28
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI Oleh Syarifuddin

Bab 5 a sni 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 5 a sni 6

SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI

Oleh Syarifuddin

Page 2: Bab 5 a sni 6

SISTEM EKONOMI INDONESIA 1950-1965

Ruang Lingkup Materi: Sistem ekonomi Indonesia pada rentang

tahun 1950-1965 Upaya dan kebijakan pemerintah dalam

membentuk ekonomi nasional Kegagalan Kebijakan Ekonomi Indonesia.

BAB V

Page 3: Bab 5 a sni 6

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah mempelajari bab V ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Menjelaskan sistem ekonomi Indonesia pada masa

demokrasi liberal dan terpimpin (1950-1965)2. Menjelaskan usaha-usaha membentuk sistem ekonomi

nasional3. Menguraikan kebijakan-kebijakan ekonomi Indonesia yang

dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia selama periode 1950-1965

Adapun tujuan instruksional khusus pada bab kelima ini, sebagai berikut:

Page 4: Bab 5 a sni 6

Setelah berakhirnya Konferensi Meja Bundar (KMB) maka berakhir pula konflik Belanda dengan Indonesia, namun indonesia harus menanggung beban hutang luar negeri yang tinggi sebagai akibat dari ketentuan-ketentuan KMB.

Keadaan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

Page 5: Bab 5 a sni 6

Perusahaan Belanda bebas beroperasi dan mentransfer semua laba yang didapat seperti sebelum terjadinya peperangan.

Indonesia menanggung pembayaran utang pemerintah Hindia-Belanda (dalam negeri dan luar negeri) sebesar USD 1,13 milyar.

Indonesia harus berkonsultasi kepada Belanda bahkan Indonesia harus meminta persetujuan pemerintah Belanda dalam kebijakan tertentu.

Indonesia menanggung biaya 17.000 karyawan eks Belanda dan menampung 26.000 tentara eks KNIL

Butir-butir penting dari ketentuan itu adalah sebagai berikut:

Page 6: Bab 5 a sni 6

Pada masa pemerintahan demokrasi liberal atau yang dikenal dengan demokrasi parlementer sistem politik Indonesia tidak stabil.

Berikut kita tinjau kembali program kerja dalam bidang ekonomi yang dibuat oleh setiap kabinet yang memimpin pada masa demokrasi liberal, yaitu:

Sistem Ekonomi Masa Pemerintahan Demokrasi Liberal (Parlementer)

Page 7: Bab 5 a sni 6

Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi yang dilantik tanggal 7 september 1950 dan berakhir pada tanggal 21 Maret 1951 dengan Mohammad Natsir yang berasal dari partai Masyumi sebagai perdana menterinya. Program kerja dalam bidang ekonomi dari kabinet ini adalah memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.

Kabinet Natsir

Page 8: Bab 5 a sni 6

Kabinet ini adalah kabinet koalisi antara partai Masyumi dan PNI. Program kerjanya dalam bidang ekonomi adalah membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan

Kabinet Soekiman

Page 9: Bab 5 a sni 6

Wilopo adalah salah satu tokoh PNI, yang kemudian ditunjuk sebagai formatur kabinet. Kabinet ini mulai memimpin dari tanggal 3 April 1952 - 3 Juni 1953. Program kabinet ini dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan kemakmuran rakyat dan menciptakan keamanan dalam negeri.

Kabinet Wilopo

Page 10: Bab 5 a sni 6

Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo (tokoh PNI) dan merupakan koalisi antara PNI dan NU. Program kerja dalam bidang ekonomi kabinet ini juga hampir sama dengan kabinet sebelumnya. Yakni meningkatkan keamanan dan kemakmuran dalam negeri

Kabinet Ali Sastroamijoyo

Page 11: Bab 5 a sni 6

Kabinet ini mulai memerintah dari tanggal 12 Agustus hingga 3 Maret 1956 dan dipimpin oleh Burhanuddin Harahap. Program kerjanya dalam bidang ekonomi adalah menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan inflasi, desentralisasi, dan korupsi.

Kabinet Burhanuddin Harahap

Page 12: Bab 5 a sni 6

Ali sastro kembali ditunjuk sebagai formatur kabinet pasca lengsernya kabinet Burhanuddin. Kabinet ini dilantik oleh presiden sesuai dengan Kepres RI No. 85 Tahun 1956, kabinet ini mulai bekerja setelah diadakannya timbang terima antara kabinet lama dengan kabinet yang baru. Dalam kabinet ini juga terdapat tiga menteri yang berasal dari kabinet Buhanuddin Harahap. Mereka adalah Mr, Sunarya, K.H. Muh. Ilya, dan Sudibyo.

Kabinet Ali Sastroamijoyo II

Page 13: Bab 5 a sni 6

Kabinet ini lebih dikenal dengan istilah Kabinet karya atau Pancakarya. Mulai memerintah tanggal 9 April 1957 - 10 Juli 1959 dan dipimpin oleh Ir. Djuanda. Kabinet ini terbentuk karena konstituante gagal menyusun Undang-undang Dasar pengganti Undang-undang Dasar Sementara 1950. Pada masa kabinet ini dibentuklah Dewan Nasional yang bertujuan menyalurkan aspirasi nonpartai dalam masyarakat. Sistem perekonomian nasional bertambah parah karena terjadinya gangguan hubungan antara pusat dengan daerah yang terus berlangsung.

Kabinet Djuanda

Page 14: Bab 5 a sni 6

a. Kabinet SukimanUsaha kabinet Sukiman adalah pertukaran nota antara Menteri Luar Negeri Subardjo dengan Duta Besar Amerika yaitu Merle Cochran yang meliputi bantuan ekonomi dan militer berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) atau Undang-undang Kerja Sama Keamanan. Namun akibat kerjasama ini, kabinet dinilai tidak konsekuen dalam mendengungkan konsep politik bebas-aktif yang menjadi salah satu fondasi kebijakannya

3. Usaha-Pemerintah Membentuk Ekonomi Nasional

Page 15: Bab 5 a sni 6

b. Kabinet Burhanuddin HarahapKabinet ini membuat kebijakan yang bertujuan membangun kemajuan masyarakat desa, salah satunya dengan cara mengganti I.G.O (Inlandsche Gemeente Ordonantie) dan I.G.O.B (Inlandsche gemeente Ordonantie Buitengewesten) dengan Undang-undang Pokok baru.

3. Usaha-Pemerintah Membentuk Ekonomi Nasional

Page 16: Bab 5 a sni 6

Perdana Menteri Burhanuddin Harahap mengambil beberapa langkah untuk menyelesaikan dua aspek yang diduga menyebabkan inflasi yaitu aspek kebijaksanaan keuangan negara dan aspek ekonomi moneter.

3. Usaha-Pemerintah Membentuk Ekonomi Nasional

Masalah utama yang terjadi dalam masa kabinet ini ialah inflasi yang begitu besar.

Selain itu kabinet Burhanuddin melakukan perlindungan pada pengusaha dan pedagang nasional dimana pada saat itu kedudukan mereka masih lemah.

Page 17: Bab 5 a sni 6

sistem perekonomian Indonesia saat itu keadaannya malah semakin parah.

Pemerintah mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk menghadapi pergolakan daerah. Munas di gelar pada tanggal 14 September 1957 dan pada hari itu membahas pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang serta pembagian wilayah Republik Indonesia.

c. Kabinet Karya (Djuanda)

Page 18: Bab 5 a sni 6

Sebagai upaya mewujudkan keputusan tersebut, pada bulan Desember 1957 pemerintah mengadakan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) yang bertujuan untuk merencanakan pembangunan daerah namun usaha ini tidak terealisasi akibat terjadinya peristiwa Cikini.

Page 19: Bab 5 a sni 6

faktor-faktor yang menjadi penyebab tersendatnya perekonomian Indonesia adalah sebagai berikut :

Bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan sesuai dengan keputusan dalam KMB.

Defisit yang harus ditanggung Indonesia sebesar 5,1 Milyar.

Hasil bumi dalam sektor pertanian dan perkebunan merupakan satu-satunya komoditas ekspor yang diandalkan Indonesia sehingga tutun-naiknya permintaannya sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia.

Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (Parlementer)

Page 20: Bab 5 a sni 6

Politik keuangan pemerintah Indonesia merupakan warisan Belanda.

Pemerintah Indonesia tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi yang bersifat kolonial menjadi sistem perekonomian yang nasional.

Indonesia belum memiliki cukup dana, tenaga ahli, dan pengalaman untuk menata ekonomi secara baik.

Banyaknya pemberontakan dan gerakan separatisme diberbagai daerah yang dikarenakan tidak stabilnya situasi politik dalam negeri.

Pergantian kabinet yang menyebabkan program kerja yang telah dibuat terhenti sedangkan program baru mulai dirancang.

Angka pertumbuhan penduduk berkembang pesat

Page 21: Bab 5 a sni 6

Program Ekonomi Benteng Program ini berupaya meningkatkan peran importir

penduduk asli indonesia agar dapat bersaing dengan perusahaan impor asing dan memberi kredit kepada perusahaan milik rakyat Indonesia agar dapat berpertisipasi dalam pengembangan ekonomi nasional.

Membentuk perusahaan milik negara Beberapa badan usaha milik negara dibentuk untuk

menyaingi bisnis Belanda yang mendominasi di Indonesia. Diantaranya pembentukan CTC, Usindo, BNI, Bank Industri Negara, dan lain-lain.

4. Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (Parlementer)

Page 22: Bab 5 a sni 6

Nasionalisasi beberapa perusahaan Ada beberapa perusahaan Belanda yang

dinasionalisasikan, salah satunya adalah nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia

Nasionalisasi gelombang kedua yaitu tahun 1958, Pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan penerbangan KLM, perusahaan pelayaran KPM, perkebunan, industri, perusahaan dagang Belanda yang dikenal dengan The Big Five dan bank bank Belanda

Page 23: Bab 5 a sni 6

Kebijakan ini dicanangkan oleh menteri keuangan, Sjafrudin Prawiranegara.

Rakyat diwajibkan menggunakan uang pecahan yang bernilai Rp. 2,50,00 dan dipotong menjadi dua potong dan memberlakukan setengahnya sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi nilainya hanya setengah dan sisi lainnya harus diserahkan kepada pemerintah untuk diganti oleh obligasi negara yaitu tanda hutang negara

Gunting Sjafruddin

Page 24: Bab 5 a sni 6

Sistem ekonomi ini menggambarkan Ali sebagai pengusaha penduduk asli Indonesia, Baba sebagai pengusaha luar. Sistem ini digagas oleh Mr. Iskak Cokrohadisuryo. Sistem ini bertujuan agar pengusaha asing (terutama Cina) diwajibkan memberikan latihan-latihan dalam membangun ekonomi mikro kepada pengusaha penduduk asli. Pemerintah memberikan lisensi untuk usaha swasta nasional.

Sistem Ekonomi Ali-Baba

Page 25: Bab 5 a sni 6

Pembatalan secara sepihak atas hasil-hasil keputusan Konferensi Meja Bundar oleh Indonesia. Pembatalan itu dibuat oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada Februari 1956. Kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar telah membebani anggaran negara selama lebih dari 5 tahun. Negara telah membayar 82% dari seluruh hutang Indonesia yang telah ditetapkan dalam Konferensi Maja Bundar.

Pembubaran Uni Indonesia-Belanda

Page 26: Bab 5 a sni 6

Dominannya politik aliran, yang artinya berbagai golongan politik dan partai politik sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri daripada mengutamakan kepentingan bangsa.

Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah. Kegagalan Konstituante dalam merumuskan undang-

undang dasar baru pengganti UUDS 1950. Instabilitas negara karena terlalu sering terjadi

penggantian kaninet, hal ini menjadikan pemerintah tidak berjalan secara efisien

5. Kegagalan Perekonomian masa Demokrasi LiberalAdapun yang menyebabkan kegagalannya sistem parlementer tersebut adalah :

Page 27: Bab 5 a sni 6

Timbul berbagai masalah keamanan dalam negeri dalam bentuk pemberontakan pada hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis ,Gerakan APRA dan Gerakan RMS.

Hubungan tidak baik antara pemerintah dan militer, salah satunya adalah peristiwa 17 Oktober 1952.

Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.

Sering terjadi konflik antarpartai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.

Praktik korupsi meluas, dimana pada masa ini tindak pidana korupsi tidak bisa ditangani.

Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada bidang politik bukan pada ekonomi.

Page 28: Bab 5 a sni 6

TERIMAKASIH