27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matahari memiliki banyak manfaat bagi sumber kehidupan, tetapi mataha juga mempunyai efek yang tidak baik bagi kulit jika terpapar terlalu lama matahari ini bisa menyebabkan eritema (kemerahan pada kulit), penebalan s tanduk, aging (penuaan kulit) dan pigmentasi yang berlebihan (1) . Solusi untuk mencegah terjadinya gangguan pada kulit akibat pancaran sinar mat menanggulangi bahaya ultraviolet (U) bagi kulit adalah dengan menggunaka senya!a tabir surya (") . #abir surya merupakan kosmetika pelindung dari sinar ultraviol dapatmenyaring atau bahkan dapat menahan seluruh sinar matahari untuk mengurangi efek buruk dari sinar matahari. #abir surya yang paling baik adalah yang memiliki nilai S$% &' (") . #abir surya dapat diperoleh dari bahan sintetis at dapat juga diperoleh dari bahan alam yaitutumbuhan yang mempunyai kandungan seperti bahan sintetis, seperti tanaman kencur ( Kaempferia ga L.). encur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah di ndonesia sebagai tanaman yang dibudidayakan. *iasanyatanaman ini digunakan sebagai ramuan obat tradisional. +alam kehidupan sehari hari ke digunakan sebagai bumbu yang disertakan dalam berbagai masakan (&) . #anaman ini mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri ",- &,/0 yang t atas etil para metoksi sinamat (&'0), kamfer, borneol , dan pentadekan. metoksi sinamat ( $MS) pada kencur merupakan senya!a turunan sinamat yang memiliki efek sebagai anti ultraviolet * (-) . 2asil penelitian lviana (3) , yaitu dari hasil uji aktivitas in vitro menunjuk bah!a minyak atsiri rimpangkencurmemiliki aktivitas sebagai tabir surya dimana pada konsentrasi /0 nilai S$% nya adalah -,/3. 4ilai S$% tersebut kurang baik dalam melindungi kulit dari paparan sinar U *. Sehingga untu mendapatkan nilai S$% yang lebih tingggi dilakukan penelitian dengan vari konsentrasi minyak atsiri yang lebih tinggi. Semakin tinggi konsentrasi m 1

BAB I II III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penelitian tentang losion minyak atsiri rimpang kencur

Citation preview

ASUS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matahari memiliki banyak manfaat bagi sumber kehidupan, tetapi matahari juga mempunyai efek yang tidak baik bagi kulit jika terpapar terlalu lama. Sinar matahari ini bisa menyebabkan eritema (kemerahan pada kulit), penebalan sel tanduk, aging (penuaan kulit) dan pigmentasi yang berlebihan(1). Solusi untuk mencegah terjadinya gangguan pada kulit akibat pancaran sinar matahari dan menanggulangi bahaya ultraviolet (UV) bagi kulit adalah dengan menggunakan senyawa tabir surya(2).

Tabir surya merupakan kosmetika pelindung dari sinar ultraviolet yang dapat menyaring atau bahkan dapat menahan seluruh sinar matahari untuk mengurangi efek buruk dari sinar matahari. Tabir surya yang paling baik adalah yang memiliki nilai SPF 30(2). Tabir surya dapat diperoleh dari bahan sintetis atau dapat juga diperoleh dari bahan alam yaitu tumbuhan yang mempunyai kandungan seperti bahan sintetis, seperti tanaman kencur (Kaempferia galanga L.).

Kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dibudidayakan. Biasanya tanaman ini digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Dalam kehidupan sehari-hari kencur digunakan sebagai bumbu yang disertakan dalam berbagai masakan(3). Tanaman ini mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4 3,9% yang terdiri atas etil para metoksi sinamat (30%), kamfer, borneol, dan pentadekan. Etil para metoksi sinamat (EPMS) pada kencur merupakan senyawa turunan sinamat yang memiliki efek sebagai anti ultraviolet B(4).

Hasil penelitian Elviana(5), yaitu dari hasil uji aktivitas in vitro menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang kencur memiliki aktivitas sebagai tabir surya dimana pada konsentrasi 9% nilai SPF nya adalah 4,95. Nilai SPF tersebut masih kurang baik dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV B. Sehingga untuk mendapatkan nilai SPF yang lebih tingggi dilakukan penelitian dengan variasi konsentrasi minyak atsiri yang lebih tinggi. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri maka nilai SPF akan semakin baik. Dilihat dari segi kepraktisan dan kenyamanan untuk digunakan pada kulit tangan dan badan maka dibuatlah sediaan losion.

Dalam tubuh kita secara normal terdapat mekanisme untuk melindungi kulit dari kerusakan yang dapat terjadi dari paparan sinar UV, tetapi dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri, maka dibutuhkan zat-zat dari luar tubuh untuk dapat mengatasinya. Untuk mencegah efek buruk sinar UV yang dapat merusak sel-sel kulit tangan dan badan yang bahkan bila dibiarkan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker kulit, maka perlu dirancang suatu formulasi sediaan kosmetik dari minyak atsiri rimpang kencur yang mempunyai efek anti UV(6).

Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi minyak atsiri rimpang kencur mempengaruhi sifat fisik sediaan losion ?

Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi minyak atsiri rimpang kencur mempengaruhi daya SPF sediaan losion ?

Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana variasi konsentrasi minyak atsiri rimpang kencur mempengaruhi sifat fisik sediaan losion.

Mengetahui bagaimana variasi konsentrasi minyak atsiri rimpang kencur mempengaruhi daya SPF sediaan losion.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

Memberi informasi dalam bidang farmasi terkait sediaan losion minyak atsiri rimpang kencur yang dapat memberikan efek tabir surya.

Memberi informasi mengenai jumlah losion minyak atsiri rimpang kencur minimal yang dapat digunakan agar tidak menimbulkan iritasi.

BAB II

STUDI PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)

Kencur adalah istilah orang Jawa untuk menyebut jenis rimpang ini, kalau orang Aceh memanggilnya Ceuko, sementara orang Sunda menyebutnya Cikur, nama ilmiahnya yaitu Kaempferia galangal. Dia termasuk kerabat jahe-jahean (gamilia Zingiberaceae), jadi masih saudaranya kunir, jahe, kunci, dan semacamnya(7).

Seperti saudaranya yang lain, kencur punya kemiripan dalam beberapa hal seperti tumbuh tanpa batang dan membentuk rimpang di dalam tanah. Rimpang inilah bagian tubuhnya yang paling penting, karena manfaatnya. Tanaman kencur dapat hidup dimana saja, asalkan tanahnya gembur dan subur, dengan sedikit naungan(7).Klasifikasi

Kedudukan tanaman kencur dalam tata nama (sistematika) tumbuhan adalah :

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: ZingiberceaeGenus

: Kaempferia

Spesies

: Kaempferia galangal L(7)Morfologi tanaman

Secara umum dikenal dua tipe kencur, yaitu jenis berdaun lebar dan berdaun sempit(8). Kencur merupakan terna kecil daunnya lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan permukaan tanah. Bunganya tersusun dalam bulir. Bunga majemuk, panjang sampai 4 cm, terdiri dari 4-12 bunga warna putih dengan garis violet, daun pelindung sempit. Tandan bunga tumbuh di puncak diantara helai daun, daun mahkota putih, harum, bentuk tabung. Benang sari steril bentuk lembaran, berlekatan, warna ungu, kepala sari besar(9). Rimpangnya bercabang-cabang banyak sekali, sebagian terletak diatas tanah. Pada akarnya sering kali terdapat umbi yang bentuknya bulat. Warnanya putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih, sedangkan pinggirnya berwarna coklat, berbau harum(8).

Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah yang lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur didaerah dataran atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan kencur dapat ditanam dalam pot atau dikebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka(10).

Gambar 1. Tanaman Kencur(11)Kandungan Kimia

Rimpang kencur mengandung alkaloid, tannin, saponin, kalsium oksalat, borneol, kamfen, sineol, etil alcohol, minyak atsiri antara 2,4-3,9% yang terdiri dari borneol, methyl-p, cumaric acid, cinamic acid, ethil ester, pentadecane,cinamic aldehide, kaemferin dan sineol, p-metoksi sinamat, pareumarin(12).Khasiat tanaman

Rimpang digunakan untukbumbu masak, obat batuk dan nyeri dada. Minyak atsiri dipakai untuk aromaticum corrigen odoris ataupun sebagai odoransia. Rimpangnya bersifat analgeticum, yakni bisa meredakan rasa sakit pada gigi, sakit kepala ataupun reumatik. Juga merangsang keluarnya angin perut (carminativum), penghangat badan serta stimulansia. Rimpang yang dimaserasi dengan alkohol digunakan untuk mnegurut kaki keseleo, mengencangkan urat-urat atau otot-otot(9). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rimpang kencur juga mengandung senyawa etil para metoksi sinamat yang merupakan senyawa turunan sinamat yang berfungsi sebagai anti ultraviolet B.

Rimpang Kencur

Pemerian

Bau khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya menimbulkanrasa tebal(9).

Gambar 2. Rimpang Kencur(13) Identifikasi

Rimpang kencur memiliki kadar abu tidak lebih dari 8%. Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,2%. Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 14%. Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dalam 4%. Bahan organic asing tidak lebih dari 2%. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Isi minyak atsiri 2,4% sampai 3,9%(10).

Minyak Atsiri

Definisi minyak atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk.(12)

Penyulingan minyak atsiri

Jenis metode destilasi yang dapat digunakan antara lain :

Penyulingan dengan air (hidro distillation)

Pada metode penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling langsung kontak dengan air mendidih. Metode ini cocok pada bahan yang kering dan minyaknya tidak rusak oleh pendidihan. Keuntungan menggunakan metode penyulingan ini adalah dapat digunakan untuk menyuling bahan yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas. Selain prosesnya yang sederhana, metode penyulingan air ini mempunyai kelebihan, yaitu dapat mengekstraksi minyak dari bahan yang berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu). Kelemahan dari cara penyulingan air adalah proses ekstraksi minyak atsiri tidak dapat berlangsung secara sempurna, walaupun bahan sudah dirajang. Penyulingan air ini juga memerlukan ketel suling yang lebih besar, ruangan yang lebih luas dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak. Selain itu, dapat menyebabkan komponen minyak atsiri yang bertitik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna, sehingga komponen minyak atsiri yang dihasilkan tidak lengkap(12).

Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Metode penyulingan uap ini dikenal sebagai penyulingan uap langsung dimana uap yang digunakan memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Uap ini dihasilkan dari penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air(14).

Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji-bijian yang relative keras(16). Penyulingan dengan uap sebaiknya diawali dengan tekanan uap yang rendah, kemudian berangsur-angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang lebih 3 atm(15).

Penyulingan dengan uap dan air (water and steam distillation)

Metode penyulingan uap dan air disebut juga dengan sistem kukus. Pada metode ini, bahan yang akan disuling diletakkan diatas plat besi yang berlubang atau disebut dengan sarangan yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air. Selanjutnya air direbus hingga mendidih dan uap yang terbentuk akan melalui sarangan untuk kemudian melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator. Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah(15).

Keuntungan dari metode penyulingan ini adalah penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100oC, lama penyulingan relative lebih singkat, rendemen minyak lebih besar, dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan lebih baik daripada minyak atsiri yang dihasilkan dengan metode penyulingan dengan air(15).

Karakteristik Fisika Minyak Atsiri

Bobot jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menetukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada yang sama pula. Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya(12).

Indeks bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang dating akan lebih sukar dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Nilai indeks juga dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak atsiri. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil(12).

Putaran optik

Putaran optik adalah kemampuan suatu senyawa untuk memtar bidang polarisasi kea rah kanan (dextrortary) atau ke kiri (laevorotary). Sifat optis aktif suatu minyak ditentukan dengan polarimeter, dan nilainya dinyatakan dengan derajat rotary(12).

Kelarutan dalam alkohol 90%

Kelarutan dalam alcohol 90% didefinisikan sebagai satu bagian volume larut dalam 10 bagian volume alohol 90%.(16)Kromatografi Lapis TipisKromatografi merupakan teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik(17).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas merupakan bagian dari kromatografi planar, dari keseluruhan metode kromatografi secara luas KLT adalah metode yang paling sederhana untuk dilakukan. Peralatan yang diperlukan adalah sebuah bejana tertutup yang cocok dan berisi pelarut serta lempengan berlapis untuk melakukan pemisahan serta analisis kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan sampel, preservasi dan purifikasi adalah masalah utama dalam KLT dan metode kromatografi yang lain. KLT dapat mengatasi kontaminasi sampel yang tinggi, dan sepenuhnya kromatogram dapat dievaluasi, penurunan derajat pembersihan (clean up) dibutuhkan dan dapat menghemat waktu dan biaya(18). Parameter dasar yang digunakan dalam KLT adalah nilai Rf, dimana :

Rf = jarak yang ditempuh komponen

jarak yang ditempuh senyawa

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap yang memiliki ukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran partikel suatu fase diam, maka kinerja KLT akan semakin baik. Penyerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa.(17). Pada metode KLT senyawa dideteksi pada lapisan fase (layer) dengan berdasar pada warna alami senyawa tersebut, pemendaran warna dibawah sinar UV atau zona pemendaran setelah bereaksi dengan reagen yang tepat(18).

LosionLosion adalah suatu sedian cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit. Losion merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang termasuk dalam kosmetik pelembab. Kebanyakan losion mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media disperse dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Umumnya dipakai untuk melembabkan, melembutkan dan menghaluskan kulit. Komposisinya biasanya terdiri dari emollient, humektan, zak aktif dan zat pembawa(19).

Proses pembuatan losion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air dan pada bahan-bahan yang larut dalam fase minyak, dengan cara pemanasan dan pengadukan. Pada kebanyakan pembuatan kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase yang lainnya dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar(19).

Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain : kondisi temperatur atau suhu, kontaminasi dengan kotoran, kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap(19).

Tabir SuryaSediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Efek nyata penyinaran matahari yang merugikan adalah eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan, penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat menyebabkan kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat(20).

Tabir surya tersedia dalam bentuk losion, krim, salep, gel dan larutan (solution). Efektivitas penggunaannya tergantung dari bahan kimia, daya larut dalam vehkulum (bahan pembawa) lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi UV, konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk hasil terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar international, pemakaian tabir surya hanya sebanyak 2 mg/cm2. Ada dua jenis tabir surya, yaitu tabir surya imia seperti PABA, PABA ester, benzofenon, salisilat, dan antranilat, dan tabir surya fisik seperti titanium dioksida, Mg silikat, seng oksida, red petrolatum dan kaolin. Tabir surya kimia bekerja dengan cara mengabsorbsi energi radiasi, sedangkan tabir surya fisik bekerja dengan cara memnatulkan sinar. Kedua jenis tabir surya ini sering dikombinasikan untuk mendapatkan tabir surya yang bekerja optimal(20).

Salah satu metode untuk menentukan besarnya aktivitas tabir surya suatu zat adalah dengan mengukur besarnya faktor perlindungan sinar matahari atau yang dikenal dengan istilah SPF (Sun Protecting Factor). SPF merupakan nilai perbandingan antara banyaknya energi sinar UV yang diperlukan untuk menyebabkan kemerahan pada kulit yang diberi tabir surya dengan energi sinar UV yang diperlukan untuk menyebabkan efek yang sama pada kulit yang tidak diberi tabir surya(21).

Jika suatu losion mengandung SPF 15 berarti losion tersebut akan meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Losion dengan SPF 60 hanya meneruskan seperenam puluh sinar matahari ke kulit. Oleh karena itu, semakin besar nilai SPF maka semakin efektif fungsinya sebagai tabir surya(22). Para ahli kulit lazimnya menyarankan agar tabir surya memiliki minimal SPF 15. Kurang dari itu, biasanya kulit cepat terbakar. Spesifikasi itu cukup untuk mereka yang lebih sering berada di dalam ruangan, termasuk yang berpenyejuk udara. Pekerjalapangan, atau mereka yang biasa melakukan olahraga diluar ruangan, seperti renang, sebaiknya menggunakan minimal SPF 30(22).

Aktivitas Tabir SuryaPenentuan aktivitas sediaan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro. Pengujian ini dapat dilakukan dengan teknik spektroskopi UV yang diukur pada rentang panjang gelombang sinar UV (200-400 nm)(23). Pengukuran dilakukan dengan melarutkan senyawa kedalam etanol absolute pro analisis kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang UV. Setelah itu, pengukuran atau kalkulasi nilai SPF dapat dinilai menggunakan persamaan(24):

Keterangan: EE: efek spectrum eritemal

I: spectrum intensitas cahaya

Abs: absorbansi larutan sampel

CF: faktor koreksi

Tabel 1. Standar nilai EE x I yang digunakan untuk menghitung nilai SPF(25) Panjang Gelombang ( nm)EE x I

290

295

300

305

310

315

3200,0150

0,0817

0,2874

0,3278

0,1864

0,0839

0,0180

Total1,0002

Monografi Bahan Minyak atsiri rimpang kencur

Minyak atsiri rimpang kencur mengandung etil para metoksi sinamat (EPMS) yang berfungsi sebagai anti ultraviolet B, sehingga dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan tabir surya. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air dan heksana(26). Berikut adalah struktur dari EPMS :

Gambar 3. Strukur Kimia EPMS (Etil p-metoksisinamat)(26) Setil alkohol

Setil alkohol mempunyai pemerian berupa serpihan putih, licin, granul, atau kubus, bau khas lemah dan rasa lemah. Setil alcohol tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter. Kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu leburnya yaitu antara 45-50oC. Rumus molekul setil alcohol C15H33OH(16)

Gambar 4. Struktur Kimia Setil Alkohol(30)

Asam stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H36O2. Pemerian zat padat keras mengkilat, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. Kelarutan praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P; dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Khasiat dan penggunan sebagai fase minyak pada sedian semi padat(28)

Gambar 5. Struktut kimia asam stearat(30) Lanolin

Lanolin atau biasa disebut adaps lanae. Lanolin berwarna kuning pucat, manis, berbentuk seperti zat lilin, memliki bau yang khas. Lanolin mungkin mengandung prooksidan, dimana akan berefek pada stabilitas zat aktif obat tertentu. Lanolin harus dismpan pada wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya, suhu dingin dan keadaan lembab(27).

Gliserin

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 101,0% gliserol. Berbentuk cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), manis diikuti rasa hangat, higroskopik, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang dapat melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20oC, netral terhadap lakmus. Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak(27). Nama lain gliserin adalah gliserol, croderol, pricerine, trihydroxypropane glycerol. Rumus kimianya adalah C3H8O3. Secara umum gliserin berfungsi mencegah tubuhnya mikroba, pelunak dan pelindung kulit, pelentur, pelarut, pemanis, perekat. Gliserin secara luas digunakan dalam formulasi pembuatan sediaan oral, topical, parenteral dan ophthalmic. Dalam formulasi sediaan topical, gliserin digunakan untuk humektan dan emollient(28).

Gambar 6. Struktur kimia gliserin(27) Metil paraben

Metil paraben atau nipagin merupakan bahan yang berwujud hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar. Bahan ini sukar larut dalam air, dalam benzene dan karbin tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan sebagai bahan pengawet(16).

Gambar 7. Struktur kimia metilparaben(27) Trietanolamin

Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina. Pemerian cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform(16). Fungsinya sebagai zat tambahan yang digunakan untuk menstabilkan pH pada pembuatan kosmetik dengan jenis produk yang beraneka ragam dari losion kulit, gel mata, pelembab, sampo, busa untuk mencukur, dan lainnya(27).

Gambar 8. Struktur kimia trietanolamin(30) Air suling

Air suling memiliki rumus empiris H2O dengan berat molekul 18.02. Sinonim dari air suling yaitu aqua, aquapurifikata, dan hidrogenoksida. Kegunaan dari air suling sebagai pelarut. Air suling berupa cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Air suling stabil secara kimia, dalam formulasi farmasi air suling dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lainya yang peka terhadap proses hidrolisis(27).

Landasan Teori

Kencur merupakan tanaman yang sering kita jumpai di Indonesia terutama dalam bumbu masakan. Kencur memiliki kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-3,9% yang terdiri dari etil para metoksi sinamat (30%), kamfer, borneol, sineol, dan pentadekan. Kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur inilah yang mempunyai aktivitas sebagai anti ultraviolet B, sehingga kencur dapat dijadikan sebagai zat aktif.

Jenis sediaan yang digunakan adalah losion. Hal ini dikarenakan sedian losion memiliki konsisitensi yang lebih rendah sehingga pemakaiannya lebih merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Losion juga mudah kering pada lapisan permukaan dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada kulit.

Nilai SPF yang biasa digunakan adalah sebesar 15, dan dari hasil penelitin sebelumnya(5), krim tabir surya rimpang kencur yang menggunakan konsentrasi minyak atsiri sebesar 3%, 6% dan 9% menghasilkan nilai SPF sebesar 2,55 ; 4,12 dan 4,95. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas tabir surya dengan konsentrasi minyak atsiri yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai SPF yang lebih baik.

Hipotesis

Variasi konsentrasi minyak atsiri rimpang kencur diduga dapat mempengaruhi sifat fisik dan daya SPF pada formula losion minyak atsiri rimpang kencur.

BAB III

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat

Seperangkat alat destilasi uap-air, piknometer, pH meter, viscometer Brookfield, alat uji daya lekat, alat uji daya sebar, neraca elektrik, object glass, alat-alat gelas, silica gel 60 F254, Spektrofometer UV-VIS.

Bahan

Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.) (diperoleh dari kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo), kristal etil para metoksi sinamat (kualitas farmasi), hexane (kualitas farmasi), etil asetat (kualitas farmasi), anisaldehid H2SO4 (kualitas farmasi), setil alkohol (kualitas farmasi), asam stearat (kualitas farmasi), lanolin (kualitas farmasi), gliserin (kualitas farmasi), metil paraben (kualitas farmasi), trietanolamin (kualitas farmasi), air suling (kualitas farmasi).

Cara Penelitian

Pengambilan Minyak AtsiriPengumpulan BahanBahan berupa rimpang kencur yang diperoleh dari kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

DeterminasiDeterminasi dilakukan dengan mengamati cirri-ciri tanaman kencur secara makroskopik, kemudian dicocokkan dengan literature Flora of Java, sehingga dapat diketahui spesies dari tanaman kencur tersebut.

SortasiRimpang yang sudah diperoleh dibersihkan dari kotoran yang menempel dan dicuci dengan air bersih yang mengalir. Kemudian ditiriskan, dirajang dan dikeringkan pada suhu 40-500C.

Destilasi Uap Air

Sebanyak beberapa gram simplisia rimpang kencur diletakkan diatas saringan berlubang di dalam dandang stainless steel, yang sebelumnya telah diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dibawah saringan. Alat destilasi disambungkan dan dilakukan penyulingan selama 5 jam. Destilat yang keluar ditampung dalam corong pisah, kemudian lapisan minyak atsiri dipisahkan dari lapisan air.

Identifikasi Karakteristik Minyak Atsiri Rimpang Kencur

Organoleptik

Dilakukan pengamatan secara langsung dari minyak atsiri kencur yang didapat dari hasil destilasi uap-air. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna, bentuk, dan bau.

Bobot Jenis

Pengukuran bobot jenis menggunakan piknometer. Digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25oC. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20oC, masukkan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.

Indeks Bias

Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktometer tipe Abbe dengan kisaran 1,3-1,7 untuk analisis minyak atsiri. Nilai indeks bias dari bahan dapat dibaca langsung(29).

Identifikasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS)

Identifikasi dilakukan menggunakan KLT. Fase diam yang digunakan adalah silica gel F254 dan fase gerak yang digunakan adalah heksan : etil asetat (40:10). Deteksi senyawa EPMS dilakukan menggunakan pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat yang dilanjutkan dengan pemanasan.

Formula

Formula Acuan

Untuk formula yang dijadikan acuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini(30) :

Tabel 2. Formula Acuan Losion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex trifolia L.BahanFormula I (%)Formula II (%)Formula III (%)

I

DEET

Setil alkohol

Asam stearat

Lanolin

Ekstrak metanol

II

Gliserin

Metil Paraben

Trietanolamin

Air suling1

0,5

3

1

5

2

0,1

0,75

86,653

0,5

3

1

5

2

0,1

0,75

84,655

0,5

3

1

5

2

0,1

0,75

82,65

Formula Modifikasi

Tabel 3. Formulasi Losion Minyak Atsiri Rimpang KencurBahanFormula I (%)Formula II (%)Formula III (%)

Minyak Atsiri10,0012,5015,00

Basis:

I

Setil alkohol

Asam stearat

Lanolin

II

Gliserin

Metil Paraben

Trietanolamin

Pewangi

Air suling90,00

0,50

3,00

1,00

2,00

0,10

0,75

qs

ad 10087,50

0,50

3,00

1,00

2,00

0,10

0,75

qs

ad 10085,00

0,50

3,00

1,00

2,00

0,10

0,75

qs

ad 100

Pembuatan Sediaan Losion Minyak Atsiri Rimpang Kencur

Semua bahan yang dibutuhkan ditimbang, yaitu bagian I dan II. Bahan-bahan bagian I dimasukkan dalam cawan porselen, dilebur diatas penangas air hingga suhu 70oC. Bahan bagian II, kecuali gliserin dilarutkan dalam aquades panas. Kemudian bagian II dimasukkan ke dalam lumpang porselen panas, lalu ditambahkan bagian I kedalam bagian II dengan pengadukan yang konstan sampai suhu turun. Pada suhu 45oC ditambahkan minyak atsiri dari rimpang kencur yang telah dicampur dengan gliserin sambil diaduk hingga homogen, selanjutnya dimasukkan kedalam wadah yang sesuai(31).

Uji Sifat Fisik Sediaan Losion

Uji Organoleptis

Masing-masing losion diletakkan pada wadah transparan dan diamati bentuk, warna,bau dan teksturnya.

Uji Viskositas

Losion dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian diuji viskositasnya menggunakan viscometer Brookfield spindle S63 dengan kecepatan 4 rpm(28).

Uji Homogenitas

Masing-masing losion dioleskan pada gelas objek dan diamati dibawah sinar pada background yang gelap. Jika tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas gelas objek tersebut maka losion dikatakan homogen.

Uji pH

Losion diuji kadar pH dengan menggunakan pH meter. Dilakukan kaliberasi alat pH dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat. Dikeringkan dengan kertas tissue dan selanjutnya elektroda dibilas dengan aquades. Elektroda dicelupkan ke dalam losion yang telah dilarutkan terlebih dahulu sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap. Dicatat hasil pembacaan skala dan setelah selesai pengujian elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue.

Uji Daya Lekat

Losion ditimbang dengan berat 0,25 gram dan dioleskan pada gelas objek dengan luas tertentu. Gelas objek lain diletakkan diatasnya dengan ditekan menggunakan beban seberat 1 kg selama 5 menit, kemudian dipasangkan pada alat uji daya lekat yang telah dipasang beban seberat 80 gram, pada saat yang bersamaan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh dua gelas objek tersebut untuk memisah(32).

Uji Daya Sebar

Sebanyak 0,5 gram losion ditimbang dan diletakkan ditengah-tengah kaca bulat, kaca penutup ditimbang, kemudian letakan diatas losion dan biarkan selama satu menit dan diukur diameter losion yang menyebar, ditambahkan beban seberat 50 gram di atas kaca penutup, dan dibiarkan selama satu menit, dicatat diameter losion yang menyebar. Uji ini dilanjutkan dengan beban seberat 100 gram hingga 1000 gram(32).

Uji Responden

Uji ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap formulasi sediaan losion yang telah dibuat dengan cara pemberian kuesioner.

Uji Aktivitas Daya SPF Tabir Surya

Penentuan efektivitas sediaan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara individu dengan metode spektrofotometri. Sebanyak 0,4 g/L dari setiap formula dilarutkan dengan etanol absolute. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 290-400 nm dan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Nilai SPF (Sun Protecting Factor) dihitung menggunakan rumus berikut :

Dimana EE adalah efek spectrum eritemal, I adalah spectrum intensitas surya, Abs adalah absorbansi larutan sampel dan CF adalah factor koreksi(33).

Skema Kerja Penelitian

Skema kerja yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Skema Kerja PenelitianAnalisa Hasil

Data yang diperoleh dari hasil perhitungan evaluasi fisik yang dilakukan yaitu daya sebar, daya lekat, pH, viskositas dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Regresi Linier, yaitu dengan melihat nilai persamaan kurva baku yang terbentuk.Untuk analisis aktivitas tabir surya digunakan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang 290nm 450 nm, dengan rumus:

Keterangan: EE: efek spectrum eritemal

I: spectrum intensitas cahaya

Abs: absorbansi larutan sampel

CF: faktor koreksiDAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Oz, M.C., dan Roizen, M.F., 2010, Being Beautiful: Sehat dan Cantik Luar Dalam ala Dr. Oz, PT Mizan Publika, Bandung : 85.

Hamida, L.H.J., 2007, Seni Tanaman Rempah Kencur, CV Habsa Jaya, Bandung.

Innayatullah, M. S., 1997, Standarisasi Rimpang Kencur dengan Parameter Etil Para Metoksi Sinamat dan Asam Para Metoksi Sinamat, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Noerdianningsih, E., 2011, Uji Aktivitas In Vitro Tabir Surya dan Stabilitas Fisik Formula Krim Minyak Atsiri Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.), Skripsi, Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sauriasari, R., 2006, Mengenal dan Menangkal Radikal Bebas, Artikel Iptek Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan.

Anonim, 2007, Khasiat Tanaman Kencur, http://safuan.wordpress.com/2007/11/07/khasiat-tanaman-kencur/ (diakses 12 Juli 2013).

Syukur dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial, Penebar Swadaya, Jakarta, 118.

Sudarsono, P.A., Gunawan, D., Wahyuno, S., Donatus, I A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat (Pusat penelitian obat tradisional UGM), UGM, Yogyakarta

Anonim, 2005, Tanaman Obat Indonesia Kencur, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=137 (diakses 7 September 2013).

Ajunliem, 2013, Manfaat Tanaman Kencur, http://ajunliem.wordpress.com/ (diakses 10 Juli 2013)

Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid I, UI Press, Jakarta, 123-145, 170-183, 296-299.

Anonim, 2012, Kencur, http://jualhasilkomoditi.blogspot.com/2012/08/kencur.html (diakses 10 Juli 2013)

Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 6-8

Armando, R., 2009, Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualtas, Penebar Swadaya, Jakarta, 23-25

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 687

Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 323 dan 353-419.

Sherma, J. And Fried, B., 2003, Handbook of Thin-Layer Chromatography Third Edition, Revised and Expanded, Marcell Dekker Inc., New York.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Universitas Indonesia Press, Jakarta, 502-506

Shaath N.A., 1990, Sunscreens, Development, Evaluation, and Regulatory Aspects, Marcel Dekker, INC, New York.

James, C.N., & Middleton, J.G., 1981, Determination of Sun Protection Factor in the Hairless Mouse, Intern J. Cosm. Sci 3, 153-158

Lautan, J., 1997.,Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit, Cermin Dunia Kedokteran, ECG, Jakarta, 49-52

Petro, A.J., 1981, Correlation of Spectrophotometric Data with Sunscreen P.F., International Journal Cosmetic Science (IJCS), 3, 185-196

Dutra, AE., 2004, Determination of Sun Protection Factor (SPF) of Sunscreen by Ultraviolet Spectrophotometry, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol 40(03) no 3, jul/set, 382

Kaur, CD., Saraf, S., 2011, Photochemoprotective Activity of Alcoholic Extract of Camellia sinensis, International Journal of Pharmacology, Vol 7 (3) 400-404 ISSN 1811-7775/DOI: 10.3923/IJP

Firdausi, N.I, 2009, Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari RImpang Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik, FMIPA, Jurusan Kimia, Univ Negeri Malang

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Hanbook of Pharmaceutical Excipients sixth edition, Pharmaceuticl Press, London.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Triayu, S., 2009, Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dan Uji Daya Antibakteri secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mustanir, M., dan Harifsyah, I., 2011, Aktifitas Repellent Nyamuk Losion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex trifolia L. dan N,N-Dietil-Meta-Toluamida, Jurnal Farmasi Indonesia, 5(4): 173-174.

Balsam M.S., Sagarin E., 1972, Cosmetic Science and Technology,2nd edition, New York.

Tjitraresmi, A., Kusuma, S.A.F., dan Rusmiati, D., 2010, Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan dengan Ekstrak Etanol Kubis sebagai Zat Aktif, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung.

Rostamailis, 2005, Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana Yang Serasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 43-45.

Tanaman Kencur

Pengumpulan Bahan

Determinasi

Sortasi

Pengeringan

Destilasi Uap Air

Minyak Atsiri Rimpang Kencur

Identifikasi, yaitu:

Organoleptik

Bobot Jenis

Indeks Bias

Kromatografi Lapis Tipis

Pembuatan Losion

Uji Aktivitas Losion Tabir Surya, yaitu :

Nilai SPF

Uji Sifat Fisik, yaitu:

Homogenitas

pH

Vikositas

Daya Sebar

Daya Lekat

Analisa Hasil

6