39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan pola- pola kehidupan. Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat nampak terjadi proses pembaruan, pertentangan atau konflik antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses akulturasi , pertentangan, konflik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan. 1

Hakikat dan Substansi Kurikulum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hakikat dan Substansi Kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika

masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok

masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini

karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi.

Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua

aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap

individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan

pola-pola kehidupan.

Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan

pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan

akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi

kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat

nampak terjadi proses pembaruan, pertentangan atau konflik antara sektor budaya,

sosial dan agama. Melalui proses akulturasi , pertentangan, konflik kepentingan

seharusnya dapat dikurangi secara perlahan.

Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di

masyarakat, inovasi terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik

menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan

dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik

berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan

masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.

Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif

didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah

mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah

bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai

produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan

kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu

1

Page 2: Hakikat dan Substansi Kurikulum

inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena

itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation

decision Process).

Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap

menit kita mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas

itu selalu dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan

harapan hasilnya memuaskan.

Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara

nasional, antar negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum

baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut

dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

Intinya dalam inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar-benar

menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan.

Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam

pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan

perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi

sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka

mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas.

Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan

sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah:

1. Bagaimanakah hakikat kurikulum?

2. Bagaimanakah substansi kurikulum?

3. Apa sajakah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?

4. Apa sajakah hal-hal yang harus dilakukan sekolah dalam pengembangan

kurikulum?

5. Silabus dan RPP dalam rangka inovasi pembelajaran

2

Page 3: Hakikat dan Substansi Kurikulum

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui hakikat kurikulum.

2. Mengetahui substansi kurikulum.

3. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

4. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan sekolah dalam pengembangan

kurikulum.

5. Mengetahui silabus dan RPP dalam rangka inovasi pembelajaran.

3

Page 4: Hakikat dan Substansi Kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kurikulum1. Definisi Kurikulum

Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olah raga pada

zaman yunani kuno. Kurikulum berasal dari kata curir dan curere yang

berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis start

hingga garis finish. Namun sekarang istilah kurikulum juga digunakan

dalam bidang pendidikan. Kurikulum berhubungan erat dengan usaha

mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai apa yang seharusnya guru

lakukan dalam pembelajaran. Namun Nunan (1988: 1) mengatakan bahwa

kurikulum sebagai sesuatu yang dilakukan guru, bukan hanya rencana yang

seharusnya dilakukan dalam pembelajaran. Lain halnya dengan Null (1973:

1) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan jantung dari pendidikan

karena kurikulum ialah kombinasi pemikiran, tindakan dan tujuan yang

kemudian akan diajarkan dalam berbagai institusi, baik sekolah ataupun

yang lain.

Sementara Print dalam Sanjaya (2010: 4) memandang sebuah

kurikulum sebagai perencanaan pengalaman belajar, program sebuah

lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil

dari implementasi dokumen yang telah disusun. Namun pada dasarnya

kurikulum memliki beberapa konsep, yaitu kurikulum sebagai mata

pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai

perencanaan program pembelajaran.

Proses pembelajaran di sekolah menggunakan konsep kurikulum

sebagai mata pelajaran, penguasaan isi pelajaran merupakan sasaran akhir

dari pendidikannya. Seperti yang dikemukakan Saylor dkk. (Sanjaya: 2010:

4) kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak

4

Page 5: Hakikat dan Substansi Kurikulum

mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Hal senada juga diungkapkan

oleh Hutchins (Sanjaya: 2010: 4) yang menyatakan bahwa kurikulum

seharusnya termasuk grammar, membaca, retorika dan logika, matematika

dan memperkenalkan buku-buku hebat dari barat pada tingkat menengah.

Kurikulum sebagai mata pelajaran pada hakikatnya adalah kurikulum yang

berisikan bidang studi.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

pandangan kurikulum mulai bergeser. Pandangan kurikulum sebagai

sejumlah mata pelajaran mulai bergeser karena pandangan ini dianggap

masih tradisional. Sekolah tidak saja dituntut untuk membekali siswa

dengan berbagai macam pengatahuan, tetapi dituntut juga untuk

mengembangkan bakat dan minat siswa. Tuntutan tersebut membuat

pandangan kurikulum menjadi bergeser, kurikulum tidak lagi dipandang

sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar

siswa.

Tokoh-tokoh yang menganggap kurikulum sebagai pengalaman

diantaranya adalah Casswell dan Campbell (Sanjaya: 2010: 6) menyatakan

bahwa kurikulum adalah semua pengalaman siswa yang berada dibawah

tanggung jawab guru. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Dorris Lee

dan Murray Lee bahwa kurikulum merupakan semua pengalaman siswa

yang di peroleh disekolah. Lebih jelas lagi dikemukakan Giles dkk. Bahwa

kurikulum adalah seluruh pengalaman yang ada di sekolah. Pengertian

kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa

kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar

maupun di dalam sekolah asal kegiatan tersebut berasa di bawah tanggung

jawab guru (sekolah).

Tidak hanya sebgai mata pelajaran dan pengalaman belajar, kurikulum

juga dipandang sebagai rencana atau program belajar. Seperti yang

dikemukakan Hilda Taba (1962) dalam Sanjaya (2010: 7) “A curriculum is

a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and

the development of the individual has bearing on the shaping of the

5

Page 6: Hakikat dan Substansi Kurikulum

curriculum.” Sedangkan Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter

F. Olivva (1982) mengemukakan kurikulum pada dasarnya adalah sebuah

perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.

Selanjutnya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

bahwa kurikulum adalah merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan

dalam praktik. Dengan kata lain kurikulum adalah suatu perencanaan yang

disusun secara struktur untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan dari

suatu pembelajaran.

2. Peran dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi

yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada

kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum menempati peran utama dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2010: 12) terdapat tiga

peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu: peranan konservatif, peranan

kreatif, peranan kritis dan evaluatif. Ketiga peranan ini sama penting dan

harus dilaksanakan secara seimbang.

a. Peranan Konservatif

Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk

mentrans-misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap

masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini

para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya

menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan

ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan

bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah

satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku

6

Page 7: Hakikat dan Substansi Kurikulum

siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan

masyarakatnya.

b. Peranan Kreatif

Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu

mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan

yang terjadi dan kebutuhankebutuhan masyarakat pada masa sekarang

dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang

dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang

ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,

kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang

dibutuhkan dalam kehidupannya.

c. Peranan Kritis dan Evaluatif

Peranan Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan

bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa

mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya

masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi

pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa

sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang

dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan

nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru

yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan

memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan

diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif

berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang

tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan

dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan.

Disamping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi

tertentu. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk

membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan

pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi peserta

didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.

7

Page 8: Hakikat dan Substansi Kurikulum

Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara

sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Menurut McNeil (Sanjaya: 2010: 12) isi kurikulum

memiliki empat fungsi, yaitu:

a. Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education)

Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar

menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab , menjadi warga

negara yang baik dan bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus

memberikan pengalaman belajar kepada anak didik agar mampu

menginternalisaasi nili-nilai dalam masyarakat, memahami hak dan

kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, Fungsi

ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang

pendidikan.

b. Fungsi Suplementasi (Suplementation)

Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap

siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat

yang ada pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak

menambah wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan

bakatnya. Siswa yang meiliki kemapuan di atas rata-rata haraus

terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara

optimal, sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga

harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.

c. Fungsi Eksplorasi (Exploration)

Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat

dan bakat masing-masing anak didik, sehingga diharapkan anak didik

dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa ada paksaan.

Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena terkadang

berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan dari

pihak-pihak tertentu, seperti orangtua, untuk memilih suatu pilihan

yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para

8

Page 9: Hakikat dan Substansi Kurikulum

pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak

didik yang terkadang tersembunyi.

d. Fungsi Keahlian (Specialization)

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak

didik dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak

didik. Kurikulum harus dapat memberikan pilihan berbagai bidang

keahlian, seperti perdagangan, pertanian, industri atau disiplin

akademik. Dengan bidang-bidang pilihan tersebut anak didik

diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu

dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau

spesialis untuk menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak

didik yang sesuai dengan bidang keahliannya.

Selain fungsi-fungsi diatas, kurikulum juga berfungsi untuk setiap

orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung mapun tidak langsung

dengan penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, fungsi kurikulum dapat

ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut.

a. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah kurikulum berfungsi sebagai pedoman

untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik

kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler.

b. Fungsi Kurikulum bagi Guru

Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam praktik, guru merupakan

ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana

kurikulum. Guru juga sebagai faktor kunci (key factor) dalam

keberhasilan kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum

disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada kemampuan guru

di lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru

tidak dapat memahami dan melaksankan kurikulum dengan baik

sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.

9

Page 10: Hakikat dan Substansi Kurikulum

c. Fungsi Kurikulum bagi Siswa

Bagi siswa sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman

belajar, melalui kurikulum siswa dapat memahami apa tujuan yang

hendak di capai, isi atau bahan pelajaran apa yang harus dikuasai dan

pengalaman belaajr apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

Alexander Inglis (Sanjaya: 2010: 14 ) mengemukakan enam

fungsi kurikulum untuk siswa, yaitu kurikulum berfungsi sebagai

fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi

persiapan, fungsi pemilihan dan fungsi diagnostik.

1) Fungsi Penyesuaian

Lingkungan tempat individu hidup senantiasa berubah dan

dinamis, karena itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri

secara dinamis. Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan menuju

individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan

kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan,

diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan

hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan

lingkungan yang lain.

2) Fungsi Pengintegrasian

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.

Individu merupakan bagian integral dari masyarakat, maka dengan

pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan memberikan

sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian

masyarakat.

3) Fungsi Diferensiasi

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-

perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi

akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan

mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.

10

Page 11: Hakikat dan Substansi Kurikulum

4) Fungsi Persiapan

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau

terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua apa

yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi

melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang

diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari

pekerjaan.

5) Fungsi Pemilihan

Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang

erat. Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan

bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas sesuatu yang

menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi

masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram

secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak didik

untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat

dan bakatnya.

6) Fungsi Diagnostik

Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan

mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan

menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi

yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua

kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan

prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan

membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya

secara optimal.

d. Fungsi Kurikulum bagi Pengawas

Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebgai

pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di

sekolah. Kurikulum juga dapat digunakan pengawas untuk

menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau

11

Page 12: Hakikat dan Substansi Kurikulum

perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan

mutu pendidikan.

e. Fungsi Kurikulum bagi Orangtua/Masyarakat

Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan

perluasan wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan.

Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya

relevan atau tidak dengan kurikulum sekolah. Orangtua juga perlu

memahami kurikulum dengan baik, sehingga dapat dijadikan bahan

untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya agar anak

mencapai hasil belajar yang lebih optimal.

3. Jenis – Jenis Kurikulum

Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga), yaitu:

a. Separate Subject Curriculum

Artinya segala bahan pelajaran disajikan dalam subject/mata

pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Subject

atau mata pelajaran ialah hasil pengalaman umat manusia sepanjang

masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh

manusia sejak dahulu, lalu disusun secara logis dan sistematis,

disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan

usianya masing-masing.

b. Corelated Curriculum

Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai

hubungan. Di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara mata

pelajaran satu dengan yang lainnya, sehingga tidak berdiri sendiri-

sendiri seperti pada seperete-subject curriculum dan ini dibuat sebagai

reaksi terhadapnya yang dianggap masih kurang sempurna.

c. Integrated Curriculum

Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara

berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam

12

Page 13: Hakikat dan Substansi Kurikulum

bentuk unit atau keseluruhan sehingga diharapkan akan membentuk

anak-anak menjadi pribadi yang terintegrated.

4. Kurikulum dan Pengajaran

Kurikulum terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan

dan memengaruhi satu sama lain. Komponen yang membentuk system

kurikulum akan melahirkan system pengajaran, dan system pengajaran

itulah yang kan menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar

mengajar di dalam kelas. Maka dapat dikatakan bahwa system pengajaran

merupakan pengmbangan dari sistem kurikulumnya.

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tak dapat

dipisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum

berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan,

serta isi yang harus dipelajari. Sedangkan pengajaran adalah proses yang

terjadi dalam interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa. Seperti

perumpamaan yang diungkapkan Saylor (Sanjaya: 2010: 17) kurikulum dan

pengajaran itu seperti Romeo dan Juliet.artinya berbicara Romeo tidak akan

berarti apa-apa tanpa Juliet, begitu pula sebaliknya. Tanpa kurikulum

sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran dan pengajaran tidak akan

efektif; demikian juga tanpa adanya pembelajaran, maka kurikulum tidak

berarti apa-apa. Kurikulum berkaitan erat dengan apa yang harus diajarkan,

sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya.

Walaupun antara kurikulum dan pengajaran merupakan dua sisi yang

tidak terpisahkan, namun dalam proses pengajaran dan pembelajaran dapat

terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara keduanya. Olivia (Sanjaya:

2010: 20) menggambarkan kemungkinan hubungan antara keduanya dalam

beberapa model seperti berikut.

a. Model dualistis (the dualistic model)

Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya

tidak bertemu kurikulum yang seharusnya menjadi input dalam

menata system pengajaran tidak tampak. Demikian juga pengajaran

yang semestinya memberikan balikan dalam proses penyempurnaan

13

Page 14: Hakikat dan Substansi Kurikulum

kurikulum tidak terjadi, karena kurikulum dan pengajaran berjalan

sendiri.

b. Model berkaitan (the interlocking model)

Pada model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai

suatu system yang keduanya memiliki hubungan. Baik antara

kurikulum dan pengajaran maupun pengajaran dan kurikulum ada

bagian-bagian yang berpadu atau memiliki keterkaitan, sehingga

antara keduanya memiliki hubungan.

c. Model konsentris (the concentric nmodel)

Pada model ini kurikulum dam pengajaran memiliki hubungan

dengan kemungkinan kurikulum bagian dari pengajaran atau

pengajaran bagian dari kurikulum.

d. Model siklus (the cyclical model)

Pada model ini antara kurikulum dan pengajaran memiliki

hubungan yang timbal balik. Keduanya saling berpengaruh. Apa yang

diputuskan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam proses

pelaksanaan pengajaran, begitu juga sebaliknya.

5. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan sebuah dokumen yang berisi tentang

perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai pedoman guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Suatu perencanaan tentulah harus

direalisasikan untuk melihat apakah perencanaan tersebut berhasil mencapai

tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Adapun implementasi dari

kurikulum adalah proses pembelajaran. Jadi, kurikulum dan proses

pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang

saling mempengaruhi. Pembelajaran tanpa kurikulum tidak akan efektif dan

kurikulum tanpa proses pembelajaran hanyalah sebuah dokumen yang tidak

bermakna.

Dalam proses pembelajaran guru merupakan kunci utama yang

menggerakkan pembelajaran dan berhubungan langsung dengan peserta

didik yang menjadi objek kurikulum. Dengan demikian, dapat dikatakan

14

Page 15: Hakikat dan Substansi Kurikulum

bahwa guru berperan penting dalam pengimplementasian kurikulum. Peran

guru dalam pengembangan kurikulum lebih kepada penerapannya di dalam

tataran kelas. Murray Print dalam Wina (2010: 28) menyebutkan bahwa

peran guru dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai: (1)

implementers, (2) adapters, (3) developers, dan (4) researchers.

B. Substansi Kurikulum

Dalam Bahasa Indonesia, pengertian substansi ialah hal yang membentuk

sesuatu. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

kesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

Substansi perubahan kurikulum bukan hanya sekedar perubahan isi dan

materi, jumlah pelajaran dan jam pelajaran tetapi perubahan ruh atau semangat

yang terkandung dalam kurikulum itu sendiri. Yang lebih penting lagi adalah

bagaimanan perubahan tersebut muncul dari bawah, muncul dari guru-guru yang

menjalankan langsung serta berhadapan dengan peserta didik, bukan perubahan

yang tiba-tiba (atau ujug-ujug) datangnya dari atas sehingga guru terkadang gagap

dengan perubahan pada kurikulum.

Budaya pendidikan kita yang harus di bangun untuk ke depan adalah

bagaimana supaya perubahan kurikulum bukan hanya dari atas atau dari para

pakar pendidikan tetapi harus dari berbagai sisi seperti menyerap aspirasi dari

guru berdasarkan catatan ia selama 5 s/d 10 tahun menjalankan kurikulum yang

ada, juga berdasarkan kajian lapangan serta daya adaptasi lingkungan,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kurikulum tersebut atau

sebaliknya, sehingga perubahan kurikulum benar-benar tepat sasaran, dinantikan

dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh stakeholder pendidikan.

Budaya yang lainnya yang harus kita bangun adalah karakter guru dan

murid harus benar-benar menjadi fokus utama dalam pembanguna  pendidikan ke

depan, perubahan kurikulum sebagus apapun tetapi kalau tidak dibangun sikap,

moral dan akhlak guru sebagai pendidiknya dan siswa sebagai peserta didiknya

15

Page 16: Hakikat dan Substansi Kurikulum

maka mustahil ruh atau semangat yang ada dalam kurikulum tersebut tidak akan

mampu diwujudkan, karena guru dan siswa, pendidik dan peserta didik adalah

menjadi bagian penting pendidikan serta kurikulumnya sendiri selain dari faktor

sarana-prasarana, lingkungan, strategi, metode dan media.

Manfaat lainnya jika kita menerapkan pola budaya di atas akan membantu

pemerintah dan kementrian nasional serta meringankan beban dalam hal

sosialisasi kurikulum karena yang di lapangan akan langsung mencerna perubahan

yang ada, di samping itu SDM pendidikan kita yang ada akan lebih berdaya dan

diberdayakan, semoga menjelang tahun pelajaran baru 2013-2014 kita lebih

dewasa, arif dan bijaksana dalam menyikapi setiap perubahan yang ada, termasuk

perubahan dalam kurikulum 2013 yang kita hadapi nanti.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan,

menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian

terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi

belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah

kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah

penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode

waktu tertentu.

Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan

kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang

menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan

evaluasi.

Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi

delapan macam, antara lain:

1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,

yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum

merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang

16

Page 17: Hakikat dan Substansi Kurikulum

pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek

pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan

perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut

dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan

nasional.

2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system

penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan

masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan

perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.

3. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas

Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan

pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar

dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan

sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga

harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan

pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik

dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara

efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga

keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus

digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang

semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.

4. Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau

dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan

setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum

disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian.

Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang

dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya,

pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam

17

Page 18: Hakikat dan Substansi Kurikulum

hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga

dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan

kurikulum.

5. Prinsip Kontiunitas

Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian,

aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak

terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang

bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan

pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas

alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah

guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Prinsip Keseimbangan

Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara

proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program,

antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin

dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik,

antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan

perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan

yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan

sumbangan terhadap pengembangan pribadi.

7. Prinsip Keterpaduan

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip

keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan

konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan

semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter

sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat

dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses

pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara

teori dan praktek.

18

Page 19: Hakikat dan Substansi Kurikulum

8. Prinsip Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang

berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh

derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang

bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan

pendidikan nasional yang diaharapkan.

D. Hal-hal yang Harus Dilakukan Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum

Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-

langkah:

1. Perumusan Tujuan

Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai

kebutuhan, tuntutan dan harapan.

2. Menentukan Isi

Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan

di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan.

3. Memilih Kegiatan

Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-

pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan

mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.

4. Merumuskan Evaluasi

Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di

jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan

sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di

lakukan secara terus menerus.

19

Page 20: Hakikat dan Substansi Kurikulum

E. Silabus dan RPP dalam Rangka Inovasi Pembelajaran

1. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian.

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan

berikut.:

a. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu

kegiatan pembelajaran

b. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk

kompetensi tersebut

c. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi

tersebut sudah dimiliki peserta didik

Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam

pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana

pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan

sistem penilaian.

Prinsip Pengembangan Silabus antara lain:

a. Ilmiah : Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan.

b. Relevan : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan

penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan

fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

20

Page 21: Hakikat dan Substansi Kurikulum

c. Sistematis : Komponen-komponen silabus  saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten : Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai : Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang

pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual : Cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian

memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir

dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel : Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang

terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh : Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan

dijabarkan dalam silabus.  Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas

mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau

beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum

mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun

persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar

yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara

penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai

perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus

21

Page 22: Hakikat dan Substansi Kurikulum

memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu

kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa

kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya

belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu,

rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan

yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus

terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai

ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1)

mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar

mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional,

sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati,

menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka

kerja yang logis dan terencana.

Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi

guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran

) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain

rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai scenario proses

pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran

hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru

untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang

sesungguhnya.

Prinsip pengembangan RPP menurut yahya Nursidik (2009) dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

c. Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses

pembelajaran.

d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.

e. Keterkaitan dan keterpaduan.

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

22

Page 23: Hakikat dan Substansi Kurikulum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum adalah merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam

praktik. Dengan kata lain kurikulum adalah suatu perencanaan yang disusun

secara struktur untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan dari suatu

pembelajaran.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

kesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi

delapan macam, antara lain: prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip relevansi

(kesesuaian), prinsip efisiensi dan efektifitas, prinsip fleksibilitas, prinsip

kontiunitas, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan, prinsip mutu.

Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-

langkah: perumusan tujuan, menentukan isi , memilih kegiatan , merumuskan

evaluasi.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Prinsip Pengembangan Silabus antara lain:

ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai , aktual dan kontekstual, fleksibel,

menyeluruh.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam

silabus. Prinsip pengembangan RPP menurut yahya Nursidik (2009) dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu: memperhatikan perbedaan individu peserta didik,

mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan buadaya membaca dan

23

Page 24: Hakikat dan Substansi Kurikulum

menulis proses pembelajaran, memberikan umpan balik dan tindak lanjut,

keterkaitan dan keterpaduan, menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan makalah ini, diharapkan pengembangan dari

Inovasi Kurikulum pendidikan terus selalu ditingkatkan, agar tujuan pendidikan

dapat terwujud.

Selain itu,peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sistem pendidikan

selalu menjadi prioritas utama, khususnya perbaikan dan pengembangan sistem

kurikulum.

24

Page 25: Hakikat dan Substansi Kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, Muhammad. 2012. Hakikat Kurikulum. Diunduh dari:

http://www.academia.edu/5621284/Hakikat_Kurikulum pada tanggal 14

September 2014.

Bitha. 2012. Hakikat Kurikulum, Silabus, Materi Ajar, dan Asal-Usul

Pengembangan Kurikulum. Diunduh dari:

http://rabithahsarisiregar.wordpress.com/2012/12/18/hakikat-kurikulum-

silabus-materi-ajar-dan-asal-usul-pengembangan-kurikulum/ pada tanggal

14 September 2014.

Maharesidewanata. 2012. Substansi Perubahan Kurikulum. Diunduh dari:

http://maharesidewanata.blogspot.com/2012/12/substansi-perubahan-

kurikulum.html pada tanggal 14 September 2014.

Nurul, Imam. 2013. Silabus dan RPP. Diunduh dari:

http://www.nurulimam.com/2013/10/pengertian-dari-silabus-rpp.html pada

tanggal 14 September 2014.

Rudi,Susilanah. 2012 . Prinsip Pengembangan Kurikulum. Diunduh dari :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDI

DIKAN/196610191991021-RUDI_SUSILANA/KP3-

PRINSIP_PENGKUR.pdf pada tanggal 14 September 2014.

25