulloh mengatakan: “tauhid adalah perkara

pertama yang didakwahkan oleh para Rosul, persinggahan pertama di tengah

9Khâlid Bin Hâmid al-Hâzimî, Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah (Madinah Munawwaroh: Dâr ‘Âlam al-Kutub, 1420 H/2000 M), hlm. 342.

10Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Surabaya: Pustaka eLBA, 2011), hlm. 116.

Page 13: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

10

jalan, dan pijakan pertama yang menjadi pijakan orang yang melangkah

kepada Allah SWT.11

Jadi, setiap pendidik hendaknya tidak pernah membiarkan setiap

kesempatan berlalu tanpa membekali para anak didik dengan bukti-bukti yang

menunjukkan kepada Allah SWT, bimbingan-bimbingan yang bisa

memperkokoh iman, dan peringatan-peringatan yang bisa memperkuat aspek

akidah. Teknik pemanfa’atan kesempatan untuk memberikan nasihat-nasihat

keimanan ini adalah teknik yang dipillih oleh sang pendidik pertama

(Muhammad SAW). Beliau selalu berusaha mengarahkan para peserta didik

untuk mengangkat dan memperkuat keimanan dan keyakinan yang ada di

dalam hati mereka.12

2. Pendidikan Pemikiran

Yang dimaksud pendidikan pemikiran di sini ialah mendidik generasi

muda Islam dengan pola pikir Salaf, menankan paham-paham yang benar di

dalam jiwa mereka, dan mengingatkan mereka agar waspada terhadap paham-

paham yang salah. Sistem pendidikan pemikiran ini yang benar ini

diharapkan akan membuahkan pemuda-pemuda yang terdidik dengan pola

pikir Salaf dan mengikuti cara Salaf dalam memahami al-Qur’an dan Hadits.

Disamping itu mereka juga memiliki kekebalan terhadap pemikiran-

pemikiran salah yang ada di dunia Islam dan paham-paham yang

bertentangan dengan apa yang dianut oleh generasi Salaf.13

Abdullah Nasih Ulwan mengatakan: “para pendidik harus mengajarkan

kepada para pembelajar semenjak remaja mengenai fakta-fakta berikut ini:

a) Islam adalah Din yang abadi dan berlaku dimana saja dan kapan saja.

11Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Surabaya: Pustaka eLBA, 2011), hlm. 120.

12Ibid., hlm. 125.13Ibid., hlm. 138.

Page 14: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

11

b) Komitmen tinggi dan beristiqomah dalam mengamalkan hukum-hukum

Alloh akan meraih kejayaan.

c) Terbongkarnya perencanaan-perencanaan yang dirumuskan oleh

musuh-musuh Islam.

d) Terungkapnya fakta tentang peradabaan Islam yang selama kurun

waktu tertentu dalam sejarah pernah menjadi guru bagi seluruh isi

dunia.

e) Para pembelajar harus mengetahui bahwa kita memasuki panggung

sejarah bukan dengan Abu Jahl dan Ubay bin khalaf. Kita memasuki

panggung sejarah dengan Rosul, Abu Bakr dan ‘Umar.14

3. Pendidikan Iman.

Yang dimaksud pendidikan iman ialah upaya untuk menambah iman

kepada Allah SWT dan hari akhir, memperdalam makna iman, dan

meningkatkan kualitas hati sampai pada level dia dapat merasakan manisnya

iman, mencintai keta’atan kepada Allah SWT dan menjauhi kenakalan dan

kemaksiatan.15

4. Pendidikan Akhlak

Menurut Ibnu Masykawaih, akhlaq adalah kondisi kejiwaan yang mendorong

manusia melakukan sesuatu tanpa pemikiran dan pertimbangan. Kondisi ini

terbagi menjadi 2 macam:

a) Kondisi alami yang berasal dari watak dasar seseorang.

b) Kondisi yang diperoleh melalui kebiasaan dan latihan. Kondisi ini

terkadang diawali dengan pertimbangan dan pemikiran, tetapi kemudian

berlanjut sedikit demi sedikit hingga menjadi tabi’at dan perangai.

14Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Surabaya: Pustaka eLBA, 2011), hlm. 170.

15Ibid., hlm. 202.

Page 15: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

12

Kondisi yang kedua inilah yang dimaksud dengan pendidikan akhlak.

Maksudnya mendidik generasi muda Islam dengan akhlak-akhlak yang mulia,

seperti jujur, amanah, istiqomah, itsar dan lain-lain.16

5. Pendidikan Adab dan Sunnah Nabi SAW

Salah saatu materi pendidikan yang harus diajarkan kepada generasi

muda Islam yang memiliki cita-cita membangun masyarakat muslim dan

mengembalikan khilafah Islamiyah menurut cara Nabi SAW ialah adab-adab

dan sunnah-sunnah Nabi SAW. Adab-adab itu banyak jumlahnya, ada adab-

adab yang diterima seorang muslim dirumah dan sekolahnya melalui suri

tauladan yang baik. Akan tetapi sekarang ini kita hidup di zaman mana suri

tauladan yang baik sulit ditemukan. Kini, sebagian besar rumah tangga

muslim tidak memilikinya dan menggantinya dengan adab-adab Barat dan

nilai-nilai yang diimpor dari peradaban Barat yang kafir.

Hal itu adalah akibat dari penyebaran piranti-piranti keji, seperti

televisi yang merusak banyak sekali nilai-nilai ke-islaman dan adab-adab

yang diajarkan Nabi SAW, membunuh rasa cemburu suami, menghilangkan

rasa malu wanita, dan membuat masyarakat muslim tidak banyak berbeda

dengan masyarakat Barat yang kafir.

Oleh karena itu, para praktisi pendidikan harus memperhatikan upaya-

upaya untuk menghidupkan nilai-nilai yang luhur dan adab-adab Islam, lalu

menyiarkan, menyebarluaskan dan mengajarkannya. Mudah-mudahan Allah

SWT berkenan memberkahi usaha-usaha tersebut dan menyelamatkan anak-

anak muslim dari terjangan banjir maksiat dan syahwat, dan segala macam

upaya untuk memalingkan dari Allah SWT.17

16Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Surabaya: Pustaka eLBA, 2011), hlm. 237.

17Ibid., hlm. 263.

Page 16: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

13

6. Pendidikan Jasmani

Abdullah Nasih Ulwan mengatakan: “salah satu sarana pendidikan

yang paling efektif yang ditetapkan oleh Islam dalam mendidik individu-

individu dalam masyarakat secara fisik dan menjaga kesehatan mereka

adalah mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan-kegiatan jihad, latihan-

latihan ketangkasan dan olahraga setiap ada waktu dan kesempatan.

Hal itu mengingat agama Islam dengan prinsip-prinsipnya yang

toleran dan ajaran-ajarannya yang luhur telah menggabungkan antara

keseriusan dan kesantaian, atau dengan kata lain memadukan antara tuntunan

ruhani dan kebutuhan jasmani. Islam memberikan perhatian yang besar

terhadap pendidikan jasmani dan perbaikan mental dengan intensitas yang

sama

Dan ketika sudah menginjak usia aqil baligh, dia membutuhkan

perhatian yang besar dalam aspek pendidikan kesehatan dan pembentukan

fisiknya. Bahkan baginya lebih diutamakan mengisi waktu-waktu luangnya

dengan segala macam kegiatan yang menyehatkan badannya, menguatkan

organ-organ tubuhnya, dan memberrikan kesegaran dan kebugaran keseluruh

tubuhnya. Hal itu disebabkan oleh 3 hal:18

a) Banyaknya waktu luang yang dimilikinya.

b) Untuk melindunginya dari serangan berbagai macam penyakit.

c) Untuk membiasakannya dengan latihan-latihan olahraga dan kegiaatan-

kegiatan jihad.19

18Khâlid Bin Hâmid al-Hâzimî, Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah (Madinah Munawwaroh: Dâr ‘Âlam al-Kutub, 1420 H/2000 M), hlm. 342.

19Miftahudin aic, Peranan Aswaja Dalam Melestarikan Nilai Nilai Pendidikan, dalam http://miftahudinaic.blogspot.co.id/2015/06/peran-aswaja-dalam-melestarikan-nilai.html, diunggah pada Jumat, 12 Juni 2015 pukul 07.35 WIB

Page 17: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengertian Aswaja (Ahlu Sunnah Wal Jama’ah), Secara etimologi, Aswaja

berasal dari bahasa Arab ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan,

tabi‘at dan perilaku kehidupan. Sedangkan al-jama‘ah, berarti

sekumpulan.

Secara istilah (terminologi) yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum

yang mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya.

2. Pada hakikatnya, Ahlus sunnah wal Jama’ah, adalah ajaran Islam yang

murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. bersama

para sahabatnya.

Dinamika Aswaja, pada akhirnya karena lahirnya ulama bernama Abu

Hasan al Asyari. Ia sebelumnya pengikut Mu'tazilah setelah itu keluar. Ia

memproklamirkan paham dimana rasulullah dan sahabat berada di

dalamnya, dan menyebut paham dengan sebutan Ahlus sunnah wal

Jama’ah.

3. Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/ penting sekali

dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu

pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu

pendidikan agama dan moral.

4. Peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah pendidikan/ madrasah

adalah mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan

pemahaman yang salah dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk

menuai akhlaq yang mulia dan terpuji.

14

Page 18: Aswaja   tugas uts khusnul kotimah

DAFTAR PUSTAKA

Aic, Miftahudin. Peranan Aswaja Dalam Melestarikan Nilai Nilai Pendidikan, dalam http://miftahudinaic.blogspot.co.id/2015/06/peran-aswaja-dalam-melestarikan-nilai.html, diunggah pada Jumat, 12 Juni 2015 pukul 07.35 WIB

Al-Hâzimî, Khâlid Bin Hâmid. 1420 H/2000 M. Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah. Madinah Munawwaroh: Dâr ‘Âlam al-Kutub.

Darmanto, Ahlussunnah Waljamaah dan Peranan, dalam http://sahabalit.blogspot.co.id/2012/05/ahlussunnah-waljamaah-dan-peranan.html, diunggah pada Jum’at, 11 Mei 2012 pukul 11.33 WIB

Farid, Ahmad. 2011. Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Surabaya: Pustaka Elba.

Misrawi, Zuhairi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. 2010, cet. 1. Moderasi Keumatan Dan Kebangsaan. Jakarta: Kompas.

Mousir, Kang. Resume Aswaja, dalam http://lifeonthemotivation.blogspot.co.id/2014/11/resume-aswaja.html, diunggah pada Senin, 10 November 2014, pukul 11.05 WIB

Munawwir, Ahmad Warson. 1997, cet. 14. Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.

Nasichuddin. Moch. Ari. Aswaja Sejarah Dinamika Umat Islam Dan Analisis Sosial http://www.kmnu.or.id/konten-291-aswaja-sejarah-dinamika-umat-islam-dan-analisis-sosial.html, diunggah pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 08.47 WIB

Nasir, Sahilun A. 2010, cet. 1. Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Press.

15