24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit (Fe 2 O 3 ) dan magnetit (Fe 3 O 4 ). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi juga tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain. Sewaktu dilebur, pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak, untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur (CaCO 3 ) selain itu juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace. Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace, sehingga harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan proses kalsinasi yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara terpisah dengan furnacenya. Kalsinasi merupakan salah satu proses pra- olahan dengan tujuan untuk menghilangkan air kristal (hidrat) ataupun karbonat yang terkandung dalam bijih, dengan melakukan pemanasan pada temperatur yang tidak melebihi temperatur lelehnya. 1.2 Tujuan Percobaan

Isi laporan kalsinasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi laporan kalsinasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit (Fe2O3) dan

magnetit (Fe3O4). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi

juga tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain.

Sewaktu dilebur, pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak,

untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur (CaCO3) selain itu

juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace.

Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace,

sehingga harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan proses kalsinasi yang dapat

dilakukan baik secara langsung maupun secara terpisah dengan furnacenya.

Kalsinasi merupakan salah satu proses pra-olahan dengan tujuan untuk

menghilangkan air kristal (hidrat) ataupun karbonat yang terkandung dalam bijih,

dengan melakukan pemanasan pada temperatur yang tidak melebihi temperatur

lelehnya.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari

pengaruh variasi bentuk bijih pada reaksi kalsinasi yang dilakukan pada

temperatur tertentu selama waktu tertentu.

1.3 Batasan Masalah

Pada percobaan ini, permasalahan dibatasi mengenai penggunaan variasi

bentuk bijih yang akan dilakukan kalsinasi, sehingga dapat diketahui pengaruhnya

terhadap perubahan berat produk yang dihasilkan.

1

Page 2: Isi laporan kalsinasi

2

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian

utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan

sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka

yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan.

Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Bab IV

menjelaskan mengenai data percobaan, dan pembahasan berdasarkan tinjauan

pustaka dari data yang telah diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan

dari percobaan yang telah dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar

percobaan. Sebagai kajian tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang

memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan

bahan yang digunakan dalam praktikum serta blanko percobaaan.

Page 3: Isi laporan kalsinasi

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pra-Olahan

Dalam proses pirometalurgi bijih mengalami suatu proses yang dinamakan

proses “Pra olahan”. Tujuan dari proses ini adalah mengubah senyawa logam

menjadi bentuk senyawa lain yang lebih sesuai untuk proses berikutnya. Proses

Pra olahan dilakukan pada temperatur tinggi sebelum mencapai titik leleh. Pada

proses ini bijih mengalami dua perubahan baik perubahan bentuk ataupun

perubahan sifat.

Ada beberapa macam proses pada proses pra-olahan, yaitu:

1. Drying, proses penghilangan kandungan air atau moisture pada bijih

dan terjadi pada temperatur yang tidak terlalu tinggi.

2. Kalsinasi, proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih,

temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada

proses drying tapi tidak melebihi temperatur leleh.

3. Roasting, proses pemanggangan senyawa sulfida menjadi senyawa

oksida.

4. Aglomerasi, proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih

besar ukurannya, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: Bricketing,

Nodulizing, Sintering, dan Pelletizing.

2.2 Kalsinasi

Kalsinasi adalah penghilangan air, karbon dioksida, atau gas lain yang

mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi dikerjakan pada temperatur

tinggi tanpa terjadi pelelehan dan disertai dengan penambahan reagen, hal ini

dimaksudkan untuk mengubah bentuk senyawa konsentrat. Kalsinasi biasa disebut

juga Dekomposisi Thermal (penguraian dengan temperatur). Contoh: Hidrat,

karbonat, FeCO3, Mg(OH)2, MgCO3, CaCO3. Penghilangan air dalam senyawa

3

Page 4: Isi laporan kalsinasi

4

karbonat dilakukan dalam berbagai variasi temperatur tergantung jenis senyawa

dan ikatan air pada senyawa. Kalsinasi merupakan proses endotermik yang berarti

memerlukan panas, dan juga lebih endotermik daripada proses Drying.

Dalam aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai furnace,

diantaranya yaitu:

1. Untuk kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft Furnace.

2. Untuk lumps digunakan Rotary Kiln.

3. Untuk material of uniform dengan ukuran kecil digunakan Fluidized

Bed.

Shaft Furnace Rotary Kiln Fluidized Bed

Gambar 1. Bentuk Furnace Pada Proses Kalsinasi

Kalsinasi adalah thermal treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam

hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi

senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida

dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang

bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kebanyakan senyawa karbonat

berdekomposisi pada temperatur rendah. Contoh, MgCO3 pada temperatur 417oC,

MnCO3 pada 377oC, dan FeCO3 pada 400oC. Tetapi untuk kalsium karbonat

diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini dikarenakan ikatan

kimia yang cukup kuat pada air kristal.

Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas. Hal ini

dapat dilihat dari nilai ΔHo yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan

kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi

Page 5: Isi laporan kalsinasi

5

renggang dan pada temperatur tertentu atom- atom yang berikatan akan bergerak

sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk

mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya.

Reaksinya :

CaCO3 (800oC) = CaO (1000oC) + CO2 (900oC) , ΔHo = 42,5 Kcal..............(1)

Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju

kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh

difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur

semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses kalsinasi

bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan temperatur

yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi, bentuk yang

bulat akan mempercepat proses kalsinasi.

2.3 Aspek Termodinamika dari Kalsinasi

Pada kalsinasi batu kapur, Reaksi kimia yang terjadi adalah :

CaCO3 = CaO + CO2

Dari suatu padatan batu kapur (CaCO3) dihasilkan suatu padatan oksida

kapur bakar (CaO) dan gas karbondioksida. Dalam keadaan kesetimbangan

didapatkan suatu ketetapan kesetimbangan:

K=

[CaO ] [CO2 ][CaCO3 ]

..................................................................................(2)

Dapat dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu (a = 1). Maka persamaan

menjadi,

K=[CO2 ] .............................................................................................(3)

gas dinyatakan dalam bentuk tekanan,

K=PCO2

................................................................................................(4)

jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur adalah PCO2 .

Page 6: Isi laporan kalsinasi

6

Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung

atau tidak dapat dilihat dari nilai ΔGo dari reaksi, jika nilainya adalah negatif

maka reaksi dapat berlangsung. Persamaan energi bebas dari reaksi dekomposisi

batu kapur adalah:

∆GT0 = 40.250-34.4T kal/mol..............................................................(5)

2.4 Aspek Kinetika Dari Kalsinasi

Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga

mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mengalir secara

konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk

menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses

penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur berkurang.

Gambar 2. Zone Kalsinasi dalam Furnace dan Temperature Kalsinasi

Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi :

1. The preheating zone

Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.

2. The reaction zone

Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk

proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.

3. The cooling zone

Page 7: Isi laporan kalsinasi

7

Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu

100oC. Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada

industri semen dan pembuatan serbuk nikel ferit.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir

sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.

Persiapan 3 sampel Batu kapur

Penggerindaan batu kapur untuk membuat bentuk

bola, kubus, dan prisma segitiga

Penimbangan sampel batu kapur yang sudah dibentuk

mengunkan

Proses Pemanasan di Muffle Furnace

selama 15 menit pada suhu 900oC

Pengeluaran sampel dan pendinginan, kemudian

penimbangan berat akhir sampel

Pembahasan

Kesimpulan

Data Literatur

Page 8: Isi laporan kalsinasi

8

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

1. Muffle Furnace

2. Neraca Teknis

3. Penjepit

4. Mesin Grinda

5. Sarung Tangan

6. Stopwatch

7. Jangka Sorong

8. Crucible Baja (tempat sampel untuk kalsinasi)

3.2.2 Bahan yang digunakan

1. Batu kapur 3 buah

1.3 Prosedur Percobaan

1. Mempersiapkan 3 buah batu kapur yang akan digunakan.

2. Membentuk batu kapur tersebut menjadi bentuk kubus, bola, dan

prisma segitiga dengan ukuran yang sama atau mendekati.

3. Menimbang berat dan ukuran batu kapur.

4. Memanaskan batu kapur pada 900o selama 15 menit.

5. Setelah dilakukan pemanasan, mengeluarkan sampel batu kapur

dengan penjepit dan mendinginkan batu kapur tersebut kemudian

ditimbang kembali.

6. Melakukan pengamatan dan pembahasan data hasil berat dan ukuran

batu kapur tersebut.

7. Membuat kesimpulan.

7

Page 9: Isi laporan kalsinasi

9

.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan

yang ditunjukkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kalsinasi Batu Kapur pada Temperatur 900OC selama

15 menit.

SampelBerat (Gram)

ΔWSebelum Pemanasan Setelah Pemanasan

Bola 1,8 0,6 1,2

Kubus 4,3 2,7 1,6

Prisma Segitiga 2,2 1,4 0,8

4.2 Pembahasan

Mengacu pada tabel 1 pada subbab hasil percobaan, maka dapat dijelaskan

hubungan fraksi yang bereaksi pada bijih yang dilakukan proses kalsinasi dengan

variari bentuk, sesuai dalam gambar 4.

Page 10: Isi laporan kalsinasi

10

Gambar 4. Grafik Hubungan Bentuk Sampel terhadap Jumlah Fraksi yang

Bereaksi pada Sampel yang Mengalami Kalsinasi

Berdasarkan gambar 4, data menunjukan bahwa pada sampel yang

berbentuk bola, setelah dilakukan proses kalsinasi, fraksi yang bereaksi

menunjukkan hasil terbesar yaitu sebesar 0,667%. Hal ini berarti bahwa bentuk

sampel bola lebih mudah bereaksi atau terdekomposisi akibat dilakukannya

kalsinasi. Sedangkan pada dua sampel lainnya, nilai fraksi yang bereaksi yang

lebih rendah menunjukkan bahwa bentuk sampel seperti tersebut kurang optimum

untuk bereaksi. Artinya, untuk mendapatkan fraksi yang sama, dibutuhkan waktu

reaksi kalsinasi yang lebih lama.

Sesuai dengan literatur bahwa bentuk bola lebih mudah bereaksi atau

menurut teori kinetika reaksi, bentuk benda yang menyerupai partikel bola (sangat

halus), maka akan lebih mudah bereaksi sehingga perolehan fraksi yang

bereaksinya akan lebih besar. Adapun pada hasil percobaan yang diperoleh dari

praktikum kalsinasi ini, sampel bentuk kubus mengalami pengurangan berat yang

paling besar. Berdasarkan analisa yang praktikan lakukan, hal ini dapat terjadi

karena ukuran awal sampel bentuk kubus jauh lebih besar dibandingkan dengan

dua sampel lainnya, sesuai dengan data berat awal untuk ketiga sampel yang

digunakan. Jika dilakukan perhitungan perbandingan berat antara sampel bentuk

Page 11: Isi laporan kalsinasi

11

bola dan bentuk kubus, perbandingan berat awal antara kedua sampel tersebut

yaitu sekitar 1 untuk bentuk bola berbanding 2,5 untuk bentuk kubus. Sedangkan,

berdasarkan data berat sampel setelah dilakukan kalsinasi, perbandingan berat

antara bentuk bola dan bentuk kubus mencapai nilai 3 : 4. Oleh karena itu,

mengacu kepada data percobaan dengan perbandingan berat awal dan berat akhir

sampel serta sesuai dengan tinjauan literatur, maka dapat diketahui bahwa sampel

berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan sampel berbentuk kubus

ataupun prisma segitiga.

Page 12: Isi laporan kalsinasi

12

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum Kalsinasi di Laboratorium Metalurgi I

didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Sampel berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan dengan

sampel berbentuk kubus atau prisma, hal ini ditunjukkan dengan nilai

fraksi yang bereaksi pada sampel bentuk bola memiliki nilai yang

paling tinggi, dengan catatan bahwa temperatur dan waktu proses

kalsinasi dibuat sama untuk semua jenis bentuk sampel.

2. Perbandingan pengurangan berat sampel terhadap berat awal memiliki

nilai paling besar pada sampel bentuk bola yaitu sebesar 0,67, sehingga

dapat dikatakan bentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan

sampel dengan bentuk kubus ataupun prisma segitiga.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kalsinasi pada kesempatan

selanjutnya, yaitu membuat bentuk sampel batu kapur dengan benar sehingga

ukuran geometrinya dapat diukur dengan teliti dan menggunakan variasi waktu

agar praktikan dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kehilangan berat setelah

proses kalsinasi. Untuk lebih memahami pemahaman tentang kalsinasi, maka

dapat juga dilakukan praktikum kalsinasi dengan jenis sampel yang berbeda,

selain batu kapur untuk menghilangkan kandungan karbonat, misalnya dengan

menggunakan sampel yang mengandung air kristal (hidrat) sehingga dapat

diketahui sampel jenis apa yang lebih cepat bereaksi dengan proses kalsinasi

dengan waktu dan temperatur tertentu.

12

Page 13: Isi laporan kalsinasi

13

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Didied. Diktat Kuliah Pirometalurgi. Cilegon. FT.UNTIRTA. 2007.

Rosenquist, Terkel. Principles of Extractive Metallurgy. Tokyo. Mc.Graww-Hill

Kogukusha. 1974.

13

Page 14: Isi laporan kalsinasi

14

LAMPIRAN

14

Page 15: Isi laporan kalsinasi

15

Lampiran 1. Contoh Perhitungan

B entuk bola ,

Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g

W = Berat CaO = 0,6 g

R=W o−W

W o

R = 0,667

Jadi fraksi CaCO3 yang bereaksi adalah 0,667

Page 16: Isi laporan kalsinasi

16

Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas

1. Hitung berat CaO yang terjadi ?

Jawab :

Sampel 1 (Bentuk Bola)

Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g

W = Berat CaO = 0,6 g

R=W o−W

W o

R = 0,667

Sampel 2 (Bentuk Kubus)

Wo = Berat CaCO3 = 4,3 g

W = Berat CaO = 2,7 g

R=W o−W

W o

R = 0,372

Sampel 3 (Bentuk Prisma Segitiga)

Wo = Berat CaCO3 = 2,2 g

W = Berat CaO = 1,4 g

R=W o−W

W o

R = 0,364

2. Hitung PCO2 proses ?

Jawab :

T = 900oC = 1173K

ΔGTo=40 .250−34 , 4 T Kal/mol

ΔGTo=40 .250−34 , 4 (1173) Kal /mol

ΔGTo=−101 , 2 Kal/mol

PCO2=exp (−ΔGo

RT )

Page 17: Isi laporan kalsinasi

17

PCO 2=exp (101 ,2

(1 ,987)(1173))

PCO2=

1.045atm

3. Plot PCO2 terhadap temperatur?

Jawab :

Tabel 2. Data Plot Temperatur terhadap PCO2

Temperatur (oC) PCO2

727 0,052

900 1,044

1000 4,047

Gambar 5. Hubungan antara Temperatur Kalsinasi terhadap PCO2

4. Buat kesimpulan dari pengamatan saudara?

Jawab :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

Page 18: Isi laporan kalsinasi

18

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 6. Muffle Furnace Gambar 7. Batu Kapur

Gambar 7. Mesin Gerinda Gambar 8. Media Penggerus

Gambar 8. Mesin Gerinda Gambar 9. Jangka Sorong

Gambar 10. Sarung Tangan Gambar 11. Neraca Teknis

Page 19: Isi laporan kalsinasi

19