93
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh: Bijalmiah PSW.IB.2013.0059 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

i

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC)TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKABUPATEN MUNA

TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh:

BijalmiahPSW.IB.2013.0059

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA2016

Page 2: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dinidi ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tahun 2016

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST

Mengetahui,Direktur Akademi KebidananParamata Kab. Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dinidi ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tahun 2016

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST

Mengetahui,Direktur Akademi KebidananParamata Kab. Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dinidi ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tahun 2016

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST

Mengetahui,Direktur Akademi KebidananParamata Kab. Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.

Page 3: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)

2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)

3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)

Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)

2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)

3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)

Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)

2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)

3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)

Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

Page 4: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

iv

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI :

Nama : Bijalmiah

NIM : 2013.IB.0059

Tempat / Tanggal Lahir : Ghonsume, 31 Desember 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Muna / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gatot Subroto

II. PENDIDIKAN

A. Taman kanak-kanak : TK PGRI Wadasa tahun 2000

B. SD : SD Negeri 10 Maginti 2001 – 2007

C. SMP : SMP Negeri 5 Tikep 2008 – 2010

D. SMA : SMA Negeri 1 Kabangka 2011 – 2013

E. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya

tahun 2016.

Page 5: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subuhana Wataala berkat

limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulisan tugas membuat karya tulis

ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang

Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tahun 2016” dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rosdiana, S.ST selaku pembimbing

I dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga karya

tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Selain itu, ucapan terimah kasih yang tak terhingga penulis sampaikan pula

pada:

1. Bapak La Ode Muhlisi, A,Kep.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Sowite Kabupaten Muna.

2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna dan sekaligus penguji karya tulis ilmih.

3. Seluruh jajaran Dosen dan seluruh staf tata usaha Akademi Kebidanan

Paramata yang telah membekali dengan ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian ini.

Page 6: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

vi

5. Direktur dan Kepala Ruangan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna yang telah memberikan izin serta kesempatan untuk melaku

kan penelitian.

6. Untuk kedua orang tuaku (La Saali dan Wa Muhaimah) saudara saudariku

serta keluargaku yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun

material serta do’a restu yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan

di Akademi Kebidanan Paramata Raha.

7. Semua rekan-rekan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata Raha angkatan

2013 khususnya kelas B dan sahabat-sahabatku (Lina, Ayu, Sarnia, Asti, Niar,

Afi). Terima kasih atas semangat, motivasi, dan dukungan yang tidak henti-

hentinya, semoga hati kita disatukan dalam cinta-nya dan dipisahkan dalam

kasih-nya serta persahabatan kita yang tak lekang oleh waktu. Dan semoga

Allah SWT, memberikan imbalan yang setimpal atas segala kebaikan dalam

mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,

masih masih jauh dari sempurna, olehnya itu penulis sangat mengharapkan

usulan dan saran dari untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah

SWT senantiasa memberikan berkah dan rahmat-nya kepada kita semua.

Amin.

Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh

Raha, Juli 2016

Penyusun

Page 7: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii

Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii

Riwayat Hidup ................................................................................................. iv

Kata pengantar ................................................................................................ v

Daftar Isi .......................................................................................................... vii

Daftar Tabel ..................................................................................................... ix

Daftar lampiran ............................................................................................... x

Intisari ...... .................................................................................................... xi

Bab I Pendahuluan.................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1. Tujuan Umum....................................................................... 5

2. Tujuan Khusus ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis ................................................................... 6

2. Manfaat Praktis ..................................................................... 6

Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7

A. Telaah Pustaka ..……………………………………………… 7

1. Masa Nifas…………………................................................ 7

2. Sectio Caesarea ……………………………………………. 20

3. Mobilisasi Dini ...………………………………………… 23

4. Pengetahuan ……………………………………….....…… 50

Bab III Metode Penelitian .......................................................................... 51

A. Jenis dan Rancangan Penelitan .................................................. 51

B. Subjek Penelitian ........................................................................ 51

1. Populsai ................................................................................ 51

2. Sampel ................................................................................. 51

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 51

Page 8: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

viii

D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................. 51

E. Definisi Operasional ................................................................... 52

F. Instrumen Penelitian .................................................................. 53

G. Pengolahan dan Analisis Data.................................... ................ 54

H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 55

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................... 57

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 57

B. Pembahasan ............................................................................... 63

Bab V Kesimpulan dan Saran....................................................................... 70

A. Kesimpulan ................................................................................ 70

B. Saran ........................................................................................... 70

Daftar Pustaka................................................................................................ 72

Lampiran – Lampiran

Page 9: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

ix

Daftar Tabel

Tabel 1. Program Masa Nifas............................................................................. 9

Tabel 2. Proses Involusio Uterus........................................................................ 11

Tabel 3. Definisi Operasional............................................................................. 50

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan

tingkat Tahu di RSUD Kab. Muna Tahun 2016.................................. 59

Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkatPemahaman di RSUD Kab. Muna Tahun 2016. ................................ 59

Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkatAplikasi di RSUD Kab. Muna Tahun 2016............. ......................... 60

Page 10: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

x

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3. Kuisioner

Lampiran 4. Master Tabel

Lampiran 5. Surat Bukti Penelitian

Lampiran 6. Lembar Pernyataan

Page 11: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

xi

Intisari

Bijalmiah (2013.IB.0059) “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio CaesareaTentang Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna” dibawah Bimbingan Ibu Rosdiana, S.ST Dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST.

Latar Belakang: Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2006sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat sebesar 12% (WHO,2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukankelahiran bedah caesarea sebesar (9,8%) dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Di RSUD Kabupaten Munaselama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu yang melahirkan secarakeseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya dengan persalinanSectio Caesaria.

Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif. Populasi semua ibu melahirkandengan SC, kemudian seluruh populasi dijadikan sampel dengan menggunakanteknik accidental sampling.

Hasil Penelitian: Pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini dari 30 respondenyang tingkat tahu kategori baik 3 responden (10%), cukup 11 responden (36,7%),dan kurang 16 responden (50%), berdasarkan tingkat pamahaman kategori baik 4responden (13,3%), cukup 11 responden (36,7), kurang 15 responden (50%),berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik 6 responden (20%) cukup 7 responden(23,3%), kurang 17 responden (56,7 %).

Kesimpulan: Berdasarkan pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini(50%) mempunyai tingkat tahu kategori kurang, (36,7%) mempunyai tingkat tahukategori cukup, (10%) mempunyai tingkat tahu kategori baik, (50%) mempunyaitingkat memahami kategori kurang, (36,7) mempunyai tingkat memahami kategoricukup, (13,3%) mempunyai tingkat memahami kategori baik, (56,7 %) mempunyaitingkat aplikasi kategori kurang, (23,3%) mempunyai tingkat aplikasi kategorikurang, (20%) mempunyai tingkat aplikasi kategori kurang.`Kata Kunci : Pengetahuan – Mobilisasi Dini Post SCDaftar pustaka : 18 literatur (2007 s.d 2015).

Page 12: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 diperoleh angka

kejadian sectio caesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun–tahun sebelumnya.

Standar rata-rata sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000

kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit

swasta bisa lebih dari 30%, jumlah tindakan sectio caesarea di Inggris sekitar 29.1%

per 100 kelahiran pada tahun 2010. Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara

berkembang melonjak pesat setiap tahunnya (Hasmirah Mira, 2012).

Pada terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Jika

setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena

persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga

dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha

tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional

misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer

program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program

gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia

sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun

1994. (Rahmawati, 2012)

Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang

juga bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti International

Conference on Population and Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference

on Women, di Beijing, 1995 (Rahima, 2016).

1

Page 13: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

2

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui

perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan

sehat (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012). Pembedahan Caesarea

professional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum

tahun 1800 Sectio Caesarea jarang dikerjakan dan biasanya Fatal. Di London dan

Edinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan Caesarea terdapat 33 kematian ibu.

Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea di Amerika

Serikat. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari

fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Sugeng

Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).

Sectio caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-

negra berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et al, 2014). Menurut World Health

Organization (WHO), (2014) negara tersebut diantaranya adalah Australia (32%),

Brazil (54%), dan Colombia (43%). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005

sampai dengan tahun 2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran,

sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat

menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)

tahun 2013 menunjukan kelahiran bedah caesarea sebesar 9,8% dengan proporsi

tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Persalinan

melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan

pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan

ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat

Page 14: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

3

akan berdampak pada kematian ibu. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring

dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat

Salah satu upaya untuk mencegah kejadian ini dapat dilakukan mobilisasi dini

(Early Ambulation). Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.

Dengan mobilisasi dini diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat,

selain juga dapat melancarkan pengeluaran lochea, membantu proses penyembuhan

luka akibat proses persalinan, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran

peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi air susu ibu (ASI) dan pengeluaran sisa

metabolisme.

Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih

lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat

proses pembedahan. Biasanya, hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah

operasi. Ibu yang baru menjalani sectio caesaria lebih aman bila diperbolehkan pulang

pada hari keempat atau kelima post partum dengan syarat tidak terdapat komplikasi

selama masa nifas. Komplikasi setelah tindakan pembedahan dapat memperpanjang

lama perawatan dan memperlama masa pemulihan di rumah sakit.

Pada Sectio Caesaria terjadi perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan

otot perut) dan dinding uterus. Adanya luka post Sectio Caesaria merupakan salah satu

faktor yang memperpanjang lama perawatan ibu post Sectio Caesaria di rumah sakit.

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan dari luka post Sectio Caesaria antara

Page 15: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

4

lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya mobilisasi dini diharapkan

akan menyebabkan perbaikan suplay darah sehingga berpengaruh terhadap kecepatan

proses penyembuhan luka post Sectio Caesaria (Bahiyatun, 2009)

Di RSUD Kabupaten Muna selama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu

yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya

dengan persalinan Sectio Caesaria. Persalinan Sectio Caesaria di RSUD Kabupaten

Muna dilakukan dengan berbagai indikasi baik dari faktor ibu maupun faktor janin.

Faktor ibu diantaranya diantaranya KPD >24 jam 28 kasus, CPD 7 kasus (6,4%) PEB

dan eklamsi 18 kasus (16,5%), gravid post SC atau bekas sectio caesarea 9 kasus

(8,3%), dan faktor janin letak memanjang 12 kasus (11,0%), gawat janin 18 kasus

(16,6%), kasus dan yang lainya diantaranya, tumor uterus, kehamilan kembar, kala II

lama, dan lain-lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti selama

mengikuti kegiatan praktek klinik kebidanan pada periode bulan Mei di Ruang

kebidanan RSUD Kabupaten Muna yaitu dengan melakukan wawancara kepada ibu

post Sectio Caesaria didapatkan kenyataan bahwa ibu yang tidak mau melakukan

mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasakan nyeri

pada luka post Sectio Caesaria. Rasa nyeri masih dirasakan ibu 2-3 hari setelah operasi

dan umumnya membuat ibu malas untuk melakukan mobilisasi atau menggerakkan

badan dengan alasan takut jahitan lepas. Berdasarkan fenomena tersebut dan mengingat

pentingnya mobilisasi dini untuk penyembuhan luka post Sectio Caesaria dan

pemulihan kesehatan ibu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang

“Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria tentang Mobilisasi Dini di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016”.

Page 16: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang

Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi

Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat tahu ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio

Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten

Muna Tahun 2016.

b. Mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post

Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD

Kabupaten Muna Tahun 2016

c. Mengetahui tingkat aplikasi ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post

Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD

Kabupaten Muna Tahun 2016.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teorietis

Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam memperkaya

wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus.

2. Manfaat Praktis

Page 17: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

6

a. Bagi RSUD Kabupaten Muna

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penilaian dan pemikiran terhadap

pelayanan yang telah di diberikan terutama dalam pemberian asuhan kebidanan

kepada ibu post Sectio Caesaria selama perawatan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini dan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan.

c. Bagi Profesi Kebidanan

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu

kebidanan serta merupakan masukan informasi yang berharga bagi profesi bidan

dalam menyusun program pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya

melakukan mobilisasi dini setelah menjalani persalinan ataupun operasi sectio

caesarea.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian tentang Gambaran

Pengetahuan Ibu Post Sectio tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan

RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016

Page 18: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Masa Nifas

a) Pengertian

Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(Sinopsis Obstetric, 2015)

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak

hamil yang normal (Rukiyah, at all, 2011)

b) Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan diberikanya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain

untuk :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana

dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan

pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi

selalu terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan

harus melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas

secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif maupun

penunjang.

3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat

7

Page 19: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

8

mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibumaupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk

kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga

berencana. (Rukiyah, at all, 2011)

c) Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu puerperium dini (Immediate

Puerperium), puerperium intermedial (Early Puerperium), dan remote

puerperium (Sinopsis Obstetri). Dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Puerperium dini (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan dimana ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (24 jam pertama setelah

partus)

2) Puerperium intermedial (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan

menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi. Waktu

untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,

berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. (Rukiyah, at all, 2011)

d) Kebijakan Nasional Masa Nifas

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa

nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan

Page 20: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

9

kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan

tahapan perkembangannya antara lain :

Tabel 1. Program Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

Ke-1 6-8 jamsetelahpersalinan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri

2. mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satuanggota keluarga bagaimana mencegahperdarahan masa nifas karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia

harus tinggal dengan ibuKe-2 6 hari

setelahpersalinan

1. Memastikan involusio uterus berjalan normal:Uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,tidak ada perdarahan abnormal,tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atauperdarahan abnormal

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan, dan istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dantidakmemperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenaiasuhan pada bayi,tali pusat, menjaga bayi tetaphangat, dan merawat bayi sehari-hari.

Ke-3 2 minggusetelahpersalinan

Sama seperti dengan kunjungan ke-2

Ke-4 6 minggusetelahpersalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulityang ia atau bayi alami

2. Memberikan Kb secara dini

(Rukiyah, at all, 2011)

e) Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

(1) Pengerutan Rahim Involusi

Page 21: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

10

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisanluar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotik

(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

palpasi untuk meraba TFUnya. Proses involusio uterus adalah

sebagai berikut:

(a) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan

memendekkan jaringan otot yang sempat mengendur hingga

10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula

selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan

tercerna sendirisehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam

jumlah renik sebagai bukti kehamilan

(b) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen

dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi

terhadap penghentian produksi estrogan yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada oto-otot

uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofidan terlepas

dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi

menjadi endometrium yang baru.

(c) Efek oksitosin (kontraksi)

Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis dan

Page 22: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

11

mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan

membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot

uterus akan mengurangi suplai darah keuterus. Proses ini akan

membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta

serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlengketan

plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

(Lestari, N, 2013)

Tabel 2. Tabel Proses Involusio UterusInvolusi TFU Berat

uterus(gr)

Keadaanserviks

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir 2 jari dibawahpusat

750 gr Lembek

Satuminggu

Pertengahanpusat dansimphisis

500 gr Beberapa harisetelah postpartum dapatdilalui duajari, akhirminggupertama dapatdimasuki 1jari

Dua minggu Tak teraba diatassimphisis

350 gr

Enam

minggu

Bertambah kecil 50-60 gr

Delapan

minggu

Sebesar normal 30 gr

Menurut Ambarwati (2009) involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu

dengan memeriksa fundus uteri dengan cara:

1. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12

jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm

setiap hari.

2. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundua uteri 1 cm dibawah

pusat. Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm

Page 23: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

12

dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus

uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi

fundus uteri tidak teraba.

b) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nfas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda- beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau dan tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan

volume karena adanya proses involusi.

Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada

masa nifas yaitu :

1) Lochea Rubra (cruenta)

Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,

jaringan sisa-sia plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut

bayi), dan mekonium.

2) Lochea Sanguilenta

Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlansung, dari hari

keempat dan hari ketujuh post partum.

3) Lochea Serosa

Page 24: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

13

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari

ketujuh sampai hari ke-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba

Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender

serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba ini dapat

berlansung selama 2-6 minggu post partum.

5) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya (Lestari, N, 2013)

c) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat

menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Segera

setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan

berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus

dan serviks uteri berbentuk cincin (Rukiyah. at.all, 2011; h. 60).

d) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan

rugae dalam vagina.

Page 25: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

14

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebeluya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post

natamnl hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil

(Lestari, N, 2013)

Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah

melahirkan, perineum menjadi agak bengkak atau edema dan mungkin

ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk

memperluas pengeluaran bayi (Lestari, N, 2013)

Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka

perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka

perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum. Kriteria penilaian

luka yang pertama dikatakan baik, jika luka kering,perineum menutup dan

tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).

Kedua, dikatan sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada

tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa). Ketiga

dikatakan buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada

tanda-tanda infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsi oleosa (Lestari,

N, 2013)

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal

ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

Page 26: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

15

berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan,

serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal,

dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi

awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat

laksansia. (Lestari, N, 2013)

Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan

dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi,

serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu

makan. (Lestari, N, 2013)

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari

keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung

kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam /post

partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

“dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

(Lestari, N, 2013)

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

Page 27: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

16

retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada

5) Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut.

a) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.

Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi

oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.

b) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu.

c) Estrogen dan Progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengertii. Diperkirakan bahwa

tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang

meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron

memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran

Page 28: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

17

kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,

serta vagina. (Lestari, N, 2013)

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a) Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2derajat Celsius.

sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 derajat Celsius dari keadaan

normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat Celsius. Sesudah dua jam

pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila

suhu ibu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi infeksi pada

klien.

b) Nadi dan pernafasan

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah

partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan

atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut

nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan

sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan

semula.

c) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit

lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan. (Lestari, N, 2013)

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel

Page 29: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

18

darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama

masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.

Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya

koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan

yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

8) Perubahan Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan

volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah

peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan

peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari

setelah persalinan. (Rukiyah. at.all, 2011)

9) Perubahan Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu

produksi susu dan sekresi susu atau let down.

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.

Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu

mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan,

efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah

payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,

bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai

berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, refleks saraf meransang untuk

Page 30: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

19

mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus

payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena

isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk

menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu

yang cukup lama. (Lestari, N, 2013)

2. Sectio Caesarea

a) Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat

insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin

dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir

dengan keadaan utuh dan sehat. (Sugeng Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Rantauprapat, 2015)

Jenis – jenis sectio caesarea yaitu :

Jenis jenis sectio caesarea menurut Rantauprapat, 2015 yaitu :

1) Sectio caesarea klasik (corporal) dengan syatan memanjang pada korpus

uteri kira – kira sepanjang 10 cm

2) Sectio caesarea ismika (profunda) dengan sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim kira–kira 10 cm.

3) Sectio caesarea transperitonialis yang terdiri dari sectio ekstraperitonelis,

yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka

kavum abdominalis (Sugeng Jitowiyono, 2012)

Page 31: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

20

Kontraindikasi Sectio caesarea, pada umumnya sectio caesarian tidak

dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat, sebelum diatasi, kelainan

kongenital berat (Sugeng Jitowiyono, 2012).

b) Etiologi

1) Menurut Rantauprapat, 2015 dalam kutipan Hasmirah Mira (indikasi yang

berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua

disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelfik (janin/panggul), sejarah

kehamilan dan persaliana yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta

previa terutama pada primigravida, solusio plasenta, komplikasi kehamilan

yaitu preklamsia-eklamsia, kehamilan yang disertai penyakit jantung dan

DM, sedangkan menurut (Sugeng Jitowiyono, 2012) yaitu : disproporsi

kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi uterus, dan distosia jaringan lunak.

2) Indikasi yang berasal dari janin yaitu: fetal distres/gawat janin, mal

presentase dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembukaan kecil, kegagalan parsalinan vakum (Sugeng Jitowiyono, 2012)

c) Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan

berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,

distorsia jaringan lunak, plasenta previa dan lain-lain, untuk ibu sedangkan

untuk janin adalah gawat janin, janin besar dan letak lintang setelah dilakukan

SC ibu akan mengalami adaptasi post partum. (Rahmawati, T, 2012)

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anstesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap

Page 32: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

21

janin maupun ibu, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan tidak

dapat diatasi dengan mudah. (Nilda, Y.S, 2013)

Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anastesi bagi ibu sendiri

yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang

keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif

akibat secret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.anstesi

ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan morblitas usus.

(Rantauprapat, 2015)

d) Resiko Persalinan Sectio Caesarea

Menurut Suwignyo Siswosuharjo, 2010 dalam kutipan Rantauprapat

1) Resiko Bagi Ibu (untuk waktu pendek) :

Mual muntah dan menggigil, merasa kehilangan emosi, gangguan

pada sisitem pernafasan, kejang-kejang, dan pusing.

2) Risiko Bagi Ibu (untuk waktu panjang) :

Komplikasi sistem saraf, sakit pada bagian belakang tubuh (bisa

menahun), kehilangan kontrol unuk buang air kecil maupun air besar, dan

kehilangan sensasi pada bagian perineum (daerah antara vagina dan anus)

(Rahmawati, T, 2012).

3) Risiko Bagi Bayi:

Kekuatan dan kemampuan gerak otot tubuhnya kurang baik pada

jam-jam pertama setelah dilahirkan, dan demam karena mengalami

penurunan suhu tubuh. (Bahiyatun, 2009)

Page 33: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

22

e) Nasihat Pasca Operasi Sectio Caecaria

1) Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai

kontrasepsi

2) Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal

yang baik

3) Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar

4) Apakah pelahiran selanjutnya harus ditolong dengan sectio caecaria

bergantung pada indikasi sectio secaria dan keadaan pada kehamilan

berikutnya (Amru Sofyan, 2012) dalam kutipan Rantauprapat, 2015

3. Mobilisasi Dini

a) Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,

mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.

Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak

menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.

Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan

kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan

untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Wahid Ikbal M & Nurul C,

2007).

Menurut Carpenito (2009) mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang

terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini

adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep

Page 34: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

23

mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian

secara berangsur–angsur ketahap mobilisasi sebelumnya sebelum terjadi

komplikasi.

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang

dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami

kemunduran dan selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi-imobilisasi,

tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut

sampai jangka waktu tidak terbatas. (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2007).

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi

resiko–resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan/penegangan otot–otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan

pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih.

Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi

ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator

dan motifator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatukomplikasi

yang tidak diinginkan. (Walyani, E.S & Purwostuti, E, 2015)

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan

suatu aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang

untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek

yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk

mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu

Page 35: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

24

upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Mobilisasi dini adalah

kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari

tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. (Ambarwati

dan Wulandari, 2010)

Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea

ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena

setelah mengalami sectio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk

bergerak pasca operasi sectio caesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin

cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara

hati-hati.

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik.

Pada pasien post operasi sectio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera

menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan

segera kembali normal. (Prawirohardjo, 2009)

b) Tujuan Mobilisasi

Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan

dari mobilisasi dini adalah membantu untuk menguatkan otot - otot perut dan

dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot

dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh

tubuh (Rukiyah. at.all, 2011), untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan

Page 36: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

25

kontraktur sendi bahu , untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainya,

maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan (Sugeng

Jetowiyono, Weni Kristiyanasari 2012) agar persendian yang kaku atau

pembengkakan yang terjadi pada urat-urat karena mobilisasi darah akan bisa

menjadi normal kembali.

(Bahan Ajar KDM 1) Tujuan lain mobilisasi :

1) Mempertahankan fungsi tubuh

2) Mempercepat peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka.

3) Membantu pernapasan menjadi lebih baik

4) Mempertahankan tonus otot

5) Memperlancar eliminasi alvi dan urin

6) Mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien kembali normal danatau

dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

7) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi.

8) Meningkatkan fungsi paru-paru dan sirkulasi darah, hal tersebut

memperkecil resiko penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan

dan menolong saluran cernah agar mulai

Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk

melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan

diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,

mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.

Page 37: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

26

c) Manfaat Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem

respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan

ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan

diafragma, pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal,

meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan

trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas

tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan

mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin

meningkatkan masa otot, pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,

mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih

baik, dan berkurangnya penyakit. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007)

d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi

sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan system saraf

(Handiyani, 2009). Mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis yaitu:

frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status

kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi

aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor

emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas,

motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan

yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan

Page 38: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

27

perkembangan, perubahan sistem skeletal, faktor – faktor yang mempengaruhi

mobilisasi :

1) Gaya Hidup

Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya,

nilai–nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat)

(Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Gaya hidup seseorang sangat

tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang akan diikuti perilaku yang meningkatkan kesehatannya.

Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilisasi

seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.

2) Proses Penyakit dan Injury

Adanya penyakit tertentu yang diterima seseorang akan

mempengaruhi mobilisasinya, misalnya; seorang yang patah tulang akan

kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula dengan orang yang

baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit / nyeri yang menjadi

alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien

harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.

3) Kebudayaan

Kebudayaan dapat mampengaruhi pola dan sikap dalam melakukan

aktivitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena

kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi

sembuh.

Page 39: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

28

4) Tingkat Energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.

Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing -masing individu

bervariasi. Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk

menghindari steresor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikilogis

(Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Seseorang melakukan mobilisasi jelas

membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda

mobilisasinya dengan orang dalam keadaan sehat.

5) Usia dan Status Perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasinya

dibandingkan dengan seorang remaja. Usia berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada invidu lansia,

kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan

dengan penuaan (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007).

e) Macam–macam Mobilisasi

1) Mobilisasi Penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukan syaraf motorik dan sensorik mampu

mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak

keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien

untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan

interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mobilisasi Sebagian Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya

mempunyai gangguan

Page 40: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

29

syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat

dibedakan menjadi;

a) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim

muskuloskletal seperti dislokasi sendi dan tulang.

b) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf

yang reversibel.

f) Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Ada beberapa hal dilakukan imobilisasi :

1) Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi misalnya

pada klien yang mengalami pembedahan atau yang mengalami cedera pada

tungkai dan lengan.

2) Kaharusan (tidak terelakan). Ini biasanya disebabkan ketidakmampuan

primer, seperti penderita palisis.

3) Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.

Pelaksanaan, mobilisasi dini terdapat tiga langkah penting yaitu;

1) Pemanasan

Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan

aliran darah dan memperbanyak masuknya O2 ke dalam tubuh,

memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga menjaga

kejang otot dan pegal–pegal keesokkan harinya. Pemanasasan dapat

dilakukan dengan menggerakkan mengepalkan tangan, tarik napas pelan–

pelan dan dikeluarkan dengn pelan – pelan.

2) Gerakan Inti Mobilisasi Dini

a) Gerakan Pertama

Page 41: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

30

Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut

diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut

dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan – pelan

melalui mulut sambil mengontraksikan otot perut. Ulangi gerakan

sebanyak 8 kali.

b) Gerakan Kedua

Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus kedepan. Angkat

kedua tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu,

kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga

terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan

sebanyak 8 kali.

c) Gerakan Ketiga

Berbaring relaks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut

ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali.ingat

jangan menghentak ketiak menurunkan pantat. Ulangi gerakan

sebanyak 8 kali.

d) Gerakan keempat

Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping badan,

tangan kanan diatas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai

dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan

mengontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan keposisi semula

sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut.

Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8

kali.

Page 42: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

31

e) Gerakan kelima

Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama – sama dengan mengangkat

kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut

kiri yang ditekuk,diulang sebaliknya. Kerut kan otot sekitar anus dan

kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan

atur pernafasan saat melakukan gerakan. Gerak diulangi 8 kali.

f) Gerakan Keenam

Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan,

kemudian lutut ditekuk kearah perut 90 derajat secara bergantian antara

kaki kiri dan kaki kanan. jangan menghentak ketiak, menurunkan kaki,

lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan 8 kali

g) Gerakan Ketujuh

Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan.

Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil

mengontraksikan perut,kemudian turunkan perlahan.

h) Gerakan Kedelapan

Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan

tahan 5-10 detik. Saatanus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan

nafas pelan–pelan sambil mengendurkan anus. Ulangi gerakan

sebanyak 8 kali.

i) Gerakan Kesembilan

Posisi berbaring, kaki lurus, dankedua tangan disamping badan. Angkat

kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan

kembali pelan – pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki.

Page 43: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

32

Atur nafas saat mengangkat kaki. Atur nafas saat mengangkat dan

menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

j) Gerakan Kesepuluh

Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan

dibelakang kepala, kemudian bangun sampai posisi duduk, lalu

perlahan – lahan posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak

8 kali.

Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua

tangan yang ditekuk dibelakang kepala untuk mendorong tubuh untuk

duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan

perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.

3) Pendinginan

Pendinginan setelah mobilisasi tetap diperlukan, hal ini agar kerja

jantung kembali normal. Gerakan pendinginan berupa menghela napas

lebih panjang dan lebih dalam, lengan, tungkai, akan membantu sistem

jantung dan pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan semakin

mengendurnya aktivitas tubuh. Proses gerakan mobilisasi dini dilakukan 3

kali dalam1 hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari.

Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi sectio dari 10 gerakan

yang ada secara teori, hanya dilakukan pada gerakan pertama sampai gerakan ketujuh.

g) Tahap-tahap Mobilisasi Dini

Tahap mobilisasi pada pasien sectio dengan anastesi umum:

1) Melakukan nafas dalam segera (5-10 menit) setelah sadar dari bius operasi

dengan cara inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka

Page 44: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

33

mulut selanjutnya nafas dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup

lilin

2) Merubah posisi tidur ke kiri dan kekanan, dilakukan 6 jam setelah operasi

sectio dengan cara menekuk kedua lutut daerah yang luka atau bekas

insisi, ditahan dengan telapak tangan kiri sambil bertumpu pada kaki kanan,

dan tangan kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu juga sebaliknya.

3) Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan

kedua telapak kaki, selanjutnya ditahan 1 - 2 menit setelah itu dikendorkan

kembali, ini dilakukan sesuai dengan kemampuan klien

4) Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil

sebelum berjalan jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan

dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit, namun dengan beberapa

latihan nyeri itu akan berkurang.

Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi sectio dari waktu ke

waktu:

a) 6 jam pertama

Ibu post secsio caesaria istirahat baring, mobilisasi dini yang

bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan

ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b) 6-10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah

trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat

tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.

Page 45: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

34

c) Setelah 24 jam

Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat

mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa

bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.

d) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

h) Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post secsio caesaria terdiri dari:

1) Hari ke 1 :

a) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam

setelah penderita / ibu sadar.

b) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini

mungkin setelah sadar.

2) Hari ke 2 :

a) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk

melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan

pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.

b) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk

c) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah

melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari,

3) Hari ke 3 sampai 5:

a) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.

b) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat

membantu penyembuhan ibu.

Page 46: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

35

i) Jenis Imobilisasi

Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilisasi antara lain:

1) Imobilisasi fisik. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik

yang disebakan oleh faktor lingkungan maupun kondisi ornag tersebut.

2) Imobilisasi intelektual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada

kasus kanker otak.

3) Imobilisasi emosional. Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan

atau kehilangan seseorang yang dicintai.

4) Imobilisasi sosial. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial

yang sering terjadi akibat penyakit.

j) Masalah Fisik yang dapat terjadi akibat Imobilisasi dini

Masalah imobilisasi dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi

fisik maupun psikologis, imobilisasi dapat menyebabkan penurunan motivasi,

menyebabkan kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan

perubahan konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidak

sesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya

serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis

(Wahid Ikbal M, Nurul C 2008).

Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut:

a) Sistem Muskuloskletal

Muskuloskeletal dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang

memberikan kekuatan dan kepadatan tulang akibat dari imobilisasi dengan

tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung, hal ini karena oestoblas

Page 47: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

36

dan pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan kolagenari

aktivitas untuk manahan berat badan, serta penarikan otot oleh tulang

berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan tulang

menjadi rapuh dan pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau

kompresi serta fraktur Atropi otot. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2008).

Menurut Wahid Ikbal M & Nurul C (2008) pada sistem ini,

imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah seperti osteoporosis,

atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.

(1) Osteoporosis, tanpa adanya aktivitas yang memberikan beban pada

tulang, tulanag akan mengalami demineralisasi (osteoporosis). Proses

ini akan mengakibatkan tulang - tulang kehilangan kekuatan dan

kepadatanya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.

(2) Atrofi otot, otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan

kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.

(3) Kontraktur, pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu

memendek atau memanjang. Lama- kelamaan kondisi ini akan

menyebabkan kontraktur (pemendekan otot permanen) proses ini

sering mengenai sendi, tendon dan ligamen.

(4) Kekakuan dan nyeri sendi. Pada kondisi imobilisasi jaringan kolagen

pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain tulang juga akan

mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi

kalsium pada sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri

pada sendi. Tidak menggerakkan otot cenderung terjadi pada ujung

terpaut di tempat tidur karena serabut otot yang tidak berkontraksi

Page 48: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

37

selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan ukuran, bila

otot dilatih maka ukuran serabut otot bertambah buang air

besar .pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya rektal

defekasi dan kemampuan eksplusi rektal disebabkan oleh aktivitas

muskuloskeletal ada refleks viseral yang digunakan dalam proses

defekasi, kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat

mengakibatkan konstipasi dan masalah pernafasan. Penurunan gerak

pernafasan akumulasi sekret pada saluran pernafasan ada dapat

terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali

karena otot tidak digunakan karena agen terminologi tertentu seperti

sedatifa dan analgesik ekspirasi dada akan lebih terbatas karena posisi

atau berbaring gerakan dada juga dapat dibatasi oleh distensi

abdomen disebabkan digesti atau penyebab-penyebab lainnya.

(Wahid Ikbal M & Nurul C, 2008).

b) Eliminasi urine

Masalah yang umum ditemukan pada masalah perkemihan akibat

imobilisasi antara lain:

(1) Stasis urine. Pada individu yang mobiliasai, gravitasi memainkan peran

yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih.

Sebaliknya saat individu berada dalam posisi berbaring dalam waktu

lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya

pengosongan urine jadi terhambat dan terjadilah stasis urine

(terhentinya atau terhambatnya aliran urine).

Page 49: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

38

(2) Batu ginjal, pada kondisi imobilisasi terjadi ketidak seimbangan antara

kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium,

akibatnya urine akan lebih basa, dan garam kalsium mempresipitasi

terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat imobilisasi,

pelvis ginjal yang terisi urine basa menjadi tempat yang ideal untuk

pembentukan batu ginjal.

(3) Retensi urine. Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk

melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu, penurunan

tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk

mengosongkan kandung kemih secara tuntas.

(4) Infeksi perkemihan. Urine yang stasis merupakn media yang baik untuk

pertumbuhsn bakteri. Selain itu, sifat urine yang basa akibat

hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang

umumnya menimbulkan /menyebabkan infeksi saluran kemih adalah

Escherichia Coli.

c) Gastrointestinal

Kondisi imobilisasi memengaruhi 3 fungsi sistem pencernaan, yaitu

fungsi ingesti, digesti, dan eliminasi. Dalam hala ini,masalah yang umum

ditemuia salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi terjadi akibat

penurunan peristalsis dan motolitas usus. Jika konstipasi terus berlanjut,

feses akan menjadi sangat keras dan diperlukannya upaya yang kuat untuk

mengeluarkannya.

Page 50: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

39

d) Respirasi

(1) Penurunan gerak pernafasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya

otot - otot tersebut digunakan, obat – obatan tertentu (misalnya sedatif

dan analgesik) dapat pula menyebabkan kondisi itu.

(2) Penumpukan sekret. Normalnya, secret pada saluran pernafasan

dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, serta dengan

bentuk. Pada kindisi imobilisasi, secret terkumpul pada jalan napas

akibat gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan

karbondioksida di alveoli. Selain itu, upaya batuk untuk mengeluarkan

secret juga terhambat karena melemahnya tonus oto- otot pernafasan.

(3) Atelektasisi. Pada kondisi tirah baring (imobilisasi) perubahan aliran

darah regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi ini

ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan nafas, dapat

mengakibatkan ateletaksisi.

e) Sistem Kardiovaskular

(1) Hipotensi ortostastik. Hipotensi ortostastik terjadi karena sisitem saraf

otonom tidak dapat menjaga keseimbangan supalai darah ke tubuh

sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.

Darah berkumpul di ekstermitas, dan tekanan darah menurun drastis.

Akibatnya, perfusi di otak mengalami gangguan yang bermakna, dan

individu dapat mengalami pusing, berkunang–kunang, bahkan pingsan.

(2) Pembentukan trombus. Trombus atau massa padat darah yang

terbentuk dijantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh 3

Page 51: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

40

faktor, yakni gangguan aliran balik vena menuju jantung,

hyperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembulu darah.

Jika trombus lepas dari dinding pembulu darah akan masuk ke

sirkulasi disebut sebagai embolus.

(3) Edema dependen. Edema dependen biasa terjadi di area – area yang

menggantung, seperti kaki dan tungkai bahwa pada individu yang

sering duduk berjuntai dikursi. lebih lanjut, edema ini akan

menghambat aliran balik vena menuju jantung yang akan menimbulkan

lebih banyak edema.

f) Metabolisme dan Nutrisi

(1) Penurunan laju metabolisme. Laju metabolisme basal adalah jumlah

energi minimal yang digunakan untuk mempertahakan proses

metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolisme basal,

motilitas usus, serta sekresi kelenjar digestif menurun sesuai dengan

penurunan kebutuhan energi tubuh.

(2) Balans nitrogen negatif. Pada kondisi imobilisasi terdapat

ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.

Dalam hal ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya,

jumlah nitrogen yang diekskresikan meningkat (akibat prose

katabolisme) dan mengakibatkan balans nitrogen negatif.

(3) Anoreksia. Penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya terjadi akibat

penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap

menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein berkurang koindisi

Page 52: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

41

ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut

pada status malnutrisi.

g) Sistem Integumen

(1) Turgor kulit menurun. Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilisasi

yang lama. Selain itu, perpindahan cairan antara – kompartemen pada

area tubuh yang menggantung dapat mengganggu keutuhan dan

kesehatan dermis dan jaringan

(2) Kerusakan kulit. Kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan suplai

nutrien menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrosis

jaringan superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.

h) Sistem Neurosensorik

Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input

sensori, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan

mudah bingung.

4. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis

perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada pengetahuan

yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Page 53: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

42

Pengetahuan adalah informasi yang telah di kombinasikan dengan

pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat dibenak

seseorang. Pada umumnya pengetahuan memiliki kemampuan prediktif

terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola manakala informasi

data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan

menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk

mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk menindaki (Meliono,

2007)

Ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah

hasil dari tahu yang diperoleh melalui panca indera, dimana pengetahuan itu

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Ariani (2014) seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda–beda. Secara garis besarnya dibagi dalam

6 tingkatan pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan–pertanyaan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Page 54: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

43

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkn dan /atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antar komponen – komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek materi atau objek penilaian

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau responden.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu:

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lainmenuju kearah suatu cita-cita tertentu. Kegiatan

pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar-mengajar,

dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi

Page 55: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

44

tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi

dapat. Maka makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil

keputusan dan bertindak.

2) Media Masa/Sumber Informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain–lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas

3) Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Tingkat kemampuan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang tingkat

ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi karena

kemampuannya dalam penyediaan media informasi.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, bilogis, maupun sosial.

5) Pekerjaan

Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu

dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan

Page 56: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

45

memerlukan perhatian tersebut, sehingga masyarakat yang sibuk hanya

mempunyai sedikit waktu memperoleh informasi (Maimonah, M, 2009)

6) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapai

masa lalu.

Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan

mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam

berperilaku.Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak

selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara

variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.

d. Kategori Pengetahuan

Kategori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran

pengetahuan dengan menggunakan pengkategorian yaitu:

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 – 100 % dari seluruh

pernyataan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 – 75 % dari seluruh

pertnyataan.

5. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh

pernyataan.

Page 57: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

46

B. Landasan Teori

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu

aktivitas/kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalianan Caecaria.

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu

aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan

pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan

demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi.

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Wahid

Ikbal M & Nurul C, 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirin pasien dalam pelaksanaan

mobilisasi dini adalah intervensi dari tenaga kesehatan (perawat, bidan, dan dokter),

pengetahuan keluarga besar (extended family) terhadap prosedur tindakan yang

diberikan.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

Page 58: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

47

behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari oleh pengetahuan

lebih langgeng dari pada pengetahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007)

Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.

Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap apa

yang telah diterima atau tentang apa yang dipelajari (Ariani, 2014). Untuk mengukur

bahwa sesorang ibu post SC tahu tentang mobilisasi yaitu dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan apa yang diketahuinya tentang

mobilisasi dini.

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek

yang diketahui dan dapat mengintreprestasikan materi tersebut. Untuk mengukur

bahwa seorang ibu post SC telah paham terhadap moblisasi maka harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan tentang mobilisasi dini.

Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari. Kemampuan seorang ibu post SC melakukan sesuatu yang didasarkan

pada apa yang diketahuinya dan dipahaminya yaitu melakukan mobilisasi dini.

Page 59: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

48

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Hubungan antar Variabel

Gambar 1. Kerangka Konsep

D. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat tahu ibu tentang

Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pemahaman ibu tentang

Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.

3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat aplikasi ibu tentang

Mobilisasi dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.

Aplikasi

Memahami

Tahu

Mobilisasi Dini

Page 60: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang

Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu Post Sectio Caesarea di

Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.

2. Sampel

Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Accidental Sampling yaitu

cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu pada ibu post

Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna pada bulan Juli

tahun 2016.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna pada tahun 2016.

b. Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 25 Juli tahun 2016.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu tentang mobilisasi dini,

sedangkan tahu, memahami, aplikasi menjadi variabel independent dalam penelitian

ini.

49

Page 61: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

50

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Tabel 3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel DevinisiOperasional

Kriteria Objektif AlatUkur

Skala

1. DependentMobilisasidini

Adalah kemampuanresponden untukbergerak sedinimungkin setelahmelakukan operasi >6 jam

a. Melakukan mobilisasib. Tidak melakukan

mobilisasi

Kuisioner Nominal

2. IndependentTahu Adalah segala

sesuatu yangdiketahui ibu postSectio Caesareatentang mobilisasidini

a. Baik: Apabila skor 76-100% dari total skor (bilajawaban 6-10 dari 10pertanyaan yang diberikan).

b. Cukup: Apabila skor 56-75% dari total skor (bilajawaban yang benar 2-5dari 10 pertanyaan yangdiberikan).

c. Kurang: Apabila skorkurang dari 55% dari totalskor (bila jawaban yangbenr kurang dari1 dari 10pertanyaan yang diberikan

Kuisioner Ordinal

Pemahaman Tingkat pengetahuandengan kemampuanmenjelaskan kembalipengetahuan yangtelah dimiliki

a. Baik: Apabila skor 76-100% dari total skor (bilajawaban 6-10 dari 10pertanyaan yangdiberikan).

b. Cukup: Apabila skor 56-75% dari total skor (bilajawaban yang benar 2-5dari 10 pertanyaan yangdiberikan).

c. Kurang: Apabila skorkurang dari 55% dari totalskor (bila jawaban yangbenr kurang dari1 dari 10pertanyaan yang diberikan

Kuisioner Ordinal

Aplikasi Kemampuanmelakukan ataumengaplikasikan daripengetahuan yangdimiliki.

a. Baik:Apabila skor 76-100% dari total skor (bilajawaban 6-10 dari 10pertanyaan yangdiberikan).

Kuisioner Ordinal

Page 62: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

51

b. Cukup: Apabila skor 56-75% dari total skor (bilajawaban yang benar 2-5dari 10 pertanyaan yangdiberikan).

c. Kurang: apabila skorkurang dari 55% dari totalskor (bila jawaban yangbenr kurang dari1 dari 10pertanyaan yang diberikan

F. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis

kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah

disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan supaya lebih mudah mengarahkan

jawaban responden dan lebih mudah diolah. Kuesioner yang dibagikan meliputi

kuesioner Gambaran Pengetahuan Ibu Post SC tentang Mobilisasi Dini. Kuesioner

gambaran pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini untuk pernyataan positif,

jika jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan

untuk pernyataan negatif, jika jawaban benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah

diberi skor 1.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat

untuk pertama kalinya (Ariani, 2014). Metode yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah dengan membagikan kuesioner kepada responden yang telah dijelaskan

cara pengisiannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang mobilisasi. Setelah

diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti untuk dilakukan pengolahan data.

G. Pengolahan dan Cara Analisis Data

Page 63: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

52

1. Pengolahan data

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Pengeditan (Editing)

Yaitu dengan melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul.

Setelah dilakukan pengecekan tidak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam

pengumpulan data.

b. Pengkodean (Coding)

Data yang telah diedit dirubah dalam bentuk angka (kode) yaitu nama responden

dirubah dengan kode responden.

c. Pemberian skor (Tabulating)

Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria dihitung dan disesuaikan dengan

variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

d. Analisis Data (Analiting)

Dalam melakukan analisis khususnya data penelitian akan menggunakan ilmu

statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis secara

univariat.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang

telah dikumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Analisis data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan

menggunakan teori dan kepustakaan yang ada. Selanjutnya adalah apakah hasil

scoring tersebut masuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Presentase dapat

diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

Page 64: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

53

ℎ ℎ 100%=

Keterangan :

P : Angka Presentase (Notoadmodjo : 2008)

n : Jumlah sampel yang diteliti

: Frekuensi yang sedang diuji presentasenya.

K : Konstanta

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

analisis univariate yang menganalisis terhadap tiap variabel dan hasil tiap penelitian

untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Ariani,

2014)

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

muda dibaca di interprestasikan. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk

menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi untuk memberikan deskriptif secara umum.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin

penelitian kepada instansi dan melapor kepada Kepala Kesbang dan Linmas

Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.

2. Tahap Pelaksanaan

Page 65: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

54

Dimulai dengan menyebarkan kuisioner yang telah dipersiapkan

berdasarkan responden yang datang berkunjung di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupatenr Muna.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis, disajikan dalam

bentuk tabel.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir dari penelitian.

Page 66: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi

Tenggara terletak di Ibu Kota Kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahril

Kelurahan Laende Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi

Tenggara. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas

sebagai berikut :

1) Sebelah utara : Jl. Basuki Rahmat

2) Sebelah Timur : Jl. Sultan Hasanudin

3) Sebelah selatan : Jl. Laode Pandu

4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda

b. Sejarah Singkat

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada masa

penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu

mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan dua

orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali ke

negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter dari

Jawa yang bernama dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal dokter

Soeparjo dengan sebutan dokter jawa. Beliau tamatan dari sekolah belanda yaitu

Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS).

55

Page 67: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

56

Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama tujuh

tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama

dokter Hyaman. Selang 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1940 seorang

dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang menggantikan kepemimpinan

dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan dokter Pang Ing Ciang sangat

disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau sangat memperhatikan kesehatan

masyarakat Muna pada saat itu.

Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan

Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing Cian berakhir dan

beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama dokter Post. Dokter

Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian besar pekerjaannya

diserahkan pada kedua asistennya. Namun kepemimpinan dokter Post tidak

berlangsung lama, beliau hanya satu tahun lamanya.

Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang

berasal dari Belgia. Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada

tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan rehabilitasi

yang di prakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini merupakan

rehabilitasi pertama selama Rumah sakit tersebut didirikan tahun 1965-1970.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dipimpin oleh dokter Ibrahim

Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3 tahun dan sejak

itu tahun masa kepemimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna ditetapkan

setiap 3 tahun sekali memimpin.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dijadikan sebagai

salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah bagi

Page 68: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

57

mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Muna dan Mahasiswa Akademi

Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

c. Lingkungan Fisik

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi

Tenggara berdiri diatas lahan seluas 10.740 Ha.

d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara adalah :

1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam, poliklinik

umum, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan, poliklinik gigi dan

mulut, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik dalam, instalasi

rehabilitasi medik, dan instalasi gawat darurat, poliklinik mata, poliklinik

THT, dan poliklinik psikiatri.

2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,

perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum, ICU

3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium klinik dan

instalasi gizi.

e. Ketenagaan

Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna saat

ini adalah 529 orang (terdiri atas paramedis sebanyak 430 dan non paramedis

sebanyak 73 orang) serta dokter dan dokter ahli sebanyak 26 orang. Dengan

jumlah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah sebanyak

128 orang, yang bekerja di Ruang kebidanan sebanyak 38 orang dan terdapat 2

Page 69: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

58

orang dokter ahli kandungan sedangkan di ruang perinatology sebanyak 26

orang dan 2 orang dokter ahli anak.

2. Analisis Data

Kegiatan penelitian berlangsung dari tanggal 6 Agustus sampai tanggal

September 2016 di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini

di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Berdasarkan

data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna diperoleh jumlah

ibu post sectio caesarea yaitu 30 orang, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

30 orang.

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi disertai

dengan narasi atau penjelasan tabel yang terdiri dari analisis univariat sebagai

berikut :

a. Tahu

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang

mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat

dilihat pada tabel 4

Page 70: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

59

Tabel 4. Distribusi Tingkat Tahu Ibu Post Sektio Caesarea tentang MobilisasiDini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah KabupatenMuna Tahun 2016.

Tingkat Tahu Frekuensi Persentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

8

10

12

26, 7%

33,3 %

40 %

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post

SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat tahu kategori baik

berjumlah 8 responden (26,7%), kategori cukup 10 responden (33,3%), dan

kategori kurang 12 responden (40%).

b. Memahami

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat memahami responden tentang

mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat

dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Distribusi Tingkat Memahami Ibu Post Sektio Caesarea tentangMobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum DaerahKabupaten Muna Tahun 2016.

Tingkat Memahami Frekuensi Persentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

3

13

14

10%

43,3%

46,7%

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2016

Page 71: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

60

Berdasarkan tabel 5. menunjukan bahwa dari 30 responden, ibu post

SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat memahami kategori baik

berjumlah 3 responden (10%), kategori cukup 13 responden (43,3%), dan

kategori kurang 14 responden (46,7%).

c. Aplikasi

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang

mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat

dilihat pada tabel 6

Tabel 6.Distribusi Tingkat Aplikasi Ibu Post Sektio Caesarea tentang MobilisasiDini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah KabupatenMuna Tahun 2016.

Tingkat Aplikasi Frekuensi Persentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

1

10

19

3,33%

33,33%

63,33 %

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post

SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik

berjumlah 1 responden (3,33%), kategori cukup10 responden (33,33%), dan

kategori kurang 19 responden (63,33%).

Page 72: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

61

B. Pembahasan

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, dengan kata lain mengingat kembali (recall) terhadap spesifikasi dari

seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Sedangkan

menurut Notoatmodjo (2007). Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi

yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima atau tentang apa yang

dipelajari (Ariani, 2014).

Kemampuan seseorang dalam mengingat dapat dipengaruhi oleh dimensi

waktu, sehingga pengetahuan responden yang teramati melalui kuisioner sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang kurang, hal ini dapat disebabkan

karena kurangnya informasi yang diperoleh, dimana pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan,

informasi, pengalaman, lingkungan, social ekonomi, dan sosial budaya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post SC yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terhadap mobilisasi dini post SC

sebagian besar masih kurang yaitu sebanyak 12 orang (40%).

Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan seseorang

sehingga mempengaruhi pula tingkat tahu ibu tentang mobilisasi dini. Dimana dari

hasil penelitian yang diperoleh dari 30 responden terdapat 28 responden yang

memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD dan SMP. Tingkat pengetahuan pada

sebagian besar responden dipengaruhi oleh tingkat tahu (know) yang kurang

memadai tentang mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea.

Page 73: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

62

Pengetahuan yang baik adalah dimana individu memiliki kemampuan

untuk memperjelas fenomena yang terjadi disekitarnya. Hal ini kemungkinan

disebabkan antara lain karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu

post SC dan juga kurang mendapatkan informasi tentang mobilisasi dini atau

kurang mengikuti penyuluhan yang diberikan, sehingga pengetahuan ibu post SC

tersebut tidak berubah atau tidak bertambah bahkan menetap, kesadaran ibu akan

pentingnya mobilisasi selama setelah operasi pengaruh lingkungan yang mayoritas

kesadarannya kurang, informasi yang kurang, tingkat pendidikan ibu yang kurang.

Untuk meningkatkan pendidikan ibu lebih baik perlu dilakukan langkah-langkah

peningkatan pengetahuan reponden diantaranya adalah dengan didapat dari

pengalaman, konseling, dan pendidikan.

Sesuai dengan teori yang ada, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan yaitu pendidikan dan keterpaparan informasi. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan memperoleh

informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rhaditya Prassana yang berjudul

“Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini pada Ibu Post Sectio

Caesarea di Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Rumah Sakit Umum Kota

Banjar tahun 2012. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan membuat ibu

post SC lebih cepat memahami dan menambah wawasan tentang mobilisasi dini

baik dari media elektronik, media cetak, ataupun dari tenaga kesehatan. Untuk itu

perlu bagi tenaga kesehatan atau petugas kesehatan agar lebih meningkatkan

pemberian penyuluhan tentang mobilisasi dini dan memberi motivasi pada ibu-ibu

post SC betapa penting mobilisasi itu setelah operasi SC.

Page 74: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

63

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang responden. Berdasarkan tingkat

pendidikan dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kategori baik pada

pendidikan SD tidak ditemukan. Dan pada tingkat SMP pengetahuan kategori baik

tidak ditemukan dari 30 responden, namun yang nampak pada hasil penelitian

yang berpendidikan SD 3 responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu

2 orang responden dan 1orang responden memiliki pengetahuan kategori cukup,

sedangkan yang berpendidikan SMP 8 responden memiliki pengetahuan kategori

kurang yaitu 3 orang responden dan 4 orang responden memiliki pengetahuan

kategori cukup. Sedangkan pada tingkat SMA masih ada ditemukan yang memiliki

pengetahuan kategori kurang yaitu 10 orang responden dan 4 orang responden

memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan yang baik 2 orang dari 12 orang

responden, sedangkan Diploma lebih mendominasi pengetahuan kategori baik

dan cukup dibandingkan dengan pengetahuan kategori kurang yang hanya

ditemukan 1 orang pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan yang tinggi sangat mempengaruhi pengetahuan ibu post SC.

Hal ini disebabkan oleh faktor sumber informasi, dimana mayoritas

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Maka menyebabkan responden

mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena

hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu yang

cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling dari tenaga

kesehatan, memperoleh informasi dari media massa terutama berkaitan dengan

pentingnya mobilisasi dini post sectio caesarea.

Page 75: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

64

Sehingga pada hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu sangat kurang

sedangkan pada hasil penelitian oleh Rhaditya Prassana di Rumah Sakit Umum

Kota Banjar bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu kurang.

Sehingga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rhaditya

Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat menginterpretasikan informasi

tersebut secara benar, maka dari itu meskipun responden pernah mendapatkan

informasi tentang pentingnya mobilisasi dini setelah operasi. Tetapi responden

tersebut tidak melakukan penginderaan dengan baik. Jika seseorang lebih mudah

dan lebih banyak memperoleh informasi, maka ia akan lebih mudah dan cukup

tanggap dalam menerima informasi atau pengetahuan tentang mobilisasi dini pada

saat setelah operasi. Bagi yang tidak memahami sama sekali, kemungkinan

cenderung tidak tanggap atau tidak mengerti dengan pengetahuan yang diperoleh.

Tingkat kemampuan dalam menerima dan memikirkan suatu hal masih kurang.

Menyebabkan tingkat memahami juga cenderung kurang, sehingga ditemukan

bahwa tentunya tingkat memahami ibu post SC mempengaruhi pemahamannya

tentang mobilisasi dini setelah operasi caesarea.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post sectio

caesarea yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat memahami terhadap

pentingnya mobilisasi dini setelah operasi sebagian besar masih kurang yaitu

sejumlah 14 responden (46,7%)

Page 76: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

65

Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan seseorang

sehingga mempengaruhi pula tingkat pemahaman ibu terhadap mobilisasi dini post

SC. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh dari 30 responden terdapat 28

responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD dan SMP. Tingkat

pengetahuan pada sebagian besar responden dipengaruhi oleh tingkat pemahaman

(komprehension) yang kurang memadai tentang bagaimana mobilisasi dini setelah

operasi sectio caesarea.

Pemahaman yang baik adalah dimana individu memiliki kemampuan untuk

memperjelas fenomena yang terjadi disekitarnya. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya pengalaman dari luar mengenai mobilisasi dini, dan keasadaran ibu

akan pentingnya mobilisasi dini setelah operasi sectio caesarea. Pengaruh

lingkungan yang mayoritas kesadarannya kurang, informasi yang kurang, dan

tingkat pendidikan ibu yang kurang

Berdasarkan hasil penelitian dari mahasiswa penelitian oleh Rhaditya

Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012 yaitu kurang. Dari data

yang didapat sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang. Dimana

mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Maka menyebabkan

responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi

disebabkan hanya karena melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden

mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan

konseling dari tenaga kesehatan, memperoleh informasi dari media massa terutama

yang berkaitan dengan pentingnya mobilisasi dini setelah operasi sectio caesarea.

Pada hasil penelitian di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Tahun 2016 bahwa tingkat memahami pada ibu post sectio

Page 77: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

66

caesarea yaitu kurang, sedangkan hasil penelitian oleh Rhaditya Prassana di

Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012 bahwa tingkat memahami pada ibu

post SC yaitu kurang.

Sehingga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rhaditya

Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012.

3. Aplikasi

Menurut Notoadmojo (2007) aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau

kondisi yang lain, aplikasi juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

melakukan atau menerapkan secara benar tentang objek yang dikethuidan dapat

menginteprestasikan informasi tersebut secara benar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post SC yang

mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terhadap mobilisasi dini

pada ibu post SC sebagian besar masih kurang yaitu sejumlah 19 responden

(63,33%).

Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat tahu dan pemahaman ibu

terhadap tanda bahaya masa nifas sehingga mempengaruhi tingkat aplikasi ibu

terhadap mobilisasi dini. Tingkat pengetahuan pada sebagian besar responden

dipengaruhi oleh tingkat aplikasi (application) yang kurang memadai tentang

bagaimana mobilisasi dini pada ibu post SC.

Aplikasi yang baik dapat dipengaruhi oleh tingkat tahu dan pemahaman

ibu tentang mobilisasi dini pada ibu post SC. Maka dari itu meskipun responden

Page 78: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

67

pernah mendapat informasi, mengetahui, dan memahami tentang mobilisasi dini

tetapi responden tersebut tidak melakukan atau mengaplikasikan/menerapkan

dengan baik, sehingga sebagian responden memiliki aplikasi yang kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari oleh Rhaditya Prassana di Rumah Sakit

Umum Kota Banjar tahun 2012 bahwa tingkat aplikasi pada ibu post SC yaitu

kurang. Hal ini disebabkan oleh tingkat tahu dan pemahaman ibu post SC yang

kurang terhadap mobilisasi dini.

Pada hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna

bahwa tingkat aplikasi pada ibu post SC yaitu sangat kurang, sedangkan hasil

penelitian dari mahasiswa Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012 bahwa

tingkat aplikasi pada ibu post SC yaitu kurang.

Sehingga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rhaditya

Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012.

Page 79: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian studi pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini pada masa post SC berdasarkan

tingkat tahu ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tahun 2016 masih kategori kurang yaitu sebesar (40%), kategori cukup sebesar

(33,3%), dan kategori baik sebesar (26,7%)

2. Pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini pada masa post SC berdasarkan

tingkat memahami ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Tahun 2016 masih kategori kurang yaitu sebesar (46,7%), kategori cukup

sebesar (43,3%), dan kategori baik sebesar (10%)

3. Pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini pada masa post SC berdasarkan

tingkat aplikasi ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Tahun 2016 masih kategori kurang yaitu sebesar (63,33 %), kategori cukup

sebesar (33,33%), dan kategori baik sebesar (3,33%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, disarankan sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna untuk

membuat program penyuluhan kesehatan terhadap ibu hamil dan masyarakat agar

masyarakat secara luas dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya

kesehatan terutama kesehatan pada ibu hamil dan kesehatan selanjutnya.

68

Page 80: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

69

2. Kepada bidan desa dan seluruh tenaga kesehatan untuk membuat program

penyuluhan kesehatan terhadap ibu hamil dan masyarakat umum tentang

mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea serta cara melakukan mobilisasi dini

agar masyarakat secara luas dapat mengetahuinya serta diharapkan kepada peneliti

selanjutnya agar penelitian ini dijadikan pedoman dan perlu adanya sosialisasi atau

informasi tentang mobilisasi dini kepada ibu post sectio caesarea atau yang

menjadi responden penelitian (sampel).

3. Kepada pihak instansi diharapkan sebagai bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang

mobilisasi dini dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

Page 81: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

70

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R &Wulandari, D (2010) Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: NuhaMedika

Ariani A, P(2014) Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan KesehatanReproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Bahiyatun (2009) Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Carpenito (2013) Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio http://www.google.co.id. kti-skripsi.2011.hubungan mobilisasi dini post sectio.html diakses tanggal 26April 2014.

Hasmirah, M.(2012) Tentang Sectio Secarea. http://www.Google.co.id.kti Tentang-sectio-Secarea. Diakses tanggal 15 Juli 2016

Jitowiyono, S, Kristiyanasari, W.(2012). Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Lestari, N, (2013) asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan teknikpengeluaran asi terhadap ny. s umur 34 tahun p2a0 4 hari postpartum normal di bps desi andriani amd.keb bandar lampung tahun2013.Asuhan-kebidanan-pada-ibu-nifas http://nofiindra akademi kebidananadila aktn 5.blogspot.co.id/2013/07/m

Maimonah, M.(2009) Jurnal Pengetahuan https://www. scribd.com/ doc/203359388/jurnal- pengetahuan

Meliono (2007) Hubungan Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio Caesaria denganPenyembuhan Luka Operasi di Ruang NifasRSUD.http://www.google.co.id.kti-skripsi-Keperawatan.2012.

Mubarak W,I, Cahyatin N.(2008) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1,Gresik: EGC

Nilda, Y.S.(2013) Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang mobilisasi dini Mida

yulistiregar.Blogspot.co.id/ 2013.01/kti.html?m=1

Notoatmodjo (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta PT. Bineka Cipta.

Prawirohardjo, S.(2011) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta: BP-SP

Rahmawati, T (2012) Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Page 82: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

71

Rukiyah, A.Y, Yulianti L & Liana, M.(2011) Asuhan Kebidanan III (Nifas)Jakarta:Trans Info Media.

Rantuprapat (2015) Pengetahuan Ibu Post Sectio Secarea. Bidankuonline.Blogspot.co.id/2015/12/Pengetahuan-Ibu-post-Sectio-secarea. Html ?m=1. Diakses tanggal 15 Juli 2016

Walyani, E.S & Purwoastuti, E (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.Yogyakarta: PB

Wahyuni, I.S(2009) Hubungan tingkat pengetahuan ibu Tentang Gizi dengan StatusGizi Anak Balita. http//dglib.uns.uk. Di akses tanggal 19 Juli 2016

.

Page 83: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016
Page 84: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitianberjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang MobilisasiDini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun2016” yang dilakukan oleh :

Nama : Bijalmiah

Nim : 2013.IB.0059

Sesuai dengan prosedur penelitian maka saya akan memberikan jawabanyang sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diberikan dan tidak akan menuntutterhadap segala kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya untukdigunakan semestinya.

Raha, 2016

Responden

(........................)

Page 85: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Lampiran 6

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya mengatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

perguruan tinggi, disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Raha, Juli 2016

Bijalmiah

Page 86: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Lampiran 3

KUISIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREATENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKABUPATEN MUNA

TAHUN 2016

Identitas RespondenNo responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Petunjuk Pengisian :1. Kepada responden diharapkan untuk menjawab semua pernyataan dan

pertanyaan dengan jujur dan objektif.2. Berikan tanda (√) dan isilah sesuai dengan keadaan sebenarnya.3. Keterangan jawaban B (Benar) S (Salah)

A. Tingkat TahuNo. Pernyataan B S

1. Yang dimaksud dengan gerak sedini mungkin adalah

kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri, dan

kembali dalam 24-48 jam setelah operasi

2. Gerak sedini mungkin sangat penting bagi ibu setelah operasi

karena dapat mempercepat pemulihan, mengurangi risiko-risiko

karena baring terlalu lama.

3. Gerak sedini mungkin bagi ibu setelah operasi dapat mencegah

penyakit infeksi pada ibu

4. Manfaat gerak sedini mungkin bagi ibu operasi adalahmempercepat proses pengeluaran sisa darah operasi membantuproses penyembuhan luka

Page 87: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

5. Senam setelah operasi merupakan proses kegiatan yang

dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas

tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur

kemudian berjalan.

6. Tujuan dari gerak sedini mungkin adalah mempertahankan

fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah dan memperlancar

buang air besar dan buang air kecil serta membantu Pernapasan

menjadi lebih baik

7. Waktu yang tepat bagi ibu setelah operasi agar dapat melakukan

gerak sedini mungkin adalah 6-10 jam pertama setelah operasi

8. Bentuk gerak sedini mungkin adalah baring miring kiri dan

miring kanan duduk lalu berjalan.

9. Bahaya bagi ibu, jika ibu tidak melakukan gerak secepat

mungkin adalah mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga

pasien kembali normal dan dapat bergerak kembali seperti

biasanya.

10. Setelah operasi ibu sudah dapat dianjurkan untuk berjalan pada

hari pertama dan kedua

B. Tingkat Pemahaman

No Pernyataan B S

1. Keadaan normal yang dapat mempengaruhi gerak adalah pola

tidur, adanya nyeri dan kecemasan

2. Kembalinya alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil

dapat dipercepat dengan cara gerak secepat mungkin setelah

operasi

3. Mempercepat proses pengeluaran sisa darah, dan membantu

proses penyembuhan luka merupakan manfaat dari gerak

secepat mungkin

Page 88: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

4. Secara umum gerak pada pasien operasi dapat memperbaiki

pernapasan dan buang air kecil

5. Gerakkan yang dapat dilakukan oleh ibu dalam waktu 6 – 8 jam

setelah operasi yaitu ibu sudah bisa diposisikan duduk, baik

bersandar maupun tidak bersandar

6. Yang merupakan fungsi gerak pada kulit adalah penurunan

kelembutan kulit dan kerusakan kulit

7. Keadaan yang mempengaruhi gerak adalah gaya hidup,

kebudayaan, dan tenaga ibu

8. Keadaan yang mempengaruhi kemampuan gerak adalah, tulang

dan otot

9. Rangkaian gerak secepat mungkin yaitu dilakukan dengan cara

gerakan miring kiri atau miring kanan kemudian berjalan

10. Pada hari ke-3 ibu dianjurkan untuk baring miring kiri, miring

kanan dan duduk.

C. Tingkat Aplikasi

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah ibu melakukan gerak sedini mungkin setelah operasi?

2. Apakah ibu melakukan gerak miring kiri miring kanan pada hari

pertama setelah operasi?

3. Apakah ibu melakukan tarik nafas dalam-dalam dengan pelan-

pelan lalu dikeluarkan dengan pelan-pelan setelah 6 jam

operasi?

4. Apakah ibu melakukan gerakan duduk pada hari kedua setelah

operasi?

5. Apakah ibu melakukan gerak secepat mungkin setelah operasi

untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka operasi?

6. Apakah ibu melakukan gerak sedini mungkin untuk mempercepat

proses kerja tubuh?

Page 89: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

7. Apakah ibu melakukan usaha gerakan miring kiri atau miring

kanan kemudian duduk?

8. Apakah ibu sudah dapat berjalan pada hari ketiga?

9. Apakah ibu langsung melakukan gerakkan duduk pada hari

petama?

10. Apakah ibu sudah bisa bergerak sedini mungkin pada 6 jam

setelah operasi?

Page 90: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Lampiran 4Master Tabel Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC)TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKAB. MUNA TAHUN 2016

No Nama Mobilisasi DiniTahu Memahami Aplikasi

KetKategori Nilai Kategori Nilai Kategori NilaiMelakukan Tidak

Melakukan1 Ny. Ha Ya - kurang 50 Kurang 40 Cukup 70

2 Ny. Sa Ya - Baik 80 Cukup 70 Kurang 40

3 Ny. Ha Ya - Cukup 70 Kurang 30 Kurang 40

4 Ny. En Ya - Baik 80 Cukup 60 kurang 50

5 Ny. Ko Ya - Kurang 40 Kurang 20 kurang 50

6 Ny. Is Ya - Cukup 60 Cukup 60 Cukup 60

Page 91: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

7 Ny. Im Ya - Kurang 50 Cukup 60 Kurang 50

8 Ny. Su Ya - Cukup 90 Baik 80 Baik 100

9 Ny. As Ya - Kurang 20 Kurang 40 Kurang 40

10 Ny. Ka Ya - Kurang 50 Cukup 60 Cukup 60

11 Ny. Im Ya - Cukup 60 Kurang 40 Kurang 50

12 Ny. He Ya - Baik 80 Baik 80 Cukup 60

13 Ny. Mi Ya - Cukup 30 kurang 30 Kurang 40

14 Ny. Su Ya - Cukup 60 Cukup 60 Cukup 60

15 Ny. Ma Ya - Cukup 60 Cukup 70 Kurang 50

16 Ny. Ha Ya - Kurang 50 Kurang 50 Kurang 40

17 Ny. Tri Ya - Cukup 60 Kurang 40 Kurang 40

18 Ny. As Ya - Kurang 30 Cukup 70 Kurang 40

19 Ny. Ha Ya - Cukup 60 Kurang 40 Kurang 40

20 Ny. Nu Ya - Kurang 40 Cukup 60 Kurang 40

Page 92: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

21 Ny. Tri Ya - Baik 80 Kurang 50 Kurang 40

22 Ny. Ha Ya - Kurang 50 Kurang 50 Cukup 60

23 Ny. Su Ya - Baik 80 Cukup 60 Cukup 60

24 Ny. Di Ya - Baik 80 Cukup 70 Cukup 60

25 Ny. Sti Ya - Baik 90 Baik 80 Cukup 70

26 Ny. Su Ya - Baik 80 Cukup 70 Cukup 60

27 Ny. At Ya - Kurang 40 Kurang 50 Kurang 40

28 Ny. Il Ya - Kurang 40 Kurang 30 Kurang 40

29 Ny. Li Ya - Kurang 30 Cukup 60 Kurang 30

30 Ny. As Ya - Cukup 60 Kurang 50 Kurang 50

Page 93: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Lampiran 6

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

perguruan tinggi, disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah dan tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacuh dalam naskah ini dana disebutkan dalam daftar pustaka.

Raha, Juli 2016

Penulis