33
PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN CV. SDM MENURUT AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG – UNDANG PERPAJAKAN Usulan Proposal untuk Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh Nama : Maria Florensia Da rato No.Stb. : 1313901 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR 2014

Bab i, ii, iii

Embed Size (px)

Citation preview

1

PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN CV. SDM MENURUT AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG UNDANG PERPAJAKAN

Usulan Proposal untuk Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Oleh Nama

: Maria Florensia Da rato

No.Stb.: 1313901

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ATMAJAYA

MAKASSAR

2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN KONSULTAN

DAFTAR ISI

i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Perumusan Masalah

4

1.3 Tujuan Penelitian

5

1.4 Manfaat Penelitian

5

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

6

2.2 Metode Pengumpulan Data

6

2.3 Sumber data

7

2.4 Metode Analisis

7

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Aktiva

8 3.1.1 Klasifikasi Aktiva

9

3.1.2 Pengertian Aktiva Tetap

11

3.1.3 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud dan

Tak Berwujud

12

3.2 Pengertian Akumulasi Penyusutan

14

3.2.1 Metode metode Penyusutan dalam Akuntansi

16

3.3 Laporan Keuangan

18

3.3.1 Pengertian Laporan Laba Rugi

20

3.3.2 Pengertian Laporan Posisi Keuangan

21

3.3.3 Penyajian Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap

pada Laporan Posisi Keuangan

21

3.4 Pengertian Pajak

22

3.4.1 Persamaan Akuntansi Keuangan dan Perpajakan

23

3.4.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Perpajakan

23

3.4.3 Metode metode Penyusutan Perpajakan 25

3.4.4 Pengaruh Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Perpajakan pada Laporan Keuangan

27

Daftar Pustaka

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi perkembangan dunia usaha saat ini sangat cepat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi, mengakibatkan tingkat persaingan yang semakin tinggi dan menimbulkan masalah yang bisa dikatakan kompleks bagi perusahaan. Efisiensi, efektivitas dan produktivitas merupakan alternatif yang cocok bagi perusahaan untuk tetap ikut dalam persaingan yang kompetitif. Perusahaan harus berusaha mengikuti kemajuan yang ada melalui pengelolaan yang profesional atas faktor faktor produksi yang dimilikinya. Salah satu faktor produksi ini adalah modal. Modal yaitu berupa aktiva tetap yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.

Aktiva tetap secara umum dapat diartikan seluruh aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun. Akan tetapi aktiva tetap mempunyai umur yang terbatas sehingga harga perolehan atas aktiva yang dimaksud harus dialokasikan dengan menggunakan metode penyusutan yang konsisten dan diestimasikan selama masa manfaat aktiva tetap.

Akuntansi penyusutan merupakan suatu hal penting untuk mengalokasikan sebagian biaya atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan

menjadi beban dalam suatu periode akuntansi yang bersangkutan, sehingga dapat ditentukan besarnya penyusutan periode tersebut.

Dalam menghitung besarnya penyusutan yang dibebankan dalam suatu periode akuntansi dapat digunakan metode penyusutan berdasarkan ketentuan, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku secara umum sehingga laporan keuangan dilaporkan secara wajar. Untuk memenuhi kebutuhan penerapan akuntansi penyusutan tersebut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan pernyataan khusus yaitu PSAK No. 17, dimana penerapan pernyataan di dalamnya tidak terlepas dari PSAK No. 16 (revisi 2010) tentang aktiva tetap.

Untuk kepentingan pembayaran pajak, wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan tata cara perpajakan dan undang undang perpajakan atau ketentuan umum perpajakan (KUP) yang tidak selalu sama dengan ketentuan pembukuan yang diatur SAK harus dapat digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan, dan ketentuan ini tertera dalam undang undang nomor 28 tahun 2007. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 96/ PMK. 03/ 2009 (pasal 1) tentang jenis jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan ditetapkan tanggal 5 Mei 2009 dan diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009.

Akuntansi komersial memperbolehkan memilih metode penyusutan seperti metode garis lurus, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun dan metode satuan unit produksi. Dalam fiskal atau menurut undang undang perpajakan, pemilihan metode penyusutan lebih terbatas meliputi metode garis lurus dan metode saldo menurun untuk harta berwujud non bangunan sedangkan untuk harta berwujud bangunan dibatasi pada metode garis lurus saja. Dalam akuntansi komersial, manajemen dapat menafsirkan sendiri umur ekonomis atau masa manfaatnya, sedangkan dalam perpajakan umur ekonomisnya diatur atau ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.

CV. SDM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier barang dan jasa. Dimana untuk menjalankan operasional perusahaan menggunakan aset tetap yang ada di dalamnya. Baik digunakan dalam melakukan transaksi di kantor seperti jual beli barang, input data barang bahkan sampai pengarsipan berkas dan penyimpanan barang dalam gudang perusahaan. Juga digunakan dalam operasional di luar kantor seperti proses pengantaran barang sampai pada pihak pembeli pertama dan melakukan pemesanan barang di berbagai tempat konsumen.

Dalam penyajian laporan keuangan perusahaan CV. SDM menggunakan metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan akuntansi komersial bukan menggunakan metode penyusutan berdasarkan akuntansi perundang undangan yang berlaku. Penyusutan aktiva tetap ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap laba dimana laba menurut akuntansi komersial berbeda dengan laba menurut undang undang perpajakan. Hal ini menyangkut posisi keuangan dalam neraca dan di dalam laporan laba rugi perusahaan. Salah satu kendala informasi yang relevan dan handal dalam penyajian laporan keuangan adalah keseimbangan antara biaya dan manfaat. Namun ada kalanya perusahaan membeli dahulu peralatan seperti gedung, mesin, kendaraan dan lain sebagainya. Pengeluaran kas ini memberi masa manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam pajak penghasilan.

Dengan alasan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan akan tetap menggunakan metode perhitungan penyusutan aktiva tetap menurut akuntansi keuangan atau akan menerapakan perhitungan berdasarkan ketentuan undang undang perpajakan, maka peneliti termotivasi untuk membahas lebih lanjut dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul PERHITUNGAN PENYUSUSTAN AKTIVA TETAP SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN CV. SDM MENURUT STANDAR AKUNTANSI DAN UNDANG UNDANG PERPAJAKAN .

1.2 Perumusan Masalah

Berkenaan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi pokok permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana pengaruh perbedaan akuntansi penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan ketentuan undang undang perpajakan terhadap laporan keuangan yang disajikan perusahaan dan kebijakan manajemen dalam melihat adanya selisih yang terjadi pada perusahaan tersebut.

1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan akuntansi penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan ketentuan undang undang perpajakan terhadap laporan keuangan yang disajikan perusahaan1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi perusahaan yang diteliti adalah untuk mengetahui apakah selisih yang timbul karena perbedaan metode yang digunakan memberikan nilai yang cukup material.

2. Bagi peneliti sebagai tambahan pengetahuan mengenai masalah perbedaan perhitungan beban penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan Undang undang Perpajakan.

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian penulisan skripsi ini adalah CV. SDM yang berlokasi di Jalan A. I. Nasution Kota Sorong provinsi Papua Barat. Perusahaan ini berdiri tanggal 16 April 2003 pada notaris Yoseph Pieter Ipsan IE, sarjana hukum notaris di Sorong dengan nomor akta pendirian 2. Maksud dan tujuan didirikan perusahaan ini adalah untuk menjalankan usaha usaha dalam perdagangan umum sebagai penyedia (supplier). Grosir, keagenan, dan distributor dari segala macam barang dagangan.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara turun langsung ke perusahaan atau melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian yaitu CV. SDM.

Untuk mengamati data dan fakta akurat yang berhubungan dengan objek yang dimaksud. Juga dengan melakukan studi kepustakaan terhadap apa yang di amati peneliti dan melakukan perbandingan, apakah telah sesuai dengan yang diterapkan di perusahaan berdasarkan teori dari buku dan ketentuan yang berlaku.

2.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen dokumen serta sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mendukung pokok bahasan.

2. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap perusahaan yang diteliti.

2.4 Metode Analisis

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang perhitungan penyusutan aktiva tetap menurut standar akuntansi keuangan pada perusahaan dan ketentuan perhitungan penyusutan berdasarkan undang undang perpajakan yang terbaru. Hal ini pada penggunaan tarif penyusutannya dan penggolongan aktiva tetap perusahaan, yang mempengaruhi laporan keuangan dari perusahaan. Langkah langkah yang diambil peneliti dalam menganalisis adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi perhitungan aktiva tetap pada perusahaan

2. Mengevaluasi perhitungan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan

3. Melakukan perbaikan (koreksi) atas penerapan yang selama ini berlaku di perusahaan tersebut dengan memberikan arahan untuk mendapatkan informasi terbaru tentang perhitungan penyusutan aktiva tetap menurut ketentuan undang undang perpajakan yang berlaku.

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Aktiva

Bagi kebanyakan orang, istilah aktiva merupakan gambaran tentang suatu barang yang memiliki nilai tinggi. Istilah ini diketahui banyak orang digunakan dalam hubungannya dengan suatu perusahaan. Oleh karena itu, di lingkungan masyarakat kecil hal itu dikatakan benda yang berharga.

Apabila diperhatikan, kata aktiva tidak jauh berdekatan dengan kehidupan kita sehari hari. Hal ini dikarenakan aktiva itu sendiri merupakan sebuah barang ataupun harta yang memiliki nilai. Barang atau harta yang diperoleh ini digunakan dalam kehidupan sehari hari atau dalam kegiatan perusahaan. Dapat diambil contoh, sebuah komputer yang diperoleh dari hasil jual beli ini selain memiliki nilai jual juga memiliki nilai pakai yang dapat diperhitungkan. Dimana dengan pembelian komputer ini dapat digunakan untuk kegiatan normal perusahaan sehari hari demi kelancaran usahanya.

Menurut Munawir (2004:16.2) aktiva atau harta adalah benda baik yang mewakili wujud maupun yang semu dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan diperoleh manfaat ekonomisnya dan Djarwanto PS. (2001:15) mendifinisikan aktiva adalah bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk - bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.Selanjutnya Hanafi (2003:24) aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan.Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva adalah suatu aset yang digunakan oleh perusahaan untuk kelancaran usahanya dengan memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang, selain itu dapat dibebankan sebagai sebuah biaya yang belum dikonsulir seperti adanya perbaikan, sewa dan lain lain menyangkut aktiva tetap tersebut.

3.1.1 Klasifikasi Aktiva

Aktiva dapat diklasifikasikan atas beberapa bagian menurut ukuran likuiditasnya :

1. Aktiva Lancar

Adalah uang kas dan aktiva aktiva lain atau sumber sumber yang diharapkan akan direalisasi menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang normal atau dalam waktu satu tahun, mana yang lebih lama. Elemen elemen aktiva lancar yaitu :

Kas yang tersedia untuk usaha sekarang dan elemen elemen yang dapat disamakan dengan kas, misalnya cek, money order, pos wesel dan lain lain.

Surat surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek

Piutang dagang dan wesel.

Piutang pengawas, anak perusahaan dan pihak pihak lain, jika akan diterima dalam waktu satu tahun.

Piutang angsuran dan piutang wesel angsuran, juga merupakan hal yang umum dalam perdagangan dan akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun.

Persediaan barang dagangan, bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan bahan pembantu serta suku cadang yang dipakai dalam pemeliharaan alat alat atau mesin mesin.2. Investasi Jangka Panjang

Merupakan investasi yang bisa berbentuk surat surat berharga, menyisihkan dana dan investasi jangka panjang yang lain. Elemen elemen yang masuk kelompok investasi jangka panjang yaitu :

Investasi jangka panjang dalam surat surat berharga seperti saham, obligasi dan wesel jangka panjang. Ini ditujukan untuk memperoleh pendapatan yang tetap, mengawasi perusahaan lain atau menjaga kontinuitas suplai bahan baku dan lain lain.

Investasi dalam anak perusahaan, termasuk uang muka jangka panjang

Investasi dalam bentuk aktiva tetap berwujud tetapi belum digunakan untuk usaha sekarang.

Penyisihan dana untuk tujuan jangka panjang, seperti dana pelunasan obligasi, dana pembelian saham sendiri, dana pembayaran pension, dana penggantian gedung, dan lain lain.3. Aktiva tetap berwujud

Kelompok aktiva tetap berwujud diklasifikasikan tergantung jenis perusahaannya, seperti pada perusahaan alat alat dan pabrik. Aktiva tetap berwujud ini disebut dengan aktiva tetap. Aktiva aktiva yang ada di dalamnya dapat digunakan lebih dari satu periode, seperti tanah, gedung, mesin, alat alat, perabot, kendaraan, dan lain lain. Pencantumannya dalam neraca dimulai dari yang paling tetap, disusul dengan yang paling pendek umurnya. Untuk aktiva tetap yang didepresiasi, maka di neraca harus ditunjukkan harga perolehan dan akumulasi depresiasinya.

4. Aktiva tetap tidak berwujud

Dalam aktiva ini dilaporkan hak hak jangka panjang yang sifatnya tidak berwujud yang dimiliki perusahaan seperti goodwill, hak paten, merek dagang, hak cipta dan lain lain.

5. Aktiva lain lain

Aktiva ini digunakan untuk melaporkan aktiva aktiva yang tidak dapat dimasukkan dalam kelompok kelompok lain seperti misalnya titipan kepada penjual untuk menjamin kontrak, bangunan dalam pengerjaan, piutang piutang jangka panjang, uang muka pada pejabat perusahaan dan lain lain.

Dari pengklasifikasian aktiva di atas, peneliti akan membahas lebih rinci tentang kelompok aktiva ketiga yaitu aktiva tetap berwujud.

3.1.2 Pengertian Aktiva Tetap

Berdasarkan uraian di atas, sudah dijelaskan jenis jenis tentang aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan sehari hari. Demikian halnya dengan aktiva tetap yang memiliki definisi tersendiri yaitu menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:16.1) aktiva tetap adalah aset berwujud yang (1) dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan yang administratif dan diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode.

Selanjutnya Firdaus (2010:177) mengemukakan aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegaiatan normal perusahaan dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material dan dalam PSAK nomor 16 (revisi 2011) aset tetap adalah aset berwujud yang (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan; (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva yang diperoleh dan dimiliki oleh perusahaan baik dalam keadaan siap pakai ataupun diolah terlebih dahulu yang digunakan untuk kegiatan normal perusahaan serta memilki jangka waktu pemakaian yang lama lebih dari satu tahun dan tidak untuk dijual kembali.

3.1.3 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud dan Tak Berwujud

Aktiva tetap ini pun terdiri dari 2 jenis yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tak berwujud. Terdapat beberapa pengertian tentang aktiva tetap berwujud seperti menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:16.2 paragraf 5) akitva tetap merupakan aktiva tetap berwujud yang digunakan bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan.

Kemudian Yusuf (2001:153) berpendapat aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva tetap berwujud adalah suatu aktiva tetap yang secara fisik ada dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan sehari hari dan memiliki nilai yang material.

Aktiva tetap berwujud yang dimiliki sesuatu perusahaan dapat mempunyai macam macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin mesin, alat-alat kendaraan dan lain lain. Oleh karena itu,untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokkan sebagai berikut :

a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk perusahaan, pertanian dan peternakan.

b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat alat, mebel, kendaraan dan lain lain.c. Aktiva yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis misalnya sumber sumber alam seperti tambang, hutan dan lain lain.Aktiva tetap berwujud dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :

1. Tanah, yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan2. Perbaikan tanah seperti jalan jalan seputar lokasi perusahaan.

3. Dibangun, tempat parkir, pagar dan saluran air bawah tanah

4. Gedung seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gedung

kantor.

5. Peralatan seperti peralatan kantor, pabrik, mesin, kendaraan dan mebel.Selain aktiva tetap berwujud adapula pengertian dari aktiva tetap tak berwujud yaitu dalam PSAK no. 19 (revisi 2000) menyatakan aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administrative.

Maka dari pernyataan pernyataan di atas dapat diberikan suatu kesimpulan terhadap aktiva tetap tak berwujud yaitu suatu aktiva yang memiliki manfaat di masa mendatang, secara fisik tidak ada namun dapat digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa dan sebagainya yang diperoleh melalui adanya pengeluaran biaya tertentu.

3.2 Pengertian Akumulasi Penyusutan

Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Faktor faktor yang mempengaruhinya adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi.

Standar Akuntansi Keuangan No. 16 ( 2004:5) mengemukakan penyusutan yaitu jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat, menurut Sugiri (2009:158) penyusutan merupakan alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya dan dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:17) menyatakan alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi.

Definisi definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah suatu nilai dari aktiva tetap yang menjadi sebuah biaya yang disututkan sepanjang masa manfaatnya untuk tiap periode akuntansi dan dibebankan baik secara langsung maupun tidak langsung ke pendapatan.

Penurunan dari segi fungsi ini dikarenakan aktiva menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Hal ini dapat dikatakan demikian, jika aktiva tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa mendatang. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu harga perolehan dan nilai buku. Harga perolehan merupakan nilai yang diperoleh dari saat barang atau aset yang dibeli ditambahkan dengan semua biaya yang dibutuhkan sampai barang tersebut siap digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan aktiva tetap yang telah habis dipakai tetapi masih memiliki nilai disebut nilai sisa. Dan nilai sisa merupakan taksiran harga pasar aktiva tetap pada akhir masa manfaat. Dengan demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa.

Biaya penyusutan ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada harga perolehan, nilai taksiran dan masa manfaat. Ketelitian biaya penyusutan ini mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan setiap periode. Dikarenakan apabila penyusutannya tidak dihitung dengan teliti maka akan mempengaruhi jumlah laba atau rugi perusahaan.

3.2.1 Metode Metode Penyusutan dalam Akuntansi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan periodik dalam akuntansi keuangan. Untuk dapat memilih salah satu metode, hendaknya mempertimbangkan keadaan - keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Metode metode tersebut sebagai berikut :

1. Metode Garis LurusBerdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama sepanjang masa manfaatnya tetap. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan banyak digunakan. Beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama dan untuk menentukan besar tarif penyusutan, rumusnya :

100%

Taksiran penyusutan=

Taksiran umur manfaatDan untuk menentukan besarnya beban penyusutannya, maka rumusnya:

Harga perolehan - Nilai sisa

Beban penyusutan =

Taksiran umur manfaat2. Metode Saldo Menurun GandaBerdasarkan pada nilai buku aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin menurun ini disebabkan kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya yang makin menurun. Beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Dikarenakan tarif penyusutan yang sering digunakan adalah tarif metode garis lurus yang dikalikan dua. Dari tahun pertama sampai pada tahun ke dua hasil dari nilai buku yang ada pada tahun pertama dikalikan kembali dengan tarif penyusutan pada tahun pertama, begitu seterusnya sampai batas akhir masa taksiran masa manfaatnya.

3. Metode Jumlah Angka Tahun

Berdasarkan suatu pecahan yang pembilangnya adalah tahun tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun itu. Sedangkan penyebutnya adalah jumlah tahun tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian terakhir. Dikatakan pembilang apabila suatu aktiva tetap ditaksir 5 tahun dengan angka angka tahun yang ada adalah 1, 2, 3, 4 dan 5. Maka pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir yaitu 5, tahun kedua adalah angka tahun kedua setelah tahun terakhir yaitu 4, dan seterusnya. Sedangkan dikatakan penyebut apabila dalam pecahan dijumlahkan angka tahunnya yaitu 1+2+3+4+5 = 15.

4. Metode Unit Produksi atau Saluran Hasil Usaha

Dalam metode garis lurus, saldo menurun dan jumlah angka tahun taksiran masa manfaat aktiva tetap dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit unit kegiatan yang lain.

Untuk dapat menghitung beban penyusutan periodik, pertama, dihitung tarif penyusutan untuk tiap produksi. Kemudian tarif ini dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Rumus perhitungan biaya penyusutan sebagai berikut :

Biaya penyusutan = Harga perolehan / Jumlah satuan kegiatan

Biaya penyusutan = Biaya penyusutan x Jumlah kegiatan tahun ini

Metode satuan hasil produksi tidak segampang metode garis lurus, hasil ini disebabkan adanya kesulitan dalam menafsirkan jumlah hasil produksi atau kegiatan yang mendekati kenyataan. Namun, metode ini cocok diterapkan apabila hasil atau kegiatan sangat divariasikan dari metode ke metode. Misalnya dalam perusahaan industri minyak dan gas bumi.

3.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan bagi masyarakat sudah dikenal luas penggunaannya. Untuk sebagian orang istilah ini menjadi sebuah kebutuhan dalam dunia bisnis bahkan kegiatan pasar modal. Laporan keuangan merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari akuntansi, terutama dalam akuntansi keuangan.

Pendapat Hanafi dan Halim (2002:63) laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain seperti industri, kondisi ekonomi,bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.

PSAK nomor 1 (revisi 2013) menyatakan merupakan penyajian laporan keuangan disajikan dalam format yang disesuaikan dengan format yang digunakan oleh IASB.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu proses akuntansi yang di dalamnya terdapat ringkasan pencatatan serta transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun bukunya bersangkutan dan dalam kegiatan normal perusahaan.

Dalam penyajiannya, laporan keuangan terdiri dari 4 komponen yaitu :

1. Neraca, menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan atau posisi keuangan yang merupakan keseimbangan antara aktiva (aset) dan utang (liabilitas) dan modal (equity) pada suatu tanggal tertentu.

2. Laporan laba rugi, menunjukkan hasil usaha (pendapatan) dan biaya biaya selama suatu periode akuntansi.

3. Laporan perubahan ekuitas ( hak milik sisa dalam aktiva suatu badan usaha yang tersisa sesudah dikurangi hutang ), menunjukkan sebab sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode.

4. Laporan arus kas, menunjukkan arus kas masuk dan kas keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi (dari aktivitas operasional), arus kas investasi dan pendanaan.3.3.1 Pengertian Laporan Laba Rugi

Dalam laporan keuangan disajikan informasi tentang harta, hutang dan modal serta memberikan gambaran mengenai laba rugi perusahaan setelah melakukan kegiatan kegiatan pada periode tertentu. Dan mengenai seluruh hasil operasi atau pendapatan dan beban yang dikeluarkan perusahaan memerlukan suatu laporan laba rugi yang menyajikan informasi tersebut selama suatu periode tertentu.

Harahap (2006:73) mendefinisikan laporan laba rugi merupakan laba rugi yang menggambarkan hasil yang diperoleh atau diterima oleh perusahaan selama satu periode tertentu, serta biaya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut, Hanafi dan Halim (2002:56) lebih meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu.

Kemudian Munawir (2010:26) menyatakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan yang menggambarkan suatu kegiatan perusahaan yang terjadi di perusahaan dalam periode tertentu, yang di dalamnya menyajikan pendapatan perusahaan bahkan biaya biaya yang digunakan selama periode tertentu.

3.3.2 Pengertian Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan memiliki definisi tersendiri yang dikemukakan oleh beberapa penulis buku akuntansi yang ada seperti Harahap (2007:107) laporan posisi keuangan menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu,selanjutnya Hanafi dan Halim (2002:63) mengemukakan laporan yang meringkas posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Dari pernyataan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan posisi keuangan merupakan suatu laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang posisi atau kondisi keuangan perusahaan seperti aktiva, kewajiban keuangan dan modal perusahaan pada periode tertentu.

3.3.3 Penyajian Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap pada Laporan Posisi Keuangan

Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepandan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian.

Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya seperti tanah, gedung, mesin mesin, peralatan, kendaraan dan lain lain. Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aktiva tetap, baik secara sendiri sendiri menurut jenisnya atau keseluruhan. Apabila di laporan posisi keuangan akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, ada baiknya dibuatkan rincian harga perolehan masing masing jenis aktiva serta masing masing penyusutannya. Metode penyusutan yang dianut oleh perusahaan, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan.

3.4 Pengertian Pajak

Dari sejarahnya masalah pajak sudah ada sejak jaman dahulu, walaupun belum dinamakan pajak namun merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada rajanya. Dengan perkembangan jaman, pemberian ini berubah menjadi upeti bersifat paksaan atau wajib yang ditetapkan sepihak oleh Negara. Dengan kata lain pajak menjadi sebuah pungutan. Ini disebabkan dana yang dibutuhkan Negara untuk memelihara kepentingan Negara yaitu untuk mempertahankan dan melindungi negaranya dari serangan musuh ataupun melakukan pembangunan.

Rahman (2013: 190) mendefinisikan pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Selanjutnya Mardiasmo (2009:1) menyatakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum dan Suandy (2013:5) berpendapat merupakan pungutan berdasarkan undang undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik.

Dari definisi definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak merupakan suatu iuran wajib bersifat paksaan yang diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah berdasarkan undang undang yang berlaku, yang digunakan untuk mensejahterakan masyarakat, membangun Negara menjadi lebih maju.

3.4.1 Persamaan Akuntansi Keuangan dan Perpajakan

Akuntansi keuangan dan perpajakan memiliki persamaan dalam hal kepemilikan harta. Harta yang dimaksud yaitu harta perusahaan (aktiva) sama dengan hak atau klaim atas hak tersebut (kewajiban) ditambah dengan modal perusahaan. Ini sama dengan bentuk persamaan akuntansi yang ada yaitu aktiva sama dengan hutang ditambah modal.

3.4.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Perpajakan

Selain memiliki persamaan, antara akuntansi keuangan dan perpajakan juga terdapat beberapa perbedaan di dalamnya.

Perbedaan akuntansi keuangan dan perpajakan dapat dilihat pertama tama pada bentuk penyusunan dan penyajian laporannya. Pada akuntansi keuangan bentuk penyusunan dan penyajian suatu laporan keuangan berdasarkan atas standar yang berlaku umum yaitu menurut PSAK atau IFRS. Sedangkan pada perpajakan berpedoman pada peraturan perundang undangan yang berlaku umum di Indonesia yaitu sesuai undang undang nomor 28 tahun 2007. Selanjutnya terlihat pada metode penyusutan yang digunakan dalam perhitungan, dalam akuntansi keuangan metode yang lazim digunakan terdiri dari 4 metode dan pada perpajakan yang digunakan hanya 2 metode.

Menurut Purba terdapat beberapa perbedaan signifikan antara akuntansi keuangan dan perpajakan sebagai berikut :

Dari perbedaan di atas,dapat dilihat bahwa pada akuntansi keuangan didasarkan oleh kesepakatan yang dilakukan oleh perkumpulan profesi. Sedangkan pada perpajakan didasarkan oleh ketentuan peraturan perundang undangan yang mengikat kepada semua anggota masyarakat termasuk anggota perkumpulan profesi.Selain itu perbedaan lainnya antara akuntansi keuangan dan perpajakan adalah perbedaan beban penyusutan yang menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dan negatif. Disebabkan pihak perusahaan membebankan penyusutan terhadap beberapa aktiva tetap yang tidak dapat diakui sebagai biaya menurut perundang undangan perpajakan.

3.4.3 Metode Metode Penyusutan Perpajakan

Dalam perpajakan terdapat beberapa metode penyusutan yang digunakan untuk melakukan pernyusutan terhadap aktiva tetap bukan bangunan. Perpajakan memiliki fungsi mengelolah data kuantitaif yang digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat perhitungan perpajakan. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 Perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan terutama pada pasal 11 UU PPh ayat (1) dan ayat (2) menjelaskan tentang penggunaan metode penyusutan yang dilakukan terhadap harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Di dalamnya terdapat 2 metode penyusutan yaitu metode garis lurus yang merupakan bagian bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi masa tersebut dan metode saldo menurun yaitu bagian bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas harta ini yang dilakukan secara taat asas. Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus sedangkan untuk harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal penggunaan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.

Perhitungan penyusutan aktiva tetap berdasarkan tarif penyusutan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel III. 5

Tarif Penyusutan Aktiva TetapKelompok HartaMasa ManfaatGaris LurusSaldo Menurun

Bukan Bangunan

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 44 Tahun

8 Tahun

16 Tahun

20 Tahun25 %

12.5 %

6.25 %

5 %50 %25 %

12.5 %

10 %

Bangunan

Permanen

Tidak Permanen20 Tahun

10 Tahun5 %

10 %--

Dari kedua metode tersebut harus dipilih salah satunya yang mana menguntungkan untuk diterapkan dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap. Hal ini penting karena suatu metode akan membawa implikasi tertentu dan dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan perencanaan pajak dalam koridor undang undang perpajakan.

3.4.5 Pengaruh Perhitungan Penyusutan Aktiva tetap menurut Perpajakan pada Laporan KeuanganDengan adanya penetapan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang berbeda menurut akuntansi keuangan dan perpajakan, nantinya akan berpengaruh pada laba kena pajak dan dapat menyebabkan perbedaan terhadap dasar pengenaan pajak penghasilan terutang. Apabila tidak teliti dalam mengantisipasi perbedaan ini, maka penetapan pengenaan pajak penghasilan terutang akan berbeda Antara jumlah yang dicantumkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) tahunan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak pajak dan apabila terjadi perusahaan akan dikenakan denda atau sanksi administrasi yang akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.

Dalam menentukan besarnya laba kena pajak, sebaiknya melakukan koreksi fiskal terhadap laba menurut akuntansi keuangan sebelum pajak. Apabila penyusutan menurut akuntansi lebih besar daripada penyusutan menurut ketentuan perpajakan maka akan menimbulkan selisih. Selisih Antara keduanya akan ditambahkan kembali pada laba laporan akuntansi keuangan sebelum pajak sehingga akan memperoleh laba kena pajaknya.

Namun tidak selamanya hasil dari koreksi fiskal yang dilakukan pada laba laporan akuntansi keuangan akan lebih kecil dibandingkan dengan laba pada laporan perhitungan menurut perpajakan. Apabila laba yang dihasilkan dari perhitungan perpajakan lebih besar maka penetapan pajak yang dikenakan pun besar, disebabkan adanya biaya biaya yang diakui dalam laporan keuangan akuntansi yang merupakan pengeluaran bukan merupakan biaya menurut ketentuan perpajakan.

Penggunaan koreksi fiskal hendaknya dikerjakan dengan teliti, dikarenakan apabila dalam perhitungannya terdapat kesalahan terhadap beban penyusutan fiskal atau pajak maka akan menimbulkan selisih jumlah beban penyusutan yang ditambahkan kembali pada laba laporan keuangan menurut akuntansi keuangan sebelum pajak dan mencerminkan jumlah yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam penyajiannya jumlah beban pajak penghasilan akan disajikan dalam perhitungan laba rugi dan merupakan jumlah antara pajak penghasilan terutang serta pajak yang ditangguhkan. Sedangkan pada neraca, kewajiban pajak yang ditangguhkan akan dilaporkan sebagai pos tidak lancar dan pajak penghasilan terutang dilaporkan sebagai hutang lancar.

Dari kondisi ini akan mempengaruhi apakah perusahaan mendapatkan laba atau kemungkinan merugi pada akhir periode tersebut. Dikarenakan selisih dan pengenaan pajak yang yang terjadi dalam perusahaan tersebut.

ii

Sheet1

KeteranganPerbedaan

Akuntansi KeuanganPerpajakan

Pengguna laporanpemegang saham, kreditur, fiskus

keuangankaryawan, fiskus, manajemen

regulator dan masyarakat

Sifat informasidapat digunakan oleh umumrahasia

Pedoman penyusunanPSAK dan interpretasinyaundang - undang

dan penyajianperpajakan

Mata uang dalamdapat disusun dengan matawajib disampaikan dengan

penyajian laporanuang selain rupiahmata uang rupiah, atau

mata uang lain yang diizinkan

Dasar pencatatantransaksi dicatat dengan asas transaksi dicatat dan dilaporkan

transaksisubstance over form, yaitu pen-apabila memenuhi syarat dan

catatan dan pelaporan dilakukanketentuan perpajakan, dengan

dengan mengutamakan substansimengutamakan hakikat formal

ekonomi daripada hakikat formalatau hukum daripada substansi

dan hukumekonominya

Batas waktu6 bulan setelah tahun buku4 bulan setelah akhir tahun pajak

penyampaianberakhir (UU No 40/2007 dan dapat diperpanjang paling

tentang Perseroan Terbatas) lama dua bulan (UU KUP)

Sheet2

6. Batas Waktu Penyampaian

Akuntansi komersial:

Akuntansi pajak:

Sheet3