34
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menolong kita semua memperoleh kemampuan komunikasi antarbudaya yang akan dibutuhkan agar kita dapat hidup dan bekerja dalam masyarakat global. Mungkin kita nantinya bekerja di perusahaan yang melayani pelanggan multikultural sehingga kemampuan untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang multikultural dan berinteraksi dengan orang-orang budaya lain dan mungkin bahasa lain akan sangat diperlukan untuk kesuksesan. Dengan pengetahuan tentang keberagaman budayadan kemampuan berkomunikasi antarbudaya akan menolong anda beradatasi dengan lingkungan pekerjaan. Dalam bab ini, akan memberikan pengetahuan, orientasi dan kemampuan yang akan Anda butuhkan ketika memasuki suatu budaya baru. Jadi pada baab ini akan dibahas mengenai: 1.Bagaimana menjadi komunikator antarbudaya yang berkualitas 2.Wawan mengenai dinamika ketika memasuki dunia yang baru 3.Pengetahuan tentang etika antarbudaya 1

Budaya konteks memasuki budaya baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Budaya konteks memasuki budaya baru

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan menolong kita semua memperoleh kemampuan komunikasi antarbudaya

yang akan dibutuhkan agar kita dapat hidup dan bekerja dalam masyarakat global. Mungkin

kita nantinya bekerja di perusahaan yang melayani pelanggan multikultural sehingga

kemampuan untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang multikultural dan berinteraksi

dengan orang-orang budaya lain dan mungkin bahasa lain akan sangat diperlukan untuk

kesuksesan. Dengan pengetahuan tentang keberagaman budayadan kemampuan

berkomunikasi antarbudaya akan menolong anda beradatasi dengan lingkungan pekerjaan.

Dalam bab ini, akan memberikan pengetahuan, orientasi dan kemampuan yang akan

Anda butuhkan ketika memasuki suatu budaya baru. Jadi pada baab ini akan dibahas

mengenai:

1. Bagaimana menjadi komunikator antarbudaya yang berkualitas

2. Wawan mengenai dinamika ketika memasuki dunia yang baru

3. Pengetahuan tentang etika antarbudaya

1

Page 2: Budaya konteks memasuki budaya baru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menjadi Seorang Komunikator Antarbudaya Yang Kompeten

Dalam memasuki dunia dan budaya baru, kita harus siap dengan tantangan perbedaan

bahasa, kebiasaan dan perilaku yang tidak biasa dan mungkin aneh, dan keanekaragaman

budaya baik dalam komunikasi verbal dan non-verbal, untuk mencapai kesuksesan. Untuk

itu kita perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang bisa membawa Anda untuk

menjadi komunikator antarbudaya yang berkualitas. Sebelum kita membahas tekhnik-

tekhnik dalam mengembangkan kompetensi komunikasi antarbudaya, kita akan membahas

telebih dahulu apa itu kompetensi komunikasi antarbudaya dan 5 komponen utamanya.

Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

Spitzberg menyatakan bahwa, kompetensi komunkasi antarbudaya adalah perilaku yang

pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu. Sedangkan Kim menyebutkan bahwa

kompetensi komunkasi antarbudaya merupakan kemampuan internal suatu individu untuk

mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya, yakni : perbedaan budaya dan kebiasaan,

postur intergroup, dan pengalaman stres.

Dari kedua pendapat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa menjadi komunikator yang

kompeten berarti memiliki kemampuan untuk berinterkasi secara efektif dan sesuai dengan

anggota dari budaya yang memiliki latar belakang linguistik-kultural. Adapun 5 komponen

kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan

pantas dalam budaya lain :

1. Motivasi untuk berkomunikasi

Motivasi dalam kompetensi komunikasi antarbudaya maksudnya adalah keinginan

pribadi untuk emningkatkan kemampuan komunikasi. Jadi, sebagai motivator yang

penuh motivasi, Anda harus menunjukkan ketertarikan, berusaha keras untuk berbicara

serta mengerti dan menawarkan bantuan. Dan selanjutnya kita menunjukkan bahwa kita

ingin berhubungan dengan orang lain dalam level personal dan memiliki perspektif

internasional ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.

2

Page 3: Budaya konteks memasuki budaya baru

Agar komunikasi antarbudaya sukses, kita harus termotivasi untuk maju melintasi

batas pribadi dan berusaha mempelajari pengalaman-pengalamanorang yang bukan

bagian dari kehidupan sehari-hari.

2. Pengetahuan yang cukup mengenai budaya

Komponen pengetahuan dalam kompetensi komunkasi antarbudaya berarti kita

menyadaridan memahami peraturan, norma, dan harapan yang diasosiasikan dengan

budaya orang-orang yang berhubungan dengan Anda. Ada 2 jenis pengetahuan agar kita

lebih koompten :

a. Pengetahuan konten

Meliputi pengetahuan mengenai topik apa, kata-kata, arti dst yang diperlukan

dalam situasi.

b. Pengetahuan prosedural, merujuk pada pengetahuan mengenai bagaimana

membuat, merencanakan, dan menunjukkan pengetahuan konten dalam situasi tertentu.

Kita memerlukan ke-2 pengetahuan ini dalam rangka menentukan strategi

komunikasi yang tepat, protokol apa yang pantas, dan kebiasaan budaya apa yang perlu

diamati.

3. Kemampuan berkomunikasi yang sesuai

Sebagai komunikator antarbudaya yang kompeten kita harus dapat mendengar,

mengamati, menganaisis dan menginterpretasikan serta mengapikasikan perilaku khusus

ini dalam cara yang memungkinkan Anda untuk mencapai tujuan. Anda harus

menyadari , bagaimana pun, bahwa kemampuan berkomunikasi yang sukses dengan

suatu kelompok mungkin tidak pantas bagi budaya lain.

4. Sensitivitas

Sensitivitas ini meliputi, sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai

budaya yang lain, terbuka pada perbedaan, dan merasa nyaman dengan yang lain.

Komunikator yang sensitif memiliki rasa toleransi terhadap ambiguitas.

5. Karakter

Karakter merupakan kesuluruhan pilihan seseorang. Bagaimana seseorang

melaksanakan pilihan ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda budayanya. Sifat

yang sering diasosiakan dengan karakter adalah kejujuran, penghargaan, kewajaran, dan

kemampuan untuk melakukan pilihan yang tepat, dan juga kehormatan, altruisme (sifat

saling mementingkan kepentingan orang lain), ketulusan dan niat baik,

3

Page 4: Budaya konteks memasuki budaya baru

Meningkatkan Kompetensi Komunkasi Antarbudaya

Mengenal diri sendiri dan prasangka Anda merupakan elemen paling penting dalam

menjadi komunikator yang kompeten. Agar kita dapat merefleksikan diri dan mengetahui dari

mana kita datang ketika memasuki interkasi antarbudaya, kita harus mempelajari

1. Sadarilah budaya sendiri

Langkah pertama mengenal diri sendiri adalah mengenal budaya sendiri. Karean

setiap orang melihat dunia dari kacamata budayanya sendiri

2. Amatilah perilaku pribadi Anda

Tidak hanya mengetahui nilai, perilaku, dan persepsi budaya, tapi juga harus

mengetahui sistem kepercayaan diri sendiri. Kita perlu mengidentifikasi prilaku pribadi,

sterotip, prasangka dan pendapat kita miliki yang mejadi prasangka kita dalam mengenai

dunia ini. Mengetahui apa yang kita suka atau tidak kita sukai dan tingkat

ethnosentrisme pribadi.

3. Memahami gaya komunikasi sendiri

Tanyakan pada diri Anda, “Bagaimanakah saya berkomunikasi, bagaimanakah

orang melihat saya?”, jika kita memandang diri kita sendiri dalam suatu cara dan orang

lain yang berinteraksi dengan kita memandang kita dengan cara dengan lain, masalah

serius dapat muncul. Jika kita melihat diri kita sendiri sebagai orang yang sabar dan

tenang, namun kita terlihat terburu-buru dan gelisah, maka kita akan kesulitan utnuk

memahami mengapa orang mengapa orang memberikan suatu respons. Sebagai langkah

awal, kita harus belajar mengenali gaya komunikasi (cara dimana kita menyatakan diri

kita sendiri kepada orang lain)

Gaya-Gaya Komunikasi

Sifat Kharakteristik komunikasi

1. Dominan

2. Dramatis

3. Suka bertengkar

Sering bicara, memotong pembicaraan, dan

menguasai pembicaraan

Menggunakan bahasa yang ekspresif, kadang

membesar-besarkan dan membumbui

pembicaraan

Senang bergumen dan kadang bersifat memusuhi

4

Page 5: Budaya konteks memasuki budaya baru

4. Mengasyikkan

5. Memberikan

kesan

6. Rileks

7. Penuh perhatian

8. Terbuka

9. Ramah

Menggunakan gerakan dengan penuh semangat

dan ekspresi wajah

Menyatakan pendapat dan perasaan dengan cara

yang tidak dapat dihilangkan

Tenang, nyaman dan kadang gelisah di antara lain

Pendengar yang baik, kadang memberikan

semangat pada pembicara

Memberitahukan informasi pribadi, menyatakan

emosi, dan perasaan

Menawarkan umpan balik dan dukungan yang

positif

4. Memonitor diri sendiri

Setiap manusia memiliki cara berinteraksi yang unik. Untuk mengetahui bagaimana

kita berkomunikasi bukanlah hal mudah. Akan janggal juga kita menanyakan kepada

orang lain, apakh kita seorang yang rileks, suka bertengkar, ramah, asyik dsb. Kita harus

sensitif terhadap umpan balik apa yang kita terima dan jujur dalam membaca umpan

balik tersebut. Proses pengungkapan dan analisis diri, inlah yang disebut dengan

memonitor diri sendiri. Keuntungan dari memonitor diri adalah menemukan perilaku

yang pantas dalam setiap situasi, mengontrol reaksi emosi, menciptakan kesan yang baik,

dan memodifikasi perilaku kita Anda berpindah dari suatu situasi ke situasi lain. Kunci

dalam memonitor diri adalah dengan menyeimbangkan perhatian Anda terhadap

lingkungan dan motivasi Anda sendiri, pengetahuan, dan kemampuan.

5. Berempatilah

Empati secara luas dijelaskan sebagai bagian dari sensitivitas interpersonal dan

kompetensi sosial. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan, melihat secara

akurat, dan memberikan respons secra tepat terhadap kepribadian, hubungan dan

lingkungan sosial seseorang. Empati juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk

5

Page 6: Budaya konteks memasuki budaya baru

mengenali dan memahami persepsi dan perasaan orang lain, dan dengan akurat

menyatakan pemahaman melalui respons menerma.

Sedangkan yang dimaksud dengan empati dalam ruang lingkup budaya adalah kita

mampu membayangkan diri kita sendiri berada dalam posisi yang secara budaya berbeda

dan untuk mengalami apa yang dialami seseorang. Empati merupakan dasar komunikasi

anatarbudaya, dan merupkan hal penting dalam komptensi komunikasi anatarbudaya

yang kompeten dan efektif.

Ada dua pandangan mengengai peranan empati dalam komunikasi antar budaya,

a. Untuk berkomunikasi secara interpersonal, seseorang harus meninggalkan level

prediksi kultural dan sosiologis menuju level psikologis. Dengan kata lain kita harus

menggunakan empati karena mampu menekan poin analisisnya terletak pada

kepribadian seseorang.

b. Empati merupakan aktivitas yang kompleks yang terdiri dari berbagai variabel, yaitu

komponen kognitif (berfikir dan berusaha melihat dunia dari cara padang orang lain),

dimensi afektif (mengidentifikasikan emosi dan merasakan emosi dan pengalaman

orang lain) dan elemen komunikasi (pemahaman dan perhatian melalui petunjuk

verbal dan non verbal).

Ada beberapa kharakteristik yang dapat menghalangi empati :

1. Latar belakang budaya yang berbeda

orang dari budaya yang samaakan menampilkan kemampuan empati yang lebih

besar dibandingkan dari mereka yang berasal dari budaya yang berbeda. Oleh karena

itu, ketika berbicara dengan seseorang dengan budaya yang berbeda, Anda harus

memiliki pengetahuan tentang budaya mereka untuk meningkatkan kemampuan empati.

2. Fokus diri yang konstan

Fokus diri yang konstan merupakan halangan paling umum dalam berempati.

3. Stereotip mengenai gender, ras , dan budaya

Kecendrungan untuk hanya memperhatikan gender seseorang, warna kulit dan

nama keluarga dan dari informasi yang terbatas ini kita membuat asumsi mengenai sifat

dan karakter seseorang. Ini merupakan cara berempati yang buruk. Karena ciri-ciri luar

hanya menggambarkan sedikit ujung dari gunung es.

4. Prilaku melindungi diri

6

Page 7: Budaya konteks memasuki budaya baru

Jika anda merasa orang lain sedang menghakimi atau menilai Anda, hal ini akan

membuat Anda ragu-ragu untuk menawarkan informasi yang menghasilkan empati,

misalnya : ketika sedang berbagi informasi pribadi kepada orang lain, ternyata orang

tersebut menasehati Anda mengenai kebodohan tindakan Anda. Setelah beberpa menit

dikritik dan ditertawakan, mungkin kita akan memutuskan untuk tidak membagi

informasi apapun dengan orang tersebut.

Berikut ini cara-cara dalam mengembangkan keterampilan dalam berempati:

1. Perhatian

Fokus selama berinteraksi merupakan langkah pertama dalam meningkatkan

kemampuan dalam berempati. Sangat penting untuk mendengarkan pesan dan

memperhatikan emosi spontan orang lain, dibandingkan fokus pada rencana sendiri.

2. Menyatakan empati

Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang dari budaya lain untuk memberikan

Anda pesan verbal dan non verbal mengenai diri mereka jika kita tidak menanggapi

usaha mereka. Dengan berperilaku lebih ekspresif, Anda akan mendorong orang tersbut

untuk lebih ekspresif.

3. Terlibatlah hanya dalam perilaku yang dapat diterima budaya

Empati dikembangkan dengan waspada dan tidak melakukan perilaku-perilaku

yang bagi anggota subkultur tertentu merupakan hal yang kurang ajar atau penghinaan.

Jadi untuk berhasil menjadi komunikator antarbudaya, Anda harus berempati, dan

kemampuan tersebut dapat dikembangkan hanya jika Anda peka terhadap nilai-nilai

budaya dan adat istiadat orang-orang yang berinteraksi dengan Anda.

4. Belajar menerima perbedaan

Komunikator antarbudaya yang kompeten berpusat pada orang, sensitif serta baik,

memiliki pengalaman dengan budaya yang berbeda, ingin belajar mengenai masalah

budaya, dan mampu dalam proses tersbut. Hubungan antara empati dan penerimaan

akan budaya berbeda adalah karena empati didasarkan atas penerimaan perbedaan dan

membangunnya dalam cara yang positif.

Mendengarkan Yang Efektif

Kemampuan mendengarkan merupakan aktivitas komunikasi antarbudaya yang penting,

karena mendengarkan dan budaya saling berhubungan. Dengan mendengarkan akan

mengurangi kesalahpamahan. Kita akan membahas cara mendengarkan yang efektif :

7

Page 8: Budaya konteks memasuki budaya baru

Mendengarkan secara langsung dan tidak langsung.

Perbedaan budaya dalam perilaku mendengarkan dapat dikategorikan atas

langsung dan tidak langsung. Dalam budaya mendengarkan seperti Perancis, Jerman

dan AS, orang-orang mendengar fakta dan informasi yang konkret. Dalam budaya

mendengarkan tidak langsung seperti Finlandia, jepang dan Swesi, orang

mendengarkan dengan cara sangat berbeda. Tidak ada interupsi ketika seseorang

berbicara dan kesopanan merupakan bagian dari perilaku mendengarkan.

Nilai dalam mendengarkan

Nilai dari sikap diam dan mendengarkan lebih dihargai dibangdingkan berbicara.

Dengan sikap diam kita akan lebih mendapatkan pengetahuan dari percakapan

tersebut serta pemahaman yang jelas mengenai orang –orang yang berinteraksi dengan

Anda.

Komunikasi non verbal dan mendengarkan.

Tanggapan non verbal untuk apa yang kita dengar sering dipengaruhi oleh

budaya. Di AS, suara “hmm-mm” atau uh-huh” merupakan tanda perhatian terhadap

orang yang bericara. Kontak mata juga merupakan tindakan non verbal lainnya yang

berpengaruh dalam proses mendengarkan.

Berikan umpan balik

Umpan balik merupakan informasi yang dihasilkan oleh orang yang menerima

pesan-informasi yang dikembalikan kepada orang yang mengirim pesan awal. Umpan

balik dapat berupa verbal, non verbal atau keduanya dan mungkin disengaja atau

tidak disengaja. Bagaimana mendorong orang lain untuk memberikan umpan balik :

- Umpan balik non verbal

Langkah pertama dalam meningkatkan umpan balik non verbal adalah

dengan mengenali bahwa bentuk dan arti umpan balik terikat secara budaya.

Sehingga jangan menyimpulkan bahwa umpan balik non verbal di suatu

budaya memiliki arti yang sama di budaya lain.

- Umpan balik verbal

Perilaku verbal yang positif dapat mendorong umpan balik. Dalam budaya

yang menghargai percakapan dan keterbukaan, menanyakan pertanyaan

merupakan metode yang tepat untuk memancing umpan balik mengenai

kualitas pesan Anda.

- Sikap diam sebagai umpan balik

8

Page 9: Budaya konteks memasuki budaya baru

Ada waktunya sikap diam digunakan sebaga umpan balik. Ada budaya yang

membutuhkan waktu yang cukup lama, dan kita harus belajar menghargainya

ketika berhubungan. Ada juga budaya yang menghargai keputusan yang

diambil dengan cepat.

- Memberikan umpan balik yang tidak evaluatif

Ketika kita memberikan umpan balik yang tidak evaluatif, artinya kita

menahan diri untuk melakukan penilaian pribadi kita atau mencoba

menghindari umpan balik negatif. Contohnya ketika kita tidak sependapat

dengan orang lain. Hal yang dapat dilakukan adalah :

1. Sering memindahkan tubuh seolah-olah kita bosan dengan

pembicaraannya

2. Postur tubuh yang sedang malas

3. Melakukan aktifitas lain (berbicara dengan orang lain, menulis) ketika

orang lainsedang berbicara

4. Melipat tangan

5. Mengerutkan dahi dan cemberut

Mengembangkan Fleksibilitas Komunikasi

Pengertian daro kompetensi memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri (fleksibel)

dan membiasakan perilaku komunikasi seseuai dengan situasi, orang lain, dan diri sendiri.

Sehingga kita harus mampu memilih strategi yang sesuai untuk mengumpulkan informasi

yang kita butuhkan mengenai orang lain supaya dapat berkomunikasi secara efektif dengan

mereka.

Komponen yang jelas dari fleksibilitas adalah bertoleransi terhadap ambiguitas. Ada

beberapa perilaku selektif yang digunakan oleh komunikator antar budaya yang kompeten

untuk meningkatkan rasa toleransi mereka terhadap ambiguitas :

1. Tunda keputusan untuk mendekati orang atau lingkungan baru hingga mendapatkan

informasi yang cukup.

2. Gunakan uji coba dibandingkan formula yang sama sampai segala sesuatu menjadi

jelas.

3. Jangan bersifat menilai, sabar, mengharapkan yang tidak diharapkan dan adptif

9

Page 10: Budaya konteks memasuki budaya baru

B. Memasuki Budaya Baru

Thomas Jefferson pernah menuliskan “Bepergian membuat seseorang lebih

bijaksana,namun sedikit bahagia”.pepatah ini menggarisbawahi bagaimana seseorang

menyukai suatu hal yang sudah lazim.ketika anda meninggalkan hal yang biasa bagi

anda dan lingkungan yang nyaman serta memasuki suatu budaya yang baru anda

mungkin mengalami kegelisahan dan emosi ketika dua realitas dan konsep bertemu.anda

seharusnya tidak terkejut bahwa berhubungan dengan budaya yang baru dapat

menimbulkan tekanan mental dan kesulitan yang menyertainya.seperti yang dinyatakan

oleh Spencer-Rodgers dan MCGovern “komunikasi dengan budaya yang berbeda kadang

diasosiasikan dengan respon emosi yang kurang baik yang mengarah pada perasaan

kikuk dan gugup.Smith dan Bond menawarkan kesimpulan yang lebih spesifik dari

beberapa masalah ketika pindah ke lokasi yang baru: “ berpisah dari jaringan ,perbedaan

iklim ,meningkatnya masalah kesehatan ,perubahan dalam materi dan teknik,kurangnya

informasi mengenai rutinitas sehari-hari ( misalnya bagaimana cara berpergian antara

kota A ke B)

Jika anda menghabiskan akhir pecan anda di Paris dan satu minggu di

Cancun,adaptasi budaya bukanlah suatu maslah.namum jika anda memasuki suatu

budaya yang bau untuk waktu yang lama,anda haarus beradaptasi dengan budaya

tersebut.sebelum kita membahas masalah yang diasosiasikan dengan adaptasi

budaya,anda perlu menyadari bahwa ada perbedaan antara pengunjung sementara

(sojourner) dan mereka yang akan tinggal lebih lama (settler,imigran).perbedaan ini

relevan seperti yang ditulis oleh Bochner,

“Karena pengalaman masing masing dan demikian juga dengan reaksi mereka

bebeda.misalnya,dua kelompok memiliki perbedaan batasan waktu.settler(penghuni

tetap) menghadapi proses dalam membuat komitmen yang permanen dengan masyarakat

yang baru,di mana pengunjung ada di suatu temta untuk sementara saja walaupun hal

ini berbeda antara satu hari dengan turis dan beberapa tahun dengan mahasiswa asing”

10

Page 11: Budaya konteks memasuki budaya baru

Masalah yang dihadapi seseorang dalam beradaptasi dengan budaya baru

beragam.apakah anda seorang pengunjung,pengunjung jangka panjang atau berencana

untuk menetap,anda akan mengalami berbagai ketidaknyamana psikologis dan

fisik.pengalaman ini dikenal dengan istilah kejutan budaya (culture shock).jika anda

merupakan pengunjung jangka pendek belajar mengenali dan mengatasi kejutan budaya

selama periode kunjungan anda,biasanya merupakan penyesuaian yang cukup untuk

membantu anda menyelesaikan masa tinggal anda.sebaliknya jika anda berencana untuk

tinggal lebih lama atau menjadi penduduk tetap,anda harus mengatasi kejutan budaya

dan beradaptasi dengan budaya yang baru.dalam diskusi berikut,kita akan membahas

masalah kejutan budaya dan kemudian beralih ke masalah adaptasi budaya.

Kejutan Budaya

Dalam sebuah penelitian,Summer,Katherine,dan Patricia tiba di San Joe,Kosta

Rika dengan bahagia.”kita akan memiliki banyak hal.kita bersemangat,berpikiran

terbuka,dan penjelajah yang lapar untuk meneliti! Hal yang terpenting kita

bersahabat,dan samam sama pergi menjelajah.namum selama masa penyesuaian ,banyak

pendatang baru yang merasa takut dan diasingkan,tidak disukai bahkan dicurigai.jadi

kegembiraan tiga penjelajah ini pun lenyap.”ketika kami berjuang umtuk menukarkan

dollar ke mata uang Kosta Riska,kolones,berkomunikasi dalam keadaan yang

nampaknya sederhana (misalnya,memesan sandwich dafri counter deli)dan berjalan di

jalana Kosta Rika (yang banyak tidak diberi nama dan ditandai) ekspedisi raya kami

kelihatan jauh dari kenyataan:kita adalah orang asing.sebagai tambahan kami mengalami

kejutan budaya.

Menjelaskan Kejutan Budaya

Kejutan budaya merupakan keadaan mental yang dating dari transisi yang terjadi

ketika anda pergi dari lingkungan yang anda kenal ke lingkungan yang tidak anda kenal

dan menemukan bahwa pola prilaku anda yang dulu tidak efektif.Istilah “kejutan

budaya” dikenalkan oleh antropolog Kalvero Orberg pada tahun 1960. Kalvero Oberg

memberikan definisi yang detail mengenai fenomena ini dalam paragraf berikut:

Kejutan budaya ditimbulkan oleh rasa gelisah sebagai akibat dari hilangnya semua

tanda dan simbol yang biasa kita hadapi dalam hubungan sosial. Tanda dan petunjuk ini

terdiri atas ribuan cara dimana kita mengorientasikan diri kita sendiri dalam kehidupan

11

Page 12: Budaya konteks memasuki budaya baru

sehari-hari: bagaimana memberi petunjuk, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan

dimana untuk tidak merespon.

Walaupun definisi Oberg penting karena merupakan definisi pertama, namun

definisi tersebut tidak menyebutkan bahwa kejutan budaya juga melibatkan gangguan

yang hebat dari rutinitas, ego, dan gambaran diri. Perasaan ini tidak hanya dialami oleh

pengunjung, pebisnis, pelajar, dan imigran, namun hal ini juga dapat dialami oleh

individu yang mengalami tatap muka dengan anggota kelompok luar dalam budaya

mereka sendiri.

Reaksi Terhadap Kejutan Budaya

Reaksi yang diasosiasikan dengan kejutan budaya bervariasi diantara setiap

individu dan dapat muncul dalam waktu yang berbeda. Misalnya, seseorang yang terus

menerus berhubungan dengan budaya lain mungkin merasa sedikit gelisah. Kejutan

budaya menurut Smith, dapat menghasilkan sejumlah reaksi yang berpotensi

mengakibatkan masalah. Paling tidak, kejutan budaya dapat menyebabkan anda merasa

"putus asa", "lelah", dan "tidak nyaman'. Menurut Ryan dan Twibell, kejutan budaya

membutuhkan beberapa penyesuaian sebelum anda akhirnya dapat beradaptasi dengan

lingkungan yang baru. Kita harus menambahkan bahwa daftar ini tidak dimaksudkan

untuk membatasi anda atau membuat anda khawatir ketika memasuki budaya yang lain,

namun untuk menolong anda menyiapkan diri ketika anda mengalami reaksi tersebut.

Permusuhan terhadap lingkungan yang baru

Perasaan disorientasi

Perasaan tertolak

Sakit perut dan sakit kepala

Rindu kampung halaman

Merindukan teman dan keluarga

Perasaan kehilangan status dan pengaruh

Menyendiri

Mengganggap anggota budaya yang lain tidak sensitif

Tahap-Tahap Kejutan Budaya (Kurva-U)

Walaupun ada banyak variasi dari bagaimana orang memberikan respons terhadap

kejutan budaya dan jumlah waktu yang mereka butuhkan untuk menyesuaikan diri, banyak

literatur yang membahas masalah kejutan budaya biasanya dilewati oleh orang-orang dalam

empat tahapan.

12

Page 13: Budaya konteks memasuki budaya baru

Fase Kegembiraan

Divisualisasikan sebagai ujung sebelah kiri dalam kurva-U, biasanya penuh dengan rasa

gembira, harapan, dan euforia seperti yang diantisipasi seseorang ketika berhadapan dengan

budaya yang baru. Marx menawarkan ulasan yang bagus dari bagaimana fase yang pertama

ini dilihat oleh seseorang yang mengerjakan tugas manajerial internasional:

Kehidupan barunya dianggap menyediakan kesempatan yang tidak terbatas dan sang

manajer biasanya dalam keadaan gembira. Ada keterbukaan dan keingintahuan, tergabung

dengan kesediaan untuk menerima apapun yang ada. Hal yang paling penting, dalam tahap

ini penilaian tidak dikerjakan dan bahkan rasa tersinggung juga ditekan supaya dapat

berkonsentrasi pada hal-hal yang menyenangkan dari pekerjaan, negara, rekan sekerja,

makanan, dan lain-lain.

1. Fase Kekecewaan

Dimulai ketika anda menyadari kenyataan dari ruang lingkup yang berbeda dan

beberapa masalah awal mulai berkembang. Misalnya kesulitan beradaptasi dan

komunikasi mulai timbul. Seperti yang dituliskan oleh Triandis, “fase kedua ini

merupakan periode ketika kesulitan bahasa, tidak cukupnya sekolah untuk anak-anak,

perumahan yang kualitasnya buruk, transportasi yang sesak, pusat perbelanjaan yang

kacau balau, dan lain sebagainya mulai menjadi masalah. Fase ini kadang ditandai

oleh perasaan kecewa, tidak puas, dan segala sesuatunya mengerikan. Hal ini

merupakan periode kritis dari kejutan budaya. Orang-orang mulai bingung dan heran

dengan lingkungan baru mereka.

2. Fase Awal Resolusi

Ditandai oleh pemahaman yang diperolehdari budaya yang baru. Di sini orang-

orang secara bertahap membuat beberapa penyesuaian dan modifikasi dalam

bagaimana mereka berhadapan dengan budaya yang baru. Peristiwa dan orang-orang

sekarang kelihatan lebih dapat diprediksi dan tingkat stress sedikit.

Fase berfungsi dengan efektif.dalam fase yang terakhir ini,berada pada ujung sebelah

kanan atas dari kurva-U ,seseorang mulai mengerti emelem dari kunci budaya yang baru

( nilai,kebiasaan khusus,kepercayaanb,pola komunikasi,dan laian lain).pada tahap ini,Ryan

dan Twibell menyatakan orang merasa nyaman dalam budaya yang baru dan mampu bekerja

13

Page 14: Budaya konteks memasuki budaya baru

baik.kemampuan seseorang untuk hidup dan berfungsi dalam budaya (yang lama dan yang

baru) sering kali diiringi oleh perasaan gembira dan puas.

Pelajaran Dari Kejutan Budaya

Diskusi mengenai kejutan budaya didasarkan oleh dua premis .pertama setiap yahun

jutaan orang berangkat keluar negri untuk bekerja,bepergian dan belajar.kedua banyak

pengalaman pengalaman yang berakhir dengan sters,rindu kampung halaman dan

kebingungan.”kejutan budaya merupakan tanda positif yang menandakan bahwa ekspariat

menjadi terlibat dalam budaya yang baru dibandingkan terisolasi dalam mlingkup

ekspariat saja.keterlibatan ini menolong orang orang untuk belajar mengenai diri sendiri

dan pada saat yang sama juga budaya yang lain.dalam suatau studi yang mempelajari

kejutan budaya Kawanao menyimpulkan bahwa kejutan budaya “memberikana

kesempatan pada pengunjung untuk mempelajari diri mereka sendiri.dalam hal ini

pengalaman kejutan budaya memiliki potensi yang kuat untuk membuat seseorang

menjadi multikultur dan bikultur.

Diluar kejutan Budaya

Pengaruh dan pentingnya untuk beradaptasi pada budaya yang baru ini jelas

dinyatakan oleh Kosic dan Phalet:

Migrasi international menciptakan masyarakat yang berbeda secara budaya dan

etnis.ketika orang orang dari budaya yang berbeda saling berinteraksi mereka tidak hanya

mengalami system kepercayaan,nilai,kebiasaan dan prilaku yang berbeda,namun

sayangnya juga prasangka yang satu dengan yang lainnya.kelihatannya hubungan social

antara imigran dan penduduk local kurang padudan sering kali menunjukan rasa

permusuhan yang kuat bahkan rasisme dibalik raasa toleransi.dalam debat politik dan

debat umum imigran biasanya digambarkan sebagai pembuat masalah.

Banyak dari orang mengalami kesulitan yang signifikan ketika beradaptasi dengan

budaya tuan rumah.jadi masalah yang dihadapi seseorang yang mencoba beradaptasi

dengan budaya yang beragam.sealama masa awal penyesuaian pendatang baru biasa

merasa takut dan terisolasi,tidak disukai,dicurigai seperti yang kami jelaskan sebelumnya

dalam kejutan buday.ulasan mengenai alasan dari perasaan ini merupakan langkah

pertama dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dalam

budaya yang baru.

14

Page 15: Budaya konteks memasuki budaya baru

Akulturasi: Penyesuaian Terhadap Budaya Yang Baru

Akulturasi seperti yang anda ketahui merupakan proses pembelajaran bagaimana

untuk hidup dalam budaya yang baru.Berry menjelaskan akulturasi sebagai proses dari

perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua

atau lebih kelompok budaya dan anggotanya.dalam tahap individual hal ini melibatkan

perubahan dalam prilaku seseorang proses penyesuaian ini merupakan proses panjang

yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.misalnya terbukti bahwa

belajar bahsa akan menghasilkan hasil yang positif.pertama kali kita akan membahas isu

bahasa,ketidak seimbangan dan etnosentrisme.

Bahasa.jelaslah bahwa seseorang yang hidup dalam budaya yang baru ”harus

menghadapi tantangan terhadap rintangan bahasa,kebiasaan serta praktik yang tidak

biasa,dan variasi budaya dalam gaya komunikasi verbal dan non verbal dalam rangka

mencapai pemahaman.mengutip kesulitan ini,Ralph Waldo Emerson menuliskan “tidak

ada orang yang seharusnya bepergian sampai dia mengerti bahasa Negara yang

ditujunya.kalau tidak,ia akan membuat dirinya sendiri menjadi bayi besar tidak memiliki

harapan dan tampak konyol”.masalah ini sering dilihat diantara pengunjung kangka

panjangdan imigran di Amerika Serikat yang tidak menguasai bahasa Inggris.mereka

mengalami isolasi social,dan seperti yang dinyatakan oleh Leong dan Chou dipaksa ke

dalam lingkungan tidak begitu membutuhkan kemampuan bahasa Inggris dan sedikit

interaksi interpersonal.

Ketidakseimbangan.adaptasi yang sukses menbutuhkan segala pengetahuan

mengenai budaya tuan rumah dan bagaimana anda membuat pilihan yang tepat

menyangkut pengetahuan tersebut.ketidakseimbangan ini diasosiaikan dengan adaptasi

yang melahirkan dua isu yang saling bertentangan: 1.preferensi yang relative untuk

mempertahakan budaya asli identitas seseorang 2.preferensi yang relative untuk

berhubungan dengan anggota budaya tuan rumah.isu yang bertentangan ini mengarahn

pada empat cara seorang pengunjung berpindah budaya ke yang baru.pertama,Asimilasi

terjadi ketika imigran tidak ingin lagi mempertahankan identitas budaya asli mereka dan

memilih bergabung dngan tuan rumah,kedua pemisahaan yang terjadi ketika imigran

memegang teguh budaya asli mereka dan menolak bergabung dengan tuan rumah.bentuk

paling akhir adalah marginalisasi yang terjadi ketika ada sedikit kemungkinan untuk

mempertahankan warisan budaya asli seseorang atau sedikit rasa tertarik untuk

berhubungan dengan orang lain .

15

Page 16: Budaya konteks memasuki budaya baru

Etnosentrisme.halangan akulturasi kadang tumbuh karena etnosentrisme yang

mengarah pada prasangka yang pada gilirannya mengakibatkan kecurigaan,perrmusuhan

bahkan kebencian.apa yang menarik mengenai etnosentrisme adalah bahwa hal tersebut

mempengaruhu baik imigran maupun budaya tuan rumah..kunci dari adaptasi yang efektif

adalahn kedua belah pihak untuk mengenali pengaruh etnosentrisme dan usaha untuk

mengawasinya.

Dinamika Stres-Adaptasi_Pertumbuhan. Dalam penelitian yangb terakhir,Kim

telah mengembangkan model teoritis yang menunjukan proses penyesuaian budaya yang

lebih kompleks dibandibgkan dengan model kurva-U dan kurva-W yang telah kita bahas

sebelumnya.dari perspektif ini ketika memasuki budaya yang baru seseorang mengalami

stress sebagai akibat hilangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal,jadi ia menjadi

stress ketika berhadapan dengan cara yang baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi

secara norma budaya yang baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi secara

normal,sehingga mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru melalui pngalaman yang

berkelanjutan dari adaptasi stress,perspektif orangpun semakin luas, sehingga

menghasilkan pertumbuhan pribadi.

Strategi Adaptasi

Buatlah Hubungan Pribadi dengan Budaya Tuan Rumah. Hubungan langsung dengan

budaya tuan rumah mendorong dan memfasilitasi sukses tidaknya proses adaptasi dengan

suatu budaya. Berteman merupakan cara terbaik untuk mengmbangkan hubungan dalam

budaya tuan rumah. Penelitian membuktikan bahwa memiliki banyak teman dari budaya

tuan rumah dibandingkan dengan hanya berhubungan dengan teman-teman ekspatriat,

merupakan penentuan kepuasan yang penting. Pada saat yang sama, penting untuk

berhubungan secara periodic dengan ekspatriat yang lain, sehingga anda dapat berbagi

masalah dan penyelesaiannya serta menemukan kenyamanan dengan berbicara bahasa asli

anda.

Mempelajari Budaya Tuan Rumah. Salah satu tema utama adalah pandangan bahwa

mengembangkan pengetahuan mengenai budaya lain merupakan langkah penting pertama

dalam meningkatkan komunikasi antar budaya. Kesadaran budaya berarti pemahaman

akan budayanya sendiri dan budaya orang lain yang mempengaruhi perilaku manusia dan

perbedaan dalam pola budaya. Oleh karena itu, kami mendorong anda untuk mempelajari

orientasi agama, system politik, nilai penting, dan kepercayaan, perilaku verbal dan non-

verbal, organisai keluarga, etika social, dan lain sebagainya dari suatu budaya.

16

Page 17: Budaya konteks memasuki budaya baru

Berpartisipasilah dalam Kegiatan Budaya. Cara terbaik untuk mempelajari budaya

yang baru adalah dengan berperan aktif dalam budaya tersebut. Hadirilah kegiatan sosial,

religius, dan budaya. Jika mungkin, cobalah berinteraksi dengan anggota budaya tuan

rumah tersebut. Dalam beberapa kesempatan, anggota dari budaya tuan rumah akan

menyambut kesempatan untuk mempelajari. Anda ketika anda membagikan budaya

mereka dengan anda.

Reaksi Budaya Tuan Rumah Terhadap Imigran

Sejauh ini kita telah membahas masalah yang dihadapi orang-orang yang memasuki

suatu budaya baru untuk jangka waktu lama atau untuk tinggal menetap sebagai penduduk

negara tersebut. Tingginya imigrasi dari orang-orang yang pindah ke negara dan budaya

yang baru berbagai alasan, mulai dari kesempatan pekerjaan sampai pengungsi politik,

telah mengakibatkan serangan balik terhadap imigrasi di mana anggota masyarakat tuan

rumah merasa diserang, dikendalikan, dan kehilangan budaya.

Di Amerika Serikat, banyak komunitas kecil yang secara historis lebih didominasi

oleh orang kulit putih, beragama Kristen, dan berbicara dalam bahasa Inggris sekarang

menemukan bahwa lingkungan tempat mereka tinggal sekarang ditempati oleh orang-

orang yang sedikit berbicara dalam bahasa Inggris, bukan Kristen, mengenakan pakaian

aneh, dan mewakili sebagian besar latar belakang etnis dan ras. Dalam berbagai

kesempatan, perubahan tersebut mengakibatkan serangan anti-imigran. Media berita

kadang melaporkan perilaku anti-imigran ini dengan cerita mengenai tuntutan bahasa

inggris yang ditetapkan sebagai bahasa resmi serta melarang anak-anak yang sekolah di

sekolah umum mengenakan pakaian etnis dan mempermasalahkan tenaga kerja “murah”

yang mengambil pekerjaan orang Amerika “asli”.

Kita hanya dapat menyatakan bahwa ada kecenderungan orang-orang bereaksi

dengan cara yang negative ketika mereka menganggap bahwa cara hidup mereka sedang

diganggu atau diubah, terutama oleh gelombang orang budaya lain. Seperti yang dikatakan

oleh Hogland, “Ketika mengalahkan dunia ini, pengaruh teknologi, perdagangan, dan

komunikasi hanya sedikit yang menjadikan dunia ini tempat yang lebih toleran lagi.” Jika

ingin berkomunikasi antar budaya yang sukses harus selalu dimulai dengan usaha untuk

memahami karakter budaya dimana anda berinteraksi. Langkah kedua adalah penerimaan.

Bahwa anda harus meningkatkan kesadaran dan belajar untuk toleran dan menerima hal

ini dilakukan untuk mengembangkan etika antar budaya pribadi.

17

Page 18: Budaya konteks memasuki budaya baru

C. Etika Antarbudaya

Jika berinteraksi dengan anggota dari budaya lain, bukan tidak biasa untuk

menemukan diri dalam diskusi dimana ada ketidaksetujuan mengenai apa yang benar

dan salah. Memutuskan bagaimana perasaan mengenai suatu posisi melibatkan

penilaian yang mengandung implikasi etika dan berfokus kepada pertanyaan apa yang

baik dan buruk ,pantas dan tidak pantas. Memikirkan suatu posisi juga mungkin

membutuhkan pikiran tentang mereka dalam pengertian yang luas, memikirkan apa

yang pantas bagi suatu masyarakat atau masyarakat global secara keseluruhan

dibandingkan apa yang pantas bagi seseorang atau beberapa orang. Oleh karena itu,

etika dapat dilihat sebagai refleksi dari keyakinan kita yang berakar dari

kebudayaan.etika juga menyediakan petunjuk yang mempengaruhi perilaku individu

ketika berkomunikasi dengan orang lain. Etika membantu dalam menentukan apa

yang harus kita kerjakan, bagaimana kita harus bertindak dan bagaimana kita

seharusnya berinteraksi dengan orang lain.

Apa itu etika?

Etika merujuk pada penilaian yang berfokus pada tingkat kebenaran dan

kesalahan, kebaikan dan kejahatan, dan kewajiban dalam perilaku manusia. Etika

merupakan alat yang dapat digunakan ketika membuat pilihan moral yang sulit dalam

kehidupan pribadi maupun profesional. Pilihan-pilihan tersebut meilbatkan

keseimbangan hak ketika jawaban yang ‘benar’ tidak ditemukan. Pilihan-pilihan

tersebut menjadi sulit ketika etika bertabrakan seperti yang biasa terjadi dalam

interaksi antarbudaya.

Ada beberfapa pendekatan mengenai setiap perfektif dalam etika dan

mengidentifikasikan bagaimana kita menghadapi sebuah isu dan dimana pada

akhirnya diri anda sendiri lah yang mengambil keputusan.

1. Fundamentalisme

Pendekatan pertama dikenal dengan fundamentalisme (absolutisme moral).

Pandangan ini mempercayai bahwa ada moralitas absolut yang kekal yang berlaku

untuk semua orang, dimanapun dan tidak bergantung darin konvensi budaya

seseorang. Dalam pandangan ini dijelaskan ada moralitas secara universal yang

ditetapkan oleh semua orang sepanjang waktu, dimana-mana. Jadi, orang-orang

18

Page 19: Budaya konteks memasuki budaya baru

atau budaya yang berbeda dari atau mengikuti praktik diluar konsep moral

universal ini sedang melakukan perilkau tidak etis,

2. Relativisme Budaya

Tidak seperti pandangan absolut diatas, pandangan kedua ini mengikuti relativitas.

Perfektif relativitas etika mempercayai bahwa nilai dan moralitas berhubungan

dengan budaya dan tergantung hanya pada persfektif masing-masing

budaya.relativisme budaya juga meliputi konsep relativisme etika yang menurut

robertson dan crittenden “berarti bahwa standar etika bervariasi dari satu budaya

ke budaya yang lain, sehingga satu standar sama benarnya dengan yang lain”.

Praktek Komunikasi Interpersonal Yang Beretika

5 orientasi dan perilaku yang di rekomendasikan yang berasal dari orientasi

yang menolong untuk mengembangkan etika antarbudaya.

1. Komunikasi menghasilkan respon

Dalam lingkungan antarbudaya, dimana perbedaan budaya merupakan suatu

faktor, sulit bagi seseorang untuk menilai dan memprediksi tipe respons yang

mungkin dihasilkan dari pesannya. Menebak respons orang dari budaya lain

jauh lebih sulit. Pesan-pesan berpotensi menghasilkan efek yang besar pada

orang-orang yang berinteraksi dengan diri kita. Oleh karena itu kita harus selalu

mewaspadai pengaruh pesan bagi orang lain.

2. Menghargai orang lain

Dalam interaksi antarbudaya tentunya harus ada hukum timbal balik , yang

dimaksudkan disini adalah perilaku saling menghormati. Hal ini berarti bahwa

seseorang harus menjagkau jauh dari norma budaya nya dan menghormati

budaya yang lain,dibandingkan dengan menghilangkan perilaku yng tidak sama

dengan budaya nya sendiri.

3. Mencari persamaan antara masyarakat dan budaya

Pencarian persamaan ini merupakan komponen etika yang penting, karena hal

itu memungkinkan seseorang untuk melihat hal yang sama yang menolong

mereka untuk memutuskan bagaimana mereka memperlakukan orang

19

Page 20: Budaya konteks memasuki budaya baru

lain,terlepas dari budaya orang tersebut. Persamaan inilah yang menyatukan

orang-orang dan membuat semua orang sebagai bagian dari “desa global”.

4. Menghargai perbedaan budaya

Dengan menumbuhkan rasa menghargai perbedaan budaya ,seseorang akan

memperoleh perspektif etika kultural. Perspektif yang lengkap dan jujur akan

menghargai persamaan dan perbedaan. Dengan menerima dan mengapresiasi

kedua hal tersebut,seseorang mampu untuk menilai konsekuensi yang potensial

dalam tindakan komunikatif dan menjadi lebih toleran dari yang lainnya.

5. Menerima tanggung jawab dari perilaku anda

Semua keputusan atas tindakan dan bahkan kegagalan seseorang akan

memengaruhi diri mereka maupun orang lain. Jadi jika kita tinggal di dunia

yang sesak dan saling berhubungan dan sama-sama “penghuni sementara” yang

ingin bertahan hidup maka kita harus menerima peranan kita dalam dunia ini

bahwa masyarakat dan budaya itu saling berhubungan.

20

Page 21: Budaya konteks memasuki budaya baru

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam memasuki dunia dan budaya baru, kita harus siap dengan tantangan perbedaan

bahasa, kebiasaan, perilaku, budaya dan komunikasi. Komunikasi dengan perbedaan

budaya dapat menghasilkan respons emosi,seperti perasaan kikuk dan gelisah. Kompetensi

antarbudaya berarti memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan efektif dan panas

dengan anggota budaya yang lain. Oleh karena itu, ketika kita memasuki suatu lingkungan

dan budaya baru maka kita perlu :

1. Meningkatkan kompetensi komunikasi antarbudaya

2. Mendengarkan Yang Efektif

3. Mengembangkan Fleksibilitas Komunikasi

Untuk menjadi komunikator yang kompeten, kita harus memiliki :

1. Motivasi untuk berkomunikasi

2. Pengetahuan yang cukup mengenai budaya

3. Kemampuan berkomunikasi yang sesuai

4. Sensitivitas

5. Karakter

Masalah yang berpotensi timbul dalam komunikasi antarbudaya meliputi gagalnya

mengenali perbedaan, ras gelisah, keinginan untuk mengurangi ketidakpastian, stereotip,

prasangka, dll.

Orientasi dan perilaku yang untuk mengembangkan etika antarbudaya.

1. Komunikasi menghasilkan respon

2. Menghargai orang lain

3. Mencari persamaan antara masyarakat dan budaya

4. Menghargai perbedaan budaya

5. Menerima tanggung jawab dari perilaku anda

21

Page 22: Budaya konteks memasuki budaya baru

DAFTAR PUSTAKA

Samovar, Larry A., Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas

Budaya Communication Between Cultures (7th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (1990). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Luthfia, Amia (2011) Kompetensi Komunikasi Antar Budaya Peserta Pelatihan Dari

Indonesia Di Australia.Jurnal Humaniora, 02 (01). Issn 2087-1236

Luthfia, Amia (2012) Realitas Kompetensi Komunikasi Antar Budaya Pada Proses Adaptasi

Pelajar Indonesia Di Luar Negeri. Jurnal Humaniora, 03 (02). Issn 2087-1236

22