Upload
yushila-salma
View
600
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
KERAJAAN ISLAM DI JAWA
NAMA ANGGOTA
1. Amelia Otista (01)
2. Dewi Ayu Lestari (07)
3. Endah Trapsilani (12)
4. Muhammad Rizki Syahputra (26)
5. Nur Laila Qomariah (29)
6. Sofie Indah Prameswari (34)
7. Yushila Salma Dini (37)
PROSES ISLAMISASI
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-XI ,yaitu pada masa kekuasaan kerajaan Airlangga. Proses Islamisasi di Jawa sendiri mencapai bentuk kekuasaan politik ketika munculnya Demak sebagai kerajaan Islam yang menguasai Pulau Jawa.
Ketika Majapahit berkuasa, islam telah ada dan berasimilasi dengan masyarakat Hindu pada saat itu. Sehingga dalam proses terbentuknya islam di Jawa tidak dengan mutlak langsung menjadi kekuasaan yang besar.
Islam diterima di Jawa karena masyarakat Jawa tidak ada istilah sistem kasta.
faktor pendukung yang memudahkan agama Islam diterima oleh masyarakat Indonesia, di antaranya
adalah:
• Persyaratan masuk Islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat
• Pelaksanaan ibadah sederhana dan murah • Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta,
sehingga bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat • Aturan-aturannya fleksibel dan tidak memaksa
Penyebarannya dilakukan secara damai• Para penyebar Islam menunjukkan sikap teladan serta
pandai menyesuaikan diri dalam masyakarat
Di bidang politik misalnya pengaruh kekuasaan seorang raja besar peranannya dalam proses islamisasi
Di bidang kesenian dengan mengadakan seni pertunjukkan gamelan,wayang sebagai alat dakwah keagamaan.
Kondisi inilah yang menyebabkan islam tumbuh dan berkembang pesat di Jawa. Sehingga pengaruh Islam begitu mudahnya masuk ke masyarakat baik masyarakat pesisir maupun masyarakat pedalaman.
KERAJAAN DEMAK Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah tepatnya di kota Demak. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah sekitar tahun 1500 M. Wilayah Kerajaan Demak kemudian berkembang menjadi kerajaan besar karena letaknya yang sangat strategis,yaitu di dekat pelabuhan dan menghubungkan perdagangan di Maluku,Makassar,dan Malaka.
Pada awalnya,Kerajaan Demak merupakan daerah kekuasaan Majapahit karena Raden Patah,pendiri Kerajaan Demak adalah putra dari Raja Brawijaya V dari Majapahit. Setelah Raden Patah wafat,digantikan oleh Pati Unus yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pengganti Pati Unus adalah Sultan Trenggono.
Sultan Trenggono adalah raja terbesar yang pernah memerintah kerajaan Demak. Pada masa pemerintahannya, wilayah Demak meliputi seluruh Pulau Jawa,Sumatera bagian Selatan,Kalimantan meliputi Kotawaringin dan Banjari serta Selat Malaka. Setelah Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546 dalam suatu pertempuran diwilayah Pasuruan. Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Akhirnya,menantu Sultan Trenggono yang bernama Joko Tingkir berhasil menduduki tahta kerajaan dan memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang.
Raja – Raja Demak
SEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN DEMAK
Berawal dari Pati Unus yang memiliki dua putra yang berbeda ibu,kemudian mereka berselisih untuk memperebutkan kekuasaan,yaitu Pangeran Sekar Sedo Lepen dan Sultan Trenggono. Namun,perebutan kekuasaan dimenangkan oleh Sultan Trenggono.
Setelah itu,pertempuran dilanjutkan oleh Arya Penangsang(Adipati Jipang) putra dari Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Jaka Tingkir(Pangeran Hadiwijaya) menantu dari Sultan Trenggono. Lalu,pertempuran dimenangkan oleh Jaka Tingkir. Kemudian,kerajaan Demak dipindah menjadi Kerajaan Pajang.
Masjid Agung Demak Dulu dan Sekarang
a. Dampar Kencana b. Pintu Bledeg c. Serambi Majapahit
KERAJAAN PAJANG
Munculnya Kerajaan Pajang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Jaka Tingkir/Pangeran Hadiwijaya. Setelah berhasil mengalahkan Arya Penangsang,Adiwijay memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1568 dengan raja pajang pertama yakni Pangeran Hadiwijaya atau Jaka Tingkir.
Sementara itu,daerah-daerah yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pajang antara lain Pati, Pemalang, Selarong (Banyumas), Krapyak(Kedu Selatan), Mataram(Yogyakarta),dan beberapa daerah di Jawa Timur,seperti Tuban, Surabaya, Madiun, Blitar,dan Kediri.
SEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN PAJANG
Pada tahun 1528,Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Arya Panggiri yang menjadi Adipati di Dema,berusaha merebut Pajang. Putra Sultan Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benwa dapat disingkirkan. Selanjutnya,Arya Penggiri naik tahta Pajang untuk melanjutkan darah keturunan Demak. Arya Panggiri ternyata kurang mendapat dukungan rakyat Pajang,sebab ia bukan keturunan Hadiwijaya. Hal itu merupakan kesempatan bagi Pangeran Benawa untuk merebut kembali kekuasaannya. Dengan bantuan Sutawijaya,Arya Panggiri berhasil dikalahkan. Pada tahun 1568,Pajang diambil oleh Sutawijaya dan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Mataram.
PENINGGALAN KERAJAAN PAJANG
1. Masjid Leweyan
2. Makam Ki Ageng Henis
3. Kerajinan Batik
KERAJAAN MATARAMPada awalanya daerah Mataram dikuasai kesultanan pajang
sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Ageng Pamanahan.
Pada tahun 1575,Pamanahan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya,Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Karena ingin mewujudkan cita-citanya,akhirnya ia bertempur dengan kerajaan Pajang. Sampai akhirnya,ia dapat membunuh Sultan Hadiwijaya.
Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaannya,panembahan senapati melancarkan serangan-serangan kedaerah sekitar. Misalnya dengan menaklukan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
Demak mengalami kemundura
n
ibukotanya dipindahkan ke
Pajang dan mulailah pemerintahan
Pajang sebagai kerajaan
mengadakan ekspansi ke Jawa
Timur dan juga terlibat konflik
keluarga dengan Arya Penangsang
Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri
sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan
Senapati
Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari
Mataram yang beribukota di
Kotagede.
berhasil menaklukk
an Aryo Penangsan
g
Sutawijaya kemudian berhasil
memberontak pada Pajang.
Pemanahan meninggal pada
tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang
Sutawijaya
Pemanahan berhasil
membangun hutan Mentaok itu
menjadi desa yang makmur, bahkan lama-
kelamaan menjadi kerajaan kecil
yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya.
raja Pajang memberikan
hadiah kepada Ki Ageng
Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng
Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok
dan Ki Penjawi memperoleh tanah
di Pati.
Pada tahun 1590,panembahan Senopati menguasai Madiun,yang waktu itu bersekutu dengan Surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan Kediri dan Jipang. Lalu melanjutkannya dengan penaklukan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Kemudian Panembahan Senopati digantikan oleh Pangeran Jatmiko atau mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pada masa ini,Kerajaan Mataram berada pada puncak keemasan.
1. Panembahan Senopati (1584-
1601 M)
2. Mas Jolang atau Seda Ing
Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan
Agung Hanyakrakusuma
(1613-1646 M)
4. Amangkurat I (1646- 1676 M)
5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677-
1703 M)
6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7. Pangeran Puger yang bergelar Paku
Buwana I (1703-1719 M)
8. Amangkurat IV dikenal sebagai
Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M
pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
11. Sultan Agung.
Hal-hal penting yang dicapai oleh Sultan Agung sebagai berikut
1. Mempersatukan tanah Jawa dan Madura (kecuali Batavia dan Banten), Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.
2. Mempertahankan Mataram sebagai negara agraris. Mataram maju dengan perdagangan berasnya.
3. Mengadakan ekspansi secara besar-besaran sehingga mampu menguasai daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan mampu menyerang VOC di Batavia dua kali (1628 dan 1629), tetapi gagal.
4. Mengubah perhitungan tahun Jawa dari Hindu (Saka) ke Islam (Hijrah). Perhitungan tahun Jawa Hindu berdasarkan peredaran matahari sedangkan tahun Jawa Islam berdasarkan peredaran bulan. Tahun 1638 bertepatan dengan tahun 1555 Saka.
5. Menulis kitab Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat, kitab Niti Sruti, kitab Niti Sastra Asthabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
6. Mengadakan upacara Gerebeg Maulud dan Gerebeg Syawal.
2. Wilayah Negara Agung, yaitu wilayah yang mengitari Kutanegara.
3. Wilayah Mancanegara, yaitu wilayah yang berada di luar Negara Agung tetapi tidak termasuk wilayah pantai. Wilayah ini dibagi menjadi dua, yaitu Mancanegara Wetan yang meliputi Jawa Timur sekarang dan Mancanegara Kilen yang meliputi Jawa Tengah sekarang.
4. Wilayah Pesisiran, yaitu wilayah yang terletak di daerah pantai utara Jawa. Wilayah ini dibagi dua, yaitu Pesisiran Wetan dan Pesisiran Kilen yang dibatasi oleh Sungai Serang yang mengalir di antara Demak dan Jepara.
SEBAB MUNDURNYA KERAJAAN MATARAM
Setelah Sultan Agung wafat, tidak ada raja pengganti yang memiliki kecakapan seperti Sultan Agung, bahkan ada raja yang menjalin kerja sama dengan VOC. Akibatnya, banyak terjadi pemberontakan, misalnya pemberontakan Adipati Anom yang dibantu Kraeng Galesung dan Monte Merano, pemberontakan Raden Kadjoran, serta pemberontakan Trunojoyo. Dalam menghadapi pemberontakan-pemberontakan tersebut, raja-raja Mataram, misalnya Amangkurat I dan II, meminta bantuan VOC. Hal inilah yang menyebabkan raja-raja Mataram semakin kehilangan kedaulatan. Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut :
Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah
kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah
kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.
Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.
a. Masjid Agung Negara b. Segara Wana dan Syuh Batra c. Batu Datar Di Lipura
a. Masjid Makam Kota Gedhe b. Upacara Grebek Besar c. Gerbang Makam Kota Gedhe
a. Makam Raja-Raja di Imogiri b. Bangsal Duda c. Rumah Kalang
KESULTANAN BANTEN
Kesultanan Banten berdiri pada tahun 1526 oleh putra Sunan Gunung Jati yaitu Maulana Hasanudin/Fatahillah.
Setelah Fatahillah wafat kemudian digantikan oleh Pangeran Yusuf,dan anak yang satunya lagi Pangeran Arya menggantikan Ratu Kalinyamat di Jepara. Kemudian pada tahun 1580 Pangeran Yusuf wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Maulana Muhammad. Kemudian,Maulana Muhammad melakukan serangan ke Palembang yang saat itu dipimpin oleh Ki Gede ing Suro. Kemudian ia wafat dan diber gelar Prabu Seda ing Palembang. Tetapi,saat itu putra Maulana Muhammad masih kecil sehingga digantikan oleh sang Mangkubumi.
PUNCAK KEJAYAAN
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan Lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu.
Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagangdengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cinadan Jepang.
PENURUNAN
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul konflik di dalam Istana. Sultan Ageng Tirtayasa yang berusaha menentang VOC, kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja muda.
Keretakan di dalam istana ini dimanfaatkan VOC dengan politik devide et impera. VOC membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Berakhirnya kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC di Banten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya, bukanlah raja-raja yang kuat. Hal ini membawa kemunduran Kerajaan Banten.
DAFTAR NAMA RAJA
• Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 - 1570• Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570- 1585• Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 - 1596• Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647• Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 - 1651• Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1682• Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 - 1687
SEBAB KEMUNDURAN KESULTANAN BANTEN
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul konflik didalam istana. Sultan Ageng Tirtayasa yang berusaha menentang VOC,kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja muda. Keretakan dalam istana ini dimanfaatkan VOC dengan politik devide at impera. VOC membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Berakhirnya kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC di Banten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya, bukanlah raja-raja yang kuat. Hal ini membawa kemunduran Kerajaan Banten.
a. Masjid Pacinan Tinggi b. Komplek Keraton Surosowan c. Masjid Agung Banten
a.Kerkhof b. Komplek keraton kaibon c. Masjid Koja
a.Meriam ki amuk b. Benteng speell wijck c. Masjid Agung Kenari
KESULTANAN CIREBON
Kesultanan Cirebon berdiri pada tahun 1445 oleh Pangeran Cakrabuana. Mendengar berdirinya kerajaan baru di Cirebon,ayah dari Pangeran Cakrabuana,yaitu Prabu Siliwangi merasa senang. Kemudian dia mengutus Tumenggung Jayabaya untuk melantik Pangeran Cakrabuana menjadi raja Nagara Agung Pakungwati Cirebon dengan gelar Abhiseka Sri Magana. Dari Prabu Siliwangi ia juga menerima pratanda atau gelar keprabuan dan menerima Anarikmana Kacawartyan atau tanda kekuasaan untuk memerintah kerajaan lokal.
Pada tahun 1479,Pangeran Cakrabuana mengundurkan diri dari tapuk pimpinan kerajaan Pakungwati. Kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya,Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir,yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Pada masa ini,Kesultanan Cirebon mengalami pertumbuhan yang amat pesat.
SILSILAH RAJA KESULTANAN CIREBON
1. Pangeran Cakrabuana/Sultan Cirebon I (1445-1479)2. Sunan Gunung Jati/Sultan Cirebon II (1479-1568)3. Fatahillah/Sultan Cirebon III (1568-1570)4. Panembahan Ratu I/Sultan Cirebon IV (1570-1649)5. Panembahan Ratu II/Sultan Cirebon V (1649-1677)
Oleh Sultan Ageng Tirtayasa Kesultanan Cirebon pada tahun 1677 dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton KAsepuhan dan memerintah hingga 1703 sedangkan Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.
SEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN CIREBON
Pada tahun 1705,Cirebon sepenuhnya diserahkan kepada VOC oleh Sultan Paku Buwono I karena VOC telah membantu Paku Buwono I melawan Amangkurat III yang dibantu Untung Surapati. Sejak saat itu juga, Cirebon bersama Indramayu dan Priangan menjadi kareidenan dan langsung dibawah VOC. Hal ini terjadi karena dahulu Sultan Amangkurat I mengharuskan Panembahan Ratu II,pengganti Panembahan Ratu I,untuk pindah dari Cirebon dan tinggal di Mataram. Sedangkan pemerintahan Cirebon dijalankan oleh Wangsakerta.
PENINGGALAN KESULTANAN CIREBON
1. Keraton Kasepuhan Cirebon
2. Kereta Singa Barong Kasepuhan
3. Keraton Kanoman
4. Kereta Paksi Naga Lima
5. Keraton Kacirebonan
6. Masjid Sang Cipta Rasa
7. Makam Sunan Gunung Jati
PERTANYAAN
1. Mengapa Arya Penangsang bertarung dengan Pangeran Hadiwijaya(Jaka Tingkir)? (31)
2. Bagaimana Kerajaan Mataram Kuno dapat berubah menjadi Kerajaan Mataram Islam? (19)
3. Apa yang menjadi bukti zaman keemasan dari Sultan Ageng Tirtayasa? (16)
4. Apa nama kecil dan remaja dari Pangeran Cakrabuana? (27)
5. Mengapa Pangeran Hadiwijaya memindahkan Kerajaan Demak menjadi Kerajaan Pajang? (05)
6. Siapa itu Mas Jolang atau Panembahan Senopati? (36)
7. Apa saja kesulitan para penyebar Islam saat proses Islamisasi di Jawa? (17)
•TERIMAKASIH