35
Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Catatan harian ini diterjemahkan dari versi bahasa Inggris tulisan Malala di BBC Urdu. Semoga bermanfaat. Diterjemahkan sebagai bagian dari tulisan ini: http://kaki-kata.blogspot.com/2012/10/menulis-adalah-keberanian.html

Citation preview

Page 1: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Catatan Harian Malala Yousafzai

Page 2: Catatan Harian Malala Yousafzai

Sabtu (3/1) : Aku TakutMimpi buruk bernama helikopter militer dan Taliban kembali menghantuiku kemarin. Mimpi yang sudah kualami semenjak dimulainya operasi militer di Swat! Ibu membuatkanku sarapan pagi ini, kemudian aku berangkat ke sekolah. Aku sebenarnya takut, karena Taliban telah mengeluarkan maklumat pelarangan sekolah untuk anak-anak perempuan.Hanya ada 11 dari 27 anak yang datang ke kelas hari ini. Oh ya, pasca maklumat tersebut, tiga orang temanku pindah ke Peshawar, Lahore, dan Rawalpindi bersama keluarganya .Di perjalanan pulang dari sekolah, aku dengar seseorang mengatakan, “Aku akan membunuhmu!”. Kupercepat langkahku, setelah beberapa saat kutengok apakah orang itu masih mengikutiku. Namun, aku merasa lega karena ternyata ia sedang menelefon, dan pasti sedang berbicara pada seseorang di ujung telefon, bukan padaku.

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Page 3: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Minggu (4/1) : Aku Harus SekolahHari ini adalah hari libur, dan aku terlambat bangun, sekitar pukul 10. Aku mendengar ayah mengatakan ada 3 mayat yang tergeletak di Green Chowk. Aku sedih mendengar berita tersebut. Sebelum diberlakukannya operasi militer, kami semua biasa pergi ke Marghazar, Fiza Ghat dan Kanju untuk piknik pada hari Minggu. Tetapi sekarang situasinya begini, sehingga sudah satu setengah tahun ini kami tidak keluar.Kami juga terbiasa jalan-jalan selepas makan malam, namun sekarang, jangankan jalan-jalan, kami harus sudah ada di rumah sebelum matahari terbenam. Hari ini aku membantu Ibu, mengerjakan PR, dan bermain dengan saudara laki-lakiku. Jantungku berdegup kencang, karena aku harus sekolah besok!

Page 4: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (5/1) : Jangan Pakai Pakaian Warna-warni!Aku sedang bersiap-siap dan hendak mengenakan seragamku ketika kuteringat bahwa Kepala Sekolah sudah memberi tahu kami untuk tidak memakai seragam, dan datang ke sekolah memakai pakaian biasa. Kuputuskan untuk memakai baju pink kesukaanku. Anak-anak lainnya juga mengenakan pakaian yang berwarna-warni, dan sekolah menjadi terlihat seperti rumah. Seorang teman mendatangiku, bertanya, “Demi Tuhan, jawab pertanyaanku dengan jujur, apa Taliban akan menyerang sekolah kita?” Sepanjang apel pagi, kami diberitahu untuk tidak menggunakan atribut warna-warni, karena Taliban keberatan dengan itu.Aku pulang, baru akan ada kelas setelah makan siang. Pada malam hari, aku menghidupkan TV dan mendengar bahwa setelah 15 hari berjalan, jam malam di Shakardra dihapus . Aku senang mendengarnya, guru Inggrisku tinggal disana, artinya dia akan segera mengajar lagi.

Page 5: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (7/1) : Tiada Pembakaran & KetakutanAku pergi ke Bunair untuk menghabiskan libur Muharram. Aku begitu mengagumi Bunair karena pegunungan dan hamparan ladangnya yang hijau-subur. Swat, kota kelahiranku, juga sangat indah, namun tidak ada perdamaian di sana. Sementara, di Bunair damai dan tenang. Juga tidak ada pembakaran dan rasa takut. Kami semua sangat senang.Hari ini kami juga mengunjungi makam Pir Baba, ada banyak orang di sana. Orang-orang datang untuk berdoa, sementara kami untuk piknik :D Ada banyak toko yang menjual gelang, anting-anting, liontin, dan perhiasan imitasi lainnya. Kuterpikir untuk membeli sesuatu, tetapi tidak ada yang menarik – Ibu membeli anting dan gelang.

Page 6: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Jumat (9/1) : Maulana Meninggal?Hari ini di sekolah. Kuceritakan pada teman-temanku tentang perjalananku ke Bunair. Namun, mereka bilang, mereka sudah bosan mendengarkan cerita soal Bunair. Kami lantas mendiskusikan rumor meninggalnnya Maulana Shah Dauran, orang yang biasa menyampaikan pidato di FM radio. Dialah yang mengumumkan pelarangan sekolah bagi anak-anak perempuan. Beberapa orang mengatakan dia sudah meninggal, namun yang lain tidak setuju. Rumor meninggalnya ia beredar setelah ia tidak berpidato seperti biasa di FM radio semalam. Seorang anak perempuan mengatakan ia sudah mati.Karena tidak ada kelas di hari Jumat, aku bermain sepanjang siang. Kuhidupkan TV di malam hari, dan kudengar soal ledakan di Lahore. Ku bertanya pada diriku sendiri, “Kenapa ledakan-ledakan seperti itu masih saja terjadi di Pakistan?”

Page 7: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (14/1) : Mungkin Kutidak Sekolah LagiAku sedih saat pergi sekolah, menyadari bahwa libur musim dingin akan dimulai esok. Kepala Sekolah mengumumkannya, namun ia tidak menyebutkan kapan kami masuk lagi. Ini baru pertama kali terjadi! Dulu, tanggal kapan kami masuk selalu diumumkan dengan jelas. Kepsek tidak memberitahu alasan di balik hal tersebut, tapi kupikir karena larangan sekolah untuk anak perempuan akan efektif 15 Januari, besok! Anak-anak perempuan tidak lagi tertarik untuk liburan karena tahu diterapkannya maklumat Taliban membuat mereka tidak bisa sekolah lagi. Beberapa masih optimis sekolah akan buka Februari nanti, tetapi beberapa sudah memutuskan pindah dari Swat demi sekolah mereka.Karena hari ini adalah hari terakhir sekolah, kami bermain lebih lama. Aku yakin sekolah akan buka kembali, suatu hari, tetapi ketika ku menatapnya sebelum pulang, rasanya seperti aku tidak akan datang kembali ke tempat ini.

Page 8: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Kamis (15/1) : Malam yang Penuh TembakanMalam ini dipenuhi dengan suara tembakan artileri, aku terbangun sampai tiga kali. Tetapi karena aku libur, aku terlambat bangun, pukul 10. setelah itu temanku datang, dan kami mendiskusikan PR kami.Hari ini 15 Januari, hari terakhir sebelum maklumat Taliban benar-benar efektif, dan anehnya temanku mendiskusikan PR kami seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Hari ini aku juga membaca diaryku di BBC Urdu, dan juga dimuat di koran. Ibu senang dengan nama penaku, “Gul Makai”, dan menanyai ayah, “Kenapa tidak mengganti namanya jadi Gul Makai saja?” Aku juga menyukai nama tersebut, karena nama asliku berarti dirundung sedih.Ayah mengatakan, beberapa hari lalu seorang pria membawa priontout diaryku dan katanya itu menakjubkannya. Ayah katanya tersenyum, namun tidak bisa untuk sekadar mengatakan bahwa itu tulisan anaknya.

Page 9: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Jumat (15/1) : Tidak Ada Polisi yang TerlihatAyah memberitahu bahwa pemerintah akan melindungi sekolah kami. Perdana Menteri juga memperhatikan isu ini. Aku cukup bahagia awalnya, namun sekarang aku tahu bahwa itu tidak akan menyelesaikan masalah. Di sini, di Swat, kami mendengar setiap hari ada banyak tentara yang terbunuh dan diculik di satu tempat dan tempat yang lain. Tetapi anehnya polisi tidak terlihat dimana-mana.Orang tua kami juga takut. Kata mereka, mereka tidak akan izinkan kami sekolah sampai Taliban benar-benar mencabut larangannya. Tentara seharusnya bertanggung jawab atas terganggunya pendidikan kami. Hari ini, seorang laki-laki – tetanggaku, pergi ke sekolah, dan Kepala Sekolah memintanya pulang karena jam malam akan segera diterapkan. Tapi ketika ia sampai di rumah, dia mulai sadar bahwa tidak ada jam malam, sekolahnya ditutup karena tentara stand-by di jalan dekat sekolahnya.

Page 10: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (19/1) : Tentara di Bunker MerekaLima sekolah sudah dimusnahkan, satu di antara terletak di dekat rumahku. Aku cukup terkejut, karena sekolah itu sudah tutup, jadi mengapa tetap dihancurkan? Tidak ada satu orangpun yang pergi ke sekolah, mematuhi deadline yang diberikan Taliban.Hari ini aku mengunjungi rumah temanku, dan dia menceritakan, beberapa hari lalu seseorang membunuh paman Maulana Shah Dauran, kemungkinan lelaki itu marah karena Taliban sudah memusnahkan sekolah-sekolah.Dia juga mengatakan, tidak ada seorangpun yang membuat Taliban menderita, tetapi ketika mereka terluka mereka membawanya keluar pada sekolah kami. Dan anehnya, tentara tidak melakukan apa-apa melihat hal tersebut. Mereka tetap saja duduk di bunker mereka di atas bukit, menyembelih kambing dan makan dengan lahapnya.

Page 11: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Kamis (22/1) : Situasi BahayaAku bosan duduk di rumah terus sejak sekolah tutup. Beberapa temanku sudah meninggalkan Swat, karena situasi yang sangat berbahaya. Akupun tidak pernah keluar rumah. Di malam hari, Maulana Shah Dauran, ulama Taliban yang umumkan larangan sekolah, mengingatkan para perempuan untuk tetap di rumah! Diapun mengatakan, sekolah yang dijadikan markas oleh para tentara akan di ledakkan.Ayah mengatakan, tentara sudah sampai di sekolah di wilayah Haji Baba. Semoga Allah melindungi mereka. Maulana Shah Dauran juga mengatakan dalam pidatonya di FM radio, 3 orang ‘pencuri’ akan dicambuk besok, siapapun yang ingin melihat bisa datang. Aku terkejut, ketika kita tengah menderita seperti ini, kenapa orang-orang tetap pergi dan menonton hal-hal seperti itu? Kenapa pula tentara tidak menghentikan aksi mereka? Aku melihat, dimanapun ada tentara biasanya ada Taliban di dekatnya, tetapi di mana ada Taliban, tentara akan memilih pergi.

Page 12: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (24/1) : Tidak Ada Nama di Papan KehormatanUjian tahunan kami ditunda hingga selepas liburan. Namun hal tersebut mungkin terjadi hanya jika Taliban mengizinkan anak-anak perempuan sekolah. Kami sudah diberitahu bab mana saja yang akan diujikan, tapi aku tidak merasa seperti sedang belajar. Sejak kemarin, tentara telah mengambil kendali atas institusi pendidikan untuk alasan perlindungan. Itu terlihat seperti: mereka memikirkan proteksi sekolah baru setelah belasan hancur dan ratusan lainnya ditutup. Jika saja mereka melakukan operasi dengan benar, situasi ini tidak akan pernah muncul.Muslim Khan (jubir Taliban Swat) mengatakan jika sekolah-sekolah yang dijaga tentara akan diserang. Kami jadi lebih takut mendapati tentara-tentara di sekolah. Ada sebuah papan bernama papan kehormatan di sekolahku, dimana nama peraih prestasi tertinggi akan ditulis di sana. Namun, sepertinya tidak ada nama siapapun di sana tahun ini!

Page 13: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (26/1) : Permen (dari) HelikopterAku terbangun karena gemuruh tembakan artileri di pagi pagi buta. Sebelumnya kami takut takut suara helikopter, dan sekarang artileri. Aku ingat kali pertama ketika helikopter-helikopter itu terbang di atas rumah kami di awal operasi. Kami ketakutan, dan kemudian bersembunyi!Anak-anak lain di lingkunganku juga sangat takut. Suatu hari, permen-permen karamel dilemparkan dari helikopter itu, dan ini terus berlanjut hingga beberapa kali. Sekarang, kapanpun kami mendengar suara helikopter, kami akan berlari keluar dan menunggu permen itu jatuh, tapi itu tidak pernah terjadi lagi. Beberapa waktu lalu ayah memberi kabar gembira, ia akan membawa kami semua ke Islamabad besok. Kami sangat gembira!

Page 14: Catatan Harian Malala Yousafzai

Rabu (28/1) : Air Mata OrangtuakuAyah tepati janjinya, kami tiba di Islamabad kemarin. Di perjalanan dari Swat aku sangat takut karena kudengar Taliban melakukan razia. Tapi tidak terjadi apapun pada kami. Tentaralah yang melakuan razia. Begitu meninggalkan Swat, ketakutan kami sedikit berkurang.Di Islamabad kami tinggal di rumah teman ayah. Ini kali pertama aku ke kota. Ia begitu indah dengan bungalow & jalannya. Tapi minus keindahan alam. Ayah bawa kami ke Museum Lok Virsa. Aku belajar banyak. Di Swat juga ada museum, tapi aku tak yakin ia selamat dari pertempuran. Ayah membeli popcorn dari seorang pria tua. Saat pria itu menanyai kami dengan bahasa Pasthu, ayah bertanya apa ia berasal dari Islamabad. "Apa Anda pikir Islamabad pernah bisa menjadi milik orang Pashtu?“, jawabnya.Lelaki itu dari Mohmand, operasi militer memaksanya tinggalkan rumah, pergi ke kota. Saat itulah kulihat air mata meleleh dari mata kedua orangtuaku.

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Page 15: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (24/1) : Menggali Kubur (i)Satu-satunya efek baik dari perang di Swat adalah, ayah membawa kami keluar dari Mingora (kota terbesar di lembah Swat) ke kota-kota lain. Kami tiba di Peshawar, dari Islamabad, kemarin. Di sana kami mampir sebentar ke rumah seorang saudara, sebelum melanjutkan perjalanan ke Bannu.Adikku yang berumur lima tahun sedang bermain di halaman. Ketika ayah bertanya sedang main apa dia, “Menggali kubur.”, jawabnya.Lalu kami ke terminal, lalu ke Bannu. Mobil yang kami tumpangi sudah uzur dan sopir membunyikan klaksonnya secara berlebihan. Dalam perjalanan, mobil kaami menghantam sebuah lubang - pada saat yang sama klaksonnya menjerit – dan membangunkan adikku. Dia sangat ketakutan dan bertanya: “Apakah itu ledakan bom?”Setibanya di Bannu, teman ayah sudah menunggu kami. Dia juga seorang Pashtu, namun keluarganya berbicara dengan dialek Bannu, sehingga kami tidak begitu mengerti.

Page 16: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (24/1) : Menggali Kubur (ii)Kami pergi ke pasar, kemudian ke taman. Di sini perempuan harus mengenakan jilbab tertutup setiap kali meninggalkan rumah. Ibu juga memakai tapi aku menolak untuk memakainya, karena aku akan kesulitan berjalan.Dibandingkan dengan Swat, Bannu cukup damai. Orang di tempat kami menginap mengatakan, Taliban memang ada di daerah tersebut, tetapi kerusuhan tidak sebanyak di Swat. Taliban juga telah mengancam akan menutup sekolah-sekolah, namun sampai sekarang sekolah masih tetap buka.

Page 17: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (31/1) : Siapa Akan Balas Kematian Mereka?Dalam perjalanan kembali dari Bannu ke Peshawar, seorang teman meneleponku .Dia sangat takut dan mengatakan bahwa situasi di Swat memburuk dan mengingatkanku untuk tidak pulang dulu. Dia mengatakan operasi militer telah ditingkatkan dan hari ini 37 orang telah tewas dalam penembakan.Kami tiba di Peshawar saat malam hari, dalam keadaan sangat capek. Aku menyalakan TV dan ada berita tentang Swat. Stasiun TV melaporkan orang-orang pergi dari Swat dengan berjalan kaki, dan tanpa membawa apapun.Kupidah ke stasiun lain, seorang wanita berkata “Kami akan membalas pembunuhan Benazir Bhutto". Aku bertanya pada ayah, siapa yang akan membalas kematian ratusan orang Swat?

Page 18: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (2/2) : Tiada Lagi Tembakan dan KetakutanAku kecewa karena sekolah-sekolah di Swat masih saja tutup. Kami seharusnya masuk sekolah hari ini. Ketika ku bangun, kusadar bahwa sekolah masih belum juga buka, dan itu sangat mengecewakan. Dahulu, kami terbiasa menikmati “libur sekolah”. Tetapi tidak untuk “liburan” kali ini, karena kutakut sekolah ditutup selamanya, sesuai permintaan Taliban.Ayah mengatakan, akibat penutupan sekolah untuk perempuan, sekolah untuk anak lelaki juga memutuskan untuk tetap libur sampai 8 Februari. Untuk hal ini, pemberitahuan telah ditempel di luar sekolah, bahwa mereka akan memulai aktivitas lagi tanggal 9 Februari. Ayah juga menambahkan, tidak ada pengumuman apapun yang dikeluarkan sekolah anak perempuan, itu artinya mereka belum akan membuka sekolah lagi.

Page 19: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (7/2) : Keheningan yang MenakutkanAku dan adikku berangkat menuju Mingora di sore hari. Ibu sudah pergi terlebih dahulu. Aku merasa bahagia, sekaligus takut, memikirkan aku baru akan pulang 20 hari lagi. Sebelum memasuki Mingora, kami melewati keheningan yang menakutkan di Qambar.Tidak ada orang lain, selain orang-orang dengan rambut dan janggut panjang. Dari penampilannya, mereka seperti Taliban. Aku juga melihat beberapa rumah yang rusak akibat ledakan.Jalanan Minora sangat sempit. Kami pergi ke supermarket untuk membelikan Ibu hadiah. Sayang, supermarket tutup, padahal biasanya ia tetap buka hingga larut malam. Kami memang tidak memberi tahu Ibu perihal rencana kami kembali ke Mingora, semacam surprise kecil-kecilan. Dan begitu kami masuk rumah, ia memang cukup terkejut, hehe.

Page 20: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Minggu (8/2) : Ingatan akan SekolahAku sedih melihat seragam, tas dan juga kotak peralatan geometriku. Aku merasa terluka ketika membuka lemari dan melihatnya. Sekolah untuk anak laki-laki mulai buka besok. Tetapi Taliban sudah melarang akses pendidikan untuk anak-anak perempuan.Ingatan akan sekolah terlintas di hadapanku, terutama obrolan-obrolan di antara kami. Sekolah adikku juga sudah dibuka kembali, dan dia belum menyelesaikan PR-nya. Ibu menyebutkan perihal diberlakukannya jam malam besok, adikku bertanya apakah itu beneran. Begitu Ibu bilang iya, ia menari-nari bahagia.

Page 21: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (9/2) : GentingSekolah untuk anak laki-laki di Swat sudah buka lagi, dan Taliban sudah mencabut pembatasan sekolah untuk anak perempuan – oleh karena itu kami juga berangkat sekolah. Sekolah kami terdiri dari pre-school hingga SD.Adikku mengatakan, dari 49 murid, hanya ada 6 orang yang datang – sudah termasuk anak perempuan. Di sekolahku, hanya 70 murid – dari total 700, yang datang.Hari ini pembantuku datang. Ia biasanya datang sekali seminggu untuk mencuci baju kami. Dia berasal dari Attock, tetapi dia sudah tinggal di daerah ini selama beberapa tahun. Dia mengatakan bahwa situasi Swat sudah sangat genting. Suaminya bahkan memintanya pulang ke Attock.Orang-orang yang meninggalkan tanah kelahiran mereka memang bukan benar-benar sekadar karena keinginan – kemiskinan dan permintaan kekasihlah yang biasanya membuat mereka pergi.

Page 22: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (11/2) : Ledakan PeringatanAku ketakutan sepanjang hari, juga bosan. Kami tidak memiliki TV sekarang. Telah terjadi pencurian selama kami pergi ke Mingora.Pencurian tak pernah ada dulu, tapi pasca memburuknya keamanan di Mingora, pencurian merajalela. Syukur tidak ada uang atau emas di rumah. Gelangku awalnya tidak ada, lalu kutemukan lagi. Mungkin para pencuri mengiranya emas, tetapi lalu sadar itu imitasi.Maulana Fazlullah dalam pidato radionya mengatakan serangan kepada kantor polisi Mingora – kota terbesar di lembah Swat, baru-baru ini masih selevel dengan ledakan panci presto. Dia mengatakan, serangan selanjutnya akan menyerupai ledakan kaldron, setelah itu baru selevel ledakan kapal tanker.Malam hari ayah menceritakan situasi terkini di Swat. Akhir-akhir ini kami sering menyebut kata tentara, Taliban, roket, meriam, Maulana Fazlullah, Muslim Khan (pemimpin militan), polisi, helikopter, kematian dan terluka.

Page 23: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Kamis (12/2) : Ledakan KerasAda ledakan keras semalam. Kedua adikku tidur nyenyak, tapi aku tidak. Aku merebahkan diri di pangkuan Ayah, kemudian pindah ke pangkuan Ibu, namun tetap saja tidak bisa tidur.Itulah kenapa aku selalu terlambat bangun. Di siang hari aku ada kelas, guru agamaku datang. Di malam hari, aku kembali bermain dengan kedua adikku. Juga bermain game di komputer sebentar. Sebelum dibatasinya jaringan TV kabel, aku biasa menonton Star Plus TV, drama favoritku addalah 'Raja Kee Aye Gee Barat' (Lelaki idamanku akan datang meminangku). Hari ini hari Kamis, dan aku takut karena orang-orang mengatakan serangan bunuh diri biasa dilakukan pada Jumat pagi atau petang. Mereka juga mengatakan, Jumat dipilih karena hari tersebut penting bagi umat Islam, melakukan serangan di hari tersebut akan menyenangkan Allah.

Page 24: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Jumat (13/2) : Fazlullah MenangisCuaca hari ini sangat bagus. Hujan membuat Swat terlihat lebih indah. Ketika ku bangun, Ibu menceritakan pembunuhan sopir becak dan seorang penjaga malam. Kehidupan kian hari kian memburuk.Ratusan orang dari daerah tetangga datang ke Mingora setiap hari, sedang orang-orang Mingora sendiri pindah ke tempat lain. Yang kaya pindah dari Swat, sementara yang miskin tidak punya pilihan kecuali tetap tinggal.Kami menelefon seorang sepupu untuk membawa kami keliling kota saat cuaca bagus seperti ini. Ia menjemput kami, tapi ketika kami sampai di pasar, ternyata pasar telah tutup, dan jalanan terlihat sepi. Kami ingin pergi ke Qambar, namun seseorang mengatakan sebuah prosesi besar sedang diadakan di luar sana.Malam itu Maulana Fazlullah menangis di radio, memohon dihentikannya operasi militer. Meminta orang-orang untuk tidak pindah ke kota lain, dan tetap tinggal di rumah mereka.

Page 25: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Minggu (15/2) : Jangan Takut!Beberapa tamu dari desa dan Peshawar datang hari ini. Ketika kami makan siang, tembakan terdengar dari luar. Aku, yang belum pernah mendengarnya, ketakutan dan mengira Taliban datang kembali. Aku berlari menghampiri ayah yang kemudian menenangkanku dengan berkata, “Jangan takut, itu adalah tembakan perdamaian!”Koran memberitakan perjanjian damai pemerintah dan kelompok militan yang akan ditandatangani esok dan mereka menembak dalam kegembiraan. Selanjutnya, pada malam dimana Taliban mengumumkan perjanjian damai di stasiun radio mereka, tembakan yang lebih keras bersahutan. Orang-orang lebih percaya pada apa kata militan daripada apa yang pemerintah katakan.Ketika kami mendengar pengumuman tersebut, Ibu, kemudian diikuti oleh ayah, mulai menangis. Kedua adikku menitikkan air mata juga.

Page 26: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Selasa (17/2) : Hiruk PikukHari ini aku mulai mempersiapkan diri untuk ujian. Setelah kesepakatan damai, harapan dibukanya lagi sekolah untuk anak-anak perempuan kembali muncul. Guruku tidak datang hari ini karena harus menghadiri pertunangan.Ketika ku masuk kamar, kedua adikku sedang bermain. Yang satu dengan helikopter-helikopteran, sementara yang lain dengan pistol kertas. Seorang berteriak “tembak”, sementara yang lain berkata “ambil posisi”. Seorang adikku berkata pada ayah, ia ingin membuat bom atom!Maulana Sufi Mohammad berada di Swat hari ini. Begitu pula dengan media-media yang meliputnya. Kota menjadi saksi beragam kesibukan. Hiruk pikuk telah kembali ke kota ini. Semoga Allah membantu suksesnya perjanjian ini. Aku optimis!

Page 27: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (18/2) : Munculnya HarapanAku ke pasar hari ini. Sangat ramai. Orang-orang bahagia dengan kesepakatan yang mereka buat. Setelah sekian lama, aku kembali melihat kemacetan. Di malam hari, ayah membawa berita kematian wartawan Swat, Musa Khankhel. Ibu sedang tidak enak badan. Harapan kami akan perdamaian kembali muncul.

Kamis (19/2) : Perdamaian, bukan Peperangan!Ayah menyiapkan sarapan hari ini, Ibu masih sakit. Ia menanyai ayah kenapa tidak memberi tahunya soal kematian wartawan itu. Aku memberi tahu adikku, mulai sekarang kami tidak akan berbicara soal perang lagi, tetapi tentang perdamaian! Kami juga mendapatkan informasi dari kepala sekolah bila ujian akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret. Aku harus lebih rajin belajar!

Page 28: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Sabtu (21/2)Situasi Swat sedikit demi sedikit membaik. Tembak-tembakan juga sudah berkurang. Tetapi orang-orang masih ketakutan. Mereka juga takut kalau-kalau perjanjian damai dibatalkan.Rumor yang beredar menyebutkan beberapa pemimpin Taliban tidak menyetujui kesepakatan itu dan berjanji untuk tetap mengangkat hingga akhir hayat. Detak jantungku menguat mendengar rumor seperti itu. Mengapa mereka melakukannya? Mereka berkata akan membalas dendam atas Jamia Hafsan & Masjid Merah. Tetapi, bukan kami yang bertanggungjawab atas yang terjadi disana. Kenapa mereka tak membalas dendam pada pihak yang bertanggungjawab atas itu?Beberapa saat lalu Maulana Fazlullah mengumumkan bahwa dia mencabut larangan sekolah untuk perempuan. Anak perempuan bisa pergi sekolah sampai ujian, 17 Maret nanti, tetapi dengan menutup aurat. Aku sangat senang mendengarnya, tidak menyangka ini akan terjadi.

Page 29: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Minggu (22/2)Hari ini kami pergi ke Pasar “Cheena”, dimana kami bisa membeli berbagai “barang perempuan” – karena memang hanya itu yang mereka jual. Dalam perjalanan ke pasar, kami merasa sangat takut karena Taliban menerapkan larangan pergi berbelanja untuk perempuan. Begitu sampai di pasar, kami terkejut melihat hanya ada beberapa orang perempuan di sana, padahal biasanya begitu penuh sampai kadang saling dorong.

Page 30: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Senin (23/2)Aku sangat gembira ketika bangun tidur, karena aku akan pergi ke sekolah hari ini. Di sekolah, beberapa anak perempuan memakai seragam sementara sisanya bebas. Selama apel, mereka terlihat sangat gembira dan berpelukan satu sama lain. Setelah apel, kepala sekolah menasihati kami untuk menutupi aurat dengan benar dan menggunakan burqa seperti yang diperintahkan oleh Taliban.Hanya ada 12 siswa di kelasku karena beberapa sudah pindah dari Swat. Yang lain tidak diizinkan pergi oleh orangtuanya yang ketakutan.Empat orang temanku sudah meninggalkan Swat. Dan satu sisanya memberi tahuku bahwa ia juga akan pindah ke Rawalpindi. Aku kecewa dan meminta tidak pergi karena perdamaian sudah disetujui dan situasi sedikit demi sedikit membaik. Tetapi, ia mengatakan bahwa kondisi sangat tidak pasti. Aku sangat sedih. Empat orang temanku sudah pergi dan yang terakhir akan pergi juga.

Page 31: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (25/2)Ibu tidak enak badan dan ayah sedang rapat di luar kota, sehingga aku menyiapkan sarapan sendiri, lalu berangkat sekolah. Hari ini banyak bermain di kelas dan bergembira seperti biasa kami lakukan dulu.Sekarang ini, helikopter sudah jarang terlihat. Begitu juga dengan tentara dan Taliban, sudah jarang dibicarakan. Di siang hari, Ibu, sepupu dan aku pergi ke pasar. Dulu aku senang memakai burqa, tetapi dengan sekarang. Aku sebal karena burqa sedikit menghambat jalanku.Ada gosip di Swat yang menyebutkan bahwa satu hari seorang perempuan memakai burqa tradisional. Dia terjatuh dan ketika seorang pria berusaha membantunya, dia menolak dan berkata, “Jangan bantu aku Bang, karena itu hanya akan membuat Maulana Fazlullah luar biasa gembira.”Ketika kami memasuki satu toko dimana kami biasa belanja, penjaganya tertawa dan bilang bahwa dia ketakutan dan mengira kami pelaku bom bunuh diri.

Page 32: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Jumat (27/2)Aku sangat gembira melihat dua orang temanku di sekolah lagi hari ini. Selama operasi militer, mereka pergi ke Rawalpindi. Mereka mengatakan bahwa ada kedamaian di Rawalpindi dan standar hiduppun baik. Tetapi mereka berdua sangat menanti kembalinya perdamaian di Swat sehingga mereka bisa pulang.

Page 33: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Jumat (27/2)Jumlah kedatangan semakin hari semakin bertambah dan hari ini 19 dari 27 murid datang. Ujian dijadwalkan pada 9 Maret dan kami berusaha untuk menambah waktu belajar. Hari ini kami ke Pasar Cheena bersama yang lain dan berbelanja banyak hal karena ada cuci gudang di salah satu toko. Sebagian besar toko di Pasar Cheena memang sudah tutup.Kami tidur nyenyak karena tidak ada lagi penembakan hari-hari ini. Kabarnya Taliban masih melakukan aktivitasnya di daerah mereka. Mereka juga menjarah barang-barang yang seharusnya untuk pengungsi. Temanku mengatakan bahwa saudaranya terkaget melihat temannya mencari kendaraan di malam hari bersama Taliban. Saudaranya berkata bahwa temannya itu bekerja sebagai buruh di pagi hari dan bersama Taliban saat malam. Saudara temanku tadi menanyainya kenapa dia bersama Taliban padahal ia bukan anggota Taliban. Ia menjawab bahwa ia mendapatkan uang di pagi hari dan juga di malam hari saat bersama Taliban.

Page 34: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Selasa (3/3)Adik laki-lakiku tidak ingin pergi ke sekolah. Dia menangis ketika pergi ke sekolah dan gembira begitu pulang ke rumah. Tetapi hari ini ia pulang dengan menangis dan berkata bahwa dia takut. Dia berkata, kapanpun melihat seseorang, dia ketakutan karena bisa jadi ia akan diculik. Adikku itu sering berdoa, “Ya Allah, bawalah kedamaian ke Swat dan jika tidak, tolong bawa Amerika dan Tiongkok ke sini.”Ada pertempuran lain antara tentara dan Taliban. Dan beberapa insiden serupa telah terjadi beberapa hari terakhir. Hari ini aku mendengar suara mortir. Orang-orang kembali ketakutan kalau-kalau perdamaian akan segera berakhir. Beberapa orang mengatakan bahwa perjanjian damai tidak permanen, itu hanya semacam istirahat bertempur.

Page 35: Catatan Harian Malala Yousafzai

Catatan Harian Malala Yousafzai - diterjemahkan oleh Bastian Hidayat

Rabu (4/3)Hari ini guru kami menanyakan berapa dari kami yang mendengarkan Radio FM and sebagian besar berkata dulu iya, tidak sudah tidak lagi sekarang. Tetapi beberapa mengatakan masih tetap mendengarkannya. Kami perpikir bahwa saat saluran radio FM dihentikan, ketika itulah kedamaian akan kembali ke Swat.Taliban mengatakan bahwa mereka menggunakan Radio FM untuk menyebarkan ajaran Qur’an. Tetapi, setelah Komandan Khalil mengajarkan Qur’an dengan singkat, ia akan beralih mengancam lawan-lawannya. Pengumuman tentang pertempuran, kegiatan-kegiatan dan pembunuhan juga dilakukan melalui Radio FM.Selama waktu istirahat, kami melihat helikopter berterbangan. Mereka terbang sangat rendah di atas sekolah. Anak-anak memanggil para tentara dan mereka melambaikan tanggannya. Para tentara terlihat sudah terlalu capai melambaikan tangan sekarang.