Upload
university-of-andalas
View
1.170
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menolong kita semua memperoleh kemampuan komunikasi antarbudaya
yang akan dibutuhkan agar kita dapat hidup dan bekerja dalam masyarakat global. Mungkin
kita nantinya bekerja di perusahaan yang melayani pelanggan multikultural sehingga
kemampuan untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang multikultural dan berinteraksi
dengan orang-orang budaya lain dan mungkin bahasa lain akan sangat diperlukan untuk
kesuksesan. Dengan pengetahuan tentang keberagaman budayadan kemampuan
berkomunikasi antarbudaya akan menolong anda beradatasi dengan lingkungan pekerjaan.
Dalam bab ini, akan memberikan pengetahuan, orientasi dan kemampuan yang akan
Anda butuhkan ketika memasuki suatu budaya baru. Jadi pada baab ini akan dibahas
mengenai:
1. Bagaimana menjadi komunikator antarbudaya yang berkualitas
2. Wawan mengenai dinamika ketika memasuki dunia yang baru
3. Pengetahuan tentang etika antarbudaya
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menjadi Seorang Komunikator Antarbudaya Yang Kompeten
Dalam memasuki dunia dan budaya baru, kita harus siap dengan tantangan perbedaan
bahasa, kebiasaan dan perilaku yang tidak biasa dan mungkin aneh, dan keanekaragaman
budaya baik dalam komunikasi verbal dan non-verbal, untuk mencapai kesuksesan. Untuk
itu kita perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang bisa membawa Anda untuk
menjadi komunikator antarbudaya yang berkualitas. Sebelum kita membahas tekhnik-
tekhnik dalam mengembangkan kompetensi komunikasi antarbudaya, kita akan membahas
telebih dahulu apa itu kompetensi komunikasi antarbudaya dan 5 komponen utamanya.
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
Spitzberg menyatakan bahwa, kompetensi komunkasi antarbudaya adalah perilaku yang
pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu. Sedangkan Kim menyebutkan bahwa
kompetensi komunkasi antarbudaya merupakan kemampuan internal suatu individu untuk
mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya, yakni : perbedaan budaya dan kebiasaan,
postur intergroup, dan pengalaman stres.
Dari kedua pendapat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa menjadi komunikator yang
kompeten berarti memiliki kemampuan untuk berinterkasi secara efektif dan sesuai dengan
anggota dari budaya yang memiliki latar belakang linguistik-kultural. Adapun 5 komponen
kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan
pantas dalam budaya lain :
1. Motivasi untuk berkomunikasi
Motivasi dalam kompetensi komunikasi antarbudaya maksudnya adalah keinginan
pribadi untuk emningkatkan kemampuan komunikasi. Jadi, sebagai motivator yang
penuh motivasi, Anda harus menunjukkan ketertarikan, berusaha keras untuk berbicara
serta mengerti dan menawarkan bantuan. Dan selanjutnya kita menunjukkan bahwa kita
ingin berhubungan dengan orang lain dalam level personal dan memiliki perspektif
internasional ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.
2
Agar komunikasi antarbudaya sukses, kita harus termotivasi untuk maju melintasi
batas pribadi dan berusaha mempelajari pengalaman-pengalamanorang yang bukan
bagian dari kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan yang cukup mengenai budaya
Komponen pengetahuan dalam kompetensi komunkasi antarbudaya berarti kita
menyadaridan memahami peraturan, norma, dan harapan yang diasosiasikan dengan
budaya orang-orang yang berhubungan dengan Anda. Ada 2 jenis pengetahuan agar kita
lebih koompten :
a. Pengetahuan konten
Meliputi pengetahuan mengenai topik apa, kata-kata, arti dst yang diperlukan
dalam situasi.
b. Pengetahuan prosedural, merujuk pada pengetahuan mengenai bagaimana
membuat, merencanakan, dan menunjukkan pengetahuan konten dalam situasi tertentu.
Kita memerlukan ke-2 pengetahuan ini dalam rangka menentukan strategi
komunikasi yang tepat, protokol apa yang pantas, dan kebiasaan budaya apa yang perlu
diamati.
3. Kemampuan berkomunikasi yang sesuai
Sebagai komunikator antarbudaya yang kompeten kita harus dapat mendengar,
mengamati, menganaisis dan menginterpretasikan serta mengapikasikan perilaku khusus
ini dalam cara yang memungkinkan Anda untuk mencapai tujuan. Anda harus
menyadari , bagaimana pun, bahwa kemampuan berkomunikasi yang sukses dengan
suatu kelompok mungkin tidak pantas bagi budaya lain.
4. Sensitivitas
Sensitivitas ini meliputi, sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai
budaya yang lain, terbuka pada perbedaan, dan merasa nyaman dengan yang lain.
Komunikator yang sensitif memiliki rasa toleransi terhadap ambiguitas.
5. Karakter
Karakter merupakan kesuluruhan pilihan seseorang. Bagaimana seseorang
melaksanakan pilihan ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda budayanya. Sifat
yang sering diasosiakan dengan karakter adalah kejujuran, penghargaan, kewajaran, dan
kemampuan untuk melakukan pilihan yang tepat, dan juga kehormatan, altruisme (sifat
saling mementingkan kepentingan orang lain), ketulusan dan niat baik,
3
Meningkatkan Kompetensi Komunkasi Antarbudaya
Mengenal diri sendiri dan prasangka Anda merupakan elemen paling penting dalam
menjadi komunikator yang kompeten. Agar kita dapat merefleksikan diri dan mengetahui dari
mana kita datang ketika memasuki interkasi antarbudaya, kita harus mempelajari
1. Sadarilah budaya sendiri
Langkah pertama mengenal diri sendiri adalah mengenal budaya sendiri. Karean
setiap orang melihat dunia dari kacamata budayanya sendiri
2. Amatilah perilaku pribadi Anda
Tidak hanya mengetahui nilai, perilaku, dan persepsi budaya, tapi juga harus
mengetahui sistem kepercayaan diri sendiri. Kita perlu mengidentifikasi prilaku pribadi,
sterotip, prasangka dan pendapat kita miliki yang mejadi prasangka kita dalam mengenai
dunia ini. Mengetahui apa yang kita suka atau tidak kita sukai dan tingkat
ethnosentrisme pribadi.
3. Memahami gaya komunikasi sendiri
Tanyakan pada diri Anda, “Bagaimanakah saya berkomunikasi, bagaimanakah
orang melihat saya?”, jika kita memandang diri kita sendiri dalam suatu cara dan orang
lain yang berinteraksi dengan kita memandang kita dengan cara dengan lain, masalah
serius dapat muncul. Jika kita melihat diri kita sendiri sebagai orang yang sabar dan
tenang, namun kita terlihat terburu-buru dan gelisah, maka kita akan kesulitan utnuk
memahami mengapa orang mengapa orang memberikan suatu respons. Sebagai langkah
awal, kita harus belajar mengenali gaya komunikasi (cara dimana kita menyatakan diri
kita sendiri kepada orang lain)
Gaya-Gaya Komunikasi
Sifat Kharakteristik komunikasi
1. Dominan
2. Dramatis
3. Suka bertengkar
Sering bicara, memotong pembicaraan, dan
menguasai pembicaraan
Menggunakan bahasa yang ekspresif, kadang
membesar-besarkan dan membumbui
pembicaraan
Senang bergumen dan kadang bersifat memusuhi
4
4. Mengasyikkan
5. Memberikan
kesan
6. Rileks
7. Penuh perhatian
8. Terbuka
9. Ramah
Menggunakan gerakan dengan penuh semangat
dan ekspresi wajah
Menyatakan pendapat dan perasaan dengan cara
yang tidak dapat dihilangkan
Tenang, nyaman dan kadang gelisah di antara lain
Pendengar yang baik, kadang memberikan
semangat pada pembicara
Memberitahukan informasi pribadi, menyatakan
emosi, dan perasaan
Menawarkan umpan balik dan dukungan yang
positif
4. Memonitor diri sendiri
Setiap manusia memiliki cara berinteraksi yang unik. Untuk mengetahui bagaimana
kita berkomunikasi bukanlah hal mudah. Akan janggal juga kita menanyakan kepada
orang lain, apakh kita seorang yang rileks, suka bertengkar, ramah, asyik dsb. Kita harus
sensitif terhadap umpan balik apa yang kita terima dan jujur dalam membaca umpan
balik tersebut. Proses pengungkapan dan analisis diri, inlah yang disebut dengan
memonitor diri sendiri. Keuntungan dari memonitor diri adalah menemukan perilaku
yang pantas dalam setiap situasi, mengontrol reaksi emosi, menciptakan kesan yang baik,
dan memodifikasi perilaku kita Anda berpindah dari suatu situasi ke situasi lain. Kunci
dalam memonitor diri adalah dengan menyeimbangkan perhatian Anda terhadap
lingkungan dan motivasi Anda sendiri, pengetahuan, dan kemampuan.
5. Berempatilah
Empati secara luas dijelaskan sebagai bagian dari sensitivitas interpersonal dan
kompetensi sosial. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan, melihat secara
akurat, dan memberikan respons secra tepat terhadap kepribadian, hubungan dan
lingkungan sosial seseorang. Empati juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk
5
mengenali dan memahami persepsi dan perasaan orang lain, dan dengan akurat
menyatakan pemahaman melalui respons menerma.
Sedangkan yang dimaksud dengan empati dalam ruang lingkup budaya adalah kita
mampu membayangkan diri kita sendiri berada dalam posisi yang secara budaya berbeda
dan untuk mengalami apa yang dialami seseorang. Empati merupakan dasar komunikasi
anatarbudaya, dan merupkan hal penting dalam komptensi komunikasi anatarbudaya
yang kompeten dan efektif.
Ada dua pandangan mengengai peranan empati dalam komunikasi antar budaya,
a. Untuk berkomunikasi secara interpersonal, seseorang harus meninggalkan level
prediksi kultural dan sosiologis menuju level psikologis. Dengan kata lain kita harus
menggunakan empati karena mampu menekan poin analisisnya terletak pada
kepribadian seseorang.
b. Empati merupakan aktivitas yang kompleks yang terdiri dari berbagai variabel, yaitu
komponen kognitif (berfikir dan berusaha melihat dunia dari cara padang orang lain),
dimensi afektif (mengidentifikasikan emosi dan merasakan emosi dan pengalaman
orang lain) dan elemen komunikasi (pemahaman dan perhatian melalui petunjuk
verbal dan non verbal).
Ada beberapa kharakteristik yang dapat menghalangi empati :
1. Latar belakang budaya yang berbeda
orang dari budaya yang samaakan menampilkan kemampuan empati yang lebih
besar dibandingkan dari mereka yang berasal dari budaya yang berbeda. Oleh karena
itu, ketika berbicara dengan seseorang dengan budaya yang berbeda, Anda harus
memiliki pengetahuan tentang budaya mereka untuk meningkatkan kemampuan empati.
2. Fokus diri yang konstan
Fokus diri yang konstan merupakan halangan paling umum dalam berempati.
3. Stereotip mengenai gender, ras , dan budaya
Kecendrungan untuk hanya memperhatikan gender seseorang, warna kulit dan
nama keluarga dan dari informasi yang terbatas ini kita membuat asumsi mengenai sifat
dan karakter seseorang. Ini merupakan cara berempati yang buruk. Karena ciri-ciri luar
hanya menggambarkan sedikit ujung dari gunung es.
4. Prilaku melindungi diri
6
Jika anda merasa orang lain sedang menghakimi atau menilai Anda, hal ini akan
membuat Anda ragu-ragu untuk menawarkan informasi yang menghasilkan empati,
misalnya : ketika sedang berbagi informasi pribadi kepada orang lain, ternyata orang
tersebut menasehati Anda mengenai kebodohan tindakan Anda. Setelah beberpa menit
dikritik dan ditertawakan, mungkin kita akan memutuskan untuk tidak membagi
informasi apapun dengan orang tersebut.
Berikut ini cara-cara dalam mengembangkan keterampilan dalam berempati:
1. Perhatian
Fokus selama berinteraksi merupakan langkah pertama dalam meningkatkan
kemampuan dalam berempati. Sangat penting untuk mendengarkan pesan dan
memperhatikan emosi spontan orang lain, dibandingkan fokus pada rencana sendiri.
2. Menyatakan empati
Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang dari budaya lain untuk memberikan
Anda pesan verbal dan non verbal mengenai diri mereka jika kita tidak menanggapi
usaha mereka. Dengan berperilaku lebih ekspresif, Anda akan mendorong orang tersbut
untuk lebih ekspresif.
3. Terlibatlah hanya dalam perilaku yang dapat diterima budaya
Empati dikembangkan dengan waspada dan tidak melakukan perilaku-perilaku
yang bagi anggota subkultur tertentu merupakan hal yang kurang ajar atau penghinaan.
Jadi untuk berhasil menjadi komunikator antarbudaya, Anda harus berempati, dan
kemampuan tersebut dapat dikembangkan hanya jika Anda peka terhadap nilai-nilai
budaya dan adat istiadat orang-orang yang berinteraksi dengan Anda.
4. Belajar menerima perbedaan
Komunikator antarbudaya yang kompeten berpusat pada orang, sensitif serta baik,
memiliki pengalaman dengan budaya yang berbeda, ingin belajar mengenai masalah
budaya, dan mampu dalam proses tersbut. Hubungan antara empati dan penerimaan
akan budaya berbeda adalah karena empati didasarkan atas penerimaan perbedaan dan
membangunnya dalam cara yang positif.
Mendengarkan Yang Efektif
Kemampuan mendengarkan merupakan aktivitas komunikasi antarbudaya yang penting,
karena mendengarkan dan budaya saling berhubungan. Dengan mendengarkan akan
mengurangi kesalahpamahan. Kita akan membahas cara mendengarkan yang efektif :
7
Mendengarkan secara langsung dan tidak langsung.
Perbedaan budaya dalam perilaku mendengarkan dapat dikategorikan atas
langsung dan tidak langsung. Dalam budaya mendengarkan seperti Perancis, Jerman
dan AS, orang-orang mendengar fakta dan informasi yang konkret. Dalam budaya
mendengarkan tidak langsung seperti Finlandia, jepang dan Swesi, orang
mendengarkan dengan cara sangat berbeda. Tidak ada interupsi ketika seseorang
berbicara dan kesopanan merupakan bagian dari perilaku mendengarkan.
Nilai dalam mendengarkan
Nilai dari sikap diam dan mendengarkan lebih dihargai dibangdingkan berbicara.
Dengan sikap diam kita akan lebih mendapatkan pengetahuan dari percakapan
tersebut serta pemahaman yang jelas mengenai orang –orang yang berinteraksi dengan
Anda.
Komunikasi non verbal dan mendengarkan.
Tanggapan non verbal untuk apa yang kita dengar sering dipengaruhi oleh
budaya. Di AS, suara “hmm-mm” atau uh-huh” merupakan tanda perhatian terhadap
orang yang bericara. Kontak mata juga merupakan tindakan non verbal lainnya yang
berpengaruh dalam proses mendengarkan.
Berikan umpan balik
Umpan balik merupakan informasi yang dihasilkan oleh orang yang menerima
pesan-informasi yang dikembalikan kepada orang yang mengirim pesan awal. Umpan
balik dapat berupa verbal, non verbal atau keduanya dan mungkin disengaja atau
tidak disengaja. Bagaimana mendorong orang lain untuk memberikan umpan balik :
- Umpan balik non verbal
Langkah pertama dalam meningkatkan umpan balik non verbal adalah
dengan mengenali bahwa bentuk dan arti umpan balik terikat secara budaya.
Sehingga jangan menyimpulkan bahwa umpan balik non verbal di suatu
budaya memiliki arti yang sama di budaya lain.
- Umpan balik verbal
Perilaku verbal yang positif dapat mendorong umpan balik. Dalam budaya
yang menghargai percakapan dan keterbukaan, menanyakan pertanyaan
merupakan metode yang tepat untuk memancing umpan balik mengenai
kualitas pesan Anda.
- Sikap diam sebagai umpan balik
8
Ada waktunya sikap diam digunakan sebaga umpan balik. Ada budaya yang
membutuhkan waktu yang cukup lama, dan kita harus belajar menghargainya
ketika berhubungan. Ada juga budaya yang menghargai keputusan yang
diambil dengan cepat.
- Memberikan umpan balik yang tidak evaluatif
Ketika kita memberikan umpan balik yang tidak evaluatif, artinya kita
menahan diri untuk melakukan penilaian pribadi kita atau mencoba
menghindari umpan balik negatif. Contohnya ketika kita tidak sependapat
dengan orang lain. Hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Sering memindahkan tubuh seolah-olah kita bosan dengan
pembicaraannya
2. Postur tubuh yang sedang malas
3. Melakukan aktifitas lain (berbicara dengan orang lain, menulis) ketika
orang lainsedang berbicara
4. Melipat tangan
5. Mengerutkan dahi dan cemberut
Mengembangkan Fleksibilitas Komunikasi
Pengertian daro kompetensi memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri (fleksibel)
dan membiasakan perilaku komunikasi seseuai dengan situasi, orang lain, dan diri sendiri.
Sehingga kita harus mampu memilih strategi yang sesuai untuk mengumpulkan informasi
yang kita butuhkan mengenai orang lain supaya dapat berkomunikasi secara efektif dengan
mereka.
Komponen yang jelas dari fleksibilitas adalah bertoleransi terhadap ambiguitas. Ada
beberapa perilaku selektif yang digunakan oleh komunikator antar budaya yang kompeten
untuk meningkatkan rasa toleransi mereka terhadap ambiguitas :
1. Tunda keputusan untuk mendekati orang atau lingkungan baru hingga mendapatkan
informasi yang cukup.
2. Gunakan uji coba dibandingkan formula yang sama sampai segala sesuatu menjadi
jelas.
3. Jangan bersifat menilai, sabar, mengharapkan yang tidak diharapkan dan adptif
9
B. Memasuki Budaya Baru
Thomas Jefferson pernah menuliskan “Bepergian membuat seseorang lebih
bijaksana,namun sedikit bahagia”.pepatah ini menggarisbawahi bagaimana seseorang
menyukai suatu hal yang sudah lazim.ketika anda meninggalkan hal yang biasa bagi
anda dan lingkungan yang nyaman serta memasuki suatu budaya yang baru anda
mungkin mengalami kegelisahan dan emosi ketika dua realitas dan konsep bertemu.anda
seharusnya tidak terkejut bahwa berhubungan dengan budaya yang baru dapat
menimbulkan tekanan mental dan kesulitan yang menyertainya.seperti yang dinyatakan
oleh Spencer-Rodgers dan MCGovern “komunikasi dengan budaya yang berbeda kadang
diasosiasikan dengan respon emosi yang kurang baik yang mengarah pada perasaan
kikuk dan gugup.Smith dan Bond menawarkan kesimpulan yang lebih spesifik dari
beberapa masalah ketika pindah ke lokasi yang baru: “ berpisah dari jaringan ,perbedaan
iklim ,meningkatnya masalah kesehatan ,perubahan dalam materi dan teknik,kurangnya
informasi mengenai rutinitas sehari-hari ( misalnya bagaimana cara berpergian antara
kota A ke B)
Jika anda menghabiskan akhir pecan anda di Paris dan satu minggu di
Cancun,adaptasi budaya bukanlah suatu maslah.namum jika anda memasuki suatu
budaya yang bau untuk waktu yang lama,anda haarus beradaptasi dengan budaya
tersebut.sebelum kita membahas masalah yang diasosiasikan dengan adaptasi
budaya,anda perlu menyadari bahwa ada perbedaan antara pengunjung sementara
(sojourner) dan mereka yang akan tinggal lebih lama (settler,imigran).perbedaan ini
relevan seperti yang ditulis oleh Bochner,
“Karena pengalaman masing masing dan demikian juga dengan reaksi mereka
bebeda.misalnya,dua kelompok memiliki perbedaan batasan waktu.settler(penghuni
tetap) menghadapi proses dalam membuat komitmen yang permanen dengan masyarakat
yang baru,di mana pengunjung ada di suatu temta untuk sementara saja walaupun hal
ini berbeda antara satu hari dengan turis dan beberapa tahun dengan mahasiswa asing”
10
Masalah yang dihadapi seseorang dalam beradaptasi dengan budaya baru
beragam.apakah anda seorang pengunjung,pengunjung jangka panjang atau berencana
untuk menetap,anda akan mengalami berbagai ketidaknyamana psikologis dan
fisik.pengalaman ini dikenal dengan istilah kejutan budaya (culture shock).jika anda
merupakan pengunjung jangka pendek belajar mengenali dan mengatasi kejutan budaya
selama periode kunjungan anda,biasanya merupakan penyesuaian yang cukup untuk
membantu anda menyelesaikan masa tinggal anda.sebaliknya jika anda berencana untuk
tinggal lebih lama atau menjadi penduduk tetap,anda harus mengatasi kejutan budaya
dan beradaptasi dengan budaya yang baru.dalam diskusi berikut,kita akan membahas
masalah kejutan budaya dan kemudian beralih ke masalah adaptasi budaya.
Kejutan Budaya
Dalam sebuah penelitian,Summer,Katherine,dan Patricia tiba di San Joe,Kosta
Rika dengan bahagia.”kita akan memiliki banyak hal.kita bersemangat,berpikiran
terbuka,dan penjelajah yang lapar untuk meneliti! Hal yang terpenting kita
bersahabat,dan samam sama pergi menjelajah.namum selama masa penyesuaian ,banyak
pendatang baru yang merasa takut dan diasingkan,tidak disukai bahkan dicurigai.jadi
kegembiraan tiga penjelajah ini pun lenyap.”ketika kami berjuang umtuk menukarkan
dollar ke mata uang Kosta Riska,kolones,berkomunikasi dalam keadaan yang
nampaknya sederhana (misalnya,memesan sandwich dafri counter deli)dan berjalan di
jalana Kosta Rika (yang banyak tidak diberi nama dan ditandai) ekspedisi raya kami
kelihatan jauh dari kenyataan:kita adalah orang asing.sebagai tambahan kami mengalami
kejutan budaya.
Menjelaskan Kejutan Budaya
Kejutan budaya merupakan keadaan mental yang dating dari transisi yang terjadi
ketika anda pergi dari lingkungan yang anda kenal ke lingkungan yang tidak anda kenal
dan menemukan bahwa pola prilaku anda yang dulu tidak efektif.Istilah “kejutan
budaya” dikenalkan oleh antropolog Kalvero Orberg pada tahun 1960. Kalvero Oberg
memberikan definisi yang detail mengenai fenomena ini dalam paragraf berikut:
Kejutan budaya ditimbulkan oleh rasa gelisah sebagai akibat dari hilangnya semua
tanda dan simbol yang biasa kita hadapi dalam hubungan sosial. Tanda dan petunjuk ini
terdiri atas ribuan cara dimana kita mengorientasikan diri kita sendiri dalam kehidupan
11
sehari-hari: bagaimana memberi petunjuk, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan
dimana untuk tidak merespon.
Walaupun definisi Oberg penting karena merupakan definisi pertama, namun
definisi tersebut tidak menyebutkan bahwa kejutan budaya juga melibatkan gangguan
yang hebat dari rutinitas, ego, dan gambaran diri. Perasaan ini tidak hanya dialami oleh
pengunjung, pebisnis, pelajar, dan imigran, namun hal ini juga dapat dialami oleh
individu yang mengalami tatap muka dengan anggota kelompok luar dalam budaya
mereka sendiri.
Reaksi Terhadap Kejutan Budaya
Reaksi yang diasosiasikan dengan kejutan budaya bervariasi diantara setiap
individu dan dapat muncul dalam waktu yang berbeda. Misalnya, seseorang yang terus
menerus berhubungan dengan budaya lain mungkin merasa sedikit gelisah. Kejutan
budaya menurut Smith, dapat menghasilkan sejumlah reaksi yang berpotensi
mengakibatkan masalah. Paling tidak, kejutan budaya dapat menyebabkan anda merasa
"putus asa", "lelah", dan "tidak nyaman'. Menurut Ryan dan Twibell, kejutan budaya
membutuhkan beberapa penyesuaian sebelum anda akhirnya dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Kita harus menambahkan bahwa daftar ini tidak dimaksudkan
untuk membatasi anda atau membuat anda khawatir ketika memasuki budaya yang lain,
namun untuk menolong anda menyiapkan diri ketika anda mengalami reaksi tersebut.
Permusuhan terhadap lingkungan yang baru
Perasaan disorientasi
Perasaan tertolak
Sakit perut dan sakit kepala
Rindu kampung halaman
Merindukan teman dan keluarga
Perasaan kehilangan status dan pengaruh
Menyendiri
Mengganggap anggota budaya yang lain tidak sensitif
Tahap-Tahap Kejutan Budaya (Kurva-U)
Walaupun ada banyak variasi dari bagaimana orang memberikan respons terhadap
kejutan budaya dan jumlah waktu yang mereka butuhkan untuk menyesuaikan diri, banyak
literatur yang membahas masalah kejutan budaya biasanya dilewati oleh orang-orang dalam
empat tahapan.
12
Fase Kegembiraan
Divisualisasikan sebagai ujung sebelah kiri dalam kurva-U, biasanya penuh dengan rasa
gembira, harapan, dan euforia seperti yang diantisipasi seseorang ketika berhadapan dengan
budaya yang baru. Marx menawarkan ulasan yang bagus dari bagaimana fase yang pertama
ini dilihat oleh seseorang yang mengerjakan tugas manajerial internasional:
Kehidupan barunya dianggap menyediakan kesempatan yang tidak terbatas dan sang
manajer biasanya dalam keadaan gembira. Ada keterbukaan dan keingintahuan, tergabung
dengan kesediaan untuk menerima apapun yang ada. Hal yang paling penting, dalam tahap
ini penilaian tidak dikerjakan dan bahkan rasa tersinggung juga ditekan supaya dapat
berkonsentrasi pada hal-hal yang menyenangkan dari pekerjaan, negara, rekan sekerja,
makanan, dan lain-lain.
1. Fase Kekecewaan
Dimulai ketika anda menyadari kenyataan dari ruang lingkup yang berbeda dan
beberapa masalah awal mulai berkembang. Misalnya kesulitan beradaptasi dan
komunikasi mulai timbul. Seperti yang dituliskan oleh Triandis, “fase kedua ini
merupakan periode ketika kesulitan bahasa, tidak cukupnya sekolah untuk anak-anak,
perumahan yang kualitasnya buruk, transportasi yang sesak, pusat perbelanjaan yang
kacau balau, dan lain sebagainya mulai menjadi masalah. Fase ini kadang ditandai
oleh perasaan kecewa, tidak puas, dan segala sesuatunya mengerikan. Hal ini
merupakan periode kritis dari kejutan budaya. Orang-orang mulai bingung dan heran
dengan lingkungan baru mereka.
2. Fase Awal Resolusi
Ditandai oleh pemahaman yang diperolehdari budaya yang baru. Di sini orang-
orang secara bertahap membuat beberapa penyesuaian dan modifikasi dalam
bagaimana mereka berhadapan dengan budaya yang baru. Peristiwa dan orang-orang
sekarang kelihatan lebih dapat diprediksi dan tingkat stress sedikit.
Fase berfungsi dengan efektif.dalam fase yang terakhir ini,berada pada ujung sebelah
kanan atas dari kurva-U ,seseorang mulai mengerti emelem dari kunci budaya yang baru
( nilai,kebiasaan khusus,kepercayaanb,pola komunikasi,dan laian lain).pada tahap ini,Ryan
dan Twibell menyatakan orang merasa nyaman dalam budaya yang baru dan mampu bekerja
13
baik.kemampuan seseorang untuk hidup dan berfungsi dalam budaya (yang lama dan yang
baru) sering kali diiringi oleh perasaan gembira dan puas.
Pelajaran Dari Kejutan Budaya
Diskusi mengenai kejutan budaya didasarkan oleh dua premis .pertama setiap yahun
jutaan orang berangkat keluar negri untuk bekerja,bepergian dan belajar.kedua banyak
pengalaman pengalaman yang berakhir dengan sters,rindu kampung halaman dan
kebingungan.”kejutan budaya merupakan tanda positif yang menandakan bahwa ekspariat
menjadi terlibat dalam budaya yang baru dibandingkan terisolasi dalam mlingkup
ekspariat saja.keterlibatan ini menolong orang orang untuk belajar mengenai diri sendiri
dan pada saat yang sama juga budaya yang lain.dalam suatau studi yang mempelajari
kejutan budaya Kawanao menyimpulkan bahwa kejutan budaya “memberikana
kesempatan pada pengunjung untuk mempelajari diri mereka sendiri.dalam hal ini
pengalaman kejutan budaya memiliki potensi yang kuat untuk membuat seseorang
menjadi multikultur dan bikultur.
Diluar kejutan Budaya
Pengaruh dan pentingnya untuk beradaptasi pada budaya yang baru ini jelas
dinyatakan oleh Kosic dan Phalet:
Migrasi international menciptakan masyarakat yang berbeda secara budaya dan
etnis.ketika orang orang dari budaya yang berbeda saling berinteraksi mereka tidak hanya
mengalami system kepercayaan,nilai,kebiasaan dan prilaku yang berbeda,namun
sayangnya juga prasangka yang satu dengan yang lainnya.kelihatannya hubungan social
antara imigran dan penduduk local kurang padudan sering kali menunjukan rasa
permusuhan yang kuat bahkan rasisme dibalik raasa toleransi.dalam debat politik dan
debat umum imigran biasanya digambarkan sebagai pembuat masalah.
Banyak dari orang mengalami kesulitan yang signifikan ketika beradaptasi dengan
budaya tuan rumah.jadi masalah yang dihadapi seseorang yang mencoba beradaptasi
dengan budaya yang beragam.sealama masa awal penyesuaian pendatang baru biasa
merasa takut dan terisolasi,tidak disukai,dicurigai seperti yang kami jelaskan sebelumnya
dalam kejutan buday.ulasan mengenai alasan dari perasaan ini merupakan langkah
pertama dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dalam
budaya yang baru.
14
Akulturasi: Penyesuaian Terhadap Budaya Yang Baru
Akulturasi seperti yang anda ketahui merupakan proses pembelajaran bagaimana
untuk hidup dalam budaya yang baru.Berry menjelaskan akulturasi sebagai proses dari
perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua
atau lebih kelompok budaya dan anggotanya.dalam tahap individual hal ini melibatkan
perubahan dalam prilaku seseorang proses penyesuaian ini merupakan proses panjang
yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.misalnya terbukti bahwa
belajar bahsa akan menghasilkan hasil yang positif.pertama kali kita akan membahas isu
bahasa,ketidak seimbangan dan etnosentrisme.
Bahasa.jelaslah bahwa seseorang yang hidup dalam budaya yang baru ”harus
menghadapi tantangan terhadap rintangan bahasa,kebiasaan serta praktik yang tidak
biasa,dan variasi budaya dalam gaya komunikasi verbal dan non verbal dalam rangka
mencapai pemahaman.mengutip kesulitan ini,Ralph Waldo Emerson menuliskan “tidak
ada orang yang seharusnya bepergian sampai dia mengerti bahasa Negara yang
ditujunya.kalau tidak,ia akan membuat dirinya sendiri menjadi bayi besar tidak memiliki
harapan dan tampak konyol”.masalah ini sering dilihat diantara pengunjung kangka
panjangdan imigran di Amerika Serikat yang tidak menguasai bahasa Inggris.mereka
mengalami isolasi social,dan seperti yang dinyatakan oleh Leong dan Chou dipaksa ke
dalam lingkungan tidak begitu membutuhkan kemampuan bahasa Inggris dan sedikit
interaksi interpersonal.
Ketidakseimbangan.adaptasi yang sukses menbutuhkan segala pengetahuan
mengenai budaya tuan rumah dan bagaimana anda membuat pilihan yang tepat
menyangkut pengetahuan tersebut.ketidakseimbangan ini diasosiaikan dengan adaptasi
yang melahirkan dua isu yang saling bertentangan: 1.preferensi yang relative untuk
mempertahakan budaya asli identitas seseorang 2.preferensi yang relative untuk
berhubungan dengan anggota budaya tuan rumah.isu yang bertentangan ini mengarahn
pada empat cara seorang pengunjung berpindah budaya ke yang baru.pertama,Asimilasi
terjadi ketika imigran tidak ingin lagi mempertahankan identitas budaya asli mereka dan
memilih bergabung dngan tuan rumah,kedua pemisahaan yang terjadi ketika imigran
memegang teguh budaya asli mereka dan menolak bergabung dengan tuan rumah.bentuk
paling akhir adalah marginalisasi yang terjadi ketika ada sedikit kemungkinan untuk
mempertahankan warisan budaya asli seseorang atau sedikit rasa tertarik untuk
berhubungan dengan orang lain .
15
Etnosentrisme.halangan akulturasi kadang tumbuh karena etnosentrisme yang
mengarah pada prasangka yang pada gilirannya mengakibatkan kecurigaan,perrmusuhan
bahkan kebencian.apa yang menarik mengenai etnosentrisme adalah bahwa hal tersebut
mempengaruhu baik imigran maupun budaya tuan rumah..kunci dari adaptasi yang efektif
adalahn kedua belah pihak untuk mengenali pengaruh etnosentrisme dan usaha untuk
mengawasinya.
Dinamika Stres-Adaptasi_Pertumbuhan. Dalam penelitian yangb terakhir,Kim
telah mengembangkan model teoritis yang menunjukan proses penyesuaian budaya yang
lebih kompleks dibandibgkan dengan model kurva-U dan kurva-W yang telah kita bahas
sebelumnya.dari perspektif ini ketika memasuki budaya yang baru seseorang mengalami
stress sebagai akibat hilangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal,jadi ia menjadi
stress ketika berhadapan dengan cara yang baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi
secara norma budaya yang baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi secara
normal,sehingga mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru melalui pngalaman yang
berkelanjutan dari adaptasi stress,perspektif orangpun semakin luas, sehingga
menghasilkan pertumbuhan pribadi.
Strategi Adaptasi
Buatlah Hubungan Pribadi dengan Budaya Tuan Rumah. Hubungan langsung dengan
budaya tuan rumah mendorong dan memfasilitasi sukses tidaknya proses adaptasi dengan
suatu budaya. Berteman merupakan cara terbaik untuk mengmbangkan hubungan dalam
budaya tuan rumah. Penelitian membuktikan bahwa memiliki banyak teman dari budaya
tuan rumah dibandingkan dengan hanya berhubungan dengan teman-teman ekspatriat,
merupakan penentuan kepuasan yang penting. Pada saat yang sama, penting untuk
berhubungan secara periodic dengan ekspatriat yang lain, sehingga anda dapat berbagi
masalah dan penyelesaiannya serta menemukan kenyamanan dengan berbicara bahasa asli
anda.
Mempelajari Budaya Tuan Rumah. Salah satu tema utama adalah pandangan bahwa
mengembangkan pengetahuan mengenai budaya lain merupakan langkah penting pertama
dalam meningkatkan komunikasi antar budaya. Kesadaran budaya berarti pemahaman
akan budayanya sendiri dan budaya orang lain yang mempengaruhi perilaku manusia dan
perbedaan dalam pola budaya. Oleh karena itu, kami mendorong anda untuk mempelajari
orientasi agama, system politik, nilai penting, dan kepercayaan, perilaku verbal dan non-
verbal, organisai keluarga, etika social, dan lain sebagainya dari suatu budaya.
16
Berpartisipasilah dalam Kegiatan Budaya. Cara terbaik untuk mempelajari budaya
yang baru adalah dengan berperan aktif dalam budaya tersebut. Hadirilah kegiatan sosial,
religius, dan budaya. Jika mungkin, cobalah berinteraksi dengan anggota budaya tuan
rumah tersebut. Dalam beberapa kesempatan, anggota dari budaya tuan rumah akan
menyambut kesempatan untuk mempelajari. Anda ketika anda membagikan budaya
mereka dengan anda.
Reaksi Budaya Tuan Rumah Terhadap Imigran
Sejauh ini kita telah membahas masalah yang dihadapi orang-orang yang memasuki
suatu budaya baru untuk jangka waktu lama atau untuk tinggal menetap sebagai penduduk
negara tersebut. Tingginya imigrasi dari orang-orang yang pindah ke negara dan budaya
yang baru berbagai alasan, mulai dari kesempatan pekerjaan sampai pengungsi politik,
telah mengakibatkan serangan balik terhadap imigrasi di mana anggota masyarakat tuan
rumah merasa diserang, dikendalikan, dan kehilangan budaya.
Di Amerika Serikat, banyak komunitas kecil yang secara historis lebih didominasi
oleh orang kulit putih, beragama Kristen, dan berbicara dalam bahasa Inggris sekarang
menemukan bahwa lingkungan tempat mereka tinggal sekarang ditempati oleh orang-
orang yang sedikit berbicara dalam bahasa Inggris, bukan Kristen, mengenakan pakaian
aneh, dan mewakili sebagian besar latar belakang etnis dan ras. Dalam berbagai
kesempatan, perubahan tersebut mengakibatkan serangan anti-imigran. Media berita
kadang melaporkan perilaku anti-imigran ini dengan cerita mengenai tuntutan bahasa
inggris yang ditetapkan sebagai bahasa resmi serta melarang anak-anak yang sekolah di
sekolah umum mengenakan pakaian etnis dan mempermasalahkan tenaga kerja “murah”
yang mengambil pekerjaan orang Amerika “asli”.
Kita hanya dapat menyatakan bahwa ada kecenderungan orang-orang bereaksi
dengan cara yang negative ketika mereka menganggap bahwa cara hidup mereka sedang
diganggu atau diubah, terutama oleh gelombang orang budaya lain. Seperti yang dikatakan
oleh Hogland, “Ketika mengalahkan dunia ini, pengaruh teknologi, perdagangan, dan
komunikasi hanya sedikit yang menjadikan dunia ini tempat yang lebih toleran lagi.” Jika
ingin berkomunikasi antar budaya yang sukses harus selalu dimulai dengan usaha untuk
memahami karakter budaya dimana anda berinteraksi. Langkah kedua adalah penerimaan.
Bahwa anda harus meningkatkan kesadaran dan belajar untuk toleran dan menerima hal
ini dilakukan untuk mengembangkan etika antar budaya pribadi.
17
C. Etika Antarbudaya
Jika berinteraksi dengan anggota dari budaya lain, bukan tidak biasa untuk
menemukan diri dalam diskusi dimana ada ketidaksetujuan mengenai apa yang benar
dan salah. Memutuskan bagaimana perasaan mengenai suatu posisi melibatkan
penilaian yang mengandung implikasi etika dan berfokus kepada pertanyaan apa yang
baik dan buruk ,pantas dan tidak pantas. Memikirkan suatu posisi juga mungkin
membutuhkan pikiran tentang mereka dalam pengertian yang luas, memikirkan apa
yang pantas bagi suatu masyarakat atau masyarakat global secara keseluruhan
dibandingkan apa yang pantas bagi seseorang atau beberapa orang. Oleh karena itu,
etika dapat dilihat sebagai refleksi dari keyakinan kita yang berakar dari
kebudayaan.etika juga menyediakan petunjuk yang mempengaruhi perilaku individu
ketika berkomunikasi dengan orang lain. Etika membantu dalam menentukan apa
yang harus kita kerjakan, bagaimana kita harus bertindak dan bagaimana kita
seharusnya berinteraksi dengan orang lain.
Apa itu etika?
Etika merujuk pada penilaian yang berfokus pada tingkat kebenaran dan
kesalahan, kebaikan dan kejahatan, dan kewajiban dalam perilaku manusia. Etika
merupakan alat yang dapat digunakan ketika membuat pilihan moral yang sulit dalam
kehidupan pribadi maupun profesional. Pilihan-pilihan tersebut meilbatkan
keseimbangan hak ketika jawaban yang ‘benar’ tidak ditemukan. Pilihan-pilihan
tersebut menjadi sulit ketika etika bertabrakan seperti yang biasa terjadi dalam
interaksi antarbudaya.
Ada beberfapa pendekatan mengenai setiap perfektif dalam etika dan
mengidentifikasikan bagaimana kita menghadapi sebuah isu dan dimana pada
akhirnya diri anda sendiri lah yang mengambil keputusan.
1. Fundamentalisme
Pendekatan pertama dikenal dengan fundamentalisme (absolutisme moral).
Pandangan ini mempercayai bahwa ada moralitas absolut yang kekal yang berlaku
untuk semua orang, dimanapun dan tidak bergantung darin konvensi budaya
seseorang. Dalam pandangan ini dijelaskan ada moralitas secara universal yang
ditetapkan oleh semua orang sepanjang waktu, dimana-mana. Jadi, orang-orang
18
atau budaya yang berbeda dari atau mengikuti praktik diluar konsep moral
universal ini sedang melakukan perilkau tidak etis,
2. Relativisme Budaya
Tidak seperti pandangan absolut diatas, pandangan kedua ini mengikuti relativitas.
Perfektif relativitas etika mempercayai bahwa nilai dan moralitas berhubungan
dengan budaya dan tergantung hanya pada persfektif masing-masing
budaya.relativisme budaya juga meliputi konsep relativisme etika yang menurut
robertson dan crittenden “berarti bahwa standar etika bervariasi dari satu budaya
ke budaya yang lain, sehingga satu standar sama benarnya dengan yang lain”.
Praktek Komunikasi Interpersonal Yang Beretika
5 orientasi dan perilaku yang di rekomendasikan yang berasal dari orientasi
yang menolong untuk mengembangkan etika antarbudaya.
1. Komunikasi menghasilkan respon
Dalam lingkungan antarbudaya, dimana perbedaan budaya merupakan suatu
faktor, sulit bagi seseorang untuk menilai dan memprediksi tipe respons yang
mungkin dihasilkan dari pesannya. Menebak respons orang dari budaya lain
jauh lebih sulit. Pesan-pesan berpotensi menghasilkan efek yang besar pada
orang-orang yang berinteraksi dengan diri kita. Oleh karena itu kita harus selalu
mewaspadai pengaruh pesan bagi orang lain.
2. Menghargai orang lain
Dalam interaksi antarbudaya tentunya harus ada hukum timbal balik , yang
dimaksudkan disini adalah perilaku saling menghormati. Hal ini berarti bahwa
seseorang harus menjagkau jauh dari norma budaya nya dan menghormati
budaya yang lain,dibandingkan dengan menghilangkan perilaku yng tidak sama
dengan budaya nya sendiri.
3. Mencari persamaan antara masyarakat dan budaya
Pencarian persamaan ini merupakan komponen etika yang penting, karena hal
itu memungkinkan seseorang untuk melihat hal yang sama yang menolong
mereka untuk memutuskan bagaimana mereka memperlakukan orang
19
lain,terlepas dari budaya orang tersebut. Persamaan inilah yang menyatukan
orang-orang dan membuat semua orang sebagai bagian dari “desa global”.
4. Menghargai perbedaan budaya
Dengan menumbuhkan rasa menghargai perbedaan budaya ,seseorang akan
memperoleh perspektif etika kultural. Perspektif yang lengkap dan jujur akan
menghargai persamaan dan perbedaan. Dengan menerima dan mengapresiasi
kedua hal tersebut,seseorang mampu untuk menilai konsekuensi yang potensial
dalam tindakan komunikatif dan menjadi lebih toleran dari yang lainnya.
5. Menerima tanggung jawab dari perilaku anda
Semua keputusan atas tindakan dan bahkan kegagalan seseorang akan
memengaruhi diri mereka maupun orang lain. Jadi jika kita tinggal di dunia
yang sesak dan saling berhubungan dan sama-sama “penghuni sementara” yang
ingin bertahan hidup maka kita harus menerima peranan kita dalam dunia ini
bahwa masyarakat dan budaya itu saling berhubungan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memasuki dunia dan budaya baru, kita harus siap dengan tantangan perbedaan
bahasa, kebiasaan, perilaku, budaya dan komunikasi. Komunikasi dengan perbedaan
budaya dapat menghasilkan respons emosi,seperti perasaan kikuk dan gelisah. Kompetensi
antarbudaya berarti memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan efektif dan panas
dengan anggota budaya yang lain. Oleh karena itu, ketika kita memasuki suatu lingkungan
dan budaya baru maka kita perlu :
1. Meningkatkan kompetensi komunikasi antarbudaya
2. Mendengarkan Yang Efektif
3. Mengembangkan Fleksibilitas Komunikasi
Untuk menjadi komunikator yang kompeten, kita harus memiliki :
1. Motivasi untuk berkomunikasi
2. Pengetahuan yang cukup mengenai budaya
3. Kemampuan berkomunikasi yang sesuai
4. Sensitivitas
5. Karakter
Masalah yang berpotensi timbul dalam komunikasi antarbudaya meliputi gagalnya
mengenali perbedaan, ras gelisah, keinginan untuk mengurangi ketidakpastian, stereotip,
prasangka, dll.
Orientasi dan perilaku yang untuk mengembangkan etika antarbudaya.
1. Komunikasi menghasilkan respon
2. Menghargai orang lain
3. Mencari persamaan antara masyarakat dan budaya
4. Menghargai perbedaan budaya
5. Menerima tanggung jawab dari perilaku anda
21
DAFTAR PUSTAKA
Samovar, Larry A., Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas
Budaya Communication Between Cultures (7th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (1990). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Luthfia, Amia (2011) Kompetensi Komunikasi Antar Budaya Peserta Pelatihan Dari
Indonesia Di Australia.Jurnal Humaniora, 02 (01). Issn 2087-1236
Luthfia, Amia (2012) Realitas Kompetensi Komunikasi Antar Budaya Pada Proses Adaptasi
Pelajar Indonesia Di Luar Negeri. Jurnal Humaniora, 03 (02). Issn 2087-1236
22